Anda di halaman 1dari 28

Bab

7 Suhu dan Kalor


PETA KONSEP
Konduksi
dapat berpindah
SUHU DAN KALOR secara Radiasi
menyebabkan perubahan
Konveksi

Suhu memiliki Zat


skala yang
Kalor Jenis
umum
digunakan Kapasitas Kalor
Fahrenheit
Sifat Termometrik
Reamur
antara lain berupa
Celcius
Daya
Kelvin Wujud Tekanan Warna Ukuran
Hantar
A PENGERTIAN SUHU
 Suhu adalah ukuran panas atau dinginnya suatu benda.
 Suhu tidak dapat diukur dengan indra peraba, sehingga untuk mengukur suhu
diperlukan alat ukur, yaitu termometer.
 Banyak besaran fisika suatu benda yang berubah akibat pengaruh suhu. Contohnya
adalah panjang zat, volume zat cair, dan tekanan gas.
 Sifat besaran fisika yang diukur untuk menyatakan suhu disebut sifat termometrik.

Contoh termometer yang umum


digunakan dalam kehidupan
sehari-hari adalah termometer
klinis dan termometer ruangan.
Sumber: pxhere.com
Perbandingan jenis skala termometer.
B PEMUAIAN
1. Pemuaian Zat Padat Papan skala

 Jika zat padat dipanaskan, panjang luas, dan


volumenya akan mengalami perubahan
karena pemuaian.
 Gejala pemuaian pada zat padat dapat
ditunjukkan dengan percobaan Pembakar spirtus
Alat Musschenbroek.
Musschenbroek.
 Benda yang dipanaskan akan memuai karena molekul-molekul benda akan bergetar
dan menyebabkan antarmolekulnya saling mendorong, sehingga jarak
antarmolekulnya semakin lebar.
 Benda yang didinginkan akan membuat jarak antarmolekulnya semakin kecil dan
benda akan menyusut.
a) Pemuaian panjang
 Besar pertambahan panjang batang logam () tergantung pada:
 Panjang batang mula-mula ()
 Koefisien muai panjang ()
 Kenaikan suhu ()
 Besar pertambahan panjang logam () dapat
dinyatakan dengan persamaan:
∆ ℓ=ℓ 0 𝛼 ∆ 𝑇
Pemuaian panjang batang.
 Besar panjang akhir batang (), dapat dinyatakan
dengan persamaan:
ℓ =ℓ 0 (1+𝛼 ∆ 𝑇 )
b) Pemuaian luas
 Pemuaian luas terjadi pada benda berbentuk bidang. misalnya pada keping logam.
 Koefisien muai luas dinyatakan dengan simbol ().
 Perubahan luas benda () setelah terjadi kenaikan suhu dapat dinyatakan dengan
persamaan:
∆ 𝐴= 𝐴0 𝛽∆ 𝑇
 Besar pemuaian luas (), dapat dinyatakan dengan
persamaan:
𝐴= 𝐴0 (1+ 𝛽 ∆ 𝑇 )
Pemuaian luas suatu bidang.
dengan
= (kenaikan suhu (oC)).
c) Pemuaian ruang (volume)
 Benda berbentuk ruang ketika dipanaskan akan memuai, sehingga volumenya akan
bertambah besar.
 Koefisien muai volume dinyatakan dengan simbol ().
 Perubahan volume benda setelah terjadi kenaikan suhu () dapat dinyatakan dengan
persamaan:
∆ 𝑉 =𝑉 0 𝛾 ∆ 𝑇
 Besar pemuaian volume (), dapat dinyatakan
dengan persamaan:
𝑉 =𝑉 0 (1+ 𝛾 ∆ 𝑇 )
Pemuaian volume.
𝑉 =𝑉 0 (1+3 𝛼 ∆ 𝑇 )
2. Pemuaian Zat Cair
 Zat cair jika dipanaskan akan memuai sehingga volumenya bertambah besar.
 Perubahan volume zat cair akibat pemuaian dapat
dinyatakan dengan persamaan:
∆ 𝑉 =𝑉 𝑜 𝛾 ∆ 𝑇
 Volume akhir zat cair dapat dinyatakan dengan persamaan:
𝑉 =𝑉 𝑜 (1+ 𝛾 ∆ 𝑇 ) Pengujian pemuaian zat cair.

