Anda di halaman 1dari 102

ANALISA PEMAKAIAN AIR HEATER DENGAN SUMBER

PANAS STEAM HASIL EKSTRAKSI TURBIN TERHADAP


PENGHEMATAN BAHAN BAKAR
RECOVERY BOILER

SKRIPSI

Skripsi ini Diajukan Untuk Melengkapi

Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Oleh:
FRANS FERDINAND SITUMORANG
110401138

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Listrik merupakan salah satu kebutuhan yang terbesar di Indonesia khususnya di


bidang industri, oleh sebab itu setiap industri diharapkan mampu untuk memenuhi
kebutuhan listrik sendiri. Salah satu perusahaan industry yang dapat memenuhi
kebutuhan listrik sendiri adalah PT. Toba Pulp Lestari,Tbk. Kebutuhan akan
listrik dipenuhi dengan mengoperasikannya 2 unit pembangkit listrik tenaga uap
yaitu Multifuel Boiler dan Recovery Boiler. Recovery Boiler adalah suatu unit
Boiler yang spesial digunakan untuk memurnikan senyawa - senyawa kimia an
organik yang terkandung dalam Black Liquor (sisa pemasakan dari Digester) dan
sekaligus sebagai pembangkit steam bertekanan tinggi (High Pressure Steam. Ada
pun beberapa faktor pendukung dalam recovery boiler diantaranya : Soot Blowing
System, Medium Pressure Steam, Low Pressure Steam, Condensate, Electrostatic
Precipitator ( ESP ). Adapun sistem aliran udara pada recovery boiler yaitu udara
masuk melalui secondary air fan ke dalam air heater, di dalam air heater udara
luar dipanaskan dengan menggunakan steam hasil dari ekstraksi turbin, sedangkan
untuk memanaskan steam menjadi steam superheat sebelum masuk ke turbin
digunakan flue gas yang berasal dari hasil pembakaran bahan bakar yang dialirkan
ke superheater 2, superheater 1, dan economizer yang selanjutnya dari
economizer flue gas tersebut langsung di buang ke atmosfir melalui cerobong.
Dalam penelitian ini didapat besar panas yang diserap air heater adalah sebesar
7.525.904 kJ/jam. Besar panas yang diserap air heater dari perhitungan analisis
ANSYS adalah sebesar 9.854.555,38 kJ/jam dan Penghematan bahan bakar
setelah menggunakan alat pemanas udara (air heater) adalah sebesar 883
liter/jam. Penghematan bahan bakar setelah menggunakan alat pemanas udara (air
heater) dari perhitungan analisis ANSYS adalah sebesar 1.115 liter/jam. Dan
untuk nilai kalor yang diserap komponen-komponen boiler di dapat data –data
data berikut: Energi panas yang diserap HTS sebesar 11.633.444 kJ/jam, energi
panas yang diserap LTS sebesar 15.740.779 kJ/jam dan energi panas yang diserap
Economizer adalah sebesar 21.516.347 kJ/jam

Kata kunci : Air heater, Bahan bakar, Boiler, Recovery Boiler, Steam.

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

Electricity is one of the biggest needs in Indonesia, especially in the fields of


industry, therefore, every industry should be able to meet its own electricity needs.
One company that can meet the needs of industry's own electricity is PT. Toba
Pulp Lestari Tbk. The need for electricity met by operating two units of thermal
power generation is Multifuel Boiler and Recovery Boiler. Recovery Boiler is a
unit Boiler special used to purify compounds - chemical compounds inorganic
contained in Black Liquor (waste cooking of the digester) as well as a steam
generator of high pressure (High Pressure Steam. There are also some of the
factors supporting the recovery boiler including: soot Blowing system, Medium
Pressure steam, Low Pressure steam, Condensate, Electrostatic Precipitator (ESP).
the air flow system in the recovery boiler which air enters through secondary air
fan to the water heater, in the water heater outside air is heated using steam results
from the extraction of the turbine, while to heat the steam into steam superheat
before entering to turbine used flue gas originating from the combustion of fuel
supplied to the superheater 2, superheater 1, and economizer is further from the
economizer flue gas directly in the exhaust into the atmosphere through the
chimney. in this study, obtained the heat absorbed water heater is equal to
7,525,904 kJ / hour. The heat absorbed from the water heater ANSYS analysis
calculations amounted to 9,854,555.38 kJ / h and fuel savings after using the tool
air heating (air heater) is approximately 883 liters / hour. The fuel savings after
using the tool air heating (air heater) from ANSYS analysis calculation is equal to
1,115 liters / hour. And to the calorific value which absorbed components in the
boiler can be a data-data following data: HTS heat energy absorbed by 11,633,444
kJ / hour, the heat energy absorbed by LTS 15,740,779 kJ / h and heat energy
absorbed Economizer amounting to 21,516,347 kJ / h

Keywords : Air heater, Fuel, Boiler, Recovery Boiler, Steam.

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas
berkat, kasih, kekuatan dan kesehatan yang diberikan selama pengerjaan skripsi
ini, sehingga skripsi ini dapat saya selesaikan.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan
untuk mencapai gelar sarjana di Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara. Adapun yang menjadi judul skripsi ini yaitu :
“ANALISA PEMAKAIAN AIR HEATER SUMBER PANAS STEAM
HASIL EKSTRAKSI TURBIN TERHADAP PENGHEMATAN BAHAN
BAKAR RECOVERY BOILER ”
Dalam penulisan skripsi ini tidak sedikit hambatan yang dihadapi oleh
penulis. Untuk itu penulis secara khusus menyampaikan terima kasih kepada
dosen pembimbing Bapak Ir.Tekad Sitepu, MT yang telah bersedia meluangkan
waktunya untuk memberikan saran dan membimbing serta sumbangan pikiran
bagi penulisan skripsi ini.
Selama penulisan skripsi ini, penulis juga mendapat banyak bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:
1. Orang Tua saya Apul Situmorang dan Magdalena br Sitanggang yang selalu
memberi doa, semangat, motivasi, dan materi dalam hidup saya hingga
penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik .
2. Bapak Dr.Ing.Ir.Ikwansyah Isranuri selaku Ketua Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik USU.
3. Bapak Ir. M. Syahril Gultom, MT. selaku Sekretaris Departemen Teknik
Mesin Universitas Sumatera.
4. Bapak Ir.Syahrul Abda,M.Sc dan Bapak Ir.A.Halim Nasution pembanding
yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan dalam penulisan
skripsi ini.
5. Bapak/Ibu Staff Pengajar dan Pegawai di Departemen Teknik Mesin USU,
yang telah banyak membantu penulis dan memberikan bimbingan selama
perkuliahan.
6. Saudara saya Rizal Situmorang, Indryani Situmorang, dan Glory
Situmorang.

Universitas Sumatera Utara


7. Tandem tugas akhir saya yang selalu mendukung , mengingatkan, dan selalu
memberi saran, motivasi bung Frans F Situmorang
8. Teman saya ,bung Ady Ansari Sirait dan bung Arnol Jefri Panjaitan yang
telah mau membantu dan bekerjasama salama penyelesaian skripsi ini.
9. Teman saya, bung Teguh Iman widodo yang telah membantu kami dalam
penyelesaian skripsi ini.
10. Seluruh teman-teman penulis, baik teman satu angkatan 2011 juga teman-
teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah menemani
dan memberikan masukan serta semangat kepada penulis.
11. Rekan-rekan saya dari Linkupi dan Penggo yang telah mendorong,
memotivasi dan mendoakan penulis dalam penyelesaian Skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Terima kasih.

Medan, 2016

Penulis,

FRANS F SITUMORANG

NIM. 110401138

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

ABSTRAK .......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xi

DAFTAR NOTASI ............................................................................................ xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1

1.2 Tujuan Penelitian ............................................................................ 2

1.3 Batasan Masalah ............................................................................. 3

1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................... 3

1.5 Metodologi Penelitian ..................................................................... 3

1.6 Sistematika Penulisan ..................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Boiler ......................................................................... 6

2.2 Prinsip Kerja Boiler ..................................................................... 7

2.3 Klasifikasi Boiler ......................................................................... 8

2.4 Recovery Boiler ........................................................................... 9

2.4.1 Sejarah Recovery Boiler ..................................................... 9

2.4.2 Pengertian Recovery Boiler ................................................ 9

2.4.3 Faktor Pendukung Recovery Boiler ................................... 9

Universitas Sumatera Utara


2.5 Komponen Boiler ........................................................................ 10

2.6 Jenis – Jenis Perpindahan Panas ..................................................... 20

2.6.1 Konveksi ............................................................................. 20

2.6.2 Konduksi............................................................................. 21

2.6.3 Radiasi ................................................................................ 23

2.7 Log Mean Temperature Difference ............................................. 24

2.8 Siklus Rankine ............................................................................. 26

2.9 Sejarah Perkembangan Air Heater .............................................. 29

2.10 Jenis-Jenis Pemanas Udara .......................................................... 30

2.11 Proses Perpindahan Panas Pada Pemanas Udara( Air Heater) .... 31

2.12 Prinsip Kerja Pemanas Udara ...................................................... 33

2.13 Bahan Bakar ................................................................................ 34

2.14 Proses Pembentukan Uap ............................................................ 37

2.16 Nilai Kalor (Heating Value).......................................................... 37

2.17 Kebutuhan Udara Pembakaran ..................................................... 38

2.18 Gas Asap ....................................................................................... 39

2.19 Volume Gas Asap ......................................................................... 40

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Tempat Dan Waktu...................................................................... 41

3.1.1 Tempat ................................................................................ 41

3.1.2 Waktu ................................................................................ 41

Universitas Sumatera Utara


3.2 Alat dan Data ............................................................................... 41

3.2.1 Alat ..................................................................................... 41

3.2.1 Set Up Alat ......................................................................... 43

3.2.2 Data..................................................................................... 44

3.3 Analisa Data ................................................................................ 44

3.4 Skema Alur Pengerjaan Skripsi ................................................... 45

3.5 Metodologi Yang Digunakan ...................................................... 46

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Bahan Bakar Boiler ..................................................................... 48

4.2 Nilai Kalor Bahan Bakar ............................................................. 48

4.3 Kebutuhan Bahan Bakar .............................................................. 49

4.4 Kebutuhan Udara Pada Ruang Pembakaran ................................ 51

4.5 Analisa Berat Dan Volume Gas Buang ....................................... 54

4.6 Kesetimbangan Panas .................................................................. 59

4.7 Efisiensi Boiler Sebelum Menggunakan Air Heater ................... 60

4.7.1 Besar Panas Yang Diserap High TemperatureSuperheater


(HTS) ................................................................................. 61

4.7.2 Besar Panas Yang Diserap Low Temperature Superheater


(LTS) .................................................................................. 62

4.7.3 Besar Panas Yang Diserap Economizer ............................. 63

4.7.4 Besar Panas Yang Diserap Air Heater................................ 65

4.8 Penghematan Bahan Bakar Setelah Penggunaan Air Heater ....... 65

4.9 Penghematan Bahan Bakar Setelah Penggunaan Air Heater ....... 65

Universitas Sumatera Utara


4.9.1 Besar Panas Yang Diserap High Temperature Superheater
(HTS) ................................................................................. 73

4.9.2 Besar Panas Yang Diserap Low Temperature Superheater


(LTS) .................................................................................. 73

4.9.3 Besar Panas Yang Diserap Economizer ............................. 74

4.10 Besar Panas Yang Diserap Air Heater ....................................... 74

4.11 Penghematan Bahan Bakar Setelah Penggunaan Air Heater


(ANSYS) ............................................................................ 81

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan .................................................................................. 83

5.2 Saran ........................................................................................... 83

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ xiii

LAMPIRAN ........................................................................................................ xiv

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Boiler Pipa Air Superheat ................................................................. 7

Gambar 2.2Bagian-bagian boiler ........................................................................10

Gambar 2.3 Furnace (Ruang Bakar) ...................................................................11

Gambar 2.4 Steam Drum ....................................................................................12

Gambar 2.5 Superheater .....................................................................................14

Gambar 2.6 Air Heater........................................................................................15

Gambar 2.7 Safety Valve ....................................................................................17

Gambar 2.8 Axial Secondary Air Fan .................................................................18

Gambar 2.9 Soot Blower .....................................................................................19

Gambar 2.10 Burner ............................................................................................20

Gambar 2.11 Pendinginan sebuah balok yang panas dengan konveksi paksa ....21

Gambar 2.12 Perpindahan Panas secara Konduksi .............................................22

Gambar 2.13 Blackbody disebut sebagai pemancar dengan arah yang bebas.....24

Gambar 2.14 Distribusi Suhu Dalam air heater untuk jenis aliran counterflow 25

Gambar 2.15 bagan sederhana siklus rankine. ....................................................27

Gambar 2.16 diagram T-S siklus rankine ...........................................................27

Gambar 2.17 penyimpangan siklus renkine ........................................................29

Gambar 2.18 Air Heater Rekuferatif ...................................................................31

Gambar 2.19 Diagram Alir Flue Gas-Steam .......................................................34

Gambar 2.20 Black Liquor ..................................................................................36

Gambar 2.21 Diagram Neraca Energi .................................................................38

Gambar 2.22Diagram T-S ...................................................................................40

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.1Manometer Logam .............................................................................46

Gambar 3.2Thermometer ....................................................................................46

Gambar 3.3Orificemeter .....................................................................................47

Gambar 3.4 Set Up Alat ......................................................................................49

Gambar 3.5 Alur pengerjaan skripsi ...................................................................51

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Data pengamatan boiler ......................................................................44

Tabel 4.1 Komposisi dari unsur-unsur kimia bahan bakar .................................48

Tabel 4.2 Persentase excess air pada berbagai boiler .........................................53

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR NOTASI

SIMBOL ARTI SATUAN

η Efisensi %
o
T Temperatur C

HHV High heating value kj/kg

LHV Low heating value kj/kg

h Entalpi kJ/kg

Wf Konsumsi bahan bakar kg/jam

Ws Kapasitas aliran uap kg/jam

𝑄𝐿𝑇𝑆 Panas yang diserap low temperature kj/jam

Superheater

𝑄𝑀𝑇𝑆 Panas yang diserap medium temperature kj/jam


Superheater

𝑄𝐻𝑇𝑆 Panas yang diserap high temperature kj/jam


Superheater

𝑄𝐸𝐶𝑂 Panas yang diserap economizer kj/jam

Cp air panas jenis air kj/kg℃

𝑄𝐴𝐻 Panas yang diserap air heater kj/jam

𝑤𝑎 ( 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙) berat udara yang sebenarnya kg/jam

Cp udara panas jenis udara kj/kg℃

K konduktivitas termal W/m.K

𝜌 massa jenis kg/𝑚3

𝜎 konstanta Stefan-Boltzmann W/𝑚2 .𝑘 4

U Koefisien perpindahan panas menyeluruh J/𝑚2 K

P Tekanan bar

𝑚𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 Laju aliran massa udara kg/jam

Tf Temperature gas buang ℃

Universitas Sumatera Utara


M Persentase kandungan air dalam bahan bakar %

𝑢𝑡 Kebutuhan udara teoritis kg/kg b.bakar

𝑢𝑠 kebutuhan udara sebenarnya kg/kg b.bakar

𝐺𝑡 berat gas asap teoritis kg/kg b.bakar

A kandungan abu dalam bahan bakar %

𝐺𝑠 berat gas asap teoritis kg/kg b.bakar

𝑉𝑔 volume gas asap 𝑚3 /kg b.bakar

Universitas Sumatera Utara


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Listrik merupakan salah satu kebutuhan yang terbesar di Indonesia
khususnya di bidang industri, oleh sebab itu setiap industri diharapkan mampu
untuk memenuhi kebutuhan listrik sendiri. Salah satu perusahaan industry yang
dapat memenuhi kebutuhan listrik sendiri adalah PT. Toba Pulp Lestari,Tbk.
Kebutuhan akan listrik dipenuhi dengan mengoperasikannya 2 unit pembangkit
listrik tenaga uap yaitu Multifuel Boiler dan Recovery Boiler.

PT. Toba Pulp Lestari,Tbk merupakan salah satu perusahaan yang


bergerak dalam bidang pengolahan bahan baku kertas yaitu pulp. Masa operasi
ketel uap dimulai pada bulan januari hingga desember pada setiap tahunnya
karena pabrik harus terus menghasilkan daya untuk beroperasi dan juga
ketersediaan bahan baku yang memadai untuk dilakukannya produksi pada setiap
harinya. Ketel uap pada PT. Toba Pulp Lestari,Tbk berfungsi sebagai stasiun
peyedia uap yang nantinya akan dihasilkan uap baru (untuk menggerakkan turbin
pada generator listrik, untuk pemanasan pada heater, penguapan pada evaporator,
dan pemasakan pada dapur pemasak). Salah satu cara untuk meningkatkan
efisiensi pada pesawat ketel (boiler) adalah dengan mengeksploitasi energi panas
hasil ekstraksi dari steam turbin. Untuk mengeksploitasi energi ini dibutuhkan
sumber daya manusia yang terampil dalam pemamfaatan energi ini supaya
mendapatkan hasil yang optimal.

Pembangkit listrik didalam pengoperasiaannya membutuhkan bahan


bakar dalam jumlah yang relatif besar. Untuk itu, pengoptimalan kinerja boiler
sangat diperlukan untuk penghematan bahan bakar. Salah satu cara yang dapat
dilakukan untuk penghematan bahan bakar adalah dengan menambahkan
komponen pada boiler seperti alat pemanas udara (air heater).

