Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM PILOT PLANT

Double Pipe Heat Exchanger


Dosen Pembimbing : Ir. Emma Hermawati, MT.
Tanggal Praktikum

: 07 Desember 2015

Tanggal Penyerahan : Desember 2015


(Laporan)

Kelompok/Kelas : 6 / 3A
Nama

: 1. Rika Mustika
2. Sahara Tulaini

NIM. 131411024
NIM. 131411025

3. Shofiya Wardah Nabilah NIM. 131411026

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
TAHUN 2015

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Panas adalah salah satu bentuk energi yang dapat dipindahkan dari suatu tempat
ke tempat lain, tetapi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan sama sekali. Dalam suatu
proses, panas dapat mengakibatkan terjadinya kenaikan suhu suatu zat dan atau
perubahan tekanan, reaksi kimia dan kelistrikan. Proses terjadinya perpindahan panas
dapat dilakukan secara langsung, yaitu fluida yang panas akan bercampur secara
langsung dengan fluida dingin tanpa adanya pemisah dan secara tidak langsung, yaitu
bila diantara fluida panas dan fluida dingin tidak berhubungan langsung tetapi
dipisahkan oleh sekat-sekat pemisah.
Perpindahan panas pada alat penukar panas biasanya melibatkan konveksi
masing-masing fluida dan konduksi sepanjang dinding yang memisahkan kedua fluida.
Laju perpindahan panas antara kedua fluida pada alat penukar panas bergantung pada
besarnya perbedaan temperatur pada lokasi tersebut, dimana bervariasi sepanjang alat
penukar panas. Untuk mempelajari proses perpindahan panas yang terjadi pada alat
penukar panas, maka dilakukan praktikum Double Pipe Heat Exchanger dan Shell and
Tube Heat Exchanger.
1.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Memahami konsep perpindahan panas pada peralatan penukar panas double pipe
dan shell and tube.
2. Menghitung harga koefisien perpindahan panas keseluruhan (U) sistem dua fluida di
dalam alat penukar panas double pipe dan shell and tube dengan cara neraca energi

dan menggunakan persamaan empiris.


3. Mengetahui pengaruh variabel laju alir fluida terhadap koefisien perpindahan panas
keseluruhan (U).
4. Menghitung efisiensi perpindahan panas dari kalor yang dilepas dan kalor yang
diterima fuida.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Peralatan penukar panas sangat luas dipakai dalam industri, seperti kilang
minyak, petrokimia, industri gas alam, refrigerasi bahkan pembangkit listrik. Salah satu

contoh sederhana dari alat penukar panas adalah radiator mobil di mana cairan
pendingin memindahkan panas mesin ke udara sekitar.
2.1 Alat Penukar Panas
Alat penukar panas adalah suatu alat yang memungkinkan perpindahan panas
dan dapat berfungsi sebagai pemanas maupun sebagai pendingin. Biasanya medium
pemanas yang dipakai berupa uap lewat panas (super heated steam) dan air biasa
sebagai air pendingin (cooling water). Penukar panas dirancang sebisa mungkin agar
perpindahan panas antar fluida dapat berlangsung secara efisien.
Pada dasarnya prinsip kerja dari alat penukar panas yaitu memindahkan panas
dari dua fluida yang memiliki perbedaan temperatur dimana perpindahan panas dapat
dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung. Apabila dua benda yang berbeda
temperatur dikontakkan, maka panas akan mengalir dari benda bertemperatur tinggi ke
benda yang bertemperatur lebih rendah. Mekanisme perpindahan panas yang terjadi dapat
berupa konduksi, konveksi, atau radiasi. Dalam aplikasinya, ketiga mekanisme ini dapat
saja berlangsung secara simultan.

