Anda di halaman 1dari 54

Temperatur, Panas

dan
Hk. 1 Termodinamika

BAB 18
Konsep Temperatur
• Temperatur adalah derajat panas suatu benda.
– Dua benda dikatakan berada dalam kesetimbangan termal apabila
temperaturnya sama.
• Kalor (heat) adalah energi yang mengalir dari benda yang bertemperatur
tinggi ke benda yang bertemperatur rendah.
• Kesetimbangan Termal

• Menurut Hukum ke Nol Termodinamika :


– Jika benda A berada dalam keseimbangan termal dengan benda B, sedang B
setimbang termal dengan benda C, maka ketiga benda dalam kesetimbangan
termal satu terhadap lainnya.
Termometer
• Alat untuk mengukur temperatur adalah
termometer.
• Termometer menggunakan benda yang memiliki
perubahan fisis tertentu yang berkaitan dengan
perubahan temperaturnya.
– Benda apapun yang memiliki sedikitnya satu sifat yang
berubah terhadap perubahan temperatur dapat digunakan
sebagai termometer.
– Sifat semacam ini disebut sebagai sifat termometrik
(thermometric property).
• Berdasarkan sifat termometrik, terdapat beberapa jenis
termometer, yaitu :
– Termometer zat cair yang bekerja berdasarkan pemuaian zat cair yang
dipanaskan.

– Termometer bimetal yang bekerja berdasarkan pemuaian logam yang


dipanaskan.

– Termometer hambatan yang bekerja karena bertambahnya hambatan listrik


jika kawat logamnya dipanaskan. Kemudian, akan terjadi pulsa-pulsa listrik yang
menunjukkan temperatur yang diukur.

– Termokopel yang bekerja berdasarkan pemuaian dua logam karena ujungnya


bersentuhan. Akibatnya timbullah gaya gerak listrik (GGL) dan inilah yang akan
menunjukkan temperatur suatu benda

– Pyrometer merupakan alat ukur temperatur yang tinggi (500°C- 3.000°C). Alat
ini bekerja berdasarkan intensitas radiasi yang dipancarkan oleh benda panas.
• Zat cair yang umum digunakan dalam termometer adalah raksa,
karena memiliki beberapa keunggulan dibandingkan zat cair

lainnya, yaitu :
1. Dapat menyerap panas suatu benda yang akan diukur, sehingga
temperatur raksa sama dengan temperatur benda yang diukur,

2. Dapat digunakan untuk mengukur temperatur yang rendah hingga


temperatur yang lebih tinggi karena raksa memiliki titik beku pada
temperatur –39°C dan titik didihnya pada temperatur 357°C,

3. Tidak membasahi dinding tabung sehingga pengukurannya menjadi lebih


teliti,

4. Pemuaian air raksa linier terhadap kenaikan temperatur, kecuali pada


temperatur yang sangat tinggi.

5. Mudah dilihat karena raksa dapat memantulkan cahaya.


• Alkohol dapat juga digunakan untuk mengisi tabung
termometer.
– Termometer alkohol dapat mengukur temperatur yang lebih
rendah karena titik bekunya pada temperatur –144°C.

– Akan tetapi, alkohol tidak dapat mengukur temperatur yang


tinggi karena titik didihnya hanya 78°C,

– Jadi, termometer yang berisi alkohol baik untuk mengukur


temperatur yang rendah, tetapi tidak dapat mengukur
temperatur yang lebih tinggi.
Skala Termometer
• Skala temperatur ditentukan oleh dua suhu referensi.
– Titik Beku Air : Suhu ketika air membeku pada tekanan 1 atm.
– Titik Didih Air : Suhu ketika air mendidih pada tekanan 1 atm.
• Rentang temperatur yang dimiliki beberapa skala termometer :
a. Termometer skala Celsius
• Memiliki titik beku air 0°C dan titik didih air 100°C.
• Rentang temperatur berada pada 0°C – 100°C
• dibagi dalam 100 skala.
b. Temometer skala Reamur
• Memiliki titik beku air 0°R dan titik didih air 80°R.
• Rentang temperatur berada pada 0°R – 80°R
• dibagi dalam 80 skala.
c. Termometer skala Fahrenheit
• Memiliki titik beku air 32°F dan titik didih air 212°F.
• Rentang temperatur berada pada 32°F – 212°F
• dibagi dalam 180 skala.
d. Termometer skala Kelvin
• Memiliki titik beku air 273,15 K dan titik didih air 373,15 K.
• Rentang temperatur berada pada 273,15 K – 373,15 K
• dibagi dalam 100 skala.
Konversi Skala Termometer
Perbandingan keempat skala
termometer tersebut adalah :

