Anda di halaman 1dari 5

1.

Suhu

a. Pengertian suhu

Pada kehidupan sehari-hari, Anda sering mendengar istilah ‘panas’ dan ‘dingin’. Di siang
hari udara terasa panas dan pada malam hari udara terasa dingin. Segelas air es yang ada di meja
akan terasa dingin dan nasi yang berada dalam penghangat nasi terasa panas. Keadaan derajat
panas dan dingin yang di alami suatu benda atau keadaan dinamakan suhu. Suhu yang dialami pada
suatu benda tergantung energi panas yang masuk pada benda tersebut. Benda dikatakan panas jika
bersuhu tinggi sedang benda dikatakan dingin jika bersuhu rendah.
Suhu atau temperatur benda adalah besaran yang menyatakan derajat panas suatu benda.
Benda yang panas memiliki suhu yang tinggi, sedangkan benda yang dinginkan memiliki suhu
yang rendah. Perlu diketahui bahwa suhu merupakan besaran, maka yang memiliki suhu tentu
benda. Misalnya suhu es yang sedang mencair, suhu air yang mendidih dan seterusnya. Jadi tidak
ada suhu tempat atau ruangan, yang ada adalah suhu udara di tempat atau ruangan. Suhu juga
disebut temperatur yang diukur dengan alat thermometer. Suhu menunjukkan derajat panas suatu
benda. Kita dapat mudah menganalogikakan, semakin tinggi suhu suatu benda, semakin panas
benda tersebut. Secara mikroskopis, suhu menunjukkan energi yang dimiliki oleh suatu benda.
Setiap atom dalam suatu benda masing-masing bergerak, baik itu dalam bentuk perpindahan
maupun gerakan di tempat berupa getaran. Makin tingginya energi atom-atom penyusun benda,
makin tinggi suhu benda tersebut.
Empat macam termometer yang paling dikenal adalah Celsius, Reumur, Fahrenheit dan
Kelvin. Perbandingan antara satu jenis termometer dengan termometer lainnya mengikuti: C:R:(F-
32) = 5:4:9 dan K=C - 273.(derajat). Karena dar Kelvin ke derajat Celsius, Kelvin dimulai dari 273
derajat, bukan dari -273 derajat. Dan derajat Celsius dimulai dari 0 derajat. Suhu Kelvin sama
perbandingan nya dengan derajat Celsius yaitu 5:5, maka dari itu, untuk mengubah suhu tersebut ke
suhu yang lain, sebaiknya menggunakan atau mengubahnya ke derajat Celsius terlebih dahulu,
karena jika kita menggunakan Kelvin akan lebih rumit untuk mengubahnya ke suhu yang lain.

b. Alat Ukur Suhu


Ketika kita memanaskan atau mendinginkan suatu benda sampai pada suhu tertentu,
bebrapa sifat fisik benda tersebut berubah. Sifat-sifat benda yang akibat berubah adanya perubahan
suhu di sebut sifat termometrik. Sifat termometrik suatu zat dapat di manfaatkan sebagai suatu alat
pengukur suhu. Thermometer adalah alat yang di gunakan untuk mengukur suhu atau benda.
Berbagai jenis thermometer di buat berdasarkan beberapa sifat termometrik zat, seperti pemuain zat
padat, pemuain zat cair, pemuain gas, tekanan zat cair, teknan udara, regangan zat padat, hambatan
zat terhadap arus listrik, dan intensitas cahaya (radiasi benda).Berdasarkan sifat termomatrik zat,
jenis-jenis thermometer antara lain sebagai berikut. Thermometer Zat Cair Alat ni bekerja
berdasarkan prinsip bahwazat cair akan memuai (bertambah volumenya jika di panaskan).
1)Thermometer Bimetal
Alat ini bekerja berdasarkan prinsip bahwa logam akan memuai (bertambah panjang) jika
di panaskan. Thermometer Hambatan Alat ini bekerja berdasar prinsi bahwa seutas kawat logam di
panaskan, hambatan listriknya akan bertambah. Perubahan hambatan listrik ini kemudian di ubah
ke dalam pulsa-pulsa listrik. Pulsa listrik inilah yang menunjukan suhu saat itu. Temokopel
Perbedaan pemuain antara dua logam yang ke dua ujungnya di sentuhkan di manfaatkan pada
termokopel. Pada prinsipnya, pemuaian yang berbeda antara dua logam yang ujungnya di
sentuhkan akan menghasilkan gaya gerak listrik (GGL). Besar GGL inilah yang di manfaatkan oleh
termokopel untuk menunjukan suhu.
2)Thermometer Gas
Bila sejumlah gas yang di panaskan volumenya di jaga tetap, tekanannya akan bertambah.
Sifat termometrik. inilah yang di manfaatkan untuk mengukur suhu pada thermometer gas.
3)Pyrometer
Pyrometer bekerja dengan mengukur intensitas radiasi yang di pancarkan oleh benda yang
sangat panas. Instrument pyrometer tidak menyentuh benda panas sehingga pyrometer dapat di
gunakan untuk mengukur suhu yang sangat tinggi (kira-kira 5000C – 30000C) yang dapat
membakar habis thermometer jenis lainnya.
Secara umum Termometer terbagi tiga, yaitu Termometer Celcius, Termometer Reamur,
Termometer Kelvin dan Termometer Fahrenheit. Termometer berupa tabung kaca yang di
dalamnya berisi zat cair, yaitu raksa atau alkohol. Pada suhu yang lebih tinggi, raksa dalam tabung
memuai sehingga menunjuk angka yang lebih tinggi pada skala. Sebaliknya, pada suhu yang lebih
rendah raksa dalam tabung menyusut sehingga menunjuk angka yang lebih rendah pada skala.

