Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH INSTRUMENTASI DAN KONTROL

PENGUKURAN SIFAT TERMAL

OLEH :
Romy Apriansyah Ysf (061840411743)
Sania Okta Narega (061840411744)
Vica Edisi Risky (061840411746)

PRODI TEKNIK ENERGI


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 2018/2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan masalah
1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengukuran Konduktivitas Termal
2.2 Konduktivitas Termal Zat Cair dan Gas
2.3 Pengukuran Nilai Kalor
a. Kalorimeter aliran Junker
b. Bom Kalorimeter
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Beberapa jenis sifat termal (thermal property) sangat penting untuk perhitungan
neraca energi dalam berbagai penerapan perpindahan kalor. Nilai sifat-sifat ini untuk
berbagai jenis bahan sudah bisa didapatkan dalam tabel-tabel di dalam buku-buku
pegangan. Akan tetapi, berhubung banyaknya bahan-bahan baru yang muncul setiap
waktu, perlulah para insinyur memahami metode-metode dasar untuk mengukur sifat-
sifatitu.
Pengukuran kebanyakan sifat termal menyangkut penentuan aliran kalor dan
suhu. Perpindahan kalor biasanya diukur dengan membuat neraca energi untuk peranti
yang sedang dikaji. Umpamanya kita mungkin memanaskan suatu plat logam dengan
pemanas listrik sambil mencelupkan plat itu di dalam airselama berlangsungnya proses
pemanasan. Rugi kalor konveksi dari plat itu lalu dapat ditentukan dengan melakukan
pengukuran terhadap daya listrik yang dikeluarkan dari pemanas.
Sebagi contoh lain, yakni pemanasan air dengan mengalirkan air itu melalui pipa
panas. Perpindahan kalor konveksi dari dinding pipa ke air dapat ditentukaan dengan
mengukur laju lairan massa airdan suhu-suhu masuk dan keluaran dari bagian pipa yang
dipanaskan. Energi yang diterima air tentu sama dengan perpindahan kalor dari pipa,
jika bagian luar pipa itu diisolasi dan tidak ada kehilangan yang terjadi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud konduktivitas termal ?
2. Apa saja yang mempengaruhi konduktivitas termal ?
3. Bagaimana prinsip kerja instrumen Konduktivitas Termal zat cair dan gas ?
4. Bagaimana prinsip kerja instrumen kalorimeter aliran junker dan bom
kalorimeter?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari konduktivitas termal
2. Mengetahui persamaan konduktivitas termal
3. Mengetahui prinsip kerja instrumen konduktivitas termal zat cair dan gas
4. Mengetahui prinsip kerja instrumen kalorimeter aliran junker dan bom
kalorimeter
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengukuran Konduktivitas Termal


Konduktivitas termal (thermal conductivity) didefenisikan oleh persamaan
Fourier:

Penentuan konduktivitas termal secara eksperimen didasarkan atas hubungan ini.


Lempeng logam tipis pada gambar II.1 menunjukkan jika laju perpindahan kalor
melalui bahan itu, tebal bahan, dan perbedaan suhu telah diukur, maka konduktivitas
termal dapat dihitung dari:

Dalam rakitan eksperimen, kalor diberikan dengan pemanas listrik pada satu sisi
lempeng itu, dan dikeluarkan dari sisi yang satu lagi dengan plat plat yang
didinginkan.Suhu pada kedua sisi lempeng diukur dengan termokopel atau termistor,
mana yang paling cocok diantara keduanya.
Gambar II. 1 pengukuran konduktivitas-termal sederhana.

