BAB 3
TEMPERATUR DAN PEMUAIAN
Disusun Oleh:
Dosen:
Dra indrayani M.Si
1. Termometer Celsius
Dibuat oleh Anders Celcius (1701 – 1744). Ia membuat termometer dengan titik
beku air pada skala 0 dan titik didih air pada skala 100. Termometer buatannya
dikenal sebagai termometer Celcius dengan satuan suhu dalam derajat Celcius
o o
( C). Jadi, termometer celcius mempunyai titik bawah 0 C dan titik atasnya
o
100 C.
2. Termometer Reamur
Dibuat oleh Antoine Ferchault de Reamur (1683 – 1757). Termometer
rancangannya disebut sebagai termometer Reamur dengan titik acuan bawah
o o
0 R dan titik acuan atas 80 R.
3. Termometer Fahrenheit
Dibuat oleh Gabriel Daniel Fahrenheit (1686 – 1736). Ia menetapkan titik beku
o o
air pada skala 32 sebagai titik acuan bawah dan titik didih air pada skala 212 C
sebagai titik acuan atas. Termometer hasil rancangannya disebut termometer
o
Fahrenheit dengan satuan suhu derajat Fahrenheit ( F).
4. Termometer Kelvin
Dibuat oleh Lord Kelvin (1824 – 1904). Ia merancang termometer yang
dikenal sebagai termometer Kelvin. Termometer ini mempunyai titik acuan
bawah 273 dan titik acuan atas 373. Skala satuan suhu termometer ini
dinyatakan dalam Kelvin (K) tanpa derajat.
Berdasarkan penetapan skala beberapa termometer di atas, maka dapat
dibuat perbandingan skala termometer Celcius, Reamur, Fahrenheit, dan Kelvin
yaitu sebagai berikut.
Gambar 3.3 Bermacam-macam suhu benda dan warna yang berkaitan dengan suhu
tersebut.
2) Pemuaian Luas
Sebuah benda yang padat, baik bentuk persegi maupun silinder,
pasti memiliki luas dan volume. Seperti halnya pada pemuaian panjang,
ketika benda dipanaskan, selain terjadi pemuaian panjang juga akan
mengalami pemuaian luas. Perumusan pada pemuaian luas hampir sama
seperti pada pemuaian panjang.
Dengan β adalah koefisien muai luas. satuan dari β adalah 1/K sama
seperti koefisien muai panjang (α). Coba Anda perhatikan sebuah tembaga
berbentuk persegi sama sisi. Misalkan, panjang sisi tembaga adalah L0 maka
2
luas tembaga adalah L0 . Jika tembaga tersebut dipanasi sampai
3) Pemuaian Volume
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, setiap benda yang padat
pasti memiliki volume. Jika panjang sebuah benda dapat memuai ketika
dipanaskan maka volume benda tersebut juga ikut memuai. Perumusan
untuk pemuaian volume sama dengan perumusan panjang dan luas, yaitu
dengan γ adalah koefisien muai volume Perlu Anda ketahui terdapat
hubungan antara α dan β terhadap waktu γ , yaitu Pemuaian volume sama
juga dengan pertambahan atau pemuaian panjang secara 3 dimensi.
Karena itu muai volume sama juga dengan tiga kali muai panjang.
Pemuaian volume suatu zat tergantung pada koefisien muai volumenya γ
(gamma) dimana γ = 3α. Adapun persamaannya :
Dengan :
ΔV = penambahan volume
Vo = volume awal
ΔT = kenaikan suhu
γ = koefisien muai volume
2. Pemuaian Zat Cair
Jika zat padat mempunyai koefisien muai panjang, luas dan ruang, maka zat
cair hanya memiliki koefisien muai ruang saja. Hal ini disebabkan karena
zat cair memiliki bentuk yang berubah-ubah. Persamaannya sama dengan
persamaan muai volume pada zat padat. Tetapi tidak berlaku bagi air pada
suhu 0-4°C. akan tetapi bila diluar daerah suhu tersebut, maka
persamaannya berlaku. Berikut ini tabel koefisien muai ruang berbagai zat.
-6 -1
Zat Koefisien Muai Ruang γ (10 °C )
Aluminium 75
Kuningan 56
Tembaga 50
Besi/Baja 35
Timbal 87
Kaca pyrex 9
Kaca biasa 27
Air 210
Alkohol 1100
3. Pemuaian Gas
Gas hanya mempunyai oefisien muai ruang sama seperti air. Gas dipengaruhi
oleh suhu terhadap volume, suhu terhadap tekanan dan tekanan terhadap
volume
1) Pengaruh Suhu Terhadap Volume (Tekanan konstan, volume meningkat)
Gambar 3.4 (kiri) Keadaan zat cair dalam termometer pada suhu T 0 dan
(kanan) keadaan zat cair pada suhu T. Perubahan suhu menyebabkan
perubahan volum zat cair dalam termometer sehingga terdesak naik atau
turun pada kolom.
