Anda di halaman 1dari 68

PEMAKAIAN BAHAN BAKAR SEKAM PADI SEBAGAI ENERGI

TAMBAHAN DI UNIT KILN IV PT SEMEN TONASA

LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan


Pendidikan Diploma Tiga (D-3) Program Studi Teknik Kimia
Jurusan Teknik Kimia
Politeknik Negeri Ujung Pandang

A. ZHALZHABILLA AZZAHRAH
331 19 025

NURAMALIA RESKIANI
331 19 012

PROGRAM STUDI D-3 TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
MAKASSAR
2022

i
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan tugas akhir dengan judul “Pemakaian Bahan Bakar Sekam Padi Sebagai

Energi Tambahan Di Unit Kiln IV PT Semen Tonasa” oleh A. Zhalzhabilla

Azzahrah NIM 331 19 025 diterima dan disahkan sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Ahli Madya pada Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri

Ujung Pandang.

Makassar, September 2022

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Tri Hartono, L.R.S.C., M.Chem.Eng Muhammad Saleh, S.T., M.Si


NIP 19631225 199202 1 001 NIP 19671008 199303 1 001
Mengetahui,
Ketua Program Studi D-3 Teknik Kimia

Muhammad Saleh, S.T., M.Si


NIP 19671008 199303 1 001

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan tugas akhir dengan judul “Pemakaian Bahan Bakar Sekam Padi Sebagai

Energi Tambahan Di Unit Kiln IV PT Semen Tonasa” oleh Nuramalia Reskiani

NIM 331 19 012 diterima dan disahkan sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Ahli Madya pada Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri

Ujung Pandang.

Makassar, September 2022

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Tri Hartono, L.R.S.C., M.Chem.Eng Drs. Amri, M.Hum.


NIP 19631225 199202 1 001 NIP 196312311990031052

Mengetahui,
Ketua Program Studi D-3 Teknik Kimia

Muhammad Saleh, S.T., M.Si


NIP 19671008 199303 1 001

iii
HALAMAN PENERIMAAN

iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhana


Wa Ta’ala. yang telah memberikan kesempatan dan kesehatan serta kemudahan
untuk menyelesaikan penelitian di PT Semen Tonasa, Biring Ere Pangkep
sehingga laporan tugas akhir ini yang berjudul “Pemakaian Bahan Bakar Sekam
Padi Sebagai Energi Tambahan Di Unit Kiln IV PT Semen Tonasa” dapat
diselesaikan dengan baik .
Dalam penulisan laporan tugas akhir ini tentunya tidak sedikit hambatan
yang penulis alami. Namun, berkat bantuan berbagai pihak terutama
pembimbing, hambatan tersebut dapat teratasi. Sehubung dengan itu, pada
kesempatan dan melalui lembaran ini penulis menyampaikan terima kasih dan
penghargaan kepada:

1. Bapak Prof. Ir. Muhammad Anshar, M.Si., Ph.D., selaku Direktur Politeknik

Negeri Ujung Pandang.

2. Bapak Drs. Herman Bangngalino, MT, selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia

Politeknik Negeri Ujung Pandang.

3. Bapak Muhammad Saleh, S.T., M.Si, selaku Ketua Program Studi D3 Teknik

Kimia Polteknik Negeri Ujung Pandang dan juga selaku dosen pembimbing

II.

4. Ibu Dr. Ridhawati Thahir, S.T., M.T, selaku Sekretaris Jurusan Teknik Kimia

Politeknik Negeri Ujung Pandang.

5. Bapak Muhammad Allim selaku Wali kelas 3B Program Studi D3-Teknik

Kimia Politeknik Negeri Ujung Pandang.

6. Bapak Tri Hartono, L.R.S.C., M.Chem.Eng., selaku Pembimbing I dan

Bapak Drs. Amri, M.Hum., selaku Pembimbing II yang telah mencurahkan

v
waktu dan kesempatannya untuk mengarahkan penulis dalam menyelesaikan

laporan tugas akhir ini.

7. Bapak Mufti Arimurti, S.T., selaku Direktur Utama PT Semen Tonasa.

8. Ibu Dra Luh Gede Januati, M.M., selaku GM of Human Capital & General PT

Semen Tonasa.

9. Bapak Rifki S. Pradipta, A.md., selaku Senior Manager of HC Operational PT

Semen Tonasa.

10. Ibu Hikmaniah Ayu Febrianti, S.Psi., Selaku Manager of Training & KM PT

Semen Tonasa.

11. Bapak Andika selaku Pembimbing lapangan PT Semen Tonasa.

12. Seluruh pegawai laboratorium Quality Control (QC) yang telah

mendampingi dan berbagi ilmu selama penelitian di PT Semen Tonasa.

13. Kedua orang tua dan seluruh keluarga yang selalu mendukung dan

mendoakan, sehingga laporan tugas akhir ini dapat berjalan dengan lancar.

14. Teman-teman seperjuangan kelas 3B D3 Teknik Kimia yang telah

melengkapi kisah klasik selama 3 tahun untuk masa depan, semangat selalu

untuk kita semua demi cita-cita.

15. Seluruh teman-teman Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Ujung

Pandang Angkatan 2019 yang telah memberikan semangat dan membantu

dalam melancarkan pengerjaan laporan tugas akhir.

16. Seluruh member NCT Dream terutama Park Jisung yang telah memberikan

motivasi dan semangat dalam bentuk lagu dan dance yang keren.

vi
Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih banyak memiliki
kekurangan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang sifatya membangun
dari semua pihak sangat dibutuhkan demi kesempurnaan laporan tugas akhir
ini. Semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pihak, baik bagi penyusun
sendiri maupun bagi para pembaca pada umumnya.

Makassar, Agustus 2022

Penulis

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ ii

HALAMAN PENERIMAAN........................................................................ iii

KATA PENGANTAR.................................................................................... iv

DAFTAR ISI.................................................................................................. viii

DAFTAR TABEL.......................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR..................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. xii

SURAT PERNYATAAN............................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 14

1.1 Latar Belakang............................................................................ 14

1.2 Rumusan Masalah....................................................................... 15

1.3 Ruang Lingkup Kegiatan............................................................ 15

1.4 Tujuan Kegiatan.......................................................................... 15

1.5 ManfaatKegiatan ........................................................................ 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 18

2.1 Definisi Semen............................................................................ 18

2.2 Proses Pembuatan Semen .......................................................... 18

2.3 Senyawa Utama Pembentukan Klinker ..................................... 24

2.4 Batubara...................................................................................... 25

2.5 Sekam Padi.................................................................................. 29

2.6 Peralatan Pada Sistem Kiln......................................................... 30

viii
2.7 Spesifikasi Peralatan dan Parameter Utama Operasi Kiln IV

PT Semen Tonasa ...................................................................... 45

2.8 Nilai Kalor Bahan Bakar ............................................................ 46

2.9 Emisi CO2 ................................................................................... 47

BAB III METODE PENELITIAN................................................................. 49

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian..................................................... 49

3.2 Teknik Pengumpulan Data.......................................................... 49

3.3 Teknik Analisis Data................................................................... 50

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................ 51

4.1 Penambahan Energi Sekam Padi yang Dihasilkan Untuk

Pembakaran Kiln ........................................................................ 51

4.2 Besar Pengaruh Penggunaan Sekam Padi Terhadap

Penghematan Batu Bara ............................................................. 52

4.3 Pengaruh Pemakaian Sekam Padi Terhadap Kualitas Klinker... 53

4.4 Emisi yang Berhasil Diturunkan Menggunakan Sekam Padi..... 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN......................................................... 56

5.1 Kesimpulan................................................................................ 56

5.2 Saran........................................................................................... 56

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 58

LAMPIRAN................................................................................................... 62

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Analisis proksimat dan ultimat sekam padi..........................................30

Tabel 2. 2 spesifikasi Peralatan Produksi Unit Tonasa IV.....................................45

Tabel 4. 1 Perhitungan energi bahan bakar penggunaan batu bara dengan sekam
padi 50
Tabel 4. 2 Pemakaian sekam padi terhadap kualitas klinker.................................52

Tabel L. 1 Perhitungan energi bahan bakar batu bara

Tabel L. 2 Perhitungan energi bahan bakar sekam padi

Tabel L. 3 Perhitungan energi bahan bakar penggunaan batubara dengan sekam

padi

Tabel L. 4 Pemakaian sekam padi terhadap kualitas klinker

Tabel L. 5 Konsumsi batu bara (ton/bulan)

Tabel L. 6 Konsumsi sekam padi (ton/bulan)

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Proses Pembuatan Semen..................................................................19

Gambar 2. 2 Pengujian Batubara...........................................................................26

Gambar 2. 3 Penyimpanan sekam padi PT Semen Tonasa...................................29

Gambar 2. 4 sekam padi dibawa menggunakan belt conveyor..............................29

Gambar 2. 5 Rotary Kiln (Tanur Putar).................................................................36

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Perhitungan.................................................................................. 59

Lampiran II Dokumentasi ............................................................................. 64

xii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Industri semen adalah salah satu industri yang proses produksinya high

energy karena membutuhkan bahan bakar dalam jumlah yang besar. Unit produksi

pada pabrik semen dengan konsumsi energi paling besar terjadi pada sistem kiln

(Madlool & al, 2011).

Sistem kiln merupakan salah satu unit pada industri semen yang digunakan

sebagai tempat pembakaran bahan baku menjadi klinker. Pembakaran tersebut

menggunakan batu bara sebagai bahan bakar utama. Ketersediaan batubara di

Indonesia cukup besar, cadangannya diperkirakan 36.3 milyar ton. Dari total

sumber daya tersebut, hanya 7.6 milyar ton yang dapat dikatakan sebagai

cadangan pasti (reserve) dan sekitar 58.5% dari cadangan batu bara tersebut

tergolong batubara muda (lignite) (Widagdo, 2004).