 Air jika dipanaskan dari suhu 0oC sampai 4oC


volumenya akan berkurang (menyusut) dan di
atas suhu 4°C volume air akan bertambah karena
mulai memuai. Peristiwa ini disebut anomali air.
Grafik anomali air.
3. Pemuaian Gas
 Volume gas mudah berubah ubah, sedangkan zat padat dan zat cair sulit berubah.
 Ada tiga besaran yang harus diperhatikan dalam pemuaian gas, yaitu tekanan (),
volume (), dan suhu ().
 Gay Lussac (1746-1823) melakukan percobaan yang menghasilkan kesimpulan
bahwa semua gas memuai dengan koefisien muai ruang yang sama.
 Ada tiga proses dalam pemuaian pada gas, yaitu:
 pemuaian gas pada tekanan tetap (isobarik),
 pemuaian gas pada volume tetap (isokorik),
 pemuaian gas pada suhu tetap (isotermal).

Besar koefisien muai gas:

Grafik hubungan volume dengan suhu.


C HUBUNGAN KALOR DAN SUHU BENDA
1. Pengertian Kalor
 Kalor adalah salah satu bentuk energi yang pindah dari benda bersuhu tinggi
ke benda bersuhu rendah. Kalor dapat ditimbulkan dari energi mekanik, energi
listrik, energi kimia, dan lainnya.
 Sifat kalor dapat dipindahkan dari satu benda ke benda lain. Benda jika
menerima kalor (panas), suhunya akan naik, sebaliknya jika benda melepaskan
kalor, suhunya akan turun.
 Jumlah kalor () yang diterima atau dilepaskan benda dipengaruhi oleh massa
benda (), kenaikan atau penurunan suhu (), dan kalor jenis benda ().

𝑄=𝑚𝑐 ∆ 𝑇
a) Kapasitas kalor (C) b) Kalor jenis (c)
 Kapasitas kalor suatu zat adalah  Kalor jenis adalah banyaknya kalor yang
banyaknya kalor yang diperlukan untuk diperlukan untuk menaikan suhu 1 kg
menaikkan atau menurunkan suhu zat zat tersebut sebesar 1°C.
itu sebesar 1°C.  Besar kenaikan suhu zat berbanding
 Kapasitas kalor () merupakan lurus dengan kalor yang diterima dan
perbandingan antara jumlah energi yang berbanding terbalik dengan massa dan
diserap atau dilepas () terhadap kalor jenis zat tersebut.
perubahan suhu (). 𝑄
𝑄 𝑐=
𝐶= 𝑚∆𝑇
∆𝑇 dengan
dengan = kalor jenis (J/kg·oC atau kal/g·oC),
= kapasitas kalor (J/oC atau kal/oC), = kalor (J atau kal),
= kalor (J atau kal), dan = massa benda (kg atau g), dan
= perubahan suhu (oC). = perubahan suhu (oC).
2. Asas Black
 Alat yang digunakan untuk mengukur kalor adalah kalorimeter. Pengukuran kalor
sering digunakan untuk menentukan kalor jenis zat.
 Kalor jenis benda dapat ditentukan besarnya dengan menggunakan asas Black,
yaitu "Kalor yang dilepas oleh benda yang bersuhu tinggi sama dengan kalor
yang diterima oleh benda yang bersuhu lebih rendah”.
 Secara matematis, asas Black dapat ditulis sebagai berikut.
𝑄lepas =𝑄terima

Kalorimeter sederhana.
D Perubahan Wujud Zat
 Masing masing wujud zat padat, cair, dan gas dapat mengalami perubahan wujud.
 Pada peristiwa melebur, menguap, dan menyublim diperlukan kalor.
 Pada peristiwa membeku, mengembun, dan mengkristal selalu melepaskan kalor.
 Saat terjadi perubahan wujud, suhu zat tidak berubah karena kalor yang diperlukan
tidak untuk menaikkan suhu, namun digunakan untuk mengubah wujud zat.

Diagram perubahan wujud zat.


