Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN KERJA PRAKTEK

EVALUASI PRODUKTIVITAS UNIT CRUSHER PLANT DAN


AGGLOMERATOR DALAM UPAYA MENCAPAI TARGET
PRODUKSI PADA PT. SERINDING SUMBER MAKMUR DESA
PETAI PATAH KECAMATAN SANDAI KABUPATEN
KETAPANG

Disusun Oleh:
Sepia Delen Pahira D1101191035

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2023
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : EVALUASI PRODUKTIVITAS UNIT CRUSHER PLANT DAN
AGGLOMERATOR DALAM UPAYA MENCAPAI TARGET
PRODUKSI PADA PT. SERINDING SUMBER MAKMUR
Nama : Sepia Delen Pahira
NIM : D1101191035
Jurusan : Teknik Pertambangan
Program Studi : Teknik Pertambangan

Sandai, 6 maret 2023


Menyetujui :
Pembimbing Lapangan

Tommy Jan
Kabag Enginering PT. SSM

2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang


Maha Esa atas limpahan berkat dan karunia-Nya yang selalu nyata bagi
penulis dan tak ternilai harganya, teristimewa kesehatan yang telah di
berikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan Kerja
Praktek (KP) ini dengan baik. Kerja Praktek (KP) merupakan kegiatan yang
dilakukan untuk mengimplementasikan ilmu yang didapatkan selama
perkuliahan di jurusan Teknik Pertambangan, hal ini dilakukan untuk
bagaimana mengsingkronisasikan antara teori dan praktek serta
mengamatinya secara langsung di lapangan.
Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan laporan ini masih jauh
dari sempurna, terdapat kekurangan dan kesalahan baik disengaja maupun
tidak disengaja, untuk itu kritik serta saran yang membangun untuk
menyempurnakan laporan yang kami buat ini. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat dalam proses pembelajaran khususnya bagi penulis maupun
mahasiswa/i jurusan teknik petambangan.

Sandai, 7 maret 2023

Sepia Dellen Pahira

i
UCAPAN TERIMAKASIH

Ucapan terima kasih praktikan tujukan kepada pihak-pihak yang telah


memberi dorongan semangat, bimbingan, dan arahan kepada praktikan. Praktikan
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT terimakasih atas rahmat dan karunia-Nya yang begitu luar biasa.
2. Orangtua yang senantiasa memberikan dukungan moral maupun material.
3. Bapak Budhi Purwoko,S.T., M.T. Selaku Ketua Jurusan Teknik Pertambangan
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura.
4. Bapak Muhammad Khalid Syafrianto, S.T., M.T. selaku Ketua Program Studi
Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura.
5. Bapak Ir. H. Hendra Anwar selaku Mine Manager Operasional PT. Serinding
Sumber Makmur (SSM).
6. Bapak Tommy Jan selaku Kabag Engineering serta pembimbing.
7. Bapak Mailiyanto selaku Sr.Spv. Kominusi dan pembimbing lapangan.
8. Bapak Mario selaku Mine Plan Engineer dan pembimbing
9. Para staff yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu
penulis dalam melaksanakan kegiatan kerja praktek

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 LATAR BELAKANG ................................................................................... 1

1.2 RUANG LINGKUP KERJA PRAKTEK........................................................2

1.3 TUJUAN KERJA PRAKTEK ....................................................................... 2

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ................................................... 3'

2.1 Sejarah Singkat Perusahaan ...................................................................... 3

2.2 GEOLOGI REGIONAL ........................................................................... 4

2.3 Serinding Rock Stratigraphy .................................................................... 5

2.4 Geologi Serinding..................................................................................... 8

2.5 Geologi bukit harapan .............................................................................. 8

2.6 Geologi Area Udin ................................................................................... 9

BAB III LANDASAN TEORI .............................................................................. 10

3.1 Kominusi ................................................................................................ 10

3.2 Peremukan (crushing) ............................................................................. 11

3.3 Agglomerasi ........................................................................................... 12

3.4 Hambatan-hambatan ............................................................................... 12

3.4.1 Hambatan Faktor Alat ........................................................................... 12

3.4.2 Hambatan Faktor Manusia. ................................................................... 13

BAB IV DESKRIPSI HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN ................... 14

4.1 Deskripsi kegiatan ....................................................................................... 14

iii
4.1.1Tahapan proses kominusi di PT. Serinding Sumber Makmur ............... 14

4.2 Fungsi Alat .................................................................................................. 16

4.2.2 Vibrating feeder .................................................................................... 16

4.2.3 Jaw crusher ........................................................................................... 17

4.2.4 Belt conveyor ........................................................................................ 17

3.2.4 Magnetic separator ................................................................................ 18

4.2.5 hopper cone ........................................................................................... 18

4.2.6 Cone HST ............................................................................................. 19

4.2.7 Cone HPT ............................................................................................. 19

4.2.8 Vibrating screening ............................................................................... 20

4.2.9 Panel kontrol crusher ............................................................................ 20

4.2.10 Grizzly ................................................................................................ 21

4.2.11 Hopper agglo....................................................................................... 21

4.2.12 Conveyor Feeder ................................................................................. 22

4.2.13 Drum agglo ......................................................................................... 22

4.3 Hasil kegiatan ......................................................................................... 23

4.3.1 Produktivitas alat crusher...................................................................... 23

4.3.2 Produktivitas alat agglo ........................................................................ 25

4.3.3 Faktor-faktor penghambat produksi alat crusher di PT.SSM ............ 26

4.3.4 Faktor-faktor penghambat produksi agglomerator di PT.SSM ............ 27

BAB V PENUTUP................................................................................................ 28

4.4 Kesimpulan ............................................................................................. 28

4.5 Saran ....................................................................................................... 28

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 29

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

PT. Serinding Sumber Makmur merupakan perusahaan tambang emas yang


berlokasi di desa Serinding , kecamatan Sandai , Kabupaten Ketapang, provinsi
Kalimantan Barat. Metode penambangan PT.SSM menggunakan metode open
pit ( tambang terbuka ). Untuk mencapai target produksi perusahaan, PT.SSM
terus mengkaji produktivitas dari alat yang dimiliki .

Beberapa hal yang mempengaruhi kegiatan produksi diantaranya kondisi


alat, efisiensi kerja dari alat mekanis, perlakuan operator terhadap alat dan
setingan alat. Oleh karena itu dibutuhkan evaluasi terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi kegiatan pengolahan .
Kemampuan kerja crushing plant dan agglomerator dapat mempengaruhi
hasil produksi yang dihasilkan, tetapi tidak jarang kemampuan alat yang bekerja
kurang optimal menyebabkan tidak tercapainya target produksi yang
diinginkan. Kurang optimalnya kerja pada unit crushing plant dapat disebabkan
oleh ukuran umpan yang masuk pada unit crushing plant tersebut yang
bervariasi, sedangkan pada agglomerator ketidaktersediaan semen sering
menjadi faktor tidak tercapainya produksi, ataupun juga dengan waktu efektif
yang digunakan dalam proses kominusi bekerja sangat keras dan mempercepat
keausan pada alat tersebut. Oleh karena itu produksi yang dihasilkan tidak
memenuhi target.
Produktivitas unit crushing plant pada penelitian ini mempertimbangkan
ukuran umpan yang masuk pada unit crushing plant dan agglomerator, pada
ataupun waktu efektif yang digunakan, dan cara mengoptimalkan kerja alat
crusher dan agglomerator tersebut, guna mencapai target produksi di PT.
Serinding Sumber Makmur.

1
1.2 Ruang Lingkup Kerja Praktek

Kerja praktek dilakukan di PT. Serinding Sumber Makmur pada 30 Januari


2023 – 6 Februari 2023. Agenda kerja praktek yang diusulkan adalah sebagai
berikut :
1. Mengenal secara umum lingkungan PT. Serinding Sumber Makmur Gold
Mining.
2. Mengenal dan mengamati secara langsung bagaimana proses penambangan
hingga pengolahan mineral di PT. Serinding Sumber Makmur
3. Melakukan observasi, menganalisa pemecahan praktis permasalahan yang
ada diperusahaan serta mengaplikasikan keilmuan Teknik Pertambangan.
4. Konsultasi dan diskusi dengan pembimbing yang telah ditunjukan.
5. Penyusunan laporan kerja praktek.

1.3 Tujuan Kerja Praktek

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam kerja praktek ini adalah :

1. Untuk mengetahui produtivitas crushing plant dan agglomerator


2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menghambat proses produksi
dari crushing dan agglomerator.

2
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Singkat Perusahaan

PT. Serinding Sumber Makmur adalah suatu perusahaan swasta


nasional, dimana para pemegang sahamnya semuanya adalah sebagai warga
negara Indonesia. PT. Serinding Sumber Makmur didirikan berdasarkan
Akta Notaris No. 5 tanggal 2 Oktober 2006 dari Rosdiana, SH, Notaris di
Bekasi dan telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Indonesia dalam
Surat Keputusan tanggal 12 Maret 2007. Anggaran Dasar Perusahaan
telah beberapa kali mengalami perubahan, yang terakhir dengan Akta
Notaris No.25 tanggal 11 November 2020 dibuat oleh Notaris Yulia, SH.

PT. Serinding Sumber Makmur telah mendapatkan Izin Usaha


Pertambangan Operasi Produksi melalui Keputusan Gubernur Kalimantan
Barat Nomor 776/Distamben/2015 tentang Persetujuan Peningkatan Izin
Usaha Pertambangan Eksplorasi Menjadi Izin Usaha Pertambangan Operasi
Produksi Kepada PT. Serinding Sumber Makmur pada tanggal 30
September 2015 dengan luas lahan untuk ditingkatkan menjadi Izin Usaha
Pertambangan Operasi Produksi seluas 5.978 ha. Secara administrasi
Wilayah Ijin Usaha Pertambangan Operasi Produksi berada di Desa Petai
Patah, Desa Muara Jekak dan Desa Alam Pakuan Kecamatan Sandai
Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat.

Meskipun telah mendapatkan ijin untuk kegiatan operasi produksi


sejak tahun 2015 namun kegiatan penambangan PT. Serinding Sumber
Makmur baru dapat dilaksanakan pada tahun 2020 hal ini dikarenakan
adanya hambatan dari kegiatan peti yang berada di wilayah ijin PT.
Serinding Sumber Makmur. Kegiatan penambangan PT. Serinding Sumber
Makmur baru mulai dilakukan pada bulan oktober tahun 2020 berupa
kegiatan trial mining di Pit Sungai Limun. Realisasi penambangan pada

3
tahun 2020 adalah sebesar : Overburden : 38.723 Bcm, dan Ore : 51.000
ton.

2.2 Geologi Regional

Project Serinding terletak di dusun Serinding, Desa Petai Patah,


Kecamatan Sandai, Kabupaten Ketapang, Propinsi Kalimantan Barat.
Lokasi project dapat ditempuh dari Jakarta dengan menggunakan
penerbangan regular setiap hari dari Jakarta ke Pontianak. Ada juga
alternative lain penerbangan dari Jakarta dapat ditempuh menuju ketapang.
Perjalanan selanjutnya dari Pontianak ke lokasi Serinding biasanya
menggunakan jalur darat. Jalur darat biasanya menggunakan travel regular
yang melayani jalur Pontianak – Sandai, dengan jarak tempuh 308, 1 km.
Lamanya perjalanan kurang lebih : 5 sampai 6 jam. Jalan darat Pontianak
melalui jalur trans Kalimantan. Kondisi aspal hot mix cukup bagus,
alternatif lain dari ketapang menuju Serinding dapat di tempuh 5 jam
perjalanan lewat darat.

PT.SSM

Gambar 2. 2 Peta Lokasi Penelitian

4
Untuk mengetahui kondisi geologi seluruh area Serinding, maka telah
dilakukan pemetaan geologi regional. Setiap lokasi out crop dicatat lokasinya,
kemudian dicatat lithologi, alterasi dan struktur. Sebagian besar outcrop
diambil samplenya, untuk diphoto dan disimpan di perpustakaan. Untuk
beberapa sample yang menarik, dilakukan pengambilan sample dan dikirim
ke laboratorium untuk dilakukan pengecekan akan unsur emas (Au), perak
(Ag), tembaga (Cu), (timbal) Pb, (zink) Zn, (arsenik) As dan (antimon) Sb.
Pemetaan geologi telah dilakukan di daerah penelitian. Pemetaan relative
lebih mudah dilakukan karena maraknya perkebunan kelapa sawit dan
lebarnya sungai. Sebagian besar wilayah Serinding adalah daerah
perkebunan kelapa sawit. Areal perkebunan kelapa sawit yang luas dengan
jalanan off road masih memungkinkan untuk penggunaan mobil 4 wheel drive
atau motor cross. Singkapan di sungai mudah dilihat dengan menggunakan
perahu bermesin motor.

2.3 Serinding Rock Stratigraphy

2.3.1 Granit Sukadana


Granite Sukadana ini di lapangan ditemukan dalam berbagai
komposisi batuan granite dan tekstur granite. Granite yang ditemukan di
Serinding, dicirikan dengan kayanya feldspar dan plagioclase, sementara
quartz hanya sedikit. Granite yang kaya dengan laterite bauksite
ditemukan di sebelah barat.
Granite ini dicirikan dari warna yang keabu-abuan, agak pinkish dan
texture relatip halus. Komposisi batuan dicirikan dengan kehadiran
kwarsa yang melimpah. Kemudian plagioklas dan feldspar ditemukan
dalam komposisi yang sama. Di beberapa tempat yang relative landai,
batuan ini terlapukan sangat tebal. Hasil lapukan ini membentuk laterite
bauksit. Di perbukitan kecil di sebelah utara barat perbukitan Serinding
ditemukan granite yang sangat kasar.
Hal ini dicirikan dengan hadirnya kristal - kristal feldspar yang
kasar. Ukuran feldspar bisa mencapai 2 cm. Boulder coarse granite ini

5
dicirikan dengan tonjolan tonjolan feldspar yang kasar. Di sekeliling
batuan granit ini ditemukan banyak laterite bauksit. Apakah ada hubungan
antara kuarsa granit dengan pembentukan granite masih menjadi tanda
tanya.

Gambar 2. 3 Peta Stratigrafi Regional

1.) Volcanic Kerabai


a. Volcanic Kerabai teralterasi :
- Batuan ini teralterasi quartz sericite clay alterasi
- Terletak di kontak antara granit sukadana dengan volcanic
- Ini sebagai pertanda usia volcanic lebih muda dari granite
- Diperkirakan berumur kapur

6
b. Volcanic Kerabai tidak teralterasi:
- batuan relative fresh tidak teralterasi
- beberapa terletak di dekat kontak dengan batuan granit
- Ini sebagai tanda usia volcanic lebih tua dari granite
- Diperkirakan berumur kapur
c. Dyke rhyolite, dyke monzodiorite, dyke andesite, dan basalt dyke
- Batuan ini memotong volcanic kerabai dan memotong mineralisasi
- Batuan ini juga memotong granite Sukadana
- Dyke ini diperkirakan jauh lebih muda dari formasi Sukadana dan
formasi Kerabai
- Diperkirakan berumur tersier

Gambar 2. 1 Peta Regional Geologi Serinding dengan Beberapa Lokasi


Prospect

7
2.4 Geologi Serinding

Geologi daerah termineralisasi umumnya didominasi oleh tuff. Tuff


yang dapat dikenali di lapangan berupa tuff crystal, tuff lapilli, dan tuff
breccia. Dalam beberapa lubang bor dapat dikenali perselingan tuff, tuff lapilli
dan tuff breccia. Perselingan batuan tuff dapat dikenali adanya perlapisan
batuan. Batuan yang termineralisasi umumnya berhubungan dengan tuff
crystal. Hal ini dicirikan dengan hadirnya feldspar crystal yang masih jelas
terlihat. Batuan lapilli tuff dan tuff breccia tidak nampak termineralisasi.

Batuan termineralisasi dicirikan dengan hadirnya silika yang kuat. Hal


ini dapat ditest dengan menggunakan scretcher. Batuan umummnya strong
perpasive silica. Batuan yang strong silika tidaklah umumnya berkadar 0.1 –
0.3 gram Au per ton. Hal ini masihlah rendah kadarnya. Kadar emas akan
bertambah dengan chalcedonic silika dan kehadiran fracture yang terisi oleh
mineral sulphida.

Beberapa core batuan menunjukkan genesa mineralisasi dimulai dengan

1. Masuknya silika kedalam batuan crystal tuff, yang mengakibatkan alterasi


silica yang kuat
2. Disusul kemudian dengan masuknya chalcedonic silika
3. Chalcedonica silika kemudian dipotong oleh pyrite veinlets atau pyrite
vein.
Dapat disimpulkan bahwa emas berasosiasi dengan silika, chalcedonic quartz
dan pyrite vein.

2.5 Geologi bukit harapan

Batuan didominasi oleh tuff, tuff crystal, tuff lapilli dan tuff
breccia. Batuan yang termineralisasi berasosiasi dengan batuan tuff
crystal. Batuan mengalami silicificasi mencapai tingkatan strong
perpasive silicification. Batuan host rock crystal tuff, umumnya

8
porphyritic. Feldpar crystal umumnya plagioklas. Beberapa batuan
matrixnya adalah ortoclas . Hal ini ditandai dengan hadirnya warna
pink. Ketika mengalami alterasi silika, plagioclas banyak yang hilang
atau hancur, membentuk vuggy texture. Diperkirakan pada tahap
awal mineralisasi, cairan silica yang mengubah kristal tuff bersifat
sangat asam (high sulphidation).
Pada tahapan mineralisasi berikutnya batuan diterobos oleh
chalcedonic silica yang berwarna coklat, abu abu atau putih. Chalcedonic
white, gray dan black silika umumnya bedded atau berlapis. Chalcedonic
silika ditemukan pula berupa fracture filling atau mengisi ruang ruang akibat
crystal tuff yang terpecah ( hydrothermal breccia).
Pada beberapa batuan core, terlihat adanya pyrite veinlets yang
memotong chalcedonic quartz. Pyrite veinlets bervariasi dari 0.2mm sampai
1mm. Pyrite juga hadir sebagai massive sulphide (pyrite) yang ketebalannya
bisa mencapai 10cm. Pyrite juga hadir sebagai flooding pyrite.

2.6 Geologi Area Udin

Geology area Udin, dicirikan dengan pyroclastic (tuff, lapilli tuff,


crystal tuff dan tuff breccia) yang posisinya dekat dengan basement granit
monzonite. Batuan yang mengalami alterasi adalah dari pyroclastic dan
granit itu sendiri. Batuan pyroclastic crystal tuff mengalami alterasi
prophylitic, silica clay dan strong silicification. Dari pemboran SRD 90,
granite mengalami perubahan di bagian kontak dengan zona mineralisasi
yang terubah menjadi clay atau argilic alteration.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa mineralisasi berumur lebih muda
dari umur granite itu sendiri. Granite Sukadana berumur Kapur (cretaceous),
jadi mineralisasi berumur paska kapur atau berumur tersier atau pra tersier.
Mineralisasi di area Udin ditandai dengan hadirnya mineral galena
yang mencapai ribuan ppm (average 3000 ppm). Mineral galena di daerah
mineralisasi berasosiasi dengan sphalerite. Di core kedua mineral tersebut
hadir berupa quartz vein yang berasosiasi dengan galena dan sphalerite.

9
BAB III
LANDASAN TEORI

3.1 Kominusi

Kominusi merupakan proses reduksi ukuran partikel suatu


bahan galian sedemikian rupa sehingga memenuhi persyaratan dalam
penggunaannya ataupun sebagai syarat dalam melakukan proses
lanjutan. Selain pengolahan mineral, aplikasi kominusi juga banyak
digunakan dalam bidang teknik sipil seperti pada pabrik pemecah batu
yang menghasilkan agregat sebagai bahan campuran beton dan aspal
(Kelly dan Spottiswood, 1982).
Reduksi ukuran (kominusi) merupakan tahap yang sangat penting dalam
pengolahan bahan galian, yang bertujuan (Kelly dan Spottiswood, 1982):
1 Menghasilkan partikel yang sesuai dengan kebutuhan (ukuran
maupun bentuk);
2 Membebaskan mineral berharga dari pengotor
3 Memperbesar luas permukaan, sehingga kecepatan reaksi pelarutan
dapat berlangsung dengan lebih baik.

Peralatan kominusi banyak macam dan ragamnya, dan


aplikasinya tergantung pada keadaan bahan galian. Kominusi ada dua
macam, yaitu (Kelly dan Spottiswood, 1982):
1) Peremukan (crushing)
2) Penghalusan/Penggerusan (grinding)

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses kominusi(Kellydan Spottiswood,


1982):

1. Ukuran bijih dari tambang, biasanya ukuran bijih dari tambang dalam
bentuk bongkah sehingga berkaitan erat dengan pemilihan primary
crusher dan proses screening.

10
2. Keadaan bijih, pada bijih yang lengket akan mempengaruhi pemilihan
mill/crusher. Kesediaan air, hal ini penting khususnya untuk proses
basah.
3. Proses-proses berikutnya basah atau kering.
4. Korosi pada lining (bahan pelapis pada dinding dalam mill)
5. Reaksi material dengan air

3.2 Peremukan (crushing)

Peremukan (crushing) dalam pengolahan bahan galian pada


umumnya merupakan proses yang paling awal dilakukan sebelum
proses penggerusan (grinding) karena kemampuannya dalam
mereduksi ukuran bahan galian yang relatif besar yang berasal dari
material yang telah ditambang (Kelly dan Spottiswood, 1982).

Peremukan (crushing) adalah proses reduksi ukuran dari bijih yang


berukuran kasar (sekitar 1 m) menjadi ukuran sampai kira-kira 24 mm.
6alam reduksi ukuran terdapat tahap-tahap primary crushing, secondary
crushing, tertiary crushing, dan quarternary crushing (Kelly dan
Spottiswood, 1982).

- Alat-alat yang digunakan dalam proses crushing

1). Hopper
2). Vibrating feeder
3). Jaw crusher
4). Belt conveyor
5). Magnetig separator
6). Cone HST
7). Cone HPT
8). Vibrating screening

- Alat bantu feeding material

1). Excavator Sumitomo PC 200

11
3.3 Agglomerasi

Agglomerasi bisa didefinisikan sebagai proses pembesaran ukuran,


dimana material awal berbentuk partikel halus seperti debu akan saling
tergabung atau terikat satu sama lain, sehingga menghasilkan struktur
agregat berpori yang berukuran lebih besar dari pada material awal
(Ortega-Rivas, 2005; Parikh dkk., 1997; Schuchmann, 1995).
Agglomerasi di PT. Serinding Sumber Makmur bertujuan untuk
mencampur material yang telah di remukan dengan semen dan air agar
agregat mengeras dan berpori sehingga memudahkan untuk proses
selanjutnya. Material akan di campur dengan semen dan air sesuai dengan
takaran yang telah di tentukan lalu di blending dalam drum agglo.
- Alat-alat yang digunakan dalam agglomerator

1). Grizzly
2). Hopper
3). Feeder
4). Main conveyor
5). Drum agglo
6). Conveyor disscharge
- Alat berat support dalam proses agglomerasi
1). Dua unit excavator Sumitomo PC 200
2). Satu unit wheel loader

3.4 Hambatan-hambatan

Hambatan operasi dibagi menjadi dua yaitu hambatan karena factor alat
dan hambatan karena factor manusia. Hambatan ini akan menyebakan
banyaknya kehilangan waktu operasi.

3.4.1 Hambatan Faktor Alat

Hambatan ini adalah hambatan yang berasal dari faktor alat. Hambatan
ini terjadi karena alat mengalami kerusakan atau gangguan sehingga

12
diperlukan perbaikan dan alat terpaksa harus berhenti beroperasi.
Adapun hambatan yang termasuk kedalam jenis hambatan mekanis
yaitu penanganan kerusakan alat, servis, pengecekan alat dan antrian
alat muat dan angkut

3.4.2 Hambatan Faktor Manusia.

Adapun yang termasuk kedalam jenis hambatan Faktor manusia yaitu


hujan, libur nasional, kondisi lapangan dan lain – lain. Availability di
pengaruhi oleh berberapa hal seperti keterampilan operator, perbaikan
dan penyetelan alat, keterlambatan alat kerja dan sebagainya, dalam
hubungan efesiensi kerjanya, maka perlu juga diketahui mengenai
kesediaan dan penggunaan alat mekanis.

13
BAB IV
DESKRIPSI HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi kegiatan

Kominusi merupakan salah satu tahapan pengolahan bahan galian yang


dilakukan di PT. Serinding Sumber Makmur. Kominusi bertujuan untuk
mereduksi ukuran partikel bahan galian sedemikian rupa sehingga
memenuhi persyaratan untuk material agar mendapatkan hasil maksimal
pada saat proses blendingan di drum aglo. Adapun tahapan- tahapan proses
kominusi yang dilakukan di PT. Serinding Sumber Makmur sebagai berikut:
4.1.1 Tahapan proses kominusi di PT. Serinding Sumber Makmur

Gambar 4.1 Diagram alir proses kominusi PT. Serinding Sumber Makmur

14
Dari gambar di atas material sebelum di crusher dikumpulkan
terlebih dahulu di ROM pad, ROM pad adalah tempat pengumpulan
material sebelum di crusher, kemudian material dimasukkan kedalam
hopper crusher menggunakan Excavator PC 200, material akan melewati
vibrating feeder I. Pada vibrating feeder I material akan dipisah, yang sudah
berukuran kecil atau standar stockpile akan di bawa oleh conveyor VII
menuju COS ( Crushed ore stockpile) dan material yang masih bongkahan
akan dikecilkan lagi oleh Jaw Crusher hingga ukuran 12 cm, setelah
dikecilkan di Jaw Crusher material akan dibawa oleh Conveyor I dan II
menuju hopper lalu ke vibrating feeder di cone crusher HST , di Cone
Crusher HST material akan dikecilkan lagi menjadi ukuran 5-4 cm.

Setelah dikecilkan material akan dibawa oleh conveyor III dan IV


menuju vibrating screen, pada vibrating screen ini material akan dipisahkan
lagi. Material yang sudah berukuran 2- <2 cm akan dibawa oleh conveyor
VI dan langsung menjadi produk di COS. Sedangkan material yang masih
berukuran >2 cm akan dibawa kembali oleh conveyor VIII dan V menuju
cone crusher HPT untuk dikecilkan lagi, setelah dikecilkan material akan di
bawa kembali menuju vibrating screen oleh conveyor III dan VI dan ini
terjadi secara continue sampai material yang di Crusher habis.

Produk yang di hasilkan dari crusher akan di blending dengan semen


secara manual menggunakan excavator pc 200 lalu material akan dimasukan
ke dalam hopper dan melewati conveyor feeder lalu dibawa oleh main
conveyor menuju drum agglo, setelah di dalam drum agglo material akan di
blending dan di siram dengan air. Setelah menghasilkan produk dan akan
keluar dan dibawa ke stockpile melalui conveyor disscharge.

15
4.2 Fungsi Alat
4.2.1 Hopper

Gambar 4.2 Hopper


Hopper merupakan mulut umpan yang di feeding oleh excavator yang
berbentuk corong. Bukaan bawahnya langsung berhubungan dengan
vibrating feeder pertama yang berfungsi untuk mengayak batuan yang
lolos akan masuk ke Primary Jaw Crusher. Lebar pintu hopper 90 cm,
tinggi pintu hopper 120 cm.

4.2.2 Vibrating feeder

Gambar 4.2 vibrating feeder

Vibrating feeder berfungsi untuk mengumpan material atau batuan


menuju jaw crusher. Lebar feeder 130 cm , Panjang feeder 5.80 cm,

16
tinggi feeder 1.04 cm dan dinding feeder 1.20 cm .
4.2.3 Jaw crusher

Gambar 4.3 jaw crusher

Jaw Crusher Plate merupakan salah komponen yang umumnya dipasang


pada peralatan jaw crusher yang digunakan pada industri semen dan
pertambangan dan sifatnya consumable. Komponen ini berfungsi
sebagai penghancur batuan atau batubara dari bongkahan besar menjadi
ukuran lebih kecil. Jaw crusher berfungsi untuk mengecilkan material pada
tahap pertama, panjang lubang penerimaan jaw 90 cm, lebar lubang
penerimaan jaw 1.07 cm, ukuran produk yang dihasilkan 7- 10 cm.
4.2.4 Belt conveyor

Gambar 4.4 belt conveyor

17
Belt conveyor adalah ban berjalan yang berfungsi untuk
mengangkut material ke tahap selanjutnya.

3.2.4 Magnetic separator

Gambar 4.4 magnetic separator


Magnetik separator berfungsi sebagai penarik besi bekas yang ada diantara
material.

4.2.5 hopper cone

Gambar 4.5 hopper cone


Hopper cone adalah sebagai mulut umpan material yang diangkut oleh
conveyor dan akan masuk ke dalam cone.

18
4.2.6 Cone HST

Gambar 4.6 Cone HST

Cone HST berfungsi untuk mengecilkan material dari 12 cm menjadi 5-


3cm
4.2.7 Cone HPT

Gambar 4.7 cone HPT


Cone crusher HPT berfungsi untuk mengecilkan material dari
menjadi 2 cm

19
4.2.8 Vibrating screening

Gambar 4.8 vibrating sreening

Vibrating screen berfungsi untuk untuk memisahkan material


yang halus (-2) dan yang kasar (+2) material yang halus langsung
menjadi produk dan yang kasar dimasukkan kedalam Cone
Crusher HPT untuk dikecilkan lagi.
4.2.9 Panel kontrol crusher

Gambar 4.9 panel kontrol manual Gambar 4.10 panel kontrol

Panel kontrol berfungsi untuk menjalankan dan mengawasi pergerakan


crusher secara otomatis (memakai remote ).

20
4.2.10 Grizzly

Gambar 4.11 grizzly


Grizzly adalah saringan besi yang berfungsi untuk mencegah material
berukuran besar masuk ke dalam agglo. Maksimal ukuran yang lolos
pada grizzly adalah 8 cm. Alasan menggunakan grizzly yaitu material
yang di blending pada agglo tidak hanya dari crusher, tetapi juga ada
material yang di bawa langsung dari pit.

4.2.11 Hopper agglo

Gambar 4.12 hopper


Hopper agglo berfungsi sebagai tempat masuknya material yang di
feeding oleh excavator agar material tidak tumpah keluar dari feeder.

21
4.2.12 Conveyor Feeder

Berfungsi sebagai pengangkut material dari hopper dan akan di angkut


ke main conveyor.

4.2.13 Drum agglo

Gambar 4.13drum agglo


Adalah tempat pencampuran material yang telah dicampur semen
dengan cara di putar lalu di siram dengan air, kandungan airnya adalah
17%-20%. Setelah di putar di dalam drum agglo, material akan di bawa
ke stockpile menggunakan conveyor disscharge.

Gambar 4.14 conveyor disscharge

22
Gambar 4.15 panel kontrol agglo
4.3 Hasil kegiatan

Setelah menjalani kerja praktek di PT. SSM sejak tanggal 31 januari


2023 sampai dengan 6 maret 2023. Maka penulis menyimpulkan hasil
kegiatan yang telah didapat adalah sebagai berikut :

Dari kegiatan yang telah diamati di proses kominusi khususnya alat


crusher dan agglo di PT. Serinding Sumber Makmur, penulis dapat
mengetahui produktivitas alat crusher dan agglo, faktor-faktor penghambat
produksi crusher dan agglo, dan cara mengoptimalkan produksi dari crusher
dan agglo tersebut.
4.3.1 Produktivitas alat crusher

Penulis melakukan penelitian produktivitas kerja alat crusher dari


tanggal 7 februari 2023-18 februari 2023. Selama 10 hari kerja, crusher
hanya terdapat 7 hari produksi karena hujan, dan tidak ada alat support
untuk feeding material.

Tabel 4.2.1 produksi crusher

Produksi Crusher Dalam 10 Hari (7 Februari - 18 Februari)


No Tanggal Total Bucket excavator Total jam operasi (jam) total tonase produktivitas (TPH)

1 07/02/2023 429 5,75 494,208 85,949


2 08/02/2023 320 3,16 368,64 116,65
3 09/02/2023 308 3,3 354,816 107,52
4 10/02/2023 0 0 0 0
5 11/02/2023 468 5,91 539,136 91,22
6 12/02/2023 206 2,5 237,312 94,924
7 13/02/2023 0 0 0 0
8 14/02/2023 0 0 0 0
9 15/02/2023 196 2,33 225,792 96,90
10 16/02/2023 268 3,3 308,736 93,556

23
- Efektivitas waktu kerja crusher
𝑊𝑒
E= 𝑊𝑡 x 100%

Keterangan: We = waktu produksi efektif (jam)

Wt = waktu kerja yang tersedia per hari (jam)

- Produksi pada tanggal 7 febuari 2023

We = 5,75 jam

Wt = 8 jam
5,75
E= x 100%
8

= 71,8 %

- Produksi pada tanggal 8 febuari 2023

We = 3,16 jam

Wt = 8 jam
3,16
E= x 100%
8

=39,5 %

- Produksi pada tanggal 9 febuari 2023

We = 3,3 jam

Wt = 8
3,3
E= x 100%
8

= 41%

- Produksi pada tanggal 11 febuari 2023

We = 5,91

Wt = 8

24
5,91
E= x 100%
8

= 73,8%

- Produksi pada tanggal 12 febuari 2023

We = 2,5 jam

Wt = 8 jam
2,5
E= x 100%
8

= 31,2%

- Produksi pada tanggal 15 febuari 2023

We = 2,3 jam

Wt = 8 jam
2,3
E= x 100%
8

= 28,7%

- Produksi pada tanggal 16 febuari 2023

We = 3,3 jam

Wt = 8 jam
3,3
E= 100%
8

= 41, 2%

4.3.2 Produktivitas alat agglo

Penulis melakukan penelitian produktivitas kerja alat agglo dari


tanggal 7 februari 2023-18 februari 2023. Selama 10 hari kerja, agglo
hanya terdapat 3 hari produksi karena alat mengalami kerusakan .

25
Tabel 4.2.2 produksi agglo

Produksi Agglomerator Dalam 10 Hari (7 Februari - 18 Februari)


No Tanggal Total Bucket excavator Total jam operasi (jam) total tonase produktivitas (TPH)

1 07/02/2023 629 5,91 724,608 122,61


2 08/02/2023 139 1 160,128 160,12
3 09/02/2023 0 0 0 0
4 10/02/2023 0 0 0 0
5 11/02/2023 281 3 323,712 107,90
6 12/02/2023 0 0 0 0
7 13/02/2023 0 0 0 0
8 14/02/2023 0 0 0 0
9 15/02/2023 0 0 0 0
10 16/02/2023 0 0 0 0

- Efektivitas waktu kerja agglo


𝑊𝑒
E = 𝑊𝑡 x 100%

- Produksi agglo pada tanggal 7 febuari 2023


5,91
E= x 100%
8

= 73,9%

- Produksi agglo pada tanggal 9 febuari 2023


1
E = 8 x 100%

= 12,5%

- Produksi agglo pada tanggal 11 febuari 2023


3
E = 8 x 100%

= 37,5%
4.3.3 Faktor-faktor penghambat produksi alat crusher

- Cuaca
Cuaca hujan menjadi salah satu penghambat produksi crusher di PT.Serinding
Sumber Makmur, jika hujan turun maka alat crusher tidak bisa berproduksi,
hal tersebut dilakukan agar menghindari terjadinya penumpukan material
pada hopper dan feeder karena terkena air hujan.

26
- Material
Material juga menjadi salah satu faktor penghambat produksi crusher,
karena persediaan material batuan yang tidak banyak, material lebih
banyak mengandung lumpur (clay) yang menyebabkan material
menumpuk pada feeder dan hopper, sehingga menghambat waktu produksi
dan membuat alat crusher minim digunakan karena tidak adanya material
batuan.
- Ketersediaan alat berat support
Tidak tersedianya excavator untuk feeding material ke hopper crusher juga
menjadi penghambat tidak berproduksinya crusher. Karena keterbatasan
alat menyebabkan excavator untuk feeding material crusher di operasikan
ke proses penambangan lainnya yang lebih di prioritaskan.
4.3.4 Faktor-faktor penghambat produksi agglomerator

- Semen
Habisnya stok semen seringkali menjadi penyebab terhambatnya produksi
agglo, karena proses pengiriman semen banyak kendala di perjalanan.
- Cleaning dan maintenence
Proses cleaning dan maintenence harian lumayan memakan waktu, sehingga
produksi agglo menjadi tertunda.
- Kerusakan komponen alat agglo
Rusaknya salah satu komponen agglo seperti robeknya konveyor dan
rusaknya kabel di panel agglo menyebabkan agglo tidak dapat berproduksi.

27
BAB V
PENUTUP

4.4 Kesimpulan

Suatu kegiatan produksi dikatakan berhasil jika kegiatan tersebut


mencapai target produksi yang telah di rencanakan. Hal ini dapat dilihat dari
catatan hasil produksi setiap harinya.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan hasil produksi dari


crusher belum mencapai target produksi karena berbagai faktor dan kendala
seperti cuaca, material dan ketersediaan alat berat untuk feeding. Jika hujan
turun maka crusher tidak dapat produksi dikarenakan dapat menyebabkan
penumpukan material pada feeder dan hopper. Material yang akan di
crusher juga sering tidak sesuai karena lebih banyak mengandung clay dari
pada batuan. Produksi Pada agglo juga belum mencapai target produksi
karena terjadinya kerusakan komponen crusher.

4.5 Saran

Saran yang dapat penulis berikan untuk meningkatkan produksi adalah:

- Pemilihan material yang harus sesuai untuk umpan crusher yaitu


memisahkan batuan dan clay agar tidak terjadi penumpukan clay pada
feeder dan hopper.
- Pengecekan rutin terhadap setiap komponen alat juga harus sering dilakukan
agar dapat meminimalisir kerusakan alat yang sangat parah.

28
DAFTAR PUSTAKA
HAKIM, R. N. (2020). Jurnal Himasapta. Jurnal Himasapta.

RIZKA, Rizka; SAISMANA, Uyu; HAKIM, Romla Noor. EVALUASI


KINERJA ALAT SUPPORT DAN CRUSHING PLANT DALAM
RANGKA PENGOPTIMALAN PRODUKSI BATUBARA DI PT
ASMIN BARA BRONANG. Jurnal Himasapta, 2019, 2.01.

DANILOF, Orfinada Sultan; NUGROHO, Windhu; TRIDES, Tommy.


Evaluasi Produktivitas Unit Crushing Plant Serta Faktor Yang
Berpengaruh Pada Coal Processing Plant Di PT. MNC
Infrastruktur Utama Kota Samarinda Provinsi Kalimantan
Timur. Jurnal Teknologi Mineral FT UNMUL, 2019, 7.1: 23-30.

Audry, M. A 2022 proses kominusi di PT. Serinding Sumber Makmur.


Laporan PKL . Teknik Pertambangan Politeknik Negeri Ketapang

Dynand, R. R., Pulungan, L., & Nurhasan, R. (2022). Evaluasi Produksi


Crushing Plant Batu Andesit di PT. XYZ Pamoyanan Purwakarta. Jurnal
Riset Teknik Pertambangan, 142-147.

Aprizal, Ratnasari, Dkk (2013) Makalah Agglomerasi Jurusan Teknik


Kimia Universitas Diponegoro, Semarang

29
LAMPIRAN

A. ROMPAD

B. CRUSHING PLANT

C. AGGLOMERATOR

30
D. MAINTENANCE CONE HPT

E. MAINTENANCE DRUM AGGLO

F. MAINTENANCE BELT CONVEYOR AGGLO

31

Anda mungkin juga menyukai