Calon Karyawan
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
PERENCANAAN PENGGANTIAN GEAR
TRANSMISSION DENGAN BELT TRANSMISSION
COOLING TOWER PADA WATER TREATMENT
DEPARTMENT UTILITY
PT SEMEN BATURAJA (Persero) Tbk.
Disusun Oleh :
Nama : Dewangga Trisna Pradipta
NICK : 1894 6121
DEPARTMENT UTILITY
DIVISI OPERASI 2
PT SEMEN BATURAJA (PERSERO) TBK
TAHUN 2019
LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS AKHIR
Berawal dari terbukanya kesempatan yang ada untuk dapat bergabung bersama dengan
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk. Kebanggaan luar biasa kepada diri sendiri dan kedua orang
tua penulis yang akhirnya mampu menjadi keluarga besar PT Semen Baturaja (Persero) Tbk.
Berasal dari keinginan dan usaha kerasnya penulis berhasil menyelesaikan masa terakhirnya
sebagai calon karyawan dalam waktu masa pelatihan dan percobaan.
Proses yang panjang dan pengalaman tak terlupakan sebagai calon karyawan PT Semen
Baturaja (Persero) Tbk ini diharapkan bermanfaat bagi penulis sendiri dan evaluasi bagi
perusahaan. Meskipun tidak dapat dikatakan sempurna, namun tugas akhir yang penulis buat
setidaknya mampu membantu dalam kegiatan perusahaan khususnya di unit kerja Departement
Utility
Tugas akhir ini dapat terselesaikan atas bimbingan dan bantuan dari orang-orang yang
selalu memberikan dukungan bagi penulis selama ini. Terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada pihak-pihak yang mendukung penulis selama ini:
1. Allah SWT.
2. Jobi Triananda Hasjim selaku Direktur Utama PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
3. Dede Parasade selaku Direktur Keuangan PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
4. Daconi selaku Direktur Produksi dan Pengembangan PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
5. Amrullah selaku Direktur Umum & SDM PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
6. M. Jamil selaku Direktur Pemasaran PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
7. Adi Oktaviandi selaku Vice President Division Operation II
8. Temmy Susanto selaku Senior Manager Departement Utility
9. Karnadi selaku Manager Water Intake & Treatment.
10. Lukman Hakim selaku Manager power generation & transmission dan pembimbing
Tugas Akhir ini.
11. Epi Haryadi selaku Manager Dedusting System & Compressor.
12. Yanuar Fantoni selaku Junior Manager Water Intake & Treatment 2.
13. Muhammad Ardiansyah selaku Junior Manager Water Intake & Treatment 1.
i
14. Abdulhalim Arifin selaku Junior Manager Dedusting System & Compressor 2.
15. Randi Sunandar selaku Junior Manager Dedusting System & Compressor 1.
16. Gusmau Rado Pratama Junior Manager Power Generation & Transmission 2
17. Yoni Hardiansyah selaku Junior Manager Power Generation & Transmission 1.
18. Kakak-kakak Specialist Department Utility.
19. Teman-teman Calon Karyawan Semen Baturaja Development Program 2018
Serta berbagai pihak yang tak bisa disebutkan satu per satu dalam tulisan ini, penulis
mengucapkan terima kasih.
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB III STRUKTUR ORGANISASI DAN FUNGSI ................................................................... III-1
3.1. STRUKTUR ORGANISASI ................................................................................................. III-1
3.2. FUNGSI UNIT KERJA ......................................................................................................... III-3
3.3. KOMPOSISI SDM ................................................................................................................ III-9
BAB IV TUGAS KHUSUS ............................................................................................................. IV-1
4.1 LATAR BELAKANG MASALAH ...................................................................................... IV-1
4.2 PERUMUSAN MASALAH .................................................................................................. IV-2
4.3 TUJUAN PENELITIAN ....................................................................................................... IV-2
4.4 MANFAAT PENELITIAN ................................................................................................... IV-2
4.5 LANDASAN TEORI ............................................................................................................. IV-3
4.5.1 Pengertian Cooling Tower ................................................................................................ IV-3
4.5.2 Fungsi Cooling Tower ...................................................................................................... IV-3
4.5.3 Konstruksi Cooling Tower. ............................................................................................... IV-4
4.5.4Transmisi sabuk ................................................................................................................. IV-6
4.5.5 Motor .............................................................................................................................. IV-11
4.5.6 Puli .................................................................................................................................. IV-12
4.5.7 V-Belt ............................................................................................................................. IV-12
4.5.8 Cost Reduction (Penurunan Biaya) ................................................................................. IV-13
4.5.9 Break Event Point ........................................................................................................... IV-13
4.6 PENGUMULAN DAN PENGOLAHAN DATA ............................................................... IV-14
4.6.1 Pengumpulan dan Pengolahan Data................................................................................ IV-14
4.7 ANALISIS ............................................................................................................................ IV-17
4.7.1 Alur Perencanaan Transmission Belt .............................................................................. IV-17
4.7.2 Prinsip Kerja Belt Transmission ..................................................................................... IV-18
4.7.3 Perhitungan Belt Transmission ....................................................................................... IV-19
4.7.4 Analisis Biaya ................................................................................................................. IV-26
4.7.4 Perbandingan downtime ................................................................................................. IV-29
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................................. V-1
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
Tugas Akhir – Masa Percobaan - SMBR Development Program
BAB I
PENDAHULUAN
Hal I-1
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
Tugas Akhir – Masa Percobaan - SMBR Development Program
terhadap permasalahan atau improvement di unit kerja tempat siswa calon karyawan
ditempatkan.
Kemudian untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh manajemen, maka penulis
mengajukan tugas akhir yang berjudul “Perencanaan Penggantian Gear Transmission
dengan Belt Transmission Cooling Tower Pada Water Intake & Treatment Department
Utility PT Semen Baturaja (Persero) Tbk.”.Pembuatan judul ini berhubungan dengan unit
kerja dimana penulis ditempatkan, yaitu Departemen Utility, Division Operation II.
Hal I-2
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
Tugas Akhir – Masa Percobaan - SMBR Development Program
Hal I-3
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
Tugas Akhir – Masa Percobaan - SMBR Development Program
mendapatkan nilai baik, maka siswa calon karyawan masih akan berada pada masa On
The Job Training dengan kurun waktu maksimal 3 bulan dan akan dievaluasi setiap
bulannya.
Hal I-4
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
Tugas Akhir – Masa Percobaan - SMBR Development Program
Hal I-5
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
Tugas Akhir – Masa Percobaan - SMBR Development Program
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Hal II-1
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
Tugas Akhir – Masa Percobaan - SMBR Development Program
bank pemerintah yaitu Bank Dagang Negara (BDN), Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo),
dan Bank Negara Indonesia 1946 (BNI 46).
Perihal Izin pendirian proyek berikut fasilitasnya selesai pada tahun 1974, dengan dasar
akte notaris No. 34 tanggal 14 November 1974 dihadapan notaris Jony Frederik Bethold
Timbelaka Sinyal yang berkedudukan di Jakarta, dan akte perubahan no. 49 tanggal 21
November 1974 dengan notaris yang sama. Semua disahkan oleh Departemen Kehakiman RI
No.YA.5/442/18 tanggal 22 November 1974, dan terdaftar di kantor Panitera Pengadilan
Negeri Propinsi Sumatera Selatan No. 337 tanggal 22 November 1974.
Dengan adanya badan hukum yang akan menangani proyek Semen Baturaja ini maka,
mulailah penyediaan tanah lokasi untuk pendirian pabrik. Tanah yang diperlukan untuk
pelaksanaan pembangunan fisik pabrik selesai dibebaskan pada tahun 1975. Pembangunan fisik
pabrik dimulai tahun 1978 dengan kontraktor dari Jerman dan Jepang yaitu : Dyckerhoff
Zement Werke AG sebagai consulting service contractor, Ishikawajima Harima Heavy
Industries (IHH) sebagai main contractor, Kawasaki Co. Ltd. Sebagai sub contractor.
Pembangunan pabrik memakan waktu 29,5 bulan, dimana pekerjaan dilakukan pada tiga site
pabrik dan satu kantor perwakilan.
Site pertama adalah di Baturaja dengan kapasitas produksi 500.000 ton terak/tahun dengan
batubara sebagai bahan bakar utama reaksi pembentukan terak, dan sumber listrik berasal dari
PLN yang dilengkapi dengan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD). Luas areal pabrik ini
adalah 5.403.141 m2. Site ini awalnya difungsikan untuk hanya pabrik pembuatan terak
(clinker) karena suplai bahan mentah langsung dari tambang batu kapur dan tanah liat dan dekat
dengan lokasi suplai bahan bakar (batu bara). Sehingga, biaya transportasi untuk mengankut
bahan-bahan tersebut dapat ditekan. Clinker yang diproduksi dari pabrik, akan diangkut
menggunakan kereta api menuju pabrik di Palembang dan Lampung untuk digiling menjadi
semen.
Site berikutnya adalah di Palembang dan Panjang adalah tempat untuk penggilingan semen
berikut pengantongan berkapasitas produksi 250.000 ton/tahun, dengan luas areal masing-
masing sekitar 40.000 m2. Daerah ini dipilih karena dekat dengan daerah pemasaran, sekaligus
Hal II-2
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
Tugas Akhir – Masa Percobaan - SMBR Development Program
dekat dengan pusat sarana pengangkutan, baik untuk mengangkut hasil produksi maupun untuk
mendatangkan bahan baku berupa terak. Pada kedua pabrik inilah, bahan setengah jadi (clinker)
akan diolah menjadi semen dan siap dipasarkan dalam bentuk semen zak, semen curah, ataupun
big-bag.