Grafik hubungan antara waktu dan suhu untuk perubahan
wujud H2O padat (es) hingga uap air (gas)
a) Melebur dan membeku b) Menguap dan mengembun
 Zat padat melebur dan membeku pada  Pada peristiwa penguapan, zat
suhu yang sama sehingga titik lebur menyerap kalor.
sama dengan titik beku.  Pada peristiwa pengembunan, zat
 Kalor yang diserap untuk melebur melepaskan kalor.
disebut kalor laten peleburan (kalor  Kalor yang diperlukan untuk menguap
lebur), sedangkan kalor yang dilepaskan sama dengan kalor yang diperlukan
pada waktu membeku disebut kalor untuk mengembun.
laten pembekuan (kalor beku).  Kalor uap (U) suatu zat merupakan kalor
 Kalor lebur () suatu zat merupakan kalor () yang diperlukan zat tersebut untuk
() yang diperlukan zat tersebut untuk menguap per satuan massa ().
melebur per satuan massa ().
𝑄
𝑄 𝑈=
𝑚
𝑄=𝑚𝑈
𝐿=
𝑚
𝑄=𝑚𝐿
4. Grafik Perubahan Wujud
 Sifat suatu zat pada berbagai tekanan dan suhu
dapat diketahui dengan menggunakan diagram P-T.
 Garis AB = garis lebur (garis batas antara padat dan
cair).
 Garis AC = garis uap (batas antara cair dengan gas).
 Garis OA = garis sublimasi (garis antara padat
dengan gas).
 Titik A = titik triple (titik keseimbangan antara
padat, cair, dan gas).
 Titik C = titik kritis (titik di mana di atas suhu
tersebut gas tidak bisa diuapkan lagi).
Grafik perubahan wujud zat.
D PERPINDAHAN KALOR
1. Perpindahan Kalor secara Konduksi
 Perpindahan kalor tanpa disertai perpindahan zat
perantaranya disebut perpindahan kalor secara konduksi.
 Jumlah kalor yang mengalir setiap sekon () pada suatu Perpindahan
kalor dengan
penghantar adalah: cara konduksi.

 berbanding lurus dengan luas permukaan penghantar (),


 berbanding lurus dengan perubahan suhu kedua ujung penghantarnya (),
 berbanding terbalik dengan panjang penghantar (),
 bergantung pada jenis penghantar (koefisien konduktivitas termal ()).
𝑄 𝑘𝐴 ∆ 𝑇 𝑘𝐴 ∆ 𝑇
= 𝐻=
𝑡 ℓ ℓ
2. Perpindahan Kalor secara Konveksi
 Perpindahan kalor yang disertai dengan perpindahan partikel
partikel zat disebut perpindahan kalor secara konveksi atau aliran.
Perpindahan kalor secara konveksi terjadi pada zat cair dan gas.
 Besar kalor yang mengalir tiap satuan waktu pada perpindahan
kalor secara konveksi bergantung pada perubahan suhu pada zat
alir () dan luas penampang perpindahan kalor (). Perpindahan kalor
dengan dengan cara konveksi.
𝐻 =h𝐴 ∆ 𝑇 = laju aliran kalor (J/s atau kal/s), dan
= koefisien konveksi termal (J/s·m²·oC atau kal/s·cm²·oC).
 Konveksi alamiah adalah perpindahan kalor dengan sendirinya akibat adanya
perbedaan massa jenis zat alir. Contoh: cerobong asap pada pabrik.
 Konveksi paksa terjadi karena zat alir dialirkan dengan sengaja, yaitu dengan
mengalirkan zat alir yang sedang panas ke tempat yang dituju dengan sistem
pendingin. Contoh: mesin mobil, mesin disel, kipas angin, dan lemari es.
3. Perpindahan Kalor secara Radiasi
 Perpindahan kalor dalam bentuk gelombang elektromagnetik disebut perpindahan
kalor secara radiasi.
 Gelombang elektromagnetik merambat tidak memerlukan medium.
 Permukaan yang hitam sempurna merupakan permukaan yang mempunyai sifat
memancarkan atau menyerap radiasi sangat sempurna (besar emisivitas () = 1).
 Besarnya pancaran radiasi benda hitam () secara matematis dapat ditulis:
4
𝐻 =𝑒 𝜎 𝐴 𝑇
 Jika permukaan benda bersuhu T1 dan lingkungan bersuhu
T₂, benda memancarkan intensitas radiasi () sebesar:
4 4
𝐻 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 =𝑒 𝜎 ( 𝑇 1 − 𝑇 2 )
dengan Perpindahan kalor
= tetapan Stefan-Boltzmann (). dengan cara radiasi.
1.

2.
3. 4.

Anda mungkin juga menyukai