Oleh :
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER
2019
PROSES PRODUKSI MINUMAN OKKY JELLY DRINK dan MOUNTEA
Oleh :
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER
2019
LEMBAR PENGESAHAN INDUSTRI
Menyetujui :
iii
LEMBAR PENGESAHAN I
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. SUNTORY GARUDA BAVERAGEJL. SAWUNGGALING NO.24,
KEC.TAMAN,KAB.SIDOARJO,JAWA TIMUR
Disusun oleh :
Santoso Mulyadi, S.T., M.T Ir. Aris Zainul Muttaqin , S.T., M.T.
NIP. 19700228 199702 1 001 NIP.19670924199412 1 001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Mesin
Universitas Jember
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya, sehingga kami dapat meyelesaikan laporan yang disusun
sebagai laporan kami selama megikuti Praktik Kerja Industri di PT SUNTORY
GARUDA BAVERAGE praktik (2 SKS) pada jenjang pendidikan D3 Jurusan
Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Jember.
Penyajian dan metode laporan ini disusun berdasarkan hasil observasi dan
pengumpulan data yang didukung oleh beberapa referensi yang berhubungan
dengan pokok bahasan. Isi dari laporan ini adalah tentang “Proses Produksi jelly
pada divisi Maintenance production .
Dengan terselesaikannya laporan ini, penyusun banyak mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyususnan laporan
ini, terutama kepada yang terhormat :
1. Bapak Hari Arbiantara, S.T., M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin
Universitas Jember.
2. Bapak Hari Santoso Mulyadi, S.T., M.T. selaku Koordinator Kerja Praktik
Jurusan Teknik Mesin, Universitas Jember.
3. Bapak Aris Zainul Muttaqin, S.T., M.T. selaku pembimbing Kerja Praktik.
4. Bapak Didik Efendi, Bapak Bagus, dan Bapak Agung serta bapak Kholifil
selaku pembimbing Kerja Praktik di PT. SUNTORY GARUDA
BAVERAGE.
5. Seluruh staff dan karyawan PT. SUNTORY GARUDA BAVERAGE yang
telah memberikan penjelasan dan bantuannya kepada kami selama
pelaksanaan Kerja Praktik.
6. Kedua orang tua penyusun yang selalu memberikan semangat dan
dukungan.
7. Rekan – rekan mahasiswa Teknik Mesin Universitas Jember angkatan
2017.
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN INDUSTRI....................................................... iii
KATA PENGANTAR................................................................................... iv
DAFTAR ISI................................................................................................... v
DAFTAR TABEL........................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... viii
BAB 1. PENDAHULUAN............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................... 2
1.3 Tujuan ........................................................................................ 2
1.4 Batasan Masalah ........................................................................ 3
1.5 Ruang Lingkup ………………................................................... 3
1.6 Metode Penulisan ………………............................................... 4
1.7 Waktu Pelaksanaan .................................................................... 5
vi
3.2 Tugas Umum dan Tugas Khusus............................................ 17
3.2.1 Tugas Umum................................................................... 17
3.2.2 Tugas Khusus.................................................................. 17
BAB 4. PEMBAHASAN............................................................................ 18
4.1 Tugas Umum............................................................................. 18
4.1.1 Proses Produksi ............................................................. 18
4.2 Tugas Khusus........................................................................... 26
4.2.1 Dasar Teori.................................................... ................. 27
4.2.2 Prinsip Kerja.................................................................... 28
4.2.3 Aliran Fluida.................................................................... 28
4.2.4 Sheel and tube HTST....................................................... 29
4.2.5 Kategori mesin HTST...................................................... 30
4.2.6 Bagian-bagian mesin Sheel and tube............................... 32
4.2.7 Dasar pemilihan fluida.................................................... 33
BAB 5. PENUTUP...................................................................................... 35
5.1 Kesimpulan................................................................................ 35
5.2 Saran.......................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 37
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Gambar 2.4 Denah cup line ........................................................................ 12
Gambar 2.5 Lokasi perusahaan .................................................................. 12
Gambar 4.1 Alur produksi cup line 3 ....................................................... 21
Gambar 4.2 Mapping proses cooking cup line 3 ....................................... 22
Gambar 4.3 Mapping proses packing cup line 3 ....................................... 22
Gambar 4.4 Keterangan line dan hasil produk ......................................... 23
Gambar 4.5 Mesin pasteurisasi HTST sheel and tube ............................. 26
Gambar 4.6 Profil suhu aliran co-current flow ......................................... 28
Gambar 4.7 Profil suhu aliran counter current flow ................................ 28
Gambar 4.8 Alat penukar panas sheel and tube ....................................... 29
Gambar 4.9 Tema alat penukar panas sheel and tube ............................. 30
Gambar 4.10 Kontruksi fixed tube ............................................................. 30
Gambar 4.11 Kontruksi “u” tube .............................................................. 31
Gambar 4.12 Kontrusksi floating tube ...................................................... 32
Gambar 4.13 Tipe susunan tube ................................................................ 32
ix
x
BAB 1. PENDAHULUAN
1
tersebut dilakukan kerja praktek di PT. SUNTORY GARUDA BAVERAGE
SIDOARJO yang untuk kali ini, penulis mendapatkan banyak ilmu mengenai
teknologi industri dan mengenai Teknik Mesin khususnya.
Dalam prosesnya, PT. SUNTORY GARUDA BAVERAGE SIDOARJO
mempunyai unit pengelola industri yang dilakukan secara bertahap dan kontinyu,
yaitu dalam produksi minuman. Dalam prosesnya pembuatan wire rod terbagi
menjadi 2 bagian utama yaitu berupa proses penimbangan formula yang setelah itu
dilakukan pencampuran formula dan dilanjutkan lagi dengan proses pengemasan
serta packing. . Dalam kerja praktek yang dilaksanakan di PT. SUNTORY
GARUDA BAVERAGE SIDOARJO, penulis belajar khusus pada proses
pengerolan dan ditempatkan pada maintenance produksi. . Pada proses produksi
minuman jelly ada 7 proses penting yaitu :
1. Proses mixing
2. Proses cocking.
3. Proses pasteurisasi.
4. Proses filling.
5. Proses sealing.
6. Proses cuting.
7. Proses packing.
2
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari kerja praktek di PT. SUNTORY GARUDA BAVERAGE
SIDOARJO adalah sebagai berikut :
1. Mengtahui profile perusahaan dan struktur manajemen organisasi di PT.
SUNTORY GARUDA BAVERAGE SIDOARJO.
2. Mengetahui proses produksi minuman di PT. SUNTORY GARUDA
BAVERAGE SIDOARJO.
3. Mengetahui cara kerja mesin pasteurisasi HTST sheel and tube.
3
4. Metode Dokumentasi
Yaitu suatu pengumpulan data dan keterangan-keterangan dari dokumen
internal perusahaan yang berkaitan dengan permasalahan produksi dan
inspeksi pada produk.
5. Metode praktikum
Yaitu suatu metode pengumpulan data dengan cara terjun langsung ke
lapangan dan mengerjakan langsung yang diberikan dibawah pembimbing atau
pengawas.
BAB 4. PEMBAHASAN
Berisi tentang tugas yang di dapat dari dosen pembimbing yaitu tentang
proses produksi minuman dan cara kerja dari mesin pasteurisasi HTST shell and
tube.
4
BAB 5. PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan dan saran yang didapat oleh tiap-tiap individu
mahasiswa selama melakukan kerja praktek di PT. SUNTORY GARUDA
BAVERAGE SIDOARJO.
5
BAB 2. PROFIL PERUSAHAAN
6
2.3 STRUKTUR ORGANISASI PERUSAHAAN
PT. Triteguh Manunggal Sejati Sidoarjo menggunakan tipe struktur
organisasi fungsional dimana kebijakan utama dipegang oleh pimpinan tertinggi
yang pelaksanaannya dilakukan oleh kepala bagian dengan bantuan staf dnegan
keahlian khusus. PT. Triteguh Manunggal Sejati Sidoarjo dipimpin oleh Plant
Manager yang memiliki beberapa departemen, masing-masing memiliki fungsi dan
wewenang. Berikut merupakan struktur organisasi PT. Triteguh Manunggal Sejati.
7
bertugas untuk mengurusi dalam produksi barang. Departemen BOF bertugas untuk
menyimpan hasil produksi dan bertanggung jawab dalam pengiriman produk jadi.
Departemen purchasing bertugas dalam melakukan open purchase, mengatur
pemesanan material pada vendor.
2.4 KETENAGAKERJAAN
2.4.1 Klasifikasi Tenaga Kerja
Aspek ketenagakerjaan mencakup jumlah tenaga kerja, kompensasi serta
kebijakan yang ada dalam perusahaan mengenai tenaga kerja. Tenaga kerja
merupakan seluruh sumber daya manusia yang terlibat dalam kegiatan di
perusahaan. PT. Triteguh Manunggal Sejati Sidoarjo tidak membutuhkan jumlah
tenaga kerja yang sangat banyak karena sebagian besar proses produksi telah
menggunakan mesin. Tenaga kerja di PT. Triteguh Manunggal Sejati Sidoarjo
diklasifikasikan menjadi tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tidak langsung:
a. Tenaga Kerja Langsung
Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang berhubungan langsung dengan
proses produksi (Umar, 2010). Tenaga kerja langsung di PT. Triteguh Manunggal
Sejati Sidoarjo meliputi tenaga kerja di bagian gudang raw material, divisi formula,
divisi produksi, dan tenaga kerja yang berada di gudang Finish Good. Tenaga kerja
langsung terdiri dari karyawan tetap dan karyawan tidak tetap (kontrak). Jumlah
karyawan PT. Triteguh Manunggal Sejati Sidoarjo sebanyak 82 orang. Karyawan
outsourcing tidak direkrut secara langsung PT. Triteguh Manunggal Sejati Sidoarjo
melainkan disediakan oleh perusahaan penyedia tenaga jasa yang bekerjasama
dengan PT. Triteguh Manunggal Sejati Sidoarjo. Karyawan outsourcing akan
dikirimkan ke PT. Triteguh Manunggal Sejati Sidoarjo sesuai kebutuhan
perusahaan. Dengan demikian, PT. Triteguh Manunggal Sejati Sidoarjo tidak
menyediakan fasilitas seperti tunjangan makan dan asuransi kesehatan sebab yang
bertanggung jawab terhadap karyawan tersebut adalah perusahaan penyedia tenaga
jasa itu sendiri. PT.Triteguh Manunggal Sejati Sidoarjo memiliki tenaga kerja tetap
dengan jumlah yang lebih banyak daripada tenaga kerja outsourcing karena tenaga
kerja outsourcing hanya dibutuhkan ketika kapasitas perusahaan berlebih
8
sedangkan tenaga kerja tetap jumlahnya sudah disesuaikan dengan capacityline
perusahaan.
b. Tenaga Kerja Tidak Langsung
Tenaga kerja tidak langsung merupakan tenaga kerja yang tidak terlibat
langsung dalam proses produksi. Yang termasuk tenaga kerja tidak langsung adalah
pekerja pada office meliputi BU Head, Departemen Head, Sie Administrasi dan
HRD. Tenaga kerja tidak langsung merupakan karyawan tetap sehingga memiliki
hak untuk memperoleh gaji, tunjangan makan, asuransi kesehatan dan fasilitas-
fasilitas lain yang disediakan oleh perusahaan.
9
2.5 WILAYAH YANG DIDISTRIBUSI
Berikut merupakan wilayah yang dicakup atau didistribusi oleh PT. Triteguh
Manunggal Sejati Sidoarjo.
Gambar 2.2 Peta Wilayah dan Persentase Jenis Produk yang Didistribusi PT.
Triteguh Manunggal Sejati Sidoarjo
10
Luas total area perusahaan kurang lebih sebesar 29.385 m2 yang berbatasan
dengan Industrial Estate disebelah utara, perumahan warga Desa Sawunggaling di
sebelah selatan dan barat, dan SMA 1 Taman di sebelah timur perusahaan.
Luas area Cup Line seluas 14.855 m2 dengan 11.658 m2 digunakan untuk
factory building dan 3.297 m2 digunakan untuk public area. Pada pabrik Cup Line
ada 5 Line (jalur produksi). Total Kapasitas 98.640 css/hari. Produk dari lantai
produksi Cup Line adalah Mountea (MT), Okky Jelly Drink (JDO), Okky Coco
Drink (JBC) dan Okky Splash (FDO). Total pekerja sebanyak 305 orang.
Sedangkan, luas PET Line seluas 14.500 m2 terdiri dari 10.812 m2 digunakan untuk
factory building dan 3.688 m2 digunakan untuk public area. . Pada pabrik PET Line
ada 1 Line (jalur produksi). Total Kapasitas 30.600 css/hari. Produk dari lantai
produksi PET Line adalah Mytea (OTT), Goodmood (GM) dan Locozade (LZ).
Total pekerja sebanyak 136 orang.
11
Gambar 2.4 Denah Cup Line PT. Triteguh Manunggal Sejati Sidoarjo
Lantai 2
12
Dalam pemilihan lokasi pabrik, hal-hal yang perlu dipertimbangkan antara
lain lingkungan masyarakat, tenaga kerja, kedekatan dengan pasar, kedekatan
dengan bahan baku dan supplier, fasilitas, biaya tansportasi, sumberdaya alam, dan
tanah untuk perluasan (Prasetya dan Lukiastuti, 2009).
Dilihat dari ketersediaan bahan baku, bahan baku yang digunakan dalam
produksi adalah air, dimana sumber air diperoleh dari 5 sumber yaitu PDAM dan 4
sumur milik perusahaan. Dilihat dari ketersediaan tenaga kerja, berada di lokasi
kawasan industri yaitu Surabaya dan Sidoarjo yang menjadi pusat penduduk di
provinsi Jawa Timur ini membuat PT. Triteguh Manunggal Sejati Sidoarjo mudah
ntuk memperoleh tenaga kerja baru ketika diperlukan. Dilihat dari ketersediaan
fasilitas listrik (PLN), air dan telekomunikasi yan serba tersedia membuat proses
produksi PT. Triteguh Manunggal Sejati Sidoarjo bisa berjalan dengan mudah
karena dari lokasi pabrik sendiri masuk dalam kawasan industri dan perumahan
yang tidak mempunyai masalah dalam fasilitas tersebut.
13
running mesin. Waktu running mesin di PET Line dibagi menjadi 4 yaitu 120 jam,
500 jam, 1500 jam dan 3000 jam. Masing-masing waktu tersbut memiliki kriteria
untuk jenis perawatannya sesuai dengan kebijakan perusahaan. Pada 120 hourmeter
biasanya dilakukan perawatan preventif yang meliputi cekk sensor dan Lubrication
(cek oli dan griss). Untuk jenis 500 hourmeter biasanya dilakukan lubrication yaitu
cek vibrator motor dan pengecekan mesin secara visual. Pada jenis 1500 hourmeter
dilakukan pengecekan bearing/roller dan cleaning AC panel dan pada jenis 3000
hourmeter dilakukan lubrication, fenbelt dan bearing. Perawatan meisn di PT.
Suntory Garuda Beverage. Ada pun dilakukan perawatan secara keselluruhn yang
dijalankan pada saat tidak ada proses produksi. Mesin yang digunakan pada Cup
Line adalah sebagai berikut :
a. Hand pallet
Hand pallet adalah alat yang digunakan untuk memindahkan barang dalam
pallet yang ada di gudang namun dengan menggunakan tenaga manusia atau masih
dengan cara manual, alat ini hanya bisa memindahkan barang atau pallet secara
horizontal saja. Biasanya digunakan untuk memindahkan barang dengan jarak
dekat dan dengan muatan maksimal 2500 kg.
b. Forklift
Forklift adalah kendaraan yang digunakan untuk memindahkan barang dalam
pallet yang ada di gudang dengan menggunakan tenaga mesin dan tenaga manusia
hanya untuk mengendalikan dan mengendarai kerja forklift.
c. Jacket Tank
Tank ini digunakan untuk memasak air dan bahan-bahan baku yang
diperlukan dalam pembuatan produk, dapat menampung 1000L.
d. Sugar Tank
Tank untuk menampung gula yang akan dipakai untuk produksi.
e. Alat Cek PH dan Brix
Digunakan untuk menguku taste apakah sudah sesuai standar atau tidak,
sebelum bahan-bahan yg telah dicampurkan diproses selanjutnya.
f. Holding Tank
Tank yang digunakan untuk menyimpan bahan-bahan dan air yang telah
dimasak.
g. Mesin Pasteurisasi (HTST)
Digunakan untuk pasteurisasi dengan menggunakan metode HTST (High
Temperature Short Time).
14
h. Mesin Filler and sealer
Filler digunakan untuk memasukkan bahan-bahan yang telah dimasak ke
cup-cup yang telah disediakan. Sealer digunakan untuk menutup cup, agar produk
tetap steril.
i. Mesin Coding
Mesin ini digunakan untuk memberikan informasi kodeproduksi, tanggal
produksi, dan tanggal kadaluarsa. Terdapat 2 mesin coding, yaitu mesin untuk
coding cup dan untuk coding carton.
j. Mesin Cooling
Cooler ini digunakan agar produk menjadi dingin, sehingga dapat menjadi
gel.
k. Mesin Blowing
Blower digunakan untuk mengeringkan bagian luar produk dengan
mengeluarkan angin dengan tekanan yang telah ditetapkan.
l. Conveyor
Conveyor digunakan memindahkan dari mesin satu ke mesin yang lain
m. Packaging
Mesin yang digunakan untuk packing, memasukkan produk ke dalam karton-
karton yang telah disediakan.
n. Metal Detector
Mesin ini digunakan untuk mendeteksi apakah terdapat kandungan metal
dalam produk.
15
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN
16
Yaitu suatu metode pengumpulan data dengan cara langsung melakukan
pengamatan terhadap kegiatan benda kerja yang dilakukan.
c. Metode informasi (wawancara)
Yaitu suatu metode pengumpulan data dengan cara menanyakan hal-hal
yang berkaitan dengan pelaksanan pekerjaan yang belum dimengerti kepada
pembimbing lapangan dan operator yang bertugas.
d. Hasil dokumentasi perusahaan
Yaitu suatu pengumpulan data dan keterangan-keterangan dari dokumen
internal perusahaan yang berkaitan dengan permasalahan produksi dan inspeksi
pada produk.
e. Metode praktikum
Yaitu suatu metode pengumpulan data dengan cara terjun langsung ke
lapangan dan mengerjakan langsung yang diberikan dibawah pengawasan
pembimbing atau pengawas.
17
BAB 4. PEMBAHASAN
18
E. Pasteurisasi
Proses ini digunakan untuk penyesterilan produk dengan menggunakan
metode High Temperatur Short Time (HTST) dan menggunakan alat Tube Heat
Exchanger (THE). Proses HTST ini menggunakan suhu tinggi dalam waktu singkat
agar kandungan nutrisi dalam produk tidak rusak.
F. Filling
Proses filling yaitu proses pengisian produk kedalam kemasan atau pada cup
kosong yang kemudian menjadi satu produk jadi. Kemudian pada ruang filling
cup kosong yang sudah ada lalu dimasukkan ke mesin feeder cup,dimasukkan
dalam mesin mould, 1 mould = 16 pcs dan total mould keseluruhan adalah 48
mould untuk line 1 dan 46 untuk line 2, kemudian diatur (proses pengisian
mountea pada cup), selanjutkan cup kosong dan seal akan diberikan sinar UV
yang berfungsi untuk membunuh bakteri. Setelah itu seal lalu di Heater 1 (seal
dipress dengan cup), dan di Heater2 (pengepresan 2 kali agar seal tertutup dengan
baik), kemudian seal dipisahkan satu-persatu cup dengan cutter (pemotong seal).
Sebelum ditransfer ketahap selanjutnya, petugas QC area filling akan melakukan
verifikasi dalam hal pengecekan suhu, organoleptik serta pH dan brix. Selanjutnya
produk ditransfer kemesin Conveyor.
G. Sealing
Fungsi dari sealing ini ada penyegelan agar produk tidak terkontaminasi, agar
tetap steril.
H. IJP Cup ( Injection Cup )
Pada proses IJP Cup, produk diberi kode expired. Fungsi dari IJP ini
adalah untuk memberi kode expired atau tanda kadaluarsa pada kode produk
tersebut yang dimana terdiri kode tertentu contohnya SGM 060418 09:20 1 K2
dimana “SGM” adalah kode tempat lokasi produksi “Sungguminasa”untuk
wilayah Makassar, “010419” adalah kode masa waktu expirednya, ”09:20” adalah
kode waktu produksi saat proses IJP berlangsung, 1 adalah kode yang
menunjukkan mesin Line 1 yang digunakan pada proses produksi, “K2”
menunjukkan badan usaha yang memproduksi. Setelah melalui proses ini maka
selanjutnya menuju proses pre-cooling.
I. Proses Pre-Cooling
Setelah melewati proses IJP cup, maka produk tersebut memasuki proses
precooling yaitu pendinginan awal atau pendinginan cepat untuk mengambil panas
sensible (field heat) sebelum produk mengalami transportasi atau penyimpanan.
Adapun fungsi dari pre-cooling adalah menunda penuaan dan pematangan
(pelunakan dan perubahan-perubahan warna serta tekstur). Pre-cooling, digunakan
untuk mempertahankan kualitas produk pada rak penyimpanan.
J. Cooling
Proses cooling yaitu dimana produk akan melalui proses pendinginan
dengan tujuan agar suhu panas pada produk bisa diminimalisir sebelum di packing
dalam karton dus dengan menggunakan suhu produk CPP (Center Point Produk)
19
yang sesuai dengan telah distandarkan selanjutnya produk akan diteruskan ke
proses blowing/pengeringan
K. Drying
Proses drying bertujuan untuk memaksimalkan pengeringan pada produk
agar produk dalam keadaan kering sebelum disortir dan di packing didalam karton
dus.
L. Proses Sortir
Proses sortir yaitu proses menyeleksi produk yang layak atau tidak layak untuk
di packing dan hal tersebut sangat penting untuk dilakukan proses sortir, karena dari
proses itu dapat dilakukan pengecekan produk pada proses seperti pengecekan
visual seal bocor, kurang isi, cup pecah, Seal lecet, seal bergerigi, seal miring,
kurang press, IJP Cup atau Dus yang miring/hilang dan produk yang
terkontaminasi.
M. Packing
Setelah disortir, maka produk tersebut di packing ke dalam dus, 1 dus berisi
24 pcs. Dalam proses packing ini juga perlu diperhatikan kelengkapan sedotan.
Kemudian dus yang sudah dipacking lalu ditransfer ke roller packing.Terdapat
packing manual dan automatic, pada line 3 packing masih manual. Dilakukan oleh
operator-operator yang telah ditentukan. Pada proses ini operator bertugas untuk
memasukkan produk ke dalam karton-karton yang telah disiapkan serta
memasukkan sedotan ke dalam kardus. Kemudian meletakkannya kembali ke
conveyor untuk finish good. Setelah dimasukkan ke dalam karton, maka terdapat
proses mengplester bagian atas dan bawah secara otomatis menggunakan mesin.
Pad proses packing ini juga terdapat sortir barang yang defect dan tidak. Contoh
barang defect adalah gelas penyok kurang, tidak ada isinya, seal tidak pas, dll.
N. Inspeksi metal
Setelah packing terdapat inspeksi metal, untuk mendeteksi apakah terdapat
logam dalam produk tersebut, karena hampir semua proses dilakukan oleh mesin
sehingga diperlukan kontrol terhadap kandungan logam. Pendeksi ini dilakukan
secara otomatis.
O. Coding karton
Pemberian kode produksi, tanggal produksi serta tanggal kadaluarsa produk
pada karton. Setelah karton/dus sudah tersealler maka dus kemudian menuju ke
proses IJP dus, proses ini bertujuan memberikan kode expired pada dus dengan
pengkodean seperti : EXP 040119 K2 3A. “EXP” singkatan dari expired, “040119”
11 menunjukkan masa kadaluarsa, “K2” kode badan usaha, “3A” angka 3
menunjukkan shift 3 dan A mesin pertama.
P. Pemindahan finish good ke GFG (Gudang Finish Good)
Produk yang telah jadi, ditransfer atau dikirim ke gudang finish good
menggunakan conveyor. Setelah itu dus tersebut disusun diatas pallet dan dalam 1
pallet berjumlah 169 dus (untuk produk montea, koko Drink, Okky Jelly Drink) dan
ada yang 130 Dus (unttuk produk Okky Splash dan Okky Jelly Big), kemudian
diperiksa oleh QC packing dan diambil setiap jam secara acak (sesuai standar
20
pengambilan sampel Finished Good yaitu Military standar 105 E) yaitu dari atas
tengah dan bawah, apabila terjadi penyimpangan maka produk tersebut akan
dikategorikan hold (ditunda) oleh pisak QC dan apabila tidak ditemukan
penyimpangan maka produk tersebut lalu ditransfer Gudang Finished Good dan di
inkubasi selama 2-5 hari
Input bahan
baku dari GMT A B
Inspeksi
formulasi Coding cup
metal
Finish Good
pasteurisasi Drying (kirim ke
Gudang)
cooling Packing
A B
21
Berikut merupakan mapping proses pada proses cooking pada cup line 3.
Input
Formulasi, air,
gula, nata A B
Memasukkan
fill fresh water Cek kualitas (PH
bahan 8, 9 dan
300 L dan Brix)
mixing
Mencampurkan
Leveling sampai
bahan 1,2,3 dan Memasukkan nata
1000L
manual mixing
Memasukkan
bahan 1,2,3 dan Memasukkan Transfer ke
4 ke dalam jacket gula holding tank
tank dan mixing
A B
Berikut merupakan mapping proses pada proses packing pada cup line 3.
karton
A
Membentuk
Sealing karton
karton
Mengisi karton
Deteksi metal
dengan produk
Mengisi karton
Finish good
dengan sedotan
22
4.1.1 LINE DAN JENIS PRODUK
Berikut merupakan keterangan line dan produk yang diproduksi.
Pada line pada cup dan PET dibedakan. Cup line terdapat 5 line sedangkan
untuk PET line hanya ada 1. Pada Cup line 1 ada sejak tahun 2005, kecepatannya
304 cpm, produk yang diproduksi pada line ini adalah semua varian Mountea dan
Fruit Drink Okky, untuk packing masih manual. Pada Cup line 3 ada sejak tahun
2012, spesidikasinya sama dengan cup line 1 namun untuk diproduksi semua varian
JBC (okky koko drink) dan JDB (okky jelly drink cup). Pada cup line 4, 5, dan 6
packing sudah automatic, jenis mesin untuk cup line 5 dan 6 diupdate ACS 24. Pada
cup line 4 memproduksi beberapa varian JDO (okky jelly drink) dan semua variasi
mountea. Cup line 5 digunakan untuk beberapa varian JDO (okky jelly drink) 24
line. Cup line 6 produk yang diproduksi JBC (okky koko drink) 25 line (JBC 04)
dan JDO (okky jelly drink) 24 line.
PET line 1 ada sejak tahun 2013 dengan kecepatan 600 cpm, produk yang
diproduksi semua PET produk, yaitu mytea, lucozade, dan goodmood difasilitasi
dengan automatic packing & palletizer.
23
Table 4.1 Produk yang dihasilkan CUP Line
OKKY JELLY DRINK
Okky jelly drink apple Okky jelly drink guava Okky jelly drink mango
Okky jelly drink orange
OKKY JELLY DRINK
MOUNTEA
Okky Jelly Drink Big Okky Jelly Drink Big Okky Jelly Drink Big Jambu
Balckcurrent Stroberi
24
OKKY SPLASH
Lucozade Blackcurrant
GOODMOOD
Goodmood blackcurrant
Goodmood Madu Goodmood Jeruk Goodmood stroberi
25
4.2 KINERJA MESIN HTST SHEEL and TUBE
26
4.2.1 Dasar Teori
Secara umum, pengertian alat penukar panas atau heat exchanger adalah
suatu alat yang memungkinkan perpindahan panas dan bisa berfungsi sebagai
pemanas maupun sebagai pendingin. Biasanya, medium pemanas dipakai uap lewat
panas (super heated steam) dan air biasa sebagai air pendingin (coolingwater).
Penukar panas dirancang sebisa mungkin agar perpindahan panas antar fluida dapat
berlangsung secara efisien. Pertukaran panas terjadi karena adanya kontak, baik
antara fluida terdapat dinding yang memisahkannya maupun keduanya bercampur
langsung begitu saja. Penukar panas sangat luas dipakai dalam industri seperti
kilang minyak, pabrik kimia maupun petrokimia, industri gas alam, refrigerasi, dan
pembangkit listrik.
4.2.2 Prinsip Keja Heat Exchanger
Prinsip kerja heat exchanger yaitu memindahkan panas dari dua fluida
padatemperatur berbeda di mana transfer panas dapat dilakukan secara langsung
ataupun tidak langsung (Ikhsan, 2012).
1) Secara kontak langsung
Panas yang dipindahkan antara fluida panas dan dingin melalui
permukaankontak langsung berarti tidak ada dinding antara kedua fluida. Transfer
panas yang terjadi yaitu melalui interfase atau penghubung antara kedua
fluida.Contoh: aliran steam pada kontak langsung yaitu dua zat cair yang
immiscible (tidak dapat bercampur), gas-liquid, dan partikel padat-kombinasi
fluida.
2) Secara kontak tak langsung
Perpindahan panas terjadi antara fluida panas dan dingin melalui dinding
pemisah. Dalam sistem ini, kedua fluida akan mengalir.
27
Gambar 4.6 Profil suhu pada aliran co-current flow
(Sumber: Ariana, 2009)
28
4.2.4 Shell and Tube Heat Exchanger
Salah satu jenis HE yang banyak ditemui pada industri kimia dan makanan
adalah jenis Shell & Tube Heat Exchanger. Heat Exchanger jenis shell & tube
terdiri atas suatu bundel pipa yang dihubungkan secara paralel dan ditempatkan
dalam sebuah pipa mantel (cangkang). Fluida yang satu mengalir di dalam bundel
pipa, sedangkan fluida yang lain dengan suhu berbeda mengalir di luar pipa pada
arah yang sama, berlawanan, atau bersilangan. Kedua ujung pipa tersebut dilas pada
penunjang pipa yang menempel pada mantel. Efisiensi pertukaran panas dapat
ditingkatkan dengan cara pemasangan sekat (baffle) untuk menghasilkan turbulensi
pada aliran fluida dan menambah waktu tinggal (residence time), namun
pemasangan sekat akan memperbesar pressure drop dan menambah beban kerja
pada pompa, sehingga laju alir fluida pada proses perpindahan panas harus diatur.
Heat exchanger jenis shell and tube dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4.8 Alat Penukar Panas Jenis Shell and Tube Heat Exchanger
(Sumber: washington university, 2010
29
c) Kelas B, yaitu kelas untuk alat yang dioperasikan pada kondisi ringan,
biasanya dirancang untuk jasa pelayanan umum. Dalam gambar 2.4 diperlihatkan
tipe-tipe shell and tube heat exchanger berdasarkan desain TEMA.
Gambar 4.9 Desain TEMA untuk Shell and Tube Heat Exchanger(Sumber: Morris, 2011)
Fixed Tube sheet merupakan jenis shell and tube heat exchanger yang terdiri
dari tube-bundle yang dipasang sejajar dengan shell dan kedua tube sheet
menyatu dengan shell. Kelebihan utama dari konstruksi fixed tube sheet adalah
biaya rendah karena konstruksinya yang sederhana, selama ekspansi joint tidak
30
diperlukan. Kelebihan lain adalah tube dapat dibersihkan secara mekanik setelah
penutup saluran (bonnet) dilepas.
Kelemahan dari desain ini adalah sisi luar dari tube tidak dapat dibersihkan
secara mekanis karena bundle tidak dapat dilepas dari shell sehingga kesulitan
pada penggantian tube dan pembersihan shell. Akan tetapi, dapat diaplikasikan
cara yang tepat yaitu dengan menggunakan bahan kimia untuk fouling services
pada shell side.
2) U Tube Heat Exchanger
U tube / U bundle hanya mempunyai 1 buah tube sheet, dimana tube dibuat
berbentuk U yang ujung-ujungnya disatukan pada tube sheet sehingga biaya yang
dibutuhkan paling murah diantara shell and tube heat exchanger yang lain. Tube
bundle dapat dikeluarkan dari shell-nya setelah channel head-nya dilepas.
Tipe ini dapat digunakan pada tekanan tinggi dan beda temperatur yang
tinggi. Masalah yang sering terjadi pada heat exchanger ini adalah terjadinya erosi
pada bagian dalam bengkokan tube yang disebabkan oleh kecepatan aliran dan
tekanan di dalam tube, untuk itu fluida yang mengalir dalam tube side haruslah
fluida yang tidak mengandung partikel-partikel padat.
Gambar 4.11 Konstruksi alat penukar panas jenis U tube Heat Exchanger
(Sumber: Kern, 1965)
31
pada operasi dengan perbedaan temperatur antara shell dan tube side di atas
200°F.
2) Tube (pipa)
Tube atau pipa merupakan bidang pemisah antara kedua jenis fluida yang
mengalir di dalamnya dan sekaligus sebagai bidang perpindahan panas. Ketebalan
dan bahan pipa harus dipilih pada tekanan operasi fluida kerjanya. Bahan pipa
harus tidak mudah terkorosi oleh fluida kerja. Adapun beberapa tipe susunan
tube dapat dilihat pada gambar 2.9.
32
Pemasangan baffle pada heat exchanger bertujuan untuk membuat turbulensi
aliran fluida baik pada shell dan tube serta menambah waktu tinggal (residence
time), tetapi pemasangan baffle akan memperbesar pressure drop operasi dan
menambah beban kerja pompa, sehingga laju alir fluida yang dipertukarkan
panasnya harus diatur. Selain itu, baffle pun memiliki fungsi lain yaitu untuk
menahan tube bundle, mengurangi atau menambah terjadinya getaran. Luas
baffle + 75% dari penampungan shell. Spasi antar baffle tidak lebih dekat dari
1/5 diameter shell karena apabila terlalu dekat akan didapat kehilangan
tekanan yang besar.
5) Tie Rods
Batangan besi yang dipasang sejajar dengan tube dan ditempatkan di bagian
paling luar dari baffle yang berfungsi sebagai penyangga agar jarak antara baffle
yang satu yang lainnya tetap.
4.2.7 Pemilihan Fluida yang Dilewatkan Shell and Tube
Menurut Indra Wibawa Dwi Sukma (2012), faktor-faktor yang
mempengaruhi pemilihan fluida dalam shell dan tube antara lain:
1) Kemampuan untuk dibersihkan (Cleanability)
Jika dibandingkan cara membersihkan tube dan shell, maka pembersihan
shell jauh lebih sulit. Untuk itu fluida yang bersih biasanya dialirkan pada
bagian shell dan fluida yang kotor melalui tube. Fluida kotor dilewatkan melalui
tube karena tube-tube mudah untuk dibersihkan.
2) Korosif
Masalah korosi sangat dipengaruhi oleh penggunaan dari paduan logam.
Paduan logam tersebut mahal oleh karena itu fluida yang korosif dialirkan
melalui tube untuk menghemat biaya yang terjadi karena kerusakan shell.
3) Tekanan
Fluida bertekanan tinggi dilewatkan pada tube karena bila dilewatkan shell
membutuhkan diameter dan ketebalan yang lebih sehingga membutuhkan biaya
yang lebih mahal.
4) Suhu
Fluida dengan suhu tinggi dilewatkan pada tube karena panasnya ditransfer
seluruhnya ke arah permukaan luar tube atau ke arah shell sehingga akan diserap
sepenuhnya oleh fluida yang mengalir di shell. Apabila fluida dengan
temperatur lebih tinggi dilewatkan pada shell maka transfer panas tidak hanya
dilakukan ke arah tube, tetapi ada kemungkinan transfer panas juga terjadi ke
arah luar shell (ke lingkungan).
5) Kuantitas
Fluida yang memiliki volume besar dilewatkan melalui tube untuk
memaksimalkan proses perpindahan panas yang terjadi.
6) Sediment /Suspended Solid / Fouling
Fluida yang mengandung sediment/suspended solid atau yang menyebabkan
fouling sebaiknya dialirkan di tube sehingga tube-tube dengan mudah
dibersihkan. Jika fluida yang mengandung sediment dialirkan di shell, maka
sediment/fouling tersebut akan terakumulasi pada stagnant zone di sekitar baffle,
sehingga cleanping pada sisi shell menjadi tidak mungkin dilakukan tanpa
mencabut tube bundle.
33
7) Viskositas
Fluida yang viscous atau yang mempunyai low transfer rate (laju rendah)
dilewatkan melalui shell karena dapat menggunakan baffle.
34
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan
35
b) Secara kontak tak langsung
7. Bagian-bagian mesin HTST sheel and tube
a) Sheel
b) Tube
c) Tube sheet
d) Sekat (baffle)
e) Tie rod
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan pada laporan kerja praktek ini adalah :
1. Untuk lebih mengefisienkan waktu kerja praktek,sebaiknya mahasiswa
lebih banyak untuk terjun langsung ke bagian produksi dan
berhubungan dengan orang orang bagian produksi.
2. Jika ada waktu kerja praktek yang kosong mahasiswa diharapkan untuk
belajar kebagian quality control untuk mempelajari alat alat pengujian
produk.
3. Pembuatan laporan disarankan untuk mencari lebih banyak referensi
dan juga data – data yang lebih lengkap lagi .
4. Rutin melakukan pengecakan temperatur dan laju alir dari fluida yang
keluar dan masuk kedalam Shell and Tube Heat Exchanger agar benar-
benar sesuai dengan kondisi operasi yang diinginkan.
36
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Gambar shell and Tube Heat Exchanger : washington university.2010
Ariana . 2009. Thermal Design Shell & Tube Heat Exchanger I. Jurusan
Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya, Palembang.
FK, Ikhsan. 2012. Makalah Alat-Alat Heat Exchanger. Jurusan Teknik Kimia,
Politeknik Negeri Lhokseumawe, Aceh.
Hardianti, Sry. 2017. Laporan Praktek Kerja Lapangan PT. Triteguh
Manunggalsejati. Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Ujung Pandang,
Makassar.
Kern, D.Q. 1965. Process Heat Transfer. New York: McGraw Hill Book Co
mpany, New York.
Morris, M. 2011. Mechanical Design Of Heat Exchangers. (online),
(www.thermopedia.com/content/946/), diakses 18 November 2017.
Nhina,Andi. 2017. Laporan PKL PT. Triteguh Manunggalsejati. Fakultas
Teknologi Industri, Universitas Muslim Indonesia, Makassar.
Pane, A.H., 2014. Modul Contoh Penyelesaian Soal Alat Penukar Kalor. Edisi
Percobaan. ALP Consultant, Medan.
Ramadhani, R. Dan Shelfi, A.N. 2012. Pra-Perancangan Heat Exchanger untuk
Menaikkan Beban Sampai 130% di Plant VCM- Seksi 3 PT. Asahimas
Chemical. Tugas Akhir. Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Bandung.
Setyoko, Bambang. 2008. Evaluasi Kinerja Heat Exchanger Dengan Metode
Fouling Faktor. Jurnal TEKNIK .29: 148-153.
TEMA Sheet Heat Exchanger Tipe Shell And Tube di VCM-2 Plant Seksi 5300.
1987. PT Asahimas Chemical. Cilegon.
Virgilius B.N., 2013. Proses Produksi Okky Jelly Drink Di PT. Suntory Garuda.
Laporan Kerja Praktek. Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Katolik
Soegijar Pranata, Semarang.
Wibawa, Indra D.S., 2012. Heat Exchanger Universitas Negeri
Lampung.(online),
37
(https://indrawibawads.wordpress.com/2012/01/06/heat-exchanger/),diakses
18 November 2017.
38
Lampiran
39
40
Lampiran 2. Proses Kalibrasi Magnetic Trap
41
Lampiran 3. Proses Perbaikan Conveyor
42
Lampiran 5. Bagian mesin HTST
43