GASIFIKASI
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK : 1 (SATU)
KELAS : 4 EGD
ANGGOTA :
1. Ami Wulandari (061840411725)
2. Faisal. Z (061840411731)
3. Moh. Fahkri Athalah. K (061840411735)
4. M. Rahman Langgepati (061840411736)
5. Novlika Nur Hikmah (061840411737)
6. Rara Harlivia (061840411738)
7. Romy Apriansyah Ysf (061840411743)
2.1 Gasifier
c. pendingin gas
Dengan unsur utama karbon, hidrogen dan oksigen. hampir semua jenis
biomassa dapat dipakai sebagai umpan gasifikasi. Tetapi agar prosesnya berjalan
lancar, ada persyaratan teknis yang perlu diperhatikan:
b. bentuk partikel mendekati bulat atau kubus, bukan panjang atau pipih
Gas hasil gasifikasi terutama terdiri dari gas-gas mempan bakar yaitu
CO, H2, dan CH4 dan gas-gas tidak mempan bakar CO2, dan N2. Komposisi
gas ini sangat tergantung pada komposisi unsur dalam biomassa, bentuk dan
partikel biomassa, serta kondisi-kondisi proses gasifikasi. Sebagai ilustrasi,
komposisi gas hasil gasifikasi beberapa biomassa di ITB disajikan dalam Tabel
I. Dengan panas pembakaran antara 3000 - 5000 Watt, gas ini dapat diumpankan
ke dalam motor bakar torak maupun sebagaI bahan bakar untuk pemanas.
Daya maksimum yang dapat dihasilkan oleh motor bensin maupun motor
diesel dengan bahan bakar gas turun sampai kira-kira 70% dari daya aslinya.
Motor untuk penggunaan gas hasil gasifikasi sebaiknya dipilih yang mempunyai
kecepatan nominal 1500 putaran permenit. Berdasarkan pengalaman di ITB, satu
liter bensin atau solar dapat digantikan dcngan 7,5 m2 gas dari gasifikasi 4 kg
kayu atau 6 kg sekam.
2.6 Gas Hasil Sebagai Umpan Burner
Berdasarkan kualitasnya, gas hasil ini tidak ekonomis bila disimpan atau
didistribusikan tetapi harus dimanfaatkan di tempat proses gasifikasi.
Penggunaan gas yang paling sesuai adalah untuk pengeringan hasil-hasil
pertainian, perkebunan dan kehutanan yang tidak memerlukan temperatur terlalu
linggi.
Tahap I: Oksidasi
𝐶 + 𝑂2 = 𝐶𝑂2 + 𝑝𝑎𝑛𝑎𝑠 (2)
𝐻 + 𝑂2 = 𝐻2𝑂 + 𝑝𝑎𝑛𝑎𝑠 (3)
Tahap II: Pirolisis
𝐶6𝐻10𝑂5 + 𝑝𝑎𝑛𝑎𝑠 = 𝐶𝑥𝐻𝑧 + 𝐶𝑂 (4)
𝐶6𝐻10𝑂5 + 𝑝𝑎𝑛𝑎𝑠 = 𝐶𝑛𝐻𝑚𝑂𝑦 (5)
III. ALAT DAN BAHAN
Serangkaian reaktor
gasifikasi
Sekam padi
Stop watch
V. DATA PENGAMATAN
VI. ANALISA DATA
Grafik distribusi suhu di atas memberikan gambaran proses yang terjadi di dalam
reaktor gasifikasi. Berdasarkan Gambar 3, 4, dan 5 dapat terlihat bahwa distribusi suhu
selama percobaan gasifikasi dengan berbagai macam bahan bakar menunjukkan tren
yang hampir sama. Pada titik 1 pengukuran suhu (T1), menunjukkan bahwa laju
kenaikan suhu sangatlah cepat dibandingkan pada titik 2 (T2) maupun titik 3 (T3). Suhu
T1 menunjukkan nilai tertinggi dan stabil untuk gasifikasi sekam padi sebesar 8200C,
ranting kayu 8700C, dan pelet serbuk gergaji 8800C. Hal ini menunjukkan bahwa di
tempat ini (T1) terjadi proses pembakaran (oksidasi). Sedangkan suhu di T2
menunjukkan nilai tertinggi dan stabil dalam kisaran angka tertinggi 630-6900C untuk
semua bahan, yang menunjukkan terjadinya prose reduksi. Sedangkan suhu di T3
menunjukkan angak tertinggi dan stabil pada kisaran nilai 213-232 0C untuk semua
bahan, sebagai tanda terjadinya proses pirolisis. Hal ini sesuai dengan referensi
(Rinovianto, 2012) yang menyatakan bahwa pembakaran terjadi pada suhu antara 800 0C
sampai 14000C, daerah reduksi pada 6000C – 9000C, dan daerah pirolisis antara 1500C-
8000C.