Gambar II.2 Skema aparatus plat panas berkawal untuk pengukuran konduktivitas
termal
Perlu dicatat bahwa satuan Inggris dan satuan SI standar bukanlah merupakan
satuan yang lazim dipakai dalam praktek untukmenyatakan konduktivitas
termal.Biasanya tebal bahan x dinyatakan dalam inci, luas dalam kaki persegi.
Masalah pokok dalam metode penentuan konduktivitas termal di atas ialah
adanya kemungkinan kalor hilang dai rusuk lempeng, atau kalaupun rusuk lempeng
diisolasi, mungkin terjadi profil suhu dua-dimensi, yang menyebabkan adanya
kesalahan dalam penentuan. Masalah ini dapat dihindarkan dengan caramemsang
pemanas kawal, seperti pada gambar II.2. Dalam susunan ini pemanas ditempatkan di
pusat dan lempeng spesimen itu ditempatkan pada kedua sisi plat pemanas itu. Suatu
pendingin dialir-lingkarkan melalui peranti itu untuk mengukur suhu. Pemanas kawal
mengurung pemanas utama, dan suhunya dijaga agar sama dengan pemanas utama.
Hal ini mencegah adanya perpindahan kalor melalui rusuk-rusuk spesimen, dan
dengan demikian menjamin adanya perpindahan kalor melalui rusuk-rusuk spesimen
dan dengan demikian menjamin adanya perpindahan kalor satu dimensi melalui bahan
yang akan ditentukan konduktivitas termalnya. Plat panas berkawal (guarded hot plate),
demikian namanya, banyak digunakan untuk menentukan konduktivitas termal bahan-
bahan bukan logam, yaitu zat-zat padat yang mempunyai konduktivitas termal rendah.
Untuk bahan-bahan yang mempunyai konduktivitas bahan tinggi, beda suhunya kecil
sehingga memerlukan pengukuran suhu yang lebih teliti.
Gambar II. 3 Alat untuk pengukuran konduktivitas termal bahan
Suatu metode yang sangat sederhana untuk pengukuran konduktivitas termal logam
ialah seperti yang digambarkan pada gambar II. 3. Sebuah batangan logam A yang
konduktivitas termalnya diketahui dihubungkan dengan batangan logam B yang
konduktivitas termalnya akan diukur. Sebuah sumber kalor dan comber kalor
dihubungkan dengan ujung-ujung batangan gabungan itu, dan rakitan itu dibalut dengan
bahan isolasi untuk membuat kehilangan kalor ke lingkungan minimum dan menjaga
aliran kalor melalui batangan itu bersifat satu-dimensi.
Pada kedua bahan yang diketahui dan tidak diketahui, ditempatkan atau ditanamkan
termokopel. Jikagradien suhu melalui bahan-bahan yang diketahui itu diukur, aliran
kalor akan dapat ditentukan. Aliran kalor ini selanjutnta digunakan untuk menghitung
konduktivitas termal bahan yang tak diketahui. Jadi,

Suhu dapat diukur pada berbagai lokasi di sepanjang bahan yang tidak diketahui dan
variasi konduktivitas termal dengan suhu ditentukan dari pengukuran itu.Van Dusen dan
Shelton menggunakan metode ini untuk menentukan konduktivitas termal bahan-bahan
sampai 6000C.
2.2 Konduktivitas Termal Zat Cair dan Gas
Kaye dan Hinggins menggunakan metode plat panas berkawal untuk
menentukan konduktivitas termal zat cair. Aparatus yang dipakai mereka adalah seperti
pada gambar II. 4. Diameter plat ialah 5 cm, dan tebal lapisan zat cair kira-kira 0,05 cm.
Lapisan ini harus cukup tipis agar arus konveksi minimum. Susunan anulus,seperti pada
gambar II. 5 dapat pula digunakna untuk penentuan konduktivitas termal zat cair.Di sini
pun tebal lapisan zat cair harus cukup tipis agar arus konveksi termal menjadi
minimum.

Gambar II. 4 Aparatus plat-panas berkawal untuk pengukuran konduktivitas termal zat
cair.

Gambar II. 4 Metode silinder konsentrik untuk pengukuran konduktivitas termal zat
cair.
2.3 Pengukuran Nilai Kalor
Penentuan nilai kalor berkaitan erat dengan penentuan besaran energi. Besaran-
besaran ini dapat diklasifikasikan sebagai sifat-sifat termodinamik system seperti
entalpi, energy dalam, kalor spesifik dan nilai kalor, pengukuran nilai kalor suatu zat
cair, padatan atau gas dengan menggunakan calorimeter aliran junker dan bomb
calorimeter.
a. Kalorimeter aliran Junker
Suatu piranti yang banyak digunakan untuk penentuan nilai kalor bahan bakar
padat dan cair. Piranti yang biasanya digunakan untuk eksperimen ialah kalorimeter
junker. Skema kalorimeter itu diberikan pada Gambar 5-6. Bahan bakar gas dibakar di
dalam calorimeter itu dan kalornya diberikanke air pendingin. Laju aliran air ditentukan
dengan menimbangnya, sedang suhu air masuk dan keluar diukur dengan thermometer
air raksa dalam gelas. Hasil pembakaran didinginkan hingga suhunya cukup rendah dan
uap air mengembun. Kondensat itu dikumpulkan dalam tabung ukur. Laju aliran gas
diukur dengan meter aliran ajakan positif.
Gambar II. 6 Skema kalorimeter aliran Junker.