2. Saklar Bimetal
Gambar 3.5 Prinsip kerja saklar bimetal. Pada suhu T0 bimetal lurus.
Kontak terbentuk dan arus mengalir. Heater mengalami pemanasan. Ketika
dicapai suhu yang tinggi, bimetal melengkung sehingga kontak terputus.
Arus berhenti dan pemanasan heater berhenti.
Gambar 3.6 Batang rel kereta api pada suhu T0 dan suhu T (lebih tinggi).
Rel bertambah panjang karena pemuaian sehingga celah antar rel
menyempit. Ukuran celah harus cukup sehingga pada saat pemuaian tidak
terjadi dorongan antar rel yang menyebabkan rel bengkok.
Gambar 3.8 (atas) Pada saat pemasangan, kabel transmisi listrik harus
sedikit dilonggarkan (menggelantung) sehingga saat terhadi penurunan suhu
lingkungan tidak terjadi tegangan yang besar akibat memendeknya kabel
(bawah). Tegangan yang terlampau besar dapat menyebabkan kabel putus.
TM/MR
BAB 4
KALOR JENIS, KALORIMETER DAN
PERPINDAHAN KALOR
Disusun Oleh:
Dosen:
Dra indrayani M.Si
Gambar 4.1 Percobaan Joule untuk mencari hubungan antara satuan kalori
dan satuan joule
Percobaan Joule dapat dijelaskan sebagai berikut. Air murni dimasukkan
dalam tangki yang berisi baling-baling. Tangki tersebut tersekat dengan baik
sehingga tidak ada kalor yang dapat masuk atau keluar. Balingbaling dihubungkan
dengan beban melalui katrol. Beban yang bermassa m dilepas dari keadaan diam.
Setelah turun sejauh h, laju beban diukur. Kalau beban bermassa m yang jatuh
tidak memutar baling-baling maka energi kinetik beban saat turun sejauh h sama
dengan pengurangan energi potensial beban
2
Persamaan yang tepat menjelaskan percobaan Joule adalah mgh = (1/2)mv
+ Q, dengan Q adalah jumlah kalor yang dihasilkan. Joule mengukur pertambahan
energi air dan kehilangan energi kinetik beban. Joule sampai pada kesimpulan
bahwa untuk menaikkan suhu satu kilogram air murni sebesar satu derajat celcius
maka perlu kehilangan energi kinetik sebesar 4,184 Joule. Dengan demikian,
kesetaraan satuan kalor dan satuan joule yang diterima hingga saat ini adalah
Kapasitas Kalor Bukan Sifat Khas Benda. Masukkan air dalam panic lalu
tempatkan di atas kompor yang menyala. Lakukan berkali-kali dengan jumlah air
yang berbeda. Jangan lupa mengukur suhu air sebelum ditempatkan di atas
kompor dan suhu saat melakukan pemanasan. Apa yang akan kamu amati?
“Jika jumlah air makin banyak maka perlu pemanasan lebih lama untuk
menaikkan suhu air 1°C.”
Pemanasan lebih lama bermakna pemberian kalor lebih banyak. Jadi, untuk
menaikkan suhu sebesar 1°C, air yang lebih banyak memerlukan kalor lebih
banyak. Kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu air sebesar 1°C merupakan
definisi kapasitas kalor. Jadi kita simpulkan:
a) Kapasitas kalor suatu zat makin besar jika massa zat makin besar.
b) Kapasaitas kalor suatu zat bukan merupakan besaran yang khas.
c) Zat yang sama memiliki kapasitas kalor yang berbeda jika massanya berbeda
d) Zat yang berbeda dapat memiliki kapasitas kalor yang sama jika memiliki
perbandingan massa tertentu. Contohnya, kapasitas kalor 1 kg tembaga sama
dengan kapasitas kalor 3 kg emas sama dengan kapasitas kalor 0,43kg
aluminium = kapasitas kalor 0,83 kg baja.
Gambar 4.2 (atas) Zat yang sama memiliki kapasitas kalor yang berbeda jika massanya
berbeda. (bawah) Zat yang berbeda dalam memiliki kapasitas kalor yang sama.
Kalor untuk
Kapasitas Kapasitas
menaikkan
Zat/Massa kalor kalor/massa
suhu sebesar 1°C
(kkal/°C) (kkal/kg°C)
(kkal)
Air
2 kg 2 2 1
5 kg 5 5 1
20 kg 20 20 1
Besi
0,5 kg 0,0555 0,0555 0,111
4 kg 0,444 0,444 0,111
10 kg 1,111 1,111 1,111
Alumuni
um
0,1 kg 0,0214 0,0214 0,214
1,8 kg 0,3852 0,3852 0,214
9,5 kg 2,033 2,033 0,214
Dengan:
m = massa zat yang dilebur (kg)
L = kalor lebur zat (kal/kg atau J/kg).