Untuk mengetahui pengaruh jenis bahan bakar terhadap suhu proses gasifikasi,
dilakukan pengambilan data selama proses pengujian, dengan mengambil sampel pada
titik T1 sebagai tempat terjadinya proses pembakaran.
Proses gasifikasi dengan bahan bakar sekam padi, memiliki laju kenaikan suhu
yang lebih cepat dibandingkan dengan proses gasifikasi dengan bahan ranting kayu
maupun pelet serbuk gergaji. Akan tetapi, kondisi ini bertahan hanya sampai menit ke-
60, dimana suhu yang dicapai oleh proses gasifikasi sekam padi mengalami penurunan
yang signifikan dibanding yang lain. Hal ini kemungkinan disebabkan karena bahan
bakar sekam padi sangat mudah terbakar sehingga laju kenaikan suhu akan sangat cepat
yang tentunya berakibat pada cepat habisnya bahan bakar. Setelah habisnya bahan yang
mudah terbakar tersebut, suhu di titik T1 akan menurun drastis, dibandingkan percobaan
dengan bahan bakar lain.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kemudahan pembakaran syn gas
hasil dari proses gasifikasi juga tergantung dari jenis bahan. Untuk gasifikasi bahan
sekam padi, syn gas akan mudah terbakar pada waktu 30 menit setelah alat
dioperasikan, sedangkan pelet serbuk gergaji dan ranting kayu masing- masing 30 menit
dan 45 menit setelah alat dioperasikan. Namun waktu nyala efektif syn gas hasil
gasifikasi sekam padi, hanya 15 menit, jauh lebih pendek dibandingkan ranting kayu
dan pelet serbuk gergaji yaitu 30 menit dan 45 menit.
Hasil pengamatan dari tiga ulangan yang dilakukan diperoleh rerata waktu
operasional sebesar 60,7 menit dengan waktu nyala efektif gas sebesar 46,3 menit dan
waktu tidak efektif sebesar 14,4 menit untuk setiap 4 kg ampas tebu. Dengan demikian
rerata waktu operasional gasifier adalah 15,2 menit/kg dengan waktu nyala efektif per
kg ampas sebesar 11,6 menit.
VII. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
a) Jenis bahan akan mempengaruhi distribusi suhu proses gasifikasi sampah organik.
Gasifikasi dengan bahan bakar sekam padi akan menghasilkan laju kenaikan suhu
yang lebih cepat dibandingkan dengan proses gasifikasi dengan bahan pelet serbuk
gergaji dan ranting kayu. Akan tetapi, suhu pada gasifikasi sekam padi juga akan
cepat mengalami titik puncak sehingga juga akan lebih cepat turun dibandingkan
pelet serbuk gergaji dan ranting kayu.
b) Pada gasifikasi sekam padi, gas mulai terbakar setelah proses gasifikasi berjalan 15
menit sedangkan gasifikasi pelet serbuk gergaji dan ranting kayu masing- masing
setelah 30 dan 45 menit setelah peralatan dioperasikan. Namun syn gas hasil
gasifikasi sekam padi hanya mampu menyala selama 15 menit, jauh lebih pendek
dibandingkan ranting kayu dan pelet serbuk gergaji yaitu 30 menit dan 45 menit.