Pembangkit listrik yang akan dibahas lebih lanjut dalam penelitian ini
adalah Recovery Boiler. Bahan bakar yang digunakan recovery boiler adalah
black liquor yaitu suatu cairan yang mengandung padatan 70%-72% yang didaur

Universitas Sumatera Utara


ulang dari digester pada proses pembuatan kertas. Black Liquor warnanya hitam
dikarenakan reaksi kimia yang terjadi antara serpihan kayu, dengan bahan-bahan
kimia yang digunakan untuk pemasakan dalam liquor (TPL, 2002)

Pada perancangannya, pemakaian pemanas udara (air heater) pada


Recovery boiler menggunakan sumber panas yang merupakan hasil ekstraksi dari
turbin. Hal ini disebabkan karena flue gas pada recovery boiler mengandung
senyawa clorin dan juga salt dengan tingkat keasaman yang tinggi (PH<4)
sehingga tidak memungkinkan untuk digunakan karena dapat mengakibatkan
kerusakan pada material tube air heater. Air heater pada recovery boiler ini juga
berfungsi sebagai kondensat karena bahan pemanas yaitu steam hasil ekstraksi
dari turbin akan berubah menjadi uap kondensat setelah digunakan untuk
memanaskan udara.
Dengan adanya alat pemanas udara (air heater) ini pada boiler akan
memberi penghematan pemakaian bahan bakar dan juga membantu kerja boiler
dalam memanaskan air untuk menghasilkan uap selain itu juga pemakaian air
heater ini dapat mengurangi kebutuhan akan air yang baru karena berfungsi juga
sebagai kondensat. Hal ini juga diharapkan untuk mencapai proses pembakaran
yang sempurna di ruang bakar.

1.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian alat pemanas udara (air heater) ini adalah
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui besar panas yang diserap alat pemanas udara (air
hetaer).
2. Untuk menganalisa penghematan penggunaan bahan bakar setelah
penggunaan alat pemanas udara (air heater).
3. Untuk mengetahui besaran panas yang diserap pada komponen
boiler superheater dan economizer.

Universitas Sumatera Utara


1.3 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah yang akan dibahas dalam laporan ini adalah:

1. Penelitian dilakukan di Recovery Boiler (PLTU) PT. TOBA PULP


LESTARI,Tbk
2. Prinsip kerja pemanas udara (air heater)

3. Temperatur steam (saturated steam) masuk dan keluar pemanas air


dan pemanas udara (air heater)

4. Temperatur udara pada air heater yang masuk 30°C dan keluar
pemanas udara 105°C
5. Data mentah pada masing – masing komponen boiler dibandingkan
dengan data yang diperoleh dari hasil analisa menggunakan software
ANSYS.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah :
1. Untuk mengetahui besaran panas yang diserap oleh komponen –
komponen boiler
2. Memberikan masukan pada pabrik dalam rangka mengoptimalkan
pengunaan bahan bakar karena dengan adanya pemanas udara (air
heater) ini akan menghemat pemakaian bahan bakar
3. Untuk mengetahui nilai kalor bahan bakar black liquor yang
digunakan pada Recovery Boiler.

1.5 Metodologi Penulisan

Metodologi penulisan yang digunakan pada penulisan skripsi ini adalah


sebagai berikut :
1. Metode studi lapangan, yaitu dengan melakukan pengambilan data
terhadap objek yang diteliti secara langsung kelapangan.
2. Konsultasi dengan pembimbing lapangan dan dosen pembimbing di
perkuliahan.

Universitas Sumatera Utara


3. Studi literatur yaitu mempelajari buku-buku referensi dalam
melengkapi teori-teori yang berhubungan dengan air heater pada
boiler.
4. Browsing internet, berupa studi artikel-artikel, gambar-gambar dan
buku elektronik (e-book) serta data-data lain yang berhubungan.

1.6 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan pada tugas akhir ini adalah :

BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan pendahuluan tentang studi kasus dan pemecahan
masalah yang berisi antara lain : Latar belakang, batasan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, metode penulisan dan sistematika
penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Bab ini berisi dasar teori dari topik yang dikaji dan digunakan sebagai
landasan dalam memecahkan masalah dan menganalisis permasalahan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


Bab ini berisi metode perancangan serta langkah yang dilakukan untuk
mengidentifikasi permasalahan, beserta variabel-variabel yang akan
diukur.

BAB IV ANALISIS DATA


Pada bab ini akan diuraikan tentang proses perhitungan dari data-data
yang sudah didapatkan, perhitungan dilakukan berdasarkan landasan
teori dimana rumus-rumus tersebut akan digunakan untuk mendapatkan
data-data hasil yang diinginkan proses perhitungan dan pembahasan akan
disajikan secara teratur dan terangkai dengan baik.

Universitas Sumatera Utara


BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan dari analisa yang dilakukan terhadap
permasalahan dan saran hasil penelitian untuk generasi berikutnya

Universitas Sumatera Utara


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Boiler

Menurut Mu’in (1999), boiler atau ketel uap adalah pesawat konversi
energi yang mengkonversikan energi kimia (potensial) dari bahan bakar menjadi
energi panas. Ketel uap terdiri dari dua komponen utama yaitu : dapur, sebagai
alat untuk merubah energi kimia menjadi energi panas dan alat penguap yang
merubah energi panas (pembakaran) menjadi energi potensial uap.
Boiler yang digunakan di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk ada 2 yaitu Multi
Fuel Boiler dan Recovery Boiler.Multi Fuel Boiler ini menggunakan bahan bakar
fiber, cangkang sawit dan kulit kayu sedangkan Recovery Boiler menggunakan
bahan bakar limbah hasil pengolahan pulp (black liquor). Boiler yang akan saya
teliti adalah Recovery Boiler.
Sistem boiler terdiri dari: sistem air umpan, sistem steam dan sistem
bahan bakar. Sistem air umpanmenyediakan air untuk boiler secara otomatis
sesuai dengan kebutuhan steam. Berbagai valve disediakan untuk keperluan
perawatan dan perbaikan. Sistem steam mengumpulkan dan mengontrol produksi
steam dalam boiler. Steam dialirkan melalui system pemipaan ke titik pengguna.
Pada keseluruhan sistem, tekanan steam diatur menggunakan kran dan dipantau
dengan alat pemantau tekanan. Sistem bahan bakaradalah semua peralatan yang
digunakan untuk menyediakan bahan bakar untuk menghasilkan panas yang
dibutuhkan.Peralatan yang diperlukan pada sistem bahan bakar tergantung pada
jenis bahan bakar yang digunakan pada sistem.Air yang disuplai ke boiler untuk
dirubah menjadi steam disebut air umpan. Dua sumber air umpan adalah:
1. Kondensat atau steam yang mengembun yang kembali ke proses.
2. Air make up (air baku yang sudah diolah) yang harus diumpankan dari luar
ruang boiler ke plant proses.

Universitas Sumatera Utara


2.2. Prinsip Kerja Boiler

Prinsip kerja boiler sebenarnya cukup sederhana sama seperti pada saat kita
sedang mendidihkan air menggunakan panci. Proses pendidihan air tersebut akan
selalu diiringi proses perpindahan panas yang melibatkan bahan bakar, udara,
material wadah air, serta air itu sendiri. Proses perpindahan panas ini mencakup tiga
jenis perpindahan panas yang sudah sangat kita kenal yakni konduksi, konveksi, dan
radiasi.

Gambar 2.1 Boiler Pipa Air Superheat


(Sumber : http://www.babcock.com)

Pada boiler pipa air di atas misalnya, sumber panas didapatkan dari
pembakaran bahan bakar di dalam furnace. Energi panas ini sebagian akan terpancar
secara radiasi ke pipa-pipa evaporator sehingga memanaskan pipa-pipa tersebut.
Panas yang terserap oleh permukaan pipa akan secara konduksi berpindah ke sisi
permukaan dalam pipa. Di dalam pipa, mengalir air yang terus-menerus menyerap

Universitas Sumatera Utara


panas tersebut. Proses penyebaran panas antar molekul air di dalam aliran ini terjadi
secara konveksi. Perpindahan panas konveksi antar molekul air, seakan-akan
menciptakan aliran fluida tersendiri terlepas dengan aliran air di dalam pipa-pipa
boiler.
Gas hasil pembakaran yang mengandung energi panas akan terus mengalir
mengikuti bentuk boiler hingga ke sisi keluaran. Di sepanjang perjalanan, panas yang
terkandung di dalam gas buang akan diserap oleh permukaan tubing boiler dan
diteruskan secara konduksi ke air di dalam pipa. Secara bertahap, air akan berubah
fase menjadi uap basah (saturated steam) dan dapat berlanjut hingga menjadi uap
kering (superheated steam).

2.3. Klasifikasi Boiler


Ketel Uap dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelas, diantaranya
(Mu’in, 1999) :
1. Berdasarkan fluida yang mengalir dalam pipa, ketel diklasifikasikan
sebagai : ketel pipa api (fluida yang mengalir dalam pipa adalah gas
hasil pembakaran) dan ketel pipa air (fluida yang mengalir dalam pipa
adalah air)
2. Berdasarkan pemakaiannya, ketel diklasifikasikan sebagai : ketel
stationer (ketel tetap) dan ketel mobil (ketel pidah)
3. Berdasrkan letak dapur, ketel diklasifikasikan sebagai : ketel dengan
pembakaran di dalam dan ketel dengan pembakaran di luar
4. Berdasarkan jumlah lorong, ketel diklasifikasikan sebagai : ketel
dengan lorong tunggal dan ketel dengan lorong ganda
5. Berdasarkan poros tutup drum, ketel diklasifikasikan sebagai : ketel
tegak dan ketel mendatar
6. Berdasarkan bentuk dan letak pipa, ketel diklasifikasikan sebagai :
ketel dengan pipa lurus, bengkok, berlekak-lekuk, dan ketel dengan
pipa miring-datar dan miring-tegak
7. Berdasarkan sistem peredaran air ketel, ketel diklasifikasikan sebagai :
ketel dengan peredaran alam dan ketel dengan peredaran paksa

Universitas Sumatera Utara


8. Berdasarkan sumber panas untuk pembuat uap, ketel diklasifikasikan
sebagai : ketel denngan bahan bakar alami, buatan, dapur listrik, dan
energi nuklir.

2.4. Recovery Boiler


2.4.1. Sejarah Recovery Boiler
Bubur kraft pertama kali dikembangkan di Jerman tahun 1870 an,
Bubur kraft menghasilkan bubur serat keras pada proses pematangan singkat.
Penambahan Na2SO4 akan berakselerasi dengan proses delignification tanpa
mengurangi kekuatan serat pada pulp. Bubur kertas yang pertama dibuat pada
tahun 1909 di kota Roanake Rapids, North Carolina, popularitas bubur kraft
berkembang, tahun 1930 dengan ditemukan Recovery Boiler yang membuat
bubur kertas kraft lebih ekonomis.

2.4.2. Pengertian Recovery Boiler


Recovery Boiler adalah suatu unit Boiler yang spesial digunakan
untuk memurnikan senyawa - senyawa kimia an organik yang terkandung
dalam Black Liquor (sisa pemasakan dari Digester) dan sekaligus sebagai
pembangkit steam bertekanan tinggi (High Pressure Steam)
.
2.4.3. Faktor Pendukung Recovery Boiler
Ada pun beberapa faktor pendukung dalam recovery boiler
diantaranya :
1. Soot Blowing System
Soot blower bertujuan untuk menjatuhkan atau membersihkan
abu yang melekat pada perpipaan bagian dalam boiler
(superheater,boilerbank,economizer)
2. Medium Pressure Steam
Untuk Air heater, start up burner, smelt spout steam
shuttering.
3. Low Pressure Steam
Untuk Air heater

Universitas Sumatera Utara


4. Condensate
5. Electrostatic Precipitator ( ESP )
Setiap Recovery Boiler harus dilengkapi dengan ESP yang
berguna untuk menangkap partikel - partikel padat yang
terdapat dalam flue gas yang selanjutnya partikel padat (abu)
tersebut dikembalikan ke Mixing Tank untuk dicampur dengan
HBL.

2.5. Komponen Boiler

Komponen sistem boiler terdiri dari komponen utama dan komponen


bantu yang masing-masing memiliki fungsi untuk menyokong prinsip kerja ketel
uap.

Gambar 2.2 Bagian-bagian boiler


(Sumber :http://air.eng.ui.ac.id)
Komponen utama ketel uap terdiri dari:
1. Tungku Pengapian (Furnace)
Bagian ini merupakan tempat terjadinya pembakaran bahan bakar
yang akan menjadi sumber panas, proses penerimaan panas oleh media air
dilakukan melalui pipa yang telah dialiri air, pipa tersebut menempel pada

Universitas Sumatera Utara


dinding tungku pembakaran. Proses perpindahan panas pada furnace
terjadi dengan tiga cara:
• Perpindahan panas secara radiasi, dimana akan terjadi pancaran
panas dari api atau gas yang akan menempel pada dinding tube
sehingga panas tersebut akan diserap oleh fluida yang mengalir di
dalamnya.
• Perpindahan panas secara konduksi, panas mengalir melalui
hantaran dari sisi pipa yang menerima panas kedalam sisi pipa
yang memberi panas pada air.
• Perpindahan panas secara konveksi. panas yang terjadi dengan
singgungan molekul-molekul air sehingga panas akan menyebar
kesetiap aliran air.
Di dalam furnace, ruang bakar terbagi atas dua bagian yaitu ruang
pertama dan ruang kedua. Pada ruang pertama, di dalamnya akan tejadi
pemanasan langsung dari sumber panas yang diterima oleh tube (pipa),
sedangkan pada ruang kedua yang terdapat pada bagian atas, panas yang
diterima berasal dari udara panas hasil pembakaran dari ruang pertama.
Jadi, fungsi dari ruang pemanas kedua ini yakni untuk menyerap panas
yang terbuang dari ruang pemanasan pertama, agar energi panas yang
terbuang secara cuma-cuma tidak terlalu besar, dan untuk mengontrol
panas fluida yang telah dipanaskan pada ruang pertama agar tidak
mengalami penurunan panas secara berlebihan.

Gambar 2.3 Furnace (Ruang Bakar)


(Sumber : http://ahmad-tarmizi.blogspot.co.id/2013/10/boiler-pltu.html)

Universitas Sumatera Utara


2. Steam Drum
Steam drum berfungsi sebagai tempat penampungan air panas serta
tempat terbentuknya uap. Drum ini menampung uap jenuh (saturated
steam) beserta air dengan perbandingan antara 50% air dan 50% uap.
untuk menghindari agar air tidak terbawa oleh uap, maka dipasangi sekat-
sekat, air yang memiliki suhu rendah akan turun ke bawah dan air yang
bersuhu tinggi akan naik ke atas dan kemudian menguap.