2.1.1 Mekanisme Perpindahan Panas


a. Konduksi
Konduksi adalah perpindahan kalor melalui zat penghantar tanpa disertai
perpindahan bagian-bagian zat itu. Perpindahan kalor dengan cara konduksi pada
umumnya terjadi pada zat padat. Konduksi merupakan perpindahan panas antara
molekul-molekul yang saling berdekatan antara yang satu dengan yang lainnya dan
tidak diikuti oleh perpindahan molekul-molekul tersebut secara fisik. Molekul-molekul
benda yang panas bergetar lebih cepat dibandingkan molekul-molekul benda yang
berada dalam keadaan dingin. Getaran-getaran yang cepat ini, tenaganya dilimpahkan
kepada molekul di sekelilingnya sehingga menyebabkan getaran yang lebih cepat
sehingga akan memberikan panas.
b. Konveksi
Konveksi adalah perpindahan kalor melalui zat penghantar yang disertai dengan
perpindahan bagian-bagian zat tersebut secara fisik. Pada umumnya zat penghantar
yang dipakai berupa zat cair dan gas. Kalor berpindah karena adanya aliran zat yang

dipanaskan akibat adanya perbedaan massa jenis (berat jenis). Massa jenis bagian yang
dipanaskan lebih kecil daripada massa jenis bagian zat yang tidak dipanaskan.
c. Radiasi
Perpindahan panas tanpa melalui media (tanpa melalui molekul). Suatu energi
dapat dihantarkan dari suatu tempat ke tempat lainnya (dari benda panas ke benda yang
dingin) dengan pancaran gelombang elektromagnetik dimana tenaga elektromagnetik ini
akan berubah menjadi panas jika terserap oleh benda yang lain.
2.1.2 Tipe Aliran pada Alat Penukar Panas
a. Co-current flow (aliran searah)
Pertukaran panas jenis ini, kedua fluida (dingin dan panas) masuk pada sisi penukar
panas yang sama, mengalir dengan arah yang sama, dan keluar pada sisi yang sama pula.
Karakter penukar panas jenis ini, temperatur fluida dingin yang keluar dari alat penukar
panas (Tcb) tidak dapat melebihi temperatur fluida panas yang keluar dari alat penukar panas
(Thb), sehingga diperlukan media pendingin atau media pemanas yang banyak. Neraca
panas yang terjadi :
Mc . ( Tcb Tca ) = Mh . ( Tha Thb ) .... ( 2.1 )

Gambar 2.1 Profil temperatur pada aliran co-current (McCabe dalam Rudi,2008)
Dengan assumsi nilai kapasitas panas spesifik ( cp ) fluida dingin dan panas konstan,
tidak ada kehilangan panas ke lingkungan serta keadaan steady state, maka kalor yang
dipindahkan :
q = U . A . TLMTD . ( 2.2 )
dimana :
U = koefisien perpindahan panas secara keseluruhan (W/m2.0C )

A = luas perpindahan panas (m2)


TLMTD = log mean temperature diffrensial, dimana
T2 = Thb Tcb
T1 = Tha - Tca
b. Counter current flow (aliran berlawanan arah)
Penukar panas jenis ini, kedua fluida (panas dan dingin ) masuk penukar panas
dengan arah berlawanan, mengalir dengan arah berlawanan dan keluar pada sisi yang
berlawanan . Temperatur fluida dingin yang keluar penukar panas (T cb ) lebih tinggi
dibandingkan temperatur fluida panas yang keluar penukar panas (T hb ), sehingga dianggap
lebih baik dari alat penukar panas aliran searah (co-current).

Gambar 2.2 Profil temperatur pada aliran counter current (McCabe dalam Rudi,2008)
Kalor yang dipindahkan pada aliran counter current mempunyai persamaan yang sama
dengan persamaan (2.2), dengan perbedaan nilai T LMTD , dengan pengertian beda T1 dan