Harga batubara acuan (HBA) sepanjang 2021 terus mengalami rally yang

luar biasa. Dibuka pada level USD75,84 per ton di januari, HBA mengalami

kenaikan pada bulan Februari USD87,79 per ton. Selanjutnya terus mengalami

kenaikan secara beruntun, hingga akhir bulan November 2021 mengalami

lonjakan sebesar 33% yaitu sebesar USD215,01 per ton (Kementerian Energi dan

Sumber Daya Mineral (ESDM), 2021). Kenaikan harga batubara akan terus terjadi

karena sifatnya yang non-reneweble (tidak terbarukan) sehingga diperkirakan

dalam beberapa tahun mendatang persediaan akan habis. Untuk mengantisipasi

14
hal itu, PT Semen Tonasa sedang melakukan penggunaan bahan bakar alternatif

menggunakan limbah biomassa sebagai bahan bakar tambahan, seperti sekam

padi, tongkol jagung, serabut sawit, dan serbuk kayu (Laboratorium Quality

Assurance PT Semen Tonasa).

Salah satu pemanfaatan energi alternatif adalah energi yang berasal dari

biomassa. karena selain ketersediaanya yang cukup melimpah dan dapat

diperbaharui, energi biomassa merupakan energi yang ramah lingkungan. Sumber

energi biomassa yang keberadaannya belum dimanfaatkan secara optimal karena

dianggap sebagai limbah, adalah sekam padi. Sekam merupakan bahan bakar yang

dapat diperbaharui (renewable resources) karena diperoleh dari tanaman padi.

Berdasarkan hal tersebut dalam kerja praktek ini akan dilakukan penelitian

tentang pemakaian bahan bakar sekam padi sebagai energi tambahan di unit kiln

IV PT Semen Tonasa.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan

diangkat yaitu:

1. Berapa penambahan energi sekam padi yang dihasilkan untuk pembakaran

pada kiln?

2. Berapa besar pengaruh penggunaan sekam padi terhadap penghematan batu

bara?

3. Bagaimana pengaruh pemakaian sekam padi terhadap kualitas klinker?

4. Berapa jumlah emisi yang berhasil diturunkan ketika menggunakan sekam

padi?

15
1.3 Ruang Lingkup Kegiatan

Adapun lingkup kegiatan yang dilakukan yaitu menghitung penambahan

energi sekam padi yang dihasilkan untuk pembakaran pada kiln sehingga dapat

diperoleh jumlah penggunaan sekam padi terhadap penghematan batu bara lalu

dapat diketahui bagaimana pengaruh pemakaian sekam padi terhadap kualitas

klinker dan jumlah emisi yang berhasil diturunkan ketika menggunakan sekam

padi.

1.4 Tujuan Kegiatan

Tujuan dilakukan laporan tugas akhir ini antara lain:

1. Untuk menentukan jumlah penambahan energi sekam padi yang dihasilkan

untuk pembakaran pada kiln;

2. Untuk mengetahui besar pengaruh penggunaan sekam padi terhadap

penghematan batu bara;

3. Untuk mengetahui pengaruh sekam padi terhadap kualitas klinker;

4. Untuk menentukan jumlah emisi yang berhasil diturunkan ketika

menggunakan sekam padi sebagai bahan bakar alternatif.

1.5 Manfaat Kegiatan

Adapun manfaat dari kegiatan ini adalah:

1. Sebagai sarana untuk menerapkan pengetahuan teori yang didapatkan di

bangku kuliah, serta membandingkannya dengan kondisi lapangan;

16
2. Sebagai pustaka tambahan untuk menunjang proses perkuliahan dan

sebagai referensi dasar untuk dilakukannya penelitian yang lebih mendasar

pada jenjang yang lebih tinggi;

3. Sebagai bahan informasi untuk mengetahui perhitungan penambahan energi

sekam padi yang dihasilkan untuk pembakaran pada kiln;

4. Dapat mengetahui berapa pengaruh penggunaan sekam padi terhadap

penghematan batu bara;

5. Sebagai bahan informasi untuk mengetahui jumlah emisi yang berhasil

diturunkan ketika menggunakan sekam padi.

17
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Semen

Semen Portland adalah kombinasi kimia antara kalsium (Ca), Silika (Si),

aluminium (Al), besi (Fe) yang dikendalikan secara ketat dan sejumlah kecil

bahan lain seperti gipsum yang ditambahan pada proses penggilingan akhir untuk

mengatur waktu pengikatan (setting time) beton (Rulli Ranastra, 2013).

Semen berasal dari kata caementum yang berarti bahan perekat yang

mampu mempersatukan atau mengikat bahan bahan padat menjadi satu kesatuan

yang kokoh atau suatu produk yang mempunyai fungsi sebagai bahan perekat

antara dua atau lebih bahan sehingga menjadi suatu bagian yang kompak atau

dalam pengertian yang luas adalah material plastis yang memberikan sifat rekat

antara batuan-batuan konstruksi bangunan (Saputra, Hedi, 2016:17).

Menurut SNI Nomor-15-2049-2004, Semen Portland adalah semen

hidrolisis yang dihasilkan dengan cara menggiling klinker Portland yang terdiri

dari kalsium silikat (CaO.SiO2) yang bersifat hidrolisis dan digiling bersama

sama dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih dengan bentuk kristal

senyawa kalsium sulfat (CaSO4.H2O) dan boleh ditambah dengan bahan tambahan

lain (Mineral in component).

2.2 Proses Pembuatan Semen

Proses pembuatan semen dimulai dari bahan baku digiling halus,

dicampur, dan dipanaskan di dalam tanur putar. Pembakaran ini dilakukan

18
dalam kiln dan akan menghadilkan terak atau klinker. Ditinjau dari kadar air

umpan, maka proses pembuatan semen dapat dibagi menjadi 2 macam (Proses

Basah dan Proses Kering).

Disebut proses basah karena campuran bahan baku mulai dari proses

penggilingan sampai masuk ke dalam tanur putar berupa luluhan dengan kadar

air sekitar 30-40%. Disebut proses kering karena campuran bahan baku mulai

dari proses penggilingan sampai masuk ke dalam tanur putar (raw mill)

dengan kadar air kurang dari 1%.

Gambar 2. 1 Proses Pembuatan Semen

sumber: sementonasa.co.id

19
Menurut Austin, George T (1984), Proses Pembuatan Semen terdiri

dari:

2.2.1 Penambangan Bahan Baku

Penambangan merupakan suatu proses pengambilan batu kapur dan

tanah liat yang diperlukan dalam memproduksi semen. Penambangan ini

telah dibuat perencanaan lokasinya untuk kebutuhan setiap hari. Langkah-

langkah dalam melakukan penambangan adalah melakukan pembersihan

semak-semak, pengeboran, peledakan, penggalian dan pemuatan serta

pengangkutan gudang atau hopper crusher.

Menurut Maul Hidayat (2010), Tahapan proses penambangan adalah

sebagai berikut:

1. Pengupasan tanah penutup ( stripping )

2. Pemboran dan peledakan ( drilling and blasting )

3. Penggalian/pemuatan ( digging/loading )

4. Pengangkutan ( hauling )

5. Pemecahan ( crushing )

2.2.2 Reduksi Ukuran (crusher)

Bahan mentah yang berasal dari tambang biasanya berukuran besar

maka perlu dipecah untuk memperkecil ukurannya (size reduction) dengan

menggunakan crusher. Size reduction dimaksudkan di sini untuk

menyiapkan bahan sesuai ukuran umpan raw mill, sehingga dapat

mempermudah proses pencampuran dan pengeringannya. Bahan baku

berupa batu kapur dan tanah liat akan dihancurkan untuk memperkecil

20
ukuran agar mudah dalam proses penggilingan. Untuk batu kapur

(limestone), pengecilan partikel bahan dilakukan menggunakan alat

gyratory crusher yang berkapasitas 1200 ton/jam. Bahan baku keluaran

gyratory berukuran ± 20 - 30 cm. Limestone yang berukuran kecil akan

lolos pada ayakan dan akan menuju ke hopper. Sedangkan yang berukuran

besar akan menuju cone crusher (secondary crusher) untuk dilakukan

proses pengecilan partikel kembali. Keluaran material dari cone crusher

berukuran hingga 10 – 20 cm.

2.2.3 Pencampuran bahan baku (Pre-homogenisasi)

Bahan baku yang telah melalui tahap pengecilan partikel dan telah

lolos untuk memasuki tahap selanjutnya kemudian diangkut menggunakan

beltconveyor menuju gudang untuk dilakukan prehomogenisasi. Didalam

gudang akan dilakukan pencampuran bahan baku yaitu batu kapur dan

tanah liat sehingga bahan sudah tercampur meskipun belum homogen.

Tujuan pre-homogenisasi material adalah untuk memperoleh bahan

baku yang lebih homogen Bahan baku yang telah bercampur dengan

proporsi yang telah ditentukan. Pada gudang ini juga dilengkapi dengan

reclaimeryang berfungsi mentransfer bahan menuju belt conveyor dan

seterusnya hingga ke komponen bin.

2.2.4 Penggilingan dan Pengeringan (Raw Mill)

Alat utama yang digunakan dalam proses penggilingan dan

pengeringan bahan baku adalah Raw Mill . Media pengeringnya adalah

udara panas yang berasal dari suspention-preheater dengan suhu sebesar

21
300oC – 400oC. Raw mill merupakan peralatan yang tepat untuk

penggilingan dan pengeringan material yang relatif basah.

Raw mill menjalankan 4 fungsi utama didalam satu unit peralatan,

yaitu :

1. Penggilingan ( roller & grinding table )

2. Pengeringan (gas buang kiln, cooler, AH1)

3. Pemisahan (separator)

4. Transportasi (gas pengering ID fan)

2.2.5 Pencampuran (Blending)

Proses homogenisasi bertujuan untuk menghomogenkan campuran

tepung baku yang terjadi di dalam blending silo. Adapun keuntungan dari

proses homogenisasi adalah:

1. Mutu klinker lebih baik, seragam, mudah dibakar dan mudah digiling;

2. Menghemat bahan bakar;

3. Proses pembakaran lebih stabil dalam waktu yang lama;

4. Batu tahan api lebih tahan lama karena operasi kiln lebih stabil.

2.2.6 Klinkerisasi

Klinkerisasi adalah proses pembentukan senyawa–senyawa penyusun

semen Portland baik dalam fasa padat maupun dalam fasa cair. Pada

temperature 1200 - 1300ºC mulai terjadi lelehan terutama terdiri dari

komponen Al2O3 dan Fe2O3. Pada temperatur 1400ºC, jumlah fasa cair dapat

mencapai 20-30%. Adanya CaO yang belum bereaksi dengan oksida lainnya

pada proses klinkerasi, akan menyebabkan terbentuknya free lime yang

22
berdampak terhadap mutu semen. CaO bebas pada alat klinker dapat

menjadi salah satu indikator untuk mengetahui proses pembakaran klinker

berjalan dengan baik atau tidak. Semakin banyak CaO berarti proses

pembakaran tidak berjalan dengan baik.