Gambar 2.4 Steam Drum


(Sumber : http://artikel-teknologi.com)

3. Superheater
Superheater adalah peralatan yang berfungsi untuk menaikkan
temperatur uap jenuh sampai menjadi uap panas lanjut sesuai dengan
kebutuhan untuk menggerakkan turbine. Karena uap yang terbentuk dari
pemanasan didalam pipa – pipa di ruang bakar berada dalam wujud jenuh
atau basah maka uap yang demikian jika digunakan atau diekspansi dalam

Universitas Sumatera Utara


turbine, akan menimbulkan pengembunan yang cepat. Superheater
dibedakan atas 2 jenis yaitu:
1. Low Temperature Superheater ( LTS )
Uap jenuh dari steam drum dialirkan ke primary superheater atau low
temperature superheater. Low Temperature Superheater ( LTS )
menghasilkan uap dengan temperature 426ᵒ𝐶. Uap yang keluar dari LTS
kemudian dialirkan ke High Temperature Superheater untuk dipanaskan
kembali menjadi uap panas lanjut. Uap dari LTS juga digunakan untuk
steam atomizing yang membantu proses pengabutan bahan bakar agar
bahan bakar dapat terbakar sempurna.
Besar energi panas yang diserap oleh low temperature superheater
(LTS) untuk mengubah air menjadi uap dapat dihitung dengan persamaan
di bawah ini :
𝑄𝐿𝑇𝑆 = 𝑊𝑠 x ( 𝐻𝑜𝑢𝑡 – 𝐻𝑖𝑛 ) kJ/jam (2.1)
Dimana :
𝑄𝐿𝑇𝑆 : panas yang diserap oleh low temperature superheater (kJ/jam)
𝑊𝑠 : kapasitas aliran uap (kg/jam)
𝐻𝑜𝑢𝑡 : entalpi keluar LTS (kJ/kg)
𝐻𝑖𝑛 : entalpi masuk LTS (kJ/kg)

2. High Temperature Superheater


Uap hasil pemanasan LTS selanjutnya mengalir ke High Temperature
Superheater ( HTS ) yang terletak pada bagian gas sangat panas. Sebagian
dari HTS terletak tepat diatas ruang bakar, oleh karena itu transfer panas
yang diperoleh oleh HTS adalah secara radiasi dan konveksi.
Kemudian uap panas yang diperoleh dari HTS mengalir ke turbine.
Besar panas yang diserap oleh High Temperature Superheater untuk
mengahasilkan uap dengan temperatur 505ᵒ𝐶 dengan tekanan 85 bar yang
akan dialirkan ke turbin dapat dihitung dengan persamaan berikut.
𝑄𝐻𝑇𝑆 = 𝑊𝑠 x ( 𝐻𝑜𝑢𝑡 – 𝐻𝑖𝑛 ) kJ/jam (2.2 )

Universitas Sumatera Utara


Dimana :
𝑄𝐻𝑇𝑆 : panas yang diserap oleh high temperature superheater (kJ/jam)
𝑊𝑠 : kapasitas aliran uap (kg/jam)
𝐻𝑜𝑢𝑡 : entalpi keluar HTS kJ/kg
𝐻𝑖𝑛 : entalpi masuk HTS kJ/kg

Gambar 2.5 Superheater


(Sumber : http://filetubu.hexat.com/Boiler/Superheater)

4. Air Heater
Komponen ini merupakan alat yang berfungsi untuk memanaskan
udara yang digunakan untuk menghembus/meniup bahan bakar agar dapat
terbakar sempurna. Udara yang akan dihembuskan, sebelum melewati air
heater memiliki suhu yang sama dengan suhu udara normal (suhu luar)
yaitu 28°C. Namun, setelah melalui air heater, suhunya udara tersebut
akan meningkat menjadi 130°C sehingga sudah dapat digunakan untuk
menghilangkan kandungan air yang terkandung didalamnya karena uap air
dapat menganggu proses pembakaran.
Besar panas yang diserap oleh Air heater ini dari steam untuk
memanaskan udara pembakaran dapat dihitung dengan persamaan berikut:

𝑄𝐴𝐻 = ( 𝑊𝑎 ) akt x 𝐶𝑝𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 ( 𝑇𝑜𝑢𝑡 – 𝑇𝑖𝑛 ) kJ/jam (2.3)

Universitas Sumatera Utara


Dimana :
𝑄𝐴𝐻 : panas yang diserap oleh air heater ( kJ/jam )
( 𝑊𝑎 ) akt : berat udara sebenarnya ( kg/jam )
𝐶𝑝𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 : panas jenis udara ( kJ/kg°C )
𝑇𝑜𝑢𝑡 : temperatur udara keluarair heater ( °C )
𝑇𝑖𝑛 : temperatur udara masuk air heater ( °C )

Steam

Condensate

Gambar 2.6 Air Heater


(Sumber : http://www.ustudy.i

5. Economizer
Economizer merupakan salah satu peralatan yang meningkatkan
efisiensi boiler karena memanfaatkan kalor yang terkandung dalam flue
gas sebelum terbuang ke atmosfer melalui stack. Dengan kata lain dengan
adanya ekonomiser maka unit PLTU telah menghemat konsumsi bahan

Universitas Sumatera Utara


bakar. Economizer terdiri dari pipa - pipa air yang ditempatkan pada
lintasan gas asap sebelum meninggalkan boiler. Transfer panas yang
terjadi pada economizer adalah secara konveksi. Artinya flue gas
memberikan panas pada pipa - pipa economizer sehingga temperatur air
yang ada di dalam pipa - pipa naik dari 180 ᵒ𝐶 sampai 250 ᵒ𝐶. Pipa - pipa
economizer terbuat dari bahan baja yang sanggup menahan panas dan
tekanan tinggi. Pada pipa - pipa economizer sering sekali terjadi
kerusakan. Beberapa penyebab kerusakan yang sering terjadi pada pipa -
pipa economizer adalah acid attack, shortthermoverheat, mechanical
fatique, slagging, scalling. Apabila temperatur flue gas melalui economizer
terlalu tinggi maka dapat terjadi overheat pada pipa - pipa economizer
yang mengakibatkan pipa economizer pecah. Dan apabila temperatur flue
gas melalui economizer terlalu rendah maka dapat terjadi slagging yang
mengakibatkan pipa economizer bocor akibat diferensial temperatur.
Kerusakan pipa economizer pada bagian dalam pipa (sisi air) dapat
dihindarkan dengan jalan melunakkan air pengisi terlebih dahulu, dan
kerusakan pipa economizer pada bagian luar pipa (sisi gas asap) diatasi
dengan mempertahankan temperatur flue gas diatas titik embun gas sulfur
dan melakukan soot blowing secara berkala.
Besar panas yang diserap oleh economizer ini dapat dihitung dengan
persamaan berikut :
𝑄𝑒𝑐𝑜 = 𝑊𝑠 x 𝐶𝑝𝑎𝑖𝑟 ( 𝑇𝑜𝑢𝑡 – 𝑇𝑖𝑛 ) kJ/jam (2.4)
Dimana :
𝑄𝑒𝑐𝑜 : panas yang diserap oleh economizer (kJ/jam)
𝑊𝑠 : kapasitas aliran uap (kg/jam)
𝐶𝑝𝑎𝑖𝑟 : panas jenis air (kJ/kgᵒ𝐶)
𝑇𝑜𝑢𝑡 : temperatur keluareconomizer (ᵒ𝐶)
𝑇𝑖𝑛 : temperatur masuk economizer (ᵒ𝐶)

6. Safety Valve (Katup pengaman)


Alat ini berfungsi untuk membuang uap apabila tekanan uap telah
melebihi batas yang telah ditentukan. Katup ini terdiri dari dua jenis, yaitu

Universitas Sumatera Utara


katup pengaman uap basah dan katup pengaman uap kering. Safety valve
ini dapat diatur sesuai dengan aspek maksimum yang telah ditentukan.
Pada uap basah biasanya diatur pada tekanan 21 kg per cm kuadrat,
sedangkan untuk katup pengaman uap kering diatur pada tekanan 20,5 kg
per cm kuadrat.

Gambar 2.7 Safety Valve


( Sumber : http://www.kemet.co.uk/blog/lapping/safety-valve-lapping)
7. Fan System
Untuk men-supply udara yang digunakan pada proses pembakaran,
boiler membutuhkan kerja beberapa jenis kipas dengan fungsi masing-
masing. Dan berikut adalah sistem-sistem yang berhubungan dengan
supply udara untuk proses pembakaran pada boiler:
▪ Secondary Air Fan. Kipas inilah yang menjadi penyupply utama
udara ke dalam furnace boiler untuk memenuhi kebutuhan proses
pembakaran. Berbeda dengan primary air yang menitik beratkan
kepada tekanan kerjanya, secondary air lebih diutamakan kontrol
terhadap debit volume-nya. Oleh karena itulah secondary

Universitas Sumatera Utara


air umumnya menggunakan kipas dengan tipe aksial yang dapat
menghasilkan volume debit aliran yang tinggi.

Gambar 2.8 Axial Secondary Air Fan


( Sumber : http://artikel-teknologi.com/komponen-komponen-
boiler )

Untuk mengatur jumlah udara yang di-supply ke boiler, sudu-sudu


pada secondary air fandapat bergerak-gerak fleksibel membuka
dan menutup. Semakin besar bukaan sudu maka akan semakin
banyak pula udara yang dialirkan oleh kipas ini ke boiler untuk
mencukupi kebutuhan proses pembakaran.
8. Soot Blower
Alat ini berfungsi untuk menyemprotkan uap panas ke dinding-
dinding pipa boiler sehingga kotoran-kotoran yang menempel padanya
dapat lepas. Soot blower menggunakan uap air kering yang dihasilkan oleh
boiler.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.9 Soot Blower
( Sumber : http://artikel-teknologi.com/komponen-komponen-boiler)

9. Burner ( Alat Pembakar )


Burner adalah alat yang dipakai untuk menyemburkan bahan bakar
ke dalam ruang bakar dan menghasilkan pengabutan yang memudahkan
reaksi pembakaran. Pada recovery boiler PT. Toba Pulp Lestari,Tbk
burner yang digunakan adalah burner minyak karena menggunakan bahan
bakar cair yaitu black liquor.
Sebelum bahan bakar dibakar di dalam ruang bakar terlebih dahulu
bahan bakar dipanaskan di Fuel Oil Heater ( FOH ) hingga temperatur 120
°C agar memudahkan proses pengabutan bahan bakar. Selain dari pada itu
untuk menyempurnakan proses pengabutan bahan bakar digunakan steam
atomizing dengan temperatur sekitar 220 °C dengan tekanan sekitar 7 - 10
Bar.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.10 Burner
Sumber : www.hurstboiler.com

2.6. Jenis – Jenis Perpindahan Panas


1 Konveksi
Mekanisme perpindahan panas dapat berupa konduksi, konveksi, dan
radiasi. Konduksi dan konveksi adalah membutuhkan media perantara
dalam proses perpindahan panasnya. Berbeda dengan konduksi, pada
konveksi membutuhkan gerakan fluida untuk dapat memindahkan panas.
Penelitian menunjukkan bahwa perpindahan panas konveksi sangat
bergantung pada sifat-sifat fluida seperti viskositas dinamis μ,
konduktivitas termal k, massa jenis ρ, dan spesifik panas Cp, dan
dipengaruhi oleh kecepatan fluida Ѵ. Konveksi juga bergantung pada
bentuk dan kekasaran permukaan, dan bahkan juga dipengaruhi oleh tipe
aliran seperti laminar atau turbulen. Sehingga kita dapat menyimpulkan
bahwa perpindahan panas secara konveksi adalah kompleks karena
bergantung pada banyak variabel. Oleh karena itu, konveksi adalah
mekanisme perpindahan panas yang paling kompleks.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.11 Pendinginan sebuah balok yang panas dengan konveksi
paksa
( Sumber : Cengel )

Meskipun konveksi adalah kompleks, setelah diamati bahwa laju


perpindahan panas secara konveksi berbanding lururs dengan perbedaan
temperatur dan dapat ditulis dengan Hukum Newton tentang pendinginan.
𝑞𝑘𝑜𝑛𝑣 = h As (Ts - T∞) (2.5)
h merupakan koefisien perpindahan panas konduksi, As merupakan area
permukaan perpindahan panas, Ts merupakan temperatur permukaan
benda, T∞ merupakan temperatur lingkungan sekitar benda.

2 Konduksi
Sebuah batang silinder dengan material tertentu diisolasi pada sisi
terluarnya dan pada kedua ujung permukaannya memiliki suhu yang
berbeda yakni 𝑇1 > 𝑇2 . Perbedaan temperatur tersebut menyebabkan
perpindahan panas secara konduksi pada arah x positif. Dapat diukur laju
perpindahan panas qx, dan kita dapat menentukan qx bergantung pada
variabel-variabel berikut : ΔT, yakni perbedaan temperatur ; Δx, yakni
panjang batang ; dan A, yakni luas penampang tegak lurus bidang.

Universitas Sumatera Utara


Jika ΔT dan Δx adalah konstan dan hanya memvariasikan A, maka kita
dapat melihat bahwa qx berbanding lurus dengan A. Dengan cara yang
sama, jika ΔT dan A adalah konstan, kita dapat melihat bahwa qx
berbanding terbalik dengan Δx. Apabila A dan Δx konstan, maka kita dapat
melihat bahwa qx berbanding lurus dengan ΔT. Sehingga kita dapat
menyimpulkan bahwa
Δ𝑇
qx ∞ A (2.6)
Δ𝑥
Berikut ini adalah gambar perpindahan panas secara konduksi melalui
sebuah percobaan.

Gambar 2.12 Perpindahan Panas secara Konduksi


( Sumber : Incropera )

Dengan memperhatikan material batang, sebagai contoh plastik, kita akan


menemukan bahwa kesebandingan diatas adalah valid. Namun, kita juga
menemukan bahwa untuk nilai A, Δx, dan ΔT yang sama, akan
menghasilkan nilai qx yang lebih kecil untuk plastik daripada bermaterial
logam. Sehingga kesebandingan diatas dapat ditulis dalam bentuk
persamaan dengan memasukkan koefisien yang dipengaruhi oleh material.
Sehingga diperoleh,
Δ𝑇
qx = k A (2.7)
Δ𝑥
k, adalah konduktivitas termal (W/m.K), yang adalah merupakan sifat
material yang penting. Dengan menggunakan limit Δx 0 kita
mendapatkan persamaan untuk laju perpindahan panas,

Universitas Sumatera Utara


𝑑𝑇
qx = kA (2.8)
𝑑𝑥

atau persamaan flux panas menjadi,

𝑞𝑥 𝑑𝑇
𝑞"𝑥 = = −𝐾 𝑑𝑋 (2.9)
𝐴

h merupakan koefisien perpindahan panas konduksi, As merupakan area


permukaan perpindahan panas, Ts merupakan temperatur permukaan
benda, T∞ merupakan temperatur lingkungan sekitar benda.

3 Radiasi
Radiasi berbeda dengan mekanisme perpindahan panas secara
konduksi dan secara konveksi. Perpindahan panas secara radiasi tidak
membutuhkan kehadiran suatu material sebagai media perpindahan panas.
Faktanya, energi yang ditransfer dengan radiasi adalah yang tercepat
(secepat kecepatan cahaya) dan dapat terjadi pada ruangan vakum.
Perpindahan panas secara konduksi dan konveksi terjadi dari temperatur
yang tinggi ke temperatur yang lebih rendah. Pada radiasi, perpindahan
panas dapat terjadi pada 2 benda yang memiliki temperatur yang tinggi
dan dipisahkan oleh benda yang memiliki temperatur yang lebih rendah.
Dengan menganggap permukaan benda yang kecil As, emisifitas ε,
dan kemampuan untuk menyerap α pada temperatur T yang terdiri dari
keisotermalan yang besar dalam bentuk yang tertutup pada benda
blackbody.Blackbody dapat didefenisikan sebagai pemancar dan penyerap
radiasi yang sempurna. Pada temperatur dan panjang gelombang tertentu,
tidak ada permukaan yang dapat memancarkan energi yang lebih banyak
daripada blackbody. Blackbody menyerap semua radiasi tanpa
memperhatikan panjang gelombang dan arahnya. Blackbody juga
memancarkan energi radiasi yang merata dalam segala arah dalam setiap
unit area searah dengan arah emisi,yang disebut sebagai pemancar diffuse.

Universitas Sumatera Utara


Diffuse dapat diartikan sebagai arah yang bebas untuk berdiri sendiri. Hal
ini dapat kita lihat pada gambar berikut

Gambar 2.13 Blackbody disebut sebagai pemancar dengan arah yang bebas
(Sumber : Cengel)

Energi radisi yang dipancarkan oleh sebuah blackbody tiap satuan waktu
dan tiap satuan luasan area ditetapkan secara eksperimental oleh Joseph
Stefan pada tahun 1879 dan dapat dituliskan

𝐸𝑏(𝑇) = 𝜎𝑇 4 (2.10)

σ = 5,67 x 10−8 W/𝑚2 .𝐾 4 adalah konstanta Stefan-Boltzmann dan T


adalah temperatur absolut dari suatu permukaan (K). Persamaan ini
diverifikasi secara teori pada tahun 1884 oleh Ludwig Boltzman. Eb
merupakan kekuatan emisifitas blackbody.

2.7 Log Mean Temperature Difference (LMTD)

Nilai LMTD (Logarithmic Mean Temperature Difference) adalah nilai


yang berkaitan dengan perbedaan temperatur antara sisi panas dan sisi dingin
penukar panas. Dengan asumsi bahwa aliran pendingin mengalir dalam kondisi
tunak (steady state), tidak ada kehilangan panas secara keseluruhan, tidak ada
perubahan fase pendingin. Gambar 2.14 menggambarkan perubahan suhu yang

Universitas Sumatera Utara


dapat terjadi pada salah satu atau kedua fluida dalam penukar panas pada aliran
counterflow.

Gambar 2.14 Distribusi Suhu Dalam air heater untuk jenis aliran
counterflow

Sumber : Incroperara, F. P. and D. P. Dewitt, 1981

keterangan :

Th ,i = temperatur inlet pada sisi panas, K

Th ,o = temperatur outlet pada sisi panas , K

Tc ,i = temperatur inlet pada sisi dingin , K

Tc ,o = temperatur outlet pada sisi dingin, K

Maka nilai LMTD dapat dihitung dengan menggunakan persamaan

(2.11)

Dimana :

∆T1=Th,i-Tc,o
∆T2=Th,o-Tc,i

Universitas Sumatera Utara


Untuk mencari perpindahan panas pada air heater ini dapat
menggunakan persamaan sebagai berikut :

Q = U A LMTD JOULE (2.12)

Dimana:

A = Luas perpindahan panas (𝑚2 )

U =Koefisien perpindahan panas menyeluruh

1
𝑈= 1 1 J/𝑚2 K
+
ℎ𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 ℎ𝑔.𝑏𝑢𝑎𝑛𝑔

2.8 Siklus Rankine

Siklus Rankine adalah siklus termodinamika yang mengubah panas


menjadi kerja. Panas disuplai secara eksternal pada aliran tertutup, yang biasanya
menggunakan air sebagai fluida yang bergerak. Siklus ini menghasilkan 80% dari
seluruh energi listrik yang dihasilkan di seluruh dunia. Siklus ini dinamai untuk
mengenang ilmuwan Skotlandia, William John Maqcuorn Rankine.

Siklus Rankine adalah model operasi mesin uap panas yang secara umum
ditemukan di pembangkit listrik. Sumber panas yang utama untuk siklus Rankine
adalah batu bara, gas alam, minyak bumi, nuklir, dan panas matahari.