T2, yaitu:
T1 = Thb - Tca
T2 = Tha Tcb
2.1.3 Jenis-jenis Alat Penukar Panas
a. Double Pipe Heat Exchanger
Salah satu jenis alat penukar panas adalah jenis susunan pipa ganda (double pipe
heat exchanger). Dalam jenis penukar panas dapat digunakan aliran berlawanan arah
atau aliran searah, baik dengan cairan panas atau dingin cairan yang terkandung dalam
ruang annular dan cairan lainnya dalam pipa. Alat penukar panas pipa rangkap terdiri

dari dua pipa logam standar yang dikedua ujungnya dilas menjadi satu atau
dihubungkan dengan kotak penyekat. Fluida yang satu mengalir di dalam pipa,
sedangkan fluida kedua mengalir di dalam ruang anulus antara pipa luar dengan pipa
dalam. Alat penukar panas jenis ini dapat digunakan pada laju alir fluida yang kecil dan
tekanan operasi yang tinggi. Sedangkan untuk kapasitas yang lebih besar digunakan
penukar panas jenis selongsong dan buluh (shell and tube heat exchanger).

Gambar 2.3 Double pipe heat exchanger


b. Shell and Tube Heat Exchanger
Sebuah shell and tube heat exchanger terdiri dari sebuah shell silindris (badan
heat exchanger) yang di dalamnya terdapat sejumlah tube yang dihubungkan secara
paralel (tube bundle) yang disusun dengan pola tertentu. Fluida yang satu mengalir di
dalam bundel pipa, sedangkan fluida yang lain mengalir di luar pipa pada arah yang sama,
berlawanan, atau bersilangan. Kedua ujung pipa tersebut dilas pada penunjang pipa yang
menempel pada shell. Untuk meningkatkan effisiensi pertukaran panas, biasanya pada alat
penukar panas, antara shell dan tube dipasang sekat (buffle). Ini bertujuan untuk membuat
turbulensi aliran fluida dan menambah waktu tinggal (residence time), namun pemasangan
sekat akan memperbesar pressure drop operasi dan menambah beban kerja pompa, sehingga
laju alir fluida yang dipertukarkan panasnya harus diatur.

Temperatur aliran fluida di dalam tube bundle berbeda dengan di luar tube (di
dalam shell) sehingga terjadi perpindahan panas melalui dinding tube antara aliran
fluida di dalam tube dan di luar tube. Dengan demikian, luas permukaan perpindahan
panas bergantung pada jumlah tube/pipa dalam shell. Jenis material pipa dan ketebalan
harus sesuai dengan karakter fluida dan kondisi operasinya. Daerah yang berhubungan

dengan bagian dalam tube disebut dengan tube side dan yang di luar tube disebut shell
side.

Gambar 2.4 Shell and tube heat exchanger


2.2 Perhitungan Perpindahan Panas
2.2.1 Neraca Panas dalam Alat Penukar Panas

Panas yang dipindahkan untuk salah satu arus fluida dalam penukar panas :
q = m . ( Hb Ha) . ( 2.3 )
dimana :
q

= laju perpindahan kalor ke dalam arus fluida

= laju alir massa

Ha,Hb

= entalphi persatuan massa arus fluida masuk dan keluar HE

Perpindahan kalor dari atau ke udara sekitar tidak dikehendaki. Salah satu dari kedua
arus fluida yang berada di sebelah luar dapat mengambil kalor atau melepaskan kalor ke
udara sekitar jika fluida itu lebih dingin atau lebih panas. Pencegahan hal itu dilakukan
dengan mengisolasi penukar panas. Dengan menggunakan persamaan ( 2.3 ) dapat
digunakan untuk menghitung besarnya kalor yang dipindahkan masing - masing fluida :
Fluida panas, qh = mh.(Hhb Hha)
Fluida dingin, qc = mc.(Hcb Hca)
dimana :
mc, mh = laju alir massa fluida dingin, fluida panas
Hca,Hha = entalphi persatuan massa fluida dingin, fluida panas (masuk HE)
Hcb,Hhb = entalphi persatuan massa fluida dingin, fluida panas (keluar HE)
qc, qh

