OLEH:
OLEH:
Disetujui,
OLEH:
Diketahui/Disetujui:
Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
rahmat-Nya laporan Kerja Praktik ini dapat terselesaikan dengan baik. Kerja praktik
yang dilakukan di PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan ini dilaksanakan
mulai 01 Desember 2020 sampai 31 Desember 2020.
Dalam menyelesaikan Kerja Praktik ini penulis banyak menerima bantuan,
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Ibu Ir. Maya Sarah, ST, MT, Ph.D, IPM selaku Ketua Departemen Teknik
Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Erni Misran, ST., MT., Ph.D., Sekretaris Departemen Teknik Kimia,
Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr. Eng. Ir. Irvan, M.Si selaku Dosen Pembimbing Kerja
Praktek di Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dr. Ir. Iriany, M. Si., selaku Koordinator Kerja Praktik Departemen
Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
5. General Manager PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan.
6. Ibu Fina Dwi Utami selaku Pembimbing Kerja Praktek di Pertamina RU VI
Balongan.
7. Rekan-rekan Kerja Praktek yang berada di bagian Process & Engineering
yang membantu penulis.
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam laporan ini. Maka
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari segala pihak. Penulis
berharap laporan Kerja Praktek ini dapat diterima dan dapat menambah
pengetahuan pembaca mengenai proses kilang minyak bumi dan gas di PT.
PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan.
Medan, 14 Januari 2021
1. CLEAN (BERSIH)
Dikelola secara profesional, menghindari benturan kepentingan, tidak
menoleransi suap, menjunjung tinggi kepercayaan dan integritas.
Berpedoman pada asas-asas tata kelola korporasi yang baik.
5. COMMERCIAL (KOMERSIAL)
Menciptakan nilai tambah dengan orientasi komersial, mengambil
keputusan berdasarkan prinsip-prinsip bisnis yang sehat.
6. CAPABLE (BERKEMAMPUAN)
Dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang profesional dan memiliki talenta
dan penguasaan teknis tinggi, berkomitmen dalam membangun kemampuan
riset dan pengembangan.
1. General Manager
Tugas pokok General Manager adalah mengarahkan, memonitor, dan
mengevaluasi seluruh kegiatan di Refinery Unit VI sesuai dengan visi misi unit
bisnis yang meliputi kegiatan pengembangan pengolahan, pengoelolaan operasi
kilang, kehandalan kilang, pengembangan kilang, supply chain operation,
3. Production-I Manager
Tugas pokok Production-I Manager adalah mengarahkan, memonitor, dan
mengevaluasi sistem dan tata kerja operasi kilang, rencana operasi dan kegiatan
operasi kilang, pengadaan produk, barang, dan jasa, pengelolaan penerimaan,
penyaluran, dan storage management, pengelolaan sistem arus minyak,
pengelolaan mutu, dan operasional program HSE dalam rangka mendukung seluruh
kegiatan operasional kilang dalam melakukan pengolahan minyak mentah menjadi
produk BBM / NBBM secara produktif, efisien, aman, dan ramah lingkungan, serta
menunjukkan komitmen HSE dalam setiap aktivitas / proses bisnis sesuai dengan
perencanaan perusahaan di Refinery Unit VI.
4. Production-II Manager
Tugas pokok Production-II Manager adalah mengarahkan, memonitor, dan
mengevaluasi sistem dan tata kerja operasi kilang, rencana operasi dan kegiatan
operasi kilang, pengadaan produk, barang, dan jasa, pengelolaan penerimaan,
penyaluran, dan storage management, pengelolaan sistem arus minyak,
pengelolaan mutu, dan menunjukkan komitmen HSE dalam setiap aktivitas /
process business operasional program HSE dalam rangka mendukung seluruh
kegiatan operasional kilang dalam melakukan pengolahan minyak mentah menjadi
produk BBM, NBBM, secara produktif, efisien, aman, dan ramah lingkungan sesuai
dengan perencanaan perusahaan di Refinery Unit VI.