Siklus Rankine kadang-kadang diaplikasikan sebagai siklus Carnot,


terutama dalam menghitung efisiensi. Perbedaannya hanyalah siklus ini
menggunakan fluida yang bertekanan, bukan gas. Efisiensi siklus Rankine
biasanya dibatasi oleh fluidanya. Tanpa tekanan yang mengarah pada keadaan
super kritis, range temperatur akan cukup kecil. Uap memasuki turbin pada
temperatur 565℃ (batas ketahanan stainless steel) dan kondenser bertemperatur
sekitar 30℃. Hal ini memberikan efisiensi Carnot secara teoritis sebesar 63%,
namun kenyataannya efisiensi pada pembangkit listrik tenaga batu bara sebesar
42%.

Universitas Sumatera Utara


Fluida pada Siklus Rankine mengikuti aliran tertutup dan digunakan
secara konstan. Berbagai jenis fluida dapat digunakan pada siklus ini, namun air
dipilih karena berbagai karakteristik fisika dan kimia, seperti tidak beracun,
terdapat dalam jumlah besar, dan murah.

Gambar 2.15.bagan sederhana siklus rankine.

Sumber:cengel

Gambar 2.16 diagram T-S siklus rankine

Sumber:cengel

Universitas Sumatera Utara


Siklus Rankine ideal tidak melibatkan irreversibel internal dan terdiri dari
4 tahapan proses :

1 – 2 merupakan proses kompresi isentropik dengan pompa

2 – 3 Penambahan panas dalam boiler pada P = konstan

3 – 4 Ekspansi isentropik ke dalam turbin

4 – 1 Pelepasan panas di dalam kondensor pada P = konstan

Air masuk pompa pada kondisi 1 sebagai cairan jenuh dan dikompresi
sampai tekanan operasi boiler. Temperatur air akan meningkat selama kompresi
isentropik ini melalui sedikit pengurangan dari volume spesifik air. Jarak vertikal
antara 1–2 pada T–s diagram ini biasanya dilebihkan untuk lebih amannya proses.

Air memasuki boiler sebagai cairan terkompresi pada kondisi 2 dan akan
menjadi uap superheated pada kondisi 3. Dimana panas diberikan oleh boiler ke
air pada T tetap. Boiler dan seluruh bagian yang menghasilkan steam ini disebut
sebagai steam generator.

Uap superheated pada kondisi 3 kemudian akan memasuki turbin untuk


diekspansi secara isentropik dan akan menghasilkan kerja untuk memutar shaft
yang terhubung dengan generator listrik sehingga dihasilkanlah listrik. P dan T
dari steam akan turun selama proses ini menuju keadaan 4 dimana steam akan
masuk kondenser dan biasanya sudah berupa uap jenuh. Steam iniakan dicairkan
pada P konstan di dalam kondenser dan akan meninggalkan kondenser sebagai
cairan jenuh yang akan masuk pompa untuk melengkapi siklus ini.

Area dibawah kurva proses 2–3 menunjukkan panas yang ditransfer ke


boiler, dan area dibawah kurva proses 4–1 menunjukkan panas yang dilepaskan di
kondenser. Perbedaan dari kedua aliran ini adalah kerja netto yang dihasilkan
selama siklus.

Universitas Sumatera Utara


Penyimpangan Siklus Rankine

Penyimpangan dalam siklus Rankine yang terjadi karena:

1. Adanya friksi fluida yang menyebabkan turunnya tekanan di boiler dan


kondensor sehingga tekanan steam saat keluar boiler sangat rendah sehingga kerja
yang dihasilkan turbin (Wout) menurun dan efisiensinya menurun. Hal ini dapat
diatasi dengan meningkatkan tekanan fluida yang masuk.

2. Adanya kalor yang hilang ke lingkungan sehingga kalor yang


diperlukan (Qin) dalam proses bertambah sehingga efisiensi termalnya berkurang.

Penyimpangan ini terjadi karena adanya irreversibilitas yang terjadi pada


pompa dan turbin sehingga pompa membutuhkan kerja (Win) yang lebih besar
dan turbin menghasilkan kerja.

Gambar 2.17 penyimpangan siklus renkine

Sumber: www.academia.edu

2.9 Sejarah Perkembangan Air Heater

Alat pemanas udara merupakan alat heat exchanger yang


mengeksploitasi energi panas yang terkandung pada gas buang (steam) untuk
memanaskan udara pembakaran. Manfaat alat pemanas udara ini (air heater)
sangat mendukung dalam peningkatan efisiensi pada boiler. Alat pemanas udara
(air heater) ini sebagian besar digunakan oleh instalasi pabrik dan kapal.

Universitas Sumatera Utara


Sejarah perkembangan alat pemanas udara (air heater) pada mulanya
dikembangkan di Eropa. Unit komersil yang pertama diproduksi berasal dari
Amerika Serikat yaitu alat pemanas udara (air heater) jenis plat rata. Dimana plat
yang berdampingan berbentuk jalur-jalur aliran udara dan aliran uap panas
(steam) yang bersilang-silang.

Alat pemanas udara (air heater) termasuk pada jenis sekunder. Meskipun
temperatur uap ekstraksi turbin (steam) yang akan dibuang mempunyai
temperatur minimum yaitu 70℃.. Apabila pembuangan uap panas (steam) dibawa
temperatur minimum ini, akan mengakibatkan terjadinya pengembunan pada uap
tersebut. Tetapi pada recovery boiler ini uap hasil ekstraksi turbin (steam)
digunakan kembali sebagai bahan pemanas pada air heater karena tidak
memungkinkannya penggunaan flue gas yang memiliki tingkat keasaman yang
tinggi dan mengandung senyawa clorin dan salt yang dapat mengakibatkan
kerusakan pada material air tube.

Alat pemanas udara (air heater) mernyerap panas dari uap ekstraksi turbin
(steam) yang mana bertujuan untuk memanaskan udara pembakaran. Alat
pemanas udara rekuperatif adalah alat pengalih panas dengan jenis plat yang
bekerja sebagai unit. Arusnya berlawanan arah atau aliran silang.

2.10 Jenis-Jenis Pemanas Udara

Pemanas udara yang digunakan recovery boiler adalah jenis pemanas tipe
rekuperatif. Pada alat pemanas udara tipe rekuperatif, kalor bepindah secara
langsung dari panas uap ekstraksi turbin (steam) ke udara yang melintas pada
permukaan penukar kalor ini, biasanya berbentuk tabung, walaupun ada yang
berbentuk plat.

Unit model tabung biasanya berupa penukar kalor selongsong dan tabung
aliran berlawanan arah, dimana gas mengalir di dalam tabung-tabung lurus
vertikal dan horizontal.

Pemanas udara jenis tabung terdiri atas beberapa macam rancangan yang
disesuaikan dengan ruang dan denah pembangkit uap. Pemanas udara ini ada yang

Universitas Sumatera Utara


mempunyai satu lintasan vertikal dan horizontal dan aliaran searah dan
berlawanan arah, alat pemanas udara ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.18 Air Heater Rekuferatif

Sumber:http//cctech.com au/producs air heater .html

2.11 Proses Perpindahan Panas Pada Pemanas Udara (Air Heater)

Menurut Hukum Termodinamika Kedua “ Bahwa tidak mungkin menukar


tenaga kalor keseluruhan menjadi tenaga bersih”. Akan tetapi menurut
persamaanenergi “ Bahwa panas yang diserap sama dengan panas yang dilepas”,
yaitu :

Q Serap= Q Lepas

Dimana pada alat pemanas udara fluida yang menyerap panas adalah
udara, sedangkan fluida yang melepas panas adalah gas buang. Dalam hal ini
besar panas yang diserap udara dan besar panas yang dilepas gas buang dapat
dihitung dengan persamaan berikut.

Menurut Holman J.P (1993), sifat fluida dingin dievaluasi pada temperatur
rata-rata adalah :

Universitas Sumatera Utara


𝑇𝐶𝑖 + 𝑇𝐶𝑜
𝑇𝐶 =
2

Dimana : Tci = temperatur udara masuk (℃)

Tco = temperatur udara keluar (℃)

Sedangkan untuk fluida panas :

𝑇ℎ𝑖 + 𝑇ℎ𝑜
𝑇ℎ =
2

Dimana: Thi = temperatur gas buang masuk (℃)

Tho =temperatur gas buang keluar (℃)

Menurut William J.S (1988) besar panas yang diserap fluida dingin
(udara) adalah sebagai berikut :

𝑄 = 𝑚 𝐶𝑝 ∆𝑇

𝑄𝑠𝑒𝑟𝑎𝑝 = 𝑚 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 𝑥𝐶𝑝 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 (𝑇𝑢 𝑜𝑢𝑡 − 𝑇𝑢 𝑖𝑛)

Dimana :

Qserap = besar panas yang diserap udara (kJ∕jam)

mudara = laju aliran massa udara (kg∕jam)

cp udara = panas jenis udara (kJ∕kg (℃)

Tu.out = temperatur udara keluar (℃)

Tu.in = temperatur udara masuk (℃)

Sedangkan panas yang dilepas gas buang adalah :

𝑄𝑙𝑒𝑝𝑎𝑠 = 𝑚𝑔𝑏𝑢𝑎𝑛𝑔 𝑥𝑐𝑝 𝑏𝑢𝑎𝑛𝑔 (𝑇𝑔𝑏 𝑖𝑛 − 𝑇𝑔 𝑏 𝑜𝑢𝑡)

Dimana:

Qlepas = besar panas yang dilepas gas buang (kJ∕jam)

Mg.buang = laju aliran gas buang (kg∕jam)

Universitas Sumatera Utara


cp g.buang = panas jenis gas buang (kJ∕kg (℃)

Tg.b.in = temperatur gas buang masuk (℃)

Tg.b.out = temperatur gas buang keluar (℃)

2.12 Prinsip Kerja Pemanas Udara (Air Heater)

Alat pemanas udara (air heater) yang digunakan di PT. Toba Pulp
Lestari,Tbk menggunakan alat pemanas udara tipe rekuperatif . Pada alat pemanas
udara tipe rekuperatif, kalor bepindah secara langsung dari uap panas (steam) ke
udara yang melintas pada permukaan penukar kalor ini, biasanya berbentuk
tabung, walaupun ada yang berbentuk plat.
Unit model tabung biasanya berupa penukar kalor selongsong dan tabung
aliran berlawanan arah, dimana gas mengalir di dalam tabung-tabung lurus
vertikal dan horizontal.
Pemanas udara jenis tabung terdiri atas beberapa macam rancangan yang
disesuaikan dengan ruang dan denah pembangkit uap. Pemanas udara ini ada yang
mempunyai satu lintasan vertikal dan horizontal dan aliaran searah dan
berlawanan arah.

Alat pemanas udara (air heater) menggunakan pemanas berupa uap hasil
ekstraksi turbin (steam). Steam dari hasil ekstraksi turbin yang memiliki
temperatur sekitar 170 °C akan memanaskan udara luar hingga mencapai suhu
sekitar 130 °C dan steam yang keluar dari air heater akan berubah menjadi
kondensat akibat penurunan temperatur setelah mengalami perpindahan panas ke
udara luar yang masuk dalam air heater. Udara panas dari air heater akan masuk
ke ruang bakar sedangkan kondensat dari perubahan steam akan masuk ke feed
water sistem.

Adapun sistem aliran udara pada recovery boiler yaitu udara masuk
melalui secondary air fan ke dalam air heater, di dalam air heater udara luar
dipanaskan dengan menggunakan steam hasil dari ekstraksi turbin, sedangkan
untuk memanaskan steam menjadi steam superheat sebelum masuk keturbin
digunakan flue gas yang berasal dari hasil pembakaran bahan bakar yang dialirkan
ke superheater 2, superheater 1, dan economizer yang selanjutnya dari

Universitas Sumatera Utara


economizer flue gas tersebut langsung di buang ke atmosfir melalui cerobong.
Adapun skema dari alur tersebut dapat dilihat di bawah ini.

Uap
C
Flue Gas

Udara

Air

Eco F SP1

FWS AH SP2
T

SF

Gambar 2.19 Diagram Alir Flue Gas-Steam

2.13 Bahan Bakar

Sistem boiler terdiri dari sistem air umpan, sistem steam, dan sistem
bahan bakar. Pada bagian ini, yang akan dibahas lebih lanjut adalah sistem bahan
bakar. Bahan bakar (fuel) adalah segala bahan yang dapat dibakar (Ir.Syamsir A :
146). Bahan bakar dibakar untuk menghasilkan panas (kalor).

Bahan bakar hanya dapat terbakar bila sudah cukup panas. Proses
pembakaran merupakan proses kimia antara bahan bakar, udara dan panas. Proses

Universitas Sumatera Utara


pembakaran yang terjadi di dalam ruang bakar ketel (boiler) bertujuan untuk
merubah air menjadi uap.

Pengetahuan mengenai sifat bahan bakar membantu dalam memilih


bahan bakar yang benar untuk keperluan yang benar dan untuk penggunaan bahan
bakar yang efisien. Uji laboratorium biasanya digunakan untuk mengkaji sifat dan
kualitas bahan bakar. Jadi untuk melakukan pembakaran diperlukan dua unsur,
yaitu :

a. Bahan bakar

b. Oksigen

Berbagai jenis bahan bakar (seperti bahan bakar cair, padat, dan gas) yang
tersedia tergantung pada berbagai faktor seperti biaya, ketersediaan, penyimpanan,
handling, dan lain-lain.

1) Bahan bakar padat

Bahan bakar padat yang terdapat dibumi kita ini berasal dari zat-zat
organik. Bahan bakar padat mengandung unsur-unsur antara lain : Zat arang atau
Karbon (C), zat lemas atau Nitrogen (N), Hidrogen (H), Belerang (S), zat asam
atau Oksigen (O) Abu dan Air yang kesemuanya itu terikat dalam satu
persenyawaan kimia.

2) Bahan bakar cair

Bahan bakar cair berasal dari minyak bumi. Minyak bumi didapat dari
dalam tanah dengan jalan mengebornya pada ladang-ladang minyak, dan
memompanya sampai ke atas permukaan bumi, untuk selanjutnya diolah lebih
lanjut menjadi berbagai jenis minyak bakar.

3) Bahan bakar gas

Didalam tanah banyak terkandung : Gas Bumi (Petrol Gas) atau sering
disebut pula dengan gas alam, yang timbul pada saat proses pembentukan minyak
bumi, gas tambang, dan gas rawa CH4 (Methane). Seperti halnya dengan minyak
bumi, gas alam tersebut diperoleh dengan jalan pengeboran dari dalam tanah, baik

Universitas Sumatera Utara


di daratan maupun pada lepas pantai terhadap lokasi-lokasi yang diduga terdapat
kandungan gas alam.

Bahan bakar yang digunakan untuk Recovery Boiler ini adalah black
liquor. Black Liquor adalah suatu cairan yang mengandung padatan 70%-72%
yang didaur ulang dari digester pada proses pembuatan kertas. Black Liquor
warnanya hitam dikarenakan reaksi kimia yang terjadi antara serpihan kayu,
dengan bahan-bahan kimia yang digunakan untuk pemasakan dalam liquor
(TPL,2002).

Gambar 2.20 Black Liquor


Sumber : PT. Toba Pulp Lestari,Tbk
Berikut adalah sifat pulp yang digunakan untuk diolah menjadi bahan
bakar black liquor
Sifat Pulp
Warna Hitam
Massa Jenis > 0,600
Panjang Serat (mm) < 0,9000
Hemiselulosa (%) < 60
Lignin (%) > 30
Zat Ekstraktif (%) >7
Tabel 2.1 Sifat Pulp bahan untuk membuat Black Liquor
Sumber : (TPL, 2002)
2.14 Proses Pembentukan Uap

Universitas Sumatera Utara


Sebagai fliuda kerja di ketel uap, umumnya digunakan air (H₂O) karena
bersifat ekonomis, mudah di peroleh, tersedia dalam jumlah yang banyak, serta
mempuyai kandungan entalpi yang cukup tinggi bila dibandingkan dengan fluida
kerja yang lain.
Penguapan adalah proses terjadinya perubahan fasa dari cairan menjadi
uap. Apabila panas diberikan pada air, maka suhu air akan naik. Naiknya suhu air
akan meningkatkan kecepatan gerak molekul air. Jika panas terus bertambah
secara perlahan-lahan, maka kecepatan gerak air akan semakin meningkat pula,
hingga sampai pada suatu titik dimana molekul-molekul air akan mampu
melepaskan diri dari lingkungannya (100°C) pada tekanan 1[kg/cm²], maka air
secara berangsur-angsur akan berubah fasa menjadi uap dan hal inilah yang
disebut sebagai penguapan. Proses perubahan fasa air menjadi uap dapat
digambarkan pada diagram T-S seperti gambar dibawah:

Gambar 2.22 Diagram T-S


Keterangan:
1-2 : Pipa-pipa evaporator pipa penguap
2-3 : Pipa-pipa superheater
1-3 : Proses pemanasan air dan uap pada ketel uap
2.15 Nilai Kalor (Heating Value)

Nilai kalor merupakan energi kalor yang dilepaskan bahan bakar pada
waktu terjadinya oksidasi unsur-unsur kimia yang ada pada bahan bakar tersebut.
Bahan bakar adalah zat kimia yang apabila direaksikan dengan oksigen (O₂) akan
menghasilkan sejumlah kalor. Bahan bakar dapat berwujud gas, cair, maupun
padat. Selain itu, bahan bakar merupakan suatu senyawa yang tersusun atas
beberapa unsur seperti karbon (C), hidrogen (H), belerang (S), dan nitrogen (N).