2.2.7 Pendinginan

Klinker yang keluar dari kiln bersuhu tinggi, oleh karena itu harus

didinginkan terlebih dahulu sebelum diumpan ke dalam finish mill karena

klinker yang panas akan sulit untuk ditransformasikan dan dapat merusak

karpet conveyor, selain itu klinker yang panas mempunyai pengaruh yang

kurang baik terhadap proses penggilingan.

2.2.8 Klinker Silo

Klinker kemudian diangkut ke dalam klinker silo dengan

menggunakan appron conveyor, belt conveyor dan bucket elevator. Klinker

silo berfungsi sebagai wadah untuk menyimpan hasil proses cooler yaitu

klinker dingin.

2.2.9 Pencampuran Akhir (Finish mill)

Tujuan penggilingan yaitu untuk memperkecil luas pertikel yaitu

campuran antara clinker, gypsum dan zat aditif (untuk semen PCC)

sehingga senyawa kimia dalam partikel semen dapat bereaksi dengan

sempurna. Di samping itu untuk mendapatkan kehalusan sesuai dengan

standar SNI No. 2049-2015 untuk penggilingan cement mill. Perbandingan

gypsum dan clinker yang dicampurkan dalam cement mill adalah 96%

untuk clinker dan 4% untuk gypsum. Sedangkan untuk penambahan zat

23
aditif untuk semen PCC berkisar antara 6-35%.

2.2.10 Silo Semen

Silo semen berfungsi sebagai wadah terakhir untuk semen yang akan

di packing.

2.3 Senyawa Utama Pembentukan Klinker

2.3.1 Trikalsium Silikat (C3S)

Merupakan komponen penentu utama kekuatan awal semen. Hal ini

disebabkan karena selain jumlah yang besar, reaksi hidrasinya juga berlangsung

cepat. Pemuaian C3S lebih kecil dibanding C3A tetapi lebih besar bila dibanding

dengan C4AF. Panas hidrasi yang ditimbulkan oleh C 3S adalah kedua terbesar

setelah C3A. sifatnya hampir sama dengan sifat semen pada umumnya yaitu

apabila ditambahkan air akan menjadi kaku dan dalam beberapa jam saja akan

mengeras.

2.3.2 Dikalsium Silikat (C2S)

Merupakan komponen penentu kekuatan akhir semen. Reaksi hidrasinya

yang lambat menyebabkan pengembangan kakuatan juga berlangsung lambat,

yakni baru terlihat 28 hari setelah pengikatan. Seperti C3S, C2S juga tidak

memberi pengaruh yang berarti pada pemuaian semen. Panas hidrasinya adalah

yang terendah dibandingkan dengan komponen-komponen lainnya. Pada

penambahan air segera terjadi reaksi yaitu mengeras, perkembangan kekuatannya

stabil dan lambat pada beberapa minggu, kemudian mencapai kekuatan tekan

hampir sama dengan C3S.

24
2.3.3 Trikalsium Aluminat (C3A)

Merupakan komponen yang sangat menentukan ketahanan semen terhadap

senyawa – senyawa sulfat. Makin rendah kadar C3A dalam semen, makin tahan

semen terhadap serangan sulfat. Reaksi hidrasi C3A merupakan sumber panas

terbesar di antara reaksi hidrasi senyawa – senyawa lainnya.

2.3.4 Tetrakalsium Aluminoferrit (C4AF)

Merupakan komponen yang menentukan warna semen. C4AF hampir tidak

berpengaruh terhadap kekuatan semen. Panas hidrasi yang ditimbulkan C4AF

rendah.

2.4 Batu Bara

Pada industri semen energi panas merupakan kebutuhan utama yaitu untuk

operasi pembakaran dalam tanur putar (Sukandarrumidi, 1995). Persyaratan mutu

batubara yang dibutuhkan oleh industri semen unit operasi dengan efektivitas

yang cukup tinggi, yaitu

1. Nilai bakar (kalor) cukup tinggi, yaitu > 6000 cl/g

2. Volatile matter medium maksimum 36 - 42%

3. Total moistoure maksimum 12%

4. Kadar abu maksimum 6%

5. Kadar sulfur maksimum 0.8%

6. Kadar alkali dalam abu maksimum 2%

7. Variasi kualitas di atas lebih dari 10%

25
Gambar 2. 2 Pengujian Batubara

Batubara yang tidak memenuhi persyaratan di atas akan menghasilkan

produktivitas yang rendah. Persyaratan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Nilai bakar (kalor) cukup tinggi, yaitu > 6000 cl/g agar nantinya pemakaian

batubara dapat menghasilkan target-target yang diharapkan pada operasi

pembakaran. Batubara yang digunakan sebagai bahan bakar dalam industri

semen harus diperhatikan panas pembakaran, hasi-hasil dan sisa-sisa

pembakaran yang perlu diketahui terutama apabila hal-hal tersebut dapat

mengganggu kualitas semen yang akan dihasilkan. Nilai kalor net berupa

nilai kalor pembakaran dihitung dalam keadaan semua air berwujud gas.

Nilai kalor gross berupa nilai kalor pembakaran diukur dalam keadaan semua

berwujud cair. Bila membakar batubara dengan fire grate (panggang api)

maka panjang nyala yang dihasilkan tergantung besarnya kandungan volatile

matternya. Batubara dengan kadar volatile matter yang tinggi, akan

menghasilkan nyala yang panjang di atas fire grate dan batubara dengan

kadar volatile matter yang rendah, akan menghasilkan nyala yang pendek.

Oleh karena itu antrasit biasanya disebut dengan short flaming coal (batubara

bernyala pendek) dan bitumine sebagai long flaming coal (batubara dengan

26
nyala panjang). Sebenarnya batubara akan menghasilkan hasil yang berbeda

bila dibakar dalam bentuk batubara halus di dalam tanur putar. Long flaming

coal bila dibakar daam tanur putar sebagai batubara halus akan terurai

dengan cepat dan volatile matter yang menguap akan terbakar dengan cepat

sehingga akan menghasilkan nyala pendek. Short flaming coal yang

mengandung sedikit volatile matter bila dibakar dalam tanur putar sebagai

batubara yang halus akan terurai secara lambat, sehingga akan terbakar dalam

jarak yang lebih panjang atau akan menghasilkan nyala api yang panjang

(Sukanddarrumidi , 1995).

2. Volatil matter medium maksimum 36 - 42 % agar dapat menghasilkan target-

target yang diharapkan dari operasi pembakaran

a. Total Moistoure maksimum 12 % agar tidak menyulitkan pada operasi

Handling.

b. Kadar abu maksimum 6 % agar tidak menyulitkan dalam operasi

Handling. Kadar abu didapat dari analisa abu padatan bercampur

dengan klinker dan mempengaruhi kualitas semen walaupun demikina

kadar abu batubara Indonesia biasanya berkisar antara 5 % - 20 %.

c. Kadar sulfur maksimum 0,8 % agar tidak terjadi gangguan dalam

operasi tanur dan penurunan kualitas semen.

d. Kadar alkali dalam abu maksimum 2 % untuk mencegah terjadinya

penurunan kualitas semen.

e. Ukuran batubara ( raw coal).

Diatas saringan 100 mm = 0%

27
 100 mm - 50 mm = 70%

 50 - 25 mm = 25 %

 25 - 15 mm = 15 %

 lolos 15 mm = 0 %

Dengan ukuran batubara tersebut dimaksudkan agar tidak terjadi

pembakaran selama pengumpanan makin banyak mengandung butiran -

butiran halus maka batubara akan mudah terbakar.

f. Variasi kualitas diatas lebih dari 10% Dengan nilai-nilai yang

tercantum, dimaksudkan sebagai persyaratan untuk mencapai operasi

pembakaran yang stabil dapat terpenuhi.

Operasi pembakaran dalam tanur putar membutuhkan pembakaran dengan

suhu nyala yang sangat tinggi, karena proses klinkerisasi memerlukan suhu

material sekitar 1450°C. Proses klinkerisasi tidak terlalu panas dan kering, dan

Waterhouse (1995) juga memperkenalkan adanya metode klinkerisasi basah

walaupun tingkat efektifitas dan proses pemanasannya tidak sehebat dry klin.

Disamping ada suhu nyala yang lebih tinggi akan menghasilkan perpindahan

panas yang lebih besar. Kedua hal ini sangat berpengaruh dalam hal efektifitas

dan efesiensi operasi pembakaran dalam tanur putar. Antrasit memiliki nilai kalor

tinggi, tetapi penggunaannya sebagai bahan bakar dalam tanur putar kurang

disukai, karena antrasit menghasilkan nyala api yang panjang dengan suhu yang

relatif rendah. Lignit mempunyai kandungan volatile matter yang tinggi dan

mempunyai heating value rendah, tidak disukai karena akan menghasilkan suhu

nyala yang lebih rendah. Konsumen biasanya banyak memilih bitumine, karena

28
kandungan volatile matter-nya cukup, tetap nilai kalornya pun relatif tinggi dan

dapat menghasilkan suhu nyala yang lebih tinggi. Akan tetapi bitumine yang

banyak mengandung abu dan air juga tidak disukai., karena hal tersebut akan

menurunkan suhu nyala disamping membutuhkan excees air yang lebih besar dan

akibatnya efektifitas dan efisiensi operasi pembakaran dalam tanur putar menjadi

rendah.