Ditinjau dari segi teknis dan ekonomis, lokasi ini cukup strategis dengan
adanya faktor pendukung, antara lain:
a) Bahan Baku
Sumber bahan baku yang diolah di PT. PERTAMINA (Persero) RU VI
Balongan adalah:
• Minyak mentah Duri, Riau (awalnya 80%, saat ini 50% feed).
• Minyak mentah Minas, Dumai (awalnya 20%, saat ini 50% feed).
• Gas alam dari Jawa Barat bagian timur sebesar 18 Million Metric Standard
Cubic Feet per Day (MMSCFD).
c) Transportasi
Lokasi kilang RU VI Balongan berdekatan dengan jalan raya dan lepas
pantai utara yang menghubungkan kota-kota besar sehingga memperlancar
distribusi hasil produksi, terutama untuk daerah Jakarta dan Jawa Barat. Marine
facilities adalah fasilitas yang berada di tengah laut untuk keperluan bongkar muat
crude oil dan produk kilang. Fasilitas ini terdiri dari area putar tangker, SBM, rambu
laut, dan jalur pipa minyak. Fasilitas untuk pembongkaran peralatan dan produk
(propylene) maupun pemuatan propylene dan LPG dilakukan dengan fasilitas yang
dinamakan jetty facilities.
d) Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang dipakai di PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
terdiri dari dua golongan, yaitu golongan pertama, dipekerjakan pada proses
pendirian Kilang Balongan yang berupa tenaga kerja lokal nonskill sehingga
meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar, sedangkan golongan kedua, yang
dipekerjakan untuk proses pengoperasian, berupa tenaga kerja PT. PERTAMINA
(Persero) yang telah berpengalaman dari berbagai kilang minyak di Indonesia.
3. Amine regenerator
Amine regenerator berfungsi untuk meregenerasi larutan amine yang telah
digunakan dalam kedua absorber di atas dengan kapasitas 100% gas yang keluar.
Hasilnya berupa larutan amine yang miskin sulfur dan siap dipakai kembali.
Terdapat fasilitas make up yang digunakan untuk mengantisipasi hilangnya
senyawa MDEA karena terbawa oleh sour gas. Langkah proses Amine Treatment
Unit adalah sebagai berikut:
Umpan off gas absorber berasal dari off gas CDU (Unit 11), GO-HTU (Unit
14), LCO-HTU (Unit 21), dan ARHDM (Unit 12/13). Umpan dicampur menjadi
Komponen sulfur dalam spent caustic dapat berupa S2- atau HS-. Reaksi-
reaksi yang terjadi:
2S2- + 2O2 + H2O → S2O32- + 2OH-
2HS- + 2O2 → S2O32- + H2O
S2O32- + O2 + 2OH- → 2SO42- + H2O
Kemudian pH treated spent caustic diatur dengan NaOH atau H2SO4. Saat
ini terjadi peningkatan kapasitas unit SWS karena adanya tambahan sour water dari
Naphta Treatment Unit (NTU) atau Kilang Langit Biru Balongan (KLBB). Berikut
merupakan diagram alir Sour Water Stripper Unit:
1. Thermal recovery
Pada tahap ini gas asam dibakar di dalam furnace hingga membakar 1/3
H2S, hidrokarbon dan amonia yang terdapat dalam gas umpan. Senyawa SO2 yang
terbentuk dari pembakaran akan bereaksi dengan senyawa H2S yang tidak terbakar
menghasilkan senyawa sulfur. Produk hasil pembakaran didinginkan di waste heat
boiler dan thermal sulphur condenser. Panas yang diterima di waste heat boiler
digunakan untuk membangkitkan steam. Sulfur yang dihasilkan sekitar lebih dari
60%.
2. Catalyst Recoveries
Setelah tahap thermal recovery dilanjutkan dengan tahap catalyst
recoveries. Pada catalyst recoveries terdapat tiga tahap yang terdiri dari preheater,
catalytic conversion (converter) dan cooling with sulfur condensation. Sulfur yang
keluar dari tiap kondenser dialirkan menuju sulphur pit untuk dilakukan proses
deggased. Pada unit ini sulfur yang berasal dari unit Claus diubah dari fasa cair
menjadi fasa padat yang berbentuk serpihan yang kemudian akan disimpan.
Reaksi–reaksi yang terjadi pada proses Claus yaitu:
H2S + ½ O2 SO2 + H2O (thermal)
H2S + ½ SO2 ½ S + H2O (thermal dan catalyst)
Sulfur yang tersisa dari unit Claus, membakar gas–gas mengandung
amoniak dari unit SWS dan membakar gas dari sulphur pit. Pada sulfur plant
terdapat incinerator yang berfungsi membakar sulfur. Berikut Diagram Alir Proses
Sulphur Plant:
Sumber: Kern.1983.
Tabel 4.2 Data Aktual Heat Exchanger 11-E-104 tanggal 01 Desember - 31 Desember
2020
t1 = 97 °C = 206.6 °F
t2 = 115 °C = 239 °F
T1 = 186 °C = 366.8 °F
T2 = 146 °C = 294.8 °F
(Data Desain)
= 6161116.714 Btu/hr
= 5898327.12 Btu/hr
t2 −t1 32.4 °F
R= = = 2.22 °F
T1 −T2 72 °F
T1 −T2 72 °F
P= = = 0.44 °F
T1 −t1 160.2 °F
Fτ = 0.99
Pada °API 34,87 dan T1-T2= 23.45 °F, maka diperoleh nilai:
KC = 0.11
FC = 0.47
Maka,
Tc = T2+FC (T1-T2)
= 328.64 °F
tc = t1+FC (t2-t1)
= 221.82 °F
= 0.25 in
(ID×C′B) Nt x a′t
aS = at =
144PT 144nt
𝑊 𝑤
GS = Gt =
𝑎𝑠 𝑎𝑡
μ = 8.9 cP μ = 0.35 cP
= 0.0791 ft = 0.00691 ft
De×Gs De×Gt
Res = Res =
μ μ
= 6896 = 496903
jH = 50 JH = 850
(Gambar A.4) (Gambar A.5)
cμ cμ
( )1/3 = 221.82 x 21.538
( )1/3 =
328.64 x 0.847
k 0.0659 k 0.0605
𝑘 cμ 1/3 𝑘 cμ 1/3
ho = Jh ( ) ϕS
De k
hi = Jh ( ) ϕp
ID k
ℎ𝑖𝑜 ℎ𝑖 ID
= ×
ϕp ϕp OD
ℎ𝑖𝑜
= 167092.2413 Btu/hr.ft2.°F
ϕp
ℎ𝑜
ϕS
tw = tc + ℎ𝑖𝑜 ℎ𝑜
(Tc − tc)
ϕp + ϕS
1005838.203
=221.82 + 167092.2413+ 1005838.203 (328.64 − 221.82)
= 313.42 °F
μ = 30 cST μ = 30 cST
μ μ
ɸS = ( )0,14 ɸp = ( )0,14
μw μw
= 1.158 = 1.822
ℎ𝑜 ℎ𝑖
= 1005838.20 Btu/hr.ft2.°F = 11402620.14 Btu/hr.ft2.°F
ϕS ϕp
ho = 1165641.244 hi = 20786746.08
Btu/hr.ft2.°F/ft Btu/hr.ft2.°F/ft
ℎ𝑖𝑜
= 167092.2413 Btu/hr.ft2.°F
ϕp
hio x ho
Uc =
hio + ho
304605.779 x 1165641.244
=
304605.779 + 1165641.244
= 241497.5536 Btu/hr.ft2.°F
= 1159188.257 Kcal/hr.m2.°C
A = a” × L × Nt
Q
UD =
AΔt
29578319.5
=
80614.425 x 105.71
= 3.470882033 Btu/hr.ft2.°F
= 16.66023376 Kcal/hr.m2.°C
Uc−UD
Rd =
UC x UD
1159188.257−16.66023376
=
1159188.257 x 16.66023376
= 0.06 m2.hr.°C/kcal
Q = Wt.Cpt.(T1-T2) = Ws.Cps.(t2-t1)
t1 = 96.88 °C = 206.38 °F
t2 = 116 °C = 240.8 °F
T1 = 180.99 °C = 357.79 °F
T2 = 149 °C = 300.2 °F
= 25013219.32 Btu/hr
= 14483883.26 Btu/hr
t2 −t1 34.41 °F
R= = = 1.67 °F
T1 −T2 57.59 °F
T1 −T2 151.54 °F
P= = = 0.38 °F
T1 −t1 160.2 °F
Fτ = 0.99
Pada °API 34,87 dan T1-T2= 57.59 °F, maka diperoleh nilai:
KC = 0.11
FC = 0.47
Tc = T2+FC (T1-T2)
= 327.27 °F
tc = t1+FC (t2-t1)
= 222.56 °F
= 0.25 in
(ID×C′B) Nt x a′t
aS = at =
144PT 144nt
𝑊 𝑤
GS = Gt =
𝑎𝑠 𝑎𝑡
μ = 8.9 cP μ = 0.35 cP
= 0.95/12 = 0.083/12
= 0.0791 ft = 0.00691 ft
De×Gs De×Gt
Reshell = Retube =
μ μ
= 5490 = 304629
jH = 43 JH = 700
(Gambar A.4) (Gambar A.5)
cμ cμ
( k )1/3 = 222.56 x 21.538
0.0659
( k )1/3 =
327.27 x 0.847
0.0605
𝑘 cμ 1/3 𝑘 cμ 1/3
ho = Jh ( ) ϕS
De k
hi = Jh ( ) ϕp
ID k
ℎ𝑖𝑜 ℎ𝑖 ID
= ×
ϕp ϕp OD
ℎ𝑖𝑜
= 137032.5616 Btu/hr.ft2.°F
ϕp
ℎ𝑜
ϕS
tw = tc + ℎ𝑖𝑜 ℎ𝑜
(Tc − tc )
ϕp + ϕS
867880.4255
= 222.56 + (327.27 − 222.56)
137032.5616+ 867880.4255
= 312.99 °F
μ μ
ɸS = ( )0,14 ɸp = ( )0,14
μw μw
= 1.158 = 1.822
ℎ𝑜 ℎ𝑖
= 867880.425 Btu/hr.ft2.°F = 9351303.414 Btu/hr.ft2.°F
ϕS ϕp
ho = 1005765.357 hi = 17047237.13
Btu/hr.ft2.°F/ft Btu/hr.ft2.°F/ft
ℎ𝑖𝑜
= 137032.5616 Btu/hr.ft2.°F
ϕp
hio = 137032.5616 x 1.822
hio x ho
Uc =
hio + ho
249807.5903 x 1005765.357
=
249807.5903 +1005765.357
= 960509.3353 Kcal/hr.m2.°C
A = a” × L × Nt
= 80614.425 ft2
Q
UD =
AΔt
25013219.32
=
80614.425 x 103.93
= 2.985491223 Btu/hr.ft2.°F
= 14.33035787 Kcal/hr.m2.°C
Uc−UD
Rd =
UC x UD
960509.3353−14.33035787
=
960509.3353 x 14.33035787
= 0.0698 m2.hr.°C/kcal
t1 = 95.56 °C = 204.01 °F
t2 = 98.72 °C = 209.69 °F
T1 = 179.59 °C = 355.27 °F
T2 = 171.39 °C = 340.50 °F
(Data Desain)
= 3784151.473 Btu/hr
= 3579489.909 Btu/hr
t2 −t1 5.67 °F
R= = = 0.38 °F
T1 −T2 14.7 °F
T1 −T2 14.7 °F
P= = = 0.09 °F
T1 −t1 151.25 °F
Fτ = 0.99
Pada °API 34,87 dan T1-T2= 14.7 °F, maka diperoleh nilai:
KC = 0.07
FC = 0.49
Maka,
Tc = T2+FC (T1-T2)
= 347.74 °F
tc = t1+FC (t2-t1)
= 206.80 °F
= 0.25 in
(ID×C′B) Nt x a′t
aS = at =
144PT 144nt
𝑊 𝑤
GS = Gt =
𝑎𝑠 𝑎𝑡
μ = 8.9 cP μ = 0.35 cP
= 0.0791 ft = 0.00691 ft
De×Gs De×Gt
Res = Res =
μ μ
= 5033 = 293561
jH = 40 JH = 700
(Gambar A.4) (Gambar A.5)
cμ cμ
( k )1/3 = 206.80 x 21.538
0.0659
( k )1/3 =
347.74 x 0.847
0.0605
𝑘 cμ
1/3 𝑘 cμ 1/3
ho = Jh (
De k
) ϕS hi = Jh ( ) ϕp
ID k
ℎ𝑖𝑜 ℎ𝑖 ID
= ×
ϕp ϕp OD
ℎ𝑖𝑜
= 145603.6717 Btu/hr.ft2.°F
ϕp
ℎ𝑜
ϕS
tw = tc + ℎ𝑖𝑜 ℎ𝑜
(Tc − tc)
ϕp + ϕS
750160.327
=206.80 + 145603.6717 + 750160.327 (347.74 − 206.80)
= 324.83 °F
μ = 30 cST μ = 30 cST
μ μ
ɸS = ( )0,14 ɸp = ( )0,14
μw μw
= 1.158 = 1.822
ℎ𝑜 ℎ𝑖
= 750160.327 Btu/hr.ft2.°F = 9936208.568 Btu/hr.ft2.°F
ϕS ϕp
ho = 869342.42 hi = 18113507.41
Btu/hr.ft2.°F/ft Btu/hr.ft2.°F/ft
ℎ𝑖𝑜
= 145603.6717 Btu/hr.ft2.°F
ϕp
hio = 145603.6717 x 1.822
hio x ho
Uc =
hio + ho
265432.5509 x 869342.42
=
265432.5509 + 869342.42
= 203345.8457 Btu/hr.ft2.°F
= 976060.0593 Kcal/hr.m2.°C
A = a” × L × Nt
= 80614.425 ft2
3784151.473
=
80614.425 x 139.57
= 0.336319998 Btu/hr.ft2.°F
= 1.614335992 Kcal/hr.m2.°C
Uc−UD
Rd =
UC x UD
976060.0593−1.614335992
=
976060.0593 x 1.614335992
= 0.6194 m2.hr.°C/kcal
Keterangan:
4.6 Pembahasan
Dari data desain yang diperoleh pada data specification sheet Heat
Exchanger 11-E-104, data tanpa menggunakan by pass dan data aktual yang
diperoleh dari tanggal 01 Desember - 31 Desember 2020, didapatkan hasil
perhitungan sebagai berikut:
Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Fouling Factor (Rd) pada Heat Exchanger
11-E-104 Berdasarkan Data Desain
Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Fouling Factor (Rd) pada Heat Exchanger 11-E-104
Berdasarkan Data Tanpa Menggunakan by Pass
Penurunan Kinerja
Variabel Data Tanpa By Pass
(%)
Fouling Factor (m2.hr.°C/kcal) 0.0698 14
Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Fouling Factor (Rd) pada Heat Exchanger 11-E-104
Berdasarkan Data Aktual Tanggal 01 Desember 2020 -31 Desember 2020
12/12/2020
Unit Problem, Data Tidak Valid
13/12/2020
14/12/2020
15/12/2020
16/12/2020 0.2223 73
17/12/2020 0.2769 78
18/12/2020 0.2326 74
19/12/2020 0.1868 68
20/12/2020 0.1877 68
21/12/2020 0.1420 58
22/12/2020 0.1326 55
23/12/2020 0.1083 45
24/12/2020 0.0845 29
25/12/2020 0.1341 55
26/12/2020 0.0915 34
27/12/2020 0.0995 40
28/12/2020 0.0997 40
29/12/2020 0.1128 47
30/12/2020 0.1158 48
31/12/2020 0.0990 39
Rata-Rata 0.2631 65.6632
Gambar 4.2 Grafik fouling factor (Rd) Heat Exchanger 11-E-104 pada tanggal 01
Desember - 31 Desember 2020
Berdasarkan grafik pada Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa nilai Rd aktual
selama satu bulan lebih besar daripada nilai Rd desain. Hal ini menunjukan kinerja
Heat Exchanger 11-E-104 sudah mengalami penurunan akibat fouling yang terjadi
di Heat Exchanger. Fouling yang terjadi pada perhitungan Heat Exchanger11-E-
104 terjadi karena dalam perhitungan data aktual menggunakan data suhu
campuran dengan suhu by pass. Hal itu terjadi karena pada by pass tidak tersedia
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan dan pembahasan data desain dan data aktual
selama satu bulan dari tanggal 01 Desember 2020 - 31 Desember 2020 dapat
disimpulkan bahwa:
1. Terjadi penurunan kinerja pada Heat Exchanger 11-E-104 (dengan
Bypass) jika ditinjau dari nilai fouling factor (Rd) aktual yang nilainya
fluktuatif sebesar 0.3651 – 0.0990 m2.hr.°C/kcal.
2. Terjadi penurunan kinerja pada Heat Exchanger 11-E-104 (tanpa Bypass)
jika ditinjau dari nilai fouling factor (Rd) aktual yang nilainya sebesar
0.0698 m2.hr.°C/kcal dengan penurunan performa sebesar 14% dari data
desain.
3. Berdasarkan penurunan kinerja kedua pengoperasian Heat Exchanger 11-
E-104 dengan Bypass atau tanpa by pass didapatkan kesimpulan bahwa
penurunan kerja yang lebih sedikit yaitu pada Heat Exchanger 11-E-104
(tanpa Bypass) dikarenakan data aktual pada input yang masuk kedalam
Heat Exchanger 11-E-104 dapat dihitung secara keseluruhan sehingga
didapatkan nilai penurunan kinerja yang lebih baik.
5.2 Saran
Setelah mengevaluasi kinerja dari Heat Exchanger 11-E-104 pada Crude
Destillation Unit selama satu bulan pada tanggal 01 Desember 2020 - 31 Desember
2020, perlu dilakukan beberapa hal sebagai berikut:
1. Disarankan ntuk meningkatkan kinerja dari Heat Exchanger 11-E-104,
perlu dilakukan proses cleaning yang berkala di bagian shell dan tube agar
fouling yang ada pada Heat Exchanger sehingga dapat dihilangkan dan
menurunkan nilai fouling factor (Rd).
2. Disarankan untuk mempertahankan kinerja dari Heat Exchanger 11-E-104
agar tetap optimal, perlu dilakukan perhitungan kinerja atau analis.
3. Disarankan untuk memasang flowmeter pada unit by pass, sehingga bisa
didapat nilai fouling factor yang lebih akurat.
Bizzi. I. dan R. Setiadi. 2013. Studi Perhitungan Alat Penukar Kalor Tipe Shell and
Tube dengan Program Heat Transfer Research Inc. (HTRI).Jurnal Rekayasa
Mesin, Vol. 13 No. 1.
Budhiarto Adhi. Teknologi Proses Kilang Minyak Bumi. Buku Pintar Migas.
Indonesia.
Holman, J.P. 1995. Perpindahan Panas. Erlangga. Edisi keenam.Jakarta
Kern, D.Q., 1983, Process Heat Transfer, McGraw Hill International Book
Company, Japan.
Humas PERTAMINA UP-VI Balongan. 2008. Company Profile PT. PERTAMINA
Refinery Unit VI Balongan
PERTAMINA EXOR-1. 1992. Pedoman Operasi : Unit 11 CDU. JGC Corporation
& Foster Wheeler (Indonesia) Limited.
PERTAMINA. 1992. Pedoman Operasi Kilang :dan Pertamina UP-VI Balongan.
JGC Corporation & Foster Wheeler (Indonesia) Limited.
Setyoko Bambang. 2008. Evaluasi Kinerja Heat Exchanger dengan Metode Fouling
Factor. Vol 29. Fakultas Teknik: Universitas Diponegoro The Engineering
ToolBox. 2018. Resources Tools and Basic Information for Engineering and
Design of Technical Applications
Winasis, Yoga Satria., dan Rachmawti, Meiki Isnaeni. Laporan Kerja Praktek PT.
PERTAMINA (PERSERO) RU-VI Balongan”, Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknik Univeristas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur,
2017: Surabaya.