Guna melancarkan dan memudahkan komunikasi antara PT. Semen Baturaja dengan
instansi yang terkait di pemerintahan, maka dibukalah kantor perwakilan Jakarta yang
beralamat di Gedung Graha Irama Lt. 09 Blok B & C Jl. H.R. Rasuna Said Kav. 10 Kuningan-
Jakarta.
Selagi berjalannya proyek, pada tahun 1978 Negara Republik Indonesia dengan Peraturan
Pemerintah Nomor : 10 Tahun 1978 tentang Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia,
memutuskan untuk melakukan penyertaan modal di PT. Semen baturaja (Persero) sehingga
modal dasar menjadi Rp. 100.000.000.000,- dengan komposisi modal adalah Negara RI 88%,
PT. Semen Gresik (Persero) 5% dan PT Semen Padang (Persero) 7%. Hal ini dilakukan untuk
mengatasi masalah-masalah yang dihadapi dalam menyelesaikan proyek Semen Baturaja.
Dengan adanya penyertaan modal Negara RI, sejak tanggal 10 Maret 1978 status perusahaan
adalah sebagai Badan Usaha Milik Negara.
Hal II-3
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
Tugas Akhir – Masa Percobaan - SMBR Development Program
Pembangunan pabrik dinyatakan selesai pada tanggal 30 Mei 1981, dengan diterbitkannya
Mekanikal Asepten Sertifikat. Operasi Komersil dimulai pada tanggal 1 Juni 1981 sebagaimana
yang telah ditetapkan oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT Semen Baturaja. Pabrik
PT Semen Baturaja diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 29 April 1981 bersamaan
dengan dilakukannya perluasan Pabrik Pupuk Sriwijaya (PUSRI). Selanjutnya pada tanggal 6
tentang penambahan penyertaan modal pemerintah ke PT Semen Baturaja (Persero). Lalu pada
akhirnya, modal saham PT Semen Baturaja (Persero) seluruhnya dimiliki oleh Negara Republik
Indonesia.
Baturaja I
Kapasitas 450.000 ton/tahun
1976 - 1980
Hal II-4
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
Tugas Akhir – Masa Percobaan - SMBR Development Program
Dalam rangka pencapaian kapasitas yang sudah terpasang yaitu 500.000 ton/tahun,
sekaligus untuk persiapan peningkatan kapasitas terpasang, maka pada tahun 1992
dilaksanakanlah Proyek Optimalisasi I (OPT 1) untuk penyempurnaan peralatan yang sudah
ada. Proyek OPT I selesai pada tahun 1994 dengan kapasitas terpasang meningkat menjadi
550.000 ton/tahun.
Sebagai tindak lanjut dari OPT I, pada tahun 1996 perseroan melaksanakan Proyek
Optimalisasi II (OPT II) untuk meningkatkan kapasitas produksi menjadi 1.250.000 ton/tahun.
Proyek OPT II selesai pada tahun 2001 dan sudah berproduksi hingga saat ini.
Salah satu proyek OPT II adalah pembangunan Cement Mill dan Packer di pabrik baturaja,
sehingga penggilingan semen dan pengantongan juga dapat dilakukan di Baturaja. Pada tanggal
20 Juni 2004 obligasi I PT. Semen Baturaja (Persero) diterbitkan sebesar Rp. 200 Milyar. Emisi
obligasi ini merupakan program lanjutan Restrukturisasi keuangan dalam rangka meningkatkan
profitabilitas sekaligus likuiditas perusahaan. Perseroan telah melakukan pelunasan atas
Obligasi I pada bulan Juni 2010.
Proyek pembangunan berlanjut kembali pada Tahun 2011. Pada tahun ini, perseroan
melakukan pembangunan proyek Cement Mill II dan Perluasan Packer di Pabrik Baturaja
dengan kapasitas produksi 750.000 ton semen pertahun, dan telah beroperasi komersil pada
Juni 2013. Dengan demikin kapasitas perseroan menjadi 2.000.000 ton semen/tahun. Tanggal
28 Juni 2013, PT. Semen Baturaja (Persero), resmi menjadi perseroan “terbuka” karena
melaksanakan initial public offering (IPO) dengan melepas 23,76% saham ke publik yang akan
digunakan untuk pembangunan pabrik Baturaja II dengan kapasitas 1,85 juta ton/tahun.
Hal II-5
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
Tugas Akhir – Masa Percobaan - SMBR Development Program
Seperti yang terlihat pada gambar 2.3 diatas, pabrik PT Semen Baturaja (Persero),
terletak pada tiga site. Site pertama adalah di Baturaja OKU yang merupakan industri
pembuatan semen mulai dari penambangan, produksi terak, penggilingan semen, hingga
pengantongan.
Pabrik Baturaja berkapasitas produksi terbesar diantara yang lain yaitu 1.200.000 ton
terak pertahun, dan penggilingan berikut pengantongan semen dengan kapasitas 550.000
ton/tahun. Site baturaja berlokasi di Jalan Raya Tiga Gajah Baturaja Ogan Komering Ulu
Sumatra Selatan 32117. Site pabrik berikutnya sekaligus kantor pusat adalah di Palembang,
dimana pabrik ini merupakan tempat penggilingan semen dan pengantongan berkapasitas
350.000 ton/tahun. Lokasinya, terletak di Jalan Abikusno Cokrosuyoso Kertapati
Palembang 3001/Po Box 1175. Terakhir bertempat di Lampung di Jalan Yos Sudarso km.7,
Panjang – Bandar Lampung 35243. Pabrik ini sama dengan di Palembang untuk
penggilingan dan pengantongan semen dengan kapasitas 350.000 ton/tahun. Guna
melancarkan dan memudahkan komunikasi antara PT. Semen Baturaja dengan instansi
yang terkait di pemerintahan, maka dibukalah kantor perwakilan Jakarta yang beralamat di
Gedung Graha Irama Lt. 09 Blok B & C Jl. H.R. Rasuna Said Kav. 10 Kuningan-Jakarta.
Hal II-6
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
Tugas Akhir – Masa Percobaan - SMBR Development Program
Produk semen yang diproduksi oleh PT Semen Baturaja (Persero) Tbk ada dua tipe.
Tipe pertama adalah ordinary portland cement (OPC) tipe I, dengan spesifikasi SNI 15-
2049-2004. Tipe ini cocok untuk macam-macam aplikasi beton dimana syarat-syarat khusus
tidak dibutuhkan. Tipe kedua yaitu portland composite cement (PCC) dengan spesifikasi
SNI 15-7064-2004.
Semen yang diproduksi dikemas dalam kemasan zak 50 kg, big-bag 1 ton, dan semen
curah (truk kapsul).
Hal II-7
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
Tugas Akhir – Masa Percobaan - SMBR Development Program
Hewan gajah dipilih dengan anggapan bahwa gajah merupakan hewan kuat dan besar yang
hidup di Sumatera Bagian Selatan yang juga dimaksudkan dan mempunyai makna bahwa
PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk kelak akan menjadi perusahaan besar yang merupakan
perusahaan milik masyarakat Sumatera Selatan;
Tiga gajah dimaksud untuk menggambarkan adanya tiga unit lokasi pabrik milik PT.
Semen Baturaja (Persero) Tbk yaitu, Baturaja, Palembang dan Panjang serta
melambangkan bahwa pada awal didirikannya, PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk dimiliki
oleh tiga Pemegang Saham yaitu Pemerintah RI, PT. Semen Gresik (Persero) dan PT.
Semen Padang (Persero);
Warna hijau pada lambang tersebut dapat diartikan sebagai pemerataan industri daerah
untuk mencapai kemakmuran sedangkan warna putih melambangkan kesucian hati seluruh
karyawan PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk untuk membangun dan mengabdikan diri
pada perusahaan
Komisaris Utama
Hal II-8
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
Tugas Akhir – Masa Percobaan - SMBR Development Program
Hal II-9
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
Tugas Akhir – Masa Percobaan - SMBR Development Program
5 Juni 2017. Selain menjabat sebagai Komisaris di PT Semen Baturaja (Persero) Tbk, beliau
juga menjabat sebagai Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri sejak 2017 hingga kini.
Selain menjabat Komisaris di PT Semen Baturaja (Persero) Tbk, beliau juga menjabat
sebagai Pimpinan Institut Semen dan Beton Indonesia (2003-sekarang) serta menjabat
sebagai Ketua Komite Audit PT Semen Baturaja (Persero) Tbk sejak 2017 hingga kini.
Hal II-10
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
Tugas Akhir – Masa Percobaan - SMBR Development Program
Direktur Utama
Demi Kemajuan PT Semen Baturaja (Persero) Tbk, Perusahaan dipimpin oleh Jajaran
Direksi yang memimpin perusahaan dan bertanggung jawab mengawasi pelaksanaan
perusahaan, baik dalam hal keuangan, produksi dan pengembangan, umum dan SDM, dan
Hal II-11
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
Tugas Akhir – Masa Percobaan - SMBR Development Program
terakhir pemasaran. Dibawah ini merupakan profil untuk dewan direksi PT. Semen Baturaja
(Persero) Tbk. Saat ini :
Bapak Daconi telah memiliki pengalaman berdinas di PT Semen Padang sejak tahun
1997, dengan jabatan terakhir sebagai Ka. Departemen Produksi V/General
Manager (2016-2017), Ka. Departemen Produksi IV/General Manager (2015-2016),
Ka. Departemen Produksi II/III /General Manager (2013-2015), Ka. Biro Humas
(2009-2012), Ka. Biro Produksi II/III (2006-2009), Ka. Bidang Produksi Klinker II/III
(2004-2006), Ka. Bidang Produksi Semen I/II/III (1999-2004) dan Ka. Bidang Cement
Mill II/III (1998-1999).