2.5 Sekam Padi

Gambar 2. 3 Penyimpanan sekam padi PT Semen Tonasa

Gambar 2. 4 sekam padi dibawa menggunakan belt conveyor

29
Sekam padi merupakan lapisan keras yang meliputi kariopsis yang terdiri

dari dua belahan yang disebut lemma dan palea yang saling bertautan. Pada proses

penggilingan beras sekam akan terpisah dari butir beras dan menjadi bahan sisa

atau limbah penggilingan. Sekam dikategorikan sebagai biomassa yang dapat

digunakan untuk berbagai kebutuhan seperti bahan baku industri, pakan ternak

dan energi atau bahan bakar. Dari proses penggilingan padi biasanya diperoleh

sekam sekitar 20-30%, dedak antara 8-12% dan beras giling antara 50-63,5% data

bobot awal gabah (UMM, 2018).

Komponen %Massa Komponen %Massa

Analisis proksimat, dasar kering udara Analisis ultimat, dasar bebas air

Volatil 57.06 Karbon 34.92

Karbon tetap 15.58 Hidrogen 5.59

Abu 19.52 Nitrogen 0.34

Air 7.84 Sulfur 0.08

Oksigen 39.55

Abu 19.52

LHV, kJ/kg 14.807

Tabel 2. 1 Analisis proksimat dan ultimat sekam padi

2.6 Peralatan Pada Sistem Kiln

Unit kiln adalah suatu unit dimana terjadi proses klinkerasi, akan dilakukan

pembakaran kiln feed yang berupa campuran limestone, clay, silica stone, dan iron

sand menjadi clinker. Proses kalsinasi dan klinkerisasi dapat terjadi di dalam kiln.

30
Selama proses pemanasan di dalam kilm, akan terjadi reaksi fisika dan kimia

secara bersamaan dan membentuk senyawa clinker.

2.4.1. Suspension Preheater


Suspension Preheater merupakan salah satu peralatan produksi untuk

memanaskan awal bahan baku sebelum masuk ke dalam rotary kiln.

Suspension preheater terdiri dari siklon untuk memisahkan bahan baku dari

gas pembawanya, riser duct yang lebih berfungsi sebagai tempat terjadinya

pemanasan bahan baku (karena hamper 80% - 90% pemanasan debu

berlangsung di sini), dan kalsiner untuk system-sistem dengan proses

prekalsinasi yang diawali di SP ini.

Pada awalnya proses pemanasan bahan baku terjadi dengan

mengalirkan gas hasil sisa proses pembakaran di kiln melalui suspension

preheater ini. Namun dengan berkembangnya teknologi, di dalam

suspension preheater proses pemanasan ini dapat dilanjutkan dengan proses

kalsinasi sebagian dari bahan baku, asal peralatan suspension preheater

ditambah dengan kalsiner yang memungkinkan ditambahkannya bahan

bakar dan udara untuk memenuhi kebutuhan energy yang diperlukan untuk

proses kalsinasi tersebut.

Peralatan terakhir ini sudah banyak ditemui untuk pabrik baru dengan

kapasitas produksi yang cukup besar dan disebut dengan suspension

preheater dengan kalsiner.

Pada suspension preheater tanpa kalsiner, persentase proses kalsinasi

lebih kecil dibandingkan dengan yang terjadi di dalam preheater dengan

31
kalsiner. Pada suspension preheater dengan kalsiner ini derajat kalsinasi

rawmix (artinya persentase bahan baku yang telah mengalami proses

kalsinasi) pada saat masuk ke kiln dapat mencapai 90-95%. Sedangkan

pada suspension preheater tanpa kalsiner, menurut hasi penelitian selama

ini, tidak akan melebihi 40%.

Sebagai konsekuensi dari pemakaian kedua jenis preheater ini, proses

yang terjadi di dalam kiln akan sedikit berbeda, demikian pula energy yang

dibutuhkannya. Pada prinsipnya dengan adanya kalsiner sebagian besar

proses kalsinasi dipindahkan dari kiln ke kalsiner sehingga proses kalsinasi

yang terjadi di kiln tinggal sedikit. Dengan demikian pada suspension

preheater dengan kalsiner ini, di dalam kiln tinggal terjadi sedikit proses

kalsinasi, klinkerisasi dan sintering, serta wal pendinginan klinker saja.

Untuk itu biasanya kiln dirancang dengan demensi yang lebih pendek.

Pada proses kalsinasi, energy yang dibutuhkan merupakan energy laten

reaksi sehingga tidak untuk meningkatkan bahan baku dan sebagian atau

seluruh udara pembakaran diambil dari udara pendinginan klinker di cooler

yang telah merekuperasi panas pendinginan klinker. Udara pembakaran

dari cooler ini disebut dengan udara tertier. Oleh karena itu di dalam

kalsiner ini beda antara gas dan material paling rendah. Dengan

penggunaab kalsiner ini beda antara gas dan material paling rendah.

Dengan penggunaan kalsiner ini pembakaran klinker dapat dilakukan pada

rotary kiln yang lebih kecil dengan waktu tinggal yang tepat.

32
Dasar pemikiran penggunaan kalsiner ini adalah bahwa rotary kiln,

sebagai alat penukar panas, perpindahan panas yang efektif terjadi pada

zona pembakaran (burning zone) di mana perpindahan panasnya hampir

seluruhnya secara radiasi. Sedang pada tempat yang ber lebih rendah

seperti zona kalsinasi perpindahan panas yang terjadi lebih didominasi oleh

mekanisme konveksi tidak cukup ekonomis dilakukan di dalam kiln karena

kecepatan aliran gas cukup rendah.

Berdasarkan konsep pemikiran inilah, akan diperoleh penghematan

energy pembakaran klinker bila proses kalsinasi dilakukan sebagian besar

di luar kiln. Penggunaan kalsiner mempunyai keuntungan sebagai berikut :

1. Diameter kiln dan thermal load-nya lebih rendah terutama untuk kiln

dengan kapasitas besar, pada system suspension preheater tanpa

kalsiner, 100% bahan bakar dibakar di kiln. Dengan kalsiner ini,

dibandingkan dengan kiln yang hanya menggunakan SP saja, maka

suplai panas yang dibutuhkan di kiln hanya 35-50%. Biasanya sekitar

40% bahan bakar yang dibakar di dalam kiln sementara sisanya

dibakar di dalam kalsiner. Sebagai konsekuensinya untuk suatu ukuran

kiln tertentu, dengan adanya kalsiner ini kapasitas produksinya dapat

mencapai hamper dua kali atau dua setengah kali lipat dibanding

apabila kiln tersebut dipergunakan pada system suspension preheater

tanpa kalsiner. Kapasitas kiln spesifik dengan penggunaan kalsiner ini

bias mencapai 4,8 TPD/m3.

33
2. Di dalam kalsiner dapat digunakan bahan bakar dengan kualitas rendah

karena yang diinginkan di kalsiner relative rendah (850-900°C),

sehingga peluang pemanfaatan bahan bakar dengan harga yang lebih

murah, yang berarti dalam pengurangan ongkos produksi dapat

diperoleh.

3. Dapat mengurangi konsumsi refraktori kiln khususnya di zona

pembakaran karena thermal load-nya relative rendah dan beban

pembakaran sebagian dialihkan ke kalsiner.

4. Emisi NOx pembakaran bahan bakarnya relative rendah.

5. Operasi kiln lebih stabil sehingga bisa memperpanjang umur refraktori.

6. Masalah senyawa yang menjalani sirkulasi (seperti alkali misalnya)

relative lebih mudah diatasi.

Selain beberapa keuntungan di atas, penggunaan kalsiner ini juga

memiliki beberapa hal yang kurang menguntungkan, diantaranya adalah:

1. Gas buang keluar dari top cyclone relative lebih tinggi. Untuk

mengatasi hal ini maka dirancang siklon dengan penurunan tekanan

yang rendah sehingga dapat ditambah dengan siklon ke lima sehingga

secara keseluruhan seuspension preheater memiliki lima tingkat siklon.

2. klinker yang keluar dari kiln relative lebih tinggi karena berkurangnya

jumlah udara sekunder yang diperlukan di kiln. Untuk mengatasi hal

ini biasanya digunakan pendingin klinker yang efektif yaitu grate

cooler.

34
3. Penurunan tekanan total di suspension preheater lebih tinggi

disbanding system tanpa kalsiner sehingga dapat mengakibatkan

meningkatnya konsumsi daya listrik pada motor ID fan. Anmaun hal

ini biasanya dikompensasi dengan desain siklon yang hemat energy.

4. Lokasi kalsiner, ducting, tambahan alat pembakaran, duct udara tersier

akan menambah kompleksnya konstruksi peralatan (Maulhidayat,

2013).

2.4.2. Rotary kiln


Rotary kiln merupakan peralatan paling utama pada proses pembuatan

semen. Fungsi utamanya adalah sebagai tempat terjadinya kontak antar gas

panas dan material umpan kiln sehingga terbentuk senyawa-senyawa

penyusun semen yaitu C3S, C2S, C3A dan C4AF. Kiln putar ini berbentuk

silinder yang terbuat dari baja yang dipasang secara horizontal dengan

kemiringan 4°, berdiameter 5,6 m, panjang 84 m dan kecepatan putar 2,8

rpm. Kiln tanur mampu membakar umpan dengan kapasitas 7800 ton/jam

hingga menjadi terak klinker.

Pada dasarnya rotary kiln adalah sebuah silinder panjang berputar pada

porosnya satu kali setiap satu atau dua menit. Sumbu ini cenderung sedikit

miring ujung dengan pembakar yang lebih rendah. Rotasi menyebabkan

umpan secara bertahap bergerak dimana umpan masuk pada keadaan dingin

dan keluar pada kondisi panas.

35
Gambar 2. 5 Rotary Kiln (Tanur Putar)

Didalam rotary kiln terjadi proses pembakaran, kalor yang diberikan

harus cukup untuk mengeringkan kandungan air dalam slurry dan

memanasi umpan yang telah kering sehingga mencapai klinkerisasi. Proses

pembakaran yang terjadi pada tanur kiln ini disebabkan karena adanya

perpaduan antara bahan bakar batu bara dengan udara atau oksigen yang

bertekanan tinggi dimana batu bara yang digunakan adalah batu bara yang

telah dihaluskan hingga berbentuk seperti tepung yang dapat menghasilkan

semburan api hingga suhu 1500°C. Pembakaran kiln mempunyai arti

penting didalam operasi, jika terlalu rendah terak yang dihasilkan kurang

matang, mutu semen akan rendah dan jika terlalu tinggi nya akan

menyebabkan teraknya sukar digiling dan terjadinya pemborosan bahan

bakar.