= laju perpindahan panas fluida dingin, panas

Tanda qc adalah positif (+), tetapi tanda qh negatif (-). Hal itu dibuat karena fluida panas
melepas kalor, dan panas yang dilepaskan diambil fluida dingin, sehingga persamaan
menjadi :
qc = - qh
mh.(Hha Hhb) = mc.(Hcb Hca)
dan jika kalor spesifik (Cp) dianggap konstan, neraca entalphi dapat dituliskan :
mh.Cph.(Tha Thb) = mc.Cpc.(Tcb Tca) ........ ( 2.4 )
2.2.2 Koefisien Perpindahan Panas Keseluruhan (U)

Untuk menghitung koefisien perpindahan panas keseluruhan (U), dapat


dilakukan melalui dua cara, yaitu dengan menggunakan neraca energi atau dengan
menggunakan persamaan empiris.
a. Menggunakan Neraca Energi
...........

dimana :
Q
A
U
Tlm

untuk perhitungan double pipe heat exchanger

= laju perpindahan panas fluida dingin atau fluida panas (Watt)


= luas permukaan (m2)
= koefisien perpindahan panas keseluruhan (W/m2.K)
= perbedaan suhu logaritmik (K), dimana

b. Menggunakan Persamaan Empiris


Untuk pipa sepanjang L

dimana :
hi,ho
K
ri,ro
L

= koefisien pindah panas konveksi inside dan outside (W/m2.K)


= koefisien konduksi (W/m.K)
= jari-jari inside dan outside pipa (m)
= panjang pipa (m)

Harga (ri,ro) dan L dapat diukur, harga K bahan SS-204 dapat diperoleh dari buku
referensi dan harga hi dan ho dihitung dari persamaan empiris.

2.2.3 Efisiensi Perpindahan Panas

2.3 Pengukuran Laju Alir

Pengukuran laju alir dapat dilakukan melalui beberapa metode, diantaranya :


a. Metode Langsung
Metode langsung pengukuran aliran dapat dilakukan dengan mengukur volume atau
massa fluida dalam selang waktu tertentu. Pada selang waktu yang lama dan diukur
secara tepat, serta pengukuran volume atau massa diukur secara tepat, maka pengukuran
ini tidak memerlukan kalibrasi. Pengukuran laju aliran volume atau massa dengan
metode langsung ini cukup teliti. Akan tetapi apabila fluida yang diukur adalah gas,
maka efek kompresibilitasnya harus diperhitungkan.
(laju alir volumetrik)

(laju alir massa)


b. Metode Tidak Langsung
Metode tidak langsung ini mengukur perbedaan tekanan diantara dua penampang
aliran yang sebanding dengan laju aliran. Perhitungan laju aliran teoritis dapat dilakukan
berdasarkan hukum kontinuitas dan persamaan Bernoulli. Kapasitas aliran sebenarnya
dapat ditentukan dengan memperhitungkan faktor koreksi dari masing-masing alat ukur
yang ditentukan secara empiris.
Salah satu alat yang dapat digunakan untuk pengukuran laju alir fluida secara tidak
langsung adalah orificemeter. Orifice merupakan alat untuk mengukur laju aliran
dengan prinsip beda tekanan atau disebut juga Bernoullis principle yang mengatakan
bahwa terdapat hubungan antara tekanan fluida dan kecepatan fuida. Jika kecepatan
meningkat, tekanan akan menurun (beda tekanan semakin besar) begitu pula sebaliknya.
Pada dasarnya orifice berupa plat tipis dengan lubang di bagian tertentu (umumnya
di tengah). Fluida yang mengalir melalui pipa ketika sampai pada orifice akan dipaksa
untuk melewati lubang pada orifice. Hal itu menyebabkan terjadinya perubahan

