PENDAHULUAN
1
panjang dan masih banyak lagi. Sedangkan besaran vektor adalah besaran yang
memiliki nilai dan arah.
Untuk lebih menambah pemahaman kita tentang besaran pokok, besaran
turunan, satuan SI, dimensi, analisis dimensi maupun besaran vektor dan besaran
skalar, dalam makalah ini penulis akan menjelaskan berbagai kajian-kajian tentang
besaran pokok, besaran turunan, satuan SI, dimensi, analisis dimensi, besaran vektor
dan besaran skalar lebih lanjut. Kajian-kajian yang dijelaskan diantaranya pengertian
besaran pokok dan besaran turunan, menjelaskan penerapan satuan besaran pokok dan
besaran turunan dalam SI, cara menentukan dimensi dan pengertian analisis dimensi,
pengertian skalar dan vektor, operasi vektor, resultan vektor dengan metode jajar
genjang, resultan vektor dengan metoda poligon, resultan vektor dengan metode
analisis. Selain dari semua itu, kami juga akan menjelaskan tentang perkalian titik
(dot), perkalian silang (cross) dan sifat-sifatnya, dan juga penerapan perkalian skalar
dan silang dalam fisika.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah diatas sesuai dengan rumusan masalah di atas
sebagai berikut:
1. Mampu membandingakan besaran pokok, besaran turunan dan contoh-
contohnya.
2. Kita bisa menerapkan satuan besaran pokok dan besaran turunan dalam SI.
2
3. Mampu menentukan dimensi suatu besaran pokok dan turunan dan kita juga bisa
mengetahui pengertian dari analisis dimensi dalam fisika.
4. Mampu mendeskripsikan tentang pengertian skalar dan vektor dan menjelaskan
cara menyatakan (merepresentasikan) vektor
5. Mampu menjelaskan tentang operasi – operasi pada vektor, resultan vektor dan
metodenya
6. Mampu menjelaskan tentang jenis perkalian vektor
7. Mampu menerapkan konsep perkalian skalar dan perkalian silang dalam
pemecahan masalah sehari-hari.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Bagi Penulis
Dalam penulisan makalah ini manfaat yang kami dapat bagi penulis yaitu
memberikan banyak pengalaman dalam penyusunan makalah ini dan juga bisa
memberikan informasi tentang besaran pokok dan besaran turunan, dan bisa
menjelaskan tentang skalar dan vektor serta hal – hal yang berkaitan dengan vektor.
2. Bagi Pembaca
Manfaat bagi pembaca yang membaca makalah ini adalah mendapat informasi
tentang besaran pokok, besaran turunan dan penjelasan tentang skalar dan vektor serta
hal – hal yang berkaitan dengan vektor.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Besaran fisis yaitu segala sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan
angka. Besaran fisis digunakan untuk menyatakan hukum-hukum fisika, misalnya:
panjang, massa, waktu, gaya, kecepatan, temperatur, intensitas cahaya, dan banyak
lagi yang lain. Ada banyak besaran fisis, kadang-kadang saling bergantung satu
dengan lainnya, sehingga pengaturannya menjadi sulit, misalnya saja laju (speed)
adalah perbandingan antara panjang dan waktu. Yang harus kita lakukan adalah
memilih sejumlah kecil besaran fisis sebagai besaran pokok. Besaran-besaran fisis
lainnya dapat diturunkan dari besaran pokok.
Besaran fisis dikelompokkan menjadi dua, yaitu besaran pokok dan besaran
turunan. Besaran pokok adalah besaran yang satuannya telah didefinisikan terlebih
dahulu dan tidak dapat dijabarkan dari besaran yang lain. Ada tujuh besaran pokok
dalam fisika, seperti ditunjukkan pada Tabel 1.1.
