Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

GASIFIKASI

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK : 1 (SATU)
KELAS : 4 EGD
ANGGOTA :
1. Ami Wulandari (061840411725)
2. Faisal. Z (061840411731)
3. Moh. Fahkri Athalah. K (061840411735)
4. M. Rahman Langgepati (061840411736)
5. Novlika Nur Hikmah (061840411737)
6. Rara Harlivia (061840411738)
7. Romy Apriansyah Ysf (061840411743)

DOSEN PENGAJAR: Ir. Erlinawati., M.T

JURUSAN TEKNIK KIMIA


PROGRAM STUDI D IV TEKNIK ENERGI
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
TAHUN AJARAN 2019-2020
I. TUJUAN

Setelah melakukan praktikum mahasiswa diharapkan dapat :

- Menjelaskan prinsip kerja proses gasifikasi


- Mengidentifikasi parameter yang terlibat dalam proses gasifikasi

II. DASAR TEORI


Proses gasifkasi telah dikenal sejak abad lalu untuk mengolah batubara,
gambut. Atau kayu menjadi bahan bakar gas yang kini mulai dimanfaatkan.
Pada tahun-tahun terakhir ini. Proses gasifikasi mendapat perhatian kembali di
seluruh dunia, terutama untuk mengolah biomassa sebagai sumber energi
alternatif yang terbaharukan.

Secara sederhana proses gasifikasi dapal dikatakan sebagai reaksi kimia


pada temperatur tinggi antara biomassa dengan udara. Yang tahapannya dapat
digambarkan sebagai berikut (gambar I).

1. Tahap pengeringan. Akibat pengaruh panas, biomassa mengalami


pengeringan pada temperatur sekitar100˚C.
2. Tahap pirolisis. Bila temperatur mencapai 250˚C, biomassa mulai
mengalami proses pirolisis yaitu perekahan molekul besar menjadi
molekul-molekul kecil akibat pengaruh temperatur tinggi. Proses ini
berlangsung sampai temperatur 500˚C. Hasil proses pirolisis ini
adalah arang, uap air, uap tar, dan gas- gas.
3. Tahap reduksi. Pada temperatur di atas 600˚C arang bereaksi dengan
uap air dan karbon dioksida. Untuk menghasilkan hidrogen dan
karbon monoksida sebagai komponen utama gas hasil.
4. Tahap oksidasi. Sebagian kecil biomassa atau hasil pirolisis dibakar
dengan udara untuk menghasilkan panas yang diperlukan oleh ketiga
tahap tersebut di atas. Proses oksidasi (pembakaran) ini dapat
mencapai temperatur 1200˚C, yang berguna untuk proses perekahan
tar lebih lanjut.
Tahap-tahap proses diatas dilaksanakan dalam satu alat yang disebut
gasifier atau reaktor gasifikasi.

2.1 Gasifier

Jenis gasifier yang sesuai antuk memproses biomassa adalah down-draft,


dimana unggun biomassa turun sendiri karena gaya gravitasi dan aliran gas juga
turun melewati unggun tersebut.

Gasifier ini mempunyai bentuk konvensional berupa silinder dengan satu


penyempitan dibagian tengah yang disebut tengorokan. Bentuk  ini cocok untuk
memproses biomassa yang mempunyai ukuran partikel besar, seperti potongan
kayu dan batok kelapa. Untuk biomassa berukuran kecil. Seperti sekam padi dan
serbuk gergaji, diperlukan gasifier tanpa tenggorokan dan tanpa tutup atas. 

2.2 Perangkat Gasifikasi

Gas yang keluar dari gasifikasi masih mengandung kotoran dan


temperaturnya tinggi,karena itu perlu pengolahan lebih lanjut (lihat Gambar 2):
a. siklon untuk memisahkan debu kasar

b. filter uutuk menyaring debu halus

c. pendingin gas

d. pengendap air dan tar yang terkondensasi.

