Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM TENTANG PENGUKURAN SUHU BENDA

OLEH

NAMA; MARIA KLARITA HAUMETAN

NPM; 33180018

PRODI; FIP BIOLOGI

KELAS ; A

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN BIOLOGI

UNIVERSITAS TIMOR
BAB I

LATAR BELAKANG

A. PENDAHULUAN

Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat panas dingin suatu benda dan alat yang
digunakan untuk mengukur suhu adalah termometer. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat
untuk mengukur suhu cenderung menggunakan indera peraba. Tetapi dengan adanya
perkembangan teknologi maka diciptakanlah termometer untuk mengukur suhu dengan valid.
Berbagai jenis termometer dibuat berdasarkan pada beberapa sifat termometrik zat seperti
pemuaian zat padat, pemuaian zat cair, pemuaian gas, tekanan zat cair, tekanan udara, regangan
zat padat, hambatan zat terhadap arus listrik, dan intensitas cahaya (radiasi benda)
(Setiabudidaya, 2008).
Meskipun ilmu panas berkaitan erat dengan mekanik, sehingga misalnya timbul istilah
termodinamika, namun gejala panas bukanlah gejala mekanika; maksudnya, gejala panas
diindera melalui perabaan, bukannya melalui penglihatan seperti halnya mekanika. Jadi besaran
panas bukanlah besaran mekanis, dan satuan panas bukanlah satuan mekanis. Satuan joule tidak
boleh dijadikan satuan tenaga meskipun antara kedua satuan itu ada hubungannya dalam wujud
kesetaraan. Seperti dikatakan di atas, keadaan panas diindera melalui perabaan. Dengan meraba
dapat ditentukan derajat panas atau suhu atau temperature dua benda secara kualitatif, yakni
dapat diketahui bahwa suhu satu benda lebih tinggi atau lebih rendah daripada suhu benda lain
(Koestoer, 2008).
Tetapi kepekaan syaraf peraba seperti halnya syaraf pendengaran maupun syaraf
penglihatan, amatlah terbatas, tidak mampu membedakan beda suhu yang sedikit saja. Untuk itu
perlu diciptakan alat ukur suhu yand dinamakan termometer, yang didasarkan atas perubahan
keadaan fisis akibat pemanasan. Termometer air raksa atau cairan lainnya, adalah didasarkan atas
pemuaian oleh panas. Termometer tahanan platinum adalah didasarkan atas perubahan besarnya
tahanan listrik akibat pemanasan. Termokopel didasarkan atas mengalirnya arus listrik sekeliling
untai yang terdiri atas dua kawat dari bahan lain jenis yang dipersambungkan kedua ujungnya
apabila suhu di kedua persambungan itu berbeda (Holman, 2006)
Pembuatan termometer pertama kali dipelopori oleh Galileo Galilei (1564 – 1642)
pada tahun 1595. Alat tersebut disebut dengan termoskop yang berupa labu kosong yang
dilengkapi pipa panjang dengan ujung pipa terbuka. Mula-mula dipanaskan sehingga udara
dalam labu mengembang. Ujung pipa yang terbuka kemudian dicelupkan kedalam cairan
berwarna. Ketika udara dalam tabu menyusut, zat cair masuk kedalam pipa tetapi tidak sampai
labu. Beginilah cara kerja termoskop. Untuk suhu yang berbeda, tinggi kolom zat cair di dalam
pipa juga berbeda. Tinggi kolom ini digunakan untuk menentukan suhu. Prinsip kerja
termometer buatan Galileo berdasarkan pada perubahan volume gas dalam labu. Tetapi dimasa
ini termometer yang sering digunakan terbuat dari bahan cair misalnya raksa dan alkhohol.
Prinsip yang digunakan adalah pemuaian zat cair ketika terjadi peningkatan suhu benda. Raksa
digunakan sebagai pengisi termometer karena raksa mempunyai keunggulan : raksa penghantar
panas yang baik, pemuaiannya teratur, titik didihnya tinggi, warnanya mengkilap, dan tidak
membasahi dinding, sedangkan keunggulan alkhohol adalah : titik bekunya rendah, harganya
murah, dan pemuaiannya 6 kali lebih besar dari pada raksa sehingga pengukuran mudah diamati
(Kanginan, 2010).
Pada abad 17 terdapat 30 jenis skala yang membuat para ilmuan kebingungan. Hal ini
memberikan inspirasi pada Anders Celcius (1701 – 1744) sehingga pada tahun 1742 dia
memperkenalkan skala yang digunakan sebagai pedoman pengukuran suhu. Skala ini diberinama
sesuai dengan namanya yaitu Skala Celcius. Apabila benda didinginkan terus maka suhunya
akan semakin dingin dan partikelnya akan berhenti bergerak, kondisi ini disebut kondisi nol
mutlak. Skala Celcius tidak bisa menjawab masalah ini maka Lord Kelvin (1842 – 1907)
menawarkan skala baru yang diberi nama Kelvin. Skala kelvin dimulai dari 273 K ketika air
membeku dan 373 K ketika air mendidih. Sehingga nol mutlak sama dengan 0 K atau -273°C.
Selain skala tersebut ada juga skala Reamur dan Fahrenheit. Untuk skala Reamur air membeku
pada suhu 0°R dan mendidih pada suhu 80°R sedangkan pada skala Fahrenheit air membuka
pada suhu 32°F dan mendidih pada suhu 212°F (Kanginan, 2010).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang di maksud dengan suhu?
2. Bagaimana cara mengetahui konversi satuan suhu dari berbagai skala serta cara
mengetahui kenaikan titik didih?
C. Tujuan