Gambar 1. Termometer raksa

1.2. Satuan Suhu


Mengacu pada SI, satuan suhu adalah Kelvin (K). Skala-skala lain adalah Celsius,
Fahrenheit, dan Reamur. Pada skala Celsius, 0 °C adalah titik dimana air membeku dan 100 °C
adalah titik didih air pada tekanan 1 atmosfer. Skala ini adalah yang paling sering digunakan di
dunia. Skala Celsius juga sama dengan Kelvin sehingga cara mengubahnya ke Kelvin cukup
ditambahkan 273 (atau 273.15 untuk lebih tepatnya).Skala Fahrenheit adalah skala umum yang
dipakai di Amerika Serikat. Suhu air membeku adalah 32 °F dan titik didih air adalah 212 °F.
Sebagai satuan baku, Kelvin tidak memerlukan tanda derajat dalam penulisannya. Misalnya cukup
ditulis suhu 20 K saja, tidak perlu 20° K.

c. Mengubah Skala Suhu


Cara mudah untuk mengubah dari Celsius, Fahrenheit, dan Reamur adalah dengan
mengingat perbandingan C:F:R = 5:9:4. Caranya, adalah (Skala tujuan)/(Skala awal)xSuhu. Dari
Celsius ke Fahrenheit setelah menggunakan cara itu, ditambahkan77 °F pada skala Celsius adalah
5/9 x (77-32) = 25 Perlu untuk kita ketahui bersama bahwa dibumi ini pernah tercatat suhu paling
dingin. Suhu paling dingin di bumi pernah dicatat di Stasiun Vostok, Antarktika pada 21 Juli 1983
dengan suhu -89,2 °C.
d.Skala utama yang biasa digunakan di dunia saat ini untuk mengukur suhu
Skala Fahrenheit (°F), yang (°C) skala Celsius, dan skala Kelvin (K) dan skala Reamur
(°R). Masing-masing skala ini menggunakan penentuan titik referensi yang berbeda, seperti yang
dijelaskan secara rinci di bawah.

1. Skala Fahrenheit
Skala Fahrenheit diambil dari nama Daniel Gabriel Fahrenheit(1686-1736), seorang
fisikawan Jerman yang dikreditkan atas penemuan termometer alkohol pada tahun 1709 dan
termometer air raksa di 1714. Skala Suhu Fahrenheit kemudian dikembangkan pada tahun 1724.
Fahrenheit awalnya membuat skala di mana temperatur campuran es-air-garam yang ditetapkan
sebesar 0 derajat. Suhu es air (tanpa garam) campuran ditetapkan pada 30 derajat dan suhu tubuh
manusia ditetapkan pada 96 derajat. Menggunakan skala ini, Fahrenheit mengukur temperatur air
tepat 212 ° F mendidih pada skala nya. Dia kemudian menyesuaikan titik beku air dari 30 ° F
sampai 32 ° F, sehingga membuat kesimpulan interval antara titik beku dan titik didih air hingga
180 derajat (dan mengukur suhu tubuh berada pada 98,6 ° F). Skala Fahrenheit masih umum
digunakan di Amerika Serikat.