panjang Meter m
massa Kilogram kg
waktu Sekon s
suhu Kelvin K
4
Untuk penjabarannya dapat dilihat dibawah ini :
1. Panjang
Satuan Panjang = Meter (M)
Meter pertama kali didefinisikan pada 1973 dengan membagi jarak dari kutub utara
sampai ke katulstiwa menjadi 10 juta bagian yang sama. Hasilnya diproduksi menjadi
3 batang platina dan beberapa batang besi. Karena selanjutnya diketahui bahwa
pengukuran jarak dari kutub ke katulstiwa tidak akurat, maka pada 1960 standar ini
ditinggalkan. Saat ini 1 meter didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh cahaya pada
ruang hampa selama 1/299792458 detik
2. Waktu
Satuan Waktu = Detik/Sekon (S)
Satuan waktu awalnya didefinisikan sebagai 1/86400 dari waktu satu hari, namun
karena rotasi bumi tidak konstan, maka definisi ini diganti menjadi 1/31556925.9747
dari tahun 1900. pada 1967, definisi ini kembali diganti.detik adalah selang waktu
dari 9.192.631.770 periode radiasi yang disebabkan karena transisi 2 atom cesium –
133 pada ground state.
3. Massa
Satuan Massa = Kilogram (kg)
pada 1799, kilogram didefinisikan sebagai massa air pada 4 derajat celcius yang
menempati 1 desimeter kubik. Namun kemudian ditemukan bahwa volume air yang
diukur ternyata 1,000028 desimeter kubik, sehingga standar ini ditinggalkan pada
1889. Kilogram didefinisikan oleh sebuah benda silinder yang terbuat dari lempeng
platina dan 10% indium pada ruang hampa di dekat paris Kilogram merupakan satu-
satunya satuan standar yang tidak bisa dipindahkan. Tiruan-tiruan telah dibuat dengan
ketelitian mencapai 1/108part, namun metalurgi abad 19 belum baik, sehingga
ketidakmurnian pada logam menyebabkan kesalahan sekitar 0.5 part per billion setiap
tahunnya.
4. Arus listrik
Satuan Arus Listrik = Ampere (A)
Saat arus listrik mengalir lewat suatu kabel, maka bidang magnet akan berada di
sekeliling kabel. Ampere didefinisikan pada 1948 dari kekuatan tarik-menarik dua
kabel yang berarus listrik. 1 ampere adalah arus listrik konstan dimana jika terdapat
dua kabel dengan panjang tak terhingga dengan circular cross section?? yang dapat
5
diabaikan, ditempatkan dengan jarak 1 meter pada ruang hampa, akan
menghasilkan gaya 2 x 107 newton per meter.
5. Suhu atau Temperature
Satuan Suhu atau temperature Termodinamis = Kelvin (K)
Definisi dari temperature didasarkan pada diagram fase air, yaitu posisi titik tripel air
(suhu dimana 3 fase air berada bersamaan) yang didefinisikan sebagai 273,16 kelvin,
kemudian nol mutlak didefinisikan pada 0 kelvin, sehingga 1 kelvin didefiniskan
sebagai 1/273.16 dari temperature titik tripel air.
6. Jumlah Zat
Satuan Jumlah Zat = Mol (Mol)
Mol adalah istilah yang digunakan sejak 1902, dan merupakan kependekan dari
“gram-molecule”.1 Mol adalah jumlah zat yang mengandung zat elementer sebanyak
atom yang terdapat pada 0.012 kg karbon – 12. saat istilah mol digunakan, zat
elementernya harus dispesifikasikan, mungkin atom, molekul, electron, atau partikel
lain. Kita dapat membayangkan satu mol sebagai jumlah atom dalam 12 gram karbon
12. bilangan ini disebut bilangan Avogadro, yaitu 6.0221367 x 1023
7. Intensitas Cahaya
Satuan Intensitas Cahaya = Candela (C)
Satuan intensitas cahaya diperlukan untuk menentukan brightness (keterangan) dari
suatu cahaya. Sebelumnya, lilin dan bola lampu pijar digunakan sebagai standar.
Standar yang digunakan saat ini adalah sumber cahaya monokromatik(satu warna),
biasanya dihasilkan oleh laser, dan suatu alat bernama radiometer digunakan untuk
mengukur panas yang ditimbulkan saat cahaya tersebut diserap.1 candela adalah
intensitas cahaya pada arah yang ditentukan, dari suatu sumber yang memancarkan
radiasi monokromatik dengan frekuensi 540 x 1012 per detik, dan memiliki intensitas
radian pada arah tersebut sebesar (1/683) watt per steradian.