C  0 F  32 R  0 K  273
  
100 180 80 100
atau

T°C : (T°F – 32) : T°R = 5 : 9 : 4

Konversi Celsius dan Fahrenheit :


T°C = 5/9 (T°F – 32)
T°F = 9/5 T°C + 32
Konversi Celsius dan Reamur :
T°C = 5/4 T°R
T°R = 4/5 T°C
Konversi Fahrenheit dan Reamur :
T°R = 4/9 (T°F – 32)
T°F = 9/4 T°R + 32
Contoh Soal
1. Suhu udara di ruangan 95 oF. Nyatakan suhu tersebut ke dalam skala
Kelvin !
Penyelesaian :
C  0 F  32 R  0 K  273
  
100 180 80 100

Konversi dari °F ke Kelvin digunakan :

F  32 K  273

180 100
K = (100 (F – 32) / 180) + 273
= (100 (95 – 32) / 180) + 273
= (100 (95 – 32) / 180) + 273
= ((100)(63) / 180) + 273
= 35 + 273
= 308 K
2. Setarakanlah temperatur berikut :
a. 40°R = ... °C
b. 20°C = ... °R
c. 50°F = ... °R
d. 59°F = ... °C

Penyelesaian:

a. Dari °R ke °C, digunakan : c. Dari °F ke °R, digunakan :


T°C = 5/4 x T°R T°R = 4/9 x (T°F - 32)
= 5/4 x (40)°R = 4/9 x (50 - 32)
= 50°C = 8° R
Jadi, 40°R = 50°C Jadi, 50°F = 8°R
b. Dari °C ke °R, digunakan : d. Dari °F ke °C, digunakan :
T°R = 4/5 x T°C T°C = 5/9 x (T°F – 32)
= 4/5 x (20)°C = 5/9 x (59 – 32)
= 16°R = 15 °C
Jadi, 20°C = 16°C Jadi, 59°F = 15°C
Secara umum hubungan termometer yang satu dengan
yang lain adalah kesetaraan skala termometer dan dapat
dilakukan dengan cara membandingkan.

Pada termometer X dan Y berlaku perbandingan sebagai berikut.

(t a )o X  To X (t a )o Y  To Y

o o
(t a ) X - (t b ) X (t a )o Y - (t b )o Y

ta = temperatur acuan atas.


= titik didih air

tb = temperatur acuan bawah.


= titik beku air
Contoh soal
3.Termometer X dapat mengukur air membeku pada skala -40 dan air
mendidih pada skala 160. Jika suatu benda diukur termometer Celcius
menunjukkan nilai 25°C maka tentukan nilai yang ditunjukkan saat
diukur dengan termometer X!
Penyelesaian
Titik beku air 0°C atau - 40°X
Titik didih air 100°C atau 160°X
(t a )o X  To X (t a )o Y  To Y

(t a )o X - (t b )o X (t a )o Y - (t b )o Y

160o X  T o X 100o C  25o C


o o

160 X - (-40 X) 100o C
160o X  To X 75o C
o

200 X 100o C

(200)(75)
160  To X 
100
ToX = 160 – 150
= 10oX
Termometer Gas Volume Konstan
Termometer ini menggunakan gas yang memiliki kerapatan rendah sebagai
bahan pengukur suhunya.

Ketika suhu gas meningkat, bila volumenya dijaga tetap, maka tekanannya
akan meningkat secara linier.
Hubungan tekanan dan temperatur untuk
beberapa gas menunjukkan kemiringan
garis berbeda-beda, tetapi semuanya
memiliki titik potong terhadap sumbu T
yang sama. Ini menunjukkan bahwa pada
tekanan nol, semua gas memiliki nilai
suhu yang sama.
Hal ini menunjukkan adanya nilai nol
mutlak untuk temperatur. Satuan skala
bawah Kelvin, mengacu pada nilai nol
mutlak ini (0 K).
Sebagai titik acuan Kelvin kedua adalah titik air ketika mendidih,
yaitu 373,15 K
Pemuaian
Ukuran suatu benda akan berubah bila suhunya dinaikkan.
Kebanyakan benda, memuai jika dipanaskan dan menyusut bila
didinginkan.
Pada tingkat mikroskopik, ekspansi termal pada zat padat ada
penambahan jarak pemisahan rata-rata di antara atom-atom di dalam zat.
Muai Panjang
L =  Lo T atau L = Lo (1 +  T)
 = koefisien muai panjang (K-1)
Muai Luas
A =  Ao T atau A = Ao (1 + β T)
 = koefisien muai luas (K-1) ,
(≈2)
Muai Volume
V =  Vo T atau V = Vo (1 + γ T)