Bentuk peralatan tersebut bermacam-macam, misalnya filter dapat dibuat


dari ijuk, batu, sabut kelapa dan lain-lainnva. Gas dapat didinginkan dengat
semprotan air atau dilewatkan dalam pipa panjang. Sedangkan pemisahan air
dan tar dapat dilakukan dalam tangki besar atau saringan.

2.3 Biomassa Sebagai Umpan Gasifikasi

Dengan unsur utama karbon, hidrogen dan oksigen. hampir semua jenis
biomassa dapat dipakai sebagai umpan gasifikasi. Tetapi agar prosesnya berjalan
lancar, ada persyaratan teknis yang perlu diperhatikan:

a. kadar air biomassa tidak lebih dari 30%

b. bentuk partikel mendekati bulat atau kubus, bukan panjang atau pipih

c. ukuran partikel antara 0,5 - 5,0 cm


d. tidak banyak mengandung zat-zat anorganik

e. rapat massanya di atas 400 kg/m2

Untuk memenuhi persyaratan tersebut di atas, kadang-kadang diperlukan


pengolahan awal seperti: pengeringan. pemotongan atau pemampatan. Di
samping itu biomassa harus tersedia dalam jumlah yang cukup secara kontinyu,
nilai ekonomisnya rendah atau tidak ada manfaat lainnva. Kayu, batok kelapa,
tongkol jagung dan batok sawit merupakan biomassa yang mendekati
persyaratan tersebut diatas Sekam padi. serbuk gergaji, sabut kelapa. kulit kopi
danl lain-lainnya adalah contoh biomassa yang perlu penanganan khusus untuk
proses  gasifikasi.

2.4 Gas Hasil Gasifikasi

Gas hasil gasifikasi terutama terdiri dari gas-gas mempan bakar yaitu
CO, H2, dan CH4 dan gas-gas tidak mempan bakar CO2, dan N2. Komposisi
gas ini sangat tergantung pada komposisi unsur dalam biomassa, bentuk dan
partikel biomassa, serta kondisi-kondisi proses gasifikasi. Sebagai ilustrasi,
komposisi gas hasil gasifikasi beberapa biomassa di ITB disajikan dalam Tabel
I. Dengan panas pembakaran antara 3000 - 5000 Watt, gas ini dapat diumpankan
ke dalam motor bakar torak maupun sebagaI bahan bakar untuk pemanas. 

2.5 Gas Hasil Sebagai Umpan Motor

Motor bensin maupun motor diesel dapat digabungkan dengan perangkat


gasifikasi untuk memanfaatkan gas hasil. Untuk maksud ini, gas hasil dialirkan
ke dalam aliran udara masuk motor, dengan sambungan pipa silang atau sistem
injeksi. Sambungan silang sangat sederhana dan murah sesuai untuk kapasitas
rendah. Sedangkan sistem injektor agak rumit pembuatanya tetapi dapat
memberikan pencampuran gas-udara yang lebih baik, dan sesuai untuk kapasilas
tinggi.
Disamping panas pembakarannya, gas hasil harus memenuhi
persyaratan-persyaratan berikut ini agar tidak mengurangi performansi dan umur
motor:

a. kandungan tar tidak lebih dari 100 mg/m3

b. kandungan abu maksimum 50 mg/m3

c. ukuran debu tidak lebih dan 10 mikrometer

d. temperatur gas di bawah 40oC

Dalam motor bensin, seluruh kebutuhan bensin dapat digantikan dengan


gas. Daya motor dapat diatur dengan pengaturan laju alir campuran gas-udara
dengan komposisi tetap. Karena kecepatan pembakaran gas kurang daripada
kecepatan pembakaran bensin. maka waktu pengapian busi harus diajukan, kira-
kira 15 derajat lebih atas.

Dalam motor diesel, tidak seluruh kebutuhan solar dapat digantikan.


