Anda di halaman 1dari 78

PENGAPLIKASIAN MOTOR INDUKSI 3 FASA PADA BAG

SHIP LOADER 4 (BSL 4) DENGAN MENGGUNAKAN


PENGASUTAN MOTOR STARTER DIRECT ON LINE (DOL)

Laporan Kerja Praktik

Dususun Oleh :

1. Rizky Meidianto 1615031075


2. Rafli Dwi Rahmat 1615031077
3. Airlangga Pamungkas 1655031008

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
PENGAPLIKASIAN MOTOR INDUKSI 3 FASA PADA BAG
SHIP LOADER 4 (BSL 4) DENGAN MENGGUNAKAN
PENGASUTAN MOTOR STARTER DIRECT ON LINE (DOL)

Laporan Ini Disusun Untuk Memenuhi Syarat Mata Kuliah Kerja Praktek
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Lampung

Disusun Oleh :
1. Rizky Meidianto 1615031075
2. Rafli Dwi Rahmat 1615031077
3. Airlangga Pamungkas 1655031008

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS lAMPUNG
2019

i|Page
LEMBAR PENGESAHAN PERUSAHAAN
LAPORAN KERJA PRAKTEK
DI PT. PUPUK SRIWIDJAJA PALEMBANG
DEPARTEMEN PEMELIHARAAN LISTRIK
( 24 Juni 2019 – 16 Agustus 2019 )

Disusun Oleh:

1. Rizky Meidianto 1615031075


2. Rafli Dwi Rahmat 1615031077
3. Airlangga Pamungkas 1655031008

Mengetahui dan Mengesahkan


Palembang, 07 Agustus 2019

Mengetahui, Menyetujui,
Superintendent Pelaksana Diklat Pembimbing Unit Kerja

Mansur Soleh
Andy Leonard M.P. Situmorang Badge :12.0874
Badge : 04.0915

ii | P a g e
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
nikmat dan karunia-Nya jualah penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktek ini
dengan baik.

Laporan kerja praktik ini disusun berdasarkan hasil orientasi dan kegiatan
kerja praktik elektris yang telah dilaksanakan di PT. PUPUK SRIWIDJAJA
PALEMBANG yang dilaksanakan sejak tanggal 24 Juni – 16 Agustus 2019.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada


beberapa pihak yang membantu dalam bimbingan, bantuan data, dan motivasi
sehingga laporan kerja praktek ini dapat diselesaikan. Penulis mengucapkan
terimakasih kepada yang terhormat :

1. Ayah, Ibu serta saudara di rumah yang telah memberikan segala doa dan
dukungan baik moril maupun materi selama melakukan kerja praktek..

2. Bapak Herman Halomoan S, ST, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro


Universitas Sriwijaya.

3. Bapak … selaku Sekretaris Jurusan Teknik Elektro Universitas Sriwijaya.

4. Bapak Emir Nasrullah, ST, M.Eng Selaku Dosen Pembimbing Akademik.


5. Bapak Mansur Soleh, selaku Pembimbing saya dalam kerja praktek di PT.
PUPUK SRIWIDJAJA PALEMBANG, terima kasih atas semua ilmu yang telah
bapak berikan kepada kami.

6. Kak Romi Pasha, seluruh staf dan karyawan satuan kerja Departemen
Pemeliharaan Listrik dan Instrumen di area Pabrik Pengantongan Urea (PPU) PT.
PUPUK SRIWIDJAJA PALEMBANG.

iii | P a g e
7. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan kerja praktek
ini.
Semoga amal baik yang telah diberikan kepada penulis mendapat imbalan dari Tuhan
Yang maha Esa.

Akhirnya penulis berharap mudah-mudahan laporan kerja praktek ini


dapat bermanfaat bagi kita semua, bagi mahasiswa Teknik Elektro Universitas
Lampung, dan bermanfaat bagi diri saya sendiri. Dalam penulisan laporan ini penulis
menyadari masih terdapat kekurangan-kekurangan baik dalam penulisan maupun isi
dari laporan, oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran sehingga berguna bagi
kita semua.

Palembang 07, Agustus 2019

Penulis

iv | P a g e
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... ii

KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii


DAFTAR ISI .................................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................. 1
1.2 Tujuan dan Manfaat ........................................................ 2
1.3 Perumusan Masalah ........................................................ 3
1.4 Batasan Masalah ............................................................. 3
1.5 Metodologi Penyusunan.................................................. 3
1.6 Sistematika Penulisan...................................................... 4
BAB II TINJAUAN UMUM
2.1 Perkembangan PT. PUSRI Palembang
6
…………………………..
2.2 Visi, Misi, dan Makna
11
Perusahaan…………………………………
2.3 Lokasi dan Tata Letak
12
Pabrik.....…………………………………….
2.4 Struktur Organisasi dan
14
Manajemen...…………………………..
2.5 Unit
16
Pemeliharaan....………………………….............................
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
3.1 PPU (Pengantongan Pupuk Urea) ...................................... 25
3.2 Penyaluran Pupuk Ke Kapal .............................................. 28
3.3 Motor – Motor Pada Bag Ship Loader (BSL)...................... 30
3.4 Pengasutan
40
Motor………………………………………………………….

v|Page
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Motor Boom Hoist.............................................................. 48
4.2 Komponen - Komponen Motor Boom Hoist...................... 49
4.3 Aksesoris............................................................................. 51
4.4 Pengaturan Kecepatan Motor Boom Hoist......................... 56
4.5 Prinsip Kerja Boom Hoist.....................................................
65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan ........................................................................ 68
5.2 Saran .................................................................................. 68

Daftar Pustaka............................................................................................ 69

vi | P a g e
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Logo PT Pupuk Sriwidjaja Palembang....................................

Gambar 2.2 Pemetaan Rayonisasi Penyaluran Pupuk Bersubsidi ...............

Gambar 2.3 Lokasi PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang .................................

Gambar 2.4 Struktur Organisasi PT. Pusri Palembang Bagian Listrik ..........

Gambar 2.5 Tranformator ............................................................................

Gambar 2.6 Motor Induksi ...........................................................................

Gambar 2.7 BSL (Bag Ship Loader) .............................................................

Gambar 3.1 Flowchat Operasi PPU............................................................

Gambar 3.2 Quadrant Ship Loader .............................................................

Gambar 3.3 Bag Ship Loader .....................................................................

Gambar 3.4 Motor Belt Transfer ................................................................

Gambar 3.5 Motor Chute Travel ................................................................

Gambar 3.6 Motor Boom Hoist ..................................................................

Gambar 3.7 Motor Thuster Brake Boom Hoist ..........................................

Gambar 3.8 Motor Gantry Barat ................................................................

Gambar 3.9 Motor Gantry Timur ................................................................

vii | P a g e
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di era modern sekarang ini, peralatan listrik seperti motor induksi sangat

bermanfaat sekali dan sering digunakan dalam perusahaan-perusahaan industri

terkemuka seperti PT. Pupuk Sriwidjaja. Dalam mempermudah penyaluran pupuk urea

ke kapal-kapal digunakanlah beberapa motor induksi yang saling terintegrasi dalam

suatu fungsi yang disebut BSL (Bag Ship Loader).

Di PT. Pupuk Sriwidjaja terdiri dari 2 BSL yang di beri nama BSL3 dan BSL4.

BSL memiliki kemampuan menyalurkan pupuk yang sudah dikarungkan dan tiap

jamnya mampu menyalurkan pupuk karungan sebesar 3500 Ton terdapat beberapa

motor yang mendukung kinerja BSL, salah satunya motor Boom Hoist. Motor Boom

Hoist memiliki peran penting dalam penyaluran pupuk yaitu menurunkan atau

menaikkan vertikal spiral menuju ke kapal.

Motor Boom Hoist yang digunakan adalah motor 3 Φ dengan tegangan 440 V

dengan kecepatan motor maksimal 1500 rpm dengan 4 step, motor Boom Hoist ini di

suplay dari pembangkit yang berada di PUSRI III TR 37, umtuk mengoprasian motor

Boom Hoist ini diatur dari ruang control yang ada di bagian depan BSL, Motor Boom

Hoist yang kami ambil datanya berada di BSL 4 yang memiliki nomor seri 2879 LB-

H, motor ini berbeda dari motor-motor yang lain karena di Motor Boom Hoist ini

menggunakan cincing karbon bras, karena keunikannya itu penyusunan pembahasan

1|Page
tentang pengaplikasian motor tersebut dengan judul “Pengaplikasian Motor Induksi

3 Fasa Pada Bag Ship Loader 4 (BSL 4) Dengan Menggunakan Pengasutan Motor

Starter Direct On Line (DOL)”

1.2 Tujuan dan Manfaat

1.2.1 Tujuan

Tujuan dari pembuatan laporan ini, adalah :

1. Memahami prinsip kerja Motor Boom Hoist 2870 LB-H pada

BSL4

2. Mengetahui bagian bagian Pada Motor Boom Hoist

3. Memahami Pengaplikasian Untuk Motor Boom Hoist

4. Memahami Prinsip Kerja DOL (Direct On Line)

5. Untuk mendapatkan pengalaman kerja, baik secara teoritis maupun

pengalaman praktis secara langsung selama melaksana kerja praktik di

PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang.