 = koefisien muai volume (K-1),


(  ≈ 3  dan  ≈ 3/2  )
Contoh soal
4. Jika suhunya dinaikkan 100°C sebatang baja yang memiliki
panjang 1 m bertambah panjang 1 mm. Berapakah pertambahan
panjang batang baja yang memiliki panjang 20 cm jika suhunya
dinaikkan 50°C?
Penyelesaian :
Diketahui:
Lo1 = 100 cm ; Lo2 = 20 cm
ΔT1 = 100°C ; ΔT2 = 50°C
ΔL1 = 1 mm = 0,1 cm
Jawab:
Karena jenis bahan sama (baja), maka:
α1 = α2
10000 ΔL2 = (0,1)(1000)
L1 L2 ΔL2 = 0,01 cm

Lo1 . T1 Lo 2 . T2 = 0,1 mm
0,1 L2 Jadi, pertambahan panjang
 batang baja adalah 0,1 mm.
(100 )(100 ) ( 20)(50)
5. Sebuah bola yang memiliki volume 50 m3 dipanaskan hingga mencapai
temperatur 50°C. Jika pada kondisi awal memiliki temperatur 0°C,
tentukanlah volume akhir bola tersebut setelah terjadi pemuaian
(Diketahui αbola = 17 × 10–6 /K)

Penyelesaian :
Diketahui:
V0 = 50 m3
ΔT = 50°C – 0°C = 50 °C = 323,15 K
γ = 3α = 51 × 10–6 /K
Jawab
ΔV = γ Vo ΔT ΔV = V – Vo
= 51 × 10–6 /K × 50 m3 × 323,15 K V = ΔV + Vo
= 0,82 m3 = 0,82 m3 + 50 m3
= 50,82 m3

Jadi, volume akhir bola setelah


pemuaian adalah 50,82 m3
6. Sebuah bejana tembaga dengan volume 100 cm3 diisi penuh
dengan air pada suhu 30°C. Kemudian keduanya dipanasi
hingga suhunya 100°C. Jika αtembaga = 1,8 x 10-5 /°C dan
γair = 4,4 .10-4 /°C, berapa volume air yang tumpah saat itu?

Penyelesaian:

Diketahui:
Vo tembaga = Vo air = 100 cm3
ΔT = 10°C - 30°C = 70°C
α tembaga = 1,8 x 10-5/°C
(γ tembaga = 5,4 x 10-5/°C)
γ air = 4,4 .10-4/°C
Jawab:
Untuk pemuaian tembaga : Untuk pemuaian air :
Vt = Vo (1 + γ . Δt) Vt = Vo (1 + γ . Δt)
= 100 (1 + 5,4 . 10-5 . 70) = 100 (1 + 4,4 . 10-5 . 70)
= 100,378 cm3 = 103,08 cm3
Jadi V air yang tumpah = Vt air – Vt tembaga
= 103,08 – 100,378
= 2,702 cm3
Anomali Air
Cairan pada umumnya, volume akan meningkat seiring dengan
kenaikan temperatur.
Tetapi pada air :
0 oC → 4oC : volume mengecil dan massa jenis (ρ) meningkat.
Di atas 4oC : volume meningkat dan massa jenis (ρ) menurun.
Maka,
Massa jenis Air (ρair) mencapai maksimum (1000 g/cm3) pada 4oC.

Perilaku air ini sangat penting untuk bertahannya


kehidupan di dalam air laut selama musim dingin
• Perilaku air yang menyimpang ini sangat penting untuk bertahannya
kehidupan air selama musim dingin.

– Ketika musim dingin, suhu air di permukaan mulai mendingin


karena kontak dengan udara sekitarnya yang dingin.

– Ketika air di permukaan mencapai suhu 4°C maka air akan


terbenam karena massa jenisnya mencapai terbesar sehingga
digantikan oleh air yang lebih hangat dari bawah naik ke
permukaan.

– Air di permukaan tersebut kemudian membeku menjadi es dan


tetap berada di permukaan karena ρes < ρair pada 4°C.