Hal II-12
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
Tugas Akhir – Masa Percobaan - SMBR Development Program
Awal karirnya dimulai dengan menjadi karyawan PT Bukit Asam (Persero) Tbk sejak
tahun 1991 dengan jabatan terakhir sebagai Direktur Niaga PT Bukit Asam (Persero)
Tbk (2011-2016). Jabatan lain yang pernah dipegang adalah Direktur Pemasaran PT
Semen Baturaja (2017-2019), Komisaris Pembangkit Innovative (2016-2017), Adviser
PT Asmin Bara Bronang (2016-2017), Komisaris Utama PT Bukit Asam Prima (2008-
2016), Komisaris PT Bukit Asam Banko (2008), Komisaris Utama PT Bukit Batu Karya
Bersama (2005-2007).
Hal II-13
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
Tugas Akhir – Masa Percobaan - SMBR Development Program
Sejak tahun 2015 Dede juga menjabat Transaction Banking Specialist. Sebelumnya,
Dede pernah menjabat Senior Vice President – Regional Trade Finance Mizuho Bank
Ltd, Singapura (2014), Country Manager MoneyGram International (2012-2014),
Assistant Vice President – Head of Trade Sales PT Bank DBS Indonesia-Global
Transaction Services (2010-2012). Beliau juga mengenyam pengalaman dari level
Manager, Senior Manager hingga Assistant Vice President di beberapa Direktorat PT
Bank Mandiri (Persero) Tbk (1999-2010). serta sebagai Assistant Manager –
International Banking Group PT. Bank Ekspor Impor Indonesia (Persero) (1997-1998).
Integrity
Teamwork
Innovative
Agility
Hal II-14
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
Tugas Akhir – Masa Percobaan - SMBR Development Program
Safety
Hal II-15
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
Tugas Akhir – Masa Percobaan - SMBR Development Program
Stripping over burden dilakukan untuk membuang lapisan tanah tertutup agar lapisan
batu kapur dapat terbuka untuk penambangan. Drilling dilakukan untuk menyiapkan
lubang ledak pada daerah penambangan, prosesnya menggunakan peralatan crawller rock
drill ingersoll rand dengan portable compressor kapasitas 750 cfm. Geometri lubang ledak
yang dibuat adalah berdiameter 3,5”, dengan kedalaman 9 m, spasi 3,5 m, dengan pola
drilling zig-zag. Setelah proses drilling selesai, dilanjutkan dengan pengisian bahan
peledak kedalam lubang. Proses selanjutnya adalah blasting (peledakan) yang bertujuan
untuk mempermudah proses eksploitasi. Peledakan juga dilakukan bila alat berat pengeruk
tidak mampu melaksanakan tugasnya karena kerasnya batu kapur. Batu kapur hasil
peledakan dan pengerukan selanjutnya dimuat menggunakan excavator ke dump truck
untuk dibawa ke crusher supaya diproses lebih lanjut.
Hal II-16
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
Tugas Akhir – Masa Percobaan - SMBR Development Program
Penambangan tanah liat berlokasi di dekat penambangan batu kapur yang memiliki
luas penambangan sekitar 27,4 ha dengan sistem penggalian dari atas. Aktifitas
penambangan tanah liat hampir sama dengan penambangan batu kapur, yang
membedakan adalah tidak adanya proses drilling dan blasting. Hal ini dapat
dimungkinkan karena tanah liat tidak keras dan mampu dikerjakan oleh alat berat.
Bahan baku dari penambangan kemudian diproses menuju tahap pemecahan
(crushing) menjadi ukuran yang lebih kecil sesuai ukuran standar untuk proses
penggilingan bahan mentah. Proses pemecahan batu kapur dan tanah liat dilakukan secara
terpisah menggunakan alat yang dinamakan double roller hammer crusher untuk
pemecahan batu kapur dan double roller crusher untuk tanah liat. Seperti yang terlihat
pada gambar 2.6 pada halaman berikut , batu kapur yang di-dumping menggunakan dump
truck dengan ukuran maksimal 1,2 x 1,2 m x 1,2 m ke dalam receiving hopper di dekat
area crusher. Muatan batu kapur akan di unloading perlahan ke dalam hopper dan jatuh
di apron conveyor . kecepatan aliran material yang diangkut oleh alat tersebut diatur agar
sesuai kebutuhan crusher. Kelebihan muatan yang tidak mampu ditampung apron
conveyor akan jatuh ke drag chain, untuk dimasukan kembali kedalam double roller
hammer crusher.
Setelah diangkut oleh apron conveyor, material akan dijatuhkan crusher. Proses
pengecilan ukuran batu kapur berasal dari impak hammer ke batu kapur. Impak dari
hammer berasal dari putaran hammer rotor yang menciptakan gaya sentrifugal dan
gravitasi. Resultannya, membuat hammer berputar pada as-nya dan menghasilkan impak
besar yang akan menghancurkan limestone di depannya. Material yang sudah pecah akan
jatuh diatas saringan / grate plate, lalu lolos karena desakan material diatasnya. Material
yang lolos tersebut dinamakan produk dengan ukuran sekitar 80 mm, lalu diangkut
menggunakan transport belt conveyor menuju storage pile.
Hal II-17
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
Tugas Akhir – Masa Percobaan - SMBR Development Program
Produk yang akan disimpan dalam storage pile, dikenakan prehomogenisasi agar
tidak terjadi fluktuasi komposisi kimia dari batu kapur yang beragam, dan didapatkanlah
komposisi bahan baku yang homogen yang membuat operasi menjadi lebih stabil.
Mekanismenya produk dari yang diangkut dari crusher, dijatuhkan dari belt conveyor
untuk disusun dalam stock pile membentuk suatu piramida. Setiap layer yang menyusun
piramida dari bawah ke atas, mewakili hasil penggilingan batu kapur per-jam.
Pengambilan produk dilakukan dari depan dengan cara digaruk, dengan alat yang
dinamakan rake car. Rake car bergerak maju dan mundur dengan gerakan memotong
pile. Sehingga tumpukan produk yang tersusn atas pengilingan per-jam dari crusher,
akan terkikis dan jatuh ke bawah dan bercampur. Produk yang jatuh akan digaruk oleh
oleh chain scrapper yang membawanya menuju belt conveyor dan berakhir di bin
limestone.
Hal II-18
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
Tugas Akhir – Masa Percobaan - SMBR Development Program
Gambar 2.8 menunjukan tahapan penyediaan tanah liat. Tanah liat dari hasil
penambangan didumping masuk kedalam clay chopper, lalu jatuh ke apron feeder
menuju roller crusher. Roller crusher berputar berlawanan arah agar material dapat
masuk untuk dihancurkan. Umpan tanah liat dengan ukuran maksimum 500 mm akan
dihancurkan hingga mencapai ukuran maksimum 35 mm, menggunakan komponen pada
roller crusher yang dinamakan teeth. Teeth pada roller crusher berjumlah 120 buah yang
dipasang bersilangan supaya tidak bersentuhan saat roller beroperasi.
Tanah liat yang sudah dihancurkan ditransportkan menggunakan belt conveyor dan
akhirnya disimpan dalam clay stockpile. Sama halnya dengan batu kapur, saat disimpan
dalam stockpile, tanah liat juga dikenakan prehomogenisasi. Prehomogenisasi
dimaksudkan untuk mendapatkan bahan baku tanah liat yang homogen, agar terhindar
dari fluktuasi komposisi kimia dari tanah liat. Akhir yang diharapkan adalah operasi
menjadi lebih stabil. Mekanismenya produk tanah liat yang sudah dihancurkan, disusun
layer per-layer dengan metode widrow stacking seperti yang terlihat di gambar 2.10
berikut :
Gambar 2. 10 Penyusunan Tanah Liat Berpola Widrow Stacking dan Stock Pile Tanah Liat
Hal II-19
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
Tugas Akhir – Masa Percobaan - SMBR Development Program
kanan. Kedalaman galian bucket towing diatur manual dengan mengatur kemiringan
boom, atau mengatur timer transversing. Tanah liat hasil garukan bucket excavator, lalu
ditransportkan menggunakan belt discharge ke belt conveyor sampai ke belt dosimat.
Lain halnya dengan batu kapur, tanah liat tidak disimpan dalam suatu bin, dikarenakan
oleh kadar airnya yang masih tinggi sehingga membuat buntu saluran. Sebagai ganti bin,
dipakailah shuttle belt yaitu belt yang panjang tempat menampung tanah liat, yang dapat
diatur seberapa banyak luaran yang diangkutnya menggunakan sebuah kereta yang
bergerak maju dan mundur. Selanjutnya tanah liat akan digabungkan dengan batu kapur
pada belt feeding dan seterusnya masuk kedalam mill.
Hal II-20
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
Tugas Akhir – Masa Percobaan - SMBR Development Program
Material koreksi adalah bahan yang ditambahkan kedalam bahan umpan mill (limestone dan
clay), ketika komposisi Fe dan Si pada mill feed untuk membuat raw meal dinilai kurang sesuai
menurut hasil analisa QCX. Pasir besi dan pasir silika disimpan dalam storage yang bersamaan,
dan di-dumping ke dalam sistem menggunakan loader. Material yang didumping akan masuk
kedalam screening ukuran 20 x 20 cm, yang lolos akan ditransportkan menggunakan belt
conveyor, dan masuk ke dalam bin pasir silika dan bin pasir besi.
