Anda di halaman 1dari 15

ISI

A. SUHU
a.1. Pengertian suhu
Pada kehidupan sehari-hari, Anda sering mendengar istilah ‘panas’ dan ‘dingin’. Di siang hari
udara terasa panas dan pada malam hari udara terasa dingin. Segelas air es yang ada di meja akan terasa
dingin dan nasi yang berada dalam penghangat nasi terasa panas. Keadaan derajat panas dan dingin yang
di alami suatu benda atau keadaan dinamakan suhu. Suhu yang dialami pada suatu benda tergantung
energi panas yang masuk pada benda tersebut. Benda dikatakan panas jika bersuhu tinggi sedang benda
dikatakan dingin jika bersuhu rendah.

Suhu atau temperatur benda adalah besaran yang menyatakan derajat panas suatu benda. Benda
yang panas memiliki suhu yang tinggi, sedangkan benda yang dinginkan memiliki suhu yang rendah.
Perlu diketahui bahwa suhu merupakan besaran, maka yang memiliki suhu tentu benda. Misalnya suhu es
yang sedang mencair, suhu air yang mendidih dan seterusnya. Jadi tidak ada suhu tempat atau ruangan,
yang ada adalah suhu udara di tempat atau ruangan. Suhu juga disebut temperatur yang diukur dengan
alat thermometer. Suhu menunjukkan derajat panas suatu benda. Kita dapat mudah menganalogikakan,
semakin tinggi suhu suatu benda, semakin panas benda tersebut. Secara mikroskopis, suhu menunjukkan
energi yang dimiliki oleh suatu benda. Setiap atom dalam suatu benda masing-masing bergerak, baik itu
dalam bentuk perpindahan maupun gerakan di tempat berupa getaran. Makin tingginya energi atom-atom
penyusun benda, makin tinggi suhu benda tersebut.

Empat macam termometer yang paling dikenal adalah Celsius, Reumur, Fahrenheit dan Kelvin.
Perbandingan antara satu jenis termometer dengan termometer lainnya mengikuti: C:R:(F-32) = 5:4:9 dan
K=C - 273.(derajat). Karena dar Kelvin ke derajat Celsius, Kelvin dimulai dari 273 derajat, bukan dari -
273 derajat. Dan derajat Celsius dimulai dari 0 derajat. Suhu Kelvin sama perbandingan nya dengan
derajat Celsius yaitu 5:5, maka dari itu, untuk mengubah suhu tersebut ke suhu yang lain, sebaiknya
menggunakan atau mengubahnya ke derajat Celsius terlebih dahulu, karena jika kita menggunakan Kelvin
akan lebih rumit untuk mengubahnya ke suhu yang lain.

a.2. Alat Ukur Suhu

Ketika kita memanaskan atau mendinginkan suatu benda sampai pada suhu tertentu, bebrapa sifat
fisik benda tersebut berubah. Sifat-sifat benda yang akibat berubah adanya perubahan suhu di sebut sifat
termometrik. Sifat termometrik suatu zat dapat di manfaatkan sebagai suatu alat pengukur suhu.
Thermometer adalah alat yang di gunakan untuk mengukur suhu atau benda. Berbagai jenis thermometer
di buat berdasarkan beberapa sifat termometrik zat, seperti pemuain zat padat, pemuain zat cair, pemuain
gas, tekanan zat cair, teknan udara, regangan zat padat, hambatan zat terhadap arus listrik, dan intensitas
cahaya (radiasi benda).Berdasarkan sifat termomatrik zat, jenis-jenis thermometer antara lain sebagai
berikut. Thermometer Zat Cair Alat ni bekerja berdasarkan prinsip bahwazat cair akan memuai
(bertambah volumenya jika di panaskan).