• Sehingga kehidupan air akan tetap bisa bertahan di dalam air yang
berada di bawah lapisan es di atasnya.
Contoh soal
7. Kerapatan air pada 4°C adalah 1,00 x 103 kg/m3. Berapakah
densitas air pada suhu 94°C?
Penyelesaian :
Densitas air pada 4°C adalah :

Ketika air dipanaskan maka massanya akan tetap, tetapi


volumenya akan meningkat :

Maka, densitas air pada 94°C adalah :


TIGA MACAM SISTEM
• SISTEM TERBUKA
– Ada pertukaran massa dan energi sistem dengan
lingkungannya.
• Misal : lautan, tumbuh-tumbuhan
• SISTEM TERTUTUP
– Ada pertukaran energi tetapi TIDAK terjadi pertukaran
massa sistem dengan lingkungannya.
• Misalnya: Green House ada pertukaran kalor tetapi tidak terjadi
pertukaran kerja dengan lingkungan.
• SISTEM TERISOLASI
– TIDAK ada pertukaran massa dan energi sistem dengan
lingkungan.
• Misalnya: Tabung gas yang terisolasi.
Kalor dan Energi Dalam
• Energi Dalam adalah semua energi sistem
yang berhubungan dengan komponen
mikroskopik atom dan molekul.
• Kalor adalah transfer energi antara sistem dan
lingkungan yang mengelilinginya karena
adanya perbedaan temperatur.
Pengertian Kalor
• Kalor adalah energi termal yang mengalir dari satu benda ke
benda lain karena adanya perbedaan temperatur.
– energi termal yang mengalir dari benda bertemperatur tinggi ke benda
bertemperatur rendah.
• Satuan kalor menurut SI adalah Joule (J)
• Satuan kalor yang lain adalah kalori dan BTU (British
Thermal Unit).
– 1 kal = 4.186 J
• 1 kalori (kal) adalah kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan
temperatur 1 gram air sebesar 1oC
– 1 BTU = 1.055 Joule
Kalor Jenis dan Kapasitas Kalor
• Kalor jenis suatu zat adalah jumlah kalor yang diperlukan
untuk menaikkan temperatur 1 kg suatu zat sebesar 1 °C.
– Kalor jenis menunjukkan kemampuan suatu benda untuk menyerap
kalor.
– Semakin besar kalor jenis
suatu benda, semakin besar
pula kemampuan benda tersebut
untuk menyerap kalor.

Q
c
Dengan : m T
c = kalor jenis suatu zat (J/kg °C),
Q = kalor (J),
m = massa benda (kg), dan
ΔT = perubahan temperatur (°C).
• Kapasitas Kalor adalah banyaknya kalor yang
dibutuhkan untuk menaikkan suhu benda sebesar 1 °C.

Q
C
T
Dengan :
C = kapasitas kalor benda (J/°C)
Q = kalor yang diserap/dilepas (J)
ΔT = perubahan suhu benda (°C)

• Hubungan antara kalor jenis dan kapasitas kalor adalah :

C=m×c
Contoh Soal
8. Air sebanyak 100 gram yang memiliki temperatur 25 oC dipanaskan
dengan energi sebesar 1.000 kalori. Jika kalor jenis air 1 kal/g oC,
tentukanlah temperatur air setelah pemanasan tersebut
Penyelesaian :
Diketahui:
m = 100 gram,
T0 = 25 °C,
cair = 1 kal/g°C
Q = 1.000 kal.
Jawab
Perubahan temperatur yang terjadi : Temperatur akhir air setelah
pemanasan adalah :
Q = m c ΔT
ΔT = T – T0
Q 1000 kal 10°C = T – 25 °C
T  
m c (100 gram)(1kal/g oC) T = 35 °C
=10 oC
9. Gas nitrogen bermassa 56 × 10–3 kg dipanaskan dari suhu 270 K
menjadi 310 K. Jika nitrogen ini dipanaskan dalam bejana yang
bebas memuai, diperlukan kalor sebanyak 2,33 kJ. Jika gas
nitrogen ini dipanaskan dalam bejana kaku (tidak dapat
memuai), diperlukan kalor sebesar 1,66 kJ. Jika massa molekul
relatif nitrogen 28 g/mol, hitunglah kapasitas kalor gas nitrogen
dan tetapan umum gas.

Penyelesaian
Diketahui:
m = 56 × 10–3 kg, ΔT = 40 K, dan Mr = 28 g/mol = 28 × 10–3 kg/mol.
a. Proses tekanan tetap pada gas: Proses volume tetap pada gas:
Qp = 2,33 kJ = 2.330 J QV = 1,66 kJ = 1.660 J.
Qp = Cp ( ΔT) QV = CV ( ΔT)
2.330 J = Cp (40 K) 1.660 joule = CV (40 K)
Cp = 58, 2 J/K. CV = 41,5 J/K
b. Tetapan umum gas R dihitung sebagai berikut.
Asas Black
• Kalor adalah energi yang dipindahkan dari benda yang memiliki
temperatur tinggi ke benda yang memiliki temperatur lebih rendah
sehingga pengukuran kalor selalu berhubungan dengan perpindahan
energi.
• Benda yang memiliki temperatur lebih tinggi akan melepaskan energi
sebesar Q dan benda yang memiliki temperatur lebih rendah akan
menerima energi sebesar Q.
• Asas Black
– Jika kedua benda yang berbeda suhu dicampurkan/dihubungkan dan
terisolasi dengan baik, maka jumlah kalor yang dilepas sama
dengan jumlah kalor yang diterima.