Karena sedikit solar tetap diperlukan untuk sarana pengapian. Operasi ini
disebut sebagai sistem bahan bakar ganda. Dalam praktek, komposisi bahan
bakar ganda ini kira-kira 20% solar dan 80% gas. Pengaturan daya motor dapat
dilakukan dengan pengaturan laju alir gas, sementara laju alir solar diatur pada
kebutuhan minimum untuk sarana pengapian.

Daya maksimum yang dapat dihasilkan oleh motor bensin maupun motor
diesel dengan bahan bakar gas turun sampai kira-kira 70% dari daya aslinya.
Motor untuk penggunaan gas hasil gasifikasi sebaiknya dipilih yang mempunyai
kecepatan nominal 1500 putaran permenit. Berdasarkan pengalaman di ITB, satu
liter bensin atau solar dapat digantikan dcngan 7,5 m2 gas dari gasifikasi 4 kg
kayu atau 6 kg sekam.
2.6 Gas Hasil Sebagai Umpan Burner

Gas hasil biomassa tergolong gas bahan bakar berkualitas rendah


(dibandingkan dengan panas pembakaran gas alam 32000kJ/m3). Gas hasil
gasifikasi dapat digunakan untuk motor diesel, motor bensin, atau alat
pemanasan dan pengeringan. Gasifikasi biomassa dapat mengurangi
ketergantungan akan bahan bakar minyak di tempat-tempat terpencil.

Secara teoritik satu m3 gas hasil gasifikasi biomassa memerlukan 1,2 m3


udara untuk pembakaran, dan menghasiIkan temperatur 1600˚C. Pada
prakteknya, temperatur pembakar-an gas ini hanya berkisar antara 700-1200˚C.

Berdasarkan kualitasnya, gas hasil ini tidak ekonomis bila disimpan atau
didistribusikan tetapi harus dimanfaatkan di tempat proses gasifikasi.
Penggunaan gas yang paling sesuai adalah untuk pengeringan hasil-hasil
pertainian, perkebunan dan kehutanan yang tidak memerlukan temperatur terlalu
linggi.

2.7 Penerapan Gasifikasi Biomassa

Secara umum, peluang penerapan gasifikasi biomassa di pulau Jawa,


sangat kecil, karena adanya subsidi dan sistem distribusi minyak yang baik
sehingga memungkinkan masyarakat memperoleh minyak secara mudah.
Disamping itu distribusi listrik PLN telah menjangkau hampir seluruh pelosok
pulau.
Tetapi kesulitan pengangkutan masih sering dijumpai diluar dan
beberapa tempat di pulau Jawa. Kesulitan ini dapat mengakibatkan kelangkaan
dan kenaikan harga minyak setempat. Bila di tempal-tempat semacam itu
tersedia biomassa yang cukup banyak, proses gasilikasi merupakan salah satu
pilihan jalan keluar. Beberapa contoh potensi penerapan gasifikasi biomassa
dapal dilihat dalam tabel 2.

a. Reaksi Yang Terjadi Pada Gasifikasi

Tahap I: Oksidasi
𝐶 + 𝑂2 = 𝐶𝑂2 + 𝑝𝑎𝑛𝑎𝑠 (2)
𝐻 + 𝑂2 = 𝐻2𝑂 + 𝑝𝑎𝑛𝑎𝑠 (3)
Tahap II: Pirolisis
𝐶6𝐻10𝑂5 + 𝑝𝑎𝑛𝑎𝑠 = 𝐶𝑥𝐻𝑧 + 𝐶𝑂 (4)
𝐶6𝐻10𝑂5 + 𝑝𝑎𝑛𝑎𝑠 = 𝐶𝑛𝐻𝑚𝑂𝑦 (5)

Tahap III: Reduksi dan Gasifikasi

𝐶𝑂2 + 𝐶 + 𝑝𝑎𝑛𝑎𝑠 = 2𝐶𝑂 (6) 𝐻2𝑂 + 𝐶 + 𝑝𝑎𝑛𝑎𝑠 = 𝐻2 + 𝐶𝑂 (7)

Hasil gas yang diperoleh dapat bervariasi bergantung pada equivalence


ratio (ER). ER diperoleh dari pembagian rasio molar oksigen (atau udara) actual
terhadap biomassa, dibandingkan dengan rasio molar oksigen (atau udara)
stoikiometrik terhadap biomassa.