Hal II-21
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
Tugas Akhir – Masa Percobaan - SMBR Development Program
ditransportkan, mill feed dilewatkan pada magnet separator untuk memisahkan logam
dari material. Logam akan tertarik oleh magnet, lalu terpisah dari mill feed, dan dibuang
dari sistem. Alur prosesnya dapat dilihat pada gambar 2.18 di halaman berikut.
Selanjutnya mill feed akan dilewatkan pada metal detector, yang memiliki fungsi
yang mirip dengan alat sebelumnya yaitu untuk membuang logam. Letak perbedaan
diantara kedua alat tersebut adalah, jika logam yang terdeteksi sensor, metal detector akan
mengirim sinyal untuk membuang muatan mill feed keluar dari sistem. Sedangkan magnet
separator memisahkan logam tanpa membuang muatan mill feed dari sistem. Reject mill
feed akan dilewatkan ke two way chute damper yang mengarahkan muatan ke reject bin.
Mill feed yang lolos dari metal detector akan langsung diumpankan ke vertical raw mill
masuk melalui rotary airlock.
Hal II-22
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
Tugas Akhir – Masa Percobaan - SMBR Development Program
Vertical raw mill berfungsi sebagai tempat penggilingan dan penghalusan material
dari bahan baku menjadi bahan mentah pembuatan semen. Hasil olahan dari alat ini
disebut dengan raw meal, dan raw meal adalah umpan kiln (kiln feed). Mill feed akan
masuk mill melalui feed gate, yang juga memiliki fungsi sebagai shut off dari udara luar
agar tidak masuk mill ketika beroperasi.
Selanjutnya raw meal diumpankan ke center table melalui chute, lalu raw meal di
grinding oleh roller dengan putaran table sambil di drying oleh hot gas masuk diarahkan
oleh armour ring melewati louvre ring melingkar pada table. raw meal yang over flow di
tepi table akan jatuh melalui louvre ring ke dasar mill, kemudian disapu via scrapper
menuju vibrating feeder keluar mill. Raw meal powder di dasar table terbawa hot gas ke
static/ dynamic separator (classifier). coarse raw meal, via reject cone, kembali ke mill
untuk kembali di grinding. sedangkan fine raw meal keluar mill dengan hot gas yang
keluar mill.
Didalam vertical mill terjadi empat proses yang berlangsung secara simultan, yaitu
penggilingan, pengeringan, transport, dan separasi. Proses penggilingan dimulai ketika,
bahan baku yang masuk akan langsung jatuh di centre table yang berputar dan bergerak
ke arah luar centre table karena gaya sentrifugal table. Pada saat itu material digiling
dengan empat roller mill sembari dipanasi gas panas yang masuk ke mill melewati nozzle
ring, dan terjadilah proses pengeringan hingga kadar H2O bahan baku <1%. Hot gas
berasal dari gas sisa pendinginan clinker di grate cooler, dan mengalir secara terus
menerus selama mill beroperasi. Selain itu hot gas juga dibangkitkan dari heat generator
yang dihidupkan pada awal mill beroperasi (ketika belum ada bahan baku).
Selama digiling, Sebagian material yang sudah halus sembari dipanaskan gas panas
akan terangkat karena dihisap bersamaan dengan gas panas oleh mill fan. Terjadilah
proses transport, yaitu perpindahan material dari permukaan table menuju sistem
berikutnya.
Material yang terhisap mill fan akan melewati classifer berputar. Clasifier
memainkan peranan untuk menentukan final separasi material halus dan kasar. Prinsip
Hal II-23
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
Tugas Akhir – Masa Percobaan - SMBR Development Program
kerja classifier adalah menghambat aliran udara, dimana saat kecepatan putaran classifier
tinggi, daya angkat produk menjadi rendah. Sehingga, material yang terhisap dan lolos
classifier itulah yang halus. Sementara yang tidak terhisap, (masih kasar) akan jatuh
kembali ke table, dan giling kembali bersama fresh feed. Kehalusan yang disyaratkan
berkisar R +90 μm, Max. 18 %, R +200 μm, Max. 1,5 %. Kehalusan produk dapat diatur
dengan mengatur putaran classifier. Semakin tinggi putaran classifier, material yang
terseleksi akan semakin halus, begitupun sebaliknya. Selanjutnya produk bersama gas
panas ditransportkan ke multicyclone.
Cyclone yang terpasang pada multicyclone adalah empat buah, yang berfungsi untuk
memisahkan fine raw meal dengan gas panas menggunakan gaya sentrifugal. Luaran dari
multicyclone ada dua yaitu bottom dan top product. Bottom product yang keluar dari
multicyclone adalah raw meal yang kemudian ditransportkan menuju CF-Silo. Didalam
CF-Silo terjadi proses homogenisasi pada timbunan raw meal, dan disimpan
Sebagai umpan kiln. Disamping itu, top product adalah uap air, gas panas, serta
sebagian kecil fine raw meal yang tidak sanggup diseparasi menggunakan multicyclone.
Luaran tersebut akan diseparasi kembali hingga hanya menyisakan uap air dan gas panas
saja, melalui alat yang dinamakan main bag filter.
Hal II-24
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
Tugas Akhir – Masa Percobaan - SMBR Development Program
Seperti yang terlihat pada gambar 2.14, garis hitam adalah diagram proses
penggilingan batubara yang dipakai untuk proses pembakaran raw meal menjadi semen
setengah jadi yaitu clinker. Proses diawali dengan pemanasan sistem (heating up), yang
bertujuan untuk mempersiapkan kondisi operasi coal mill dengan cara memasukkan gas
panas dari buangan kiln hingga mencapai temperatur tertentu dan harus dilakukan dengan
benar supaya tidak membahayakan sistem sebelum dimasuki bahan yang mudah terbakar
yaitu batubara. Peralatan yang dipakai adalah vertical raw mill.
Setelah kondisi panas memenuhi persyaratan, segera raw coal dimasukkan ke dalam
coal mill melalui rotary airlock. Di dalam coal mill, raw coal masuk dan digiling sembari
dipanasi, di antara table dan roller sampai membentuk ketebalan tertentu. Fine coal mill
akan terangkat naik karena hisapan mill fan. Setelah itu hasil penggilingan dari mill,
dihisap oleh fan menuju jet pulse filter untuk dipisahkan antara fine coal dari gas panas.
Fine coal ditangkap oleh bag filter kemudian disimpan dalam bin sebagai produk coal
mill yang siap untuk digunakan pada proses pembakaran, sedangkan gas panasnya
dibuang melalui stack. Agar sistem tetap bertekanan negatif dan tidak adanya batubara
yang berhamburan, maka digunakan jet pulse dengan ukuran kecil.
Keberhasilan proses penggilingan batubara selain dari segi kuantitas juga ditinjau
dari kualitasnya, yaitu kadar air dan kehalusan fine coal produk coal mill standar air
maksimal 9%, agar tidak merugikan proses pembakaran, sedangkan kehalusan batubara
dibatasi maksimum 20% yang lolos ayakan 90μ. Tingkat kehalusan yang berlebihan akan
merugikan dalam proses pembakaran.
Kebutuhan batubara yang dialirkan ke kiln maupun calsiner diatur dengan control
system. Fine coal dari bin akan turun ke schenck dengan bantuan udara dari aerasi untuk
ditimbang sesuai dengan kebutuhan. Selanjutnya keluar melalui pipa kemudian
dihembuskan oleh udara bertekanan tinggi dari blower menuju kiln burner atau calsiner
burner untuk proses pembakaran. Prinsip utama yang paling penting adalah stabilitas
suplai batubara dari schenck ke burner sangat berpengaruh terhadap proses pembakaran
di kiln dan calsiner.
Hal II-25
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
Tugas Akhir – Masa Percobaan - SMBR Development Program
Raw meal yang telah dihomogenisasi di dalam CF Silo, dikeluarkan dan dengan
menggunakan serangkaian peralatan transport. Raw meal lalu diumpankan ke puncak
peralatan yang dinamakan preheater. Peralatan ini terdiri dari 2 unit (2 string), yang
masing-masing string terdiri dari 4 cyclone,dan salah satu string dilengkapi dengan
burner precalsiner (secondary burner).
Mulai dari cyclone di bagian paling atas hingga ke bagian bawah, raw meal di dalam
preheater terjadi beberapa proses. Pertama adalah, pemanasan awal meliputi proses
pengeringan yaitu penguapan uap air dibahan pada 200oC. hingga raw meal bergerak
turun ke cyclone dibawahnya, dimana terus dipanaskan dengan temperatur yang lebih
tinggi. Kemudian pada siklon bagian bawah didekat kiln feed, terjadi precalciner yaitu
penguapan karbonat menjadi oksida CaO dan MgO serta CO2 pada 600–800oC. Dengan
adanya preheater dua string dan dilengkapi dengan burner precalsiner, maka akan terjadi
peningkatan/percepatan proses kalsinasi (sebagian besar proses kalsinasi sudah terjadi di
preheater) dan beban kalsinasi didalam kiln menjadi lebih ringan atau berkurang. Panas
Hal II-26
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
Tugas Akhir – Masa Percobaan - SMBR Development Program
yang disuplay ke preheater untuk melakukan proses tersebut berasal dari panas buangan
kiln, yang ditarik oleh ID Fan.
Output raw meal dari preheater diumpankan kedalam kiln (tanur putar), untuk
dibakar hingga temperature > 1450°C. Seperti yang terlihat pada gambar 2.20, kiln
berbentuk silinder berdiameter 4,8 m, dengan panjang 72 m, mempunyai kemiringan
3.5% mempunyai kecepatan putar 0.438-4.38 rpm. Bahan bakar untuk pembakaran di
dalam kiln adalah fine coal yang disuplai dari schenck, lalu industrial diesel oil sebagai
start awal pembakaran kiln.