• Secara matematis, Asas Black dinyatakan :

QLepas = QTerima
m1 c1 ΔT1 = m2 c2 ΔT2
m1 c1 (T1 – Tc) = m2 c2 (Tc – T2)

Dengan :
Tc = suhu akhir atau suhu campuran
Contoh Soal
10. Air sebanyak 0,5 kg yang bersuhu 100° C di tuangkan ke dalam
bejana dari aluminium yang memiliki massa 0,5 kg. Jika suhu awal
bejana sebesar 25° C, kalor jenis aluminium 900 J/kg °C, dan kalor
jenis air 4.200 J/kg °C, maka tentukan suhu kesetimbangan yang
tercapai! (anggap tidak ada kalor yang mengalir ke lingkungan)

Penyelesaian :
Diketahui : Jawab :
mbej = 0,5 kg Qdilepas = Qditerima
mair = 0,5 kg m × cair × ΔTair = m × cbej × ΔTbej
Tair = 100° C 0,5 × 4.200 × (100 – Ttermal) = 0,5 × 900 × (Ttermal – 25)
Tbej = 25° C 210.000 – 2.100 Ttermal = 450 Ttermal – 11.250
cair = 4.200 J/kg °C 2.550 Ttermal = 222.250
cbej = 900 J/kg °C Ttermal = 222.250 / 2550
= 87,156° C

Jadi, suhu kesetimbangannya adalah 87,156° C.


Kalorimetri
Kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk mencari kalor
jenis benda atau zat dengan menggunakan Asas Black.
Kalorimeter terdiri atas sebuah bejana tembaga tipis yang
dimasukan ke dalam bejana serupa yang lebih besar. Di antara
keduanya diberi bahan isolator, bisa berupa udara atau gabus.
Bejana ditutup rapat dan diberi tempat untuk pengaduk dan
termometer.
Pengukuran kalor jenis suatu benda dilakukan dengan memasukkan benda panas
ke dalam kalorimeter yang berisi air dingin. Ketika benda tersebut dan air
bercampur, maka terjadi perpindahan kalor dari benda yang bersuhu tinggi ke air
yang bersuhu rendah. Sehingga suatu saat diperoleh suhu akhir campuran.
Persamaan untuk menentukan kalor jenis benda adalah :

Karena suhu awal air sama dengan suhu awal kalorimeter


(Ta = Tk), maka :
Kalor Laten
• Wujud benda ada tiga macam yaitu padat, cair, dan gas.

• Ketika suatu zat berubah menjadi wujud lain, diperlukan atau


dilepaskan sejumlah kalor, tetapi tidak digunakan untuk
menaikkan atau menurunkan temperatur.

• Kalor Laten adalah kalor yang dibutuhkan untuk mengubah


wujud suatu benda per satuan massa.
L = Q / m atau Q = m.L
Dengan :
L = kalor laten ( J/kg)
Q = kalor yang diperlukan atau dilepaskan selama perubahan wujud ( J)
m = massa zat (kg)
• Mengapa kalor laten yang diserap oleh suatu zat
ketika melebur atau menguap tidak dapat menaikkan
temperaturnya?
 Berdasarkan teori kinetik, pada saat melebur atau menguap,
kecepatan getaran molekul bernilai maksimum.
 Kalor yang diserap tidak menambah kecepatannya, tetapi
digunakan untuk melawan gaya ikat antarmolekul zat
tersebut.
 Ketika molekul-molekul ini melepaskan diri dari ikatannya, zat
padat berubah menjadi zat cair atau zat cair berubah menjadi
gas.
• Kalor yang diperlukan untuk mengubah 1 kg zat dari padat menjadi
cair disebut kalor lebur.

– Kalor lebur air dalam SI adalah sebesar 333 kJ/kg


(3,33 × 105 J/kg),

– nilai ini setara dengan 79,7 kkal/kg.

• Kalor yang dibutuhkan untuk mengubah suatu zat dari wujud cair
menjadi uap disebut kalor penguapan.

– Kalor penguapan air dalam satuan SI adalah 2.260 kJ/kg


(2,26 × 106 J/kg),

– nilai ini sama dengan 539 kkal/kg.