Tujuan praktikum kali ini adalah untuk mengetahui suhu dan konversi satuan suhu
itu sendiri dari berbagai skala serta mengetahui kenaikan titik didih.
BAB II

PEMBAHASAN

Suhu adalah besaran termodinamika yang menunjukkan besarnya energi kinetik translasi
rata-rata molekul dalam sistem gas, suhu diukur dengan menggunakan termometer. Suhu
didefinisikan sebagai ukuran atau derajat panas dinginnya suatu benda atau sistem. Suhu adalah
ukuran energi kinetik rata-rata yang dimiliki oleh molekul-molekul suatu benda. Sebagai contoh
ketika kita memanaskan sebatang besi, besi akan memuai, begitu pula ketika zat cair. Ketika kita
mendinginkan air sampai suhu di bawah nol, air tersebut berubah menjadi es (Cromer, 2006).

Sifat-sifat benda yang bisa berubah akibat adanya perubahan suhu disebut sifat
termometrik. Dengan demikian sifat termometrik menunjukkan adanya perubahan suatu benda.
Termometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur suhu sebuah benda. Berbagai jenis
termometer dibuat berdasarkan pada beberapa sifat termometrik zat seperti pemuaian zat padat,
pemuaiangas, tekanan zat cair, tekanan udara, regangan zat padat, hambatan zat terhadap arus
listrik, dan intensitas cahaya atau radiasi benda (Cromer, 2006)

Termodinamika berkaitan dengan system yang berada dalam keseimbangan


termodinamik. Suatu sistem dikatakan telah mencapai suatu tingkat keadaan kesetimbangan
termodinamik apabila tidak memungkinkan lagi untuk mengubah tingkat keadaannya secara
spontan. Sifat sistem ini, hanya apabila suatu system berada dalam kesetimbangan termodinamik
karena sifat ini akan berlaku pada system secara keseluruhan. Setiap perubahan tingkat keadaan
sistem tersebut, akan mengarah keberalihnya system dari kesetimbangan termodinamik, yang
akan menyebabkan kesulitan dalam meberikan tingkat keadaan bagian dalam (interior) sistem ini
sedemikian kecilnya (infinitesimal). Apabila suatu sistem mengalami proses kuasi-
kesetimbangan, setiap tingkat keadaan berikutnya yang melaluinya sistem lewat akan dianggap
berada dalam kesetimbangan, dan potensial termodinamik sistem dan potensial sekelilingnya
akan sama (Akbar, 2010).