Rotary kiln diperkenalkan pada tahun 1890 dan meluas di awal abad

ke-20, yang dapat produksi secara kontinyu dan produk yang lebih seragam

dalam jumlah besar. Alat ini dilengkapi dengan preheater sebagai pemanas

awal dan prekalsiner. Gerakan antara material dan gas panas hasil

36
pembakaran batu bara berlangsung secara counter current. Karena panas

yang ditimbulkan batu bara tinggi, maka rotary kiln perlu dilapisi batu

tahan api pada bagian dalamnya untuk mencegah agar baja tidak meleleh.

Saat ini, semua industri penghasil klinker menggunakan rotary kiln karena

rotary kiln merupakan satu-satunya cara yang layak untuk mengatur proses

dengan tinggi dan material dengan beragam sifat. Rotary kiln harus

memenuhi 3 kebutuhan:

a. Pembakaran, sebagai combustion chamber untuk bahan bakar pada

zona pembakaran.

b. Proses, sebagai reaktor untuk proses pembakaran klinker.

c. Mekanikal, stabilitas bentuk, fleksibilitas panas dan kekuatan

(Sudirman, 2016).

1. Prinsip kerja rotary kiln

Prinsip kerja rotary kiln, umpan kiln dari preheater akan masuk

melalui inlet chamber. Tenaga gerak dari motor dan main gear

menyebabkan kiln berputar. Perputaran pada kiln diatur oleh girth gear

yang berfungsi sebagai pengaman dan mengurangi beban main gear.

Karena pengaruh kemiringan dan gaya putar kiln, maka umpan kiln

akan bergerak perlahan disepanjang kiln. Dari arah yang berlawanan

gas panas hasil pembakaran batu bara dihembuskan oleh burner,

sehingga terjadi kontak panas dan perpindahan panas antara umpan

kiln dengan gas panas. Kontak panas tersebut akan mengakibatkan

37
terjadinya reaksi kimia untuk membentuk komponen semen.

Pembakaran akan terus berlangsung sampai terbentuk klinker dan akan

keluar menuju clinker cooler. Selama proses pembakaran, material

akan melewati 4 zona dalam kiln dengan jangkauan suhu yang

berbeda-beda sehingga dalam kiln akan terjadi reaksi kimia

pembentukan senyawa penyusun semen.

2. Pembagian sistem dalam rotary kiln

Sistem dalam kiln dapat dibagi menjadi beragam daerah berdasarkan

kondisi operasi yang digunakan:

a. Zona pemanasan awal

Air bebas serta air hidrat yang terdapat pada tanah liat mengalami

penguapan. Deskripsi prosesnya adalah sebagai berikut:

 Pada 100°C terjadi penguapan air.

 Pada 500°C terjadi pelepasan air hidrat clay, dengan reaksi:

Al2SiO7.xH2O → Al2O3 + 2SiO2 + xH2O

Selain itu batu kapur (CaCO3) akan terurai menjadi CaO dan CO 2

(proses kalsinasi). Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

CaCO3 + heat (900°C) → CaO +CO2

Supaya reaksi dapat berlangsung dibutuhkan temperaur sekitar

900°C. keluar kalsiner dipertahankan pada 840-850° C. pada titik

tersebut, derajat kalsinasi berkisar 90-95%.

38
b. Zona kalsinasi

Pada daerah tersebut terjadi proses kalsinasi lanjutan, yaitu reaksi

peruraian kalsium dan magnesium karbonat menjadi CaO, MgO dan

CO2. Proses kalsinasi yang terjadi di inlet kiln mempunyai

kecepatan yang lebih lambat dibandingkan dengan kalsinasi yang

terjadi di preheater. Ini karena pengaruh dari dan tekanan parsial

dari CO2 dalam atmosfer kiln. Dalam zona tersebut sekitar 800-

900°C (disesuaikan kalsinasi). Partikel CaCO3 yang masih terdapat

pada permukaan isi kiln akan mengalami kalsinasi relative lebih

cepat karena secara terus menerus dibantu oleh gerakan tumbling

yang terjadi selama kiln berputar. Pada saat proses kalsinasi

berlangsung akan terjadi proses pembentukan mineral C2S. reaksi

yang terjadi adalah sebagai berikut:

2CaO +SiO2 → 2CaOSiO2 atau C2S

Kristal C2S pada awalnya berbebtuk lattice structur dan akan

berubah membentuk struktur alpha C2S pada konstan yaitu 830°C.

pembentukan C2S merupakan proses eksotermis.

c. Zona transisi

Pada zona ini proporsi CaO akan semakin besar, sebaliknya

proporsi CaCO3 semakin kecil dan sempurna habis pada bahan

sekitar 900°C. pada tersebut proporsi C2S semakin meningkat

sampai bahan sekitar 1200°C, sedang oksida besi mulai mengikat

campuran oksida kalsium dan oksida alumina membentuk campuran

39
C2(A,F). Dengan meningkatnya, maka oksida kalsium (CaO)

bergabung dengan kalsium alumina dan C2(A,F) masing-masing

membentuk C3A dan C4AF. Pembentukan C3A dan C2AF terjadi

pada ± 1000-1200°C. reaksinya adalah sebagai berikut:

3CaO + Al2O3 → 3CaOAl2O3 atau C3A

4CaO + Al2O3 + Fe2O3 → 4CaOAl2O3 atau C4AF

Sebagian kecil liquid akan terbentuk dalam zona transisi sebagai

akibat tingginya operasi.

d. Zona pembakaran

Di daerah ini terjadi pelelehan pada tinggi ( ±1200-1350°C) dimana

campuran kalsium alumina ferrit (C4AF) mengalami perubahan fase

menjadi fase cair. Pada zona tersebut, operasi terus meningkat

sampai mencapai 1400°C dengan memperbesar fase cair sekitar 20-

30%. Jumlah fase cair tersebut tergantung pada komposisi kimia

pada raw mix designnya dimana pada silica modulus tinggi akan

menyebabkan fase cairnya berkurang. Viskositas dari fase cair ini

bergantung pada alumnina rasio, alkali, SiO3 sedangkan MgO alkali

akan menyebabkan kenaikan viskositas cairan. Partikel padat dalam

kiln terdiri dari C2S dan CaO bebas. Tidak ada lagi SiO2 sisa yang

terpisah dari oversize partikel (lebih besar dari 44 mikron)karena

telah habis digunakan untuk pembentukan C2S. Bagian CaO yang

tidak bereaksi dengan oksida-oksida alumnina, besi dan silica atau

free lime dibatasi kadarnya sampai di bawah 1,5%. Pada tinggi ini

40
sisa unsur CaO akan mengikat C2S untuk membuat campuran

Kristal C3S.

e. Zona pendinginan

Pendinginan dimulai segera setelah klinker melewati flame. Reaksi

kimia juga terjadi di sini yaitu di akhir kiln. Senyawa C2A yabg

tidak stabil dan terdapat di dalam klinker akan berubah menjadi

C3A. selain itu, juga ada yang bergabung dengan CaO bebas yang

tidak membentuk C2S dan ada juga yang bergabung dengan CaO

dari mineral C3S yang cenderung melepaskan CaO selama

pendinginan dan kembali menjadi C2S sehingga sebanyak 28%

mineral C3A terbentuk di dalam zona pendinginan kiln dan di

dalamm cooler. Selain itu, di daerah ini campuran kalsium alumina

ferrit yang terbentuk cairan mengalami perubahan fisis menjadi

kristal. Tujuan dari pendinginan adalah untuk mendinginkan

klinker. Hal ini penting untuk beberapa alasan:

 Dari sudut pandang teknik, pendinginan diperlukan untuk

mencegah kerusakan pada penanganan peralatan klinker seperti

conveyor.

 Dari sudut pandang proses dan kimia, sangat bermanfaat untuk

meminimalkan suhu klinker karena memasuki klinker silo.

 Dari sudut pandang lingkungan dan biaya, pendingin

mengurangi konsumsi energy dengan mengambil panas dari

41
klinker dimana memungkinkan untuk digunakan untuk

memanaskan bahan baku.

 Dari sudut pandang kinerja semen, pendinginan klinker secara

cepat meningkatkan reaktivitas silikat.

3. Variabel yang mempengaruhi kinerja rotary kiln

Proses yang terjadi didalam rotary kiln merupakan proses pembakaran.

Proses pembakaran pada rotary kiln dipengaruhi oleh banyaknya

jumlah kiln feed yang di supply, hal itu dikarenakan pembentukan

clinker terjadi karena adanya reaksi kimia yang terjadi jika bahan baku

yang berupa klin feed dibakar. Massa yang diumpan ke rotary kiln

tidak melebihi kapasitas kiln. Apabila kiln dipaksa mensuplai lebih dari

kemampuan, yang telah ditentukan maka beban yang diterima kiln

bertambah mengakibatkan kerja kiln tidak akan sesuai. Posisi burner

juga akan mempengaruhi saat proses pembakaran yang terjadi di

dalam kiln dimana itu merupakan tempat keluarnya udara dan bahan

bakar hasil pembakaran batubara, hal tersebut jika tidak diperhatikan

akan berakibat kontak antar partikel maka akan terjadi perpindahan

panas dari gas menuju umpan kiln. Besar atau kecilnya api yang

dihasilkan oleh burner tergantung dengan fan yang menyalurkan udara,

maka api yang digunakan pada burner kiln harus dijaga agar tidak

menyentuh material dan juga refractory lining. Kadar oksigen

merupakan salah satu variabel yang dapat mempengaruhi kinerja

rotary kiln dimana jika jumlah oksigen yang diperlukan cukup akan

42
menghasilkan pembakaran yang sempurna. Apabila kadar oksigen

yang ada terlalu rendah maka akan pembakaran yang terjadi tidak

sempurna sehingga membentuk CO, ketika kadar CO terlalu tinggi

ajan menghasilkan kerugian energy pembakaran yang lebih banyak.

Jika kadar oksigen yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan udara

pembakaran yang cukup banyak sehingga tidak efisien dan banyak

panas yang terbuang. Kemudian untuk variabel selanjutnya Excess air

merupakan parameter yang sangat penting dalam penentuan supply

bahan bakar dan kebutuhan udara pembakaran. Jika supply udara

kurang maka akan mengakibatkan pembakaran tidak sempurna

sehingga kadar CO naik dan panas yang dihasilkan berkurang atau

tidak maksimal. Namun jika excess air terlalu banyak maka berdampak

buruk pula pada proses pembakaran karena udara akan mendinginkan

panas yang ada didalam sistem kiln. Kemudian jika ada udara luar

yang masuk kedalam alat yang sedang beroperasi disebut dengan false

air. dimana semakain banyak false air akan mengakibatkan konsumsi

energy yang tinggi dan mengurangi efektivitas panas yang terjadi di

dakam suatu system (Bagas, 2022)

2.4.3. Burner
Burner adalah tempat pembakaran batubara untuk menghasilkan gas

panas yang akan digunakan di dalam rotary kiln untuk pembakaran raw

meal. Apapun jenis burnernya yang lebih penting adalah bentuk nyala yang

dihasilkan untuk batubara yang kita bakar karena bentuk nyala erat

43
kaitannya dengan kualitas operasi kiln. Pengontrolan pembentukan nyala

sangat kompleks karena di samping tergantung pada mekanisme bahan

bakar dan udara primer yang keluar dari mulit burner, juga dipengaruhi

oleh pencampurannya dengan udara sekunder dan kondisi di dalam kiln itu

sendiri. Bentuk nyala mempengaruhi kualitas klinker yang dihasilkan

(Sudirman,2016).

2.4.4. Cooler

Cooler merupakan bagian dari kiln system yang terletak di bagian

ujung discharge rotary kiln. Cooler memiliki beberapa fungsi antara lain:

a. Mendinginkan clinker yang keluar dari kiln dari 1200°C menjadi <

200°C keluar cooler system dengan cara mengalirkan udara dari

cooling fan secara proporsional.

b. Pendinginan clinker secara quenching atau secepat mungkin untuk

mendapatkan kualitas clinker yang terbaik (clinker mudah pecah)

c. Heat recuperation dengan memanfaatkan udara panas hasil

pendinginan clinker yang keluar dari kiln dan diperoleh dua jenis udara

yaitu udara secondary untuk pembakaran main burner dan udara

tertiary untuk pembakaran di calciner (Sudirman,2016).

2.4.5. Coal Mill

Coal mill merupakan peralatan yang digunakan untuk menggiling coal

(batubara) sehingga didapatkan material batu bara yang berukuran partikel

sebelum dgunakan untuk bahan bakar di kiln dan calciner. Jenis coal mill

44
juga sama seperti raw mill dan cement mill ada yang tipe horizontal mill da

nada yang tipe vertical roller mill (Sudirman 2016).

2.7 Spesifikasi peralatan dan parameter utama operasi kiln

Unit operasi kiln IV PT. Semen Tonasa menggunakan system Cyclone

Suspension Preheater dengan Grate cooler.

Berikut spesifikasi peralatan utama proses pembakaran pada kiln unit IV

PT. Semen Tonasa:

Data Spesifikasi Peralatan Produksi Unit Tonasa IV


1. konsumsi panas (Kkal/kg Ckl) 760
2. Bucket kiln feed: 800 x 94 m
413BE01,02/414BE0 Kapasitas (ton/jam) 340
1 Power Motor (KW) 132
Solyvent DP 282 TDR
3. ID Fan Kapasitas (m^3/min) 11000
411FA21/412FA17 Power Motor (KW) 1815
Speed (rpm) 980
Cyclone suspention preheater 4 stage
Two string, SLCS Calciner
Dimensi Cyclone:
415CY01,02
4. Preheater
415CY06,07
Kiln 415CY03,08
415CY04,09
415CY05,010
Kapasitas (Ton/hari) 7500
Panjang (m) 87
5. Kiln
Diameter (m) 5.5
Main Drive Power (KW) 2 x 600
6. Grate cooler size 16132-HY
Kapasitas (ton/jam) 420
7. Exhaust Fan Power (KW) 450
417FA22 Kapasitas (m^3/min) 12720
8. Middle air fan
Power (KW) 650
417FA01
9. Dome clinker Kapasitas (ton) 125000
Tabel 2. 2 spesifikasi Peralatan Produksi Unit Tonasa IV
Sumber: Biro Produksi I PT Semen Tonasa (2004)

Parameter utama operasi kiln antara lain, yaitu Temperatur Cyclone Stage

terbawah, Burning Zone Temperature, Free Lime, CO, O2 dan NOX.

45
2.8 Nilai kalor bahan bakar

Batubara digunakan sebagai bahan bakar utama. Panas dari batu bara

digunakan dalam produksi klinker pada unit system kiln. Panas dari batubara

dapat dihitung dengan mengetahui jumlah massanya dan jumlah nilai

kalornya.

Nilai kalor merupakan jumlah energi kalor yang dilepaskan bahan bakar

pada waktu terjadinya oksidasi unsur-unsur kimia yang ada pada bahan bakar

tersebut. Nilai kalor bahan bakar terdiri dari:

 Nilai kalor atas atau highest heating value (HHV) atau gross calorific

value (GCV) adalah nilai kalor yang diperoleh dari pembakaran 1 kg

bahan bakar dengan memperhitungkan panas kondensasi uap (air yang

dihasilkan dari pembakaran berada dalam wujud cair).

 Nilai kalor bawah atau lowest heating value (LHV) atau net calorific

value (NCV) adalah nilai kalor yang diperoleh dari pembakaran 1 kg

bahan bakar tanpa memperhitungkan panas kondensasi uap (air yang

dihasilkan dari pembakaran berada wujud gas/uap).

Panas masuk melalui pembakaran bahan bakar:

Q = m x HHV

Dengan:

m = Massa bahan bakar (kg)

HHV = Higher Heating value (kkal/kg)

46
2.9 Emisi CO2

Perhitungan emisi CO2 dapat dilakukan dengan menggunakan kombinasi

dari pendekatan berbasis perhitungan dan pendekatan berbasis pengukuran.

Rumus penghitungan emisi CO2 sebagai berikut:

ECO2 = DA x FE

Dimana:

ECO2 = Total emisi CO2 (ton CO2/tahun)

DA = Data aktivitas ( TJ/tahun)

FE = Faktor emisi (ton/TJ)

Data aktivitas merupakan data konsumsi per jenis bahan bakar yang telah

dikonversi ke satuan energi. Rumus mengkonversi data konsumsi bahan bakar

dari satuan unit massa (ton) ke satuan unit energi (TJ) adalah sebagai berikut:

Data aktivitas bahan bakar batu bara

DAbb = Fbb x NCV x 10-3

Dimana:

Fbb = Konsumsi batubara (ton/tahun)

NCV = Nilai kalor bersih batubara (TJ/Gg)

Data aktivitas bahan bakar biomass-based fuel

DAbm = Fbm x NCV

Dimana:

Fbm = Konsumsi biomass-based fuel dalam setahun (ton/tahun)

NCV = Nilai kalor bersih biomass-based fuel (TJ/Gg)

47
Factor emisi bahan bakar merupakan factor emisi perjenis bahan bakar. Terdapat

dua factor emisi yang disediakan dalam pedoman ini, yaitu factor emisi default

IPCC-2006 dan factor emisi GRK nasional. Factor emisi nasional per jenis bahan

bakar fosil yang disediakan oleh pemerintah Indonesia menjadi rujukan utama.

Untuk bahan bakar biomass-based fuel, saat ini belum tersedia factor emisi CO 2

nasional. Emisi CO2 di hitung menggunakan factor emisi default IPCC. Dalam

penghitungan emisi GRK terdapat banyak sumber ketidakpastian, hal ini

disebabkan karena parameter data aktivitas dan factor emisi bukan merupakan

besaran yang diketahui secara pasti. Oleh karena itu, nilai emisi GRK tidak dapat

ditentukan secara absolut, artinya terdapat kemungkinan nilai emisi GRK tersebut

tidaklah 100% benar. Konsekuensinya, nilai emisi GRK harus dihitung

mempertimbangkan nilai ketidakpastiannya (Direktorat Jenderal

Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, 2018).

48
BAB III METODE PELAKSANAAN

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Penelitian ini akan dilaksanakan selama satu bulan terhitung mulai tanggal 1

April sampai dengan 28 April 2022 di Departemen Produksi Biro Operasi PT

SEMEN TONASA unit IV Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Data yang dibutuhkan dalam kerja praktek ini adalah data operasi harian

pabrik. Data tersebut diperoleh dari control central room (CCR) dan laboratorium

quality control (QC) dan pengukuran langsung di lapangan. Adapun metode

observasi (pengamatan langasung) yang akan digunakan dalam pengambilan data,

Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengamati secara langsung di pabrik dan

meminta keterangan serta mewawancarai karyawan yang terlibat langsung secara

operasional. Data yang diperoleh antara lain:

1. Komposisi kimia batu bara dan laju aliran batu bara dan sekam padi

2. Data penggunaan batu bara dan sekam padi pada unit kiln IV PT Semen Tonasa

3. Data nilai kalor batubara dan sekam padi (HHV)

49
3.3 Teknik Analisis Data

Tahap-tahap yang dilakukan dalam pengolahan data ini adalah:

1. Menghitung jumlah energi yang dihasilkan batu bara dan sekam padi

2. Menghitung besar pengaruh penggunaan sekam padi terhadap

penghematan batu bara?

3. Menghitung jumlah emisi yang berhasil diturunkan ketika menggunakan

sekam padi

50
51
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Penambahan energi sekam padi yang dihasilkan untuk pembakaran kiln

Tabel 4. 1 Perhitungan energi bahan bakar penggunaan batu bara dengan sekam padi

mbb msk HHVbb HHVsk Energi (kkal/bulan) Q total


Bulan
kg/bulan kg/bulan kkal/kg kkal/kg Qbb Qsk kkal/bulan
September 233.870.350 4.860.000 5223 3229 1.221.504.838.050 15.692.940.000 1.237.197.778.050
Oktober 233.293.974 2.350.000 5243 3125 1.223.160.307.832 7.343.750.000 1.230.504.057.832
November 233.882.987 5.627.000 5098 3132 1.192.335.468.117 17.623.764.000 1.209.959.232.117
Desember 230.941.195 2.060.000 5250 3104 1.212.441.273.750 6.394.240.000 1.218.835.513.750

Dilihat pada tabel yang merupakan hasil analisis penambahan energi sekam

padi di unit kiln IV PT Semen Tonasa, menunjukkan bahwa penggunaan sekam padi

tidak memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap penambahan energi jika

dibandingkan dengan penambahan energi yang dihasilkan batu bara. Pada

penambahan sekam padi energi yang tertinggi dihasilkan dapat mencapai sebesar

17.623.764.000 kkal/bulan pada bulan November 2021. Sedangkan untuk

penggunaan batu bara energi terbesar yang dihasilkan adalah sebesar

1.223.160.307.832 kkal/bulan pada bulan Oktober 2021. Untuk energi terendah yang

dihasilkan sekam padi diperoleh pada bulan Desember 2021 sebesar 6.394.240.000

kkal/bulan. Hal ini terjadi karena pada bulan Desember HHV batu bara yang

digunakan tinggi dan HHV sekam padi yang digunakan rendah. Batu bara umumnya

mempunyai nilai kalor yang lebih tinggi dari material biomassa. Perbedaan tersebut

52
dapat terjadi karena perbedaan kandungan unsur-unsur dalam biomassa dan batu

bara. Penyimpanan sekam padi pada PT Semen Tonasa juga mempengaruhi nilai

HHV, dimana penyimpanan sekam padi dibiarkan pada ruangan terbuka yang dapat

memungkinkan kadar air pada sekam padi bertambah. Untuk meningkatkan nilai

kalor dan mengurangi kadar air maka biomassa sering ditingkatkan mutunya melalui

proses torefaksi yang pada hakekatnya merupakan proses pirolisis pada suhu rendah

(Suganal dkk, 2019).

4.2 Besar Pengaruh Penggunaan Sekam Padi Terhadap Penghematan Batu

bara

Dilihat dari hasil analisis penambahan energi sekam padi bahwa sekam padi

juga tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penghematan batu bara

yang digunakan. Namun dalam hal ini, penggunaan sekam padi sebagai bahan bakar

tambahan digunakan agar dapat mengurangi ketergantungan terhadap penggunaan

batu bara yang suatu saat akan habis serta dapat menekan biaya yang dibutuhkan

dalam hal penyediaan bahan bakar sehingga mendatangkan keuntungan bagi

perusahaan. Pada data HHV sekam padi dari September hingga Desember mengalami

sedikit penurunan, hal tersebut dikarenakan awal musim hujan tahun 2021 terjadi

pada bulan Oktober dan puncak musim hujan terjadi pada bulan Desember hingga

februari tahun 2022 (Chyntia, BMKG). Penggunaan sekam padi dapat menyumbang

HHV kurang lebih 3104 – 3229 kkal/kg, walaupun jumlah HHVnya sedikit dari

jumlah bahan bakar batu bara yang kurang lebih 5098 – 5250 kkal/kg. Dilihat dari

53
nilai HHV bahan bakar yang digunakan, dalam 1 kg batu bara mengandung nilai

kalor sebesar 5223 kkal/kg dan dalam 1 kg sekam padi mengandung nilai kalor

sebesar 3229 kkal/kg, maka

Qbatu bara = Qsekam padi

HHVbb x mbb = HHVsk x msk

5223 kkal/kg x 1 kg = 3229 kkal/kg x msk

kkal
5223 x 1 kg
kg
msk =
kkal
3229
kg

msk = 1,62 kg

Untuk menghasilkan nilai kalor sekam padi yang sama dengan nilai kalor batu

bara dibutuhkan sekam padi sebanyak 1,62 kg sehingga menghasilkan nilai kalor

yang sama pada saat penggunaan 1 kg batu bara. Oleh sebab itu, semakin banyak

pemakaian sekam padi maka semakin banyak penghematan bahan bakar batu bara.

Pabrik PT Semen Tonasa telah mengupayakan untuk pemanfaatan sekam padi

sebagai energi terbarukan dan mengurangi energi fosil, walaupun penggunaannya

belum optimal.

4.3 Pengaruh Pemakaian Sekam Padi Terhadap Kualitas Klinker

Tabel 4. 2 Pemakaian sekam padi terhadap kualitas klinker

HHVsk Qsk parameter kualitas klinker (%)


Bulan
kkal/kg kkal/bulan C3S Freelime (CaO)
60,7
September 3229 15.692.940.000 1,07
4
Oktober 3125 7.343.750.000 60,2 1,22

54
4
59,2
November 3132 17.623.764.000 1,28
7
59,7
Desember 3104 6.394.240.000 1,53
4

Klinker merupakan cikal bakal semen. Material yang dihasilkan di raw mill

akan menjadi powder kemudian melewati kiln dan terjadi perubahan bentuk kimia

selama proses pembakaran dan mineral ini yang menjadi senyawa penyusun klinker.

Salah satu senyawa penyusunnya yaitu C3S yang apabila ditambahkan air menjadi

kaku dan kemudian pasta akan mengeras dalam beberapa jam, kandungan C3S inilah

yang memberikan kuat tekan pada semen. Adapun senyawa yang tak diinginkan di

dalam klinker salah satunya adalah kapur bebas (free lime). Kapur bebas yang

terdapat dalam terak atau klinker adalah CaO yang tidak bersenyawa atau berikatan

dengan oksida-oksida lainnya. Penyebab adanya kapur bebas ini adalah reaksi

pembakaran yang tidak sempurna pada preheater maupun rotary kiln. Standar kualitas

klinker PT Semen Tonasa sesuai dengan ASTM C150-1999 dan SNI No. 15-6514-

2001 dengan kualitas C3S minimal 58% dan CaO maksimal 2%. Dapat dilihat pada

tabel di atas nilai parameter kualitas C3S dan CaO masih berada dalam standar yang

telah ditetapkan oleh PT Semen Tonasa. Hal ini terjadi karena pemakaian energi

sekam padi dan batu bara masih mencapai energi pembakaran yang dibutuhkan pada

kiln.

4.4 Emisi yang Berhasil Diturunkan Menggunakan Sekam Padi

55
Energi fosil khususnya batu bara, merupakan sumber utama emisi CO2 yang

menyumbang sebagian besar gas rumah kaca atau efek pemanasan global. Potensi

pemanasan rumah kaca cenderung meningkat secara signifikan karena emisi CO2

selama pembakaran batu bara (Kreith,2005). Emisi karbon dipengaruhi oleh

kandungan mineral batu bara terutama mineral karbonatnya. Dekomposisi

endotermik mineral tersebut selama pembakaran batu bara akan menghasilkan

karbondioksida sehingga akan meningkatkan emisi CO2 (Quick and Brill, 2002).

Dilihat dari hasil perhitungan emisi CO2 bahwa emisi CO2 yang dihasilkan sekam

padi lebih kecil dibandingkan emisi CO2 yang dihasilkan batubara. Hal ini

dikarenakan massa batubara yang digunakan lebih banyak dibandingkan sekam padi.

Besar emisi CO2 sekam padi yaitu 207.366 ton CO2/tahun sedangkan batubara

sebesar 22.081.600 ton CO2/tahun.

Fbb ( batu bara ) 11.183.862,08


= = 62,56222 ton/tahun
Fsk ( sekam padi ) 178.764

Konsumsi bahan bakar = 62,56222 ton/tahun

Konsumsi bahan bakar x ECO2 sekam padi

= 62,56222 ton/tahun x 207.366 ton CO2/tahun

56
= 12.973.264,9 ton CO2/tahun

Bisa dilihat pada perhitungan di atas, jika massa sekam padi disamakan dengan massa

batu bara maka, ECO2 yang dihasilkan adalah 12.973.264,9 ton CO2/tahun. Emisi

tersebut lebih kecil dibandingkan dengan emisi yang dihasilkan batu bara dengan

massa yang sama yaitu 22.081.600 ton CO2/tahun. jadi emisi yang berhasil

diturunkan apabila penggunaan bahan bakar batu bara digantikan oleh sekam padi

yaitu 9. 108.336 CO2/tahun. Perhitungan emisi CO2 ini tidak dapat dikatakan akurat

dan tepat karena masih kurangnya data spesifik suatu negara atau wilayah dan

parameter data aktivitas dan faktor emisi bukan merupakan besaran yang diketahui

secara pasti (Pusat penelitian kehutanan internasional (CIFOR), 2014).

57
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Penggunaan bahan bakar sekam padi terhadap penambahan energi di unit

kiln IV PT Semen Tonasa tidak memberikan pengaruh yang cukup signifikan

jika dibandingkan dengan penambahan energi yang dihasilkan batu bara.

2. Penambahan bahan bakar sekam padi tidak menunjukkan pengaruh yang

signifikan terhadap penghematan batu bara tetapi jika semakin banyak sekam

padi yang digunakan maka semakin banyak penghematan bahan bakar batu

bara yang dicapai.

3. Pemakaian bahan bakar tambahan sekam padi tidak mempengaruhi kualitas

klinker. Nilai parameter kualitas C3S dan CaO masih berada dalam standar

yang telah ditetapkan oleh PT Semen Tonasa.

4. Emisi yang berhasil diturunkan apabila penggunaan bahan bakar batu bara

digantikan oleh sekam padi yaitu 9. 108.336 CO2/tahun.

5.2 Saran

1. Agar sekam padi memiliki nilai kalor yang lebih tinggi dan menghasilkan

energi yang besar maka sekam dapat dikonversi dalam bentuk briket arang

sekam.