Gasifikasi terhadap biomassa akan dapat menghasilkan panas, dengan


efisiensi termal :

volume gas x nilai kalor gas


Efisiensi Termal=
massa bahan bakar x nilai kalor bahan bakar

 
III. ALAT DAN BAHAN

Serangkaian reaktor
gasifikasi

Sekam padi

Pelet serbuk kayu


blower

Stop watch

Daun dan ranting


tanaman pinus

IV. CARA KERJA


 Tahap pertama dari penelitian adalah penyiapan alat gasifikasi (Gasifier).
 Pada bagian sisi gasifier dibuat 4 buah saluran thermokopel type K (cromnel-
Alumnel) berbaris vertikal dengan jarak 5 cm, 20 cm, 35 cm, dan 50 cm dari grate
untuk menentukan area gasifikasi.
 Udara pembakaran dialirkan menggunakan sebuah blower dengan kapasitas 1.000
lpm. Kecepatan udara masuk divariasikan sesuai variabel Air- Fuel ratio. Setiap
variabel, dilakukan proses gasifikasi selama 1 jam.
 Rangkaian peralatan yang telah tersedia diujicoba terlebih dahulu tanpa
menggunakan beban untuk mengetahui apakah peralatan berfungsi dengan baik atau
tidak. Apabila ada bagian peralatan yang tidak berfungsi dengan baik, akan
diperbaiki. Apabila semua bagian berfungsi normal, maka penelitian akan
dilanjutkan.
 Tahapan pengambilan data dimulai dengan membuka penutup reaktor dan
memasukkan 5 kg bahan sampah organik berupa daun seluruhnya (100%), sementara
di bagian bawah dimasukkan sedikit ranting dan daun yang mudah terbakar
pemantik awal.
 Pemantik awal dinyalakan kemudian blower dihidupkan. Api yang berasal dari
bagian bawah reaktor akan memanaskan bahan yang ada di dalam reaktor sehingga
terjadi proses oksidasi, reduksi, pirolisis, dan pengeringan. Sementara suhu reaktor
mulai dicatat sejak blower dinyalakan setiap 10 menit sampai satu jam.
 Proses gasifikasi dilakukan sampai muncul gas yang keluar melalui pipa keluaran
gas, lalu dipantik hingga menyalakan api yang stabil. Saat api telah stabil, gas
diambil menggunakan syringe untuk diuji di laboratorium.