Pembuatan skala pada termometer memerlukan dua titk referensi. Titik pertama dipilih
titik beku, yaitu suhu campuran antara es dan air pada tekanan normal. Ini terjadi pada saat air
mulai membeku. Titik beku yang dipilih adalah titik didih yaitu suhu ketika air mendidih pada
tekanan normal. Kedua titik referensi tersebut sering disebut titik tetap atas dan titik tetap bawah.
Tiga macam skala yang biasa digunakan dalam pengukuran suhu, yaitu skala celcius, skala
fahrenheit, dan skala kelvin. Skala Fahrenheit didasarkan pada titik beku 320F dan titik didih
2120F. Dengan demikian dalam jangkauan antara titik beku dan titik didih ini terdapat 180
bagian, dimana setiap bagian (skala) menunjukkan satu derajat. Oleh karena itu, satu derajat
Fahrenheit adalah 1/180 kali perubahan suhu antara titik beku dan titik didih (Kanginan, 2010).
Skala Celcius didasarkan pada titik beku 00C dan titik didih 1000C. Dengan demikian,
terdapat 100 bagian (skala) dalam daerah antara kedua titik referensi ini. Oleh karena itu, satu
derajat Celcius adalah 1/100 kali perubahan suhu antara suhu titik beku dan titik didih. Skala
Kelvin, berbeda dengan dua skala yang lain, didasarkan pada suhu terendah yang mungkin, yaitu
-2730C. Oleh karena itu, skala nol pada skala Kelvin sama dengan -2730C. Biasanya, skala
Kelvin disebut sebagai skala mutlak (absolut) atau skala termodinamik. Satuan Kelvin inilah
yang digunakan sebagai satuan SI untuk suhu. Untuk mengubah satuan suhu dari skala Celcius
ke skala Kelvin atau sebaliknya tentu saja sangat mudah, yaitu hanya dengan menambahkan 273
pada skala Celcius (Kanginan, 2010).
Jika temperatur diukur dengan beberapa termometer, dan jika setiap termometer
menggunakan zat termometrik yang berbeda, pembacaan termometer itu kelihatannya akan
identik hanya pada satu titik tetap. Ini karena dalam menera suatu termometer dianggap bahwa
sifat termometriknya berubah terhadap temperatur dalam pola yang linear. Hubungan linear
demikian hanya berlaku sebagai pendekatan pertama, sifat termometrik setiap zat biasanya
berubah terhadap temperatur dalam karakteristik dan caranya sendiri. Oleh karena itu, temperatur
yang diukur oleh termometer yang berbeda tidak dapat diharapkan benar-benar berimpit kecuali
pada satu titik tetap. Temperatur termodinamik (temperatur mutlak) haruslah tak tergantung pada
sifat-sifat sistem tertentu dan temperatur ini didasarkan pada hukum termodinamik kedua. Skala
gas ideal menunjukkan temperatur yang berimpit dengan termodinamik (Cromer, 2006).
Adapun dasar dari pada termometri yaitu pengukuran suhu adalah hukum termodinamika
ke nol, yang menyatakan bahwa dua benda yang masing-masing dalam keadaan setimbang
termis dengan benda yang ketiga, adalah dalam keadaan setimbang termis satu sama lain. Yang
dimaksud setimbang termis ialah tidak terjadinya perubahan keadaan fisis bilamana
disinggungkan atau disentuhkan atau ditempelkan satu sama lain. Dengan menyatakan
kesetimbangan termis sebagai kesamaan suhu, hukum termodinamika ke nol tidak lain
menyatakan bahwa dua benda yang suhunya sama dengan suhu benda ketiga, suhunya adalah
sama satu sama lain, sehingga jika benda yang suhunya sama harus terbuktikan sama oleh
termometer itu (Petrucci, 2006).
BAB III

DATA DAN PEMBAHASAN

A. Waktu dan Tempat

Praktikum suhu terlaksana pada hari Rabu, tanggal 05 Desember 2018 dimulai pada
pukul 13.00 sampai dengan 15.00, di Laboratorium Biologi, Universitas Timor..

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah: 1) beaker gelas, 2) gelas ukur, 3)
pemanas, 4) stopwatch, dan 5) termometer.
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah: 1) aquadest.

C. Cara Kerja

Cara kerja yang dilakukan pada praktikum suhu ini adalah sebagai berikut :
1. Dengan volume tertentu, sampel diukur dengan menggunakan gelas ukur. Setelah itu, sampel
dipindahkna ke dalam 2 buah beaker gelas.
2. Kemudian sampel yang telah berada di dalam beaker gelas diukur suhunya (sebagai suhu
awal).
3. Sampel tersebut dipanaskan di atas pemanas dan satu lagi didinginkan, dengan waktu
tertentu (sesuai dengan berbagai perlakuan/lamanya proses pemanasan dan pendinginan)
ukur suhunya.
4. Ulangi pengukuran suhu sampel sebanyak 3 kali dengan waktu yang telah ditetapkan.
5. Catat hasil pengukuran dalam tabel.
A. Hasil

Hasil yang diperoleh dari praktikum ini adalah :


Tabel 1
No Perlakuan Kelompok Suhu awal Suhu akhir Waktu
1 Dipanaskan I 290C 650C 5 menit
290C 900C 10 menit
290C 950C 15 menit
2 Didinginkan II dan V 290C 270C 5 menit
290C 260C 10 menit
290C 23,50C 15 menit
3 Dipanaskan IV 28,50C 42,50C 5 menit
28,50C 520C 10 menit
28,50C 920C 15 menit
4 Didinginkan III dan VI 290C 240C 5 menit
290C 220C 10 menit
290C 200C 15 menit

B. Pembahasan

Praktikum suhu kali ini, kita diberikan pemahaman mengenai konversi satuan suhu dari
berbagai skala selain itu kita juga diberikan pemahaman mengenai pola kenaikan titik didih. Alat
yang di gunakan untuk mengukur suhu adalah termometer. Skala termometer terdapat tiga jenis
yaitu Celcius , Fahrenheit, dan Kelvin. Kelvin merupakan satuan yang digunakan sebagai satuan
internasional untuk suhu dalam praktikum ini kita menggunakan termometer Celcius.
Dalam praktikum ini, semua kelompok dibagi lagi menjadi empat kelompok, setiap
kelompok melakukan pengukuran terhadap suhu dari aquadest. Tiap kelompok memiliki waktu
yang sama dalam pengukuran suhu. Kelompok I dengan perlakuan memanaskan aquadest
memperoleh hasil yang memiliki suhu awal sebesar 290C
setelah 5 menit dipanaskan diperoleh suhunya naik menjadi sebesar 650C pada menit kesepuluh
diperoleh suhu aquadest mengalami kenaikan lagi menjadi sebesar 900C dan pada menit ke lima
belas diperoleh suhu aquadest menjadi 950C.
Kelompok II dan V dengan perlakuan didinginkan dengan menggunakan es diperoleh
hasil dengan suhu awal sebesar 290C setelah 5 menit didinginkan mengalami penurunan sebesar
20C diperoleh suhunya menjadi 270C, pada menit kesepuluh diperoleh suhu aquadest sebesar
260C dan pada menit ke lima belas diperoleh suhu aquadest sebesar 23,50C. Kelompok IV
dengan perlakuan memanaskan aquadest memperoleh hasil yang memiliki suhu awal sebesar
28,50C setelah 5 menit dipanaskan diperoleh suhunya sebesar 42,50C, pada menit kesepuluh
diperoleh suhu aquadest sebesar 520C dan pada menit ke lima belas diperoleh suhu aquadest
sebesar 920C. Kelompok III dan VI dengan perlakuan didinginkan dengan menggunakan es
diperoleh hasil dengan suhu awal sebesar 290C setelah 5 menit didinginkan diperoleh suhunya
sebesar 240C, pada menit kesepuluh diperoleh suhu aquadest sebesar 220C dan pada menit ke
lima belas diperoleh suhu aquadest sebesar 200C.
Percobaan ini menunjukkan bahwa suatu benda yang diberikan suhu dari luar atau dari
dalam maka benda tersebut akan mengalami perubahan suhu hingga suhunya sama dengan suhu
pemberinya. Dalam hal ini ditunjukkan bahwa waktu itu sangat mempengaruhi pertambahan
dan pengurangan suhu dari aquadest. Data yang dihasilkan didapat berbeda-beda dari masing-
masing kelompok. Hal ini dapat terjadi karena dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya yaitu :
1. Kesalahan pengamat, kesalahan memebaca skala, dan yang paling sering terjadi yaitu kesalahan
karena bagian termometer tersentuh atau dipegang oleh pengamat. Hal ini dapat mempengaruhi
suhu akhir yang didapat. Karena suhu benda tak lagi murni, karena sudah tersentuh tangan
pengamat yang suhunya berbeda.
2. Kesalahan alat, yaitu kondisi masing-masing alat berbeda.
3. Kesalah penetapan dan pemberhentian waktu stopwatch menghitung lamanya pemananasan
sampel.
4. Kesalahan teknis.
BAB IV.