2. Skala Celcius
Anders Celsius (1701-1744) adalah seorang astronom Swedia yang dikreditkan atas
penemuan dari skala celcius pada tahun 1742. Celcius memilih titik leleh es dan titik didih air
sebagai suhu referensi nya sebagai dua metode yang sederhana dan konsisten dalam kalibrasi
termometer. Celsius membagi perbedaan suhu antara titik beku dan titik didih air menjadi 100
derajat. Setelah Andrea Celsius meninggal, skala celcius berganti nama menjadi skala Celcius
dengan titik beku air ditetapkan pada 0 ° C dan titik didih air pada 100 ° C.

Gambar 2. Perbandingan Skala Celcius dan Fahrenheit

Skala Celsius lebih diutamakan dari skala Fahrenheit dalam penelitian ilmiah karena lebih
kompatibel dengan format dasar sepuluh dari Sistem Internasional (SI). Selain itu, skala Celsius
dalam penggunaan pengukuran suhu sangat umum digunakan di sebagian besar negara di dunia
selain Amerika Serikat.
3. Skala Kelvin
Lord William Kelvin (1824-1907) adalah seorang ahli fisika Skotlandia yang merancang
sakala Kelvin (K) pada tahun 1854. Skala Kelvin didasarkan pada gagasan nol mutlak, suhu teoritis
di mana semua gerak molekul berhenti dan tidak ada energi yang telihat dapat terdeteksi.
Secara teori, titik nol pada skala Kelvin adalah suhu terendah yang ada di alam semesta: -
273.15ºC. Skala Kelvin menggunakan unit yang sama dari penentuan skala Celcius, Namun
mengubah titik nol menjadi nol mutlak: -273.15ºC. Oleh karena itu, titik beku air adalah 273,15
kelvin (skala kelvin tidak ditambah istilah “derajat” atau simbol º), dan 373,15 K adalah titik didih
air.

Gambar 3. Perbandingan
skala kelvin, celcius dan Fahrenheit

Skala Kelvin, seperti halnya skala Celcius, adalah unit SI standar pengukuran yang
digunakan umumnya dalam pengukuran ilmiah. Karena tidak ada angka negatif pada skala Kelvin
(secara teoritis tidak ada yang bisa lebih dingin dari nol mutlak), sangat nyaman untuk
menggunakan skala kelvin ketika mengukur temperatur yang sangat rendah dalam penelitian
ilmiah.

4. Skala Reamur
Skala Réaumur adalah skala suhu yang dinamai menurut René Antoine Ferchault de
Réaumur, yang pertama mengusulkannya pada 1731. Titik beku air adalah 0 derajat Réaumur, titik
didih air 80 derajat. Jadi, satu derajat Réaumur sama dengan 1,25 derajat Celsius atau kelvin.
Skala ini pada awalnya dibuat dengan alkohol, oleh sebab itu termometer Réaumur yang
dibuat dengan raksa sebenarnya bukan termometer Réaumur sejati. Réaumur mungkin memilih
angka 80 karena dapat dibagi-dua sebanyak 4 kali dengan hasil bilangan bulat (40, 20, 10, 5),
sedangkan 100 hanya dapat dibagi 2 kali dengan hasil bilangan bulat (50, 25). Skala Réaumur
digunakan secara luas di Eropa, terutama di Perancis dan Jerman, tapi kemudian digantikan oleh
Celsius. Saat ini skala Réaumur jarang digunakan kecuali di industri permen dan keju
Rumus Konversi skala suhu:

Gambar 4. Tabel Konversi Skala Suhu

Daftar pustaka
Bandura, A. (1969). Fisika alam. Jakarta: Erlangga.
http://www.visionlearning.com/en/library/General-Science/3/Temperature/48/reading
Firmansyah, Aak. 2002. Pengaruh suhu terhadap pertumbuhan Kedelai. Yogyakarta: Kanisius.
Guslim. 2009. Agroklimatologi. USU Press. Medan
Abadi, J. (2006). Fisika SMA/MA Kelas X. Jakarta : Erlangga

Anda mungkin juga menyukai