Dengan:
m = massa zat (kg)
U = kalor uap (kal/kg atau J/kg).
Tabel 4.5 Kalor uap zat padat dan suhu penguapan atau titik uap
4.8 Azas Black
Hukum kekekalan energi dalam bentuk kalor disebut juga dengan Azas Black.
Sesuai dengan hukum kekekalan energi, energi tidak dapat diciptakan dan
dimusnahkanm tetapi energi dapat diubah dari satu bentuk energi ke bentuk energi
lainnya. Dalam hukum kekekalan energi kalor, kalor yang dilepaskan suatu benda
sama dengan kalor yang diterima suatu benda lainnya. Melalui azas black ini dapat
ditentukan kalor jenis suatu zat dengan alat kalorimeter.
Kekekalan energi pada pertukaran kalor pertama kali ditemukan oleh seorang
ilmuwan Inggris Joseph Black dengan pernyataan: kalor yang dilepaskan oleh air
panas (Q lepas) sama dengan kalor yang diterima air dingin (Q terima). Secara
matematis pernyataan tersebut dapat ditulis dengan :
Q Lepas = Q Terima
1. Konduksi
Konduksi adalah perpindahan kalor dari satu tempat ke tempat lain melalui
benda. Tetapi selama kalor berpindah tidak ada bagian benda maupun atom atau
molekul penyusun benda yang ikut berpindah. Berdasarkan kemampuan
kemudahannya menghantarkan kalor, zat dapat dibagi menjadi : konduktor yang
mudah dalam menghantarkan kalor dan isolator yang lebih sulit dalam menghan
tarkan kalor. Contoh konduktor adalah aluminium, logam besi, dsb, sedangkan contoh
isolator adalah plastik, kayu, kain, dan lain-lain. Besar kalor yang mengalir persatuan
waktu pada proses konduksi ini tergantung pada :
a. Berbanding lurus dengan luas penampang batang.
b. Berbanding lurus dengan selisih suhu kedua ujung batang, dan
c. Berbanding terbalik dengan panjang batang.
Ukuran kemampuan zat menghantar kalor dikenal dengan konduktivitas
panas.
Tabel 4.6 Konduktivitas panas sejumlah zat
2. Konveksi
Konveksi Adalah proses perpindahan kalor yang terjadi yang disertai dengan
perpindahan pergerakan fluida itu sendiri. Ada 2 jenis konveksi, yaitu konveksi
alamiah dan konveksi paksa. Pada konveksi alamiah pergerakan fluida terjadi karena
perbedaan massa jenis, sedangkan pada konveksi paksa terjadinya pergerakan fluida
karena ada paksaan dari luar. Contoh konveksi alamiah : nyala lilin akan
menimbulkan konveksi udara disekitarnya, air yang dipanaskan dalam
panci, terjadinya angin laut dan angin darat, dsb. Contoh konveksi paksa : sistim
pendingin mobil, pengering rambut, kipas angin, dsb.
Konveksi hanya terjadi di dalam benda yang memiliki atom atau molekul
yang dapat bergerak bebas. Benda seperti ini adalah fluida yang terdiri dari zat cair
dan gas. Jadi, konveksi terjadi dalam zat cair atau gas. Ketika air di dalam panci
dipanaskan maka bagian air yang menerima panas adalah bagian yang bersentuhan
dengan panci, khususnya bagian dasar panci. Namun, lama-lama seluruh bagian air
menjadi panas karena adanya aliran molekul air dari bawah ke atas. Aliran tersebut
mendesak air yang dingin yang berada di atas untuk turun sehingga mengalami
pemanasan.
3. Radiasi
Radiasi adalah perpindahan kalor tanpa melalui medium. Ruang antara
matahari dan bumi kebanyakan hampa. Tetapi panas matahari dapat mencapai
bumi. Ini salah satu bukti bahwa kalor dapat merambat tanpa perlu medium.
Lampu pijar mengandung filamen di tengahnya (kawat kecil). Ruang antara
filamen adan kaca lampu adalah hampa. Ketika lampu disambung ke tegangan
listrik PLN maka filamen memanas. Suhunya bisa mencapai 5.000 °C. Tetapi
panas dapat dirasakan sampai ke kaca lampu dan bisa juga dirasakan sampai di
luar . Ini menunjukkan bahwa panas filamen dapat merambat melalui ruang hampa
dalam lampu hingga mencapai lokasi di luar lampu.
Udara adalah penghantar panas yang tidak baik. Ketika kita menyalakan api
unggun maka dalam sekejap kita yang duduk sekitar setengah meter dari api unggun
merasakan panas. Ini bukan karena panas merambat melalui udara, tetapi panas
merambat melalui radiasi. Kalau menunggu panas merambat melalui udara maka
diperlukan waktu yang lama bagi kita yang duduk setengah meter dari api unggun
untuk merasakan panas.