1
1)Thermometer Bimetal

Alat ini bekerja berdasarkan prinsip bahwa logam akan memuai (bertambah panjang) jika di
panaskan. Thermometer Hambatan Alat ini bekerja berdasar prinsi bahwa seutas kawat logam di
panaskan, hambatan listriknya akan bertambah. Perubahan hambatan listrik ini kemudian di ubah ke
dalam pulsa-pulsa listrik. Pulsa listrik inilah yang menunjukan suhu saat itu. Temokopel Perbedaan
pemuain antara dua logam yang ke dua ujungnya di sentuhkan di manfaatkan pada termokopel. Pada
prinsipnya, pemuaian yang berbeda antara dua logam yang ujungnya di sentuhkan akan menghasilkan
gaya gerak listrik (GGL). Besar GGL inilah yang di manfaatkan oleh termokopel untuk menunjukan
suhu.

2)Thermometer Gas

Bila sejumlah gas yang di panaskan volumenya di jaga tetap, tekanannya akan bertambah. Sifat
termometrik. inilah yang di manfaatkan untuk mengukur suhu pada thermometer gas.

3)Pyrometer

Pyrometer bekerja dengan mengukur intensitas radiasi yang di pancarkan oleh benda yang sangat
panas. Instrument pyrometer tidak menyentuh benda panas sehingga pyrometer dapat di gunakan untuk
mengukur suhu yang sangat tinggi (kira-kira 5000C – 30000C) yang dapat membakar habis thermometer
jenis lainnya.

Secara umum Termometer terbagi tiga, yaitu Termometer Celcius, Termometer Reamur,
Termometer Kelvin dan Termometer Fahrenheit. Termometer berupa tabung kaca yang di dalamnya
berisi zat cair, yaitu raksa atau alkohol. Pada suhu yang lebih tinggi, raksa dalam tabung memuai
sehingga menunjuk angka yang lebih tinggi pada skala. Sebaliknya, pada suhu yang lebih rendah raksa
dalam tabung menyusut sehingga menunjuk angka yang lebih rendah pada skala.

Gambar 1. Termometer raksa

1.2. Satuan Suhu

Mengacu pada SI, satuan suhu adalah Kelvin (K). Skala-skala lain adalah Celsius, Fahrenheit,
dan Reamur. Pada skala Celsius, 0 °C adalah titik dimana air membeku dan 100 °C adalah titik didih air
pada tekanan 1 atmosfer. Skala ini adalah yang paling sering digunakan di dunia. Skala Celsius juga sama

2
dengan Kelvin sehingga cara mengubahnya ke Kelvin cukup ditambahkan 273 (atau 273.15 untuk lebih
tepatnya).Skala Fahrenheit adalah skala umum yang dipakai di Amerika Serikat. Suhu air membeku
adalah 32 °F dan titik didih air adalah 212 °F. Sebagai satuan baku, Kelvin tidak memerlukan tanda
derajat dalam penulisannya. Misalnya cukup ditulis suhu 20 K saja, tidak perlu 20° K.

a.3. Mengubah Skala Suhu

Cara mudah untuk mengubah dari Celsius, Fahrenheit, dan Reamur adalah dengan mengingat
perbandingan C:F:R = 5:9:4. Caranya, adalah (Skala tujuan)/(Skala awal)xSuhu. Dari Celsius ke
Fahrenheit setelah menggunakan cara itu, ditambahkan77 °F pada skala Celsius adalah 5/9 x (77-32) = 25
Perlu untuk kita ketahui bersama bahwa dibumi ini pernah tercatat suhu paling dingin. Suhu paling dingin
di bumi pernah dicatat di Stasiun Vostok, Antarktika pada 21 Juli 1983 dengan suhu -89,2 °C.

a.4. Skala Utama Yang Biasa Digunakan Di Dunia Saat Ini Untuk Mengukur Suhu

Skala Fahrenheit (°F), yang (°C) skala Celsius, dan skala Kelvin (K) dan skala Reamur (°R).
Masing-masing skala ini menggunakan penentuan titik referensi yang berbeda, seperti yang dijelaskan
secara rinci di bawah.

1. Skala Fahrenheit

Skala Fahrenheit diambil dari nama Daniel Gabriel Fahrenheit(1686-1736), seorang fisikawan
Jerman yang dikreditkan atas penemuan termometer alkohol pada tahun 1709 dan termometer air raksa di
1714. Skala Suhu Fahrenheit kemudian dikembangkan pada tahun 1724.

Fahrenheit awalnya membuat skala di mana temperatur campuran es-air-garam yang ditetapkan sebesar 0
derajat. Suhu es air (tanpa garam) campuran ditetapkan pada 30 derajat dan suhu tubuh manusia
ditetapkan pada 96 derajat. Menggunakan skala ini, Fahrenheit mengukur temperatur air tepat 212 ° F
mendidih pada skala nya. Dia kemudian menyesuaikan titik beku air dari 30 ° F sampai 32 ° F, sehingga
membuat kesimpulan interval antara titik beku dan titik didih air hingga 180 derajat (dan mengukur suhu
tubuh berada pada 98,6 ° F). Skala Fahrenheit masih umum digunakan di Amerika Serikat.

2. Skala Celcius

Anders Celsius (1701-1744) adalah seorang astronom Swedia yang dikreditkan atas penemuan
dari skala celcius pada tahun 1742. Celcius memilih titik leleh es dan titik didih air sebagai suhu referensi
nya sebagai dua metode yang sederhana dan konsisten dalam kalibrasi termometer. Celsius membagi
perbedaan suhu antara titik beku dan titik didih air menjadi 100 derajat. Setelah Andrea Celsius
meninggal, skala celcius berganti nama menjadi skala Celcius dengan titik beku air ditetapkan pada 0 ° C
dan titik didih air pada 100 ° C.

3
Gambar 2. Perbandingan Skala Celcius dan Fahrenheit

Skala Celsius lebih diutamakan dari skala Fahrenheit dalam penelitian ilmiah karena lebih
kompatibel dengan format dasar sepuluh dari Sistem Internasional (SI). Selain itu, skala Celsius dalam
penggunaan pengukuran suhu sangat umum digunakan di sebagian besar negara di dunia selain Amerika
Serikat.

3. Skala Kelvin

Lord William Kelvin (1824-1907) adalah seorang ahli fisika Skotlandia yang merancang sakala
Kelvin (K) pada tahun 1854. Skala Kelvin didasarkan pada gagasan nol mutlak, suhu teoritis di mana
semua gerak molekul berhenti dan tidak ada energi yang telihat dapat terdeteksi.

Secara teori, titik nol pada skala Kelvin adalah suhu terendah yang ada di alam semesta: -
273.15ºC. Skala Kelvin menggunakan unit yang sama dari penentuan skala Celcius, Namun mengubah
titik nol menjadi nol mutlak: -273.15ºC. Oleh karena itu, titik beku air adalah 273,15 kelvin (skala kelvin
tidak ditambah istilah “derajat” atau simbol º), dan 373,15 K adalah titik didih air.

Gambar 3. Perbandingan
skala kelvin, celcius dan Fahrenheit

4
Skala Kelvin, seperti halnya skala Celcius, adalah unit SI standar pengukuran yang digunakan
umumnya dalam pengukuran ilmiah. Karena tidak ada angka negatif pada skala Kelvin (secara teoritis
tidak ada yang bisa lebih dingin dari nol mutlak), sangat nyaman untuk menggunakan skala kelvin ketika
mengukur temperatur yang sangat rendah dalam penelitian ilmiah.

4. Skala Reamur

Skala Réaumur adalah skala suhu yang dinamai menurut René Antoine Ferchault de Réaumur,
yang pertama mengusulkannya pada 1731. Titik beku air adalah 0 derajat Réaumur, titik didih air 80
derajat. Jadi, satu derajat Réaumur sama dengan 1,25 derajat Celsius atau kelvin.

Skala ini pada awalnya dibuat dengan alkohol, oleh sebab itu termometer Réaumur yang dibuat
dengan raksa sebenarnya bukan termometer Réaumur sejati. Réaumur mungkin memilih angka 80 karena
dapat dibagi-dua sebanyak 4 kali dengan hasil bilangan bulat (40, 20, 10, 5), sedangkan 100 hanya dapat
dibagi 2 kali dengan hasil bilangan bulat (50, 25). Skala Réaumur digunakan secara luas di Eropa,
terutama di Perancis dan Jerman, tapi kemudian digantikan oleh Celsius. Saat ini skala Réaumur jarang
digunakan kecuali di industri permen dan keju

Rumus Konversi skala suhu:

Gambar 4. Tabel Konversi Skala Suhu

5
B. Perpindahan Kalor
b.1. Pengertian kalor
Dalam aktivitas keseharian, apa yang menjadi kegiatan kita tidak terlepas dari konsep kalor.
Banyak peralatan rumah tangga dibuat dengan memakai prinsip-prinsip perpindahan kalor.
Perpindahan kalor adalah perpindahan energi yang terjadi pada benda atau material yang bersuhu
tinggi ke benda atau material yang bersuhu rendah, hingga tercapainya kesetimbangan panas.
Perpindahan kalor (heat transfer) adalah ilmu untuk meramalkan atau menggambarkan perpindahan
energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu di antara benda atau material. Bila dua sistem
yang suhunya berbeda disinggungkan maka akan terjadi perpindahan energi. Proses di mana
perpindahan energi itu berlangsung disebut perpindahan panas. Perpindahan panas akan terjadi
apabila ada perbedaan temperatur antara 2 bagian benda. Panas akan berpindah dari temperatur tinggi
ke temperatur yang lebih rendah.
b.2. Proses perpindahan kalor
Terdapat tiga macam proses perpindahan energi kalor. Proses tersebut adalah perpindahan
energi secara konduksi, konveksi dan radiasi.
1. Konduksi
Konduksi adalah adalah perpindahan panas yang tanpa disertai dengan pergerakan objek.
Perpindahan konduksi ini sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Perpindahan kalor
secara konduksi biasanya terjadi pada zat padat .
Contoh:
 Benda yang terbuat dari logam akan terasa hangat atau panas jika ujung benda
dipanaskan, misalnya ketika memegang kembang api yang sedang dibakar.
 Knalpot motor menjadi panas saat mesin dihidupkan.
 Tutup panci menjadi panas saat dipakai untuk menutup rebusan air.
 Mentega yang dipanaskan di wajan menjadi meleleh karena panas.

Gambar 1.Contoh Konduksi (Sumber: belajarbagus.net)


2. Konveksi
Konveksi merupakan proses perlindungan kalor dengan media atau benda yang
menghantarkan kalor juga turut berpindah, seolah-olah kalor dibawa oleh media tersebut.
Proses perpindahan kalor ini umumnya terjadi dari benda padat ke fluida baik cair
maupun gas.

6
Contoh:
 Gerakan naik dan turun air ketika dipanaskan.
 Gerakan naik dan turun kacang hijau, kedelai dan lainnya ketika dipanaskan.
 Terjadinya angin darat dan angin laut.
 Gerakan balon udara.
 Asap cerobong pabrik yang membumbung tinggi.

Gambar 2. Contoh konveksi (Sumber: wonderfulengineering.com)


3. Radiasi
Radiasi adalah perpindahan panas tanpa zat perantara. Radiasi biasanya disertai cahaya. Pada
proses radiasi, panas diubah menjadi gelombang elektromagnetik yang merambat tanpa
melalui ruang media penghantar. Jika gelombang tersebut mengenai suatu benda, maka
gelombang dapat mengalami transisi (diteruskan), refleksi (dipantulkan) dan absorpsi
(diserap) dan menjadi kalor. Hal itu tergantung pada jenis benda.
Contoh radiasi:
 Panas matahari sampai ke bumi walau melalui ruang hampa.
 Tubuh terasa hangat ketika berada di dekat sumber api.
 Menetaskan telur unggas dengan lampu.
 Pakaian menjadi kering ketika dijemur di bawah terik matahari.

7
Gambar 3. Contoh radiasi (Sumber: cuacajateng.com)

C. PERSAMAAN GAS IDEAL


c.1. Pengertian Gas Ideal
Gas ideal merupakan gas yang memenuhi asumsi-asumsi berikut :
1. Suatu gas terdiri atas molekul-molekul atau disebut molekul. Setiap molekul identik (sama)
sehingga tidak dapat dibedakan dengan molekul lainnya.
2. Molekul-molekul gas ideal bergerak secara acak ke segala arah.
3. Molekul-molekul gas ideal tersebar merata di seluruh bagian.
4. Jarak antara molekul gas jauh lebih besar daripada ukuran molekulnya.
5. Tidak ada gaya interaksi antarmolekul saling bertumbukan atau rterjadi tumbukan denfgan
dinding.
6. Semua tumbukan yang terjadi baik antar molekul maupun antara molekul dengan dinding
merupakan tumbukan lenting sempurna dan terjadi pada waktu yang sangat singkat (molekul
dapat dipandang seperti bola keras yang licin).
7. Hukum-hukum Newton tentang gerak berlaku pada molekul gas ideal.
c.2. Persamaan Gas Ideal
Hukum Boyle
Hukum Boyle dikemukakan oleh fisikawan inggris yang bernama Robert Boyle. Boyle melakukan
percobaan dan pengamatan untuk mengetahui hubungan antara tekanan dan volume gas dalam suatu
ruangan tertutup pada suhu konstan. Hubungan antara tekanan dan volume gas pada ruang tertutup
tersebut dikenal dengan Hukum Boyle. Hukum Boyle menyatakan bahwa jika dalamsuatu ruang tertutup
terdapat gas ideal dengan suhunya konstan, tekanan gas berbalik dengan volume gas. Secara matematis
Hukum Boyle dapat dituliskan:
P1 V2 =P2 V2
Atau

P V = Konstan
dengan:
p1 : tekanan gas pada keadaan 1 (N/m2)
p2 : tekanan gas pada keadaan 2 (N/m2)
v1 : volume gas pada keadaan 1 (m3)
v2 : volume gas pada keadaan 2 (m3)
Jadi pada suhu tetap, jika tekanan gas dinaikan, volume gas akan mengecil. Jika tekanan diturunkan,
volume gas akan naik.
Hukum Charles
Hukum charles dikemukakan oleh fisikawan Prancis bernama Jacques Charles. Charlws menyatakan jika
tekanan gas yang berada dalam bajana tertutup dipertahankan konstan, maka volume gas sebanding
dengan mutlaknya. Secara matematis hukum Charles dapat dituliskan:

8
V1 = V2
T1 T2
atau

V =Konstan
T
dengan:
T1 :suhu mutlak gas pada keadaan 1 (k)
T2 :suhu mutlak gas pada keadaan 2 (k)
V1 :volume gas pada keadaan 1 (m3)
V2 :volume gas pada keadaan 2 (m3)
Hukum Gay lussac
Hukum Gay lussac dikemukakan oleh kimiawan Prancis bernama Joseph Gay lussac. Gay lussac
mengatakan bahwa jika volume gas yang berada dalam bajana tertutup dipertahankan konstan, maka
tekanan gas sebanding dengan suhu mutlaknya. Secara matematis hukum Gay lussac dapat dituliskan:

P1 = p2
T1 T2
atau

P = konstan
T
dengan:
p1 :tekanan gas pada keadaan 1 (N/m2)
p2 :tekanan gas pada keadaan 2 (N/m2)
T1 :suhu mutlak gas pada keadaan 1 (k)
T2 :suhu mutlak gas pada keadaan 2 (k)
Hukum Boyle-Gay Lussac
Jika hukum Boyle, hukum Charles, dan hukum Gay Lussac digabungkan, maka diperoleh hukum Boyle-
Gay Lussac. Persamaan hukum Boyle-Gay Lussac sebagai berikut:
P1V1 =P2v2
T2 T2

Hukum Boyle-Gay Lussac berlaku untuk gas ideal yang massa dan jumlah mol gasnya tetap. Jika massa
dan mol gasnya tidak tetap maka persamaannya menjadi.

pV = nr
T

Jadi yang dimaksud dengan persamaan gas ideal adalah

Pv = n R T
dengan: n :jumlah
mol gas
R :tetapan umum gas (8,314 J/mol K)

9
Mengingat bahwa jumlah mol gas (n) merupakan antara perbandingan massa gas dengan massa molekul
relatifnya (M). Secara matematis jumlah mol adalah sebagai berikut:

n = m
M

m = nM

Jadi persamaan gas ideal juga dapat dituliskan

pV m RT
M

Jika kita ingin mencari masa jenis suatu gas, maka persamaan diatas dapat dituliskan :

p = m = PM
V
RT

Persamaan gas ideal juga dapat dinyatakan dalam jumlah partikel gas tersebut. Ingat bahwa berdasarkan
konsep mol, jumlah partikel gas tersebut dengan bilangan avogadro:

N = Nn A

n = N
NA
Jika persamaan diatas disutitusikan ke persamaan gas ideal akan diperoleh:

pV = N
RT
NA

Karena k = R/NA, jadi jika dinyatakan dalam jumlah partikel gas, persamaan ideal dapat dituliskan
dengan:

pV = NkT
dengan:
N = jumlah partikel gas
NA =bilangan Avogandro (6,023 x 10 pangkat 23 molekul/mol)
k =ketetapan Boltzman (1,38 x 10 min pangkat 23 J/K)
Contoh soal
Gas dalam ruang tertutup yang bervolume 75 liter dan suhu 27 derajat C. Memiliki tekanan 2 atm.
Tentukan jumlah mol gas yang berada dalam ruang tersebut!
Pembahasan:
n = PV
RT

10
= 2 x 75
0,082x300
= 6,1 mol
jadi banyaknya mol gas adalah 6,1 mol.

D. Implikasi Suhu dan Kalor Dalam Bidang Biologi


1. Suhu Pada Tubuh Manusia
Manusia memiliki mekanisme pengaturan untuk bisa mempertahankan suhu tubuh tetap
optimal dalam berbagai macam kondisi lingkungan. Suhu optimum tubuh yaitu 37°C apabila
diukur secara oral atau mulut.namun, tubuh masih dianggap normal apabila rentang suhu 35,5°C
pada pagi hari samapi 37,7°C pada malam hari. Rata-ratanya adalah 36,7°C. pengaturan suhu ini
sangat mempengaruhi proses metabolisme atau biasa kita sebut dengan termoregulasi.
Termoregulasi adalah suatu mekanisme makhluk hidup untuk mempertahankan suhu optimal
agara berada dalam kisaran yang dapat ditolerir. Termoregulasi terjadi dengan mengatur
keseimbangan antara perolehan kalor (panas) dengan pelepasan kalor (panas).

2. Keringat
Sistem tubuh manusia bekerja optimal pada suhu36,5-37,5°C. pada saat beraktivitas, misalnya
berolahraga aka terjadi peningkatan proses perubahan energi kimia menjadi energi gerak. Proses ini
menghasilkan panas yang dapat meningkatkan suhu tubuh. Pada saat ini, mekanisme dalam tubuh
anda diperintah agar tubuh berkeringat. Pada saat keringat itu menguap, proses penguapan keringat
memerlukan kalor. Kalor ini diambil dari kulit tubuh. Sehingga tubuh menjadi dingin kembali, dan
kembali kepada suh optimal.

3. Suhu Pada Enzim


Suhu memainkan peranan penting dalam reaksi enzimatik. Ketika bertambah mencapai suhu
optimum, maka kecepatan reaksi naik karena energi kinetic bertambah. Bertambahnya energi kinetic
akan mempercepat gerak vibrasi, translasi, dan rotasi baik enzim maupun substrat. Hal ini akan
memperbesar peluang enzim dan substrat bereaksi. Ketika suhu lebih tinggi dari suhu optimum maka
protein akan berubah konformasi sehingga gugus reaktif terhambat. Perubahan konformasi ini dapat
menyebabkan enzim terdenaturasi. Substrat juga dapat berubah konformasinya pada suhu yang tidak
sesuai, sehingga substrat tidak dapat masuk ke dalam sisi aktif enzim. Enzim memiliki aktivitas
optimum pada suhu 50-80°C.

4. Suhu Mempengaruhi Organisme Laut

11
Suhu adalah salah satu faktor abiotik yang sangat menentukan kelangsungan hidup organism
perairan. Kematian missal organism biasanya terjadi bila suh air laut tinggi dari ambang batas atau
lebih rendah dari ambang batas. Suhu air pada permukaan Samudra Atlantik adalah 5,6°C. Misalnya
ikan salmon (Onchororhynchus tshawytscha) dapat hidup 640 menit pada suhu 25°C, sedangkan pada
suhu 26°C hanya dapat hidup 90 menit.
5. Suhu Mempengaruhi Fotosintesis

Cahaya matahari mempengaruhi suhu pada tanaman yang berperan penting dalam laju proses
fotosintesis. Serta suhu pada tanah yang stabil memungkinkan tanaman dapat melakukan fotosintesis
secara optimal. Fotosintesis dapat mengubah energi cahaya menjadi energi kimia dalam bentuk
karbohidrat. Karbohidrat merupakan bahan dasar penyusun protein, lemak dan asam organik. Zat-zat
tersebut diserap tanaman untuk pertambahan panjang batang.

6. Suhu penyimpanan ASI


ASI mengandung sel-se darah putih, immunoglobin, enzim dan hormone, serta protein spesifik,
dan zat gizi lainnya yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Penyimpanan ASI
pada suhu -20°C dalam waktu 4 minggu akan mengurangi aktivitas kompenen ASI yang dapat
meningkatkan kemampuan proloferasi bakteri. ASI yang disimpan pada suhu 18-25°C selama 3-6
bulan akan menghilangkan laktoferin dan mengakibatkan pembekuan.

7. Suhu Mempengaruhi mikroba


Seleksi mikroba yang bersimbiosis dengan spons dipengaruhi oleh kandungan nutrien, kondisi
lingkungan dan suhu, salinitas dan pH. Kondisi suhu yang tidak optimum (50°C) akan menyebabkan
mikroba stress sehingga memicu bakteri untuk menghasilkan metabolit spesifik
.
8. Suhu Mempengaruhi Spermatozoa
Spermatozoa masih bisa dikoleksi pada suhu 4°C, namun akan mengalami penurunan kualitas
seperti motilitas dan viabilitas. Proses cooling dan freezing akan berpengaruh terhadap kepadatan
kromatin spermatozoa. Spermatozoa yang terpapar suhu ekstrim akan menyebabkan kerusakan pada
membran plasma dan akrosom bahkan dapat mengubah integrasi kromatin dan DNA spermatozoa.
Motilitas spermatozoa mengalami penurunan ketika disimpan pada suhu 15-20°C akibat perubahan
aktivitas metabolism spermatozoa. Pada suhu 5°C akan menyebabkan ekor spermatozoa bengkok
karena terjadi pergeseran phospolipid pada membran plasma.

12
9. Suhu Pada Spermatogenesis
Pada mamalia spermatozoa hanya dapat diproduksi bila suhu testis 29-30°C, sedikitnya 1,5-
2°C dibawah suhu tubuh, kenaikan suhu beberapa derajat akan menghambat proses spermatogenesis,
sebaliknya suhu rendah akan meningkatkan spermatogenesis pada manusia.

10. Pengaruh Kalor Pada Mesin Penetas Telur


Mesin penetas telur merupakan media yang berbentuk peti, lemari atau box dengan panas yang
didalamnya tidak terbuang. Cara kerjannya menggunakan prinsip perpindahan kalor secara konduksi
dari tubuh induk ayam ke telur. Disini induk ayam berperan sebagai sumber panas. Dalam mesin
penetas terjadi perubahan energi dari energi listrik mejadi energi kalor (panas). Kemudian terjadi
perpindahan panas dari mesin ke penetas telur, energi kalor inilah yang digunakan oleh embrio telur
untuk melakukan metabolism. Panas yang dibutuhkan dalam pengeraman telur berkisar 37-38°C.

11. Transpirasi
Transpirasi merupakan proses kehilangan air dalam bentuk uap dalam jaringan tumbuhan
melalui stomata. Pada siang hari tumbuhan menerima radiasi matahari, sebagian radiasi akan diserap
matahari. Transpirasi merupakan proses yang membutuhkan banyak energi dalam tahap penguapan
molekul-molekul air. Untuk menguapkan 1 gr air dibutuhkan energi lebih dari 580 kalori.
Transpirasi mendinginkan daun, radiasi yang dating akan memanaskan daun, tetapi daun
memancarkan energi ke lingkungannya. Jika suhu daun berbeda dari suhu udara, akan terjadi
pertukaran panas (kalor), mula-mula secara rambatan yakni energi molekul di permukaan daun
bertukar dengan energi molekul udara yang bersinggungan, dan kemudian secara konveksi yaitu
sejumlah udara yang dipanaska akan memuai menjadi lebih ringan kemudian naik dan turun lagi bila
mendingin.
Jika suhu daun berubah, daun akan menyimpan atau melepaska kalor (panas). Jika sehelai
daun tipis menyimpan kalor dalam jumlah tertentu, suhunya akan naik dengan cepat.

13
Daftar Pustaka
Abadi, J. (2006). Fisika SMA/MA Kelas X. Jakarta : Erlangga
Ahmadi, dkk (2016). Pengaruh Macam Lanjaran dan Mulsa Pada Hasil Mentimun Var. Oris (Cucumis
sativus L.). Jurnal Ilmu Pertanian Tropika da Subtropika. Vol. 1(1), 40.
Bandura, A. (1969). Fisika alam. Jakarta: Erlangga.
Firmansyah, Aak. 2002. Pengaruh suhu terhadap pertumbuhan Kedelai. Yogyakarta: Kanisius.
Guslim. 2009. Agroklimatologi. USU Press. Medan
http://www.visionlearning.com/en/library/General-Science/3/Temperature/48/reading
Hutagalung, Horas p (1988). Pengaruh Suhu Air Terhadap Kehidupan Organisme Laut. Jurnal Oseana.
Vol. 8(4), 156.
Khaidir, Masrizal (2006). Penilaian Tingkat Fertilisasi dan Penatalaksanaannya Pada Pria. Jurnal
Kesehatan Masyarakat. Vol. 1(1), 32.
Meryandini, dkk (2009). Isolasi Bakteri Selulolitik dan Karakteristik Enzimnya. Jurnal Makara, Sains.
Vol. 13(1), 36.
Murniasih, dkk (2018). Pengaruh Nutrisi dan Suhu Terhadap Selektivitas Potensi Antibakteri Dari
Bakteri Yang Berasosiasi Dengan Spons. Jurnal Kelautan Tropis. Vol. 21(1), 66-67.
Prima, dkk (2018). Suhu dan Kalor Pada Proses Biologis.

Rokhimi, I, dkk. 2015. Alat Peraga Pembelajaran Laju Hantaran Kalor Konduksi. Jurnal Prosiding
Seminar Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika (SNFPF). 6(1): 270.
Syaichurrozi, I, dkk. 2014. Kajian Performa Alat Penukar Panas Plate and Frame: Pengaruh Laju Alir
Massa, Temperatur Umpan dan Arah Aliran Terhadap Koefisien Perpindahan Panas Menyeluruh.
Jurnal Eksergi. 11(2): 12
Souisa dan Berekeng, 2011. Penentuan jumlah mo udara dalam silinder dan bola menggunakan Hukum
Boyle. Jurnal Ilmu Matematika dan Fisika. 5:1.
Setiadi dan Karja (2017). Status DNA dan Karakteristik Spermatozoa Kauda Epipidimis Domba Pasca
Penyimpanan Pada Suhu 40°C. Jurnal Veteriner. Vol. 18(2), 168-170.
Wahyudi (2018). Pengaruh Suhu dan Lama Penyimpanan ASI Terhadap Laktoferin dan Lisozim Yang
Terkandung di Dalam ASI. Jurnal Kesehatan Andalas. Vol. 7(2), 34-35.

14
15

Anda mungkin juga menyukai