1.2.2 Manfaat

Manfaat dari pembuatan laporan ini, adalah:

1. Mengetahui cara kerja Motor Boom Hoist saat beroperasi

2|Page
2. Menambah pengetahuan untuk fungsi-fungsi atau kegunaan bagian-

bagian yang ada di Motor Boom Hoist.

3. Menambah pengetahuan tentang Starter Direct On Line (DOL)

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang di utarakan diatas dapat diperoleh perumusan

masalah adalah

1. bagaimana pengaplikasian Motor Boom Hoist pada BSL

2. Bagian bagian apa saja yang mendukung kinerja Motor Boom Hoist

3. Bagaimana cara kerja Starter Diredt On Line (DOL)

1.4 Batasan Masalah

Oleh karena luasnya permasalahan yang mungkin dapat dibahas, penulisan

membatasi permasalahaan yang di bahas dalam laporan ini terbatas pada

pengaplikasiaan Motor Boom Hoist dengan nomor seri motor 2870 LB-H dan

komponen komponen yang digunakan untuk mendukung kinerja Motor Boom Hoist

serta mengetahui cara kerja dari starter direct on line (DOL)

1.5 Metodologi Penyusunan

Metode penyusunan laporan ini dilakukan dengan beberapa metode, antara lain,

sebagai berikut :

3|Page
1. Metode Observasi

Metode ini melakukan pengamatan langsung di lapangan dengan cara kerja

motor tersebut.

2. Metode Studi Literatur

Kami mencari dan mengumpulkan informasi dengan cara membaca dan

mempelajari buku - buku yang berhubungan dengan masalah yang akan di

bahas pada laporan ini.

3. Metode Wawancara

Metode ini melakukan tanya jawab kepada pembimbing atau tutor yang ada di

lapangan dan orang yang dapat membantu dalam penyusunan laporan ini.

4. Searching internet

Mengambil atau mendownload data melalui situs – situs internet.

1.6 Sistematika Penyusunan

Tujuan dari sistematika penyusunan adalah untuk untuk memberikan

pengarahan secara jelas dan permasalahan makalah ini dan juga merupakan garis besar

pembahasan dan tiap - tiap bab diuraikan sebagai berikut :

4|Page
BAB I PENDAHULUAN

Pada penulisan laporan KP pada bab ini berisikan latar belakang, tujuan dan

manfaat, rumusan dan batasan masalah, metodologi penyusunan dan sistematika

penyusunan.

BAB II TINJAUAN UMUM

Pada bab ini berisi tentang informasi perusahaan, yaitu profil perusahaan,

sejarah perusahaan, serta sistem kelistrikan yang ada di perusahaan PT PUSRI

Palembang.

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini dibahas teori - teori yang melandasi pembahasan masalah yang

akan dibahas.

BAB IV PEMBAHASAN

Pada bab ini menjelaskan tentang penggunaan Motor Boom Hoist 2870 LB-H

dan juga starting DOL (Direct On Line)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan dari isi laporan, serta saran yang merupakan hasil dari semua

pembahasan dari bab - bab sebelumnya.

5|Page
BAB II
TINJAUAN UMUM

2.1 Perkembangan PT PUSRI Palembang

2.1.1 Sekilas Sejarah Perusahaan

PT Pupuk Sriwidjaja Palembang (Pusri) adalah perusahaan yang didirikan

sebagai pelopor produsen pupuk urea di Indonesia pada tanggal 24 Desember 1959 di

Palembang Sumatera Selatan, dengan nama PT Pupuk Sriwidjaja (Persero). Pusri

memulai operasional usaha dengan tujuan utama untuk melaksanakan dan menunjang

kebijaksanaan dan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional,

khususnya di industri pupuk dan kimia lainnya. Sejarah panjang Pusri sebagai pelopor

produsen pupuk nasional selama lebih dari 50 tahun telah membuktikan kemampuan

dan komitmen kami dalam melaksanakan tugas penting yang diberikan oleh

pemerintah.

Selain sebagai produsen pupuk nasional, Pusri juga mengemban tugas dalam

melaksanakan usaha perdagangan, pemberian jasa dan usaha lain yang berkaitan

dengan industri pupuk. Pusri bertanggung jawab dalam melaksanakan distribusi dan

pemasaran pupuk bersubsidi kepada petani sebagai bentuk pelaksanaan Public Service

Obligation (PSO) untuk mendukung program pangan nasional dengan

memprioritaskan produksi dan pendistribusian pupuk bagi petani di seluruh wilayah

Indonesia. Penjualan pupuk urea non subsidi sebagai pemenuhan kebutuhan pupuk

sektor perkebunan, industri maupun eksport menjadi bagian kegiatan perusahaan yang

6|Page
lainnya diluar tanggung jawab pelaksanaan Public Service Obligation (PSO).

Sebagai perusahaan yang bertanggung jawab atas kelangsungan industri pupuk

nasional, Pusri telah mengalami berbagai perubahan dalam manajemen dan wewenang

yang sangat berkaitan dengan kebijakan-kebijakan pemerintah. Sejak tanggal 18 April

2012, Kementerian BUMN meresmikan PT Pupuk Indonesia (Persero) sebagai nama

induk perusahaan pupuk yang baru, menggantikan nama PT Pusri (Persero).

PT Pupuk Indonesia (persero) merupakan pemegang saham utama dan

pengendali Pusri dengan kepemilikan sebesar 99,9998%. Sementara entitas pemilik

akhir dari Pupuk Indonesia adalah Pemerintah Republik Indonesia yang memiliki

seluruh (100,00%) saham Pupuk Indonesia (Persero). Hingga saat ini Pusri secara

resmi beroperasi dengan nama PT Pupuk Sriwidjaja Palembang dan tetap

menggunakan brand dan merek dagang Pusri.

Gambar 2.1 Logo PT Pupuk Sriwidjaja Palembang

7|Page
. Penjualan pupuk urea non subsidi sebagai pemenuhan kebutuhan pupuk sektor

perkebunan, industri maupun eksport menjadi bagian kegiatan perusahaan yang lainnya

diluar tanggung jawab pelaksanaan Public Service

Obligation (PSO).

Adapun provinsi wilayah tanggung jawab PSO Pusri saat ini adalah :

1. Sumatera Selatan 5. Lampung

2. Jambi 6. Banten & DKI

3. Bengkulu 7. Jawa Tengah

4. Babel 8. DI.Yogyakarta

Gambar 2.2 Pemetaan Rayonisasi Penyaluran Pupuk Bersubsidi

8|Page
Sebagai perusahaan yang bertanggung jawab atas kelangsungan industri pupuk

nasional, Pusri telah mengalami berbagai perubahan dalam manajemen dan wewenang

yang sangat berkaitan dengan kebijakan-kebijakan pemerintah.

Pada tahun 2010 dilakukan Pemisahan (Spin Off) dari PT Pupuk Indonesia

(Persero) (saat itu masih bernama PT. Pupuk Sriwidjaja (Persero)) kepada PT Pupuk

Sriwidjaja Palembang serta telah terjadinya pengalihan hak dan kewajiban PT Pupuk

Indonesia (Persero) kepada PT Pupuk Sriwidjaja Palembang sebagaimana tertuang

didalan RUPS-LB tanggal 24 Desember 2010 yang berlaku efektif 1 Januari 2011. Spin

Off ini tertuang dalam Perubahan Anggaran Dasar PT Pupuk Sriwidjaja Palembang

melalui Akte Notaris Fathiah Helmi, SH nomor 14 tanggal 12 November 2010 yang

telah disahkan oleh Menteri Hukum dan HAM tanggal 13 Desember 2010 nomor AHU-

57993.AH.01.01 tahun 2010.

2.1.2 Profil Pabrik

Pusri I (1963 - 1986)

Pusri I merupakan simbol dari tonggak sejarah industri pupuk di Indonesia.

Dibangun di atas lahan seluas 20 hektar, PUSRI I adalah pabrik pupuk pertama di

Indonesia yang dibangun pada tanggal 14 Agustus 1961 dan mulai beroperasi pada

tahun 1963 dengan kapasitas terpasang sebesar 100.000 ton urea dan 59.400 ton amonia

per tahun.

9|Page
Pusri II (1974 – 2017)

PUSRI II adalah pabrik pupuk kedua yang dibangun oleh Pusri dan mulai

beroperasi pada tahun 1974 - 2017. PUSRI II diresmikan oleh Presiden Republik

Indonesia pada tanggal 8 Agustus 1974 dengan kapasitas produksi sebesar 380.000

metrik ton urea per tahun dan 218.000 metrik ton amonia per tahun.