Gambar II. 7 Skema-alir kalorimeter dalam gambar II. 6


Bahan bakar gas dibakar dalam kalorimeter itu,dan kalornya diberikan ke air
pendingin. Laju aliran air ditentukan dengan menimbangnya, sedangkan suhu air masuk
dan keluar di ukur dengan termometer presisi raksa dalam gelas seperti gambar.Hasil
pembakaran didinginkan hingga suhunya cukup rendah dan uap air
mengembun.Kondensat itu dikumpulkan di dalam tabung positif (positive displacement
flow meter). Uraian terperinci mengenai kalori meter diberikan oleh shoop dan tuve.
Skema alir kalorimeter aliran terlihat pada gambar II.7.untuk mudahnya semua
arus yang masuk peranti diberi subskrip 1, sedangkan arus yang keluar dari peranti itu
ditandai dengan subskrip 2. Bahan bakar dan udara dibakar di dalam kalorimeter itu,
dan sebagian besar kalor pembakaran di ambil oleh air pendingin.
Pengukuran yang perlu dibuat dari eksperimen ini adalah suhu air pendingin
masuk ke luar Tw1 dan Tw2 laju aliran massa bahan bakar mf laju aliran massa air
pendingin mw, suhu kondensat Tc2, suhu bahan bakar dan udara masuk Tf1 dan T
a1,dan kelembaban relative udara masuk ∅1¬. Disamping itu dilakukan pula analisis
hasil hasil pembakaran untuk menentukan kandungan oksigen, dan karbon monoksida.
b.Bom Kalorimeter
Kalorimeter bom (bomb calorimeter) merupakan suatu peranti lain yang banyak
digunakan untuk penentuan nilai kalor bahan bakar padat dan cair. Berbeda dengan
kalometer aliran yang digunakan di atas, pengukuran disini dilakukan pada kondisi
volume konstant, tanpa aliran, seperti pada gambar II. 8. contoh bahan bakar yang di
ukur dimasukkan ke dalam bejana logam yang kemudian dimuat dengan oksigen pada
tekanan tinggi. Bom itu ditempatkan di dalam bejana berisi air dan bahan bakar itu
dinyalakan dengan sambungan listrik dari luar. Suhu air di atur sebagai fungsi waktu
setelah penyayaan dan dari pengetahuan tentang massa air di dalam sistem itu, massa
dan kalor spesifik bejana kurva pemanasan dan pendinginan transien, maka energi yang
dilepaskan dalam pembakaran itu dapat di tentukan. Keseragaman suhu air di sekeliling
bom dijaga dengan suatu pengaduk. Dalam hal hal tertentu, diberikan pemanasan dari
luar melalui selubung air untuk menjaga supaya suhu seragam, sedangkan dalam hal hal
lain selubung itu dibiarkan kosong untuk menjaga kondisi yang mendekati adiabatik
dalam bejana air sebelah dalam. Kompensasi untuk rugi kalor ke lingkungan dapat di
hitung dari analisa kurva pemanasan dan pendinginan transien.

Gambar II. 8 Skema kalorimeter bom tanpa aliran


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengukuran kebanyakan sifat termal menyangkut penentuan aliran kalor dan
suhu. Perpindahan kalor biasanya diukur dengan membuat neraca energi untuk peranti
yang sedang dikaji.
Konduktivitas termal adalah suatu besaran intensif bahan yang menunjukkan
kemampuannya untuk menghantarkan panas. Konduksi termal adalah suatu fenomena
transport di mana perbedaan temperatur menyebabkan transfer energi termal dari satu
daerah benda panas ke daerah yang sama pada temperatur yang lebih rendah. Panas
yang di transfer dari satu titik ke titik lain melalui salah satu dari tiga metode yaitu
konduksi, konveksi, dan radiasi.
Konduktivitas termal dipengaruhi oleh laju perpindahan kalor, luas bidang, suhu
dan jenis benda/panjang benda.
DAFTAR PUSTAKA

Holman, J.P. 1985. Metode Pengukuran Teknik. Jakarta. Erlangga.


https://docplayer.info/73040370-Pengukuran-konduktivitas-termal.html
https://id.scribd.com/doc/301858680/PENGUKURAN-KONDUKTIVITAS-TERMAL
https://www.slideshare.net/Fyad/makalah-konduktifitas-termal

Anda mungkin juga menyukai