Universitas Sumatera Utara


Kualitas bahan bakar ditentukan oleh kemampuan bahan bakar untuk
menghasilkan energi. Kemampuan bahan bakar untuk menghasilkan energi ini
sangat ditentukan oleh nilai bahan bakar yang didefinisikan sebagai jumlah energi
yang dihasilkan pada proses pembakaran per satuan massa atau persatuan volume
bahan bakar. Nilai pembakaran ditentukan oleh komposisi kandungan unsur di
dalam bahan bakar.
Dikenal dua jenis pembakaran, Culp. Archie W, “Prinsip-prinsip
Konversi Energi”, Penerjemah Darwin Sitompul Erlangga, 1996:46 yaitu:
1. Nilai Kalor Pembakaran Tinggi
Nilai kalor pembakaran tinggi atau juga dikenal dengan istilah
High Heating Value (HHV) adalah nilai pembakaran dimana panas
pengembunan air dari proses pembakaran ikut diperhitungkan sebagai
panas dari proses pembakaran.
Dirumuskan dengan:

HHV = 33950C + 144200 (H2 - O2/8) + 9400S kJ/kg


2. Nilai Kalor Pembakaran Rendah
Nilai kalor pembakaran rendah atau juga dikenal dengan istilah Low
Heating Value (LHV) adalah nilai pembakaran dimana panas pengembunan
uap air dari hasil pembakaran tidak ikut dihitung sebagai panas dari proses
pembakaran.
Dirumuskan dengan:

LHV = HHV - 2400 (𝐻2 O + 9H2) kJ/kg

2.16 Kebutuhan Udara Pembakaran

Kebutuhan udara pembakaran didefinisikan sebagai kebutuhan oksigen


yang diperlukan untuk pembakaran 1 kg bahan bakar secara sempurna yang
meliputi :
a. Kebutuhan udara teoritis (Ut) :
Ut = 11,5 C + 34,5 (H-O/8) + 4,32 S kg/kgBB

b. Kebutuhan udara pembakaran sebenarnya/aktual (Us) :

Universitas Sumatera Utara


Us = Ut (1+α) kg/kgBB

2.17 Gas Asap

Reaksi pembakaran akan menghasilkan gas baru, udara lebih dari sejumlah
energi. Senyawa-senyawa yang merupakan hasil dari reaksi pembakaran disebut
gas asap.
a. Berat gas asap teoritis (Gt)
Gt = Ut + (1-A) kg/kgBB
Dimana A = kandungan abu dalam bahan bakar (ash)
Gas asap yang terjadi terdiri dari:
➢ Hasil reaksi atas pembakaran unsur-unsur bahan bakar dengan O₂ dari
udara seperti CO₂, H₂ O, SO₂
➢ Unsur N₂ dari udara yang tidak ikut bereaksi
➢ Sisa kelebihan udara
Dari reaksi pembakaran sebelumnya diketahui:
1 kg C menghasilkan 3,66 kg CO₂
1 kg S menghasilkan 1,996 kg SO₂
1 kg H menghasilkan 8,9836 kg H₂ O
Maka untuk menghitung berat gas asap pembakran perlu dihitung dulu
masing-masing komponen gas asap tersebut (Ir. Syamsir A. Muin, Pesawat-
pesawat konversi 1 (Ketel Uap) 1988:196):
Berat CO₂ = 3,66 C kg/kg
Berat SO₂ = 2 S kg/kg
Berat H₂ O = 9 H2 kg/kg
Berat N₂ = 77% Us kg/kg
Berat O₂ = 23% 20% Ut
Dari perhitungan di atas maka akan didapatkan jumlah gas asap:
Berat gas asap (Gs) = W CO₂ + W SO₂ + W H₂ O + W N₂ + W O₂
Atau
b. Berat gas asap sebenarnya (Gs)
Gs = Us + (1-A) kg/kgBB
Untuk menetukan komposisi dari gas asap didapatkan:

Universitas Sumatera Utara


Kadar gas = (W gas tersebut / W total gas) x 100%

2.19 Volume Gas Asap

Jumlah oksigen adalah 21% jumlah udara pembakaran. Jadi:V(O₂) = 21%


(Va) act ; belum termaksud oksigen yang dikandung dalam bahan bakar. Oksigen
yang terdapat dalam bahan bakar tergantung persentasenya.
Dengan demikian maka volume gas asap basah adalah :

Dimana :
Vg = Volume gas asap (m3/kgBB)
C = Nilai carbon bahan bakar
S = Nilai Sulfur bahan bakar
H₂ = Nilai Hidrogen bahan bakar

Universitas Sumatera Utara


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu

3.1.1 Tempat

Data diambil dari PT. TOBA PULP LESTARI ,Tbk, Porsea.

3.1.2 Waktu

Penelitian dilakukan mulai 1 Juni 2016 – 30 Juni 2016. Pengambilan


data dimulai dari pukul 08.00 wib – 17.00 wib.

3.2 Alat dan Data

3.2.1 Alat

Alat yang digunakan untuk memperoleh data di PT. TOBA PULP


LESTARI,Tbk yaitu sebagai berikut :
• Manometer logam digunakan untuk mengukur tekanan tinggi uap
atau gas. Misalnya tekanan dalam ketel uap dan turbin. Pembacaan
data dilakukan di control room. Gambar 3.1 menunjukkan contoh
gambar dari manometer.

Gambar 3.1 Manometer Logam

Universitas Sumatera Utara


• Thermometer ,Digunakan untuk mengukur suhu air dan uap pada
pipa air sebelum masuk ke furnace. Hasil pengukuran kemudian
akan disampaikan ke control room. Gambar 3.2 menunjukkan
contoh gambar thermometer.

Gambar 3.2 Thermometer

• Orificemeter, Digunakan untuk mengukur jumlah aliran air atau


yang uap yang masuk kedalam boiler. Pembacaan data dilakukan di
control room.

Gambar 3.3 Orificemeter

Universitas Sumatera Utara


3.2.2 Set Up Alat

Gambar 3.4 Set Up Alat


Keterangan :
1. Economizer
2. Low Temperature Superheater
3. High Temperature Superheater
4. Furnace
5. High Pressure Air Fan
6. Primary Air Fan
7. Secondary Air Fan
8. Air Heater
9. Turbin

Universitas Sumatera Utara


3.2.3 Data

Bahan yang digunakan adalah data yang diperoleh dari tempat penelitian
untuk menghitung energi panas yang diserap setiap alat pemanas boiler.

Tabel 3.1 Data Pengamatan Boiler


Unit Jenis Data Pengamatan Satuan
Sistem
Kapasitas Boiler 160 Ton/jam
Temperatur keluar high temperature 360,5 °C
superheater
Tekanan uap keluar high temperature 61,3 Bar
superheater
Temperatur uap masuk high temperature 330,5 °C
superheater
Temperatur uap keluar low temperature 330,5 °C
superheater
Temperatur uap masuk low temperature 300,5 °C
Boiler
superheater
Temperatur air keluar economizer 210 °C
Temperatur air masuk economizer 148 °C
Kapasitas air masuk economizer 128 Ton/jam
Temperatur steam masuk air heater 195 °C
Temperatur steam keluar air heater 135 °C
Temperatur udara masuk air heater 30 °C
Temperatur udara keluar air heater 105 °C
Sumber : PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk
3.3 Analisa Data
Setelah mendapatkan data-data yang diperlukan penulis kemudian
melakukan analisa dari data yang didapat sesuai dengan studi literatur yang sudah
dibuat sebelumnya. Analisa yang dilakukan adalah tentang besar energy panas
yang diserap setiap alat pemanas yang ada pada boiler.
1. Menganalisa bahan bakar yang digunakan (black liquor)

2. Menghitung energi yang diserap setiap alat pemanas yang ada pada
boiler.

3. Menganalisa air heater

4. Menganalisa gas buang (flue gas) hasil pembakaran pada ruang bakar.

Universitas Sumatera Utara


3.4 Skema Alur Pengerjaan Skripsi
Diagram alir dalam menganalisa air heater ini dapat dilihat dibawah ini,.

Skema alur pengerjaan skripsi :

Mulai

Study
Literatur

Survey

Pengambilan
Data

Analisa data

• Menghitung nilai kalor bahan bakar


Tidak • Menghitung kebutuhan bahan bakar
• Menghitung kebutuhan udara pembakaran
• Menghitung besaran panas yang diserap
komponen boiler
• Menghitung penghematan bahan bakar
setelah pemakaian air heater

Hasil

Ya

Kesimpulan

Selesai
Gambar 3.5 Alur pengerjaan skripsi

Universitas Sumatera Utara


3.5 Metodologi Yang Digunakan

Pada penyelesaian analisa pengaruh penggunaan air heater pada boiler

ini menggunakan beberapa metode dalam menyelesaikan masalah yang mungkin

timbul dalam proses analisa pengaruh penggunaan air heater pada boiler dalam

penyusunan ini antara lain :

1. Pengumpulan data

Pengumpulan data ini dimulai dengan survey awal ketempat

penelitian di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk untuk mengumpulkan data -

data dari air heater yang akan diolah untuk mengetahui besar

pengaruh air heater ini terhadap boiler.

Data Technical di Recovery Boiler

• Manufacturer Boiler A. Ahlostrom Corp.

• Buatan Finland

• Design Pressure 80 kg/𝑐𝑚2 G

• Kapasitas, dry solids 903,9 TDS/D

• Steam generasi 43 kg/sec (154,8 T/H)

• Steam Pressure 65 bar

• Suhu inlet Food Water 411 K

2. Metode studi literatur

Dilakukan untuk memilih materi – materi pendukung yang

diperoleh dari buku referensi, internet dan jurnal - jurnal.

Universitas Sumatera Utara


3. Saran dan bimbingan dari dosen pembimbing

Melakukan asistensi kepada dosen pembimbing untuk saran

dan bimbingan guna mengoreksi dan penyempurnaan materi dari

setiap pembahasan yang disusun.

4. Analisa pembahasan

Mengolah data - data yang diperoleh dari tempat penelitian

mengenai pengaruh dari air heater terhadap peningkatan efisiensi

boiler di PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk

5. Penutup

Terdiri dari kesimpulan keseluruhan pengaruh dari air heater

terhadap peningkatan efisiensi boiler di PT. TOBA PULP

LESTARI,Tbk yang didapat dari hasil analisa perhitungan, saran dan

daftar buku - buku (referensi) yang digunakan dalam menyelesaikan

skripsi ini.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Bahan Bakar Boiler

Bahan bakar yang digunakan pada recovery boiler di PT. Toba Pulp
Lestari, Tbk merupakan jenis bahan bakar cair yaitu black liquor.

Komposisi bahan bakar


Berikut data yang diperoleh dari PT. Toba Pulp Lestari, Tbk mengenai
kandungan unsur-unsur yang terdapat pada bahan bakar black liquor.
Tabel 4.1 Komposisi dari unsur-unsur kimia bahan bakar
Nama Unsur Nilai (%)
Karbon (C) 27,20
Hidrogen (H₂) 4,40
Nitrogen (N₂) 0,10
Natrium (Na) 19,80
Kalium (K) 1,90
Total Sulfur (S) 5,20
Chloride content (Cl) 0,10
Oksigen (O₂) 31,10
Ash 0,20
Jumlah 100 %
Sumber: PT. Toba Pulp Lestari, Tbk

4.2 Nilai kalor Bahan Bakar


Nilai kalor (heating value) adalah banyaknya energi panas yang diperoleh
dari hasil pembakaran 1 kg bahan bakar. Nilai kalor ini dibagi menjadi dua :
a. Nilai Kalor Tertinggi Atau High Heating Value(HHV)
Nilai kalor tertinggi atau High Heating Value (HHV) adalah
banyaknya kalor yang dihasilkan pada proses pembakaran 1 kg
bahan bakar tanpa adanya kandungan air pada bahan bakar. Untuk

Universitas Sumatera Utara


menghitung nilai kalor tertinggi (HHV) digunakan persamaan
Dulong dan Petit berikut:
𝑂2
HHV = (33950 x C) + 144200 (𝐻2 – ) + (9400 x S) kJ/kg
8
0,311
= (33950 x 0,372) + 144200 (0,044 – ) + (9400 x 0,052)
8

= 12.629,4 + 749,84 + 488,8


= 13.868,04 kJ/kg

b. Nilai Kalor Terendah atau Low Heating Value (LHV)


Nilai kalor terendah atau Low Heating Value (LHV) adalah
banyaknya kalor yang dihasilkan pada proses pembakaran 1 kg
bahan bakar dan sebagian dimanfaatkan untuk penguapan sehingga
kandungan air pada bahan bakar akan habis. Untuk menghitung
nilai kalor terendah (LHV) digunakan persamaan berikut.
LHV = HHV – 2400 (𝐻2 O + 9 𝐻2 ) kJ/kg
= 13.868,04 – 2400 (0 + 9 x 0,044)
= 13.868,04 – 950,40 kJ/kg
= 12.917,64 kJ/kg

4.3 Kebutuhan Bahan Bakar


Recovery boiler PT.Toba Pulp Lestari,Tbk menghasilkan uap maksimal
180 ton/jam,namun jumlah uap yang dimasukkan dalam perhitungan adalah rata-
tata uap yang dihasilkan dalam periode 1 april–30april 2016 yaitu sebesar 160,13
ton/jam (dapat dilihat pada tabel penelitian boiler TPL). Untuk menghasilkan uap
ini dibutuhkan bahan bakar dengan jumlah tertentu. Jumlah bahan bakar yang
dibutuhkan untuk menghasilkan uap sebesar itu dapat dicaridengan persamaan
sebagai berikut:

𝑤𝑠 (𝐻𝑆𝑎𝑡 −𝐻𝑎)
𝑤𝑓 = 𝐿𝐻𝑉 𝑥 ƞ𝐾

Dimana :
𝑊𝑓 : jumlah bahan bakar yang dibutuhkan (kg bahan bakar/jam)

Universitas Sumatera Utara


𝑊𝑠 : kapasitas uap sebesar 160,13 ton/jam
𝐻𝑠𝑎𝑡 : entalpi uap keluar superheater

P = 61,34bar
P = 6.134 kPa = 6,13 MPa P = 6,1 MPa
T = 360,5 ℃
Dengan menggunakan tabel thermodinamika ,diperoleh nilai h sebesar 3072,1
kJ/kg

𝐻𝑎 = entalpi air pengisi ketel uap


T = 210℃
P = 6,1 MPa
H = ... kJ/kg

Untuk tekanan 5 MPa


Interpolasi pada suhu 210 ℃
Dengan menggunakan tabel thermodinamika, diperoleh nilai h sebesar 896,305
kJ/kg

Untuk tekanan 10 MPa


Interpolasi pada suhu 210 ℃
Dengan menggunakan tabel thermodinamika, diperoleh nilai h sebesar 900,8
kJ/kg

Jadi untuk tekanan 6,1 Mpa


x = 896,9
nilai h dicari dengan interpolasi dari tabet thermodinamika adalah sebesar 896,9
kJ/kg

Universitas Sumatera Utara


LHV = nilai kalor rendah bahan bakar 12.917,64 (kJ/kg)
Ƞk = efisiensi thermal boiler (0,70)
kg
160.130 jam (3072,1 − 896,9) kJ/kg
𝑊𝑓 =
12.91764 x 0,70
384.314.776
= 9.042,384

= 38.520 kg/jam
= 38,52 ton/jam

4.4 Kebutuhan Udara Pada Ruang Pembakaran


Untuk memperoleh pembakaran yang sempurna pada ruang bakar
dibutuhkan perbandingan udara dan bahan bakar di dalam ruang bakar untuk
menentukan udara minimum. Hal ini dapat dinyatakan dalam kg udara per kg
bahan bakar atau dalam kg mol udara per kg mol bahan bakar. Komposisi kimia
bahan bakar residu yang bereaksi dengan Oksigen (𝑂2) pada proses pembakaran
sempurna adalah : Karbon (C), Hidrogen (𝐻2 ), dan Sulfur (S) dalam hasil reaksi
sebagai berikut :

a. unsur karbon (C)


C +𝑂2 C𝑂2
1 kg mol C +1 kg mol 𝑂2 2 kg mol C𝑂2
12,01kg C +32 kg 𝑂2 44,01 kg C𝑂2
32 44,01
1 kg C +12,01kg 𝑂2 kg C𝑂2
12,01

Jadi pada setiap pembakaran 1 kg C secara sempurna dibutuhkan oksigen


minimum 2.66 kg dan akan menghasilkan karbon dioksida 3.66 kg.
b. unsur hidrogen
2𝐻2 + 𝑂2 2 𝐻2 O
1kg mol 𝐻2 + 1 kg mol 𝑂2 2 kg mol 𝐻2 O
4,032kg 𝐻2 + 32 kg 𝑂2 36,032 kg 𝐻2 O
32 36,032
1kg 𝐻2 + 4,032 kg 𝑂2 kg𝐻2 O
4,032

Jadi pada setiap pembakaran 1 kg 𝐻2 secara sempurna dibutuhkan


oksigen minimum 7.94 kg dan akan menghasilkan uap air 8.9365 kg.