BAB 5
HUKUM KE NOL DAN KE SATU TERMODINAMIKA
Disusun Oleh:
Dosen:
Dra indrayani M.Si
5. Energi Dalam (Energi Internal) Didalam sistem terdapat partikel yang selalu
bergerak. Jika energi tiap partikel adalah Ek, sedangkan didalam sistem
terdapat N partikel, energi dalam (U) yang dimiliki sistem itu dapat
dirumuskan dengan :
U = N. Ek (persamaan 5.2)
Energi dalam bersifat konservatif, yang artinya besarnya tidak bergantung
pada lintasan atau proses yang dilalui, melainkan hanya bergantung pada
keadaan awal dan keadaan akhir sistem.
Dari hukum Boyle tersebut berarti hasil kali tekanan dan volume gas dalam
ruang tertutup adalah konstan (tetap) asalkan suhu gas tetap. Rumusnya :
P.V = c
Dimana c = bilangan tetap (konstanta)
Bila tekanan diubah maka volume gas juga berubah maka rumus di atas
dapat ditulis sebagai berikut.
P1.V1 = P2.V2
Dengan :
P1 = tekanan gas mula-mula (atm, cm Hg, N/m2, Pa)
P2 = tekanan gas akhir (atm, cm Hg, N/m2, Pa)
V1 = volum gas mula-mula (m3, cm3)
V2 = volum gas akhir (m3, cm3)
Dalam satuan internasional (SI), satuan tekanan gas adalah N/m2 atau pascal (Pa)
dan volume gas dalam m3.
Pertambahan energi dalam gas hanya tejadi karena adanya kerja yang
dilakukan lingkungan pada gas dan adanya aliran masuk kalor ke dalam gas.
Secara matematika, pernyataan di atas dapat diungkapkan oleh persamaan:
Gambar 5.4 Gas dalam silinder. Jika V berubah maka posisi piston juga berubah.
Kerja yang dilakukan gas untuk memindahkan piston adalah
W Fx PAx
Tetapi, Ax V , yaitu perubahan volum gas. Dengan demikian, kerja yang
dilalukan gas adalah W PV. Dalam termodinamika, kita definisikan kerja
sebagai kerja yang dilakukan lingkungan pada sistem. Persamaan (W PV)
mengungkapkan kerja yang dilakukan gas (sistem) pada lingkungan. Kerja yang
dilakukan lingkungan pada sistem adalah negatif dari nilai tersebut. Jadi, kerja
selama proses didefinisikan sebagai
W P
Gambar 5.5 Kerja selama proses dari keadaan A ke B sama dengan negatif luas daerah
di bawah kurva
Kerja total selama satu proses. Untuk menentukan kerja selama satu proses, kita
dibantu oleh diagram P-V. Kerja ketika gas mengalami proses dari keradaan A ke
keadaan B, WAB, sama dengan negatif luas daerah di bawah kurva antara A dan
B.
.
Gambar 5.6 Proses isokhorik: (a) tekanan mengalami pertambahan (b) tekanan
mengalami pengurangan.
2. Proses isobaric
Proses isobarik adalah proses yang berlangsung pada tekanan tetap. Jika
digambarkan pada diagram P-V, kurva proses isobarik adalah kurva
mendatar (Gambar 5.7). Contoh proses ini adalah proses yang berlangsung
dalam wadah yang dilengkapi sebuah piston di bagian atasnya. Piston
tersebut dapat bergerak. Piston tersebut mendapat tekanan dari udara luar
(atmosfer) sehingga nilainya konstan. Dengan demikian, tekanan dalam gas
juga konstan.
Gambar 5.7 Proses isobarik: (a) volume mengalami pertambahan (b) volum
mengalami pengurangan
3. Proses isothermal
Proses isotermal adalah proses yang berlangsung pada suhu tetap. Dengan
menggunakan persamaan gas ideal, P = nRT/V, maka P berbanding terbalik
dengan V. Jika digambarkan pada diagram P-V, kurva proses isotermal
tampak pada Gambar 5.8. Contoh proses ini adalah proses yang berlangsung
dalam wadah logam di mana wadah tersebut dicelupkan dalam air yang
voumenya sangat besar. Karena volume air yang sangat besar, maka selama
proses berlangsung suhu air dapat dianggap konstan sehinagg suhu gas
dalam wadah juga dianggap konstan. Juga proses ini dapat dihasilkan
dengan memasang pemanas otomatik yang bisa mengontrol suhu sehingga
konstan.
Gambar 5.8 Proses isotermal: kurva kanan berlangsung pada suhu yang lebih
tinggi daripadai kurva kiri (TB > TA).