58
2. Untuk peneliti selanjutnya dapat melakukan analisis massa dan energi input

maupun output terhadap semua komponen di sistem kiln sehingga dapat

diketahui pengaruh bahan bakar terhadap kinerja kiln.

59
DAFTAR PUSTAKA

(2011, Desember 9). Dipetik July 18 , 2022, dari Kementerian energi dan sumber
daya mineral Direktorat Jenderal minyak dan gas bumi:
https://migas.esdm.go.id/post/read/Mengenal-Coal-Water-Mixture-(CWM)-
Sebagai-Pengganti-Minyak-Berat
ARIFIANSYAH, D. D. (2017). OPTIMISASI PEMBAKARAN DI ROTARY KILN PT.
Surabaya: Tugas akhir Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

ayu, R. (2016). Audit energi pada dry process rotary kiln system di pabrik semen.
Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

Azizi, A. A. (2011). Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Sebagai Alternatif Sumber


Energi Terbarukan Di Indonesia. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Bagas. (2022). EVALUASI KINERJA PEMBAKARAN PADA UNIT KILN DI PT


SEMEN BATURAJA (PERSERO) TBK. Jurnal Pengetahuan & Ilmu
Terapan, 1-20.

Dr. Ir. Andy Noorsaman Sommeng, D. (2018). Pedoman Penghitungan dan Pelaporan
Inventarisasi Gas Rumah Kaca. Jakarta: Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan
Kementerian ESDM.

Fikry, A. (2022, Maret 9). PT Semen Gresik manfaatkan bahan baku dan bahan
bakar Alternatif. Dipetik July 18, 2022, dari ITECH: https://itechmagz.id/pt-
semen-gresik-manfaatkan-bahan-baku-dan-bahan-bakar-alternatif/

Khaerunissa, R. D. (2018). Carbon Dioxide Emission Factor Estimation From


Indonesian Coal. Indonesian Mining Journal, 45-58.

Laoli, N. (2022, Maret 7). Harga batubara meroket, Begini dampaknya ke emiten
semen. Dipetik July 18, 2022, dari Kontan.co.id:

60
https://investasi.kontan.co.id/news/harga-batubara-meroket-begini-
dampaknya-ke-emiten-semen

Muhammad Anshar, Y. K. (2021). Analisis Kinerja Kiln dengan Menggunakan


Campuran Batubara dan Sekam Padi Sebagai Bahan Bakar Alternatif pada
Pabrik PT. Semen Tonasa. Sinergi 2021, 228-236.

Nugroho, M. R. (2014). EFISIENSI PANAS PADA ROTARY KILN UNIT IV PT


SEMEN TONASA. MAKASSAR: Laporan tugas akhir.

Rany Puspita Dewi, M. B. (2020). Kajian potensi sekam padi sebagai energi alternatif
pendukung ketahanan energi di wilayah magelang. Prosiding Seminar
Nasional Riset Teknologi Terapan, 1-5.

Reerung, A. R. (2014). EFISIENSI PANAS SISTEM KILN UNIT 5 PT SEMEN


TONASA. MAKASSAR: Laporan tugas akhir .

Sadang Husain, N. H.-h. (2021). Peningkatan Nilai Sekam Padi Menjadi Bahan Bakar
Biobriket Pada Kelompok Usaha Tani Penggilingan Padi Di Gambut
Kabupaten Banjar. Prosiding seminar nasional pengabdian kepada
masyarakat, 2656-5021.

Sari, W. U. (2021). PENAMBAHAN PASIR SILIKA PADA RAW MEAL UNIT


TONASA II. Makassar: Laporan Tugas Akhir.

Sudirman, N. a. (2016). PENGARUH UPGRADING SISTEM PENDUKUNG KILN


TERHADAP KAPASITAS PRODUKSI DAN EFISIENSI PANAS PT SEMEN
TONASA UNIT IV. Makassar: Laporan tugas akhir.

Sukmana, Y. (2022, January 25). Pemerintah evaluasi harga batubara khusus


industri semen dan pupuk. Dipetik July 18, 2022, dari Kompas.com:
https://money.kompas.com/read/2022/01/25/213400726/pemerintah-evaluasi-
harga-batu-bara-khusus-industri-semen-dan-pupuk?page=all

61
T, A. g. (1996). Industri Proses Kimia. Jakarta: Erlangga.

Tonasa, P. S. (2008). Materi diklat calon karyawan PT semen tonasa: proses


pembuatan semen portland. Pangkep, Sulawesi selatan.

Zahidin, A. (2020). PERHITUNGAN NERACA MASSA, NERACA PANAS DAN


EFISIENSI PADA ROTARY KILN UNIT KERJA RKC 3. DISTILASI
Jurnal teknologi separasi, 309-315.

62
Lampiran : Perhitungan

A. Perhitungan Energi Bahan Bakar

Qbahan bakar = HHVbahan bakar x mbahan bakar

1. Batu Bara

Qbb = HHVbb x mbb


= 5223 kkal/kg x 233.870.350 kg/bulan
= 1.221.504.838.050 kkal/bulan

Tabel L. 1 Perhitungan energi bahan bakar batu bara


mbb HHVbb Qbb
Bulan
kg/bulan kkal/kg kkal/bulan
September 233.870.350 5223 1.221.504.838.050
Oktober 233.293.974 5243 1.223.160.307.832
November 233.882.987 5098 1.192.335.468.117
Desember 230.941.195 5250 1.212.441.273.750
Sumber : Lab Quality Control (QC) unit IV PT Semen Tonasa

2. Sekam Padi

Qsk = HHVsk x msk


= 3229 kkal/kg x 4.860.000 kg/bulan
= 15.692.940.000 kkal/bulan

Tabel L. 2 Perhitungan energi bahan bakar sekam padi


msk HHVsk Qsk
Bulan kkal/
kg/bulan kkal/bulan
kg
Septembe
4.860.000 3229 15.692.940.000
r
Oktober 2.350.000 3125 7.343.750.000
November 5.627.000 3132 17.623.764.000
Desember 2.060.000 3104 6.394.240.000
Sumber : Lab Quality Control (QC) unit IV PT Semen Tonasa

63
Tabel L. 3 Perhitungan energi bahan bakar penggunaan batubara dengan sekam padi

mbb msk HHVbb HHVsk Energi (kkal/bulan) Q total


Bulan
kg/bulan kg/bulan kkal/kg kkal/kg Qbb Qsk Kkal/bulan
September 233.870.350 4.860.000 5223 3229 1.221.504.838.050 15.692.940.000 1.237.197.778.050
Oktober 233.293.974 2.350.000 5243 3125 1.223.160.307.832 7.343.750.000 1.230.504.057.832
November 233.882.987 5.627.000 5098 3132 1.192.335.468.117 17.623.764.000 1.209.959.232.117
Desember 230.941.195 2060.000 5250 3104 1.212.441.273.750 6.394.240.000 1.218.835.513.750

B. Pengaruh Pemakaian Sekam Padi terhadap kualitas klinker

Tabel L. 4 Pemakaian sekam padi terhadap kualitas klinker

HHVsk Qsk parameter kualitas klinker


Bulan
kkal/kg kkal/bulan C3S Freelime (CaO)
60,7
September 3229 15.692.940.000 1,07
4
60,2
Oktober 3125 7.343.750.000 1,22
4
59,2
November 3132 17.623.764.000 1,28
7
59,7
Desember 3104 6.394.240.000 1,53
4
Sumber : Lab Quality Control (QC) unit IV PT Semen Tonasa

C. Jumlah emisi

Rumus perhitungan emisi CO2

ECO2 = DA x FE

Dimana:

ECO2 = Total emisi CO2 (ton CO2/tahun)

DA = Data aktivitas ( TJ/tahun)

64
FE = Faktor emisi (ton/TJ)

Data aktivitas bahan bakar batubara

DAbb = Fbb x NCV x 10-3

Dimana:

Fbb = Konsumsi batubara (ton/tahun)

NCV = Nilai kalor bersih batubara (TJ/Gg)

Data aktivitas bahan bakar biomass (sekam padi)

DAsk = Fsk x NCV

Dimana:

Fsk = Konsumsi biomass-based fuel (ton/tahun)

NCV = Nilai kalor bersih biomass-based fuel (TJ/Gg)

1. Batu Bara

Tabel L. 5 Konsumsi batu bara (ton/bulan)

Bulan Fbb (ton/bulan)


September 233870
Oktober 233294
November 233883
Desember 230941
Total 931989
Sumber : Lab Quality Control (QC) unit
IV PT Semen Tonasa

65
Diketahui :

Fbb = 931989 ton/bulan x 12 bulan/tahun = 11.183.862,08 ton/tahun

NCV = 19,8 TJ/Gg

FE = 99,718 ton/TJ

Ditanyakan:

DAbb = Fbb x NCV x 10-3

= 11.183.862,08 ton/tahun x 19,8 TJ/Gg x 10-3

= 221440,4 TJ/tahun

ECO2 = DA x FE

= 221440,4 TJ/tahun x 99,718 ton/TJ

= 22.081.600 ton CO2/tahun

2. Sekam Padi

Tabel L. 6 Konsumsi sekam padi (ton/bulan)

Bulan Fsk (ton/bulan)


September 4860
Oktober 2350
November 5627
Desember 2060
Total 14897
Sumber : Lab Quality Control (QC) unit
IV PT Semen Tonasa

Diketahui :

Fsk = 14897 ton/bulan x 12 bulan/tahun = 178.764 ton/tahun

NCV = 11,6 TJ/Gg

66
FE = 100 ton/TJ

Ditanyakan :

DAsk = Fsk x NCV x 10-3

= 178764 ton/tahun x 111,6 TJ/Gg x 10-3

= 2073,66 TJ/tahun

ECO2 = DA x FE

= 2073,66 TJ/tahun x 100 ton/TJ

= 207.366 ton CO2/tahun

67
Lampiran : Dokumentasi kegiatan

Rotary kiln unit IV PT Semen Tonasa

Suspension preheater dan rotary kiln unit IV PT Semen Tonasa

68
Nyala panas bahan bakar pada rotary kiln

Gudang penyimpan sekam padi

69

Anda mungkin juga menyukai