Kalor Laten beberapa Zat
pada 1 atm
Kerja dan Kalor
dalam Proses Termodinamika
Kerja merupakan hasil perkalian gaya dengan perpindahan (W = F × s).
Gambar di samping memperlihatkan penampang
gas silinder yang di dalamnya terdapat piston
(penghisap). Piston ini dapat bergerak bebas naik
turun.
Jika luas piston A dan tekanan gas p, maka gas
akan mendorong piston dengan gaya F = p × A.
Kerja yang dilakukan gas adalah :
W = F × Δs
Jika F = p × A, maka Dimana :
W = p × A × Δs W = Kerja (J)
p = tekanan tetap (N/m2)
Jika Δs = ΔV / A, maka : V1 = volume awal (m3)
W = p × ΔV atau W = p (V2 – V1) V2 = volume akhir (m3)
Contoh Soal
11. Gambar berikut menunjukkan suatu siklus termodinamika dari suatu gas ideal.

Tentukanlah Kerja yang dilakukan gas !

Penyelesaian :
Diketahui:
pA = pB = 2 x 105 N/m2, pD = pC = 1 x 105 N/m2, 1 atm = 1 × 105 N/m2
VA = VD = 2 m3, dan VB = VC = 3 m3.
Jawab :
WAB = p (VB – VA) = (2 × 105 N/m2) (3 – 2) × 10–3 m3 = 200 joule
WBC = p (VC – VB) = 0
WCD= p (VD – VC) = (1 × 105 N/m2) (2 – 3) × 10–3 m3 = -100 joule
WDA= p (VA – VD) = 0
WABCDA = Wsiklus = 200 Joule + 0 – 100 Joule + 0 = 100 joule
Atau :
WABCDA = Wsiklus = luas arsiran
= (2 – 1) × 105 N/m2 (3 – 2) × 10–3 m3
= 100 joule.
Gas dalam ruang tertutup dapat mengalami beberapa proses yaitu proses
isobarik, proses isotermal, proses isokorik, dan proses adiabatik.

Proses Isobarik Proses isotermal

proses isobarik adalah proses yang Proses isotermal adalah proses yang
berlangsung pada tekanan tetap. dialami gas pada suhu tetap.

Kerja yang dilakukan oleh gas pada Kerja yang dilakukan gas pada proses
proses isobarik isotermal adalah :

W = p × ΔV atau W = p (V2 – V1)

atau
Grafik Proses isotermal

Grafik Proses Isobarik


Proses Isovolumetrik Proses Adiabatik

Proses Isovolumetrik adalah proses Proses adiabatik merupakan proses


yang dialami oleh gas di mana gas yang tidak ada kalor yang masuk atau
tidak mengalami perubahan volume keluar dari sistem (gas) ke lingkungan
atau volume tetap (ΔV = 0 ) (ΔQ = 0).
Pada proses adiabatik berlaku rumus
Kerja yang dilakukan gas pada proses Poison.
isovolumetrik adalah nol

W = p × ΔV
Dengan γ (tetapan Laplace)
= p×0
merupakan perbandingan kalor jenis
=0
gas pada tekanan tetap (Cp) dan kalor
jenis gas pada volum tetap (CV).

Kerja pada proses adiabatik

Grafik Proses Isokorik


Grafik Proses Adiabatik
Contoh Soal
12. Suatu gas ideal mengalami proses siklus seperti grafik p – V berikut :

Tentukan Kerja netto gas dalam satu siklus !

Penyelesaian :
Diketahui: pA = pB = 3 × 105 Pa, pC = 1 × 105 Pa, VA = 2 L, dan VB = VC = 6 L.
Jawab :
Proses A ke B adalah proses isobarik. Proses dari C ke A adalah isotermal.
Kerja dari A ke adalah : Oleh karena pC : VC = pA : VA,
WAB = p (VB – VA) kerja dari C ke A adalah :
= 3 × 105 Pa (6 – 2) × 10–3 m3
= 1.200 joule

Proses B ke C adalah proses isovolumetrik. Kerja netto gas dalam satu siklus ABCA :
Karena VC = VB,
Kerja yang dilakukan gas WBC = 0 Wsiklus = WAB + WBC + WCA
= 1.200 + 0 + (–415,8 )
= 784,2 joule
13. Sebuah mesin memiliki rasio pemampatan 12 : 1 yang berarti bahwa
setelah pemampatan, volume gas menjadi 1/12 volume awalnya. Anggap
bahan bakar bercampur udara pada suhu 35°C, tekanan 1 atm, dan
γ = 1,4. Jika proses pemampatan terjadi secara adiabatik, hitunglah
tekanan pada keadaan akhir dan suhu campuran.
Penyelesaian :

Diketahui:
V2 = 1/12 V1, T1 = 35 + 273 = 308 K, p1 = 1 atm, dan γ = 1,4
Jawab :
Untuk menentukan tekanan akhir p2, gunakan rumus

Suhu campuran atau suhu akhir (T2) diperoleh sebagai berikut :


Hukum I Termodinamika
Hukum I termodinamika menyatakan :
untuk setiap proses apabila kalor (Q) diberikan kepada sistem dan sistem
melakukan Kerja (W), maka akan terjadi perubahan energi dalam (ΔU).
Secara matematis dinyatakan :

ΔU = Q – W atau Q = ΔU + W
Peraturan :
1. Q dianggap positif (+) apabila kalor memasuki sistem.
2. Q dianggap negatif (–) apabila kalor keluar dari sistem.
3. W dianggap positif (+) apabila kerja dilakukan oleh sistem.
4. W dianggap negatif (–) apabila lingkungan melakukan kerja pada sistem.
5. ΔU dianggap positif (+) apabila energi dalam sistem bertambah.
6. ΔU dianggap negatif (–) apabila energi dalam sistem berkurang.
Contoh Soal
14. Delapan mol gas ideal dipanaskan pada tekanan tetap sebesar 2 × 105 N/m2
sehingga volumenya berubah dari 0,08 m3 menjadi 0,1 m3. Jika gas
mengalami perubahan energi dalam gas sebesar 1.500 J, berapakah kalor
yang diterima gas tersebut.
Penyelesaian :
Diketahui:
p = 2 × 105 N/m2, V1 = 0,08 m3, V2 = 0,1 m3, dan ΔU = 1.500 J.
Jawab
Q = ΔU + W
= ΔU + p(V2 – V1)
= 1.500 joule + 2 × 105 N/m2 (0,1 – 0,08) m3
= 1.500 joule + 4.000 joule
= 5.500 J
 Hukum I Termodinamika merupakan persamaan kekekalan
energi khususnya pada perubahan energi dalam sistem.
 Sistem Terisolasi
– Sebuah sistem terisolasi tidak dapat berinteraksi dengan
lingkungannya.
– Tidak ada perpindahan energi yang terjadi dan tidak ada
kerja yang dilakukan.
– Oleh karena itu energi dalam pada sistem terisolasi
menjadi konstan.
 Proses Siklus
– Proses siklus adalah suatu proses dimana keadaan awal
dan keadaan akhir sama.
Uakhir = Uawal dan Q = - W
– Jumlah usaha yang dikerjaan oleh gas pada setiap siklus
sama dengan luas di bawah kurva tertutup yang
digambarkan pada kurva tertutup yang digambarkan
pada diagram P-V.
Aplikasi Hukum I Termodinamika
Hukum Boyle Proses Isothermal
hasil kali antara tekanan (p) dan volume (V) gas
pada suhu tetap (isotermal) adalah konstan.
pV = konstan atau p1 V1 = p2 V2

Hukum Gay-Lussac Proses Isobarik


hasil bagi antara volume (V) dengan temperatur
(T) gas pada tekanan tetap adalah konstan.

atau

Hukum Charles Proses Isovolumetrik


hasil bagi tekanan (p) dengan temperatur (T)
suatu gas pada volume tetap adalah konstan

atau
Contoh Soal
15. Seseorang ingin menerapkan hukum Boyle untuk
menentukan tekanan udara luar dengan menggunakan
peralatan, seperti pada gambar. Ia mendapatkan bahwa
ketika h = 50 mm, V = 18 cm3 dan ketika h = 150 mm,
V = 16 cm3. Berapa mmHg tekanan udara luar?
Penyelesaian :
Diketahui: h1 = 50 mm, V1 = 18 cm3, h2 = 150 mm, dan V2 = 16 cm3.
Jawab
Sesuai dengan sifat bejana berhubungan, tekanan gas dalam V adalah:
• Keadaan 1: p1 = (p0 + h1) mmHg = (p0 + 50) mmHg
• Keadaan 2: p2 = (p0 + h2) mmHg = (p0 + 150) mmHg
Menurut hukum Boyle:
p2 V2 = p1 V1

16 cm3 ( p0) + 16 cm3 (150 mm) = 18 p0 + 18 cm3 (50 mm)


2 p0 = 16 cm3 (150 mm) – 18 cm3 (50 mm)
p0 = 750 mmHg
Tekanan udara luar adalah 750 mmHg atau 75 cmHg.
Mekanisme Transfer Energi
• Konduksi
– Konduksi adalah perpindahan kalor akibat perbedaan
temperatur yang tidak diikuti perpindahan massa
• Konveksi
– Konveksi adalah perambatan kalor yang disertai
perpindahan massa atau perpindahan partikel-partikel zat
perantaranya.
• Radiasi
– Radiasi adalah perpindahan energi melalui gelombang
elektromagnetik.
Mekanisme Transfer Energi
Konduksi
Konduksi adalah perpindahan kalor akibat perbedaan temperatur yang
tidak diikuti perpindahan massa

Kalor yang mengalir dinyatakan sebagai :

atau Konduktivitas Termal Beberapa Zat

Dimana :
H = jumlah kalor yang merambat per
satuan waktu (J/s).
T1 = ujung batang logam bersuhu tinggi (K),
T2 = ujung batang logam bersuhu rendah (K),
A = luas penampang hantaran kalor (m2),
L = panjang batang (m),
K = koefisien konduksi termal (J/m.s.K),
Contoh Soal
16. Diketahui suhu permukaan bagian dalam dan luar sebuah kaca
jendela yang memiliki panjang 2 m dan lebar 1,5 m berturut turut 27°C
dan 26°C. Jika tebal kaca tersebut 3,2 mm dan konduktivitas termal
kaca sebesar 0,8 W/m °C, maka tentukan laju aliran kalor yang lewat
jendela tersebut!
Penyelesaian :
Diketahui :
d = 3,2 mm = 3,2 × 10-3 m2
A = 2 ×1,5 = 3 m2
Δt = 27 – 26 = 1° C
K = 0,8 W/m °C
Jawab :
Konveksi
Konveksi adalah perambatan kalor yang disertai perpindahan massa
atau perpindahan partikel-partikel zat perantaranya.

Besar kalor yang merambat tiap satuan


waktu, dapat dituliskan sebagai berikut

Dimana :
H = jumlah kalor yang berpindah tiap satuan waktu (J/s),
A = luas penampang aliran (m2)
ΔT = perbedaan temperatur (K)
h = koefisien konveksi termal (J/m.s.K),

Besarnya koefisien konveksi termal bergantung pada bentuk dan


geometrik permukaan-permukaan bidang aliran serta bergantung pula
pada sifat fluida perantaranya.
Contoh Soal
17. Suatu fluida dengan koefisien konveksi termal 0,01 kal/ms°C
memiliki luas penampang aliran 20 cm2. Jika fluida tersebut mengalir
dari dinding yang bersuhu 100°C ke dinding lainnya yang bersuhu
20°C, kedua dinding sejajar. Berapakah besarnya kalor yang
dirambatkan?
Penyelesaian :
Diketahui:
h = 0,01 kal/ms °C,
Ta = 100 °C,
Tb = 20 °C,
A = 20 cm2 = 2 × 10-3 m2
Jawab
.
Kalor yang merambat adalah :
H = h A ΔT
= 0,01 kal/ms°C × (2 × 10-3 m2) × (100 °C – 20 °C)
= 16 × 10-4 kal/s
Jadi, besarnya kalor yang merambat dalam fluida per satuan waktu
adalah 16 × 10-4 kal/s.
Radiasi
Radiasi adalah perpindahan energi melalui gelombang elektromagnetik.

Pemancaran energi ini tidak memerlukan medium zat perantara.


Besarnya energi yang dipancarkan adalah :
W = e σ T4
Dengan :
W = energi yang dipancarkan per satuan luas per satuan waktu (watt/m2),
σ = konstanta Stefan–Boltzmann = 5,672 x 10-8 watt/m2 K4,
T = temperatur mutlak benda (K),
e = koefisien emisivitas (0 ≤ e ≤ 1) → tergantung permukaan benda
- Untuk benda hitam sempurna : e = 1 ( kekasaran dan warna benda)
- Untuk benda putih sempurna : e = 0
Energi yang dipancarkan dalam satuan Joule adalah :
Dengan :
W = e σ T4 A t W = energi yang dipancarkan permukaan benda (J)
A = luas permukaan benda (m2)
t = lama waktu radiasi (sekon)
Contoh Soal
18. Sebuah plat tipis memiliki total luas permukaan 0,02 m2 . Plat tersebut
di panaskan dengan sebuah tungku hingga suhunya mencapai 1.000
K. Jika emisitas plat 0,6, maka tentukan laju radiasi yang dipancarkan
plat tersebut !
Penyelesaian :
Diketahui :
A = 0,02 m2
T = 1.000 K
e = 0,6
σ = 5,672 × 10-8 W/mK4
Jawab :
P = A e σ T4
= 0,02 × 0,6 × (5,672 × 10-8) × (1.000)4
= 6.804 W
Jadi, laju radiasi yang dipancarkan plat sebesar 6.804 W.
Latihan 11

Kerjakan soal di Halliday:


• Bab 18 no 39, 49, 50, 52, 58.

Anda mungkin juga menyukai