Pusri III

Proses perencanaan PUSRI III telah dimulai ketika pemerintah meresmikan

operasional PUSRI II sebagai langkah antisipasi meningkatnya kebutuhan pupuk.

Sebagai tindak lanjut dari keputusan pemerintah, tepat pada tanggal 21 Mei 1975

Menteri Perindustrian M Jusuf telah meresmikan Pemancangan Tiang Pertama

pembangunan Pabrik Pusri III. Kapasitas produksi 1.100 metrik ton amonia per hari

atau 330.000 per tahun dan 1.725 metrik ton urea per hari atau 570.000 metrik ton per

tahun.

Pusri IV

Melalui Surat Keputusan No.17 tanggal 17 April 1975, Presiden Republik

Indonesia telah menugaskan kepada Menteri Perindustrian untuk segera mengambil

langkah-langkah persiapan guna melaksanakan pembangunan pabrik Pusri IV. Pada

tanggal 7 Agustus 1975 awal pembangunan PUSRI IV. Kapasitas produksi PUSRI IV

sama dengan PUSRI III yaitu dengan kapasitas produksi 1.100 metrik ton amonia per

hari, atau 330.000 metrik ton per tahun dan 1.725 metrik ton urea per hari atau 570.000

metrik ton per tahun.

10 | P a g e
Pusri IB

Pabrik PUSRI IB merupakan pabrik yang dibangun sebagai pengganti pabrik

PUSRI I yang telah dinyatakan tidak efisien lagi. Tanggal 15 Januari 1990 merupakan

Early Start Date untuk memulai kegiatan Process Engineering Design Package.

Tanggal 1 Mei 1990 merupakan effective date dari pelaksanaan pembangunannya dan

diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia pada tanggal 22 Desember 1994. PUSRI

IB memiliki kapasitas produksi 446.000 ton amonia per tahun dan 570.000 ton urea per

tahun

Pusri IIB

Pabrik Pusri II-B ini akan mengganti Pabrik Pusri-II dengan menggunakan

teknologi KBR Purifier Technology untuk Pabrik Amonia dan teknologi ACES 21

milik TOYO dan Pusri sebagai Co Licensor untuk Pabrik Urea. Kapasitas Pabrik

Amonia 2.000 ton /hari (660.000 ton/tahun) dan kapasitas Pabrik Urea 2.750 ton/hari

(907.500 ton/tahun).

2.2 Visi, Misi, dan Makna Perusahaan

Berdasarkan SK Direktur PT Pupuk Sriwidjaja Palembang

No.SK/DIR/207/2012 tanggal 11 Juni 2012, Visi dan Misi PT. Pupuk Sriwidjaya adala

sebagai berikut :

Visi Perusahaan

"Menjadi Perusahaan Pupuk Terkemuka Tingkat Regional"

11 | P a g e
Misi Perusahaan

"Memproduksi serta memasarkan pupuk dan produk agribisnis secara efisien,

berkualitas prima dan memuaskan pelanggan "

Makna Perusahaan

“PUSRI untuk Kemandirian Pangan dan Kehidupan Yang Lebih Baik”

2.3 Lokasi dan Tata Letak Pabrik

PT. Pupuk Sriwidjaja (PT. PUSRI) terletak kira – kira 7 Km dari pusat kota

Palembang, Kecamatan Ilir Timur II, Kotamadya Palembang. Kelayakan ini ditunjang

oleh keadaan geografis Sumatera Selatan yang memiliki kekayaan alam yaitu gas alam

(natural gas) yang merupakan bahan baku utama dan tersedia dalam jumlah yang

cukup banyak. Gass Bell & Associates dari Amerika Serikat memberikan rekomendasi

berdasarkan studi kelayakan untuk membangun Pabrik Pupuk Urea PUSRI di

Palembang, dengan kapasitas 100.000 ton per tahun. Adapun faktor teknis dan faktor

ekonomi yang menunjang studi kelayakan tersebut adalah :

a. Keadaan geografis Sumatera Selatan yang memiliki kekayaan gas alam

sebagai bahan baku utama, dalam jumlah yang cukup banyak.

b. Dekat dengan Sungai Musi sebagai salah satu sarana penting untuk

sumber air, sarana pembuangan limbah dan juga sebagai sarana

transportasi.

12 | P a g e
c. Dekat dengan Tambang Bukit Asam yang tidak jauh dari Kota

Palembang, yang banyak mengandung batubara dan dapat dijadikan

sebagai cadangan bahan baku yang sangat potensial seandainya

persediaan gas bumi sudah menipis.

d. Dekat dengan sarana pelabuhan dan kereta api. Luas tanah yang

digunakan untuk lokasi pabrik adalah 20,4732 hektar, lokasi perumahan

karyawan 26,7965 hektar, dan disiapkan tanah seluas 41,7965 hektar

untuk persediaan perluasan komplek pabrik.

Gambar 2.3 Lokasi PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang

13 | P a g e
2.4 Struktur Organisasi dan Manajemen

PT. Pupuk Sriwidjaja (PT. PUSRI) merupakan Badan Usaha Milik Negara

(BUMN) yang menggunakan Sistem Line and Staff Organization dengan bentuk

perseroan terbatas (PT) dalam pengelolaannya dan modal pengelolaan pabrik berasal

dari pemerintah. Proses manajemen PT Pupuk Sriwidjaja berdasarkan Total Quality

Control Management (TQCM) yang melibatkan seluruh pimpinan dan karyawan dalam

rangka peningkatan mutu secara kontinyu.

Organisasi PT Pupuk Sriwidjaja dipimpin oleh Direktur Utama dan dibantu oleh

lima orang Direksi. Dalam kegiatan operasionalnya, direksi dibantu oleh staf dan

Kepala Departemen. Direksi bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris, dimana

Dewan Komisaris terdiri dari wakil-wakil pemegang saham yang bertugas menentukan

kebijaksanaan umum yang harus dilaksanakan oleh direksi, juga bertindak sebagai

pengawas atas semua kegiatan dan pekerjaan yang telah dilakukan oleh Dewan Direksi.

Dewan Komisaris terdiri dari wakil–wakil pemerintah, yaitu :

a. Departemen Pertanian

b. Departemen Keuangan Direktorat Jenderal Moneter Dalam Negeri

c. Departemen Perindustrian Direktorat Jenderal Industri Kimia Dasar

d. Departemen Pertambangan dan Energi.

14 | P a g e
Struktur Organisasi PT Pupuk Sriwidjaja berdasarkan Surat Keputusan Direksi

No. SK/DIR/240/2011 tanggal 5 September 2011 adalah sebagai berikut:

1. Direktur Utama

2. Direktur Produksi

3. Direktur Keuangan dan Pemasaran

4. Direktur Teknik dan Pengembangan

5. Direktur SDM & Umum

Berdasarkan No. SK/DIR/240/2011, tanggal 5 September 2011 direktur produksi

sebagai salah satu bagian penting di dalam perusahaan yang membawahi beberapa

divisi, yaitu :

1. Divisi Operasi

2. Divisi Pengendalian Pabrik, Keselamatan Kerja dan Lingkungan

3. Divisi Pemeliharaan

Masing – masing divisi dikepalai oleh seorang General Manager yang

bertanggungjawab kepada direktur.

15 | P a g e
2.5 Unit Pemeliharaan

Definisi dan tujuan unit pemeliharaan pada peralatan adalah untuk menjaga,

mempertahankan kinerja, dan mencegah menurunnya kinerja serta memprediksi

kemungkinan terjadinya kegagalan pada alat tersebut, bila tidak dilakukan tindakan

perbaikan dan pemeliharaan

A. Preventive Maintenance

Program PM adalah pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan peralatan proses

produksi yang dilakukan berdasarkan periode atau jangka waktu tertentu dan

untuk komponen atau alat tertentu. PM adalah fungsi rutin pemeliharaan

paling penting yang harus dicapai dan dilaksanakan oleh personil

Pemeliharaan. Model reactive dan breakdown maintenance tidak akan pernah

terjadi jika program PM dilakukan secara konsisten, benar, dan teratur

dijadwalkan.

B. Predictive Maintenance

Program PdM adalah pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan peralatan proses

produksi yang dilaksanakan berdasarkan hasil condition monitoring dan

inspection. Pada peralatan tertentu dilengkapi dengan fasilitas online condition

monitoring yang dapat dilihat setiap saat dan merekam performance mesin

tersebut sesuai periode yang sudah ditentukan.