V. DATA PENGAMATAN
VI. ANALISA DATA
Grafik distribusi suhu di atas memberikan gambaran proses yang terjadi di dalam
reaktor gasifikasi. Berdasarkan Gambar 3, 4, dan 5 dapat terlihat bahwa distribusi suhu
selama percobaan gasifikasi dengan berbagai macam bahan bakar menunjukkan tren
yang hampir sama. Pada titik 1 pengukuran suhu (T1), menunjukkan bahwa laju
kenaikan suhu sangatlah cepat dibandingkan pada titik 2 (T2) maupun titik 3 (T3). Suhu
T1 menunjukkan nilai tertinggi dan stabil untuk gasifikasi sekam padi sebesar 8200C,
ranting kayu 8700C, dan pelet serbuk gergaji 8800C. Hal ini menunjukkan bahwa di
tempat ini (T1) terjadi proses pembakaran (oksidasi). Sedangkan suhu di T2
menunjukkan nilai tertinggi dan stabil dalam kisaran angka tertinggi 630-6900C untuk
semua bahan, yang menunjukkan terjadinya prose reduksi. Sedangkan suhu di T3
menunjukkan angak tertinggi dan stabil pada kisaran nilai 213-232 0C untuk semua
bahan, sebagai tanda terjadinya proses pirolisis. Hal ini sesuai dengan referensi
(Rinovianto, 2012) yang menyatakan bahwa pembakaran terjadi pada suhu antara 800 0C
sampai 14000C, daerah reduksi pada 6000C – 9000C, dan daerah pirolisis antara 1500C-
8000C.
Untuk mengetahui pengaruh jenis bahan bakar terhadap suhu proses gasifikasi,
dilakukan pengambilan data selama proses pengujian, dengan mengambil sampel pada
titik T1 sebagai tempat terjadinya proses pembakaran.
Proses gasifikasi dengan bahan bakar sekam padi, memiliki laju kenaikan suhu
yang lebih cepat dibandingkan dengan proses gasifikasi dengan bahan ranting kayu
maupun pelet serbuk gergaji. Akan tetapi, kondisi ini bertahan hanya sampai menit ke-
60, dimana suhu yang dicapai oleh proses gasifikasi sekam padi mengalami penurunan
yang signifikan dibanding yang lain. Hal ini kemungkinan disebabkan karena bahan
bakar sekam padi sangat mudah terbakar sehingga laju kenaikan suhu akan sangat cepat
yang tentunya berakibat pada cepat habisnya bahan bakar. Setelah habisnya bahan yang
mudah terbakar tersebut, suhu di titik T1 akan menurun drastis, dibandingkan percobaan
dengan bahan bakar lain.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kemudahan pembakaran syn gas
hasil dari proses gasifikasi juga tergantung dari jenis bahan. Untuk gasifikasi bahan
sekam padi, syn gas akan mudah terbakar pada waktu 30 menit setelah alat
dioperasikan, sedangkan pelet serbuk gergaji dan ranting kayu masing- masing 30 menit
dan 45 menit setelah alat dioperasikan. Namun waktu nyala efektif syn gas hasil
gasifikasi sekam padi, hanya 15 menit, jauh lebih pendek dibandingkan ranting kayu
dan pelet serbuk gergaji yaitu 30 menit dan 45 menit.
Hasil pengamatan dari tiga ulangan yang dilakukan diperoleh rerata waktu
operasional sebesar 60,7 menit dengan waktu nyala efektif gas sebesar 46,3 menit dan
waktu tidak efektif sebesar 14,4 menit untuk setiap 4 kg ampas tebu. Dengan demikian
rerata waktu operasional gasifier adalah 15,2 menit/kg dengan waktu nyala efektif per
kg ampas sebesar 11,6 menit.

VII. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
a) Jenis bahan akan mempengaruhi distribusi suhu proses gasifikasi sampah organik.
Gasifikasi dengan bahan bakar sekam padi akan menghasilkan laju kenaikan suhu
yang lebih cepat dibandingkan dengan proses gasifikasi dengan bahan pelet serbuk
gergaji dan ranting kayu. Akan tetapi, suhu pada gasifikasi sekam padi juga akan
cepat mengalami titik puncak sehingga juga akan lebih cepat turun dibandingkan
pelet serbuk gergaji dan ranting kayu.
b) Pada gasifikasi sekam padi, gas mulai terbakar setelah proses gasifikasi berjalan 15
menit sedangkan gasifikasi pelet serbuk gergaji dan ranting kayu masing- masing
setelah 30 dan 45 menit setelah peralatan dioperasikan. Namun syn gas hasil
gasifikasi sekam padi hanya mampu menyala selama 15 menit, jauh lebih pendek
dibandingkan ranting kayu dan pelet serbuk gergaji yaitu 30 menit dan 45 menit.

Anda mungkin juga menyukai