PROSES AMINASI
Pereduksi tersebut di atas memiliki kekuatan mereduksi yang berbeda. Yang paling
banyak digunakan adalah logam dan asam. Dengan memilih reduktor yang sesuai dan
mengatur kondisi operasi, maka reduksi dapat dihentikan tidak sampai hasil akhir.
Pengaruh kekuatan zat pereduksi tersebut dapat dilihat pada hasil reduksi nitrobenzena
sebagai berikut :
Amonolisa
Hidroamonolisa
BAB
APLIKASI INDUSTRI
atau
amphetamine
juga
dikenal
sebagai
alpha-methyl-
Amphetamine sulfate merupakan serbuk kristal putih dan tidak berbau serta sedikit
berasa pahit. Amphetamine sulfate memiliki kelarutan tinggi dalam air (1:9) dan sedikit
larut dalam alkohol (sekitar 1:500). Struktur Kimia Amphetamine (1-phenylpropan-2amine).
Senyawa amina dapat disintesis dalam satu tahap dengan mereaksikan keton atau
aldehid dengan amonia atau suatu amina dalam sejumlah agen pereduksi. Proses ini
dinamakan reaksi aminasi reduktif. Reduktif aminasi ini terjadi melalui penyerangan
gugus karbonil oleh amina dan menghasilkan imina melalui reaksi adisi nukleofilik.
Langkah pertama adalah adisi nukleofilik pada gugus karbonil yang diikuti
dengan transfer proton. Produk yang dihasilkan pada langkah pertama ini adalah
hemiaminal atau sering disebut carbinolamine. Bentuk ini biasanya tidak stabil dan tidak
dapat diisolasi. Reaksi yang kedua adalah eliminasi air dari hemiaminal sehingga
terbentuklah senyawa imina. Kemudian bentuk imina ini direduksi dengan agen
pereduksi seperti gas hidrogen dan palladium (H2/Pd), gas hidrogen dan platina (H2/Pt),
Natrium borohidrid (NaBH4) atau dengan lithium aluminium hidrida (LiAlH4) untuk
membentuk senyawa amina.
Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan amphetamine secara aminasi
reduktif adalah benzyl methyl keton. Senyawa benzyl methyl keton yang digunakan
adalah phenil-2-propanone (P2P). Saat ini, P2P merupakan bahan kimia yang
peredarannya sangat dibatasi karena kekhawatiran penyalahgunaan bahan ini sebagai
starting material untuk pembuatan amphetamine. Selain reaksi aminasi reduktif, juga
dikenal reaksi lain untuk pembuatan amphetamine.
Salah satu upaya sintesis amphetamine adalah dengan cara aminasi reduktif
tekanan tinggi terhadap 1-phenil-2-propanone dengan menggunakan Raney Nickel.
Prosedur pembuatan secara laboratorium adalah sebagai berikut:
1) Satu mol atau kurang lebih 134,2 gram phenyl-2-propanone dilarutkan ke dalam 500
ml methanol yang telah dijenuhkan dengan ammonia pada suhu 10oC (sekitar 94 gra
m atau 5,5 mol).
2) Setelah penambahan Raney nickel dari 30 gram alloy, dilakukan hidrogenasi dalam
autoclave yang dilengkapi dengan shaker atau pengaduk. Hidrogenasi ini dijalankan
pada suhu 90oC dan tekanan 100atm. Setelah pengambilan hidrogen telah berhenti,
tekanan diturunkan.
3) Kemudian dilakukan penyaringan terhadap katalis dan dilakukan destilasi untuk
penghilangan pelar tekanan diturunkan ut. Residu diasamkan dengan 20% HCl
hingga pH 3.
4) Pengotor non-basic (asam) diekstraksi dengan eter. Ekstrak eter ini dibuang. Sedangk
an larutan berair (fase air) dibasakan dengan larutan NaOH 40% dan diekstraksi deng
an eter.
5) Ekstrak eter (berisi amphetamine base) dikeringkan dari tapak-tapak air dengan mele
watkannya pada KOH.
6) Pelarut eter diuapkan dan produk didestilasi untuk mendapatkan produk yang lebih m
urni (yield 90%) dengan b.p 92oC.
Amphetamine lebih baik disimpan dalam bentuk hidroklorida. Untuk mendapatkan
bentuk hidroklorida, amphetamine base dilarutkan dengan pendinginan dalam alkohol
jenuh HCl dalam jumlah berlebih. Dilakukan presipitasi dengan eter absolut untuk
mendapatkan racemic DL amphetamine hydrochloride, mp 1520C.
Sumber:
http://hmtkupnyogya.files.wordpress.com/2012/02/9-aminasi.pdf
https://www.scribd.com/doc/199227581/AMINASI#download
https://www.academia.edu/7883700/MAKALAH_PEMBUATAN_ANILIN_MELAUI_P
ROSES_REDUKSI_NITROBENZENE_Diajukan_Untuk_Memenuhi_Tugas_Mata_Kuli
ah_Proses_Industri_Kimia_Organik