Universitas Sumatera Utara


c. unsur sulfur
S + 𝑂2 S𝑂2
1 kg mol s + 1 kg mol 𝑂2 2 kg mol S𝑂2
32,07 kg S + 32 kg 𝑂2 64,07kg S𝑂2
32 64,07
1 kg S + kg 𝑂2 kgS𝑂2
32,07 32,07

Jadi pada setiap pembakaran 1 kg S secara sempurna dibutuhkan oksigen


minimum 0.998 kg dan akan menghasilkan sulfur dioksida 1.998 kg.
• Berat udara teoritis adalah:
(2,66 𝑥 𝐶)+(7,94 𝑥 𝐻2 )+(0,998 𝑥 𝑆) − 𝑂2 𝑘𝑔𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎
(Wa)th = 0,232 𝑘𝑔𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛𝑏𝑎𝑘𝑎𝑟
(2,66 𝑥 0,372)+(7,49 𝑥 0,044)+(0,988 𝑥 0,052) − 0,311
(Wa)th = 0,232
1,08
= 0,232

= 4,65 kg udara/kg bahan bakar

• Dengan volume udara teoritis


(1,865 𝑥 𝐶) + (5,6 𝑥 𝐻2 ) + (0,6987 𝑥 𝑆) − (0,7 𝑥 𝑂2 )
(Va)th = 0,21
(1,865 𝑥 0,372)+ (5,6 𝑥 0,044)+(0,6987 𝑥 0,052)− 0,7 𝑥 0,311
(Va)th = 0,21
0,75
= 0,21
𝑚3 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎
= 3,57 𝑘𝑔𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛𝑏𝑎𝑘𝑎𝑟

Agar diperoleh pembakaran yang sempurna maka dibutuhkan udara


berlebih. Udara berlebih ini diperlukan untuk memastikan pembakaran yang
terjadi di ruang bakar sempurna atau tidak sempurna. Oleh sebab itu apabila hanya
menghitung udara teoritis dikhawatirkan pembakaran di ruang bakar tidak
sempurna. Jadi untuk menentukan besar udara pembakaran sebenarnya adalah :
(𝑊𝑎 )akt = (𝑊𝑎 )th + [fa x (𝑊𝑎 )th] kg udara / kg b.bakar
Dimana :
fa : faktor udara berlebih (5 - 10) % karena boiler yang digunakan memakai oil
burner,maka diambil fa = 8%

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.2 Persentase Excess air pada berbagai boiler

Maka:
Besar udara pembakaran sebenarnya adalah :
8
(𝑊𝑎 )akt = 4,65 + 100 x 4,65

= 4,65 + 0,37
= 5,02 kg udara/kg bahan bakar
Banyaknya kebutuhan udara pembakaran tiap jamnya adalah :
W Total = Wf x (𝑊𝑎 )akt
= 38.520 kg bahan bakar/jam x 5,02 udara/kg bahan bakar
=193.372 kg udara/jam
=193,372 ton udara/jam
Besar volume udara sebenarnya adalah :
(𝑉𝑎 )akt = (𝑉𝑎 )th + [fa x (𝑉𝑎 )th]
= 3,57 + (0,08 x 3,57)
= 3,57 + 0,28
𝒎𝟑 𝒖𝒅𝒂𝒓𝒂
= 3,85 𝒌𝒈𝒃𝒂𝒉𝒂𝒏𝒃𝒂𝒌𝒂𝒓

Jadi udara perjam adalah:


(𝑉𝑎 ) total = Wf x (𝑉𝑎 )akt
= 38.520 x 3,85
𝒎𝟑 𝒖𝒅𝒂𝒓𝒂
= 148,303 𝒋𝒂𝒎

Universitas Sumatera Utara


4.5Analisa Berat dan Volume Gas Buang (flue gas)
Gas buang (flue gas) terbentuk dari hasil pembakaran di dalam ruang
bakar. Pada proses pembakaran sempurna gas buang terdiri dari komponen-
komponen karbon dioksida, sulfur dioksida, air (uap) dan sisa pembakaran seperti
unsur oksigen. Proses pembakran yang sempurna akan memiliki komponen-
komponen gas asap seperti : 𝐶𝑂2, 𝐻2 O, S𝑂2, 𝑁2 , dan 𝑂2

Berdasarkan reaksi kimia pembakaran, dapat ditentukan besar dan volume


gas buang hasil pembakaran , sebagai berikut :
Berat dan volume hasil pembakaran 0,372 karbon (C) adalah :
Untuk berat
11
(𝐶𝑂2)w = x C kg 𝐶𝑂2 / kg bahan bakar
3
11
(𝐶𝑂2)w = x 0,372
3

(𝐶𝑂2)w = 1,364kg 𝐶𝑂2/ kg bahan bakar

Untuk volume
5,6
(𝐶𝑂2)v = x C𝑚3 𝐶𝑂2/ kg bahan bakar
3
5,6
(𝐶𝑂2)v = x 0,372
3

(𝐶𝑂2)v = 0,69 𝑚3 𝐶𝑂2 / kg bahan bakar


Berat dan volume hasil pembakaran 0.06976 Hidrogen (𝐻2 ) adalah :
Untuk berat
(𝐻2 O)w = 9 x 𝐻2 kg 𝐻2 O
(𝐻2 O)w = 9 x 0,044
(𝐻2 O)w = 0,396 kg 𝐻2 O
Untuk volume
(𝐻2 O) v = 11,2 x 𝐻2 𝑚3 𝐻2 O
(𝐻2 O) v = 11,2 x 0,044
(𝐻2 O) v = 0,492 𝑚𝟑 𝐻2 O/ kg bahan bakar
Berat dan volume hasil pembakaran 0,052 Sulfur (S) adalah :
Untuk berat
(S𝑂2)w = 2 x S kg S𝑂2 / kg bahan bakar

Universitas Sumatera Utara


(S𝑂2)w = 2 x 0,052
(S𝑂2)w = 0,104kg S / kg bahan bakar
Untuk volume
5,6
(S𝑂2)v = x S 𝑚3 S / kg bahan bakar
8

(S𝑂2)v = 0,7 x 0,052


(S𝑂2)v = 0,036 𝑚3
Berat dan volume dari Excess air 0,372742 Oksigen (𝑂2) dengan (fa) = 0,08
Untuk berat
(𝑂2)w = fa x 23,2 % x (𝑊𝑎 )th
(𝑂2)w = 0,08 x 23,2 % x 4,65 kg udara / kg bahan bakar
(𝑂2)w = 0,086 kg 𝑂2 / kg bahan bakar
Untuk volume
(𝑂2)v excess = fa (1,865 x C ) + 0,6986
(𝑂2)v excess = 0,08 (1,865 x 0,372) + 0,6986
(𝑂2)v excess = 0,754 𝑚3 / kg bahan bakar
Berat dan volume hasil pembakaran 0,007634Nitrogen (𝑁2 ) adalah
Untuk berat
(𝑁2 )w = 76,8% x (𝑊𝑎 )akt
(𝑁2 )w = 76,8% x 5,02 kg udara / kg bahan bakar
(𝑁2 )w = 3,87kg 𝑁2 / kg bahan bakar
Untuk volume
79
(𝑁2 )v = 21 x 3 (𝑂2)v excess 𝑚3 𝑁2 / kg bahan bakar
79
(𝑁2 )v = 21 x 3 (0,311) 𝑚3 𝑁2 / kg bahan bakar

(𝑁2 )v = 3,5 𝑚3 𝑁2/ kg bahan bakar


Berat dan volume gas karbon monoksida dari hasil pembakaran adalah :
Untuk berat
3
(CO)w = 7 x C
3
(CO)w = 7 x 0,372

(CO)w = 0,15 kg / kg bahan bakar

Universitas Sumatera Utara


Untuk volume
3
W karbon = 5,6 (CO)v + (C𝑂2)

Sedangkan berat karbon yang terbakar adalah :


3 3
W karbon = (CO)w + 7 (C𝑂2)
7
3 3
= 7 (0,15) + 7 (1,364)

= 0,66 kg / kg bahan bakar.

Volumenya adalah
3
0,66 kg / kg bahan bakar = 5,6 (CO)v + 0,1791
3
(CO)v = 0,66 – 0,1791
5,6
3
(CO)v = 0,49
5,6

(CO)v = 0,9 𝑚3 / kg bahan bakar

Maka berat gas buang adalah:


𝑊𝑔 = 1 + 𝑊𝑎 (th) x (R - Ash) kg gas buang / kg bahan bakar
𝑊𝑔 = 1 + 4,65 (R - Ash)
Untuk R adalah angka kelipatan udara
(W a )akt 5,02
R= (Wa )th
= 4,65

R = 1,07

Maka :
𝑊𝑔 = 1 + 4,65 (1,079 – 0,002) kg gas buang / kg bahan bakar
= 1+ (4,65 x 1,077)
= 1+ 5,01
= 6,01 kg gas buang / kg bahan bakar

Untuk berat gas buang basah adalah :


(𝑊𝑔 ) basah = 1 + [(𝑊𝑎 )akt − Ash] kg gas buang / kg bahan bakar
= 1 + [5,02 – 0,002] kg gas buang / kg bahan bakar

Universitas Sumatera Utara


= 6,01 kg gas buang / kg bahan bakar
Jadi berat gas buang (flue gas) perjamnya adalah :
(𝑊𝑔 )total = Wf x 𝑊𝑔 kg gas buang / jam
= 38.520 kg bahan bakar /jam x 6,01 kg gas buang / kg b.bakar
𝐤𝐠 𝐠𝐚𝐬𝐛𝐮𝐚𝐧𝐠
= 236.120 𝐣𝐚𝐦

Analisa gas buang sebagai berikut :


1,36
(𝐶𝑂2)w = 6,01 x 100% = 22,6%
0,49
(𝐻2 𝑂)w = 6,01 x 100% = 8,1%
0,10
(𝑆𝑂2)w = x 100% = 1,7%
6,01
0,08
(𝑂2)w = 6,01 x 100% = 0,3%
3,87
(𝑁2 )w = 6,01 x 100% = 64,3%

Berat gas buang kering adalah sebagai berikut:


(𝑊𝑔 )kering = (𝑊𝑔 basah) - (𝐻2 𝑂)w kg gas buang / kg bahan bakar
= 6,01 – 0,49
= 5,52 kg gas buang / kg bahan bakar
Jadi berat gas asap per jam adalah
kg bahan bakar
(𝑊𝑔 ) total = Wf x 𝑊𝑔 kering jam

= 38.520 kg bahan bakar / jam x 5,52 kg gasbuang / kgb.bakar


𝐤𝐠 𝐠𝐚𝐬𝐛𝐮𝐚𝐧𝐠
= 200.304 𝐣𝐚𝐦

Analisa berat gas buang kering.


1,36
(𝐶𝑂2)w = 5,52 x 100% = 24,6%
0,10
(𝑆𝑂2)w = 5,52 x 100% = 1,8%
3,87
(𝑁2 )w = 5,52 x 100% = 70,1%
0,08
(𝑂2)w = x 100% = 1,5%
5,52

Volume gas buang asap adalah:


(1,865 x C )+(0,7 x S) m3
(v)g = + 1,24 [(9 x 𝐻2 ) - M] kg bahan bakar
0,11

Universitas Sumatera Utara


(1,865 𝑋 0,372)+(0,7𝑥0,052)
= + 1,24 [(9 x 0,044)-0]
0,11
0,693+0,036
= + 1,24 (0,4 -0)
0,11
0,9
= + 1,24 (0,4)
0,11

= 6,62 + 0,49
m3
= 7,11 kg bahan bakar

Jadi volume gas buang perjam adalah sebagai berikut


(𝑉𝑔 )tot = Wf x Vg m3/ kg b.bakar
(𝑉𝑔 )tot = 38.520 kg b.bakar / jam x 7,11 m3/ kg b.bakar
= 273.877 m3/ kg b.bakar
Dimana 𝐻2 O terdapat pada gas buang basah yaitu :
(𝐻2 𝑂)v = 1,24 x ( 9 x H2 + M) m3𝐻2 𝑂/ kg b.bakar
(𝐻2 𝑂)v = 1,24 x ( 9 x 0,044 + 0)
= 0,49 m3𝐻2 𝑂 / kg b.bakar
Untuk volume gas buang kering adalah :
Vg = (CO2)v + (SO2)v + (O2)v + (N2)v m3/ kg b.bakar
= 0,69 + 0,036 + 0,754 + 3,5
= 4,98 m3/kg b.bakar
Maka volume gas buang perjam adalah :
(𝑉𝑔 )tot = Wf x Vg m3/ kg b.bakar
(𝑉𝑔 )tot = 38.520 x 4,98
= 191.829 m3/ jam
Analisa gas buang kering adalah :
0,69
(CO2)v = 4,98 x 100%

= 13,8%
0,036
(SO2)v = x 100%
4,98

= 0,07%
0,754
(O2)v = x 100%
4,98

= 15,15%

Universitas Sumatera Utara


3,50
(N2)v = 4,98 x 100%

= 70,28%

4.6 Kesetimbangan panas


Kesetimbangan panas adalah perbandingan energi panas yang dihasilkan
pada proses pembakaran dengan energi yang digunakan:
𝑄𝑖𝑛 = 𝑊𝑓 𝑥 𝐿𝐻𝑉 𝑥 𝜂𝑓 kJ / jam
Dimana:
𝑄𝑖𝑛 = energi panas yang dihasilkan (kj/jam)
𝑊𝑓 = kapasitas bahan bakar (kg/jam)
LHV = Nilai kalor rendah (kJ/kg)
𝜂𝑓 = efisiensi dapur teori berkisar 90% − 97% diasumsikan
97% (syamsir A Muin:47)

Maka:
𝑄𝑖𝑛 = 38.520kg / jam x 12.917 kJ/ kg x 0,97
= 482.635.954 kJ / jam

Temperatur furnace berada sekitar 900 ℃ - 1000 ℃, maka:


𝑄𝑖𝑛
𝑇𝑟𝑏 =
𝑊𝑔 x 𝐶𝑝

Dimana:
𝑇𝑟𝑏 = temperatur furnace ,℃
𝑄𝑖𝑛 = besar panas yang masuk , kJ / jam
𝑊𝑔 = berat gas asap basah ,kg/jam
Cp = panas jenis gas buang ,kJ / kg℃
Sedangkan untuk mencari nilai Cp gas buang dapat ditentukan dengan:
𝑄𝑖𝑛
𝐶𝑝 =
𝑊𝑔 𝑥 Tr

Universitas Sumatera Utara


Dimana:
Tr = temperatur rata - rata (℃)
900℃ + 1000℃
= 950 0C
2

Jadi:
482.635.954
Cp = 236.120 𝑥 9500𝐶

Cp = 2,15 kJ / kg 0C

Maka temperatur gas buang ruang bakar adalah :


482.635.954
𝑇𝑖𝑛 = 236.120 𝑥 2,15

𝑇𝑖𝑛 = 950,710C

4.7 Besar Panas yang diserap oleh Komponen – komponen Boiler.


Energi keluar adalah energi yang diperlukan untuk pembentukan uap
saturasi pada boiler yaitu :
kJ
𝑄𝑠𝑎𝑡 = 𝑊𝑠 𝑥 (𝐻𝑠𝑎𝑡 − 𝐻𝑎 )
jam
Dimana:
𝑄𝑠𝑎𝑡 = energi panas yang diperlukan untuk mengubah air menjadi uap (kJ/jam)
𝑊𝑠 = kapasitas aliran uap (kg/jam)
𝐻𝑠𝑎𝑡 = entalpi uap saturasi pada T = 302℃
Interpolasi pada T = 302℃
Dengan menggunakan tabel thermodinamika maka diperoleh nilai h adalah
2744,11 kJ/kg

𝐻𝑎 = entalpi air pengisi ketel uap pada T = 210℃


𝐻𝑎 pada suhu 210℃ = 896,9 kJ/kg
Maka besar panas yang dibutuhkan adalah sebesar
𝑄𝑠𝑎𝑡 = 𝑊𝑠 (𝐻𝑠𝑎𝑡 pada suhu 302℃ – 𝐻𝑎 pada suhu 210 ℃) kJ / kg

Universitas Sumatera Utara


𝑄𝑠𝑎𝑡 = 160.130 kg/jam x (2744,11 – 896,9)
kJ
𝑄𝑠𝑎𝑡 = 295.793.737 jam

4.7.1 Besar Panas Yang Diserap High Temperature Superheater (HTS)


Besar panas yang diserap high temperature superheater(HTS) adalah
𝑄𝐻𝑇𝑆 = 𝑊𝑠 x ( 𝐻𝑜𝑢𝑡 – 𝐻𝑖𝑛 ) kJ/jam
Dimana
𝑄𝐻𝑇𝑆 = panas yang diserap oleh HTS
Hout = entalpi keluar HTS pada P = 6,1 Mpa T = 360,5 ℃
Interpolasi pada P = 6,1 Mpa T = 360,5℃
Dengan menggunakan tabel thermodinamika maka diperoleh nilai h adalah
sebesar 3072,1 kJ/kg

𝐻𝑖𝑛 = entalpi masuk HTS pada P = 6,1 MPa T = 330,5℃


Interpolasi Pada P = 6,1 MPa T = 330,5℃
Dengan menggunakan tabel thermodinamika maka diperoleh nilai h
adalah sebesar 2999,7 kJ/kg