Pengeringan adalah proses penguapan air yang masih terkandung dalam umpan baku.
Terjadi pada saat umpan baku kontak dengan gas panas pada temperatur sampai 200 ºC.
Kemudian terjadi Dehidrasi adalah proses terjadinya pelepasan air kristal (combined
water) yang terikat secara molekuler di dalam mineral – mineral umpan baku . Proses ini
terjadi temperatur 100–400ºC . Kondisi ini menyebabkan struktur mineral menjadi tidak
stabil dan akan terurai menjadi pada temperatur 400–900ºC. Selanjutnya dekomposisi
adalah proses penguraian atau pemecahan mineral – mineral umpan baku menjadi
oksida–oksida yang relatif terjadi pada temperatur 400–900ºC. Terakhir adalah
klinkerisasi adalah proses pembentukan senyawa–senyawa penyusun semen Portland
baik dalam fasa padat maupun dalam fasa cair.
Apabila dalam klinkerisasi terdapat CaO yang belum bereaksi dengan oksida lainnya,
maka akan terbentuk CaO bebas pada klinker yang bisa dijadikan indikator apakah
pembentukan klinker berjalan baik atau tidak. Semakin banyak CaO yang bebas, maka
proses dikatakan berjalan tidak baik.
Selanjutnya lelehan klinker panas luaran dari kiln, didinginkan secara mendadak
(quenching), yang prosesnya terjadi didalam alat yang dinamakan grate cooler.
Quenching dilakukan untuk menghasilkan klinker yang rapuh sehingga memudahkan
penggilingan klinker. Kemudian untuk melindungi alat transport dari tingginya
temperature klinker. Memanfaatkan panas yang terdapat pada klinker, untuk disuplai ke
preheater, vertical mill, coal mill.
Hal II-27
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
Tugas Akhir – Masa Percobaan - SMBR Development Program
Cooler jenis ini banyak dikembangkan di pabrik semen sekarang ini, salah satunya
di PT Semen Baturaja (Persero) Tbk karena dapat menurunkan temperatur klinker
sampai 50˚C, dan kapasitas kiln bisa ditingkatkan. Proses pendinginannya menggunakan
sistem cross current dengan beberapa buah fan, panjang dan jumlah kompartemen nya
dari grate cooler tergantung kepada kapasitas kiln. Udara bekas pendinginan + 50 %
digunakan untuk udara sekunder dari pembakaran dan sebagian lagi dipakai untuk udara
tertiary pada sistem precalciner dan dikirim untuk pengeringan di vertical mill yang
ditransfer melalui boster fan yang telah disaring antara debu dan udara panas melalui
multicyclone. Sisa dari pemanfaatan udara panas dibuang melalui penyaringan Bag Filter
yang ditarik melalui fan lalu dibuang ke stack.
Dalam konstruksinya pada masing-masing kompartemen grate cooler, di lantainya
terdapat grate plate yang berbentuk lubang-lubang untuk meniupkan udara dari fan.
Grate plate mempunyai dua tipe yaitu moving grate plate yang berfungsi untuk
mentransport atau memindahkan klinker, dan yang lainnya fixed. Grate plate bergerak
maju dan mundur agar klinker panas dapat mengalir. Luaran dari grate cooler, terdapat
klinker crusher untuk memecahkan clinker yang berukuran besar menjadi lebih kecil,
sehingga memudahkan untuk diproses lebih lanjut. Selanjutnya klinker diangkut
menggunakan apron conveyor dan dikirim menuju silo.
Hal II-28
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
Tugas Akhir – Masa Percobaan - SMBR Development Program
Alur proses material menuju cement mill I atau tube mill dapat dilihat pada gambar
2.16 diatas. Untuk persiapan operasinya, terlebih dahulu dilakukan pengisian bahan-
bahan baku pembuatan semen, yaitu klinker, gypsum, dan bahan ketiga. Pengisian
klinker diambil dari bin clinker, yang di ambil dari silo clinker (Silo III). Pengisian bin
gypsum yang di ambil dari bin utama gypsum di area loading atau bisa juga diisikan
melalui hopper, termasuk juga pengisian bin bahan ketiga yaitu batu kapur. Kemudian
klinker, gypsum dan batu kapur ditakar pada perbandingan tertentu menggunakan
dosimat feeder, dimana komposisinya diperoleh dari analisa laboratorium. Pada tahap
inilah ditentukan semen jenis apakah yang akan dibuat. Apabila ingin membuat semen
tipe OPC, maka komposisi bahan ketiga (pozolan, trass, batu kapur) adalah < 5%.
Sedangkan untuk PCC komposisi bahan ketiga bisa mencapai 6-35% dari total komposisi
penyusunnya.
Selanjutnya seluruh material diumpankan masuk ke dalam HRP (hydraulic roller
press) berkapasitas 75 ton/jam, dengan tujuan untuk pre-grinding material (coarse
grinding) sebelum masuk kedalam tube mill. Tujuan lainnya dilakukan pre-grinding
Hal II-29
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
Tugas Akhir – Masa Percobaan - SMBR Development Program
adalah memudahkan penggilingan di tube mill dan efisiensi penggilingan menjadi lebih
naik. Material yang telah tergiling (semen), kemudian akan dihisap grit separator fan
masuk kedalam grit separator. Semen yang sudah lebih halus akan keluar bersama udara
dari grit separator menuju cyclone, sedangkan yang masih kasar diumpankan kembali
dari grit separator masuk ke HRP kembali. Semen beserta udara akan dipisahkan di
dalam cyclone, lalu bottom product dari cyclone yaitu debu semen masuk kedalam tube
mill untuk dilakukan fine grinding sampai ukuran yang distandarkan (R +90 μm Max. 10
%, R +45 μm Max. 25 %, OPC Blaine 2800-3400Cm2 /Gr, PCC blaine 3800-
4000cm2/Gr).
Untuk mencapai kehalusan tersebut, semen di dalam tube mill ditumbuk dan digerus
menggunakan steel ball sembari tube mill diputar. Semen yang sudah halus akan
terangkat dari tube mill lalu lolos melewati diafragma (penyaring) didalam tube mill,
karena adanya hisapan fan. Selanjutnya semen diumpankan kedalam sepax separator
untuk dipisahkan kembali dari partikel yang masih kasar. Partikel yang masih kasar akan
diumpankan balik ke tube mill, dan yang halus bersama dengan udara diteruskan menuju
filtax jet pulse filter.
Pada alat inilah penyaringan akhir dilakukan, semen dipisahkan dari udara, dan
semen kemudian disimpan kedalam silo. Peralatan kedua untuk penggilingan semen di
Pabrik Baturaja adalah vertical cement mill berkapasitas 125 ton/jam. Konstruksi alat ini
mirip dengan peralatan yang dipakai untuk penggilingan bahan mentah. Letak
perbedaannya tidak terlalu banyak, seperti konstruksi spring assembly, jumlah dan model
roller, sistem pengumpanan, namun prinsip kerja alat ini dapat dikatakan sama.
Penggunaan vertical mill sendiri memiliki banyak keunggulan dibandingkan HRP + tube
mill. Salah satu letak keunggulannya adalah power consumption-nya lebih rendah, dan
kehalusan produk lebih fleksibel untuk disetting.
Untuk Pabrik Panjang dan Palembang, peralatan yang dipakai untuk menggiling
klinker menjadi semen berbeda dengan Pabrik Baturaja. Peralatannya adalah tube mill
dengan dua kompartemen berkapasitas 50 ton/jam. Penggunaan HRP di Pabrik Baturaja,
Hal II-30
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
Tugas Akhir – Masa Percobaan - SMBR Development Program
menggantikan peran dari salah satu kompartemen yang terdapat di tube mill Pabrik
Panjang dan Lampung. Disamping itu kombinasi HRP dan tube mill satu kompartemen,
jauh lebih efisien, dan lebih besar kapasitasnya dibanding tube mill dua kompartemen.
Kompartemen pertama pada tube mill berfungsi untuk coarse grinding, supaya
klinker hancur menjadi pecahan-pecahan kecil. Sedangkan kompartemen kedua adalah
fine grinding, yaitu penghalusan material hingga blaine yang ditentukan. Antara
kompartemen satu dan dua berisikan steel ball yang berbeda ukurannya. Kompartemen
pertama berisi steel ball berdiameter 60-90 mm, dan kedua berdiameter <40 mm.
Pada Cement Mill II yang akan digiling dimasukkan ke dalam mill melalui air gate
(rotary feeder) melalui feeding chute yang ada di clasifier. Dengan gaya gravitasi,
material ini jatuh di tengah table yang diputar oleh motor dan gearbox. Gaya sentrifugasi
yang bekerja pada table mengarahkan material ke roller. Roller di Vertical Cement Mill
ada dua jenis, yaitu : master roller (M roller) dan support roller (S roller). Support roller
berfungsi untuk mempersiapkan grinding bed sehingga dipasang di depan setiap master
roller. Material dihaluskan pada masing-masing master roller akibat sistrem
hydropneumatic roller yang terpasang. Material yang telah dihaluskan dikeluarkan
melalui tepi table lalu masuk ke area louvre ring. Material dipotong oleh aliran udara
yang menariknya masuk ke mill dan classifier untuk kemudian dipisahkan.
Material yang telah mencapai kehalusan yang diinginkan keluar dari mill bersama
dengan udara melalui outlet classifier. Material yang halus tadi masuk ke main filter
untuk dipisahkan dengan udara pembawanya. Material yang telah terpisah akan
ditransportasikan oleh fluxo slide menuju cement silo. Material yang masih kasar
dikeluarkan dari classifier dan dikembalikan ke table melalui cone pengarah untuk
dihaluskan kembali. Material yang tidak tergiling oleh roller dan tidak terbawa oleh
aliran udara jatuh ke ring duct lewat louvre ring yang ada di sekeliling table, kemudian
masuk ke reject hopper untuk dimasukkan ke dalam sistem penanganan material reject.
Hal II-31
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
Tugas Akhir – Masa Percobaan - SMBR Development Program
Berlanjut ke proses yang terakhir yaitu cement packing. Semen dari dalam silo
semen, dibawa ke unit pengantongan. Kemudian dikemas dalam zak 50 kg, atau 1 ton
(big bag), bahkan bisa juga langsung di pasarkan melalui mobil kapsul yang biasanya
permintaan seperti ini dipakai oleh unit pengelola proyek yang sedang dibangun. Alur
prosesnya sebagai berikut. Semen dari dalam silo dikeluarkan, lalu dibawa menggunakan
peralatan transport menuju vibrating screen. Tujuannya adalah, memastikan tidak
adanya benda asing yang ikut terbawa ke semen yang akan dijual. Selanjutnya semen
yang sudah bebas benda asing dimasukan kedalam bin, lalu diumpankan ke rotary packer
untuk dikemas dalam bentuk semen zak 50 kg. Semen zak ditransportkan menggunakan
belt conveyor menuju truk pengangkut untuk membawa semen zak ke pasaran. Untuk
semen big-bag, pengisiannya langsung dari bin khusus yang sudah disediakan untuk
mengisi kantong ukuran 1 ton. Sedangkan untuk truk kapsul, pengisian semen langsung
dari mengekstrak melalui silo semen, menggunakan telescopic ke dalam truk kapsul.
Hal II-32
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
Tugas Akhir – Masa Percobaan - SMBR Development Program
Quarrying
Crushing
Prehomogenizing
Homogenizing
Preheating
Hot Gas
Clinker Cooling
Additive
Cement Grinding
Materials
Cement packing
Hal II-33
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
Tugas Akhir – Masa Percobaan - SMBR Development Program
BAB III
STRUKTUR ORGANISASI DAN FUNGSI
Struktur organisasi PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk yaitu berbentuk hierarki fungsional
dengan desain struktur birokrasi, dimana pekerjaan dibagi-bagi sesuai dengan spesialisasi
kerjanya, dan dikelompokkan sesuai dengan fungsi-fungsinya sehingga tugas yang sama dapat
dikoordinasikan.
PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk memiliki satu Direktur Utama yang membawahi empat
Direksi, yaitu :
Hal III-1
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
Tugas Akhir – Masa Percobaan - SMBR Development Program
Hal III-2
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
Tugas Akhir – Masa Percobaan - SMBR Development Program
Hal III-3
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
Tugas Akhir – Masa Percobaan - SMBR Development Program
1) Mengkoordinsikan, mengawasi dan mengevaluasi standard kualitas raw meal & terak
untuk memastikan kualitas optimal dari produk semen serta memastikan kelancaran
proses produksi secara keseluruhan.
2) Mengkoordinsikan, mengawasi dan mengevaluasi proses operasi crushing agar
produksi semen secara keseluruhan dapat dilaksanakan tepat waktu, dengan kuantitas
dan kualitas yang sesuai dengan perencanaan.
3) Mengkoordinsikan, mengawasi dan mengevaluasi proses operasi penggilingan bahan
mentah agar produksi semen secara keseluruhan dapat dilaksanakan tepat waktu,
dengan kuantitas dan kualitas yang sesuai dengan perencanaan.
4) Mengkoordinsikan, mengawasi dan mengevaluasi proses operasi pembakaran bahan
mentah agar produksi semen secara keseluruhan dapat dilaksanakan tepat waktu,
dengan kuantitas dan kualitas yang sesuai dengan perencanaan.
5) Mengevaluasi & mepalorkan seluruh proses produksi terak agar produksi semen
secara keseluruhan dapat dilaksanakan tepat waktu, dengan kuantitas dan kualitas
yang sesuai dengan perencanaan.
Hal III-4
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
Tugas Akhir – Masa Percobaan - SMBR Development Program
Hal III-5
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
Tugas Akhir – Masa Percobaan - SMBR Development Program
Hal III-6
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
Tugas Akhir – Masa Percobaan - SMBR Development Program
6. Department Utility
a. Tujuan Department Utility
Memimpin, mengelola dan memastikan keseluruhan operasi dan pemeliharaan sistem
yang menghasilkan dan mendistribusikan sumber daya pendukung untuk menjamin
kelancaran proses manufaktur terak dan semen sesuai dengan target dan kebijakan yang
telah ditetapkan.
b. Tanggung Jawab Department Utility
1) Berkoordinasi dalam melaksanakan aktivitas penyiapan sumber daya produksi untuk
memastikan kesiapan operasional dan mampu mendukung proses produksi dengan
realibilitas yang optimal
2) Bertanggung jawab dalam perencanaan penyiapan sumber daya produksi untuk
memastikan bahwa Pabrik dapat beroperasi dengan benar berdasarkan rencana
produksi
3) Bertanggung jawab dalam komunikasi & pengelolaan pembangkit listrik untuk
memastikan prosesnya dilakukan dengan benar sesuai standar kinerja dan
keselamatan
4) Bertanggung jawab dalam komunikasi & pengelolaan fasilitas penyedia air untuk
memastikan prosesnya dilakukan dengan benar sesuai standar kinerja dan
keselamatan
5) Bertanggung jawab dalam komunikasi & pengelolaan dedusting system untuk
memastikan prosesnya dilakukan dengan benar sesuai standar kinerja dan
keselamatan
6) Bertanggung jawab dalam komunikasi & pengelolaan compressor untuk memastikan
prosesnya dilakukan dengan benar sesuai standar kinerja dan keselamatan
7) Bertanggung jawab dalam evaluasi & pelaporan penyiapan sumber daya produksi
untuk memastikan bahwa Pabrik dapat beroperasi dengan benar berdasarkan rencana
produksi
Hal III-7
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
Tugas Akhir – Masa Percobaan - SMBR Development Program
Hal III-8
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
Tugas Akhir – Masa Percobaan - SMBR Development Program
KANPUS
JABATAN PBR PPJ PWK JKT JUMLAH
DAN PPG
1. Vice President 16 4 0 0 20
2. Senior Manager 34 30 3 0 67
3. Manager 58 83 7 1 149
1. Vice President 20
2. Senior Manager 67
3. Manager 149
5.Specialist/Admin/Analis 268
JUMLAH 789
Hal III-9
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
Tugas Akhir – Masa Percobaan - SMBR Development Program
1. Vice President 2 17 1 0 0 0 20
2. Senior Manager 5 48 4 10 0 0 67
3. Manager 6 99 15 29 0 0 149
DATA USIA ≥56 51-55 46-50 41-45 36-40 31-35 26-30 < 26 JUMLAH
1. Vice President 0 1 3 8 8 0 0 0 20
2. Senior Manager 2 3 2 23 22 15 0 0 67
3. Manager 0 2 1 36 14 52 44 0 149
5.Specialist/Admin/Ana
0 0 0 0 1 12 83 172 268
lis
Hal III-10
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
Tugas Akhir – Masa Percobaan - SMBR Development Program
PANJANG 34 27 61
JAKARTA 0 2 2
Tabel 3. 6 Pengelompokan Tenaga Kerja Teknik dan Non Teknik Berdasarkan Tingkat Jabatan
NON
JABATAN TEKNIK JUMLAH
TEKNIK
VICE PRESIDENT 5 15 20
SENIOR MANAGER 25 42 67
MANAGER 62 87 149
Hal III-11
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
Tugas Akhir – Masa Percobaan - SMBR Development Program
BAB IV
TUGAS KHUSUS
Hal IV-1
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
Tugas Akhir – Masa Percobaan - SMBR Development Program
Hal IV-2
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
Tugas Akhir – Masa Percobaan - SMBR Development Program
Hal IV-3
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
Tugas Akhir – Masa Percobaan - SMBR Development Program
panas, seperti radiator dalam mobil, dan oleh karena itu biayanya lebih efektif dan efisien
energinya. (Pratama, 2012)
Berdasarkan gambar 4.2 konstruksi cooling tower secara garis besar terdiri atas:
1. Kipas (fan)
Kipas merupakan bagian terpenting dari sebuah menara pendingin karena berfungsi
untuk menarik udara dingin dan mensirkulasikan udara tersebut di dalam menara untuk
mendinginkan air. Jika kipas tidak berfungsi maka kinerja menara pendingin tidak akan
optimal. Kipas digerakkan oleh motor listrik yang dikopel langsung dengan poros kipas.
Hal IV-4
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
Tugas Akhir – Masa Percobaan - SMBR Development Program
Hal IV-5
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
Tugas Akhir – Masa Percobaan - SMBR Development Program
proses perpindahan panas dapat dilakukan seefisien mungkin. Filling material ini
umumnya terdiri dari 2 jenis lapisan:
1. 1st level packing
Merupakan Filling material lapisan atas yang mempunyai celah sarang lebah lebih
besar dimaksudkan untuk pendinginan tahap pertama. Fluida yang akan didinginkan
pertama kali dialirkan ke lamella ini.
2. 2nd level packing
Merupakan Filling material yang lebih lembut untuk second stage pendinginan.
Pabrikan package menara pendingin umumnya merancang Filling material pada stage
ini lebih tebal sehigga dapat menampung kapasitas fluida yang lebih banyak. (Pratama,
2012).
Hal IV-6
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
Tugas Akhir – Masa Percobaan - SMBR Development Program
jumlah alur yang digunakan . kemudian sabuk dalam masing-masing alur mentransmisikan
untuk tenaga yang dibutuhkan dari satu puli ke puli lain. (R.S. Khurmi, J.K. Gupta, 2005)
Hal IV-7
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
Tugas Akhir – Masa Percobaan - SMBR Development Program
Hal IV-8
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
Tugas Akhir – Masa Percobaan - SMBR Development Program
Hal IV-9
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
Tugas Akhir – Masa Percobaan - SMBR Development Program
Hal IV-10
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
Tugas Akhir – Masa Percobaan - SMBR Development Program
Motor adalah komponen utama dalam sebuah kontruksi permesinan yang berfungsi
sebagai sumber daya mekanik untuk menggerakkan suatu poros. Komponen yang terhubung
dengan poros yaitu puli atau roda gigi yang dihubungkan dengan sabuk atau rantai untuk
menggerakkan komponen. Motor menurut energy penggerak dibagi menjadi 2 yaitu motor
listrik dan motor bakar.
Motor listrik adalah alat untuk mengubah energi listrik menjadi energi mekanik.
Perubahan energi dihasilkan dengan mengubah tenaga listrik menjadi magnet yang disebut
electromagnet. Kutub-kutub magnet yang sama akan tolak-menolak dan kutub-kutub yang tidak
sama akan Tarik-menarik. Gerakan yang dihasilkan dengan cara menempatkan sebuah magnet
pada poros yang dapat berputar dan magnet pada suatu kedudukan yang tetap.
Fungsi utama motor listrik dari sebuah kontruksi permesinan berfungsi sebagai penggerak.
Gerakan yang dihasilkan oleh motor listrik adalah sebuah putaran poros. Mesin pengeolah
garam bleng menggunakan motor listrik sebagai sumber tenaga. Pemilihan motor listrik sebagai
sumber tenaga karena memiliki beberapa kelebihan yaitu tidak menimbulkan kebisingan, tidak
Hal IV-11
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
Tugas Akhir – Masa Percobaan - SMBR Development Program
menimbulkan emisi, kontruksi sederhana, harga murah dan kontruksi relative lebih kecil (R.S.
Khurmi, J.K. Gupta, 2005).
4.5.6 Puli
Puli adalah elemen mesin yang berfungsi untuk meneruskan daya dari satu poros ke poros
yang lain dengan menggunakan sabuk. Puli bekerja dengan mengubah arah gaya yang
diberikan, mengirim gerak dan mengubah arah rotasi. Puli tersevut dari besi cor, baja cor, baja
pres atau aluminium (R.S. Khurmi, J.K. Gupta, 2005)
4.5.7 V-Belt
Jarak yang cukup jauh yang memisahkan antara dua buah poros mengakibatkan tidak
memungkinkannya mengunakan transmisi langsung dengan roda gigi. Sabuk-V merupakan
sebuah solusi yang dapat digunakan. Sabuk-V adalah salah satu transmisi penghubung yang
terbuat dari karet dan mempunyai penampang trapesium. Dalam penggunaannya sabuk-V
dibelitkan mengelilingi alur puli yang berbentuk V pula. Bagian sabuk yang membelit pada puli
akan mengalami lengkungan sehingga lebar bagian dalamnya akan bertambah besar.
Sabuk-V banyak digunakan karena sabuk-V sangat mudah dalam penangananya dan
murah harganya. Selain itu sabuk-V juga memiliki keungulan lain dimana sabuk-V akan
menghasilhan transmisi daya yang besar pada tegangan yang relatif rendah serta jika
dibandingkan dengan transmisi roda gigi dan rantai, sabuk-V bekerja lebih halus dan tak
bersuara.
Hal IV-12
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
Tugas Akhir – Masa Percobaan - SMBR Development Program
Penampang sabuk-V dapat diperoleh atas dasar daya rencana dan putaran poros pengerak.
Daya rencana dihitung dengan mengalikan daya yang diteruskan dengan faktor koreksi.
Transmisi sabuk-V hanya dapat menghubungkan poros-poros yang sejajar dengan arah putaran
yang sama.
Sabuk-V selain juga memiliki keungulan dibandingkan dengan transmisi-transmisi yang
lain, sabuk-V juga memiliki kelemahan dimana sabuk-V dapat memungkinkan untuk terjadinya
slip. Oleh karena itu, maka perencanaan sabuk-V perlu dilakukan untuk memperhitungkan jenis
sabuk yang digunakan dan panjang sabuk yang akan digunakan (Suga Kiyokatsu, Sularso,
1997)
Hal IV-13
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
Tugas Akhir – Masa Percobaan - SMBR Development Program
Jika komponen cash flow benefit dan cost bersifat tahunan, maka persamaannya menjadi:
𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖
k(FBP) = 𝑥 𝑃𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢
𝐴𝑛𝑛𝑢𝑎𝑙 𝐵𝑒𝑛𝑒𝑓𝑖𝑡
Kriteria keputusan untuk mengetahui apakah rencana suatu investasi tersebut layak ekonomis
atau tidak, diperlukan suatu ukuran atau kriteria. Penggunaan metode payback period ini
rencana investasi dikatakan layak apabila k ≤ n, dengan jumlah periode pengembalian (k) dan
umur investasi (n).
Payback period adalah waktu yang dibutuhkan untuk mencapai pengembalian biaya investasi
(Park, 2004). Titik pengembalian biaya adalah titik pulang pokok (break even point). Penentuan
break even point secara grafik menggunakan metode payback period dapat diketahui dengan
perbandingan aliran biaya dalam interval waktu. Berikut ini adalah penentuan waktu untuk
mencapai break even point secara grafik menurut Chen.S.Park,
Hal IV-14
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
Tugas Akhir – Masa Percobaan - SMBR Development Program
Hal IV-15
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
Tugas Akhir – Masa Percobaan - SMBR Development Program
919TW 31
JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI
28 Jan - 2 Feb 7 - 11 feb fan 14 Mar filling 1 Apr Pemasangan fan 16 Mei Pembongkaran 10 Juli ganti oli
Pembongkaran rusak. element blade fan cooling tower
motor & gearbox
cooling tower
(bearing, blade
retak)
18 - 19 feb fan 17 change blade fan
rusak cooling 919TW31 dengan
cooling tower 919TW33"
26 feb
penambahan oli
919TW32
JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI
14 mar Pengantian 29 Apr Pembongkaran 1 Mei Perakitan gearbox 15 Juni Pengantian motor
valve warm gear box cooling tower cooling tower 919TW32 &
cooling tower Pemasangan gearbox
cooling tower 919TW32"
30 Apr Pemansangan 10, 14, 15, 16
bearing gear box Pembongkaran dan rakit
gearbox cooling tower
919TW33
JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI
26 feb tambah oli 22 Apr Pengantian oil 1 Mei Pemindahan motor
gearbox seal gear box gearbox cooling tower
919TW33 ke cooling
tower 919TW32
30 feb ganti oil 22 Apr Pengantian fan 16 Mei Pembongkaran
seal cooling tower retak blade fan cooling tower
Hal IV-16
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
Tugas Akhir – Masa Percobaan - SMBR Development Program
4.7 ANALISIS
Pada paragraf ini memaparkan mengenai alur perancangan transmission belt serta
anggaran biaya.
Hal IV-17
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
Tugas Akhir – Masa Percobaan - SMBR Development Program
Hal IV-18
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
Tugas Akhir – Masa Percobaan - SMBR Development Program
Hal IV-19
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
Tugas Akhir – Masa Percobaan - SMBR Development Program
Rumus : Pr = Ps + Pa
Sumber : (Mitsuboshi, 2014)
Pr1 = Ps + Pa
= 9,32 Kw + 0,68 Kw
= 10 Kw
Pr2 = Ps + Pa
= 2,56 Kw + 0,15 Kw
= 2,71 Kw
Rumus : Pc = Pr x kl x kθ
Sumber : (Mitsuboshi, 2014)
Pc1 = Pr x kl x kθ
= 10 Kw x 0,984 x 1,31
= 12,84 Kw
Pc2 = Pr x kl x kθ
= 2,71 Kw x 0,96 x 0,89
= 2,31 Kw
d) Dimensi puli
Hal IV-20
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
Tugas Akhir – Masa Percobaan - SMBR Development Program
𝑑1 𝑛2
=
𝑑2 𝑛1
224 𝑚𝑚 𝑛2
=
500 𝑚𝑚 1455 𝑟𝑝𝑚
n2 = 651,84 rpm
𝑑3 𝑛4
𝑑4
= 𝑛3
𝑑3 220 𝑟𝑝𝑚
𝑑4
= 651,84𝑟𝑝𝑚
d3 = 165,5 mm
d4 = 510,3 mm
d3 dan d4 didapat dari hasil interpolasi Table Centre distances for selected SPB (Childs,
2004)
Keterangan :
d : diameter puli (mm)
n : putaran puli (rpm)
d1 n1 d2 n2 d3 n3 d4 n4
224 mm 1455 rpm 500 mm 651,84 rpm 165,5 mm 651,84 rpm 519,3 mm 220 rpm
Hal IV-21
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
Tugas Akhir – Masa Percobaan - SMBR Development Program
Dari data diatas maka dapat dicari dimensi puli secara detail sebagai berikut : (Type of Belt : C)
Dout, 1 = D1 + 2 .a = 224 + 2(5,7) = 235,4 mm
Dout, 2 = D2 + 2 .a = 500 + 2(5,7) = 511,4 mm
Dout, 3 = D3 + 2 .a = 165,5 + 2(5,7) = 176,9 mm
Dout, 4 = D4 + 2 .a = 510,3 + 2(5,7) = 521,7 mm
Din, 1 = Dout, 1 – 2 .c = 235,4 - 2(14,3) = 206,8 mm
Din, 2 = Dout, 2 - 2 .c = 511,4 - 2(14,3) = 482,8 mm
Din, 3 = Dout, 3 – 2 .c = 176,9 - 2(14,3) = 148,3 mm
Din, 4 = Dout, 4 - 2 .c = 521,7 - 2(14,3) = 492,3 mm
e) Center of distance ( C )
Center of distance merupakan jarak antar poros dengan puli.
C1 = 3R1 + R2
= 3 x 112 mm + 250mm
= 586 mm
C2 = 3R3 + R4
= 3 x 82,75 + 255,15
= 503,4 mm
Hal IV-22
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
Tugas Akhir – Masa Percobaan - SMBR Development Program
𝑟2−𝑟1 2
L1-2 = π (r2 + r1) + 2.C + ( )
𝑥
250 𝑚𝑚−112 𝑚𝑚 2
= π (250 mm + 112 mm) + 2 x 586 mm + ( )
586 𝑚𝑚
= 2341,18 mm
𝑟4−𝑟3 2
L3-4 = π (r4 + r3) + 2.C + ( )
𝑥
255,15 𝑚𝑚−82,75 𝑚𝑚 2
= π (255,15 mm + 82,75 mm) + 2 x 503,4 mm + ( )
503,4 𝑚𝑚
= 2126,8 mm
Karena speed ratio yang kita inginkan adalah > 7:1 maka dapat ditentukan jenis v-belt
untuk transimi cooling tower.
Hal IV-23
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
Tugas Akhir – Masa Percobaan - SMBR Development Program
Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa tipe v-belt yang kita gunakan yaitu tipe
C dilihat dari Power range 7,5-75 KW.
h) Sudut Kontak ( θ )
Rumus sudut kontak :
𝑑2−𝑑1
Sin α = 2𝐶
Sumber : (R.S. Khurmi, J.K. Gupta, 2005)
𝑑2−𝑑1
Sin α = 2𝐶
500−224
=
2 𝑥 586
=0,23
α = 13, 3º
θ = 180º - 2α
θ1-2 = 153,4º
𝑑4−𝑑3
Sin α = 2𝐶
510,3−165,5
= 2 𝑥 503,4
=0,34
α = 20º
θ = 180º - 2α
θ3-4 = 140º
Hal IV-24
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
Tugas Akhir – Masa Percobaan - SMBR Development Program
𝜋 𝑥 𝑑1 𝑥 𝑛1
V1-2 = 60
𝜋 𝑥 224 𝑥 1455
= 60
= 17056,48 mm/s
= 17, 06 m/s
𝜋 𝑥 𝑑1 𝑥 𝑛1
V3-4 = 60
𝜋 𝑥 224 𝑥 1455
= 60
= 17056,48 mm/s
= 17, 06 m/s
j) Torsi (Tq)
𝑃𝑡 𝑥 9550
Rumus : Tq = Pt : Power Transmisson (diketahui 15Kw)
𝑛
Sumber : (Mitsuboshi, 2014)
𝑃𝑡 𝑥 9550
Tq1 = 𝑛
15 𝐾𝑊 𝑥 9550
= 1455𝑚𝑚
= 98,45 Nm
𝑃𝑡 𝑥 9550
Tq2 = 𝑛
15 𝐾𝑊 𝑥 9550
= 651,84𝑚𝑚
= 219,76 Nm
𝑃𝑡 𝑥 9550
Tq3 = 𝑛
15 𝐾𝑊 𝑥 9550
= 651,84𝑚𝑚
= 219,76 Nm
𝑃𝑡 𝑥 9550
Tq4 = 𝑛
15 𝐾𝑊 𝑥 9550
= 220𝑚𝑚
= 651,14 Nm
Hal IV-25
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
Tugas Akhir – Masa Percobaan - SMBR Development Program
20,88 𝐾𝑤
nb = 12,84 𝐾𝑤
=1,6 Kw
Dengan hasil diatas maka disarankan menggunakan 2 sabuk tiap puli.
Belt Transsmision
No
Sparepart Jumlah Biaya satuan Total biaya
1 V-Belt Type C Accu panjang 2362 mm 2 Rp 483,810.30 Rp 967,620.60
2 V-Belt Type C Accu panjang 2126 mm 2 Rp 448,617.64 Rp 897,235.28
3 Motor Listrik 15 KW 1 Rp - Rp -
4 Puli 1 1 Rp 2,119,736.10 Rp 2,119,736.10
5 Puli 2 1 Rp 4,000,233.16 Rp 4,000,233.16
6 Puli 3 1 Rp 1,035,517.57 Rp 1,035,517.57
7 Puli 4 1 Rp 4,000,233.16 Rp 4,000,233.16
Total Rp 13,020,575.87
Biaya pengadaan tersebut digunakan untuk mengetahui kelayakan biaya dan apakah
investasi akan menguntungkan dalam jangka waktu yang telah ditentukan.
Hal IV-26
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
Tugas Akhir – Masa Percobaan - SMBR Development Program
Jam operasi dari motor listrik cooling tower 15 Kw diambil dari data trends 8 januari
2019 dalam sehari beroperasi 18 jam, pompa warm 37 Kw (919PU20 & 919PU21) diambil
dari data trends 6 Januari 2019 dalam sehari beroperasi 23 Jam.
Dari table diatas dapat kita tentukan Annual cost (Biaya tahunan) dari belt transmission
sebesar Rp 576,681,679.88, sedangkan gear transmission sebesar Rp 593,921,824.00.
Hal IV-27
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
Tugas Akhir – Masa Percobaan - SMBR Development Program
c. Cost Down
Cost down (penurunan biaya) merupakan selisih biaya yang diperoleh antara biaya
proses gear transmission dengan belt transmission. Cost down dapat juga dikatakan
keuntungan, karena biaya produksi yang dibutuhkan semakin sedikit dan berikut ini adalah
perhitungan cost down pada Perencanaan Penggantian Gear Transmission dengan Belt
Transmission Cooling Tower Pada Water Intake & Treatment Department Utility PT Semen
Baturaja (Persero) Tbk.
Dari perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah cost down dalam satu tahun
(Annual Benefit) sebesar Rp 17,240,144.12.
𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖
k(FBP) = 𝑥 𝑃𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢
𝐴𝑛𝑛𝑢𝑎𝑙 𝐵𝑒𝑛𝑒𝑓𝑖𝑡
13,020,575.87
k(FBP) = 𝑥 𝑃𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢
17,240,144.12.
k(FBP) = 0.755247507 Tahun
k(FBP) = 9.062970086 Bulan
Kriteria keputusan untuk mengetahui apakah rencana suatu investasi tersebut layak
ekonomis atau tidak, diperlukan suatu ukuran atau kriteria. Penggunaan metode payback
period ini rencana investasi dikatakan layak apabila k ≤ n, dengan jumlah periode
pengembalian (k) dan umur investasi (n). Pada investasi ini tergolong layak dikarenakan
k ≤ n = 0.755247507 ≤ 6. Umur investasi dari puli yaitu 6 tahun.
Hal IV-28
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
Tugas Akhir – Masa Percobaan - SMBR Development Program
Gear Transmission
2 Bearing rusak (ganti) 48
3 Cover bearing rusak 48
4 Ganti gear (Waktu tunggu beli) 168
5
6
7
8
1 Penggantian v-belt 2
Belt Transmission
2 Ganti bearing 6
3
4
5
6
7
8
Hal IV-29
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
Tugas Akhir – Masa Percobaan - SMBR Development Program
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Downtime saat menggunakan gearbox transmission berhasil direduksi ketika
dilakukan penggantian menggunakan belt transmission.
2. Biaya yang dapat diturunkan apabila melakukan penggantian gear transmission ke belt
transmission ialah sebesar Rp 17,240,144.12.
3. Hasil Analisis break even point menggunakan metode payback period menunjukkan
bahwa investasi ini tergolong layak dikarenakan k ≤ n = 0.755247507 ≤ 6. Umur
investasi dari puli yaitu 6 tahun dan investasi akan menemui titik impas pada
0.755247507 Tahun atau 9.062970086 Bulan
Hal V-1
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
Tugas Akhir – Masa Percobaan - SMBR Development Program
DAFTAR PUSTAKA
Childs, P. R. (2004). Mechanical Design Second Edition. Linacre House, Jordan Hill, Oxford
OX2 8DP: Elsevier Butterworth-Heinemann.
Erpinda, M. (2016). Evaluasi Water Treatment Plant Di PT Pertamina EP Asset 1 Jambi Field.
Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.
Giatman, M. (2006). Ekonomi Teknik. 1st ed. . Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Mitsuboshi. (2014). Design Manual V-Belt JIS. Tokyo: Mitsuboshi Belting LTD.
Park, C. S. (2004). Contemporary Engineering Economics. 4th ed. New Jersey : Pearson
Prentice Hall.
Pries, K. H. (2013). Reducing Process Cost with Lean, Six Sigma, and Value Engineering
Techniques. New York: CRC Press.
R.S. Khurmi, J.K. Gupta. (2005). A Textbook Of Machine Design. New Delhi: Eurasia
Publishing House (PVT). LTD.
Suga Kiyokatsu, Sularso. (1997). Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin. Jakarta:
Pradnya Paramita.
Hal V-2
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
Tugas Akhir – Masa Percobaan - SMBR Development Program
LAMPIRAN