KESIMPULAN

Dari hasil praktikum yang telah kita lakuakan dapat diambil kesimpulan yaitu sebagai
berikut :
1. Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat panas suatu benda
2. Penggunaan termometer berfungsi untuk mengukur suhu larutan pada percobaan ini.
3. Dalam termometer terdapat 2 jenis zat yang digunakan, yaitu raksa dan alkohol.
4. Skala yang terdapat pada suhu ada 3, yaitu Celcius, Fahrenheit, dan Kelvin, dalam Skala
Internasional yang digunakan yaitu Kelvin ( K).
5. Pengukuran suhu aquadest di lakukan sebanyak tiga kali, hal tersebut di tujukan untuk
mengetahui kenaikan dan penuruna suhu yang terjadi setiap waktu yang telah ditentukan.
6. Sebelum di panaskan atau didinginkan, suhu awal aquadest diukur terlebih dahulu agar kita
dapat melihat berapakah kenaikan dan penurunan suhu setelah di panaskan dan didinginkan
selama beberapa waktu tertentu.
7. Data yang diperoleh berbeda-beda hal tersebut dapat dipengaruhi karena kesalahan
pengamat, kesalahan membaca skala, dan yang paling sering terjadi yaitu kesalahan karena
bagian termometer tersentuh atau dipegang oleh pengamat, kesalahan alat, yaitu kondisi
masing-masing alat berbeda, kesalah penetapan dan pemberhentian waktu stopwatch
menghitung lamanya pemananasan sampel dan kesalahan teknis
DAFTAR PUSTAKA

Akbar. 2010. Fisika Universitas Mekanika Panas Bunyi. Titrimetra Mandiri. Jakarta.
Cromer. 2006. Pemanasan Benda. Cipta Karya. Bandung.
Holman. 2006. Penerapan Ilmu Fisika. Tiga Serangkai. Jakarta.
Kanginan, M. 2010. Fisika Untuk SMU. Erlangga. Jakarta.
Koestoer. 2008. Fisika Untuk SMU Kelas 1. Gravindo. Media Pratama. Jakarta.
Petrucci. 2006. Seri Fisika Dasar Mekanika. Salemba Teknika. Jakarta.
Setiabudidaya, Dedi. 2008. Modul Praktikum Fisika Dasar I. Laboratorium Dasar Bersama.
Unsri Indralaya.

Anda mungkin juga menyukai