Maka :
𝑄𝐻𝑇𝑆 = 160.130 kJ/jam x (3071,6 - 2999,25) kJ/kg
𝑘𝐽
= 11.633.444,5 𝑗𝑎𝑚

Temperatur gas buang saat menyentuh pipa luar permukaan HTS


berada sekitar 850-900℃.maka
𝑄𝐻𝑇𝑆
𝑇𝑖𝑛 = 𝑊𝑔 𝑥 𝐶𝑝

Dimana :
𝑇𝑖𝑛 = temperatur masuk HTS (℃)
𝑄𝐻𝑇𝑆 = besar panas yang diserap oleh HTS (kJ/jam)
𝑊𝑔 = berat gas asap basah (kg/jam)
Cp = panas jenis gas buang (kJ/kg℃)
Sedangkan untuk mencari nilai Cp gas buang dapat ditentukan dengan :

Universitas Sumatera Utara


𝑄𝐻𝑇𝑆
𝐶𝑝 =
𝑊𝑔 𝑥 Tr
Tr = temperatur rata –rata (℃)
850℃ + 900℃
= 875℃
2
Jadi :
11633444,5
Cp =
236120 x 875
𝑘𝐽
Cp = 0,056 𝑘𝑔℃

maka temperatur gas buang masuk HTS adalah :


11633444,5 𝑘𝐽/𝑗𝑎𝑚
𝑇𝑖𝑛 = 236120 𝑥 0,056 𝑘𝐽/𝑘𝑔℃

𝑇𝑖𝑛 = 879,80 ℃

4.7.2 Besar Panas Yang Diserap Low Temperature Superheater (LTS)


Besar Panas Yang Diserap Low Temperature Superheater (LTS) adalah:

𝑄𝐿𝑇𝑆 = 𝑊𝑠 x (𝐻𝑜𝑢𝑡 − 𝐻𝑖𝑛 )

𝐻𝑜𝑢𝑡 = entalpi kaluar LTS pada P = 6,1 Mpa T = 330,5 ℃


Dari perhitungan sebelumnya :
𝐻𝑜𝑢𝑡 pada suhu 330,5 ℃ = 2999,7
𝐻𝑖𝑛 = entalpi masuk LTS P = 6,1 MPa T = 300,5℃
Dengan menggunakan tabel thermodinamika maka diperoleh nilai h adalah
sebesar 2901,4 kJ/kg

𝑄𝐿𝑇𝑆 = 160.130 kg/jam (2999,7 kJ/kg - 2901,4 kJ/kg)


𝑄𝐿𝑇𝑆 = 15.740.779 kJ/jam
Temperatur gas buang saat menyentuh pipa luar LTS adalah 700 - 750
℃ maka didapat :
𝑄𝐿𝑇𝑆
𝑇𝑖𝑛 =
𝑊𝑔 𝑥 𝐶𝑝

Universitas Sumatera Utara


Dimana :
𝑇𝑖𝑛 = temperatur masuk LTS °C
𝑄𝐿𝑇𝑆 = besar panas yang diserap oleh LTS kJ/jam
𝑊𝑔 = berat gas asap basah kg/jam
Cp = panas jenis gas buang kJ/kg °C
Sedangkan untuk mencari nilai Cp gas buang dapat ditentukan dengan :
𝑄𝐿𝑇𝑆
𝐶𝑝 =
𝑊𝑔 𝑥 Tr
Dimana , Tr = temperatur rata-rata
700 + 750
= 725℃
2
15740779
Cp = 236120 𝑥 725

Cp = 0,091
Maka temperatur gas buang masuk LTS adalah:
15740779
𝑇𝑖𝑛 =
236120 𝑥 0,091

𝑇𝑖𝑛 = 732,5 ℃

4.7.3 Besar Panas Yang Diserap Economizer


Besar Panas Yang Diserap Economizer adalah:
𝑄 𝐸𝑐𝑜 = 𝑊𝑠 x Cp air (𝑇𝑜𝑢𝑡 - 𝑇𝑖𝑛 ) kJ/jam
Dimana :
𝑄 𝐸𝑐𝑜 = panas yang diserap oleh economizer (kJ/jam)
𝑊𝑠 = kapasitas aliran uap (kg/jam)
Cpair = panas jenis air 2.584 kJ/kg K
(hasil interpolasi dari tabel pada 𝑇𝑓 = 452 K)

Interpolasi panas jenis pada 𝑇𝑓 = 452K


Dengan menggunakan tabel thermodinamika maka diperoleh nilai Cp pada
452 K adalah sebesar 2,584 kJ/kg K

Universitas Sumatera Utara


𝑇𝑜𝑢𝑡 : temperatur keluar economizer T = 210℃
𝑇𝑖𝑛 : temperatur masuk economizer T = 148℃
𝑄 𝐸𝑐𝑜 = 160.130 kg/jam x 2,584 x (52)
𝑄 𝐸𝑐𝑜 = 160.130 kg/jam x 2,584 x 52
𝑄 𝐸𝑐𝑜 = 21.516.347,8 kJ/jam
Temperatur gas buang saat menyentuh pipa luar permukaan economizer
berada sekitar 450℃ - 500℃, maka:
𝑄 𝐸𝑐𝑜
𝑇𝑖𝑛 =
𝑊𝑔 𝑥 𝐶𝑝
Dimana :
𝑇𝑖𝑛 : temperatur masuk LTS ℃
𝑄 𝐸𝑐𝑜 : besar panas yang diserap oleh economizer kJ/jam
𝑊𝑔 : berat gas asap basah kg/jam
Cp : panas jenis gas buang kJ/kg℃

Sedangkan untuk mencari nilai Cp gas buang dapat ditentukan dengan

𝑄 𝐸𝑐𝑜
𝐶𝑝 =
𝑊𝑔 𝑥 Tr
Dimana Tr = tempeatur rata-rata
450 ℃ + 500℃
= 475℃
2
21.516.347,8
Jadi Cp = 236.120 𝑥 475

Cp = 0,19 kJ/kg℃
Maka temperatur gas buang masuk economizer adalah
21.516.347,8
𝑇𝑖𝑛 = 236.120 x 0,19

𝑇𝑖𝑛 = 479,6 ℃

Jadi panas yang digunakan adalah:


Qtot = 𝑄𝑠𝑎𝑡 + 𝑄𝐻𝑇𝑆 + 𝑄𝐿𝑇𝑆 + 𝑄 𝐸𝑐𝑜 kJ/jam
= 295.793.737 + 11.633.444 + 15.740.779 + 21.516.347 kJ/jam
= 344.684.307 kJ /jam

Universitas Sumatera Utara


4.7.4 Besar Panas Yang Diserap Air Heater
• Panas yang Diserap Air Heater
Besar panas yang diserap air heater adalah:
𝑄𝐴𝐻 = (𝑊𝑎 )akt 𝑥 𝐶𝑝 udara (𝑇𝑜𝑢𝑡 − 𝑇𝑖𝑛 ) kJ/jam
Dimana :
𝑄𝐴𝐻 = panas yang diserap oleh air heater (kJ/jam)
(𝑊𝑎 )akt = berat udara masuk air heater (kg/jam)
Cpair = panas jenis udara1.008 J/kg℃ (hasil interpolasi dari tabel
pada 𝑇𝑓 = 339,5 K)
Interpolasi pada 𝑇𝑓 = 339,5K
Dengan menggunakan tabel thermodinamika maka diperoleh nilai Cp
pada 339,5 K adalah sebesar 1,008 kJ/kgK

𝑇𝑜𝑢𝑡 : temperatur udara keluar air heater T = 105℃


𝐻𝑖𝑛 : temperatur udara masuk air heater T = 30℃
Maka:
Q Air Heater = 99.549 kg/jam x1,008 kJ/kg℃ (105-30)
Q Air Heater = 99.549 kg/jam x1,008 kJ/kg℃ x75
Q Air Heater = 7.525.904 kJ/jam

4.8 Penghematan Bahan Bakar Setelah Penggunaan Air Heater


Panas masuk yang diberikan bahan bakar sebelum pemakaian air heater
adalah sebesar 482.635.954 kJ/kg
Dirumuskan :
𝑄𝑖𝑛 = 𝑊𝑓 x LHV x ɳ𝑓
= 38.520 x 12.917,64 x 0,97
= 482.635.954 kJ/kg

Jadi, setelah diperoleh besar 𝑄𝐴𝐻 maka 𝑄𝑖𝑛 yang dibutuhkan dari bahan
bakar adalah sebesar :
𝑄𝑖𝑛 awal = 𝑄𝑖𝑛 baru + 𝑄𝐴𝐻

Universitas Sumatera Utara


482.635.954 = 𝑄𝑖𝑛 baru + 7.525.904
𝑄𝑖𝑛 baru = 482.635.954 – 7.525.904
= 475.110.050 kJ/kg

Jadi, 𝑊𝑓 baru adalah sebesar :


475.110.050 = 𝑊𝑓 x 12.917,64 x 0,97
𝑊𝑓 = 37.917 kg/jam

Maka dapat dihitung penghematan bahan bakar setelah penggunaan alat


pemanas udara (air heater)yaitu :
Penghematan bahan bakar = 𝑊𝑓 - 𝑊𝑓 baru
= 38.520 – 37.917
= 603 kg/jam

Apabila dikonversikan kedalam kiloliter (𝑚3 ) maka hasilnya adalah


𝑚
ρ=
𝑉
Dimana :
ρ = massa jenis (kg / 𝑚3 )
m = massa (kg)
V = volume (𝑚3 ) (diperoleh dari data pada lampiran)
Maka :
𝑚
ρ=
𝑉
38.520
=
56,46

= 682,25 (kg / 𝑚3 )

Maka volume penghematan bahan bakarnya adalah


𝑚
V= 𝜌
603
= 682,25

= 0,883 𝑚3 / jam (883 liter/jam)

Universitas Sumatera Utara


4.9 Besar Panas yang diserap Komponen – komponen Boiler setelah
dilakukan analisa Software dengan menggunakan ANSYS.
Secara garis besar langkah untuk melakukan simulasi CFD adalah :
Persiapan geometri, pembentukan mesh, penentuan kondisi simulasi, perhitungan
iterasi, dan pengolahan hasil perhitungan simulasi. Pada simulasi kali ini, software
Fluent pada Ansys 15 digunakan untuk melakukan perhitungan. Gambar dibawah
merupakan cell yang menunjukkan langkah yang perlu dipersiapkan untuk
melakukan simulasi.

Gambar 4.1 Cell software Fluent pada Ansys 15


1. Persiapan Geometry
Pada langkah ini, geometri yang dibuat dalam bentuk 3D dengan format
parasolid (x_t) di-import ke dalam ansys agar dapat diolah pada langkah
berikutnya.

Gambar 4.2 Geometri Boiler dalam bentuk 3D

Universitas Sumatera Utara


2. Pembentukan Mesh
Pada langkah ini setelah geometri yang akan disimulasikan berhasil
dimasukkan ke dalam Ansys, langkah berikutnya adalah pembentukkan
mesh. Mesh yang akan dibentuk akan secara otomatis ditentukan semua
ukuran dan bentuknya oleh Ansys sesuai dengan yang dibutuhkan.

Gambar 4.3 Pembentukan mesh pada geometri boiler.

3. Setup Kondisi Perhitungan


Pada langkah ini semua kondisi perhitungan ditentukan agar didapatkan
hasil yang diinginkan. Beberapa kondisi tersebut dapat dilihat pada
gambar dibawah pada bagian problem setup.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.4 Set Up kondisi perhitungan

a. Pertama adalah bagian General. Hal perlu dipersiapkan dapat dilihat


pada gambar dibawah.

Gambar 4.5 General pada set up perhitungan

Universitas Sumatera Utara


Pada bagian mesh, untuk scale kita harus menentukan skala ukuran
dari geometri yang telah kita buat. Terkadang geometri yang kita
persiapkan dibuat dalam ukuran meter sedangkan fluent membacanya
dalam milimeter, hal ini akan menyababan ukuran geometri mengecil dari
ukuran yang seharusnya. Untuk memperbaiki hal tersebut geometri
tersebut harus kita skalakan terlebih dahulu. Pada check kita bisa
memerikasa mesh yang telah dibentuk dan untuk mendapatkan kualitas
mesh tersebut apakah layak pakai gunakan Report Quality. Dan untuk
memperlihatkan mesh dapat digunakan Display.
Pada bagian Solver, perhitungan dilakukan dengan basis tekanan,
menggunakan kecepatan mutlak, aliran tetap karena itu kita memilih
Pressure-Based untuk Type, Absolute untuk Velocity Formulation, dan
Steady untuk Time. Untuk melibatkan gravitasi pada perhitungan centang
pada Gravity, dengan nilai -9,82 m/s2 pada arah sumbu Y.
b. Berikutnya adalah penentuan Model perhitungan.

Gambar 4.6 penentuan Model perhitungan


Pada model ini yang perlu diaktifkan hanya Energy karena melibatkan
perbubahan suhu pada fluida yang dihitung. Dan untuk mengaktifkan
aliran turbulensi, pada bagian Viscous dikatifkan dengan pilihan
Realizable k-e, Scalable Wall Fn.
c. Pada bagian Material, masukkan data water-vapor, water-liquid, dan
air untuk Fluid. Sedangakn untuk Solid masukkan Steel.
d. Langkah yang paling penting adalah menentukan kondisi perhitungan
pada bagian Boundary Condition. Adapun semua kondisi tersebut dapat
dilihat pada tabel dibawah.

Universitas Sumatera Utara


Mass Flow Temperature
No. Zone Type
(kg/s) (C)
Mass-flow-
1 Udara Masuk 35,5 148
inlet
2 Udara Keluar outflow - -
Mass-flow-
3 Uap 1 Masuk 34 300.5
inlet
4 Uap 1 Keluar Outflow - -
Mass-flow-
5 Uap 2 Masuk 34 330.5
inlet
6 Uap 2 Keluar Outflow - -

e. Berikutnya menentukan hubungan antara permukaan mesh. Pengaturan


ini dibuat pada bagian Mesh Interfaces. Hal ini diperlukan panas dari
udara yang masuk akan diserap oleh uap yang melewati pipa. Adapun
pengaturan tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah.

Gambar 4.7 Mesh Interface


f. Untuk pengaturan Cell Zone Condition, Dynamic Mesh, dan Reference
Value dilewatkan karena tidak ada pengaturan yang perlu diubah dan
menggunakan pengaturan dasar dari fluent

Universitas Sumatera Utara


4. Perhitungan Solution
Pada langkah ini perhitungan simulasipun dimulai. Adapun yang perlu
dilakukan adalah menentukan banyakknya iterasi yang akan dilakukan dan
melakukan perhitungan

Gambar 4.8 Perhitungan Solution

Berikut adalah gambar hasil dari analisa penyebaran panas setelah dilakukan
analisa software dengan menggunakan Ansys di dalam boiler

Gambar 4.9 Penyebaran panas didalam Boiler setelah dianalisa.


Dari hasil analisa diatas maka diperoleh data sebagai berikut :
Komponen Tin (°C) Tout (°C)
Economizer 148 184
Superheater 1 300,5 352
Superheater 2 352 405

Universitas Sumatera Utara


4.9.1 Besar Panas yang diserap High Temperature Superheater (HTS)
Besar panas yang diserap high temperature superheater(HTS) adalah
𝑄𝐻𝑇𝑆 = 𝑊𝑠 x ( 𝐻𝑜𝑢𝑡 – 𝐻𝑖𝑛 ) kJ/jam
Dimana
𝑄𝐻𝑇𝑆 = panas yang diserap oleh HTS
Hout = entalpi keluar HTS pada P = 6,1 Mpa T = 405 ℃
Interpolasi pada P = 6,1 Mpa T = 405 ℃
Dengan menggunakan tabel thermodinamika maka diperoleh nilai h adalah
sebesar 3190,76 kJ/kg

𝐻𝑖𝑛 = entalpi masuk HTS pada P = 6,1 MPa T = 352 ℃


Interpolasi Pada P = 6,1 MPa T = 352 ℃
Dengan menggunakan tabel thermodinamika maka diperoleh nilai h
adalah sebesar 3049,27 kJ/kg

Maka :
𝑄𝐻𝑇𝑆 = 160.130 kJ/jam x (3190,76 - 3049,27) kJ/kg
𝑘𝐽
= 22.655.832,9 𝑗𝑎𝑚

4.9.2 Besar Panas Yang Diserap Low Temperature Superheater (LTS)


Besar Panas Yang Diserap Low Temperature Superheater (LTS) adalah:

𝑄𝐿𝑇𝑆 = 𝑊𝑠 x (𝐻𝑜𝑢𝑡 − 𝐻𝑖𝑛 )

𝐻𝑜𝑢𝑡 = entalpi kaluar LTS pada P = 6,1 Mpa T = 352 ℃


Dari perhitungan sebelumnya :
𝐻𝑜𝑢𝑡 pada suhu 352 ℃ = 3049,27
𝐻𝑖𝑛 = entalpi masuk LTS P = 6,1 MPa T = 300,5℃
Dengan menggunakan tabel thermodinamika maka diperoleh nilai h adalah
sebesar 2901,4 kJ/kg

Universitas Sumatera Utara


𝑄𝐿𝑇𝑆 = 160.130 kg/jam (3049,27 kJ/kg - 2901,4 kJ/kg)
𝑄𝐿𝑇𝑆 = 23.679.383,9 kJ/jam

4.9.3 Besar Panas Yang Diserap Economizer


Besar Panas Yang Diserap Economizer adalah:
𝑄 𝐸𝑐𝑜 = 𝑊𝑠 x Cp air (𝑇𝑜𝑢𝑡 - 𝑇𝑖𝑛 ) kJ/jam
Dimana :
𝑄 𝐸𝑐𝑜 = panas yang diserap oleh economizer (kJ/jam)
𝑊𝑠 = kapasitas aliran uap (kg/jam)
Cpair = panas jenis air 2.584 kJ/kg K
(hasil interpolasi dari tabel pada 𝑇𝑓 = 452 K)

Interpolasi panas jenis pada 𝑇𝑓 = 452K


Dengan menggunakan tabel thermodinamika maka diperoleh nilai Cp pada
452 K adalah sebesar 2,584 kJ/kg K
𝑇𝑜𝑢𝑡 : temperatur keluar economizer T = 184 ℃
𝑇𝑖𝑛 : temperatur masuk economizer T = 148 ℃
𝑄 𝐸𝑐𝑜 = 160.130 kg/jam x 2,584 x (36)
𝑄 𝐸𝑐𝑜 = 160.130 kg/jam x 2,584 x 36
𝑄 𝐸𝑐𝑜 = 14.895.933,12 kJ/jam
Jadi panas yang digunakan adalah:
Qtot = 𝑄𝑠𝑎𝑡 + 𝑄𝐻𝑇𝑆 + 𝑄𝐿𝑇𝑆 + 𝑄 𝐸𝑐𝑜 kJ/jam
= 295.793.737 + 22.655.832 + 23.679.383 + 14.895.933 kJ/jam
= 357.024.885 kJ /jam
4.10 Besar Panas Yang Diserap Air Heater
Secara garis besar langkah untuk melakukan simulasi CFD adalah :
Persiapan geometri, pembentukan mesh, penentuan kondisi simulasi, perhitungan
iterasi, dan pengolahan hasil perhitungan simulasi. Pada simulasi kali ini, software
Fluent pada Ansys 15 digunakan untuk melakukan perhitungan. Gambar dibawah
merupakan cell yang menunjukkan langkah yang perlu dipersiapkan untuk
melakukan simulasi.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.10 Cell software Fluent pada Ansys 15

1. Persiapan Geometry
Pada langkah ini, geometri yang dibuat dalam bentuk 3D dengan format
parasolid (x_t) di-import ke dalam ansys agar dapat diolah pada langkah
berikutnya.

