Anda di halaman 1dari 6

BAB

PROSES AMINASI

1.1 Proses Aminasi


Proses pembentukan amina dapat dilakukan dengan dua macam cara, yaitu:
1) Aminasi secara reduksi : yaitu proses pembuatan amina berdasarkan reaksi reduksi.
2) Amonolisis : yaitu proses pembuatan amina dari reaksi dengan amonia.

1.1.1 Aminasi Secara Reduksi


1) Zat yang dapat direduksi: adalah senyawa-senyawa yang telah mengandung atom N,
yaitu:
a. Senyawa nitro (R-NO2)
b. Senyawa nitroso (R-NO)
c. Senyawa hidroksilamin (R-NH-OH)
d. Senyawa hidraso (R-NH-NH-R)
e. Senyawa azoxybenzena (R-NH-NO-R)
f. Senyawa nitril (R-CN), azida, amida (RCO-NH2)
2) Zat-zat pereduksi adalah :
a. Logam dan asam
Logam yang digunakan adalah : Fe, Zn, Sn, Al sebagai sumber elektron. Asam yang
digunakan adalah : HCl, H2SO4 sebagai sumber ion H+. HNO3 jarang digunakan
arena mempunyai sifat sebagai oksidator kuat.
b. Logam dan basa
Logamnya adalah : Fe, Zn, Sn, Al. Basa-nya adalah NaOH, KOH
c. Sulfida
Untuk mereduksi sebagian senyawa polinitro aromatik menjadi nitro amina dan
mereduksi aminoantraquinon menjadi antraquinon.
d. Sulfit (Na-sulfit dan bisulfit)

e. Hidrogen (H2) dengan katalis


Penggunaan hidrogen sebagai reduktor, biasanya dengan katalisator. Reduksi dengan
hidrogen disebut hidrogenasi.
f. Elektrolisa
Ion hidrogen dihasilkan dari elektrolisa. Hidrogen inilah yang kemudian melakukan
reduksi.
g. Na-hidrosulfit
h. Metal hidrida
i. Natrium dan Na-alkoholat

Pereduksi tersebut di atas memiliki kekuatan mereduksi yang berbeda. Yang paling
banyak digunakan adalah logam dan asam. Dengan memilih reduktor yang sesuai dan
mengatur kondisi operasi, maka reduksi dapat dihentikan tidak sampai hasil akhir.
Pengaruh kekuatan zat pereduksi tersebut dapat dilihat pada hasil reduksi nitrobenzena
sebagai berikut :

3) Penggunaan Katalis dalam Reaksi Aminasi


a. Amonolisis senyawa halogen dengan katalis logam : Cu, As, Ag, CuO dan garamgaram Cu
b. Katalisator dehidrasi : alumina, silika gel, aluminium fosfat dalam gel alumina, Ni,
Co dll.
c. Katalisator hidrogenasi berupa logam campuran (alloy)
d. Katalisator hidroamonolisis : logam Ni, Co, Cu, Ni-A, dll

1.1.2 Aminasi secara Amonolisis


Amonolisis yaitu proses pembuatan amina dari reaksi dengan amonia.

Bahan yang digunakan untuk pengaminasi adalah :

NH3 gas atau cair

NH3 dalam air (NH4OH) atau dalam pelarut organik

Senyawa yang mengandung amonia (NH4)2SO4 dll

Pemilihan zat pengaminasi didasarkan pada :

Suhu dan tekanan

Jenis katalisator yang dipakai

Kelarutan dan stabilitas zat yang diaminasi

Kemungkinan adanya hasil samping

Kemungkinan terbentuknya amina sekunder

Ada dua macam reaksi amonolisa yaitu :

Amonolisa

: memasukkan NH3 ke dalam senyawa

Hidroamonolisa

: memasukkan NH3 dan H2 dalam senyawa

BAB
APLIKASI INDUSTRI

1.1 Proses Pembuatan Anilin


1. Aminasi Chlorobenzen
Pada proses aminasi chlorobenzen menggunakan zat pereaksi amoniak cair, dalam
fasa cair dengan katalis Tembaga Oxide dipanaskan akan menghasilkan 85 - 90 % anilin.
Sedangkan katalis yang aktif untuk reaksi ini adalah Tembaga Khlorid yang terbentuk dari
hasil reaksi samping ammonium khlorid dengan Tembaga Oxide. Mula - mula amoniak
cair dimasukkan ke dalam mixer dan pada saat bersamaan chlorobenzen dimasukkan pula,
tekanan di dalam mixer adalah 200 atm. Dari mixer campuran chlorobenzen dengan
amoniak dilewatkan ke preheater kemudian masuk ke reaktor dengan suhu reaksi 235 C
dan tekanan 200 atm. Pada reaksi ini ammonia cair yang digunakan adalah berlebihan.
Dengan menggunakan katalis tertentu, reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
C6H5Cl + 2 NH3 C6H5NH2+ NH4Cl
Pada proses aminasi chlorobenzen, hasil yang diperoleh berupa nitro anilin
dengan yield yang dihasilkan adalah 96 % ( Groggins, 1958 ).

1.2 Proses Pembuatan Amphetamine


Amphetamine

atau

amphetamine

juga

dikenal

sebagai

alpha-methyl-

phenethylamine, phenyl-isopropylamine, beta-phenyl-isopropylamine dan Benzedrine


adalah stimulan yang biasa digunakan untuk mengobati Attention-deficit hyperactivity
disorder (ADHD) pada remaja dan anak-anak. Selain itu, juga digunakan untuk
pengobatan simptomatis dari traumatic brain injury dan gejala mengantuk karena
narcopelsy serta chronic fatigue syndrome. Pada awalnya, senyawa ini dikenal dapat
digunakan untuk mengurangi nafsu makan dan untuk kontrol berat badan. Saat ini, obat
tersebut ilegal untuk diedarkan.
Amphetamine merupakan cairan tak berwarna dengan bau amina dan mudah larut
dalam air (1:50) serta larut dalam alkohol. Bentuk basa mudah menguap pada suhu kamar
dan telah digunakan sebagai inhalant, tetapi secara komersial tidak lagi tersedia di US.

Amphetamine sulfate merupakan serbuk kristal putih dan tidak berbau serta sedikit
berasa pahit. Amphetamine sulfate memiliki kelarutan tinggi dalam air (1:9) dan sedikit
larut dalam alkohol (sekitar 1:500). Struktur Kimia Amphetamine (1-phenylpropan-2amine).
Senyawa amina dapat disintesis dalam satu tahap dengan mereaksikan keton atau
aldehid dengan amonia atau suatu amina dalam sejumlah agen pereduksi. Proses ini
dinamakan reaksi aminasi reduktif. Reduktif aminasi ini terjadi melalui penyerangan
gugus karbonil oleh amina dan menghasilkan imina melalui reaksi adisi nukleofilik.
Langkah pertama adalah adisi nukleofilik pada gugus karbonil yang diikuti
dengan transfer proton. Produk yang dihasilkan pada langkah pertama ini adalah
hemiaminal atau sering disebut carbinolamine. Bentuk ini biasanya tidak stabil dan tidak
dapat diisolasi. Reaksi yang kedua adalah eliminasi air dari hemiaminal sehingga
terbentuklah senyawa imina. Kemudian bentuk imina ini direduksi dengan agen
pereduksi seperti gas hidrogen dan palladium (H2/Pd), gas hidrogen dan platina (H2/Pt),
Natrium borohidrid (NaBH4) atau dengan lithium aluminium hidrida (LiAlH4) untuk
membentuk senyawa amina.
Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan amphetamine secara aminasi
reduktif adalah benzyl methyl keton. Senyawa benzyl methyl keton yang digunakan
adalah phenil-2-propanone (P2P). Saat ini, P2P merupakan bahan kimia yang
peredarannya sangat dibatasi karena kekhawatiran penyalahgunaan bahan ini sebagai
starting material untuk pembuatan amphetamine. Selain reaksi aminasi reduktif, juga
dikenal reaksi lain untuk pembuatan amphetamine.
Salah satu upaya sintesis amphetamine adalah dengan cara aminasi reduktif
tekanan tinggi terhadap 1-phenil-2-propanone dengan menggunakan Raney Nickel.
Prosedur pembuatan secara laboratorium adalah sebagai berikut:
1) Satu mol atau kurang lebih 134,2 gram phenyl-2-propanone dilarutkan ke dalam 500
ml methanol yang telah dijenuhkan dengan ammonia pada suhu 10oC (sekitar 94 gra
m atau 5,5 mol).
2) Setelah penambahan Raney nickel dari 30 gram alloy, dilakukan hidrogenasi dalam
autoclave yang dilengkapi dengan shaker atau pengaduk. Hidrogenasi ini dijalankan
pada suhu 90oC dan tekanan 100atm. Setelah pengambilan hidrogen telah berhenti,

tekanan diturunkan.
3) Kemudian dilakukan penyaringan terhadap katalis dan dilakukan destilasi untuk
penghilangan pelar tekanan diturunkan ut. Residu diasamkan dengan 20% HCl
hingga pH 3.
4) Pengotor non-basic (asam) diekstraksi dengan eter. Ekstrak eter ini dibuang. Sedangk
an larutan berair (fase air) dibasakan dengan larutan NaOH 40% dan diekstraksi deng
an eter.
5) Ekstrak eter (berisi amphetamine base) dikeringkan dari tapak-tapak air dengan mele
watkannya pada KOH.
6) Pelarut eter diuapkan dan produk didestilasi untuk mendapatkan produk yang lebih m
urni (yield 90%) dengan b.p 92oC.
Amphetamine lebih baik disimpan dalam bentuk hidroklorida. Untuk mendapatkan
bentuk hidroklorida, amphetamine base dilarutkan dengan pendinginan dalam alkohol
jenuh HCl dalam jumlah berlebih. Dilakukan presipitasi dengan eter absolut untuk
mendapatkan racemic DL amphetamine hydrochloride, mp 1520C.

Sumber:
http://hmtkupnyogya.files.wordpress.com/2012/02/9-aminasi.pdf
https://www.scribd.com/doc/199227581/AMINASI#download
https://www.academia.edu/7883700/MAKALAH_PEMBUATAN_ANILIN_MELAUI_P
ROSES_REDUKSI_NITROBENZENE_Diajukan_Untuk_Memenuhi_Tugas_Mata_Kuli
ah_Proses_Industri_Kimia_Organik

Anda mungkin juga menyukai