kecepatan dan tekanan. Titik dimana terjadi kecepatan maksimum dan tekanan
minimum disebut vena contracta. Setelah melewati vena contracta kecepatan dan
tekanan akan mengalami perubahan lagi. Dengan mengetahui perbedaan tekanan pada
pipa normal dan tekanan pada vena contracta, laju aliran volume dan laju aliran massa
dapat diperoleh dengan persamaan Bernoulli.
Prinsip kerja alat ukur fluida adalah mengganggu aliran dengan penambahan alat
tertentu sehingga menyebabkan terjadinya pressure drop yang dapat diukur. Nilai
pressure drop ini berhubungan dengan debit dari aliran tersebut. Adanya pressure drop
bias disebabkan karena adanya perubahan energi kinetik (karena laju alir berubah), skin
friction, dan form friction. Berdasarkan persamaan Bernoulli, persamaan neraca energi
dapat ditentukan yaitu :

disusun ulang menjadi :

digabung dengan persamaan kontinuitas :


karena fluida inkompresibel (khusus bahasan fluida cair), maka :

sehingga dimasukan ke persamaan neraca energi menjadi :

dimana :
gc

= 1 kg N-1 det-2

F : jumlah energi yang hilang


Persamaan yang berlaku untuk orificemeter adalah :

dimana :

Co :

koefisien orificemeter

massa jenis fluida

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
1. Seperangkat alat double pipe yang terdiri atas sistem perpipaan air dan steam,
termometer, orificemeter dan heat exchanger
2. Sumber steam dari boiler
3. Fluida (air)
3.2 Skema Percobaan
Mulai

Aliran air
(kran air dingin)

Aliran air
(kran air panas)

Aliran steam

Menutup
aliran counter
current

Aliran air
panas (cocurrent)

T hot out;
T cold out

Metoda langsung
T hot in
Menampung fluida
(panas/dingin) dalam ember

Menghitung waktu
Laju alir
volumetrik
Selesai

T cold in
Laju alir fluida panas;
Laju alirDPHE
fluida dengan
dingin aliran co-current

Selesai

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Data Hasil Pengamatan
4.1.1

Penentuan Koefisen Perpindahan Panas

Grafik 1. Koefisien Pindah Panas pada Laju Alir Dingin Tetap secara Empiris

Grafik 2. Koefisien Pindah Panas pada Laju Alir Dingin Tetap secara Neraca
Energi

Grafik 3. Koefisien Pindah Panas pada Laju Alir Panas Tetap secara Empiris dan
Neraca Energi
4.1.2

Penentuan Efisiensi Pindah Panas

Grafik 4. Efisiensi Pindah Panas pada Laju Alir Dingin Tetap

Grafik 5. Efisiensi Pindah Panas pada Laju Alir Panas Tetap

BAB V
PEMBAHASAN

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1

Kesimpulan

Ajdajk
6.2

Saran

Ajdbja

DAFTAR PUSTAKA
Christie J. Geankoplis, (1997), Transport Process and Unit Operation, 3 rd Ed.,
Prentice-Hall of India.
Elvani,

L.

(t.thn.).

Dipetik

November

30,

2015,

dari

Academia:

https://www.academia.edu/5342072/BAB_I
Febryani, N., N, R. K., & Noviandini, R. (2012). Laporan Praktikum Pilont Plant :
Modul Shell and Tube Heat Exchanger. Bandung: Politeknik Negeri Bandung.
Hartono, R. (2008). Penukar Panas. Banten: Universitas Sultan Agung Tirtayasa.
Ikhsan, M. (2014, Mei 21). Makalah Alat-Alat Heat Exchanger. Dipetik November 29,
2015, dari http://beck-fk.blogspot.co.id/2012/05/alat-heat-exchanger.html
Soeswanto, Bambang. 2004. Diktat Transportasi Fluida. Jurusan Teknik Kimia.
Bandung : Politeknik Negeri Bandung.
Tim Dosen. 2004. Buku Petunjuk Praktikum Satuan Operasi : Aliran Fluida. Jurusan
Teknik Kimia. Bandung : Politeknik Negeri Bandung.
Zacharias, P., & Pancoko, M. (2011). Perekayasaan Heat Exchanger Sebagai Pemanas
Umpan UF6 ke Reaktor Rotary Kiln. Tangerang Selatan: BATAN.

Anda mungkin juga menyukai