Pemeriksaan dan monitoring sangat diperlukan untuk mengetahui dan

memperkirakan berapa umur operasi suatu alat dan bagaimana kondisinya

16 | P a g e
pada setiap peralatan. Semua peralatan yang dilakukan pemeriksaan

hendaknya berdasarkan pertimbangan sebagai berikut:

1. Pengalaman kegagalan yang terjadi sebelumnya dan

kemungkinannya

2. Biaya pemeriksaan

3. Kemungkinan dan resiko kegagalan

4. Konsekuensi dari kegagalan Safety, Health and Enviroment, serta

adanya kerugian atau kehilangan kesempatan produksi

5. Risiko dari dilakukanya pemeriksaan

C. Corective Maintenance

Kegiatan perbaikan, penggantian, atau restorasi yang dilakukan setelah

terjadinya kegagalan/kerusakan untuk menghilangkan sumber

kegagalan/kerusakan, atau mengurangi frekuensi kejadiannya

kegagalan/kerusakan. British Standard 3811:1993 Mendefinisikan CM adalah

pemeliharaan yang dilakukan setelah terjadi kegagalan/kerusakan, kegiatan

ini dimaksudkan untuk mengembalikan sistem pada keadaan di mana sistem

dapat melakukan fungsinya sesuai yang diperlukan. Jenisjenis corrective

maintenance:

1. Remedial maintenance, merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan

untuk menghilangkan sumber kegagalan/kerusakan tanpa mengganggu

17 | P a g e
kelangsungan proses produksi. Dengan cara mengeluarkan item yang

rusak dari sistem/lintasan produksi yang kemudian direkondisi atau beban

kerja dialihkan ke lintasan lainnya”.

2. Deferred maintenance, kegiatan CM yang menunda perbaikan namun

tidak mempengaruhi proses produksi.

3. Shutdown corrective maintenance, serangkaian kegiatan CM yang

dilakukan ketika lintasan produksi dalam situasi berhenti total.

D. Improvement Maintenance

IM bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan sama sekali kebutuhan

terhadap maintenance. Berikut adalah jenis-jenis improvement maintenance:

1. Design-out maintenance, serangkaian kegiatan untuk menghilangkan

penyebab adanya maintenance, menyederhanakan tugas-tugas

maintenance, atau meningkatkan kinerja mesin dari sudut maintenance

dengan mendesain ulang mesin-mesin dan fasilitas yang rentan terhadap

sering terjadinya kegagalan dan perbaikan jangka panjang atau biaya

penggantian yang sangat mahal.

2. Engineering services, meliputi modifikasi konstruksi dan konstruksi,

reinstalasi, dan pengaturan ulang dari fasilitas.

3. Shutdown improvement maintenance, serangkaian kegiatan perbaikan

yang dilakukan ,sementara lintas produksi berada dalam kondisi berhenti.

18 | P a g e
Adapun struktur organisasi PT. Pusri Palembang, khususnya untuk Bagian Listrik I &

II sebagai berikut :

Gambar 2.4 Struktur Organisasi PT. Pusri Palembang Bagian Listrik

19 | P a g e
2.5.1 Unit Pemeliharaan Listrik

Secara umum peranan tujuan Unit Pemeliharaan Listrik adalah memelihara,

memperbaiki dan memasang peralatan kelistrikan dilingkungan PT. Pusri Palembang

demi kelancaran proses produksi. Demi lancarnya tugas dan tanggung jawab tersebut

maka Unit Pemeliharaan Listrik dibagi menjadi dua bagian unit

kerja, yaitu :

A. Bagian Listrik I

Bagian Listrik I membawahi tiga seksi, yaitu :

Seksi Listrik Jaringan

Seksi ini mempunyai tugas dan tanggung jawab meliputi :

• Perbaikan dan pemeliharaan di pabrik seperti instalasi listrik didalam

gudang material, dan perbengkelan, maupun peralatan listrik

didalamnya seperti overhead crane, mesin bubut dan

lainnya.

• Perbaikan dan pemeliharaan peralatan listrik non-pabrik, seperti

transformator, ATS, Kabel Tanah, dan lainnya.

20 | P a g e
Gambar 2.5 Tranformator

➢ Seksi Listrik P-1B

Seksi ini mempunyai tugas dan tanggung jawab antara lain, merawat dan

memperbaiki peralatan listrik dan instalasi di lingkungan pabrik Pusri 1B.

Peralatan listriknya meliputi motor-motor induksi, breaker, transformator,

generator, inverter, charger, lampu penerangan dan peralatan kontrol

lainnya yang berhubungan dengan listrik.

➢ Seksi Listrik P-2

Seksi ini mempunyai tugas dan tanggung jawab antara lain, merawat dan

memperbaiki peralatan listrik dan instalasi di lingkungan pabrik Pusri 2.

Peralatan listriknya meliputi motor-motor induksi, breaker, transformator,

21 | P a g e
generator, inverter, charger, lampu penerangan dan peralatan kontrol

lainnya yang berhubungan dengan listrik.

Gambar 2.6 Motor Induksi

B. Bagian Listrik II

Bagian Listrik II membawahi tiga seksi, yaitu :

➢ Seksi Listrik PPU

Seksi ini memiliki tugas dan tanggung jawab merawat dan memperbaiki

semua peralatan listrik dan instalasi yang ada di lingkungan penyimpanan

dan pengantongan pupuk urea. Alat listrik yang ada seperti motor yang

berfungsi menjalankan Belt Conveyor dan penggerak kemudi Bag Ship

Loader (BSL). Lalu ada juga peralatan listrik untuk pengantongan seperti

mesin jahit. Perawatan rutin yang dilakukan seperti pembersihan alat dari

22 | P a g e
debu urea atau kotoran lainnya dan pemberian pelumas pada motor-motor

listrik.

Gambar 2.7 BSL (Bag Ship Loader)

➢ Seksi Listrik P-3

Seksi ini mempunyai tugas dan tanggung jawab antara lain, merawat dan

memperbaiki peralatan listrik dan instalasi di lingkungan pabrik Pusri 3.

Peralatan listriknya meliputi motor-motor induksi, breaker, transformator,

generator, inverter, charger, lampu penerangan dan peralatan kontrol

lainnya yang berhubungan dengan listrik.

23 | P a g e
➢ Seksi Listrik P-4

Seksi ini mempunyai tugas dan tanggung jawab antara lain, merawat

dan memperbaiki peralatan listrik dan instalasi di lingkungan pabrik

Pusri 4. Peralatan listriknya meliputi motor-motor induksi, breaker,

transformator, generator, inverter, charger, lampu penerangan dan

peralatan kontrol lainnya yang berhubungan dengan listrik.

24 | P a g e
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1. PPU (Pengantongan Pupuk Urea)

PPU merupakan area dimana semua pupuk berbentuk curah yang dihasilkan

dari Pusri 1B,2,3,4 di tampung, di timbang, di kantongi dan kemudian didistribusikan.

PPU sendiri memiliki 3 buah gudang yang terpisah, gudang gudang inilah yang

nantinya akan menampung seluruh pupuk yang dihasilkan dari keempat pabrik.

Gambar 3.1 Flowchart Operasi PPU

25 | P a g e
3.1.1. Bentuk Penjualan Pupuk

Pupuk yang ada di pusri di edarkan dalam 2 bentuk yaitu :

1. Curah

Pupuk curah yaitu pupuk yang masih dalam bentuk butiran. Dalam

sekali pengiriman pupuk jenis ini mampu diangkut mencapai 8000 ton.

2. Bag (Karung)

Seperti namanya pupuk jenis ini diedarkan sudah dalam bentuk

karungan dengan berat 50kg, 25kg,10kg, 5kg dan 1kg. Dalam sekali

pengiriman pupuk jenis ini mampu diangkut seberat 3500 ton.

3.1.2. Dermaga PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang

Pusri sendiri memiliki 5 dermaga yaitu:

1. Dermaga 1 : dermaga ini merupakan dermaga tempat penerimaan amoniak

curah dan kapal kecil yang mengirimkan pupuk karung kemasan

50 kg di sekitaran sumatera bagian selatan.

2. Dermaga 2 : Pada dermaga ini terdapat peralatan yang disebut QSL1

(Quadrat Ship Loader 1). Fungsinya yaitu sebagai alat untuk

tempat loading pupuk berbentuk curah.

26 | P a g e
3. Dermaga 3 : Pada dermaga ini terdapat peralatan yang disebut BSL3 (Bag

Ship Loader 3). Fungsinya yaitu sebagai alat untuk tempat

loading pupuk berbentuk karungan/kantong kemasan 50kg.

4. Dermaga 4 : Pada dermaga ini terdapat peralatan yang disebut BSL4 (Bag

Ship Loader 4). Fungsinya yaitu sebagai alat untuk tempat

loading pupuk berbentuk karungan/kantong kemasan 50kg.

5. Dermaga 5 : Pada dermaga ini terdapat peralatan yang disebut QSL2

(Quadrat Ship Loader 2). Fungsinya yaitu tempat sebagai alat

untuk loading pupuk berbentuk curah.

3.1.3. Source Power PPU

PPU sendiri mendapatkan power dari keempat pembangkit yang

masing-masing berada pada Pusri 1b, Pusri 2, Pusri 3, dan Pusri 4. Pembangkit

yang digunakan berjenis GTG (Gas Turbine Generator) yang mana besar

kapasitas dari masing pembangkit sebagai berikut:

Pusri 1b : 25 MW

Pusri 2 :15 MW

Pusri 3 :20 MW

Pusri 4 :20 MW

27 | P a g e
Untuk pembagian daya nya sendiri telah ada 6 trasformator yang

disingkat dengan TR (Trafo) yaitu TR 26, TR 27, TR 36, TR 46, TR 37, TR 56,

dan TR 57.

3.2 Penyaluran Pupuk Ke Kapal

Pada bagian ini memiliki fungsi menyalurkan pupuk yang sudah siap menuju

ke kapal-kapal pengangkut yang sudah siap di dermaga, terdapat 5 demaga dimana

dermaga 1 untuk kapal kapal kecil yang menyalurkan pupuk ke pulau sumatra seperti

riau dan bangka, pada bagian dermaga 2, 3, 4, dan 5 memiliki alat bantu yaitu Quadrant

ship loader (QSL) dan Bag Ship Loader (BSL).

3.2.1 Via Dermaga

Pada penyaluran pupuk ini melalui unit - unit yang membantu penyaluran

pupuk dalam bentuk curah ataupun karungan/bag yang sudah disimpan melalui gudang

pupuk (Urea Bulk Storage) atau yang sering disebut Portal.

3.2.1.1 Quadrant ship loader (QSL)

Quadrant ship loader atau yang sering di sebut QSL merupakan mesin

penyalur pupuk curah, pupuk curah ini berasal dari gudang penyimpanan pupuk

yang sering disebut Portal (UBS), di Portal ini pupuk akan dikeruk dan akan

28 | P a g e
masuk ke belt conveyor dan akan langsung menuju QSL (Quadrant ship

loader). Pada saat ini QSL terdiri dari 2 unit yaitu QSL1 dan QSL2

Gambar 3.2. Quadrant ship loader

3.2.1.2 Bag Ship Loader (BSL)

Bag Ship Loader atau yang disebut BSL merupakan mesin pengangkut

pupuk karung/bag, tiap karung memiliki berat 50kg. Karung - karung ini

disuplay dari tempat pengantongan yang berposisikan disebelah gudang. Untuk

penyuplayan listrik diperoleh dari pembangkit PUSRI 3 TR 37 BSL terdiri 2

buah di PT. Pupuk sriwijaja yaitu BSL3 dan BSL4.

29 | P a g e
Gambar 3.3. Bag Ship Loader

3.2.2 Via (Truck) angkutan

Pada sistem ini pendistribusian ini memerlukan bantua angkutan yang

ada di darat pupuk - pupuk yang di salurkan berupa pupuk karungan yang

disimpan digudang untuk di angkut menuju dermaga.

3.3 Motor – Motor Pada Bag Ship Loader (BSL)

Pada BSL ada beberapa motor untuk mendukung kinerjanya menyalurkan

pupuk karungan dari pengantongan 34 ke kapal pengangkut

30 | P a g e
3.3.1 Motor Belt Transfer

Motor ini berfungsi menghubungkan pupuk karungan atau bag yang ditransfer

dari pengantongan menuju unit Bag Ship Loader (BSL).

Gambar 3.3. Motor Belt Transfer

3.3.2 Motor Boom 1

Motor ini berada didalam boom dimana motor ini berfungsi untuk

mengantarkan pupuk yang sudah dikarungkan dari belt transfer menuju motor

boom II.

31 | P a g e
3.3.2 Motor Boom II

Motor ini merupakan sambungan dari motor Boom I dimana motor ini

memiliki peran yang sama dengan boom I, motor ini memiliki peran membawa

pupuk yang sudah dikarungkan naik kearah bagian atas yang menuju vertikal

spiral.

3.3.4 Motor Chute Vertikal

Motor ini memiliki fungsi untuk meluruskan posisi vertukal spiral pada

saat boom turun dari atas kebawah.

3.3.5 Motor Chute Travel

Motor ini memiliki fungsi dimana motor ini berperan untuk memanuver

loading head bergerak memajukan atau memundurkan loading head ke posisi

yang di inginkan pada BSL3 yang membuat memudahkan penyusunan karung.

Di bagian ini memiliki 2 buah motor

chute tranfer.

32 | P a g e
Gambar 3.4. Motor Chute Travel

3.3.6 Motor Boom Hoist

Motor Boom hoist merupakan motor yang digunakan sebagai

penggerak Boom (Head Loading) naik dan turun pada unit BSL3 dan BSL4

sehingga Head Loading mendekati ruang penyimpanan kapal pengangkut.

Pada unit BSL terdapat 1 motor boom hoist yang berfungsi menggulung atau

menjulur sling agar bagian boom dapat bergerak keatas dan kebawah.

Gambar 3.5. Motor Boom Hoist

33 | P a g e
3.3.7 Motor Extending Lifting

Motor ini memiliki fungsi menggerakkan pompa hidrolik untuk

menaikkan dan menurunkan vertikal spiral. Vertikal spiral adalah akomodari

untuk lintasan pupuk karungan atau bag, agar pupuk saat turun dari loading

head tidak jatuh terlalu jauh.

3.3.8 Motor Thuster Brake Boom Hoist

Motor Thuster brake boom hoist merupakan penunjang motor boom

hoist dimana motor ini berguna sebagai rem pada motor boom hoist sehingga

putaran motor dapat dihentikan pada saat motor boom hoist mati dan membuat

mengunci gulungan hoist.

Gambar 3.6. Motor Thuster Brake Boom Hoist

34 | P a g e
3.3.9 Motor Gantry

Motor ini berfungsi sebagai penggerak BSL ke arah kiri atau ke kanan

sesuai dengan posisi kapal yang di inginkan. Pada BSL terdapat dua buah kaki

di bagian depan dan di belakang dimana dibagian depan digerakkan oleh 2

motor dan di bagian belakang di gerakkan oleh 1 motor sehingga pada BSL

terdapat 3 motor gantry.

Gambar 3.7. Motor Gantry Barat Gambar 3.8. Motor Gantry Timur

Gambar 3.9. Motor Gantry Utara

35 | P a g e
3.3.10 Motor Turn Table

Pada bagian ini motor ini berfungsi Memutar piringan turn table, suatu

tempat piringan yang berfungsi menerima pupuk dari vertikal spiral agar pupuk

yang sudah dikarungkan tidak langsung jatuh ketempat penyimpanan kapal

yang mengakibatkan kerusakan pada karung. Setelah melewati vertikal spiral

dapat bergerak keluar dari turn table.

Gambar 3.10. Motor Turn Table

3.3.11 Motor belt Track

Motor ini memiliki Memiliki fungsi menyalurkan pupuk dari turn table

ke kapal. Dimana pupuk yang keluar dari turn table tadi berjalan melewati belt

track dan menuju kapal ke posisi yang sudah diatur.

36 | P a g e
Gambar 3.11. Motor belt Track

3.3.12 Motor Track In Out

Motor ini Memiliki fungsi memajukan atau memundurkan belt track

sehingga dapat medekati lokasi pupuk ditempat yang diinginkan di dalam

kapal.

Gambar 3.12. Motor Track in Out

37 | P a g e
3.3.13 Motor East West

Motor ini letaknya berada di bagian bawah turn table, motor ini

memiliki peran Mengarahkan loading head ke barat dan timur dengan kata lain

memutar loading head agar pupuk – pupuk tersebut dapat diarahkan menuju

posisi yang di inginkan. Pada gambar berikut ini motor di bungkus dengan

plastik bertujuan agar motor tidak terkena air saat hujan untuk mengurangi

kerusakaan karena posisi yang rentang kena air.

Gambar 3.13. Motor East West

3.3.14 Motor Drum Besar

Motor ini memiliki fungsi menggulung kabel power suplay 440V ke

Bag Ship Loader (BSL). Motor ini terletak di bagian belakang sebelah kiri.

38 | P a g e
Gambar 3.14. Motor Drum Besar

3.3.15 Motor Drum Kecil

Motor ini memiliki fungsi menggulung kabel power suplai 110V

sebagai tegangan suplai kontrol pengawatan motor-motor. Motor ini terletak di

bagian belakang sebelah kanan.

Gambar 3.15. Motor Drum Kecil

39 | P a g e
3.4 Pengasutan Motor

Pada motor induksi dikenal beberapa teknik starter atau pengasutan motor. Teknik

pengasutan yang sering kita jumpai diantaranya adalah Direct On Line Starter, Star –

Delta Starter, Soft Starter dan lain sebagainya. Bentuk paling sederhana dari motor

starter untuk motor induksi adalah Directt On Line Starter atau dikenal sebagai DOL

Starter dan untuk pengasutan motor yang digunakan pada Bag Ship Loader 4 (BSL 4)

adalah Direct On Line (DOL).

3.4.1 Pengertian Starter DOL

Direct On Line (DOL) adalah teknik yang memungkinkan kita untuk start/stop

motor melalui suatu rangkaian kontrol. Atau bisa disebut sebagai Rangkaian Pengunci.

Karena rangkaian DOL berfungsi untuk menjaga agar arus listrik tetap mengalir pada

sebuah rangkaian pengendali. DOL starter pada prinsipnya adalah instalasi motor 3

fasa yang dihubungkan secara langsung tanpa adanya sistem yang membantu

menurunkan nilai arus saat start motor. Pada intinya dengan menggunakan DOL

Starter maka arus start motor yang terjadi adalah arus start actual sesuai dengan

karakteristik motornya, yaitu bisa 4 atau 7 kali arus normal motor. Cara kerja Sederhana

pada rangkaian DOL dibagi atas dua rangkaian yaitu :

3.4.1.1. Rangkaian Daya

Pada rangkain daya memiliki komponen utama yang akan mengalirkan

daya dari sumber ke beban yaitu motor. Mengalir atau tidaknya daya untuk

motor ini diatur oleh rangkain kontrol.

40 | P a g e
3.4.1.2. Rangkain Kontrol

Kontrol ini bekerja melalui sebuah device listrik yang disebut dengan

kontaktor yang akan memutuskan/mengalirkan daya dari sumber ke motor

melalui anak-anak kontaknya. Biasanya kontak yang digunakan adalah jenis

normal terbuka atau Normally Open yang sering disingkat dengan (NO).

3.4.2 Rangkain Kontrol Starter Direct On Line (DOL)

Berikut ini merupakan gambar rangkaian dan wiring diagram Starting DOL

yang digunakan motor induksi 3 fasa pada Bag Ship Loader 4 (BSL 4uh)

Gambar 3.4.2.1 Rangkain diagram DOL

41 | P a g e
Gambar 3.4.2.2 Wiring Starter DOL

3.4.3 Nama dan Fungsi Dari Masing – Komponen Pada Rangkain Starting DOL

3.4.3.1 MCB 1 Fasa

Berfungsi sebagai pengaman arus pada instalasi control. Pada

kondisi operasi maka MCB harus dikondisikan stand by close. MCB

bias juga digantikan dengan menggunakan sekring atau fuse yang

memiliki karakteristik pemutus arus saat hubung singkat lebih cepat dari

pada MCB.

42 | P a g e
Gambar 3.4.3.1 MCB 1 fasa

3.4.3.2 Kontak bantu Thermal overload relay (TOR)

Berfungsi sebagai pengaman motor. Pada rangkain kontrol ini bagian

dari TOR yang dipasang adalah bagian kontak bantu/kontak tripnya saja

(kontak NC), sedangkan kontak bantu NO pada TOR dimanfaatkan sebagi

indicator trip. Kontak bantu NC pada TOR inilah yang berfungsi sebagai

pengaman motor dimana kerjanya dipengaruhi sensor panas dari TOR yang

terpasang di rangkain kontrol tetapi fungsinya mengamankan motor yang

terpasang pada rangkaian daya dan berbeda dengan MCB.

43 | P a g e
Gambar 3.4.3.2 Thermal overload relay (TOR)

3.4.3.3 Push button Stop dan Start

Push button stop erfungsi untuk memutuskan aliran listrik yang menuju

coil kontaktor yang secara tidak langsung memustuskan aliran listrik menuju motor

sehingga motor stop/berhenti beroperasi. Pada umumnya Push button stop

menggunakan Push button NC ( Normally Open) yang artinya kontak Push button

dalam kondisi close atau tertutup saat posisi normal. Pada rangkaian diatas,

ketika motor sedang beroperasi maka arus akan mengalir pada MCB, kontak NC 95-

96 TOR. Push button stop, kontak bantu NO 13-14 kontaktor, sampai pada coil

kontaktor A1-A2. Saat Push button NC ditekan maka arus yang mengalit menuju

coil kontaktor tersebut akan terputus sehingga motor otomatis akan berhenti operasi

karena aliran arus motor juga terputus.

Push button start erfungsi untuk proses awal mengoperasikan motor.

Push button start ini menggunakan Push button NO (Normally Open) yang artinya

44 | P a g e
kontak Push button dalam kondisi open atau terbuka saat posisi normal. saat push

button start ini ditekan maka aliran listrik akan menuju coil dan kontak bantu NO

13-14 yang terpasang parallel pada Push button start pun langsung berubah kondisi

menjadi close dan mengunci, sehingga posisi Push button start dilepas atau pun

ditekan sudah tidak mempengaruhi lagi. Aliran listrik mengalir dan terkunci pada

kontak bantu NO 13-14.

Gambar 3.4.3.3 Push button stop berwarna merah dan Push button star berwarna

hijau

3.4.3.4 Kontak Bantu Kontaktor dan Coil Kontaktor

Kontak bantu kontaktor erfungsi sebagi kontak pengunci ketika push

button start ditekan. Kontak bantu yang dipakai pada rangkain DOL ini adalah

kontak bantu kontaktor NO 13-14.

Coil Kontaktor berfungsi untuk memutus dan menyambungkan arus

listrik dengan merubah kondisi normal kontaknya. Coil kontaktor pada

rangkain kontrol ini saat dialiri arus maka kontak bantu NO 13-14 akan berubah

45 | P a g e
kondisi menjadi close serta 3 kontak utama NO 1-2; 3-4; 5-6 dari kontaktor

yang terinstalasi pada rangkain daya akan berubah kondisi juga menjadi close

sehingga motor otomatis dialiri arus dan beroperasi. Parameter pemilihan coil

kontaktor harus memperhatikan tegangan kerja dari instalasi rangkain kontrol.

Gambar 3.4.3.5 Kontak Bantu Kontaktor dan Coil Kontaktor

3.4.3.5 Lampu Indikator

Berfungsi sebagai indikator kondisi operasi motor. Pada rangkain

kontrol diatas, lampu indicator H1 jika menyala adalah sebagai tanda bahwa

motor sedang operasi. Oleh karena itu lampu indicator H1 dipasang parallel

dengan coil kontaktor motor, sehingga jika coil kontaktor operasi lampu H1

menyala dan berlaku juga sebaliknya. Sedangkan jika lampu indicator H2

menyala adalah sebagai tanda bahwa motor stop operasi karena thermal

overload relay (TOR). Jika TOR bekerja maka kontak bantu NO 97-98 TOR

46 | P a g e
tersebut berubah menjadi close dan lampu H2 otomatis teraliri arus akan

menyala dan motor akan langsung berhenti beroperasi karena kontak bantu NO

95-96 TOR berubah menjadi open yang menyebabkan aliran arus listrik menuju

coil kontaktor motor teroustus. Biasanya lampu yang menandakan operasi

berwarna hijau dan lampu yang menandakan motor stop karena proteksi aktif

berwarna merah. Parameter pemilihan lampu indikator harus memperhatikan

tegangan kerja dari instalasi rangkain kontrol.

Gambar 3.4.3.5 Lampu indicator

47 | P a g e
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Motor Boom Hoist

Pada kesempatan ini saya akan menerangkan tentang motor Boom Hoist, motor

Boom Hoist ini memiliki berat sekitar kurang lebih 1 ton dengan daya yang dibutuhkan

untuk menjalankan motor ini sebesar 55 kW dengan tegangan 440 Volt dan arus

maksimal adalah 85 Ampere dengan tenaga sebesar itu motor ini bisa menempuh

kecepatan maksimal sebesar 1500 rpm. Dan menahan beban Boom (Head Loading) ±

40 ton.

Gambar 4.1. Bag Ship Loader 4 (BSL4)

48 | P a g e
4.2 Komponen - Komponen Motor Boom Hoist

Gambar 4.2. Motor Boom Hoist Dan Komponen Pendukung

Pada Motor Boom Hoist ada beberapa komponen yang mendukung agar kinerjanya

dapat maksimal antara lain;

4.2.1 Desain Boom Hoist

Pada bagian Boom Hoist ini sangat berbeda dari motor yang lain pada

BSL, karena motor ini memiliki bagian rotor memiliki lilitan atau dalam kata

lain rotor belit, dan didalam motor boom hoist ini ada cincin carbon brush atau

yang sering disebut motor belit agar rotor tidak akan tebelit dengan lilitan yang

ada, kenapa motor ini memiliki rotor belit karena dapat meningkatkan tahanan

luar terhadap rotor, kecepatan rotor dapat diatur dan dapat membatasi besarnya

arus start pada saat awal motor bekerja.

49 | P a g e
Gambar 4.3. Motor Boom Hoist

4.2.1.1 Stator

Pada motor stator merupakan bagian diam dan bagian dalam stator

adalah belitan atau sering disebut kumparan yang merupakan tempat terjadinya

medan magnet. Medan magnet ini berfungsi untuk menggerakkan rotor.

4.2.1.2 Rotor Belit

Pada motor rotor adalah bagian yang bergerak dikarenakan medan

magnet yang dihasilkan pada belitan atau kumparan pada stator. Rotor belit atau

rotor lilit memiliki belitan sama dengan belitan pada statornya, tetapi belitan

pada rotor ini dihubungkan secara bintang. Ketiga ujung belitan ini

dihubungkan dengan terminal yang ada pada cincin carbon brush atau motor

belit. Pada motor yang menggunakan rotor belit kita dapat mengatur kecepatan

motor dan dapat menahan atau membatasi arus start yang besar.

4.2.1.3 Cincin Carbon Brush

Cincin carbon brush atau yang sering disebut motor belit penghubung

gulungan ke rotor belit dimana cincin carbon brush ini memiliki fungsi

50 | P a g e
membuat lilitan pada rotor tidak terbelit pada saat rotor bergerak dengan cara

menginduksi kannya.

Gambar 4.4. Cincin Carbon Brush

4.3 Aksesoris

Pada bagian ini merupakan unit unit pendukung untuk kinerja motor boom hoist

bekerja maksimal.

4.3.3 Brake

Pada pengoprasian boom hoist ini memiliki dua brake yang mendukung

kinerja motor boom hoist, bertujuan untuk menahan boom pada posisinya saat

motor boom hoist dalam kondisi mati atau tidak aktif.

4.3.3.1 Main Brake

Pada bagian ini pengereman dilakukan menggunakan dengan metode

magnet dimana motor boom hoist berkerja maka secara bersamaan main brake

bekerja, dimana saat arus AC dari sumber dirubah menjadi DC, maka bagian besi

51 | P a g e
akan menjadi magnet dan mengakibatkan besi yang mengapit atau mengunci

pada rotor akan melepaskanya dan mengakibatkan rotor akan terlepas dan dapat

berputar.

Gambar 4.5. Main Brake

4.3.3.2 Auxiliary Brake

Pada bagian ini auxiliary brake terpisah dari motor boom hois, auxiliary

brake bekerja seperti pengereman tromol pada sepeda motor. Berbeda seperti

main brake, auxiliary ini membutuhkan bantuan motor untuk menjalankannya.

Jika posisi motor boom hoist ini mati auxiliary brake ini akan mati atau dalam

kata lain akan mencengkam mengakibatkan rotor tidak akan bergerak

menggerakkan gear box.

52 | P a g e
Gambar 4.6. Auxiliary Brake

4.3.3.3 Motor Thuster Brake Boom Hoist

Motor ini berfungsi saat motor boom hoist berkerja cara kerjanya motor

thuster brake boom hoist ini saat motor memperoleh arus masuk maka motor

akan bergerak mendorong brake tagtor membuka dan mengakibatkan kampas

tidak mencengkam auxiliary brake dan membuat motor boom hoist dapat bekerja

memutar gear box.

Gambar 4.7. Motor Thuster Brake Boom Hoist

53 | P a g e
4.3.2 Proteksi

Pada pengorasian motor boom hoist ini memerlukan proteksi, proteksi

ini bertujuan untuk melindungi motor dari kerusakan dan dapat mengakibatkan

motor cepat rusak.

4.3.2.1 TOR

TOR Memiliki fungsi memutuskan line jika ada kelebihan

beban tetapi tor ini membaca dengan cara jika arus yang dilewati lebih

besar maka reley yang ada di dalam tor akan bekrja. Relay ini akan

panas dan mengakibatkan dia terputus dalam hitungan beberapa detik,

biasanya dalam 10 detik atau 15 detik. Saat relay terputus tidak bisa

langsung hidup dikarenakan relay membutuhkan waktu untuk

mengembalikan ke posisi sebelum dia terputus.

Gambar 4.8. Tor

54 | P a g e
4.3.2.2 Kontaktor

Memiliki fungsi sebagai konektor atau penghubung untuk

memasukkan arus pada motor yang mengakibatkan arus tersebut masuk

ke motor. Dalam contaktor diseting agar tahanan contactor besar, pada

saat itu contactor ini berfungsi juga agar mengatur arus masuk agar start

motor tidak meningkat 7 kali lipat pada arus kerja normal tetapi hanya

2 atau 3 kali lipat dari arus yang berkerja dan mengakibatkan motor

tahan lama karena hanya lewat sedikit dari batas arus maksimal pada

motor boom hoist pada kejadian ini disebut External Resistan. Pada

motor boom hoist ini memiliki arus maksimal sebesar 85 amper, selain

memiliki fungsi menahan agar arus start tidak tinggi memiliki fungsi

sebagai pengatur arus yang masuk ke motor dan membuat motor

memiliki beberapa tahap kecepatan sebelum mencapai kecepatan

maksimal 1500 rpm pada BSL.

Gambar 4.9. Kontaktor

55 | P a g e
4.4 Pengaturan Kecepatan Motor Boom Hoist

Pada saat boom diturunkan atau pun di naikkan maka ada step – step kecepatan

dimana diatur dari external resistant setiap Contactor memiliki hambatan hambatan

yang berbeda pada setiap step memiliki durasi waktu 3 detik karena ada 4 stap maka

dari step 1 sampai step 4 waktu yang diperlukan adalah 9 detik, pada bagian ini

menjelaskan pengaturan kecepatan bekerja.

4.4.1 Diagram rangkaian boom hoist

Dalam gambar ini menunjukkan cara kerja boom hoist dan pengaturan

contaktor untuk arus masuk dan contaktor pengaturan kecepatan

Gambar 4.10. Diagram Line Motor Boom Hoist

56 | P a g e
4.4.2 Tabel step -step pengatur kecepatan pada external resistant

Gambar di bawah ini menjelaskan cara kerja saat Contactor bekerja

mengatur kecepatan cara membacanya seluruh step naik ataupun turun selalu

dimulai dari nol.

Gambar 4.11. Tabel Kecepatan Motor Boom Hoist

Keterangan

I heben rise (pada posisi boom naik)

II senken lower (pada posisi boom turun)

III x external resistant bekerja

IV Ο pengontrolan

V C1 (Contactor C1)

VI C2 (Contactor C2)

VII C3 (Contactor C3)

VIII C4 (Contactor C4)

IX C5 (Contactor C5)

X C6 (Contactor C6)

57 | P a g e
XI C7 (Main Brake)

XII C9 (Thuster Brake)

4.4.3 Saat Boom naik

Saat boom naik dari tabel (4.11) menunjukkan cara kerja dari stap 1

sampai stap 4 Contactor mana saja yang aktif. Dimana setiap posisi naik

Contactor C1 selalu aktif dan main brake dan thuster brake juga aktif.

Gambar 4.12. Diagram line saat contaktor C1 aktif

4.4.3.1 Step 1

Dari gambar (4.11) pada step ini cara kerjanya masih full resistan berarti

seluruh resistor yang ada di hitung dalam keadaan ini pergerakan sangat lambat

karena mendapat hambatan sebesar 1.643 Ω yang menimbulkan arus yang

58 | P a g e
masuk kecil seperti pada gambar rangkaian (4.13). Step ini berlangsung selama

3 detik.

Gambar 4.13. Diagram Line Step 1

4.4.3.2 Step 2

Dari gambar (4.11) pada step ini cara kerjanya yang aktif hanya

Contactor C6 dimana step ini memotong 1 resistor pada bagian belakang jadi

ujung pada rangkaian sampai Contactor C6, dalam keadaan rangkaian seperti

itu maka jumlah hambatan berkurang menjadi 1.359 Ω yang menimbulkan arus

yang masuk ke motor lebih besar dari pada stap 1 menimbulkan motor lebih

cepat bergerak, seperti pada gambar rangkaian (4.14). Step ini berlangsung

selama 3 detik.

Gambar 4.14. Diagram Line Step 2

59 | P a g e
4.4.3.3 Step 3

Dari gambar (4.11) pada step ini cara kerjanya yang aktif Contactor C6

dan Contactor C5 dimana step ini memotong 3 resistor pada bagian belakang

jadi ujung pada rangkaian sampai Contactor C5, dalam keadaan rangkaian

seperti itu maka jumlah hambatan jauh berkurang menjadi 0.593 Ω yang

menimbulkan arus yang masuk ke motor lebih besar dari pada stap 1 dan stap

2 menimbulkan motor lebih cepat bergerak dengan rpm lebih tinggi. seperti

pada gambar rangkaian (4.15). Step ini berlangsung selama 3 detik

Gambar 4.15. Diagram line Step 3

4.4.3.4 Step 4

Dari gambar (4.11) pada step ini cara kerjanya yang aktif Contactor C6,

Contactor C5 dan Contactor C4. Dimana stap ini memotong seluruh resistor

pada bagian belakang jadi ujung pada rangkaian sampai Contactor C4, dengan

ini motor bergerak tampa hambatan disebutan full motor, dalam keadaan

rangkaian seperti itu maka jumlah hambatan tidak ada dikarenakan seluruh

resistor telah di non aktifkan,dimana menimbulkan arus yang masuk ke motor

60 | P a g e
full menimbulkan motor bergerak dengan rpm maksimal. seperti pada gambar

rangkaian (4.16).

Gambar 4.16. Diagram line step 4

4.4.4 Saat Boom turun

Saat boom naik dari gambar (4.11) menunjukkan cara kerja dari step 1

sampai step 4 external resistant mana saja yang aktif. Dimana setiap posisi turun

Contactor C2 selalu aktif dan main brake dan thuster brake juga aktif.

Perbedaan antara rangkaian posisi boom naik dan turun pada urutan R S T nya

dimana mengakibatkan motor bergerak ke arah sebalikkanya

Gambar 4.17. Diagram line saat contaktor C2 aktif

61 | P a g e
4.4.4.1 Step 1

Dari gambar (4.11) pada step ini cara kerjanya masih full resistant

berarti seluruh resistor yang ada di hitung dalam keadaan ini pergerakan sangat

lambat karena mendapat hambatan sebesar 1.643 Ω yang menimbulkan arus

yang masuk kecil seperti pada gambar rangkaian (4.18). Step ini berlangsung

selama 3 detik.

Gambar 4.18. Diagram line Step 1

4.4.4.2 Step 2

Dari gambar (4.11) pada stap ini cara kerjanya yang aktif hanya

Contactor C6 dimana step ini memotong 1 resistor pada bagian belakang jadi

ujung pada rangkaian sampai Contactor C6, dalam keadaan rangkaian seperti

itu maka jumlah hambatan berkurang menjadi 1.359 Ω yang menimbulkan arus

yang masuk ke motor lebih besar dari pada step 1 menimbulkan motor lebih

cepat bergerak, seperti pada gambar rangkaian

(4.19). Stap ini berlangsung selama 3 detik

62 | P a g e
Gambar 4.19. Diagram line step 2

4.4.4.3 Step 3

Dari gambar (4.11) pada step ini cara kerjanya yang aktif Contactor C6

dam Contactor C5 dimana step ini memotong 3 resistor pada bagian belakang

jadi ujung pada rangkaian sampai Contactor C5, dalam keadaan rangkaian

seperti itu maka jumlah hambatan jauh berkurang menjadi 0.593 Ω yang

menimbulkan arus yang masuk ke motor lebih besar dari pada stap 1 dan stap

2 menimbulkan motor lebih cepat bergerak dengan rpm lebih tinggi. seperti

pada gambar rangkaian (4.20). Stap ini berlangsung selama 3 detik

Gambar 4.20. Diagram line Step 3

63 | P a g e
4.4.4.4 Step 4

Dari gambar (4.11) pada step ini cara kerjanya yang aktif Contactor C6,

Contactor C5 dan Contactor C4. Dimana stap ini memotong seluruh resistor

pada bagian belakang jadi ujung pada rangkaian sampai Contactor C4, dengan

ini motor bergerak tampa hambatan disebutan full motor, dalam keadaan

rangkaian seperti itu maka jumlah hambatan tidak ada dikarenakan seluruh

resistor telah di non aktifkan,dimana menimbulkan arus yang masuk ke motor

full menimbulkan motor bergerak dengan rpm maksimal. seperti pada gambar

rangkaian (4.21).

Gambar 4.21. Diagram line step 4

4.4.5 Pengaturan Pada Contactor C3

Pada saat sekarang Contactor C3 tidak digunakan lagi, contaktor C3

berfungsi sebagai dimana pada saat contaktor C3 beroperasi motor boom hoist

hanya mendapat 2 fasa yang bertujuan menghambat putaran atau laju motor

boom hoist tetap pada kondisi sekarang motor boom hoist tidak bisa

menerimanya lagi dikarenakan kondisi motor yang sudah tua dan sering di lilit

64 | P a g e
ulang dan digantikan oleh Contactor C2 jadi pada saat posisi turun yang

bermain adalah Contactor C2. Pada keadaan normal pada saat turun motor

boom hoist ini akan menahan berat boom dan vertikal spiral yang kurang lebih

beratnya 40 ton.

4.5 Prinsip Kerja Boom Hoist

4.5.1 Saat Turun

Gambar 4.22. Bag Ship Loader Turun

Pada saat posisi start atau on pada operator arus masuk 440 V AC

diaktifkan melewati contactor C2 menuju motor, dengan secara bersamaan arus

yang sudah melewati inverter dan telah di ubah menjadi 220 V DC akan masuk

ke maind brake dan motor thuster brake untuk membuka brake sehingga motor

boom hoist dapat memutar gear box, dilapangan main brake tidak bekerja lagi

dan yang bekerja adalah thuster brake.

65 | P a g e
Setelah boom hoist dapat bekerja pengaturan kecepatan dilakukan oleh

operator pengontrolan melewati joystick pada awal start dilakukan dengan

stap1 setelah 3 detik lanjut ke step 2 dengan mendorong joystick kedepan lagi

setelah 3 detik, stap 3 dengan mendorong joystick kedepan lagi setelah 3 detik

dan stap 4. Setelah boom berada pada posisi yang di inginkan maka motor boom

akan dimatikan dan secara otomatis brake akan mengunci dan gerak boom akan

terhenti.

4.5.1 Saat Naik

Gambar 4.23. Bag Ship Loader Naik

Pada saat posisi start atau on pada operator arus masuk 440 V AC

melewati contactor C1 menuju motor, dengan secara bersamaan arus yang

sudah melewati inverter dan telah di ubah menjadi 220 V DC akan masuk ke

main brake dan motor thuster brake untuk membuka brake sehingga motor

boom hoist dapat memutar gear box.

66 | P a g e
Setelah boom hoist dapat bekerja pengaturan kecepatan dilakukan oleh

operator pengontrolan melewati joystick pada awal start dilakukan dengan

stap1 setelah 3 detik lanjut ke step 2 dengan mendorong joystick kedepan lagi

setelah 3 detik, step 3 dengan mendorong joystick kedepan lagi setelah 3 detik

dan stap 4. Setelah boom berada pada posisi yang di inginkan maka motor boom

akan dimatikan dan secara otomatis brake akan mengunci dan gerak boom akan

terhenti.

67 | P a g e
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Motor boom hoist di PT. Pupuk Sriwidjaja berperan penting dalam

pengoprasian Bag Ship Loader (BSL)

2. Pada motor boom hoist dapat mengatur kecepatan putaran karena menggunakan

motor belit

3. Motor boom hoist memiliki arus start yang rendah

4. Pada pengoprasian Motor Boom Hoist ini memiliki 4 step atau 4 tingkatan

kecepatan

5. Starter Direct On Line (DOL) adalah teknik yang memungkinkan untuk start

dan stop motor melalui suatu rangkaian kontrol. Atau bisa disebut sebagai

Rangkaian Pengunci.

5.2 Saran

Dalam menjalankan atau pengoprasian motor boom hoist ini memiliki

pengendalian secara manual dengan mengendalikan joystick belum menggunakan psd,

mungkin untuk kedepannya bisa menggunakan psd untuk melakukan pengontrolan

motor boom hoist dengan mengendalikan dalam 1 control dan motor boom hoist akan

bekerja secara otomatis.

68 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

[1]. Muslim, Supari Joko, Dkk. 2008. Teknik Pembangkitan Tenaga Listrik.
Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.

[2]. Sumardjati, Prih dkk. 2008. Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik Jilid 2.
Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.

[3]. PT Pusri Palembang. 2012. Profil Perusahaan.


(http://www.pusri.co.id/2012/03/profil-perusahaan.html, diakses pada jumat,
26 Agustus 2019).

[4].http://motorlistrikpengendali.blogspot.com/2016/01/rangkaian-dol-direct-online-
pengendali.html, diakses pada hari jumat, 02 Agustus 2019

[5]. https://www.listrik-praktis.com/2015/11/mengenal-instalasi-motor-3phasa-dol-
starter.html, diakses pada hari sabtu, 3 Agustus 2019

[6]. H. R. Dwi, "Soft Starting Pada Motor Induksi 3 Fasa," p. 5, 2005. Teknik Elektro

Fakultas Teknik Universitas Diponogoro

[7] I. g. S. Sudaryana, "Pemanfaatan Relai Tunda Waktu dan Kontaktor Pada Panel

Hubung Bagi (phb) Untuk Praktek Pengasutan Starting Motor Star Delta "

JPTK, vol. 12, no. 2, p. 12, 2 juli 2015 2015.

69 | P a g e
70 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai