Anda di halaman 1dari 9

Sejarah Penemuan Skala-Skala Termometer

Sebagaimana telah kita bahas sebelumnya bahwa suhu adalah derajat panas yang dimiliki oleh benda.
Untuk mengukur suhu alatnya adalah thermometer. Termometer memiliki berbagai macam jenis.
Namun yang sering digunakan oleh orang awam adalah jenis thermometer merkuri. Merkuri
digunakan pada alat ukur suhu termometer karena koefisien muainya bisa terbilang konstan sehingga
perubahan volume akibat kenaikan atau penurunan suhu hamper selalu sama.

Alat ini (termometer) terdiri dari pipa kapiler yang menggunakan material kaca dengan kandungan
Merkuri di ujung bawah. Untuk tujuan pengukuran, pipa ini dibuat sedemikian rupa sehingga hampa
udara. Jika temperatur meningkat, Merkuri akan mengembang naik ke arah atas pipa dan memberikan
petunjuk tentang suhu di sekitar alat ukur sesuai dengan skala yang telah ditentukan. Skala suhu yang
paling banyak dipakai di seluruh dunia adalah Skala Celcius dengan poin 0 untuk titik beku dan poin
100 untuk titik didih.
Termometer Merkuri pertama kali dibuat oleh Daniel G. Fahrenheit. Peralatan sensor panas ini
menggunakan bahan Merkuri dan pipa kaca dengan skala Celsius dan Fahrenheit untuk mengukur
suhu. Pada tahun 1742 Anders Celsius mempublikasikan sebuah buku berjudul “Penemuan Skala
Temperatur Celsius” yang diantara isinya menjelaskan metoda kalibrasi alat termometer seperti
dibawah ini:
Letakkan silinder termometer di air yang sedang mencair dan tandai poin termometer disaat seluruh
air tersebut berwujud cair seluruhnya. Poin ini adalah poin titik beku air.
Dengan cara yang sama, tandai poin termometer disaat seluruh air tersebut mendidih seluruhnya saat
dipanaskan.
Bagi panjang dari dua poin diatas menjadi seratus bagian yang sama.
Sampai saat ini tiga poin kalibrasi diatas masih digunakan untuk mencari rata-rata skala Celsius pada
Termometer Merkuri. Poin-poin tersebut tidak dapat dijadikan metoda kalibrasi yang akurat karena
titik didih dan titik beku air berbeda-beda seiring beda tekanan.
Cara Kerja :
Sebelum terjadi perubahan suhu, volume Merkuri berada pada kondisi awal.
Perubahan suhu lingkungan di sekitar termometer direspon Merkuri dengan perubahan volume.
Volume merkuri akan mengembang jika suhu meningkat dan akan menyusut jika suhu menurun.
Skala pada termometer akan menunjukkan nilai suhu sesuai keadaan lingkungan.
Satuan dari suhu adalah Kelvin, dan merupakan satuan yang telah ditetapkan sebagai satuan Standar
Internasional. Ada beberapa macam skala yang digunakan sebagai satuan dan ukuran yang digunakan
termometer dalam mengukur suhu antara lain adalah Celcius, Fahrenheit, Reamur, Kelvin, Rankine,
Delisle, Newton, dan Rømer. Tetapi yang akan dibahas di dalam makalah tersebut tidak semua skala-
skala suhu.
Berikut ini beberapa sejarah penemuan skala-skala termometer yang akan dibahas satu persatu.
Skala Celcius
Anders Celsius lahir di Uppsala, adalah salah satu dari sejumlah besar ilmuwan (semua yang terkait)
yang berasal dari Ovanåker di provinsi Hälsingland. Celcius, yang dikatakan telah sangat berbakat
dalam matematika sejak usia dini, diangkat menjadi profesor astronomi pada tahun 1730. Dia
memulai “grand wisata”, yang berlangsung selama empat tahun, pada 1732, dan ia kunjungi selama
tahun-tahun ini hampir semua european observatorium terkenal hari, di mana ia bekerja dengan
banyak astronom terkemuka abad ke-18. Celcius ‘partisipasi dalam ekspedisi ini membuatnya
terkenal dan penting dalam upaya untuk menarik perhatian pihak berwenang di Swedia menyumbang
sumber daya yang diperlukan untuk membangun observatorium modern di Uppsala Dia berhasil, dan
observatorium Celsius sudah siap pada 1741, yang dilengkapi dengan instrumen yang dibeli selama
perjalanan panjang di luar negeri, terdiri dari alat yang paling modern pada saat itu teknologi.
Pada masa itu ukuran geografis, metereological pengamatan dan lain-lain, tidak dianggap sebagai
astronomi hari ini, termasuk dalam pekerjaan seorang profesor astronomi. Dia membawa keluar
banyak geografis pengukuran untuk Swedia peta Umum, dan juga salah satu yang pertama untuk
dicatat bahwa tanah dari negara-negara nordic perlahan-lahan naik di atas permukaan laut, sebuah
proses yang telah berlangsung sejak mencairnya es dari zaman es terbaru. He believed though, that it
was the water that was evaporating. Walaupun ia percaya, bahwa itu adalah air yang menguap.
Untuk dibangun metereological pengamatan ia terkenal di dunianya termometer Celcius, dengan 0
untuk titik didih air dan 100 untuk titik beku. Setelah kematiannya pada 1744 skala terbalik ke bentuk
yang sekarang.
Skala Fahrenheit
Ada beberapa perdebatan mengenai bagaimana Fahrenheit memikirkan skala temperaturnya. Ada
yang menyatakan bahwa Fahrenheit menentukan titik nol (0 °F) dan 100 °F pada skala temperaturnya
dengan cara mencatat temperatur di luar terendah yang dapat ia ukur, dan temperatur badannya
sendiri. Temperatur di luar terendah ia jadikan titik nol yang ia ukur pada saat musim dingin tahun
1708 menjelang tahun 1709 di kampung halamannya, Gdánsk (Danzig) (-17.8 °C). Fahrenheit ingin
menghindari suhu negatif di mana skala Ole Rømer seringkali menunjuk temperatur negatif dalam
penggunaan sehari-hari. Fahrenheit memutuskan bahwa suhu tubuhnya sendiri adalah 100 °F (suhu
tubuh normal adalah mendekati 98.6 °F, berarti Fahrenheit saat itu sedang demam ketika
bereksperimen atau termometernya tidak akurat). Dia membagi skala normalnya menjadi 12 divisi,
dan kemudian ke-12 divisi masing-masing dibagi lagi atas 8 sub-divisi. Pembagian ini menghasilkan
skala 96 derajat. Fahrenheit menyebut bahwa pada skalanya, titik beku air pada 32 °F, dan titik didih
air pada 212 °F, berbeda 180 derajat.
Fahrenheit menghendaki agar semua temperatur yang diukur bernilai positif. Karenanya, ia memilih 0
oF untuk temperatur campuran es dan air garam (temperatur terdingin yang bisa dicapai air). Ketika
mengukur temperatur titik es dan titik uap, angka yang ditunjukkan pada skala Fahrenheit berupa
bilangan pecahan. Akhirnya beliau mengoprek lagi skalanya sehingga temperatur titik es dan titik uap
berupa bilangan bulat.Untuk skala Fahrenheit, temperatur titik beku normal air (titik es) dipilih
sebagai 32 derajat Fahrenheit (32o F) dan temperatur titik titik didih normal air (titik uap) dipilih
sebagai 212 derajat Fahrenheit (212o F). Di antara titik es dan titik uap terdapat 180 derajat.
Berikut perbandingan skala Fahrenheit dengan skala Celcius

Skala Reamur
Skala Reamur adalah skala suhu yang dinamai menurut Rene Antoine Ferchault de Reaumur, yang
pertama mengusulkannya pada 1731. Titik beku air adalah 0 derajat Reamur, titik didih air 80 derajat.
Jadi, satu derajat Reamur sama dengan 1,25 derajat Celsius atau kelvin. Skala ini mulanya dibuat
dengan alcohol, jadi termometer Reamur yang dibuat dengan raksa sebenarnya bukan termometer
Reamur sejati. Reamur mungkin memilih angka 80 karena dapat dibagi-dua sebanyak 4 kali dengan
hasil bilangan bulat (40, 20, 10, 5), sedangkan 100 hanya dapat dibagi 2 kali dengan hasil bilangan
bulat (50, 25). Skala Reamur digunakan secara luas di Eropa, terutama di Perancis dan Jerman, tapi
kemudian digantikan oleh Celsius. Saat ini skala Reamur jarang digunakan kecuali di industri permen
dan keju.

Skala Kelvin
Penemu dari skala tersebut adalah Daniel Gabriel Fahrenheit. Fahrenheit was born in 1686 in the
Hanseatic city of Danzig (German).
Lord Kelvin adalah seorang fisikawan dan matematikawan Britania (1824 – 1907). Lahir dengan
nama William Thomson di Belfast. Kelvin adalah orang pertama yang mengusulkan skala mutlak dari
suhu. Studinya terhadap teori Carnot (teori tentang mesin ideal dengan efisiensi mendekati 100%)
menuntunnya ke ide bahwa kalor tidak pernah berpindah secara spontan dari benda bersuhu rendah ke
benda bersuhu tinggi, teori ini dikenal sebagai hukum kedua termodinamika.
Pada skala Kelvin, tidak ada skala negatif karena titik beku air ditetapkan sebesar 273 K dan titik
didih air ditetapkan sebesar 373 K. Hal ini berarti suhu 0 K sama dengan –273 °C. Suhu ini dikenal
sebagai suhu nol mutlak. Para ilmuwan yakin bahwa pada suhu nol mutlak, molekul-molekul diam
atau tidak bergerak. Dengan alasan inilah skala Kelvin sering digunakan untuk keperluan ilmiah.
Skala Kelvin merupakan satuan internasional untuk temperatur.
Berikut ini perbandingan skala Kelvin dengan skala Celcius
Skala Newton
Skala suhu yang diciptakan oleh Isaac Newton sekitar 1700. Ia melakukan percobaan-percobaan
dengan meletakkan sekitar 20 titik rujukan suhu mulai dari “udara di musim dingin” sampai “arang
yang membara di dapur”. Pendekatan ini dianggapnya terlalu kasar, sehingga ia merasa tidak puas. Ia
tahu bahwa banyak zat memuai jika dipanaskan, jadi ia menggunakan minyak dan mengukur
perubahan volumenya pada titik-titik rujukan suhunya. Ia menemukan bahwa minyak itu memuai
7,25% dari suhu salju meleleh sampai suhu air mendidih. Karena itu ia menempatkan “derajat panas
ke-0° pada salju meleleh dan “derajat panas ke-33° pada air mendidih. Ia menyebut alatnya
termometer.
Skala Delisle
Skala suhu yang dinamai menurut astronom Perancis Joseph-Nicolas Delisle (1688–1768). Ia
menciptakan satuan ini pada 1732. Skala ini mirip skala Réaumur. membuat sebuah termometer pada
1732 yang menggunakan raksa sebagai cairan ukurnya. Ia menetapkan skala temperaturnya dengan
titik beku air sebagai 0 derajat dan titik didih air sebagai 100 derajat. Pada 1738, Josias Weitbrecht
(1702–1747) mengkalibrasi ulang termometer Delisle sehingga 0 derajat adalah titik beku air dan 150
derajat adalah titik didih air.
Skala Romer
Skala suhu yang tidak digunakan lagi, dinamai menurut astronom Denmark Ole Christensen Rømer
yang mengusulkannya pada 1701.
Dalam skala ini, nol adalah titik beku brine dan titik didih air adalah 60 derajat. Rømer kemudian
mengamati bahwa titik beku air adalah 7,5 derajat, dan ini juga diambil sebagai titik rujukan ketiga.
Jadi satuan skala ini, satu derajat Rømer, adalah 40/21 kelvin (atau derajat Celsius). Lambang satuan
ini biasanya °R, namun untuk menghindari kerancuan dengan skala Rankine digunakan °Rø.

Skala Rankine
Skala suhu termodinamis yang dinamai menurut insinyur Skotlandia William John Macquorn
Rankine, yang mengusulkannya pada 1859. Lambangnya adalah °R (atau °Ra untuk membedakannya
dari Rømer dan Réaumur). Seperti skala Kelvin, titik nol pada skala Rankine adalah nol absolut, tapi
satu derajat Rankine didefinisikan sama dengan satu derajat Fahrenheit.

2.2 Konversi Masing-Masing Skala Termometer


Untuk mencari nilai suatu skala dari skala yang lain perlu adanya suatu konversi yang sudah ada
aturannya. Semua konversi memiliki aturan dan nilai yang akan sama dengan nilai skala yang belum
dikonversikan ke skala lainnya. Selain itu kita juga mengetahui perbandingan antar skala.

Dari data diatas dapat diperoleh bahwa :


1. Skala Celcius : titik lebur = 0°C dan titik didih = 100°C
2. Skala Reamur : titik lebur = 0°R dan titik didih = 80°R
3. Skala Fahrenheit : titik lebur = 32°F dan titik didih = 212°F
4. Skala Kelvin : titik lebur = 273 K dan titik didih = 373 K
Berikut ini pengkonversian dari skala yang satu keskala yang lainnya.
Untuk konversi dari nilai skala Celcius
T℃=4/5 T°R
T℃=9/5 T+32℉
Untuk konversi tersebut bahwa dari skala reamur dan skala fahrenheit bisa kita konversikan ke skala
Celcius, maka nilainya akan sama dengan nilai di skala Celcius.
Untuk konversi dari nilai skala Reamur
T°R=5/4 T℃
T°R=9/4 T+32℉
Untuk konversi tersebut terlihat bahwa dari skala Celcius dan skala Fahrenheit dapat dikonversikan ke
skala Reamur, maka akan sama nilainya dengan skala Reamur.
Untuk konversi dari nilai skala Fahrenheit
T℉=5/9 (T-32)℃
T℉=4/9 (T-32)°R
Untuk konversi tesebut terlihat bahwa dari skala Celcis dan Reamur dapat dikonversikan ke skala
Fahrenheit, maka nilainya akan sama dengan nilai skala pada Fahrenheit.
Untuk konversi dari nilai skala Celcius ke skala Kelvin
T℃=T+273 K
Untuk konversi tersebut, dari skala Celcius dapat kita ubah ke skala Kelvin yang merupakan menjadi
skala dan Satuan Internasional yaitu dengan cara menambahkan 273 (+273), maka akan sama dengan
nilai pada skala Kelvin. Begitu juga sebaliknya, dari skala Kelvin ke skala Celcius dengan cara
mengurangi 273 (-273), maka akan sama nilainya dengan skala Celcius. Untuk skala Reamur dan
Fahrenheit jika dikonversikan ke skala Kelvin, bisa juga secara langsung. Hal tersebut dapat
dilakukan dengan melihat perbandingan antara skala termometer.
Berikut ini kami tampilkan table-tabel konversi masing-masing skala thermometer :
Skala yang diinginkan Formula
Celsius °C = K − 273,15
Fahrenheit °F = K × 1,8 − 459,67
Rankine °Ra = K × 1,8
Delisle °De = (373,15 − K) × 1,5
Newton °N = (K − 273,15) × 33/100
Réaumur °Ré = (K − 273,15) × 0,8
Rømer °Rø = (K − 273,15) × 21/40 + 7,5

Rumus konversi suhu dari Celsius ke kelvin, Fahrenheit, Reamur,Rankine,Delisle,Newton, Rømer


Skala yang diinginkan Formula
Kelvin K = °C + 273,15
Fahrenheit °F = °C × 1,8 + 32
Rankine °Ra = °C × 1,8 + 491,67
Delisle °De = (100 − °C) × 1,5
Newton °N = °C × 33/100
Réaumur °Ré = °C × 0,8
Rømer °Rø = °C × 21/40 + 7,5

Dari Fahrenheit
Rumus konversi suhu dari Fahrenheit ke Celsius,Kelvin, Reamur,Rankine, Delisle,Newton, Rømer
Skala yang dinginkan Formula
Kelvin K = (°F + 459,67) / 1,8
Celsius °C = (°F − 32) / 1,8
Rankine °Ra = °F + 459,67
Delisle °De = (212 − °F) × 5/6
Newton °N = (°F − 32) × 11/60
Réaumur °Ré = (°F − 32) / 2,25
Rømer °Rø = (°F − 32) × 7/24 + 7,5

Dari Rankine
Rumus konversi suhu dari Rankine ke Fahrenheit, Celsius,Kelvin, Reamur,, Delisle,Newton, Rømer
Skala yang diinginkan Formula
Kelvin K = °Ra / 1,8
Celsius °C = °Ra / 1,8 + 273,15
Fahrenheit °F = °Ra – 459,67
Delisle °De = (671,67 − °Ra) × 5/6
Newton °N = (°Ra − 491,67) × 11/60
Réaumur °Ré = (°Ra / 1,8 + 273,15) × 0,8
Rømer °Rø = (°Ra − 491,67) × 7/24 + 7,5

Dari Delisle
Rumus konversi suhu dari Delisle ke Rankine, Fahrenheit, Celsius,Kelvin, Reamur,Newton, Rømer
Skala yang diinginkan Formula
Kelvin K = 373,15 − °De × 2/3
Celsius °C = 100 − °De × 2/3
Fahrenheit °F = 212 − °De × 1,2
Rankine °Ra = 671,67 − °De × 1,2
Newton °N = 33 − °De × 0,22
Réaumur °Ré = 80 − °De × 8/15
Rømer °Rø = 60 − °De × 0,35

Dari Newton
Rumus konversi suhu dari Newton ke Delisle, Rankine, Fahrenheit, Celsius,Kelvin, Reamur, Rømer
Skala yang diinginkan Formula
Kelvin K = °N × 100/33 + 273,15
Celsius °C = °N × 100/33
Fahrenheit °F = °N x 60/11 + 32
Rankine °Ra = °N × 60/11 + 491,67
Delisle °De = (33 − °N) × 50/11
Réaumur °Ré = °N × 80/33
Rømer °Rø = °N × 35/22 + 7,5

Dari Réaumur
Rumus konversi suhu dari Reamur ke Newton,Delisle, Rankine, Fahrenheit, Celsius,Kelvin, Rømer
Skala yang diinginkan Formula
Kelvin K = °Ré / 0,8 + 273,15
Celsius °C = °Ré / 0,8
Fahrenheit °F = °Ré × 2,25 + 32
Rankine °Ra = °Ré × 2,25 + 491,67
Delisle °De = (80 − °Ré) × 1,875
Newton °N = °Ré × 33/80
Rømer °Rø = °Ré × 21/32 + 7,5

Dari Rømer
Rumus konversi suhu dari Rømer ke Reamur, Newton,Delisle, Rankine, Fahrenheit, Celsius,Kelvin,

Skala yang diinginkan Formula


Kelvin K = (°Rø − 7,5) × 40/21 + 273.15
Celsius °C = (°Rø − 7,5) × 40/21
Fahrenheit °F = (°Rø − 7,5) × 24/7 + 32
Rankine °Ra = (°Rø − 7,5) × 24/7 + 491,67
Delisle °De = (60 − °Rø) × 20/7
Newton °N = (°Rø − 7,5) × 22/35
Réaumur °Ré = (°Rø − 7,5) × 32/21

3.1 Kesimpulan
Dapat kita simpulkan bahwa skala-skala termometer tidak hanya satu seperti Kelvin, tetapi ada juga
skala lainnya yang digunakan oleh thermometer untuk mengukur suhu yaitu skala Celcius, skala
Reamur, skala Fahrenheit, skala Rankine, skala Delisle, skala Newton, dan skala Rømer. Masing–
masing skala memiliki memiliki nilai-nilai perbandingan. Selain itu suatu nilai skala bisa kita
konversikan dari skala yang satu ke skala lainnya dengan cara mengikuti aturan yang telah ditetapkan
sesuai dengan perbandingan masing-masing skala.
CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)
CTL dikembangkan oleh The Washington State Concortium for Contextual Teaching and
Learning yang melibatkan 11 perguruan tinggi, 20 sekolah, dan lembaga-lembaga yang bergerak
dalam dunia pendidikan di AS. Salah satu kegiatannya adalah melatih dan memberi kesempatan pada
guru-guru dari enam provinsi di Indonesia untuk belajar pendekatan kontekstual di AS, melalui
Direktorat SLTP Depdiknas.
Konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan
situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.

A. Pengertian
CTL adalah sebuah sistem yang menyeluruh. CTL terdiri dari bagian-bagian yang saling
terhubung. Jika bagian-bagian itu terjalin satu sama lain, maka akan dihasilkan pengaruh yang
melebihi hasil yang yang diberikan bagian-bagiannya secara terpisah. Seperti halnya biola, cello,
clarinet, dan alat musik lain di dalam sebuah orkestra yang menghasilkan bunyi yang berbeda-beda,
yang secara bersama-sama menghasilkan musik, demikian juga bagian-bagian CTL yang terpisah
melibatkan proses-proses yang berbeda, yang ketika digunakan secara bersama-sama, memampukan
para siswa membuat hubungan yang menghasilkan makna. Setiap bagian CTL yang berbeda-beda ini
memberikan sumbangan dalam menolong siswa memahami tugas sekolah. Secara bersama-sama
mereka membentuk suatu sistem yang memungkinkan para siswa melihat makna di dalamnya, dan
mengingat materi akademik.

B. Komponen CTL
Inquiry
Questioning
Constructivism
Learning community
Authentic assessment
Modeling
Reflection
1. INQUIRY
Siklus proses dalam membangun pengetahuan/konsep yang bermula dari observasi, bertanya,
investigasi, analisis, kemudian membangun teori.

2. QUESTIONING
Kegiatan bertanya yang dilakukan baik oleh guru maupun oleh siswa. Pertanyaan guru
digunakan untuk mengarahkan, membimbing, dan mengevaluasi cara berfikir siswa. Sedangkan
pertanyaan siswa merupakan wujud keingintahuan.

3. CONSTRUCTIVISM
Aliran pembelajaran yang menuntut siswa untuk menyusun dan membangun makna atas
pengalaman baru yang didasarkan pada pengetahuan tertentu.

4. LEARNING COMMUNITY
Kelompok belajar atau sekelompok komunitas yang berfungsi sebagai wadah komunikasi
untuk berbagi pengalaman dan gagasan.

5. AUTHENTIC ASSESSMENT
Alternatif prosedur penilaian yang menuntut siswa untuk benar-benar menunjukkan
kemampuannya secara nyata.

6. MODELING
Kegiatan mendemonstrasikan suatu perbuatan agar siswa dapat mencontoh atau belajar, atau
melakukan sesuatu sesuai dengan model yang diberikan.
7. REFLECTION
Melihat kembali atau merespon suatu kejadian, kegiatan dan pengalaman yang bertujuan
untuk mengidentifikasi hal-hal yang sudah diketahui, dan hal-hal yang belum diketahui agar dapat
dilakukan suatu tindakan penyempurnaan.

C. Penerapan CTL di kelas


Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri,
menemukan sendiri dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya!
Lakukan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topik!
Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya!
Ciptakan ‘masyarakat belajar’ (belajar dalam kelompok-kelompok)!
Hadirkan ‘model’ sebagai contoh pembelajaran!
Lakukan refleksi di akhir pertemuan!
Lakukan penilaian yang sebenarnya!

1. KONSTRUKTIVISME
Pada umumnya kita juga sudah menerapkan filosofi ini dalam pembelajaran sehari-hari, yaitu
ketika kita merancang pembelajaran dalam bentuk siswa bekerja, praktek mengerjakan sesuatu,
berlatih secara fisik, menulis karangan, mendemonstrasikan, menciptakan ide, dan sebagainya. Mari
kita kembangkan lebih banyak lagi!

2. MENEMUKAN (INQUIRY)
Merumuskan masalah
Bagaimanakan cara melukiskan suasana kerja di Instansi saudara?
Mengamati atau melakukan observasi
Membaca referensi untuk informasi pendukung.
Mengamati dan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya tentang instansi saudara.
Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar dll.
Siswa membuat paragraf deskripsi sendiri
Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru, atau audien
yang lain.
Disampaikan pada orang lain untuk mendapat masukan.
Bertanya jawab dengan teman.
Memunculkan ide-ide baru.
Melakukan refleksi.
Menempelkan gambar, karya tulis di mading, majalah sekolah, dsb.

3. BERTANYA (QUESTIONING)
Hampir pada semua aktifitas belajar, questioning dapat diterapkan: antara siswa dengan
siswa, antara guru dengan siswa, antara siswa dengan guru, antara siswa dengan orang lain yang
didatangkan ke kelas, dsb.
Bisa juga dilakukan saat berdiskusi, bekerja dalam kelompok, ketika mengamati, ketika menemui
kesulitan.

4. MASYARAKAT BELAJAR (LEARNING COMMUNITY)


Prakteknya dapat terwujud dalam:
Pembentukan kelompok kecil.
Pembentukan kelompok besar.
Mendatangkan ‘ahli’ ke kelas.
Bekerja dengan kelas sederajat.
Bekerja dengan kelas di atasnya.
Bekerja dengan masyarakat.

5. PEMODELAN (MODELING)
Guru bukan satu-satunya model.
Bisa juga model dari siswa yang memenangkan kontes English Speech untuk mendemonstrasikan
kemampuannya.
Dari luar kelas oleh native speaker.
Atau juga model pembuatan berita dari teks-teks berita dari Harian Kompas, Jawa Pos, dsb.

6. REFLEKSI (REFLECTION)
Realisasinya berupa:
Pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari itu. Oh ternyata saya pernah mengatakan
we pay alone alone itu salah yang benar adalah we go halves.
Catatan atau jurnal di buku siswa.
Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran siswa hari itu.
Diskusi.
Hasil karya.

7. PENILAIAN YANG SEBENARNYA (AUTHENTIC ASSESSMENT)


Kemajuan belajar dinilai dari proses, bukan melulu hasil. Dalam pembelajaran bahasa asing (English),
siapa yang ucapannya cas-cis-cus, dialah yang nilainya tinggi, bukan hasil ulangan tentang
grammarnya.
Menilai pengetahuan dan keterampilan (performansi) yang diperoleh siswa.
Penilai tidak hanya guru, tetapi juga bisa teman lain atau orang lain

Karakteristik
Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung. Bisa digunakan untuk
formatif maupun sumatif. Yang diukur pengetahuan dan keterampilan, bukan mengingat fakta.
Berkesinambungan.
Terintegrasi.
Dapat digunakan sebagai feed back.
D. Hal-hal sebagai Dasar Penilaian:
Proyek/kegiatan dan laporannya.
PR
Kuis
Karya siswa
Presentasi atau penampilan siswa
Demonstrasikan
Laporan
Jurnal
Hasil tes tulis
Karya tulis

Adakah tes dalam CTL?


Tes tetap dilaksanakan, sebagai salah satu sumber data untuk melihat kemajuan belajar siswa,
termasuk Ebtanas. Hanya, untuk pengumpulan data kemajuan belajar itu, dalam CTL tidak hanya
menggunakan tes. Prinsip yang digunakan adalah authentic assessment, penilaian yang sebenarnya.
Apakah perbedaan CTL dengan CBSA, Pendekatam Proses, Quantum Learning, Student
Active Learning, Meaningful Learning, Problem-Based Learning, Cooperative Learning, Work-Based
Learning, dll?
Jiwa dari pendekatan itu sebenarnya sama dengan pendekatan CTL, yakni ‘bagaimana
menghidupkan kelas’. Bedanya pada aspek penekanannya.
Bagaimana dengan buku siswa (buku paket)?
Buku pelajaran, buku paket, atau buku siswa tetap digunakan dalam kelas CTL. Hanya, buku sejenis
itu jangan digunakan sebagai satu-satunya sumber belajar. Media apapun dapat digunakan sebagai
sumber belajar: televisi, majalah anak dan remaja, buku-buku bidang studi lain, buku telpon, koran,
bungkus obat-obatan, dsb.

Anda mungkin juga menyukai