Gambar 4.11 Geometri air heater dalam bentuk 3D

2. Pembentukan Mesh
Pada langkah ini setelah geometri yang akan disimulasikan berhasil
dimasukkan ke dalam Ansys, langkah berikutnya adalah pembentukkan
mesh. Mesh yang akan dibentuk akan secara otomatis ditentukan semua
ukuran dan bentuknya oleh Ansys sesuai dengan yang dibutuhkan.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.12 Pembentukan mesh pada geometri air heater.

3. Setup Kondisi Perhitungan


Pada langkah ini semua kondisi perhitungan ditentukan agar didapatkan
hasil yang diinginkan. Beberapa kondisi tersebut dapat dilihat pada
gambar dibawah pada bagian problem setup.

Gambar 4.13 Set Up kondisi perhitungan

Universitas Sumatera Utara


a. Pertama adalah bagian General. Hal perlu dipersiapkan dapat dilihat
pada gambar dibawah.

Gambar 4.14 General pada set up perhitungan

Pada bagian mesh, untuk scale kita harus menentukan skala ukuran
dari geometri yang telah kita buat. Terkadang geometri yang kita
persiapkan dibuat dalam ukuran meter sedangkan fluent membacanya
dalam milimeter, hal ini akan menyababan ukuran geometri mengecil dari
ukuran yang seharusnya. Untuk memperbaiki hal tersebut geometri
tersebut harus kita skalakan terlebih dahulu. Pada check kita bisa
memerikasa mesh yang telah dibentuk dan untuk mendapatkan kualitas
mesh tersebut apakah layak pakai gunakan Report Quality. Dan untuk
memperlihatkan mesh dapat digunakan Display.
Pada bagian Solver, perhitungan dilakukan dengan basis tekanan,
menggunakan kecepatan mutlak, aliran tetap karena itu kita memilih
Pressure-Based untuk Type, Absolute untuk Velocity Formulation, dan
Steady untuk Time. Untuk melibatkan gravitasi pada perhitungan centang
pada Gravity, dengan nilai -9,82 m/s2 pada arah sumbu Y.

Universitas Sumatera Utara


b. Berikutnya adalah penentuan Model perhitungan.

Gambar 4.15 penentuan Model perhitungan


Pada model ini yang perlu diaktifkan hanya Energy karena melibatkan
perbubahan suhu pada fluida yang dihitung. Dan untuk mengaktifkan
aliran turbulensi, pada bagian Viscous dikatifkan dengan pilihan
Realizable k-e, Scalable Wall Fn.
c. Pada bagian Material, masukkan data water-vapor, water-liquid, dan
air untuk Fluid. Sedangakn untuk Solid masukkan Steel.
d. Langkah yang paling penting adalah menentukan kondisi perhitungan
pada bagian Boundary Condition. Adapun semua kondisi tersebut dapat
dilihat pada tabel dibawah.
Mass Flow Temperature
No. Zone Type
(kg/s) (C)
Mass-flow-
1 Udara Masuk 27,65 30
inlet
2 Udara Keluar outflow - -

e. Berikutnya menentukan hubungan antara permukaan mesh. Pengaturan


ini dibuat pada bagian Mesh Interfaces. Hal ini diperlukan panas dari
udara yang masuk akan diserap oleh uap yang melewati pipa. Adapun
pengaturan tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.16 Mesh Interface
f. Untuk pengaturan Cell Zone Condition, Dynamic Mesh, dan Reference
Value dilewatkan karena tidak ada pengaturan yang perlu diubah dan
menggunakan pengaturan dasar dari fluent
4. Perhitungan Solution
Pada langkah ini perhitungan simulasipun dimulai. Adapun yang perlu
dilakukan adalah menentukan banyakknya iterasi yang akan dilakukan dan
melakukan perhitungan

Gambar 4.17 Perhitungan Solution

Universitas Sumatera Utara


Berikut adalah gambar hasil dari analisa penyebaran panas setelah dilakukan
analisa software dengan menggunakan Ansys di dalam air heater.

Gambar 4.18 Penyebaran Panas pada Air Heater

Dari hasil analisa diatas maka diperoleh data sebagai berikut :


Komponen Tin (°C) Tout (°C)
Air Heater 30 128

• Panas yang Diserap Air Heater


Besar panas yang diserap air heater adalah:
𝑄𝐴𝐻 = (𝑊𝑎 )akt 𝑥 𝐶𝑝 udara (𝑇𝑜𝑢𝑡 − 𝑇𝑖𝑛 ) kJ/jam
Dimana :
𝑄𝐴𝐻 = panas yang diserap oleh air heater (kJ/jam)
(𝑊𝑎 )akt = berat udara masuk air heater (kg/jam)
Cpair = panas jenis udara1.0092 J/kg℃ (hasil interpolasi dari tabel
pada 𝑇𝑓 = 352 K)
Interpolasi pada 𝑇𝑓 = 339,5K

Universitas Sumatera Utara


Dengan menggunakan tabel thermodinamika maka diperoleh nilai Cp
pada 352 K adalah sebesar 1,0092 kJ/kgK

𝑇𝑜𝑢𝑡 : temperatur udara keluar air heater T = 128 ℃


𝐻𝑖𝑛 : temperatur udara masuk air heater T = 30 ℃
Maka:
Q Air Heater = 99.549 kg/jam x 1,0092 kJ/kg℃ (128 - 30)
Q Air Heater = 99.549 kg/jam x 1,0092 kJ/kg℃ x 98
Q Air Heater = 9.854.555,38 kJ/jam

4.11 Penghematan Bahan Bakar Setelah Penggunaan Air Heater (ANSYS)


Panas masuk yang diberikan bahan bakar sebelum pemakaian air heater
adalah sebesar 482.635.954 kJ/kg
Dirumuskan :
𝑄𝑖𝑛 = 𝑊𝑓 x LHV x ɳ𝑓
= 38.520 x 12.917,64 x 0,97
= 482.635.954 kJ/kg
Jadi, setelah diperoleh besar 𝑄𝐴𝐻 maka 𝑄𝑖𝑛 yang dibutuhkan dari bahan
bakar adalah sebesar :
𝑄𝑖𝑛 awal = 𝑄𝑖𝑛 baru + 𝑄𝐴𝐻
482.635.954 = 𝑄𝑖𝑛 baru + 9.845.555
𝑄𝑖𝑛 baru = 482.635.954 – 7.525.904
= 472.790.399 kJ/kg

Jadi, 𝑊𝑓 baru adalah sebesar :


472.790.399 = 𝑊𝑓 x 12.917,64 x 0,97
𝑊𝑓 = 37.732 kg/jam
Maka dapat dihitung penghematan bahan bakar setelah penggunaan alat
pemanas udara (air heater)yaitu :
Penghematan bahan bakar = 𝑊𝑓 - 𝑊𝑓 baru
= 38.520 – 37.732
= 788 kg/jam

Universitas Sumatera Utara


Maka volume penghematan bahan bakarnya adalah
𝑚
V= 𝜌
788
= 682,25

= 1,115 𝑚3 / jam (1.115 liter/jam)

Berikut adalah perbandingan penggunaan bahan bakar sebelum penggunaan air


heater, setelah penggunaan air heater, dan juga sebelum penggunaan air heater
dengan simulasi software dengan menggunakan ANSYS dalam satuam liter / jam.
61000

60000

59000
b.bakar setelah AH (liter/
58000 jam )
b.bakar sebelum AH
57000 (liter/ jam )
b.bakar sebelum AH
56000 ANSYS (liter/ jam )

55000

54000
hari ke 1 hari ke 8 hari ke 15 hari ke 22 hari ke 29

Gambar 4.19 Perbandingan penggunaan bahan bakar.


Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa penggunaan bahan bakar sebelum
menggunakan air heater dari hasil perhitungan (merah) berdekatan dengan
penggunaan bahan bakar sebelum menggunakan air heater dari hasil simulasi
software dengan menggunakan Ansys (hijau) sedangkan penggunaan bahan bakar
setelah penggunaan air heater memiliki perbedaan yang cukup jauh dengan
sebelum penggunaan air heater.
Persentasi perbandingan penggunaan bahan bakar antara hasil analisa
perhitungan berbanding dengan analisa software menggunakan Ansys dapat
dihitung :
57.575−57.343 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟
% Perbandingan b.b = x 100 %
57.575 𝑗𝑎𝑚

= 0,4 %

Universitas Sumatera Utara


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat penulis,dari penelitian ini adalah sebaai berikut:
1. Besar panas yang diserap air heater adalah sebesar 7.525.904 kJ/jam.
Besar panas yang diserap air heater dari perhitungan analisis software
dengan menggunakan ANSYS adalah sebesar 9.854.555,38 kJ/jam.
2. Penghematan bahan bakar setelah menggunakan alat pemanas udara (air
heater) adalah sebesar 883 liter/jam. Penghematan bahan bakar setelah
menggunakan alat pemanas udara (air heater) dari perhitungan analisis
software dengan menggunakan ANSYS adalah sebesar 1.115 liter/jam.
Sedangankan persentasi perbandingan penggunaan bahan bakar sebelum
penggunaan air heater antara hasil analisa perhitungan dengan hasil analisa
software menggunakan Ansys adalah sebesar 0,4 %. Dapat disimpulkan
bahwa hasil pengujian ini dapat diterima karena perbandingan hasil analisa
software mendekati dengan hasil perhitungan teoritis.
3. Dari perhitungan diperoleh data –data data berikut:
a. Energi panas yang diserap HTS : 11.633.444 kj/jam
b. Energi panas yang diserap LTS : 15.740.779 kj/jam
c. Energi panas yang diserap Economizer : 21.516.347 kj/jam

5.2 Saran
1. Perlu dilakukan pengoptimalan kinerja komponen – komponen boiler agar
dapat meningkatkan jumlah penghematan bahan bakar yang digunakan.
2. Perlu dilakukan Meintenance menyeluruh pada komponen –komponen
boiler agar komponen tersebut mampu menghasilkan kinerja sesuai atau
mendekati kamampuan desainnya.
3. Perlu dilakukan penelitian dengan metode yang lain untuk
mengembangkan penelitian lebih lanjut.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

1. El-Wakil,M.M, Alih bahasa E Jasjfi,Ec. 1992. Instalasi Pembangkit


Daya, Jilid I, Erlangga: Jakarta.
2. Muin, Ir. Syamsir A. 1988. Pesawat-pesawat Konversi Energi I
(Ketel Uap). Rajawali: Jakarta
3. Djokosetyadjo, MJ. 1993. Ketel Uap, Cet. 3.Pradnya Paramita:
Jakarta
4. Training and Development Center. 2002. Buku Manual Washing and
Screening Plant, PT. Toba Pulp Lestari, Tbk: Porsea.
5. Training and Development Center. 2000. Module Chemical Plant
Lanjutan, PT. Toba Pulp Lestari, Tbk: Porsea
6. Training and Develompent Center. 2000. Module Recaustisazing
and lime Klin, PT. Toba Pulp Lestari, Tbk: Porsea.
7. Anonym, 2002,”Hanbook Effluen”, Training and Development
Center PT.Toba Pulp Lestari, Tbk.
8. Anonym, 2004,”Overview PT.Toba Pulp Lestari”, Training and
Development Center PT.Toba Pulp Lestari, Tbk.
9. Anonym, 2007,”GL Clarifier and Dreg Washing”, Recauctizing
Training PT.Toba Pulp Lestari, Tbk.
10. Febriantara, Aris. 2008. Klasifikasi Mesin Boiler. Jakarta.
11. Http://artikel-teknologi.com/pengertian-boiler-ketel-uap/

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1

Tag No 461FI-152 461TI-101 461TI-101 461TI-301


steam
Remark flow eco inlet temp eco outlet temp boiler temp
Unit T/Hr deg C deg C deg C
1-Jun-16 160 148 210 791
2-Jun-16 162 148 210 789
3-Jun-16 160 149 211 791
4-Jun-16 161 147 209 796
5-Jun-16 160 148 210 790
6-Jun-16 160 148 210 790
7-Jun-16 158 148 210 789
8-Jun-16 159 148 210 791
9-Jun-16 156 148 210 792
10-Jun-16 151 148 210 819
11-Jun-16 151 148 210 804
12-Jun-16 85 149 211 801
13-Jun-16 80 143 205 803
14-Jun-16 175 149 211 805
15-Jun-16 176 149 211 794
16-Jun-16 171 149 211 804
17-Jun-16 168 149 211 820
18-Jun-16 169 149 211 592
19-Jun-16 168 149 211 819
20-Jun-16 171 149 211 811
21-Jun-16 173 149 211 802
22-Jun-16 174 149 211 789
23-Jun-16 175 149 211 790
24-Jun-16 170 149 211 802
25-Jun-16 174 149 211 790
26-Jun-16 173 149 211 790
27-Jun-16 168 149 211 797
28-Jun-16 172 149 211 790
29-Jun-16 166 149 211 792
4644 4306 6102 22933
160.13048 148.4898133 210.4137931 790.7794042

Universitas Sumatera Utara


461FI-151 461PI-141 461TI-136 461TI-136 461TI-236
MFB steam Temp SH II
feedwater flow press Temp SH I Inlet Inlet Temp SH II Oulet
T/Hr Bar(g) deg C deg C deg C
188 62 295 324 355
190 62 292 322 352
188 62 290 321 350
189 62 290 322 350
187 62 294 324 354
188 62 301 334 351
185 62 291 320 351
187 62 289 320 349
185 62 284 319 344
181 62 288 318 348
181 62 285 316 345
112 51 252 283 312
99 39 204 234 229
201 63 298 328 358
202 63 303 334 363
197 63 302 334 362
194 63 378 408 468
194 63 309 340 369
193 62 314 332 374
197 62 308 338 378
199 63 318 348 379
201 63 315 345 375
202 63 319 342 379
196 63 324 354 384
198 63 321 353 381
198 63 318 348 378
193 63 311 342 371
196 63 311 341 371
191 63 313 340 373
5413 1779 8717 9584 10456
186.6410447 61.34470465 300.5862069 330.4827586 360.5489866

Universitas Sumatera Utara


292PI-013 292PI-013 461TI-203 461FI-152 461FC-252 461FI-451D
Temp Udara
MP Steam Inlet MP Steam Outlet Outlet Air condensate Secondary solid fuel
Temperature Temperature Heater flow air flow feeder
deg C deg C deg C T/Hr T/Hr m3/Hr
195 135 105 119 101 59
195 135 105 120 101 58
196 136 106 119 101 58
196 136 106 120 101 58
196 136 106 120 101 57
195 135 105 120 101 56
195 135 105 117 100 56
195 135 105 118 100 56
195 135 105 118 100 55
195 135 105 113 99 56
195 135 105 113 98 55
196 136 106 68 97 53
176 116 86 63 80 32
197 137 107 129 101 57
197 137 107 130 101 56
197 137 107 127 101 57
197 137 107 124 101 57
195 135 105 125 101 56
196 136 106 124 100 57
196 136 106 127 101 56
196 136 106 128 101 56
193 133 103 129 100 56
195 135 105 129 100 56
195 135 105 126 99 56
195 135 105 122 100 56
196 136 106 128 100 56
196 136 106 124 100 56
194 134 104 128 100 56
193 133 103 123 100 58
5648 3908 3038 3451 2887 1611
194.7586207 135 105 119 99.5493643 56,46

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai