Disusun Oleh:
Agung Dharma Pratama Mahardika
(1510017411010)
Mengetahui, Menyetujui,
Section Head ECLC Pembimbing Kerja Praktek
Menyetujui,
HC Unit Manager RU II
Deni Saputra
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat, karunia serta hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
umum PT Pertamina (Persero) RU II Dumai ini sesuai waktu yang ditetapkan.
Laporan ini diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan mata
kuliah Praktik Kerja sebagai mata kuliah pada Program Studi Teknik Kimia,
Fakultas Teknik Industri Universitas Bung Hatta.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada:
1. Orang tua, yang telah mendoakan dan memberikan dukungan baik moril
maupun materil agar penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik.
2. PT Pertamina (Persero) RU II Dumai yang telah memberikan izin kepada
penulis untuk melakukan kerja praktik di perusahaannya.
3. General Manager PT. Pertamina (Persero) RU II Dumai.
4. Fungsi HR yang telah membantu dalam proses kerja praktik di PT
Pertamina (Persero) RU II Dumai.
5. Bapak Erdyanto Perkasa selaku Section Head Energy Conservation& Loss
Control dari PT Pertamina (Persero) RU II Dumai.
6. Ibu Agustin Wulandari, selaku pembimbing dari PT Pertamina (Persero)
RU II.
7. Ibu Ellyta Sari ST,MT selaku dosen pembimbing dari Fakultas Teknologi
Industri Universitas Bung Hatta yang telah banyak memberikan
pengarahan kepada penulis sebelum akan melakukan kerja praktik.
8. Ibu Drs. Munas Martinys,ST,MT, selaku koordinator kerja praktik yang
telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan kerja praktik.
9. Dr Mulyazmi,ST,MT sebagai ketua jurusan Teknik Kimia Fakultas
Teknologi Industri Universitas Bung Hatta.
10. Rekan – rekan kerja praktik sebagai partner kerja praktik penulis dari awal
hingga selesainya kegiatan kerja praktik ini.
Penulis
LEMBARAN PENGESAHAN.............................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. v
DAFTAR TABEL ................................................................................................ vi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1.Gambaran Umum dan Sejarah Singkat Pabrik ....................................... 1
1.2.Bahan Baku dan Bahan Penunjang ......................................................... 4
1.3.Produk dan Pemasaran ........................................................................... 6
1.4.Tata letak (lay out) Pabrik .................................................................... 10
1.5.Struktur Organisasi Pabrik .............................................................................. 11
I. Perhitungan Konversi Drain Free Water Dari Milimeter Ke Liter Dan Barrel .. 1
II. Perhitungan Jumlah Drain Free Water Per Bulan ............................................. 7
Setelah proyek perluasan ini selesai dibangun, kilang baru ini diresmikan
oleh presiden Soeharto pada tanggal 16 Februari 1984 dan mencakup beberapa
unit proses, yaitu :
Kilang Minyak Sei Pakning dibangun pada tahun 1968 oleh Refining
Associater (Canada) Ltd atau Refican dan selesai pada tahun 1969, dengan
kapasitas desain 25 MBSD. Setelah itu, kilang Sei Pakning ini mengalami tiga
kali peningkatan produksi yaitu pada tahun 1977 (kapasitas produksi dinaikkan
menjadi 35 MBSD), tahun1980 (kapasitas produksi dinaikkan menjadi 40
MBSD), dan pada tahun 1982 (kapasitas produksi dinaikkan menjadi 50 MBSD).
Beberapa jenis Bahan Bakar Minyak (BBM) yang telah diproduksi oleh
kilang PT Pertamina (Persero) RU II Dumaisaat ini antara lain premium, jet
petroleum grade, aviation turbin, kerosin dan Automotive Diesel Oil (ADO).
Produk non BBM yang dihasilkan kilang PT Pertamina (Persero) RU II Dumai
antara lain LPG dan Green Coke. Konstribusi kilang PT Pertamina (Persero) RU
II Dumai dan Sei Pakning terhadap kebutuhan bahan bakar nasional mencapai 22-
24%, yaitu untuk memenuhi kebutuhan beberapa propinsi di pulau Sumatera dan
Jakarta. Desain dan konstruksi kilang PT Pertamina (Persero) RU II Dumai telah
menggunakan teknologi tinggi sehingga aspek keselamatan kerja karyawan dan
peralatan produksi serta Refinery Unit limbah untuk program perlindungan
lingkungan, telah dibuat secara memadai dengan mengikuti standar internasional.
Beberapa sejarah penting Kilang Sei Pakning :
1. Penyerahan kilang dari pihak Refican pada Pertamina pada tahun 1975.
2. Peningkatan kapasitas produksi menjadi 35 MBSD pada tahun 1977.
3. Peningkatan kapasitas produksi menjadi 40 MBSD pada tahun 1980.
4. Peningkatan kapasitas produksi menjadi 50 MBSD pada tahun 1982.
Sifat Nilai
Sifat Nilai
Dengan kapasitas pengolahan yang meliputi kilang lama dan kilang baru:
a. Hydrogen Plant
Unit ini merupakan unit penghasil Hydrogen yang terdiri dari dua train yang
menghasilkan feed hydrogen dengan kemurnian lebih dari 97%.Hidrogen
akan digunakan dalam proseshydrotreating dan hydrocracking.
1. Dumai berlokasi ditepi pantai (Selat Rupat) menuju perairan bebas Selat
Malaka, sehingga produk-produk kilang akan mudah didistribusikan
melalui transportasi laut, yang dapat dikunjungi kapal-kapal tengker.
2. Dumai merupakan daerah ladang minyak dan letaknya dekat dengan PT.
Chevron Pasific Indonesia sebagai penyalur Crude Oil, yang mampu
memproduksi 850.000 Barrel/hari.
3. Daerah Dumai merupakan dataran rendah yang cukup stabil dan
banyak terdapat hutan, yang letaknya cukup jauh dari pusat gempa
Sumatera disepanjang pegunungan bukit barisan sehingga aman untuk
perluasan kilang.
4. Daerah Dumai termasuk kota yang jarang penduduknya, sehingga
banyak membantu pemerintah dalam pemerataan penduduk.
5. Tanah daerah Dumai kurang subur atau rawa sehingga tidak merugikan.
1.5 Struktur Organisasi
Susunan dewan direksi Pertamina sesuai dengan Keppres No. 313/M tahun
2000 terdiri dari satu orang direktur utama dan lima orang direktur yang
membawahi:
a. Direktur Utama
b. Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Resiko
c. Direktur Hulu
d. Direktur Pengolahan
e. Direktur Pemasaran dan Niaga
f. Direktur Gas
g. Direktur Umum
Berdasarkan jenis bahan baku serta proses yang terjadi di dalamnya, proses
pengolahan umpan berupa minyak mentah yang masuk ke kilang PT Pertamina
(Persero) RU II Dumai terbagi ke dalam tiga kompleks proses. Ketiga kompleks
proses tersebut adalah :
1. HSC (Hydro Skimming Complex)
Hydro Skimming Complex (HSC) meliputi kilang lama (existing plant) dan
kilang baru (new plant).HSC ini terdiri dari pengolahan tingkat pertama (primary
process) dan pengolahan tingkat kedua (secondary process).Pada pengolahan
tingkat pertama fraksi-fraksi menyak bumi dipisahkan secara fisika kemudian
pengolahan tingkat kedua dilakukan untuk menyempurnakan produk dari
pengolahan tingkat pertama. Unit-unit yang terdapat dalam HSC meliputi:
1. Primary Unit :
Crude Distillation Unit (CDU)/Topping Unit/Unit 100
Naphtha Rerun Unit (NRU)/Unit 102
Naphtha Hydrotreating Unit (NHDT)/Unit 200
2. Secondary Unit
Hydrobon Platforming Unit (PL-I)/Unit 301
Platforming II (PL-II)-Unit 300
Continuous Catalyst Regeneration (CCR)-Platforming II (PL-II)/Unit
300.
Unit ini berfungsi memisahkan minyak mentah (Crude oil) atas fraksi-
fraksinya berdasarkan perbedaan trayek titik didih masing-masing pada tekanan 1
atm. Proses pemisahan yang digunakan berupa distilasi atmosferik dengan
temperatur aliran masuk kolom distilasi sebesar 330oC. Kapasitas pengolahan unit
CDU di kilang PT Pertamina (Persero) RU II Dumai hingga saat ini adalah
sebesar 127 MBSD, dengan kapasitas total pada perancangan sebesar 130 MBSD.
Umpan minyak mentah yang diolah oleh kilang Dumai berasal dari Sumatra
Light Crude(SLC) dan Duri Crude Oil(DCO) dengan perbandingan 85% dan 15%
volume. Sementara kilang yang berada di Sungai Pakning mengolah umpan
minyak mentah sebanyak 50 MBSD dengan komposisi umpan 90% volume Duri
Crude Oil dan sisanya minyak dari sumber lain (mixing oil).Produk yang
dihasilkan unit ini berupa Off gas, straight run naphtha, Light Gas Oil(LGO),
Heavy Gas Oil (HGO),kerosenedan Long Residu. Off gas dapat digunakan sebagai
fuel gas sementara sisanya dibakar di Flare, sebagian naphtha diambil sebagai
produk, sedangkan sisanya diumpankan ke NRU (Naphtha Rerun Unit) untuk
diolah lebih lanjut. LGO dan HGO diambil sebagai produk untuk komponen
campuran Automotive Diesel Oil (ADO), sedangkan Long Residu sebagian besar
diumpankan ke HVU (Heavy Vacum Unit) untuk diolah lebih lanjut dan sisanya
diambil sebagai komponen campuran Low Sulfur WaxyResidu (LSWR) yang
dapat digunakan digunakan dalam fuel oilataupun dijual sebagai umpan industri
lainnya.
1. LPG <30
2. Naphtha 40-150
3. Kerosene 150-250
4. LGO 250-300
5. HGO 300-350
6. LSWR >350
Di 100-H-1, crude oil dari exchanger masuk dalam 8 pass yang alirannya
dikontrol oleh FC-102 s.d FC-109. Saat ini, posisi kontrol aliran crude inlet 100-
H-1 dibuat manual dengan mensetting bukaan kontrol 100%.Hal ini dilakukan
demi kemudahan dan kestabilan operasi. Crude dinaikkan temperaturnya sampai
330oC agar pemisahan di 100-T-1 berlangsung dengan baik.
Control fuel yang digunakan pada 100-H-1 saat ini adalah kontrol fuel oil.
Jumlah fuel oil dikendalikan dari tekanannya, sehingga jika bukan control valve
terlalu besar dapat menyebabkan tekanan fuel oil turun dan dapat mempengaruhi
bentuk flame pada burner. Diharapkan, tekanan fuel oil memiliki nilai antara 0,8-5
kg/cm2 agar bentuk flame bagus dan tidak menyentuh tube. Oleh karena itu, untuk
Trip sistem di 100-H-1 menerima sinyal dari Pass 1 (FC-102), Pass 3 (FC-
104), Pass 5 (FC-106), dan Pass 7 (FC-108). Tiga dari empat Pass ini terindikasi
too low flow, maka selenoid akan jatuh dan heater akan trip untuk mencegah
terjadinya kerusakan pada tube. Jika hanya satu atau dua yang terindikasi low
flow, alarm akan berbunyi dan segera dilakukan tindakan untuk mengatur bukaan
kontrol valve Crude inlet. Jika aliran belum tercapai, dapat dibantu dengan bukaan
valve bypass.
Unit ini berguna memisahkan fraksi ringan dari straight run naphtha pada
topping unit menjadi Light Naphtha dan Heavy Naphtha serta gas untuk bahan
bakar kilang (feed gas). Light Naphtha tersebut disebut juga dengan istilah Low
Octane Mogas Component (LOMC)yang tidak mengandung olefin atau banyak
mengandung parafin. Light Naphtha yang dihasilkan digunakan sebagai blending
component premium dengan jarak titik didih 30-80oC, sedangkan Heavy Naphtha
digunakan sebagai umpan Hydrobon Platforming Unit dengan jarak titik didih 80-
160oC. Prinsip dasar proses ini sama dengan Topping Unit yaitu pemisahan
berdasarkan titik didih.
Gambar 2.3 Diagram Alir Proses untuk Naphtha Rerun Unit di RU II Dumai
NHDT mengolah umpan berupa naphtha yang berasal baik dari CDU, DCU
maupun HCU dengan kapasitas pengolahan sebesar 10,1 MBSD.Produk yang
dihasilkan oleh unit ini adalah:
Gas yang dimanfaatkan sebagai fuel gas.
Light Naphtha, sebagai Low Octane Mogas Component untuk campuran
bensin
Heavy Naphtha, sebagai umpan CCR-Platforming Unit (PL-II).
Naphtha berupa umpan cair yang dipompakan dari Feed Surge Drum yang
dicampur dengan gas kaya hidrogen dan melalui ’Combined Feed Reactor
Effluent Exchanger’ dimana umpan menerima panas dari reaktor effluent
mengalami pendinginan.Kemudian umpan berupa gas dipanaskan lagi di Charge
Heater hingga mencapai temperatur reaksi. Alur proses di unit NHDT terlihat
pada gambar 2.4.
Press 200-V-4 dijaga oleh PC-6 (11 kg/cm2) dengan sistem split valve.
PCV-6 A mengalirkan gas dari 200-V-8 ke 200-V-4, sedangkan PCV-6 B
mengalirkan gas dari 200-V-4 ke Fuel Gas System.
Pada rentang bukaan control 0-50 %, valve A berada pada posisi open
sedangkan valve B akan berada pada posisi close.
Pada rentang bukaan control 50-100 %, valve A akan berada pada posisi
close sedangkan valve B berada pada posisi open.
Produk reaksi dari reaktor dialirkan ke 200-V-5 untuk memisahkan gas hasil
dan sisa reaksi dari cairan naphtha pada tekanan tinggi (50 kg/cm 2).Gas
merupakan gas kaya hydrogen dengan sedikit kandungan hidrokarbon ringan
produk cracking di dalam reaktor.Gas ini dialirkan ke 200-V-9 untuk dikompresi
di Recycle Gas Compressor 200-C-1 A/B dan dialirkan kembali untuk dimix
dengan naphtha umpan dan untuk aliran quenching reaktor.
Gas top produk Naphtha Stripper dikirim ke unit Amine LPG untuk
ditreatment lebih lanjut. Sedangkan treated naphtha yang merupakan bottom
produk Naphtha Stripper dialirkan ke 200-V-3 Naphtha Splitter untuk
memisahkan Light Naphtha dan Heavy Naphtha. Pada kolom inilah pengaturan
RVP Light Naphtha yang menjadi target operasi di NHDT.Pemisahan dilakukan
pada tekanan lebih rendah dari tekanan pada kolom 200-V-2 Naphtha Stripper
agar Light Naphtha lebih mudah teruapkan. Uap light naphtha di overhead kolom
dibagi menjadi dua aliran, aliran pertama masuk ke kondensor sebelum masuk ke
receiver, dan aliran kedua langsung masuk ke receiver dalam fasa uap melalui
suatu control valve. Beda tekanan antara kedua aliran tersebut dijaga dengan
memainkan bukaan control valve sehingga tekanan kolom terjaga. Hal ini
dilakukan karena umpan yang masuk ke 200-V-3 sudah tidak mengandung gas.
Laju alir naphtha dikendalikan oleh FV-68.Pada inlet 300-E-1, terdapat line
SUBP yang pada kondisi normal, kerangan SUBP berada dalam kondisi terblok.
Line SUBP terhubung langsung ke kolom Debutanizer 300-V-6 dan digunakan
saat startup selama sirkulasi feed sebelum mencapai temperatur cut in,dan saat
keadaan emergency yang menyebabkan supply gas terhenti.
1. Untuk merecovery LPG dari aliran gas sehingga gas hydrogen lebih murni
dan jumlah LPG produk meningkat.
2. Memberikan tekanan pada gas yang akan dialirkan sebagai make up gas
unit lain.
Gas yang keluar dari 300-V-5 adalah Net gas dengan kemurnian hydrogen
lebih tinggi yang nantinya akan dikirim ke NHDT, DHDT, CCR dan H2 Plant.
Produk cair dialirkan ke kolom Debutanizer 300-V-6 untuk merecovery LPG dari
reformat. Pemisahan dilakukan pada tekanan yang lebih rendah dari tekanan 300-
V-5 agar fraksi LPG dalam reformat lebih mudah menguap. Pada section ini
dilakukan pengaturan untuk RVP Reformat dan kandungan C2/C5+ dalam LPG
agar sesuai spesifikasi.
C. Trip system
Unit 310-CCR memiliki sistem yang mengautotrip unit jika terjadi
kegagalan. Penyebab-penyebab unit 310-CCR trip antara lain,
C-1
V-8 V-9 V-10
To
V-1 V-2 V-3 Debut Column
at Fract.Section
H-1
E-4
POWER
RECYCLE
TURBIN
P-3
E-3
E-1
CATALYST : DHC-8
CoMo&Tungsten on
C-2 C-2 C-2 Silica Alumina Base
E-1 E-2
Flare
Filter BACKWASH
V-26 DRUM
FRESH
V-25 V-24 FEED sws H2 Make Up
SURGE
from Hydrogen Plants
DRUM HVGO & HCGO
Feed Properties
Grav 31 S 0.31%
From Aromatics 0.06%
Bott. Fractionator BR, HVGO 690 - 1080F (362-576)
RECYCLE FEED HC UNIBON/UNIT 211-212
HCGO 585 - 930 F (304-494)
SURGE DRUM
REACTOR SECTION
rs/pe-enj.bang
Unit ini berfungsi untuk menghilangkan senyawa sulfur dari gas LPG yang
dihasilkan di unit-unit lain untuk mencegah rusaknya katalis di H2 plant serta
mencegah terjadinya korosi diTanki LPG, dan untuk mendapatkan produk-produk
LPG degan kadar C3 dan C4 yang diinginkan. Proses ini menggunakan absorbent
MEA (Mono Ethanol Amine). Pemilihan larutan ini berdasarkan pada kemampuan
aktivitas MEA yang tinggi tehadap H2S serta kelarutan terhadap hdrokarbon yang
rendah.
Umpan berasal dari Platforming unit, NHDT, DHDT, dan HCU serta
Debutenizer liquid dari CCR-Platforming dengan produk berupa LPG. Kapasitas
pengolahan unit ini sebesar 1,7 MBSD dan dibagi menjadi 2 bagian :
a. Desulfurisasi
Feed hidrokarbon harus dihilangkan sifat sulfur untuk melindungi katalis di
reformer. Tipe dari desulfurisasi dipengaruhi oleh feed stock dari senyawa sulfur
pada feed. Hydrogen sulfida dan komponen sulfur reaktif dapat dihilangkan
dengan absorbsi karbon aktif atau absorbsi Zinc Oksida panas. Komponen sulfur
yang tidak reaktif pada feed stock dapat dihilangkan dengan hidrogenasi menjadi
hidrogen sulfida memakai Zinc Oksida. Katalisator Zinc Oksida sangat baik untuk
penghilangan senyawa sulfur pada feed stock. Adapun reaksinya sebagai berikut :
Katalis Zinc Oksida digunakan pada suhu sampai 454oC, tatapi paling
efektif pada suhu 340oC dan tekanan atmosfer sampai 50 kg/cm2. Sedangkan
space velocity antara 200/jam sampai 2000/jam dan kandungan H2S maksimum
50 ppm.
CO + H2O CO2 + H2
c. Shift Converter
Karbon monoksida pada reformer tidak akan terserap pada absorbersystem
sehingga karbon monoksida ini harus dikonversi menjadi karbondioksida pada
Shift Converter. Ini merupakan fungsi dari Shift Converter untuk mereaksikan
karbon monoksida dengan steam menjadi bentuk tambahan antara hidrogen
dengan karbon dioksida. Reaksi pada shift converter adalah:
CO + H2O CO2 + H2 + Heat
d. CO2 Absorbtion
Beberapa sistem absorbsi yang digunakan untuk menghilangkan CO2 dari
produksi gas, yaitu :
a. Mono Ethanol Amine (MEA)
b. UCAR Amine Guard System (Actived MEA)
c. Hot Potassium Carbonat seperti Vetrocoke, Catacarb, Benfield process
d. Sulfinol process
e. Methanation
Sisa-sisa dari karbon oksida yang keluar dari absorber sistem dirubah ke
bentuk methane dengan bantuan katalis. Karbon oksida dihidrogenasi menjadi
methane tejadi pada reaksi yang mana keduanya secara eksotermis.
Adapun reaksinya adalah :
Sisa karbon oksida bisa dikurangi sekitar 5-10 ppm pada proses methanasi.
Suhu operasi antara 232-454oC dan tekanan hingga 60 kg/cm2, namun bisa
beroperasi hingga 250 kg/cm2. Katalis harus dilindungi dari sulfur, chlorine, dan
Unit Sour Water Stripper berfungsi untuk menggunakan kembali air dari
refinery sour water dengan menurunkan kadar kontaminan berupa H2S dan NH3
yang terkandung di dalamnya. Sejumlah 97% volume (50 ppm) H2S dan 90%
volume (50 ppm) NH3 dari umpan dengan kapasitas pengolahan 10.3 MBSD
dapat dihilangkan dalam unit ini. Umpan unit Sour Water Stripper berasal dari
Hydrocracker Unibon, Delayed Coking Unit, Distillate Hydrotreating Unit,
Naphtha Hydrotreating Unit, dan Vacuum Distillation Unit.
Sebelum masuk ke SWS, umpan unit ini dipanaskan terlebih dahulu dengan
low pressure steam (LPS). Dalam unit SWS terjadi proses pemanasan dalam
kolom pada tekanan 0,6 kg/cm2 sampai mencapai temperatur 120 oC. Di tahap
selanjutnya, sebelum dibuang ke alam bebas (laut), air diproses terlebih dahulu di
biotreatment.
2.2.5 Nitrogen Plant-Unit 300
Nitrogen Plant berfungsi menghasilkan nitrogen yang diperlukan pada
proses start-up dan shut-down unit-unit proses, regenerasi katalis dan media
blankettingTanki-Tanki. Kapasitas pengolahan nitrogen plant sebesar 500
Nm3/hari.Prinsip operasinya adalah pemisahan oksigen dan nitrogen dari udara
berdasarkan titik embunnya.Pemisahan ini berlangsung pada temperatur operasi
-180 oC.
Proses ini menggunakan molecular sieve absorber untuk menyerap uap air
dalam udara. Udara bebas bersama udara recycle dihisap dengan screw
compressor C-81A/B yang masing-masing terdiri dari dua stage. Udara yang telah
dimanfaatkan kompresor stage satu didinginkan di intercooler kemudian di stage
kedua dimanfaatkan hingga tekanannya mencapai 6 kg/cm2, selanjutnya udara
dialirkan ke cooler.System Fresh Refrigerant di E-94 dengan media pendingin air
garam menurunkan suhu udara.Embun yang dihasilkan dipisahkan dalam pemisah
V-84.
Fungsi utama bagian ini adalah mengolah fraksi berat hidrokarbon menjadi
fraksi-fraksi ringannya. Bagian ini termasuk dalam new plant yang terdiri dari
empat unit, antara lain :
Umpan dari CDU ditampung di feed surge drum (V-3), lalu diolah di V-
5A untuk penghilangan garam (desalting). Sebelum masuk ke vacuum tower (V1),
umpan dipanaskan di H-1AB. Produk atas didinginkan dan dipisahkan dari air dan
gas di V-2. Produk samping berupa HVGO & LVGO, sedangkan produk bawah
berupa LSWR dari CDU ditampung sementara di V-3 lalu diolah stage
desalter di V-5A dan V-5B untuk dikurangi kadar garamnya. Setelah itu, umpan
dibagi menjadi dua aliran yang masing-masing dipanaskan di H-1AB sebelum
masuk kekolom distilasi vakum V-1. Kondisi vakum di V-1 dibuat dengan MP
steam ejector agar tekanan atas kolom sebesar 20 mmHg.
Flare
Fuel Gas
Feed Water
Nitrogen Steam
J-51/52/53 Flare
E-6
V-11
V-3 V-10
E-51/52/53
V-5A
H-1A
Atm LP Steam
V-2
V-4
E-2,3
V-1 V-9 V-6
To SWS
V-5B
To Slop Tank
E-9
CONT & .
CHARGE Water Swt Unit INTERMITTN E-5
84.5% LSRC . BLOWDOWN
15.5% PEDADA .
Refinery Water H-1B E-7
Grav. 26.6/.895 .
PP 110F MW 522 .
K 12.36 .
LVGO
Visc Kin 135F 7.1cst . Grav. 34.5/.8524 K 12.25
BR oF 490-1115(73%) .
Tempered Water Return PP 80F FP 315F .
S 0.09 BR 650-720F .
E-3
V-5B TEMPERED WATER
E-4 HVGO
EXPANSION DRUM
Grav. 31.0/.8708 K 12.25 .
PP 80F FP 315F N2 600PPM
S 0.09 BR 650-720F .
Tempered Water Supply
VACUUM BOTTOM
Grav. 18.8/0.9415 Visc. Kin.210 F 87.2
Condensate S 0.17 K 12.22 N2 0.80 wt% . HEAVY VACUUM UNIT
UNIT 110
rs/pe-enj.bang
Delayed Coking Unit ini berfungsi untuk mengolah short residudari High
Vacuum Distillation Unit (HVU)menjadi fraksi-fraksi minyak yang lebih ringan,
gas dan coke (kokas).Unit ini memiliki kapasitas produksi sebesar 35,4 MBSD
atau 234 m3/jam. Prinsip reaksi adalah thermal cracking, yaitu perengkahan
hidrokarbon berat menjadi hidrokarbon rantai pendek pada temperature tinggi
(500oC).Tingginya temperature menyebabkan terjadinya polimerisasi.Proses
pembentukan Green Cokedari polimer :
1. Steaming out untuk membuang fraksi ringan yang tersisa selama 1 jam
2. Steaming out to blowdown system selama 2 jam.
Pada unit DCU ini, short residu yang panas ditampung sementara di V-5
untuk kemudian diumpankan ke V-2 (fraksinator). Dalam fraksinator tersebut,
dihasilkan produk atas berupa gas, LPG, cracked naphtha. Dari aliran samping,
setelah melalui stripper V-3 & V-4 diperoleh LCGO & HCGO. Thermal cracked
terjadi akibat pemanasan tinggi di H-1 yang dilanjutkan di V-1. Pemanasan itu
mengakibatkan perengkahan hidrokarbon rantai panjang menjadi molekul-
molekul yang lebih kecil. Fraksi-fraksi didinginkan di E-8, produk atas V-2
ditampung di E-6 untuk dipisahkan dari air.
Dari V-6 campuran cairan dan gas dengan bantuan kompressor dialirkan ke
HP seperator V-16 untuk memisahkan cairan hidrokarbon dari fasa gas. Fasa gas
dari V-16 digunakan sebagai absorber LCGO di V-17. Fasa cair dari V-16
dimasukkan ke kolom debutanizer V-18 sehingga diperoleh produk bawah berupa
cracked naphtha dan produk atas berupa gas-gas fraksi ringan (C1& C4) yang
selanjutnya dipisahkan di LPG splitter V-20 menghasilkan unsaturated LPG.
Produk terakhir V-1 adalah coke yang dikeluarkan setiap 24 jam sekali.Produk
yang dihasilkan berupa :
V15 V23
V19 LPG SPLITTER
FEED SURGE DRUM V6 1st 2nd V21
OH RECEIVER
C1
SWS
SWS
V4 HP SEPARATOR ABSORBER
V5 V2 SWS V20
DEBUTHANIZER LPG SPLITTER
CRACK E19
SLOP HCGO UNSATURATED
EX T-4 QUENCH LPG
LCGO
CIRCULATION
NAPHTHA TO TANK,
CHARGE NHDT
FEED V1
FROM ABCD
BLOWDOWN
HVU H1 CONDENSOR
ABCD LCGO TO TANK, DHDT
V7
V13
HCGO TO TANK, HCU 211/212
SWS BOC SEPARATOR
HEATER GAS TO FLARE
V14 V12 BOC KO DRUM
Unit ini berfungsi mengolah light coker gas oil (LCGO)dari delayed coker
unit (DCU) dengan cara menjenuhkan material hasil cracking yang tidak stabil
dan membuang pengotor seperti sulfur dan nitrogen dengan bantuan gas hidrogen
bertekanan. Proses ini menggunakan bantuan katalis UOP S-12. Reaksi yang
terjadi dalam reaktor dalah penjenuhan olefin, penghilangan sulfur, penghilangan
nitrogen, penghilangan oksigen, penghilangan logam, dan penghilangan halida.
Campuran produk hasil reaksi dipisahkan di kolom stripper dan splitter. Unit ini
berkapasitas produksi sebesar 90 m3/jam.
LCGO dari coking unit ditampung sementara di V-1 lalu dipanaskan di H-1.
Sebelum dipanaskan, umpan terlebih dahulu dicampur dengan gas H2 dari
3.1 Utilitas
Di dalam suatu pabrik terutama kilang minyak pasti memiliki unit utilitas.
Utilitas merupakan suatu bagian yang penting guna menunjang operasi karena
sebagian besar jalannya operasi ditentukan oleh adanya utilitas ini. Utilitas yang `
pada PT. PERTAMINARU-II Dumai adalah:
Sumber air tawar diperoleh dari sungai Rokan. Pengolahan air ini bertujuan
untuk memperoleh air yang memenuhi syarat sebagai air minum, air pendingin,
dan air umpan boiler (Boiler Feed Water/BFW). Untuk memperoleh BFW harus
dilakukan demineralisasi. Air sungai Rokan diolah untuk menghilangkan
1. Portable WaterTank
2. Plant Water Calciner
3. Demineralizer
4. Make Up Cooling Water
5. Plant Water and House Station
Fungsi dari udara bertekanan yang dihasilkan oleh unit ini adalah :
1. Instrumen Air
Udara bertekanan yang dihasilkan oleh kompresor masuk ke dalam
receiver.Udara biasa masuk melalui filter dihisap oleh kompresor dan ditekan
keluar melalui pendingin dan cyclone untuk memisahkan air, setelah itu masuk ke
receiver. Tekanan udara dijaga dengan pressure recorder controller (PRC)
sebesar 6.5 Kg/cm2.
2. Plant Air
Digunakan sebagai pembersih dan flushingpipa-pipa. Di dalam unit
kompresor juga terdapat cooling tower untuk mengatur air pendingin yang
mendinginkan pompa dan kompresor. Untuk menjaga agar suhu air tetap rendah
digunakan fan. Untuk mencegah korosi, diinjeksikan polycrin I dan polycrin AI
(merupakan corrosion inhibitor).
3.1.5 Unit Penyediaan Fuel
Sistempenyediaanfuel oil di new plant berpusat di utilitas. Fuel oil dari
Tanki penampungan sementara sebelum didistribusikan dengan pompa menuju :
1. Boiler Utilitas
2. Vacuum Unit
3. Platforming Unit
4. Naphtha Hydrotreating Unit
5. Distillate Hydrotreating Unit
6. Hydrocracking Unibon
3.1.6 Unit Penyediaan Power (Power Plant)
Merupakan unit yang penting dalam operasi kilang. Unit ini berfungsi
sebagai penyedia tenaga listrik untuk kebutuhan kilang maupun perumahan
karyawan. Unit ini terbagi menjadi tiga bagian yaitu :
1. Power Generation
2. Power Distribution
3. Bengkel Listrik
Di dalam suatu pabrik terutama kilang minyak, sama halnya dengan utilitas,
pengolahan limbah merupakan suatu bagian yang penting guna menjaga
pencemaran terhadap lingkungan karena sebagian besar limbah cair dibuang ke
laut. Tahap pengolahan limbah pada PT. PERTAMINA RU-II Dumai adalah:
Unit Separator, Unit Biotreatment, Unit Sedimentasi.
Pada unit ini limbah cair dari biotreatment tadi dibiarkan mengendap.
Kandungan minyak mengendap di permukaan sedangkan air di bawah. Kemudian
minyak yang menggumpal di permukaan dipompakan ke tempat penampungan
limbah cair minyak supaya dapat diolah kembali. Sedangkan limbah cair tadi
diambil sampel untuk diuji kandungan zat berbahaya kemudian baru dibuang ke
laut sesuai dengan NAB yang telah ditentukan seperti terlihat pada Tabel 5.1
Tabel 3.1 Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Pengilangan Minyak Bumi
1. BOD5 80 80
2. COD 160 160
3. Minyak dan lemak 20 20
4. Sulfida terlarut 0,5 0,5
5. Ammonia telarut 5 5
6. Phenol total 0,5 0,5
7. Temperatur 45C 45C
8. pH 6,0 – 9,0 6,0 – 9,0
1000 m3/m3 bahan 1000 m3/m3 bahan
9. Debit limbah maksimal
baku minyak baku minyak
(Sumber:Kep.Men.Neg.LH no.42/menLH/X/1996)
𝑑𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑧𝑎𝑡
Specific Gravity =
𝑑𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑧𝑎𝑡 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
4.5 Pembahasan
Data-data dari lapangan yang selanjutnya digunakan untuk menghitung
jumlah drain free water dalam satuan Ton per bulannya. Data tersebut dapat
dilihat pada tabel-tabel dibawah ini :
Tabel 4.1 Data Drain Pada Bulan Maret 2018
Faktor Tanki Drain
Tanggal No. Tanki JenisMinyak
(KL/mm) (mm)
Keterangan :
Sehingga didapatkan jumlah drain free water dalam satuan Liter, Barrel
dan Ton seperti pada tabel berikut ini :
Total 205,5552
Total 352,1094
Total 1.181,4246
Total 404,6595
Total 703,2977
Total 144,9415
Dari data perhitungan konversi pada tabel diatas, dijumlahkan total massa
drain free water per bulan. Dilihat pada tabel diatas jumlah drain free water
terbanyak terdapat pada bulan Mei yaitu sebanyak 1.181,4246 Ton dan jumlah
drain free water sedikit terdapat pada bulan September yaitu sebanyak
144,9415Ton.
Keterangan :
%WOI : % weight on intake
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa, persentase terbanyak terdapat pada
bulan Mei dengan persentase 0,1852%WOI dan total drain free water sebanyak
1.181,4246 Ton. Sedangkan persentase paling sedikit terdapat pada bulan
September yaitu 0,0226 %WOI dengan jumlah drain free water sebanyak
144,9415 Ton.
Terlihat pada data tabel diatas bahwa angka Loss Control Level dari
kegiatan drain Free Water cukup tinggi (0,0226 - 0.1852 %WOI vs Total Refinery
Loss RKAP 2018 1.77%WOI). Data nilai %WOI setiap bulan mengalami
fluktuasi. Hal ini disebabkan tidak semua Crude mengandung free wateryang
tinggi,sehingga terdapat Tanki Crude yang tidak mengalami penurunan level
4.6 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan mengenai Trial Perhitungan Jumlah Losses Dari
Kegiatan Drain Free Water, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Loss Control Level dari kegiatan drainFree Water cukup tinggi, yaitu
0,0226 - 0.1852 %WOI vs Total Refinery Loss RKAP 2018 1.77%WOI.
2. Jumlah drain free water terbanyak terdapat pada bulan Mei, yaitu
sebanyak 1.181,4246 Ton (0,1852 %WOI) dan jumlah drain free water
terendah terdapat pada bulan September sebanyak 144,9415 Ton (0,0226
%WOI).
3. Tidak semua Tanki Crude mengandung free water yang tinggi, sehingga
masih terdapat Tanki Crude yang tidak mengalami penurunan level
Tanki akibat drain Free Water dan menyebabkan tidak terjadi loss
control level.
4. Angka Loss Control Level berpotensi menjadi salah satu item data
Accounted Loss (teridentifikasi) dan sebagai pengurang angka Un-
Accounted Loss,namun masih perlu melalui verifikasi data dan evaluasi
lebih lanjut.
5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisa dan pemeriksaan pada Kuliah Kerja Praktek di PT
Pertamina (Persero) RU II Dumai, maka diambil kesimpulan sebabgai berikut :
1. Drain free water merupakan proses pemisahan atau pembuangan
kandungan free water yang ada pada Tanki Crude dan produk turunan
hidrokarbon lainnya.
2. Data pengukuran jumlah drain free waterdari Tanki Crude yang tercatat
pada log book masih dalam satuan Milimeter, sehingga perlu dikonversi
untuk mendapatkan data dalam satuan Liter, Barrel, dan Ton.
3. Faktor yang perlu diperhatikan dalam kegiatan drain yaitu Faktor Tanki
dan Specific Gravity (SG) Crude.
4. Setiap Tanki memiliki Faktor Tanki yang berbeda-beda berdasarkan
Dimensi dari Tanki (tinggi dan diameter Tanki, volume bersih Tanki,
dll) tersebut.
5. Dari hasil perhitungan didapatkan data %WOI Loss Control level dari
kegiatan drain free water.
5.2 Saran
Perlu dilakukannya verifikasi data dan evaluasi lebih lanjut terkait
penggunaan Angka Loss Control Level sebagai salah satu item data
Accounted Loss (teridentifikasi) dan sebagai pengurang angka Un-
Accounted Loss pada Total Refinery loss.