6
Besaran turunan Rumus Satuan
massa
massa jenis kg m-3
volume
pepindahan
kecepatan m s-1
waktu
kecepatan
percepatan m s-2
waktu
gaya
tekanan kg m-1s-2 = pascal (Pa)
luas
energi
daya kg m2 s-3 = watt (W)
waktu
impuls dan
gaya ∙ waktu kg m s-1 = N s
momentum
7
Konferensi Umum mengenai Berat dan Ukuran ke-14 (1971), berdasarkan
hasil-hasil pertemuan sebelumnya dan hasil-hasil panitia internasional, menetapkan
tujuh besaran sebagai dasar. Ketujuh besaran ini merupakan dasar bagi Sistem Satuan
Internasional, biasanya disingkat SI, dari bahasa Prancis “Le Systeme International
d’Unites.”
Banyak contoh-contoh satuan turunan SI, seperti kecepatan, gaya, hambatan
listrik, dan sebagainya. Sebagai contoh, satuan SI untuk gaya disebut newton
(disingkat N), yang dalam satuan dasar SI didefinisikan sebagai
1 N = 1 m ∙ kg/s2
2.3 Dimensi suatu Besaran Pokok, Besaran Turunan dan Analisis Dimensi
Dimensi suatu besaran menujukkan cara besaran itu tersusun dari besaran-
besaran pokok. Dimensi besaran pokok dinyatakan dengan lambang huruf tertentu
(ditulis huruf besar), dan atau diberi kurung persegi. Sebagai contoh, dimensi dari
besaran massa ditulis M atau [M]. Dimensi suatu besaran turunan ditentukan oleh
rumus besaran turunan tersebut jika dinyatakan dalam besaran-besaran pokok.
Sebagai contoh, dimensi dari besaran percepatan yang didefinisikan sebagai hasil bagi
dari kecepatan dan waktu adalah sebagai berikut :
8
Besaran Turunan Definisi Simbol Dimensi
m [M ]
Massa jenis (ρ) Massa per volume ( ) [M][L]-3
V [ L]3
s [ L]
Kecepatan (v) Perpindahan per waktu [L][T]-1
t [T ]
v [ L]
Percepatan (a) Kecepatan per waktu [L][T]-2
t [T ]2
Tabel 1.4. Menentukan dimensi besaran turunan dari dimensi besaran pokok
Analisis dimensi dalam fisika adalah alat konseptual yang sering diterapkan
dalam fisika, dan teknik untuk memahami keadaan fisis yang melibatkan besaran fisis
yang berbeda-beda. Adapun tiga manfaat dimensi dalam fisika, sebagai berikut.
1. Dapat digunakan untuk membuktikan dua besaran fisis setara atau tidak. Dua
besaran fisis yang hanya setara jika keduanya memiliki dimensi yang sama dan
keduanya termasuk besaran skalar atau keduanya termasuk besaran vektor.
2. Dapat digunakan untuk menetukan persamaan yang pasti atau mungkin benar.
3. Dapat digunakan untuk menurunkan persamaan suatu besaran fisis jika
kesebandingan besaran fisis tersebut dengan besaran fisis lainnya diketahui.
9
selalu disertai arah, cara menyatakan atau menggambarkan vektor ada 3 cara, yaitu
dengan diagram vektor, notasi huruf dan notasi analitis.
1. Cara pertama yaitu dengan diagram vektor, vektor dapat digambarkan dengan
anak panah
A B
Besar dan arah vektor dapat kita lihat atau dapat digambarkan melalui diagram
vektor. Misalkan diagram vektor di atas, kita dapat melihat besar dan arah vektor A
dan B, panjang dari anak panah dapat kita lihat sebagai besar atau nilai vektornya
misalnya panjang anak panahnya 1 meter, sedangkan arah dari vektor tersebut dapat
kita lihat dari arah kepala anak panah pada diagram vektor.
2. Cara yang kedua adalah dengan notasi huruf. Ada beberapa aturan dalam penulisan
vektor menggunakan huruf. Vektor dapat ditulis dengan huruf kapital yang dicetak
tebal, huruf kecil yang dicetak tebal, dan dalam penulisan sehari-hari biasanya
ditulis dengan menambahkan anak panah di atas huruf yang menyatakan vektor.
Sebagai contohnya vektor AB, dapat ditulis AB, ab, ataupun ⃑⃑⃑⃑⃑
𝐴𝐵 dan ab . Vector
AB memiliki arti atau dapat diartikan bahwa arah vektornya dari vektor A ke
vektor B.
3. Cara yang ketiga adalah dengan notasi analitis. Notasi ini digunakan untuk
menganalisa vektor tanpa menggunakan gambar atau diagram. Contoh : vektor a
dapat dinyatakan dalam komponen – komponen sebagai berikut :
10
y
y
ay
ay
ax x
a
az
z
x
ax
A B
b. Dua vektor yang besarnya tidak sama tetapi memiliki arah yang sama
11
12
c. Dua vektor yang besar dan arahya berbeda
13
B
14
2.5 Operasi Vektor, Resultan Vektor dan Metodenya
Dalam kehidupan sehari-hari, besaran – besaran baik besaran skalar maupun
vektor juga sering dilibatkan dalam operasi hitung baik penjumlahan, pengurangan
dan perkalian. Untuk besaran-besaran skalar dalam operasi hitung mengikuti kaidah
berhitung biasa. Sedangkan untuk besaran vektor dalam operasi hitung mengikuti
kaidah-kaidah berhitung yang berbeda dengan kaidah berhitung besaran scalar
sehingga memerlukan pembahasan tersendiri yang biasanya terangkum dalam kajian
analisis vektor.
Dalam vektor, ada beberapa operasi-operasi atau cara-cara yang dapat
digunakan dalam menentukan nilai dari sebuah vektor, diantaranya adalah sebagai
berikut :
1. Operasi Penjumlahan dan pengurangan
Untuk pengurangan vektor tanda “-“ berarti berlawanan arah misalnya vektor
A-B, dapat kita kurangi atau hitung seperti pada gambar dibawah ini.
15
Dalam operasi vektor ini berlaku beberapa hukum, antara lain :
a. Hukum Komutatif
A+B=B+A (1.1)
(A+B)+C=A+(B+C) (1.2)
16
B
A
B
G
Dalam menentukan aresultan vector AB diatas dapat dilakukan dengan beberapa cara
m
yaitu: b
a vektor B diletakkan berhimpit dengan vektor A
1. Titik pangkal
r
2. Gambar jajar genjang dengan P dan Q sebagai sisinya, lalu tarik garis
2
( AB1) 2 ( BC ) 2 2( AB)( BC ) cos
ACdiagonalnya
.
7
A A
V
e − +
k B B
A A
t B
B -
o
Gambar 1.8 VektorBA + B
r
A
G
d a G
Besar R dapata ditentukan dengan caram: a
b m
𝐴𝐶 2 = (𝐴𝐵)n2 + (𝐵𝐶)2 − 2(𝐴𝐵)(𝐵𝐶)a cos (180 − 𝛼) (1.3)
b
= (𝐴𝐵)2B + (𝐵𝐶)2 − 2(𝐴𝐵)(𝐵𝐶)r −a(cos 𝛼) (1.4)
1
. r (1.5)
9 1
V .
G e 1
Dimana diketahui :
a k 0
AB = P m t
b =R o
BC = AD = AC
a r
Sehingga persamaan
r (1.5) dapat A
ditulis menjadi
-
R 2 P2 2
1 Q 2( P )(Q ) cos
B
(1.6)
.
A 7
(1.7)
V
e
Catatan : k
t
o
r
A 17
1. Jika vektor P dan Q searah, maka α = 00 dan R =√𝑃2 + 𝑄 2 + 2(𝑃)(𝑄) (1.8)
2. Jika vektor P dan Q berlawanan arah, maka α = 1800 dan
𝑅 = √𝑃2 + 𝑄 2 − 2(𝑃)(𝑄) (1.9)
3. Jika vektor P dan Q saling tegak lurus, maka α = 900 dan R = √𝑃2 + 𝑄 2 (1.10)
A B
C B
A
α
α B
P 𝑅
= √𝑃2 + 𝑄 2 + 2(𝑃)(𝑄 ) cos 𝛼
Resultan proyeksi-proyeksi gaya yang searah memenuhi persamaan berikut :
(1.11)
F
(1.12)
Gambar 1.14 Beberapa
dimana : vektor
H
(1.17)
(1.18)
19
Di atas telah dijelaskan mengenai operasi penjumlahan dan pengurangan
vektor, sekarang akan dijabarkan mengenai operasi perkalian vektor. Operasi
perkalian vektor ada 2 jenis, yaitu perkalian skalar dengan vektor dan perkalian vektor
dengan vektor. Perkalian vektor dengan vektor terdiri dari perkalian titik (dot product)
dan perkalian silang (cross product).
1. Perkalian Skalar dengan Vektor
Perkalian ini berarti mengalikan bilangan biasa (skalar) dengan vektor. Hasil
perkalian ini adalah vektor baru. Notasi penulisan perkalian ini adalah :
E
(1.19)
Vektor B memiliki besar k kali vektor A. jika nilai k positif (+) maka vektor B
akan memiliki arah yang sama dengan vektor A. namun jika k bernilai negative maka
vektor B berlawanan arah dengan vektor A.
2. Perkalain Vektor dengan Vektor
ada 2 jenis perkalain ini, yaitu
a. Perkalain tititk/dot (•)
Perkalian titik 2 buah vektor, A dan B dapat dituliskan A • B . 2 buah vektor
yang dioperasikan dengan perkalian titik menghasilkan bilangan biasa (skalar)
F
G
Gambar 1.17
G
E a (1.20)
m
b
a
Ada beberapa halr yang perlu diperhatikan dalam perkalian titik, antara
lain : 1
.
Dalam perkalian 1titik berlaku hukum komutatif
5
A•B = B•A M (1.21)
e memperhatikan urutan)
(perklaian dot tidak
t
Perkalian titik juga o memenuhi hukum distributif
d
A•(B+C) = A•B +e A•C (1.22)
P
o
l
i
g 20
o
n
Jika vektor A dan B saling tegak lurus (θ = 900) maka
A•B = 0 (1.23)
Jika kedua vektor memiliki arah yang sama (searah) θ = 0, maka
A•B = AB (1.24)
Jika A=B akan diperoleh
A•A = A2 atau B•B = B2 (1.25)
Jika θ = 1800 maka vektor A dan B akan berlawanan arah
A•B = −AB (1.26)
b. Perkalian silang/cross (×)
Dengan notasi A×B (dibaca A cross B), perkalian silang 2 vektor ini
menghasilkan sebuah vektor baru. Vektor hasil perkalian ini dapat digambarkan
sebagai sebuah vektor yang tegak lurus terhadap masing-masing vektor tersebut.
Hal – hal penting yang harus diingat dalam perkalian silang, antara lain :
Perkalain silang bersifat anti komutatif
A × B = −B × A (1.27)
Sudut yang dibentuk vektor A dan B 900 (tegak lurus) maka
│A × B│= AB (1.28)
Jika vektor A dan B segaris dengan θ = 00 ataupun θ = 1800 (searah ataupun
berlawanan) maka
│A × B│= 0 (1.29)
2.7 Penerapan Perkalian Vektor
Setelah mengetahui teori tentang perkalian vektor, sekarang kita akan
menerapkan operasi perkalian tersebut dalam perumusan – perumusan fisika.
1. Penerapan Perkalian Titik (Dot)
Beberapa contoh penerapan perkalian titik dalam fisika antara lain dalam
mencari besarnya usaha. Seperti yang telah diketahui bersama rumus untuk
menentukan besarnya usaha yang dilakukan saat sebuah benda dikenai gaya dan
benda tersebut mengalami perubahan posisi adalah W = F • s = F (cos θ) • s. Dimana
W adalah usaha, F adalah gaya yang bekerja pada benda dan s adalah jarak yang
ditempuh benda setelah/selama dikenai gaya.
R
21
G
Gambar 1.19
Hasil dari perkalian ini (usaha) merupakan bilangan skalar (bilangan biasa)
tanpa arah. Contoh lain dari penerapan perkalian titik ini adalah saat menghitung fluks
listrik.
2. Penerapan Perkalian Silang (Cross)
Masih ingatkah dengan momen gaya ? momen gaya dirumuskan τ = F × r.
dimana τ adalah momen gaya, F adalah vektor gaya dan r adalah vektor posisi.
Momen gaya ini merupakan besaran vektor karena setelah dioperasikan, momen gaya
selain memiliki nilai juga memiliki arah.
⃑⃑⃑⃑⃑⃑
𝐹1𝑦
⃑⃑⃑
𝐹1
⃑⃑⃑⃑
𝐹2
Gambar 1.20
Titik O merupakan poros, jika batang tersebut ditarik dengan gaya F, maka
batang akan bergerak searah jarum jam. Sehingga momen gaya termasuk salah satu
contoh penerapan perkalian silang (cross). Adapun contoh lain yaitu Gaya Lorentz.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
22
Berdasarkan pembahasan di atas, maka simpulan yang dapat ditarik adalah
sebagai berikut :
1. Besaran pokok merupakan besaran yang satuannya telah didefinisikan terlebih
dahulu dan tidak dapat dijabarkan dari besaran yang lain. Sedangkan besaran
turunan adalah besaran yang diturunkan dari besaran-besaran pokok.
2. Untuk penyamaan persepsi pengukuran di seluruh dunia, diciptakan suatu
standar satuan yang disebut dengan satuan Sistem Internasional yang dapat
dikonversi ke dalam satuan yang berlaku di negara masing-masing. Misalnya
satuan panjang secara internasional adalah meter, dapat dikonversi ke dalam
satuan inchi, kaki, mil, dan lain-lain.
3. Dimensi suatu besaran menunjukkan cara besaran itu tersusun dari besaran-
besaran pokoknya.
4. Kegunaan analisis dimensi yaitu; (a) mengungkapkan kesetaraan beberapa
besaran yang secara sepintas tampak berbeda, misalnya energi kinetik, energi
potensial, dan usaha; (b) menentukan satuan dari besaran turunan dengan cara
analisis dimensional.
5. Analisis dimensional adalah suatu cara untuk menentukan satuan dari suatu
besaran turunan, dengan cara memperhatikan dimensi besaran tersebut.
6. Besaran skalar artinya besaran yang tidak memiliki arah.
7. Besaran vektor merupakan besaran yang selain memiliki nilai juga memiliki
arah.
2. Ada 3 cara untuk merepresentasikan vektor, yaitu
a. Diagram vektor
b. Notasi huruf
c. Notasi analitis
3. Ada beberapa metode untuk mencari nilai resultan vektor, antara lain :
a. Metode jajar genjang
⃑⃑⃑⃑⃑⃑
𝐹2𝑦
23
4. Perkalian vektor terdiri dari 2 jenis yaitu :
a. Perkalian Titik (dot) yang menghasilkan bilangan skalar (bilangan biasa)
b. Perkalian Silang (cross) yang menghasilkan besaran vektor baru.
3.2 Saran
Saran yang ingin kami sampaikan yaitu diharapkan kepada peserta didik agar
dapat lebih mengerti dan memahami tentang besaran pokok, besaran turunan, satuan
SI, dimensi, analisis dimensi, skalar dan vektor, agar nantinya mampu menjabarkan
apa itu besaran pokok, besaran turunan, skalar, vektor dan semua hal – hal yang
berkaitan dengan besaran-besaran yang ada di fisika.
DAFTAR PUSTAKA
www.ensiklopedia.com
www.google.com
24
2⃑⃑⃑⃑⃑⃑ ∑ 𝐹
𝑅
α
β
B
FA
OA•B
sθ𝐹𝑅∑
𝑡𝑔B∑ 𝐹1𝑥
𝜃== 2𝑥𝐹𝐹=
kA
𝑋𝑌
2
𝑌
∑
2 𝐹𝑋 2
==√
AB =∑
= 𝐹𝐹 cos
1𝑋𝐹1𝑋 𝐹
1𝑌𝑋+ 𝐹2𝑌
θ+−+∑𝐹𝐹2𝑋 2𝑌 2
𝐹𝑌
Halliday,Resnick.1999.Fisika Jilid I.Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga
Giancoli, D.C.1998. Fisika Jilid I. Edisi ketiga. Jakarta: Erlangga
Modul Fisika Dasar 1
Sri Handayani, Ari Damari. 2009. Fisika Untuk SMA dan MA Kelas X. Jakarta: CV
Adi Perkasa
Sumarsono, Joko. 2009. Fisika Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: CV Teguh Karya
25