DISUSUN OLEH :
E-mail : stemba5sby@gmail.com
LEMBAR PENGESAHAN
Kejuruan/Sertifikasi Profesi
Menyetujui,
Kepala Jurusan Teknik Kimia Pembimbing Sekolah
NIP. 19581222
LEMBAR 1985031 014
PENGESAHAN
Program Teknik Kimia Industri
SMK Negeri 5 Surabaya
Laporan Praktik Kerja Industri
PT. Salim Ivomas Pratama Tbk Surabaya
Kejuruan/Sertifikasi Profesi
Menyetujui,
BAB I PENDAHULUAN
Menjadi CPO........................................................ 11
X. PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
Tabel II.1 Tabel Fisika Kimia .................................................................................... 10
Tabel VI.2 Perhitungan MPN jika hasil yang dilaporkan terdiri dari 2 angka........... 129
Tabel VI.3 Perhitungan MPN jika menghasilkan angka kurang dari 30 koloni pada
petridish ................................................................................................. 130
Tabel VI.4 Perhitungan MPN jika menghasilkan koloni lebih dari 300 pada
petridish ................................................................................................. 131
Tabel VI.5 Perhitungan MPN jika menghasilkan koloni dengan jumlah antara 30 dan
300 di petridish ...................................................................................... 131
Tabel VI.6 Perhitungan MPN jika digunakan 2 petridish (duplo) ............................ 132
BAB I
PENDAHULUAN
siswa sehingga dapat menumbuhkan rasa disiplin dan tanggung jawab siswa
terhadap apa yang ditugaskan kepadanya.
Oleh karena itu, semua teori yang dipelajari dari berbagai mata pelajaran
di bangku sekolah dapat secara langsung dipraktekkan di PT. Salim Ivomas
Pratama Tbk Surabaya. Dalam hal ini dapat diketahui bahwa teori yang dipelajari
sama dengan yang ditemui didalam prakteknya sehingga teori tersebut dapat
dilaksanakan dengan baik. Sebagaimana diketahui bahwa teori merupakan suatu
ilmu pengetahuan dasar bagi perwujudan praktek. Oleh karena itu, untuk
memperoleh pengalaman dan perbandingan antara teori dan praktek, maka siswa
diharuskan menjalani praktek kerja lapangan di instansi pemerintah atau
perusahaan swasta sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi sebelum
menyelesaikan sekolahnya.
Secara umum Praktek Kerja Industri bertujuan untuk memberi gambaran kepada
siswa-siswi pada saat bekerja, baik itu disuatu perusahaan ataupun disuatu
lembaga instansi sedangkan secara khususnya antara lain :
1. Mengenal dan memahami tata tertib secara nyata dari mekanisme kerja
pada dunia industri atau perusahaan.
2. Menumbuhkan semangat jiwa untuk berwirausaha.
3. Memberikan latihan kepada peserta didik untuk menanamkan sikap siap
mental dalam menghadapi tantangan dunia nyata pada lingkungan kerja.
4. Pencapaian suatu kemampuan dalam keterkaitan dan kesepakatan (link
and match) antara kemampuan yang diberikan di sekolah dengan
kemampuan nyata yang ada di industri perusahaan.
5. Siswa dapat mengenal tentang informasi kerja.
6. Menghasilkan lulusan sebagai angkatan kerja yang memiliki kemampuan
profesional dengan tingkat pengetahuan, keterampilan, dan etos kerja yang
sesuai dengan tuntutan kerja di dunia usaha/industri.
7. Memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja yang
berkualitas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
PFAD (Palm Fatty Acid Destilate) juga merupakan hasil samping dari
proses Deodorized. PFAD tidak digunakan sebagai bahan makanan atau
dikonsumsi karena PFAD mengandung Asam Lemak yang tinggi sehingga hanya
di jual sebagai bahan baku sabun dan kosmetik.
mirip dengan tanaman salak, hanya saja dengan duri yang tidak terlalu keras dan tajam.
Batang tanaman diselimuti bekas pelepah hingga umur 12 tahun. Setelah umur 12
tahun, pelapah yang mengering akan terlepas sehingga penampilan menjadi mirip
dengan kelapa.
Kelapa sawit merupakan salah satu tanaman yang sangat ekonomis di Indonesia.
Tanaman ini memiliki varietas yang sangat beragam dan juga bervariasi hal ini dapat di
bedakan dengan morfologinya. Namun, banyaknya varietas tersebut ada beberapa
varietas yang sangat berkualitas atau unggul dibandingkan dengan varietas lainya,
berupa tahan dan kuat terhadap hama dan penyakit produksi selalu meningkat dan
kandungan minyak yang sangat tinggi. Berikut ini adalah jenis-jenisnya :
Dura
Sawit yang buahnya memiliki cangkang tebal sehingga sering dianggap
bisa memperpendek umur mesin pengolah, tapi biasanya tandan buahnya
besar-besar dan kandungan minyak per tandannya berkisar 18%. Ciri-ciri
dura bisa dilihat seperti: tebal cangkangnya sekitar 2-8mm dan tidak
terdapat lingkaran serabut pada bagian luar cangkang. Daging buah dura
juga cenderung tipis, sementara daging bijinya besar dengan kandungan
minyak rendah. Sawit dura banyak digunakan sebagai induk betina dalam
program pemuliaan.
Pisifera
Buahnya tidak memiliki cangkang, sehingga tidak memiliki inti (kernel)
yang menghasilkan minyak ekonomis dan bunga betinanya steril sehingga
sangat jarang menghasilkan buah. Secara umum, jenis pisifera bisa
dikategorikan dengan ciri-ciri memiliki cangkang yang sangat tipis
(bahkan hampir tidak ada), daging buah lebih tebal jika dibandingkan
dengan sawit jenis dura, daging biji yang sangat tipis, tidak bisa
diperbanyak tanpa menyilangkannya dengan jenis lain, serta tidak dapat
Tenera
Sawit jenis ini merupakan hasil persilangan antara induk dura dan jantan
pisifera. Jenis ini dianggap bibit unggul karena melengkapi kekurangan
masing-masing induk dengan sifat cangkang buah tipis namun bunga
betinanya tetap fertil. Beberapa tenera unggul memiliki persentase daging
per buah mencapai 90% dan kandungan minyak per tandannya bisa
mencapai 28%. Secara singkat, ciri-ciri tenera bisa disimpulkan sebagai
berikut: memiliki tebal cangkang yang cukup tipis, sekitar 0.5 mm 4
mm, terdapat lingkaran serabut di sekeliling tempurung, daging buah yang
sangat tebal, tandan buah lebih banyak, tapi ukuran buahnya cenderung
lebih kecil. Jenis tenera merupakan yang paling banyak ditanam dalam
perkebunan dengan skala besar. Umumnya, sawit tenera menghasilkan
lebih banyak tandan buah.
Buah kelapa sawit adalah penghasil daging kelapa sawit yang biasanya
digunakan sebagai bahan baku minyak goreng. Dalam setiap tandan buah kelapa
sawit biasanya terdapat gerombolan buah-buah sawit yang berjumlah sekitar
1.500 - 2.000 buah dengan kadar kematangan yang berbeda-beda. Tanda buah
yang layak panen ditandai dari warnanya yang berubah menjadi jingga karena
mengandung karoten yang tinggi. Sedangkan warna kulit buah kelapa sawit
cukup beranekaragam tergantung varietasnya seperti hitam, cokelat, ungu, dan
merah. Minyak dihasilkan oleh buah. Kandungan minyak bertambah sesuai
kematangan buah. Setelah melewati fase matang, kandungan asam lemak bebas
(FFA) akan meningkat dan buah akan rontok dengan sendirinya. Buah terdiri dari
tiga lapisan:
embrio merupakan cikal bakal tanaman kelapa sawit baru yang masih
berupa tumbuhan kecil.
II.2 Karakteristik Fisika Kimia dan Standart Mutu Minyak Goreng Kelapa
Sawit.
Trigliserida 95 %
Asam Lemak Bebas 25%
Warna Merah Orange
Kelembapan & Impurities 0,15 3.0 %
Bilangan Peroksida 1 5.0 (meq/kg)
Bilangan Anisidine 2 6 (meq/kg)
Digliserida 26%
Titik Leleh 21 - 24 °C
Keadaan
1. bau - Normal
2. rasa - Normal
3. warna - Putih kuning pucat sampai kuning
Kadar air %b/b 0,01 0,30
Asam lemak bebas
1.Asam Laurat* %b/b Maks 0,30
2. Asam Linoleat %b/b Maks 2,00
3. Asam Palmitat* %b/b Maks 0,30
4. Asam Oleat* %b/b Maks 0,30
Bilangan Asam mg KOH/g Maks 0,60
Bilangan Peroksida mg O2/100 g Maks 1,00
Adapun syarat mutu minyak goreng yang baik terdapat pada tabel berikut
kapasitas dan berat totalnya. Hal ini dimaksudkan supaya kualitas CPO yang
dihasilkan dalam proses nantinya bisa dikontrol dengan baik.
TBS yang telah selesai ditimbang, berikutnya diangkut memakai lori pelat
baja berlubang ke tempat perebusan. Lori ini ditempatkan sedemikian rupa di
bejana sterilizer untuk direbus menggunakan uap air bertekanan 2,2-3,0 kg/cm2.
Proses ini dilakukan selama 90 menit untuk mematikan enzim perusak buah,
mempermudah perompolan buah dari tandan, dan memudahkan pelepasan inti
buah dari cangkang. Hasil dari proses ini ialah kondensat yang memiliki
kandungan minyak kelapa sawit sebanyak 0,5% dan tandan buah rebus. Tahap
berikutnya kondensat dialirkan ke fat pit serta tandan buah dimasukkan ke threser
dengan hoisting crane.
dulu menggunakan sand trap dan vibrating screen untuk berikutnya ditampung di
Crude Oil Tank.
Bahan baku yang digunakan pada PT. Salim Invomas Pratama Tbk
Surabaya untuk memproduksi produk minyaknya menggunakan bahan baku CPO
(Crude Palm Oil), kemudian CPO melalui dua plant yaitu refinery dan
fraksination dan beberapa proses untuk menjadi minyak yang berkualitas
CPO yang masuk sebagai Feed memasuki refinery plant, proses pertama
yaitu degumming. CPO dipanaskan dengan suhu tinggi, lalu CPO tersebut
ditambahkan dengan Phosporic Acid (PA). PA berfungsi sebagai pengikat gum
(getah) larutan tersebut harus terus diaduk agar PA yang ditambahkan kedalam
CPO tercampur sempurna (homogen). Setelah itu CPO memasuki proses kedua
Beaching Earth yaitu proses penambahan BE, proses penambahan BE dilakukan
dalam suhu tinggi. BE berfungsi sebagai pemucat warna pada CPO (semakin
banyak penggunaan BE maka itu menunjukkan kualitas CPO kurang baik). CPO
yang sudah melalui proses tersebut difilter agar BE dan getah yang terdapat pada
CPO hilang sehingga CPO terlihat jernih meski masih berwarna. Hasil CPO yang
sudah melewati proses Degumming dan bleaching Earth adalah Degumming
Bleached Palm Oil (DBPO). DBPO yang dihasilkan dipanaskan dahulu sebelum
memasuki tangki Deodorizer, pada proses ini dibutuhkan suhu yang lebih tinggi
karena warna dan FFA dalam CPO akan memudar dan berkurang dalam suhu
tinggi tertentu, FFA tidak dibiarkan begitu saja namun ditampung ke dalam tangki
tertentu dan menghasilkan PFAD, PFAD ( Palm Fatty Acid Destilate) merupakan
hasil samping dari proses deodorizing yang bisa dijual namun tidak untuk di
konsumsi melainkan sebagai bahan dasar sabun dan kosmetik. Hasil utama dari
proses Deodorizing adalah RBDPO (Refined Bleached Deodorised Palm Oil).
RBDPO ini sebagian dikirim ke Fraksination Plant dan sebagian bisa langsung
dijual untuk produk dengan proses goreng rendam.
Pada Fraksination Plant RBDPO ini melalui dua proses yaitu Cristalizer
dan Filtrasi. Proses pertama yang diawali RBDPO adalah Cristalizer dimana
RBDPO didinginkan hingga membentuk dua fasa yaitu fasa cair (olein) dan fasa
padat (stearin), setelah terbentuk dua fasa tersebut RBDPO memasuki proses
Filtrasi untuk memisahkan fasa cair dan fasa padat. Fasa padat (stearin) akan
tertingal pada mesin filterpress dan fasa cair (olein) terserap pada filterpress dan
mengalir kedalam tangki storage. Dan fasa padat (stearin) akan digunakan sebagai
baku pembuatan margarine dan shortening. Sedangkan fasa cair Olein bisa
langsung dikemas. Untuk pembuatan botol dengan berbagai macam ukuran PT.
SIMP juga memproduksi sendiri. Pembuatan botol ini juga dilakukan di dua plant,
plant pertama untuk pengisan botol Bimoli Spesial dengan bahan baku dari PET
(Poly Ethylen Terepthalat) sedangkan plant ke dua untuk pembuatan botol Bimoli
Klasik. Selain membuat botol pada plant ke dua ini juga bertugas untuk
melakukan pengisian, penutupan, pemberian label, pemberian kode expired, dan
pengemasan dalam karton sampai dengan sealling karton. Selanjutnya minyak
yang telah dikemas, diangkut menuju gudang untuk menunggu giliran dipasarkan.
olein. Bahan-bahan pendukung seperti phosphoric acid, Bleaching earth, dan lain-
lain sebagainya juga di analisa.
Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau hewan
yang dimurnikan, dan berbentuk cair dalam suhu kamar. Minyak goreng berfungsi
sebagai bahan menggoreng bahan makanan, pengantar panas, penambah rasa
gurih, dan penambah nilai kalori dalam bahan pangan.
j) Titik asap
Titik nyala dan titik api, dapat dilakukan apabila minyak
dipanaskan. Merupakan criteria mutu yang penting dalam
hubungannya dengan minyak yang akan digunakan untuk
menggoreng.
k) Titik kekeruhan (turbidity point)
2. Sifat Kimia
a) Hidrolisa
Dalam reaksi hidrolisa, minyak akan diubah menjadi asam
lemak bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisa yang dapat
menyebabkan kerusakan minyak atau lemak terjadi karena
terdapatnya sejumlah air dalam minyak tersebut.
b) Oksidasi
c) Hidrogenasi
Proses hidrogenasi bertujuan untuk menumbuhkan ikatan
rangkap dari rantai karbon asam lemak pada minyak.
d) Esterifikasi
II.5 Kegunaan
CPO yang telah melalui dua plant yaitu refinery plant dan fraksination
plant dan beberapa proses didalamnya menghasilkan RBD-olein, RBD-stearin dan
hasil samping PFAD. Hasil pengolahan CPO tersebut memiliki kegunaan sebagai
berikut :
4. Sebagai pelumas
Minyak kelapa sawit yang merupakan salah satu hasil olahan dari
kelapa sawit juga dapat dimanfaatkan sebagai pelumas. Kebanyakan
pelumas dari minyak kelapa sawit ini digunakan untuk melumasi bagian
luar dari mesin dan juga perangkat lainnya. Bahkan ada beberapa jenis
mesin tidak menggunakan minyak goreng kelapa sawit sebagai bahan
campuran pada oli sampingnya.
Berbagai macam krim dan juga lotion yang biasa kita gunakan
pada kulit kita juga terbuat dari bahan baku utama minyak kelapa sawit,
yang diformulasikan dengan menggunakan berbagai macam bahan berupa
serum dan juga vitamin vitamin yang baik untuk kesehatan kulit kita.
Minyak kelapa sawit juga dapat dibuat menjadi salah satu bahan
baku dalam pembuatan cat tembok, cat mobil, vernis dan juga compound
yang sering kita gunakan untuk melakukan proses pemolesan pada body
mobil.
8. Sebagai Dempul
Minyak kelapa sawit juga merupakan salah satu bahan baku dalam
pembuatan dempul. Dempul sendiri merupakan bentuk pasta yang
berfungsi untuk perbaikan-perbaikan pada patahan tertentu pada bagian
atau permukaan dari besi dan plastik.
Ampas dari buah kelapa sawit, dan juga daun kelapa sawit dapat
diolah dalam bentuk pupuk kompos. Pupuk kompos ini dapat membantu
menyuburkan tanah dan dapat membantu pertumbuhan tanaman menjadi
lebih baik, karena mengandung unsur-unsur hara.
BAB III
PT. Salim Ivomas Pratama Tbk, Surabaya (PT. SIMP) merupakan industri
minyak goreng, margarin, dan shortening yang memiliki produksi cukup besar di
Indonesia, dengan bahan baku dasar CPO (Crude Palm Oil). PT. SIMP telah
memproduksi minyak goreng, margarin, dan shortening dengan berbagai merk
ternama seperti : Bimoli Spesial, Bimoli Klasik, Palmia, Simas, Amanda, dan
Delima.
PT.SIMP cabang Surabaya berdiri pada tahun 1991 dengan nama awal
PT. Intiboga Sejahtera dengan luas tanah ±6,5 Hektar. Perusahaan ini mulai
beroperasi pada bulan Agustus 1993, dan setahun kemudian tepatnya pada tanggal
28 Januari 1994 perusahaan ini diresmikan pertama kali oleh Ir. Tungki
Ariwibowo selaku Menteri Perindustrian dan Perdagangan (Mendagri).
Pada bulan April 1997 PT.Intiboga Sejahtera diakui oleh Indofood Group.
PT. Intiboga Sejahtera berganti nama menjadi PT. Salim Ivomas Pratama Tbk
(PT.SIMP) cabang Surabaya pada tanggal 16 Agustus 2006.
Menjadi perusahaan nomor satu dalam industri minyak goreng dan lemak
nabati ber-merk di Indonesia
Plant ini dapat dikatakan plant yang strategis karena berada di Sea Spote
Zone yaitu Tanjung Perak. Dalam satu hari PT.SIMP dapat mengolah ±2400 ton
bahan baku berupa CPO, selain itu juga memiliki fasilitas yang unggul sehingga
dapat memastikan bahwa kualitas hasil produksinya unggul dan dapat bersaing
dengan produk minyak maupun margarin merk lainnya. Semua produk yang
dihasilkan oleh PT. Salim Ivomas Pratama Tbk berkualitas tinggi dan dijamin
kehalalannya.
III.3 Ketenagakerjaan
Sejak 1 Juli 2017, jumlah pekerja pada PT.Salim Ivomas Pratama cabang
Surabaya sebanyak 828 karyawan, dimana 51 karyawan wanita dan 777 orang
karyawan pria. Pekerja tersebut dibagi menjadi 3 golongan, yaitu manager, staf
dan operator. Sistem kerja PT. SIMP cabang Surabaya terdiri dari shift (continue
24 jam) dan non-shift (continue tidak 24jam).
Dengan jam kerja kelompok shift ada 3 bagian selama 24 jam yaitu shift 1
pukul 07.00-15.00, shift 2 pukul 15.00-23.00, shift 3 pukul 23.00-07.00.
2. Dokter K3
3. Klinik k3
4. Kantin
6. Aula (yang digunakan untuk berbagai acara dan juga olahraga tenis meja)
Struktur organisasi PT. SIMP cabang Surabaya terdiri dari pimpinan tertinggi
yaitu Branch Manager yang bertugas mengambil keputusan dan kebijaksanaan
Tabel III.1 Job Description pada PT. Salim Ivomas Pratama Tbk
Surabaya.
JABATAN TUGAS
Branch Manager (BM) Sebagai pengambil keputusan dan kebijakan
bagi kelangsungan proses operasi
perusahaan dalam ruang lingkup cabang.
P2K3 Memberikan saran dan pertimbangan, baik
diminta maupun tidak, kepada pengusaha
atau pengurus mengenai masalah
keselamatan dan kesehatan kerja.
PPIC Mengontrol dan planning dari kebutuhan
bahan baku sampai dengan jadwal pada
plant.
QC (Quality Control) Bertanggung jawab atas pengendalian mutu
produk berupa minyak, margarin, dan
shortening yang dihasilkan oleh PT. SIMP
agar tetap sesuai dengan standar, baik
sebelum proses, saat diproses, maupun akhir
proses untuk memberikan data yang
dibutuhkan oleh divisi lain sehingga
nantinya akan didapatkan produk dengan
kualitas standar yang telah ditentukan dan
dapat diterima oleh konsumen. QC bersifat
mengontrol seluruh pabrik.
Factory Bertanggung jawab terhadap jalannya
operasional pabrik.
FAD (Finance Accounting Departement) Bertanggung jawab atas keuangan dari
perusahaan.
Personalia dan GA (General Affairs) Bertanggung jawab atas sumber daya
Bila dipandang dari segi keilmuan, K3 adalah suatu ilmu pengetahuan dan
penerapannya dalam upaya mencegah kecelakaan, kebakaran, peledakan,
pencemaran, penyakit akibat kerja, dan lain-lain.
1. Menjamin tenaga kerja atas hak dan keselamatan serta kesehatan dalam
melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan
produktivitas kerja.
Tata papan atau house keeping dikenal dengan istilah program 5S, yaitu
Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, Shitsuke. Program 5S ini merupakan saran menuju
efisiensi produktivitas , kualitas produksi, dan keselamatan kerja.
4. Seiketsu (Rawat) yaitu memelihara barang dengan beratur rapi dan bersih .
BAB IV
SISTEM PROSES
PT. Salim Ivomas Tbk cabang Surabaya memiliki tiga Refinery Plant yang
bekerja secara continue, yaitu Refinery Plant I,II, dan III. Refinery Plant I
dibangun pada tahun 1993, sementara Refinery Plant II dibangun pada tahun 1997
dan Refinery Plant III dibangunpada tahun 2017. Kapsitas Refinery Plant I dan II
memurnikan Crude Palm Oil (CPO) melalui proses degumming, bleaching, dan
deodorizing.
Crude Palm Oil (CPO) merupakan sabut kelapa yang sudah diperas kemudian
diolah dalam berbagai kualitas (spesial, kalsik, industri, tinning, dan KFC). Di
dalam CPO terdapat zat-zat yang tidak diharapkan seperti Free Fatty Acid (FFA),
gums, elemen-elemen yang mudah teroksidasi, seperti tembaga dan besi, serta
adanya kolesterol dan provitamin A (β-Karoten). Kadar FFA yang tinggi akan
menimbulkan rasa serik pada tenggorokan. Adanya gum juga akan menaikkan
viskositas minyak sehingga minyak menjadi lebih kental. Sementara itu, elemen
seperti besi atau tembaga akan membuat minyak mudah teroksidasi. Oleh karena
itu, zat-zat tersebut harus dimurnikan dari CPO agar diperoleh Refined Bleached
and Deodorized Palm Oil (RBDPO). Parameter-parameter yang berpengaruh
penting dalam produk Refinery Plant adalah test kesegaran CPO yang diolah dari
kerusakan oksidasi dan hidrolisa.
Komponen penyusun minyak kelapa sawit terdiri dari trigliserida. Asam lemak
penyusun trigliserida terdiri atas asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh.
Komposisi asam lemak pada Crude Palm Oil (CPO) dapat dilihat pada tabel IV.I.
Phosphoric Acid pertama kali diolah oleh Boyle, di tahun 1694 dengan
melarutkan P4O10 dalam air, setelah ditemukannya unsur Phospor.
Sifat-sifat fisika dan kimia dari Phosphoric Acid adalah sebagai berikut :
97,994 .
Batuan Bentonit atau Bleaching Earth yang dipakai oleh PT.SIMP berasal
dari beberapa produsen Bleaching Earth. Sebelum digunakan bentonit ini harus
diperiksa ke bagian laboratorium QC terlebih dahulu dengan parameter uji bulk
density, moisture, keasaman, pH, dan daya pucat. Daya pucat merupakan
parameter yang paling kritis untuk bahan baku ini karena penggunaan Bleaching
Earth adalah untuk memucatkan warna minyak.
Bleaching Earth adalah sejenis clay yang berasal dari bumi yang kaya
akan mineral dan biasa digunakan dalam proses penyerapan, pemucatan warna,
dan penyaringan. Setelah dipakai, Bleaching Earth harus diprosesuntuk digunakan
kembali atau dibuang sebagai limbah. Bleaching Earth juga mengandung zat besi,
magnesium, kalsium, dan kandungan yang terbesar adalah aluminium dan silika
yang berfungsi sebagai adsorben. Penamaan Bleaching Earth berasal dari
kemampuannya untuk menghilangkan pigmen warna dari minyak dan bahan
kimia lainnya.
A. Degumming
Proses degumming merupakan proses penghilangan gum atau getah
yang terdiri dari fosfatida, protein, residu, karbohidrat, air, dan resin tanpa
mengurangi kandungan asam lemak yang terkandung dalam CPO. Proses
degumming dilakukan dengan menambahkan asam fosfat food grade untuk
mengikat gum atau getah yang terkandung pada CPO.
Proses degumming terjadi pada tangki degumming pada suhu T1 oC, sedangkan
suhu CPO masuk dari tangki penampung CPO adalah T2 T3oC. oleh sebab itu
suhu CPO harus ditingkatkan terlebih dahulu. Peningkatan suhu CPO ini
dilakukan melalui 2 tahap. Tahap pertama adalah peningkatan suhu CPO dengan
menggunakan Heat Exchanger dengan tipe Plate Heat Exchanger dengan media
pemanas RBDPO yang keluar dari economizer. Pada tahap ini, suhu CPO akan
naik dan suhu RBDPO akan turun. Proses ini dilakukan untuk mengoptimalkan
proses. Suhu CPO keluar Heat Exchanger belum mencukupi untuk proses
degumming, sehingga diperlukan pemanas dengan tipe Plate HeatExchanger
dengan menggunakan media pemanas steam hingga mencapai suhu yang di
inginkan, yaitu T4oC. Setelah itu CPO dialirkan menuju pompa mixer dan
Program Teknik Kimia Industri
SMK Negeri 5 Surabaya
Laporan Praktik Kerja Industri
PT. Salim Ivomas Pratama Tbk Surabaya
4. Filtration
Agar minyak yang dihasilkan benar-benar jernih, maka dilakukan
proses filtrasi. Filtrasi adalah proses penyaringan antara DBPO dengan
blotong dan partikel lainnya dimana DBPO akan lolos leaf filter
sedangkan blotong akan tertahan pada leaffilter.
5. Circulation
Proses circulation merupakan proses dimana minyak di kembalikan ke
bleacher tank lalu dikembalikan lagi ke niagara filter hingga DBPO
yang dihasilkan benar-benar jernih.
6. Emptying
Merupakan proses pengeluaran/pengosongan DBPO yang telah di
filter, dengan melalui valve menggunakan bantuan steam untuk
mempercepat proses pengosongan.
7. Full Emptying
Merupakan proses pengosongan keseluruhan DBPO yang ada di dalam
Niagara Filter.
8. Cake Drying
Merupakan proses pengeringan cake (blotong yang menempel pada
filter) agar minyak yang terdapat pada filter leaf dapat dikeluarkan
dengan bantuan steam.
9. Venting
Proses ini bertujuan untuk membuang tekanan di dalam Niagara filter
dengan tekanan luar cake ang keluar tidak bertebaran ke segala arah
karena tekanan dalam Niagara filter yang besar.
10. Discharge
Merupakan proses penurunan blotong yang menempel pada leaf filter
dengan bantuan vibrator yang digerakkan menggunakan udara
bertekanan. Blotong akan ditampung di bak yang kemudian akan
diolah oleh pihak luar khusus pengolahan limbah B3.
C. Deodorizing
Deodorizing merupakan proses untuk menghilangkan rasa, bau,
warna, dan FFAyang terkandung dalam minyak. Proses ini merupakan tahapan
Program Teknik Kimia Industri
SMK Negeri 5 Surabaya
Laporan Praktik Kerja Industri
PT. Salim Ivomas Pratama Tbk Surabaya
terakhir pada proses refinery minyak. Tahapan ini merupakan tahapan yang
penting karena berkaitan dengan rasa, bau, warna dari minyak yang akan
dipoduksi.
DBPO yang telah melewati filtrate tank akan masuk ke dalam bag filter dengan
suhu minyak ToC. Proses deodorizing ini dilakukan pada suhu yang tinggi untuk
menghilangkan zat zat volatile yang menyebabkan bau, rasa, dan warna, serta
FFA yang terkandung dalam minyak. Suhu yang terlalu tinggi pada proses
deodorizing dapat mengakibatkan minyak rusak, oleh sebab itu proses
deodorizing dilakukan pada tekanan vakum. Sebelum masuk kedalam deodorizer,
DBPO harus dinaikkan suhunya terlebih dahulu melalui 3 tahap pemanas.
Pemanasan tahap pertama adalah dengan menggunakan pemanas yang bertipe
Plate Heat Exchanger dengan pemanas steam. Setelah itu, DBPO dialirkan
menuju economizer yang bertipe Shell andTube Heat Exchanger dengan media
pemanas RBDPO keluar deodorizer. Tahap pemanas terakhir adalah
menggunakan pemanas bertipe Shell and Tube Exchanger dengan media pemanas
berupa steam bertekanan tinggi yang dihasilkan dari High Pressure Boiler (HPB).
Keluar dari pemanas ini, suhu DBPO adalah sebesar T5 T6 oC dan dialirkan
menuju ke deodorizer yang dilengkapi dengan tray dan sparging steam. Tray
yang terdapat pada deodorizer bertujuan untuk meningkatkan waktu tinggal
DBPO pada deodorizer sehingga proses deodorizer dapat lebih maksimal.
Sparging steam yang ada pada deodorizer ini bertujuan untuk membuat DBPO
pada tray sehingga komponen komponen volatile dan FFA yang ingin
dihilangkan akan teruapkan. Minyak yang keluar dari deodorizer ini disebut
dengan Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO).
RBDPO yang keluar dari deodorizer ini selanjutnya akan didinginkan sebelum
masuk ke tangki penyimpanan RBDPO atau proses fraksinasi. Pendinginan
RBDPO yang keluar dari deodorizer ini dilakukan dalam beberapa tahap. Tahap
pertama adalah pendinginan di economizer bertipe Shell and Tube Heat
Exchanger dengan media pendingin DBPO. Tahap selanjutnya adalah
pendinginan dengan menggunakan HeatExchanger bertipe Plate Heat Exchanger
Program Teknik Kimia Industri
SMK Negeri 5 Surabaya
Laporan Praktik Kerja Industri
PT. Salim Ivomas Pratama Tbk Surabaya
Manager Produksi
Section Head
Supervisor
Operator Filter
Operator Junior
Setiap divisi memiliki job description yang berbeda beda. Berikut secara garis
besar tugas masing-masing divisi pada fractionation plant :
tangkicrystallizer. Setelah buffer tank terisi penuh oleh RBDPO maka 85-90%
dari volume tangki ini dilairkan ke tangki crystallizer. Tangki crystallizer adalah
tangki yang berfungsi sebagai alat untuk mengkristalkan RBDPO yang akan
dipisahkan antara olein dan stearin. Tangki ini dilengkapi dengan pipa pipa
perpindahan panas dan agitator. Agitator ini berfungsi sebagai pengaduk untuk
meratakan atau pendinginan dan menyeragamkan ukuran kristal yang akan
terbentuk.
IV.4.3. Tahap Kristalisasi
Olein dan stearin yang terbentuk dianalisa oleh bagian laboraturium untuk
diperiksa ketidak jenuhan IV (Iodine Value), MP (Melting Point), CP
(Could Point). Adapun parameter lainnya meliputi Colour, FFA, dan PV
(Peroxide Value). Bila hasil pemeriksaan kurang memen uhi syarat,
baik stearin maupun olein akan diproses ulang. Tetapi apabila pemeriksaan
sudah memenuhi syarat, jenis minyak yang diproduksi maka olein
tersebut ditransfer ke Tank Farm dan dialirkan ke pipa pipa sesuai
jenisnya, misalnya untuk bimoli spesial masuk ke tangki khusus Bimoli
Spesial.
Proses lain yang terdapat dalam proses Filter Press adalah Filtrate
Blowing, dan Core Blowing. Filtrate Blowing adalah proses dimana sisa
sisa minyak yang terdapat sepanjang pipa (Filter Press menuju ke Buffer
Tank Olein) dialiri olehudara untuk meniup sisa sisa minyak yang
terdapat dalam pipa. Sedangkan Core Blowing merupakan proses dimana
sisa kristal RBDPO yang tertinggal pada aliran pipa Inlet menuju ke Filter
Press dialirkan udara yang berlawanan arah dengan aliran, sehingga sisa
kristal yang ada dalam pipa dapat terbawa menuju Cyclone Tank yang
dilengkapi dengan coil pemanas pada bagian bawah. Jika Cyclone Tank
sudah penuh, maka akan otomatis dialirkan menuju Buffer Tank RBDPO
menggunakan Centrifugal Pump untuk diproses ulang. Washing (filter
cloth) juga dilakukan secara bertahap yang bertujuan untuk menghilangkan
Program Teknik Kimia Industri
SMK Negeri 5 Surabaya
Laporan Praktik Kerja Industri
PT. Salim Ivomas Pratama Tbk Surabaya
Terdapat dua alat utama pada tahap ini, yaitu economizer dan
dilanjutkan dengan olein heater. Olein yang telah dimurnikan menggunkan
bag filter dialirkan menuju economizer yang berbentuk PHE. Bag filter
yang berukuran 40 mikron, yang berguna untuk proses penyaringan
kembali olein. Pada alat economizer olein dingin dipanaskan dengan cara
di kontakkan dengan olein panas keluaran olein heater. Setelah proses
pemanasan ini, olein akan disimpan dalam storage tank olein, dan siap
untuk di distribusikan kebagian pengemasan (pouch, bottle, jerrycan,
tinning, dll).
IV.4.6. Spesifikasi Peralatan
1) Pompa
BAB V
organisasinya:
4. PP ( Poly Prophylene)
5. Olein
Selain botol bimoli klasik yang diproduksi sendiri di PET Bottling Plant,
ada juga kemasan-kemasan lain yang didatangkan dari supplier. Kemasan yang
diperoleh dari supplier, antara lain botol bimoli spesial ukuran 250 mL, 620 mL,
1000 mL, 2000 mL, serta can bimoli spesial dan klasik ukiran 5 Liter.
V.2.2 Bahan Baku Pendukung
1. Yellow Pigment
2. Box/Karton
Label yang digunakan untuk memberikan keterangan pada botol dan can
berasal dari supplier. Label ini berisi keterangan merk, nilai gizi, berat bersih, dan
lain-lain.
4. Lem
Lem yang digunakan untuk merekatkan label pada botol dan can diperoleh
dari supplier. Lem ini nantinya dioleskan pada label secara otomatis menggunakan
mesin.
5. Tinta Printing
Tinta berwarna hitam yang digunakan berasal dari supplier. Tinta ini
digunakan untuk mencetak tanggal kadaluarsa dan kode produksi pada kemasan
botol dan label kemasan can.
6. Packing Tape
Pada PET Bottling Plant terdapat 4 mesin utama, yaitu mesin pembuatan
botol kualitas klasik menggunakan mesin ASB, mesin pembuatan cap (tutup),
mesin pembuatan handle, dan mesin serac (untuk filling khusus kemasan botol
spesial).
Dalam plant ini selain pembuatan botol, juga dilakukan pembuatan tutup
botol (cap) dan pembuatan pegangan (handle). Ada 2 jenis tutup botol yang
dibuat, yaitu :
2. Ukuran 30 mm dipakai untuk botol ukuran 620 mL, 1L, dan 2L.
PT. Salim Ivomas Pratama Tbk hanya memproduksi bool untuk kualitas
klasik, sedangkan untuk kemasan botol kualitas spesial, kemasan pouch, kemasan
can, dan label PT. Salim Ivomas Pratama Tbk memperolehnya dari supplier. Plant
ini menghasilkan output dalam kemasan pouch, botol, dan can berukuran 5L.
Berikut tahap pembuatan botol grade klasik dalam PT. SIMP Tbk :
Pengeringan
timbulnya gelembung dan dinding plastik PET menjadi buram (tidak bening) pada
saat berbentuk botol. Media yang dipakai untuk mengeringkan biji PET ini adalah
udara yang dipanaskan dengan electric heater yang dihembuskan dari bawah
tangki dan keluar melalui atas tangki lalu dipanaskan lagi di heater kemudian di
recycle lagi ke tangki. Recycle ini berfungsi untuk menjaga suhu pemanasan stabil
sehingga alat pemanas tidak bekerja terlalu berat.
Biji PET yang sudah mencair tersebut diinjeksikan melalui nozzle menuju
ke block cavity yang berfungsi membentuk preform. Prinsip kerja alat ini adalah
cetakan yang berbentuk silinder sesuai dengan ukurannya. Preform adalah bentuk
awal dari botol yang berupa tabung plastik dengan berbagai ukuran sesuai ukuran
botol yang dibentuk.
Conditioning
Setelah terbentuk preform, maka preform ini diputar atau dipindahkan 90o
kedudukan semula untuk mengalami tahap selanjutnya yaitu tahap conditioning
yang merupakan proses penyempurnaan dan penstabilan preform agar pada saat
Program Teknik Kimia Industri
SMK Negeri 5 Surabaya
Laporan Praktik Kerja Industri
PT. Salim Ivomas Pratama Tbk Surabaya
blowing, botol yang dibentuk tidak bocor dan bentuknya bagus. Pada bagian ini
terdapat dua bagian yaitu bagian atas yang disebut conditioning core yang
berfungsi untuk mengendalikan dan menstabilkan bagian dalam preform, pada
bagian ini dilengkapi dengan thermocontrol dan dialiri dengan air panas.
Sedangkan bagian luar terdapat heating pot berfungsi untuk memanaskan bagian
luar,bagian mana yang paling tebal diberi suhu yang lebih tinggi dari bagian yang
lain.
Blowing
Bahan dasar pembuatan cap (tutup botol) adalah HDPE (High Density
Poly Ethylene) dan LLDPE (Low Linear Density Poly Ethylene). Di PT.SIMP
Tbk Surabaya memproduksi 2 macam cap yaitu cap ukuran 27 mm dan 30 mm.
Berikut merupakan komposisi dari masing-masing pembuatan cap :
Campuran HDPE dan pigmen yang keluar akan berbentuk pasta, yang
kemudian akan diinjeksikan ke mold (cetakan) untuk menghasilkan tutup botol
yang diinginkan. Sekali inject untuk tutup botol sebanyak 16 pcs.
Jika cap yang ada tidak memenuhi syarat, maka akan direject dan tidak
dapat didaur ulang kembali.
a. Kualitas Klasik
Proses filling terdapat beberapa bagian yaitu filling untuk botol, filling
untuk pouch, dan filling untuk jerrycan. Filling untuk botol dilakukan pada 4
mesin ASB untuk 4 ukuran botol (250 mL, 620 mL, 1 Liter, 2 Liter). Botol yang
telah jadi kemudian menuju mesin filling melalui conveyor, yang sebelumnya
telah dilakukan inspeksi untuk mengetahui botol-botol yang reject atau rusak.
Botol yang reject akan dikumpulkan untuk dihancurkan, sedangkan botol yang
tidak reject akan masuk ke dalam mesin filling untuk dilakukan pengisian minyak
goreng. Pengisian minyak dilakukan secara otomatis sesuai volume botol. Botol
yang telah terisi kemudian dilakukan pemasangan tutup botol pada mesin capping.
b. Kualitas Special
ASB. Beda mesin serac dan filling pada line ASB terletak pada bentuk botol, cap,
serta kualitas minyak yang diisikan ke dalam botol.
c. Kemasan Pouch
d. Kemasan Jerrycan
Pengisian pada jerrycan juga dilakukan dengan mesin, namun untuk penutupnya
dipasang secara manual oleh operator. Kemasan can (jerrycan) didapat dari
supplier dengan grade minyak yang diisikan adalah grade klasik dan special yang
diperolah dari tangki penampungan olein. Secara keseluruhan, proses yang terjadi
pada filling untuk can sama dengan proses untuk pengisian botol. Akan tetapi, ada
perbedaan yaitu sebelum can diisi minyak, dilakukan terlebih dahulu proses
labelling.
V.3.5 Tahapan Labelling
9. Pompa
BAB VI
QUALITY CONTROL
Setiap divisi memiliki Job Description yang berbeda beda. Berikut secara
garis besar tugas masing-masing divisi pada bagian QC :
15. QC Senior analys dan Junior : Menganalisa minyak dan margarine baik
sebelum proses, selama proses, maupun end proses untuk memberikan
data data yang diperlukan oleh bagian produksi, tank farm (customer).
16. PET/Handock dan PP/Canning inspector : mengadakan pemeriksaan di
bottling dan canning plant serta memastikan bahwa produk minyak dalam
kemasan botol, jerrycan, dan pouch yang diproduksi telah diperiksa
secara visual, kemasan dan isi sesuai dengan standart yang telah
ditetapkan.
17. Margarine finish product inspector dan helper : memastikan bahwa
produk produk margarin dan shortening kondisi fisiknya memenuhi
standart yang telah ditetapkan sebelum produk produk tersebut
dipasarkan, dengan cara melakukan inspeksi terhadap produk yang telah
melalui masa penympanan. Selain itu meemeriksa produk reture
margarine dan shortening, baik reture dari dalam maupun dari luar
18. Tank Load Inspector : memastikan bahwa truk tangki yang digunakan
sebagai pengangkut minyak goreng benar benar terjaga kebersihannya
sehingga tidak memengaruhi kualitas minyak goreng yang diangkutnya.
Selain itu, untuk pengambilan contoh minyak.
19. Margarine in process inspector : Menjaga standart kualitas dari segi
kemasan, berat, dan kebersihan produk margarin saat produksi
berlangsung.
20. Tinning inspector : Melakukan inspeksi di lapangan saat produksi
berlangsung secara visual untuk jenis kemasan jerigen dan kaleng.
21. QC Line In Process : memastikan pengendalian mutu pada bottling,
tinning, canning, dan margarine plant dapat berjalan dengan baik
22. Incoming Inspector : Memeriksa barang packaging material yang diterima
dari supplier benar benar telah memenuhi standart
23. Helper : Mengambil sampel pada setiap tanki serta membantu kerja analis
agar kerja lebih cepat dan mudah.
Jika sampel dari supplier sudah mendapatkan nilai 30 maka, fase
penerimaannya diturunkan pada inspeksi lemah. Namun, jika pada inspeksi lemah
1 kali supplier ditolak maka akan kembali pada inspeksi normal.
1)Visual
a. Bentuk
Pemeriksaan bentuk dilakukan untuk botol, pouch,
jerrycan, dan kardus. Bentuk dari kemasan ini diperiksa
kesimetriannya, penyok atau tidak, adanya goresan atau tidak, dan
lain sebagainya.
b. Printing
Untuk parameter printing ini, yang diperiksa adalah warna,
gambar, tulisan, serta kode yang tercetak pada kardus. Selain itu,
kode produksi dan tanggal kadaluarsa harus diperiksa.
c. Warna
Pemeriksaan warna pada kemasan botol, pouch, dan
jerrycan yang didatangkan dari supplier perlu diperiksa sesuai
dengan spesifikasi produk.
2)Dimensi
Pemeriksaan ukuran dari kemasan botol, pouch, jerrycan, tutup botol,
label, serta kardus meliputi pengukuran panjang, lebar, tinggi, ataupun diameter
kemasan. Untuk tutup botol, pemeriksaannya meliputi diameter dan tinggi tutup.
3) Berat
Berat dari kemasan botol serta tutupnya, pouch, jerrycan, kardus, dan
packing tape diukur menggunakan timbangan digital, kemudian dicocokkan
dengan spesifikasi produk yang ada.
4) BS (Bursting Strength)
BS merupakan pemeriksaan ketahanan kertas kemasan kardus yang
diterima dari supplier. Pengujian BS ini biasanya dilakukan pada bagian dasar
kardus, karena bagian dasar kardus merupakan bagian yang menahan seluruh isi
produk. Perhitungan pemeriksaan Bursting Strength:
BS = A x F
Keterangan :
Keterangan :
pengukuran ini tidak dilakukan untuk semua kardus, tetapi hanya dilakukan
pengujian terhadap karton sesuai spec R&D. Perhitungan pemeriksaan Flat Crush
Test :
Keterangan :
7) Kebocoran
a. Tes seal kemasan pouch
Seal pada sisi kemasan pouch perlu diperiksa ada tidaknya potensi
kebocoran.
b. Tes spray
Tes spray untuk tes kebocoran saat incoming dan dilakukan untuk
kemasan pouch dalam keadaan kosong. Tes ini dilakukan dengan
cara menyemprotkan cairan ke sisi seal dalam pouch.
c. Tes rembes
Tes rembes dilakukan pada kemasan botol dan jerrycan.
8) Drop Test
Drop Test dilakukan untuk menguji kekuatan botol dan can. Pemeriksaan
ini dilakukan dengan cara botol dan can diisi dengan air atau media lain sebanyak
ukuran botol dan can kemudian dijatuhkan dari ketinggian tertentu. Apabila botol
dan can yang diisi air tidak mengalami kerusakan (pecah dan cap terlepas), maka
botol dan can dinyatakan baik.
9) Capping Test
Capping test dilakukan pada tutup botol dan jerrycan yang dipasang pada
botol dan jerrycan. Tes ini bertujuan untuk memeriksa apakah tutup botol dan
jerrycan dapat menutup dan membuka dengan baik.
In-line inspection dilakukan dengan menempatkan petugas QC di beberapa
bagian proses, misalkan di proses PET Bottling Plant, Canning Plant serta
Handok Plant. Petugas QC ini bertanggung jawab untuk mengambil sampel setiap
waktu tertentu selama proses dan menganalisanya sesuai dengan parameter yang
ditentukan. Parameter-parameter yang diuji oleh bagian inspeksi department QC
baik itu Incoming Inpection maupun in-line inspection, antara lain:
Fractination Plant
RBDPO Crystallizer
(CP, IV)
FFA
PV
IV
Moisture
CP
PV
IV
Tabel 6.1. PV
Pengujian IV
Finished M+I
Product.
β – Carotene
VI.3.1. Colour
Parameter CP
Penyebab
Produk dalam kapal FFA
Reaksi
PV
Hidrolisa
Colour
IV
CP
Program Teknik Kimia Industri
SMK Negeri 5 Surabaya M + VM
Produk
Fisik
Laporan Praktik Kerja Industri
PT. Salim Ivomas Pratama Tbk Surabaya
H2C-O-C-C-R1 H2C-OH
H2C-O-C-R3 H2C-OH
Tujuan dilakukan analisa FFA pada setiap sampel yang diambil yaitu
untuk mengetahui presentase asam lemak bebas yang tidak terikat oleh senyawa
trigliserida yang terdapat dalam minyak.
Salah satu indicator bahwa minyak sudah rusak adalah bila digunakan
akan menyebabkan rasa gatal pada tenggorokan. Semua itu disebabkan Karena
nilai FFA yang tinggi. Oleh karena itu kandungan FFA pada minyak harus sekecil
mungkin, karena minyak merupakan produk makanan. Dengan kandungan FFA
yang kecil diharapkan minyak saat dikonsumsi tidak membahayakan konsumen.
Karena semakin rendah kandungan FFA pada minyak maka semakin baik pula
kualitas minyak tersebut.
Untuk analisa FFA pada minyak ini dilakukan prinsip titrasi asam basa
( asidi-alkalimetri ) minyak terdapat asam lemak didalamnya akan dititrasi dengan
basa (NaOH).
Tahapan untuk menganalisa kadar FFA pada minyak yaitu sebagai berikut :
FFA =
Keterangan :
dengan adanya percikan air dan asap/uap diatas minyak. Apabila itu terjadi
maka minyak tersebut dikatakan produk yang berkualitas jelek (outspec)
2) Metode Kalfiser
4) Metode Oven/Pengeringan
Keterangan :
3) Fosfor
Kandungan fosfor dalam minyak dapat berpengaruh terhadap kadar FFA.
Oleh karena itu kadar fosfor dalam minyak harus diketahui. Semakin tinggi kadar
fosfor mengakibatkan naiknya kadar FFA. Jika FFA tinggi maka kualitas minyak
rendah (karena mudah terhidrolisa). Peningkatan kadar FFA akibat fosfor dapat
terjadi pada minyak walaupun minyak tengah berada pada masa penyimpanan di
storage tank.
Tahap ini dapat dikatakan selesai ketika sampel diencerkan dengan natrium asetat
dan aquades sampai garis batas miniskus.
4) Smoke Point
Smoke Point adalah nilai dimana minyak pertama kali mengeluarkan asap
saat dipanaskan pada suhu tertentu. Analisa ini bertujan untuk menguji kualitas
minyak dengan pengaruh zat zat atau senyawa yang mudah menguap, biasanya
senyawa ini mudah menguap yaitu asam lemak bebas. Smoke Point ini bertujuan
untuk menguji mutu minyak sehingga dapat diketahui batasan suhu maksimal
penggorengan sebelum minyak rusak. Semakin tinggi nilai Smoke Point maka
kualitas minyak semakin baik. Uji ini juga mampu dijadikan parameter apakah
minyak telah terhidrolisa atau belum.
tidak jenuh dapat mengikat oksigen pada ikatan rangkap minyak sehingga
membentuk peroksida yang mengakibatkan minyak menjadi bau tengik.
Untuk mengetahui adanya senyawa peroksida dapat ditentukan dengan metode
iodometri. Sehingga nantinya nilai PV menunjukkan jumlah milligram
ekuivalen peroksida per 1000 gram sampel. Semakin tinggi nilai PV maka
minyak juga akan semakin mudah tengik dan kestabilan minyak akan
menurun serta bersifat karsinogenik.
PV =
Keterangan :
o Reaksi Oksidasi
Oksidasi pada minyak sangat mudah terjadi, hal ini disebabkan karena
adanya kandungan ikatan tak jenuh pada minyak tersebut. Adapun factor yang
dapat mempercepat proses oksidasi, yaitu :
Logam
Adanya logam Fe atau Cu dan beberapa jenis logam lain dalam
minyak dapat menjadikan minyak mengalami oksidasi, dikarenakan logam
tersebut berperan sebagai katalis yang akan mempengaruhi laju reaksi
semakin cepat.
Suhu
Adanya peningkatan suhu atau pemanasan menyebabkan molekul
yang ada di dalam minyak semakin tidak beraturan, yang menyebabkan
nilai entropi menjadi besar, sehingga kemungkinan untuk bertumbukan
dan bereaksi semakin cepat.
Oksigen
Program Teknik Kimia Industri
SMK Negeri 5 Surabaya
Laporan Praktik Kerja Industri
PT. Salim Ivomas Pratama Tbk Surabaya
Pada dasarnya nilai AV tergantung dari nilai PV. Semakin tinggi nilai
PV suatu minyak maka minyak tersebut juga mampu untuk mengalami
oksidasi sekunder semakin besar.
Perhitungan Kadar AV
AV =
Keterangan :
Totox = 2PV + AV
DOBI =
1. Nyalakan komputer dan alat, tekan heater dan tunggu sampai alat
ready (temperature sesuai).
Selain terjadi reaksi hidrolisa dan reaksi oksidasi, ada juga parameter
ketidakjenuhan minyak, yaitu :
Metode yang digunakan pada analisa ini yaitu dengan reagen wijs.
Syarat yang penting dalam analisa ini adalah sampel yang akan dianalisa harus
punya ikatan rangkap. Ikatan rangkap yang ada nantinya akan bereaksi dengan
iodine yang ada pada larutan wijs sehingga ikatan rangkapnya putus. Akan
tetapi, hal mendasar yang perlu diperhatikan dalam analisa ini yaitu larutan
wijs yang ditambahkan harus tepat. Hal ini bertujuan untuk memudahkan
dalam menganalisa seberapa banyak ikatan rangkap yang ada dalam minyak
tersebut. Larutan wijs ini nantinya sebagian akan bereaksi dengan ikatan
rangkap pada minyak, dengan larutan wijs sebanyak akan bereaksi dengan air
dan KI membentuk gas I2. Adanya gas I2 nantinya akan dihitung sebagai
larutan wijs yang lebih atau yang tidak bereaksi dengan ikatan rangkap.
Sehingga jika kita tau larutan wijs awal dan sisa, maka jumlah larutan wijs
yang bereaksi dengan ikatan rangkap akan diadapatkan. Sedangkan untuk gas
I2 yang terbentuk tersebut nantinya akan dititrasi dengan Na2S2O3.
IV =
Keterangan :
N = Normalitas Na2S2O3
BM Iodine = 126,90
1. Warna (Colour)
2. β-Karoten
β-Karoten = 383 x Ab
Keterangan :
3. Impurities
Impurities =
Keterangan :
4. Bleaching Earth
Pengujian Kadar Air
Cara kerja :
Pengujian pH 2% suspensi
Cara kerja :
Pengujian keasaman
Cara kerja :
Perhitungan Keasaman :
Keterangan :
Pengujian daya pucat 2.5 % Bleaching Earth.
b. Proses deodorizing
Pengujian filter time
Cara kerja :
Pengujian Bulk Density.
Cara kerja :
ρ Bulk =
Keterangan :
5. Garam Halus
Pengujian kadar air
Cara kerja :
Impurities (kadar kotoran)
Cara kerja :
Pengujian Ca2+, Mg2+, Cl- dan SO42-
Cara kerja :
a. Pembuatan filtrat
b. Uji Ca2+
Ca2+
Keterangan :
A = Volume EDTA
D = Berat sampel garam Ca2+
c. Uji Mg2+
Perhitungan Uji Mg2+
Mg2+
Keterangan :
A = Volume EDTA untuk uji Ca2+
B = Volume EDTA untuk uji Mg2+
D = Berat sampel garam
d. Uji Cl-
Perhitungan Uji Cl-
Cl-
Keterangan :
e. Uji SO42-
Perhitungan Uji SO42-
SO42-
Keterangan :
Pengujian KIO3
Cara kerja :
Pengujian Fe2O3
Cara kerja :
Pengujian pH
Pengujian PP Alkalinity
CaCO3(ppm) =
Keterangan :
BM CaCO3 = 100
Pengujian Total Alkalinity
CaCO3(ppm) =
Pengujian Chloride
NaCl(ppm) =
KeKeterangan :
BM NaCl = 58.5
Pengujian total hardness
CaCO3(ppm) =
Pengujian Sodium Sulfit
Na2SO3 (ppm) =
Keterangan :
BM Na2SO3 = 126
Pengujian TDS (Total Dissolved Solid) / Konduktivitas.
Pengujian Fe
Program Teknik Kimia Industri
SMK Negeri 5 Surabaya
Laporan Praktik Kerja Industri
PT. Salim Ivomas Pratama Tbk Surabaya
Pengujian Air Dry Loss
Pengujian Ash Content
Pengujian Moisture in the Analysis Sample
Pengujian Volataile Meter
Pengujian Gross Calorific Value
Tekan Determination.
Tekan Determination.
Pengujian Sulfur
Keterangan :
= 13.734
Ada beberapa cara untuk mengukur dan menghitung mikroba yaitu dengan
perhitungan jumlah bakteri hidup (tidak langsung) dan perhitungan jumlah bakteri
keseluruhan (langsung). Perhitungan jumlah bakteri hidup secara tidak langsung
meliputi 2 metode yaitu Total Plate Count (TPC) dan Most Probable Number
(MPN). Sedangkan untuk perhitungan jumlah bakteri secara langsung dapat
dilakukan secara mikroskopis yaitu dengan menghitung jumlah bakteri dalam
satuan isi yang sangat kecil. Alat yang digunakan adalah Petroff-Hauser Chamber
atau Haemocytometer (Buku Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Dasar Universitas
Jendral Soederman).
Pada metode ini, teknik pengenceran merupakan hal yang harus dikuasai
sebelum mikroorganisme ditumbuhkan dalam media. Tujuan dari pengenceran
ini adalah untuk mengurangi jumlah kandungan mkroba dalam sampel
sehingga nantinya dapat diamati dan diketahui jumlahnya secara spesifik
sehingga didapatkan perhitungan yang tepat. Pengenceran memudahkan dalam
perhitungan koloni.
o Standart Perhitungan
Untuk melaporkan suatu hasil analisa mikrobiologi digunakan suatu standart yang
disebut standart plate count (SPC), yang menjelaskan mengenai cara
menghitung koloni pada cawan serta cara memilih data yang ada untuk
menghitung jumlah koloni pada cawan serta cara memilih data yang ada untuk
menghitung jumlah koloni di dalam suatu wadah.
1. Cawan yang dipilih dan dihitung adalah cawan yang mengandung jumlah
koloni antara 30-300.
2. Beberapa koloni yang bergabung menjadi satu merupakan suatu kumpulan
koloni yang besar diman jumlah koloninya diragukan, dapat dihitung
sebagai satu koloni.
3. Suatu deratan atau rantai koloni yang terlihat sebagai suatu garis tebal
dihitung sebagai satu koloni.
Data yang dilaporkan sebagai SPC harus mengikuti peraturan-peraturan
sebagai berikut :
1. Hasil yang dilaporkan hanya terdiri dari dua angka, yaitu angka
pertama di depan koma dan angka kedua dibelakang koma, Jika
angka yang ketiga sama dengan atau lebih besar dari 5, harus
dibulatkan satu angka lebih tinggi pada angka yang kedua
Tabel 6.2. Perhitungan MPN jika hasil yang dilaporkan terdiri dari 2
angka
Keterangan :
4
Hitung pengenceran 10-2
140 32 2 1.4 x 10
karena 32000 : 14000 =2.3
5. Jika digunakan dua cawan petri (duplo) per pengenceran , data yang
diambil harus dari kedua cawan tersebut, tidak boleh diambil salah satu,
meskipun salah satu dan cawan duplo tersebut tidak memenuhi syarat di
antara 30 dan 300.
208 17 0
Rata-rata dari pengenceran 10-2
138 42 2 karena perbandingan antara
1.5 x 104
pengenceran 10-3 dan 10-4
162 43 4
adalah 2.4
BAB VII
UTILITY PLANT
VII.1.1. PLN
Softener unit pada PT Salim Ivomas Pratama mengubah air bahan baku
(raw water) menjadi air siap pakai. Air yang berasal dari PDAM dipompa masuk
ke storage yang selanjutnya dipompa masuk ke dalam overhead tank. Peletakan
overhead tank berada pada ketinggian dengan tujuan untuk menghasilkan tekanan
yang dapat membantu proses distribusi air. Air yang berasal dari overhead
tankakan terbagi menjadi tiga bagian yaitu: keperluan sanitasi, make-up cooling
water, dan proses produksi. Air yang akan di pakai untuk proses produksi akan
sebelumnya melalui beberapa treatment.
Air untuk proses produksi terlebih dahulu dilewatkan pada unit carbon
filter. Unit ini bertujuan untuk menyerap logam, bakteri-bakteri patogen dan
padatan terlarut. Selanjutnya, air yang masih mengandung beberapa komponen
kesadahan dan lainnya seperti Ca2+ , Mg2+, (SiO2)n dan ion lainnya. Penghilangan
kesadahan tersebut menggunakan softener unit yang memiliki prinsip seperti ion
exchanger. Tujuan dihilangkannya kesadahan ini agar tidak terjadi kerak pada
boiler dan alat dapat beroperasi dengan aman. Di dalam softener unit terdapat
resin sebagai penangkap ion-ion tersebut.
Kation Anion
Kation Anion
HCO3-
Ca+ HCO3-
Softener Na+ SO42-
Mg+ SO42-
Cl-
Na+ Cl- Unit
HSiO3-
HSiO3-
hopper dengan swing chute dan untuk menentukan tebal tipisnya batubara yang
akan masuk akan dipasang gueliten door. Didalam boiler terdapat batu tahan api
yang berfungsi sebagai menstabilkan panas bakaran batu bara. Setelah burner
sudah siap maka air dari tangki penyimpanan / feed water tank dipompa
memasuki boiler.
Di dalam power plant terdapat ruang control yang berfungsi untuk
mengontrol tekanan dalam boiler agar tidak melebihi setpoint yang telah
ditetapkan. Jika tekanan akan melebih setpoint maka kecepatan stoker dalam
membawa batu bara akan melambat secara otomatis sehingga panas yang
dihasilkan semakin kecil dan tekanan dalam boiler juga berkurang.
Steam yang telah terbentuk akan masuk kedalam steam header kemudian
dialirkan ke power plantterlebih dahulu selanjutnya akan didistribusikan melalui
header yang ada di power plant ke masing - masing bagian produksi (refinery
plant, fractionation plant, hydrogenation plant, margarine plant, tank farm, dan
plant-plant) lain yang membutuhkan steam untuk mendukung proses produksinya.
Selanjutnya steam yang telah terpakai sebagai hasil perpindahan panas akan
ditampung didalam condensate tank dan akan di recycle lagi sebagai tambahan air
make-up dalam boiler.
Sisa bakaran dari batu bara yang telah terbakar di dalam boiler berupa
bottom ash dan fly ash. Bottom ash merupakan sisa hasil bakaran batu bara yang
memiliki ukuran yang lebih besar dan setelah bottom ash keluar akan langsung
didinginkan dengan air kemudian ditampung didalam hoppersebelum diangkut
dan diproses oleh pihak ketiga. Limbah lain dari sisa pembakaran batu bara
tersebut berupa fly ash yang memiliki ukuran yang lebih kecil mirip seperti debu
akan ditangkap menggunakan grid arrester.Selanjutnya, fly ash dikeluarkan untuk
diangkut bersama dengan bottom ash.
Sisanya gas hasil pembakaran berupa asap akan dikeluarkan melalui
chimney atau cerobong asap. Gas hasil pembakaran batu bara masih mengandung
partikulat. Gas dan partikulat tersebut kemudian dikontakkan dengan air dengan
cara dilewatkan ke wet scrubber untuk mengurangi kadar SOx dan NOx sehingga
Program Teknik Kimia Industri
SMK Negeri 5 Surabaya
Laporan Praktik Kerja Industri
PT. Salim Ivomas Pratama Tbk Surabaya
dapat mengurangi pencemaran udara. Gas buang yang telah turun kandungan SOx
dan NOx sesuai dengan peraturan pemerintah yang telah ditetapkan baru dapat
dibuang ke udara. Sedangkan lumpur yang berisi partikulat fly ash yang tercampur
dalam air tersebut akan dialirkan ke WWT. Kemudian, limbah tersebut akan
ditambahkan koagulan sehingga membentuk flok-flok. Flok-flok tersebut
kemudian dipres sehingga menghasilkan padatan B3. Parameter pengendali gas
hasil buang antara lain opasitas (pekat tidaknya asap), partikulat, SOx dan NOx.
Air yang dialirkan ke dalam boiler masih mengandung koloid dan ion Na.
Oleh karena itu, air dalam boiler harus dikendalikan. Pengendaliannya dengan
pengecekan secara berkala terhadap pH, alkalinitas, Total Hardness, Conductivity
dan silikat. Selain pengecekan yang bertahap, juga ada penambahan bahan kimia
yang mengandung sulfit, fosfat dan caustic soda.Penambahan sulfit bertujuan
untuk mengurangi oksigen, sedangkan penambahan fosfat bertujuan untuk
mengikat dan mengendapkan padatan yang terikut dalam air. Sludge yang berada
di bawah boiler termasuk suspended solid, sehingga harus dilakukan blowdown
secara berkala menggunakan angin.
Bahaya yang dapat terjadi dalam boiler adalah ledakan yang biasanya
disebabkan oleh overpressure.Over pressure dapat terjadi jika pasokan air ke
boiler berhenti dan air yang berada dalam chamber telah habis. Oleh karena itu,
perlu diberikan pengendalian dan perawatan alat / maintenance secara berkala.
permukaan ditakutkan akan terbawa dalam aliran air bersih, sehingga dipasang
scrubber untuk menahan dan menghilangkan lumpur agar tidak terbawa dalam
proses selanjutnya.
Limbah yang keluar dari DAF akan diberikan nutrien secara dosing dari
suatu tangki tertentu. Penambahan nutrien yang mengandung nitrogen dan fosfor
ini bertujuan untuk memberikan nutrisi agar mikroba dalam oxidation ditch dapat
tetap hidup. Setelah penambahan nutrien, limbah akan dialirkan memasuki
oxidation ditch yang menerapkan pola aliran plug flow. Oxidation ditch berguna
untuk mengklarifikasi air yang telah diurai. Dalam oxidation ditch, terdapat
surface aerator dan mikroba pengurai. Limbah yang masuk pertama-tama akan
dikontakkan dengan udara yang mengandung 21% O2. Cara pengontakkan
keduanya menggunakan surface aerator. Limbah yang mengandung senyawa
organik O2 dan nutrien akan dikonsumsi atau diuraikan oleh mikroba aerobik yang
terdapat dalam media lumpur (activated sludge). Reaksi biodegradasi yang terjadi
dalam oxidation ditch adalah sebagai berikut :
Dibuang sebagai
limbah B3 (diberikan Overflow
pada pihak ketiga) Tank
Program Teknik Kimia Industri
SMK Negeri 5 Surabaya
Water Pond
Sisa Sludge
Laporan Praktik Kerja Industri
PT. Salim Ivomas Pratama Tbk Surabaya
Badan sungai
BAB VIII
MAINTENANCE
VIII.1 Maintenance
VIII.2.1 Mechanic
a. Preventive Mechanic
b. Breakdown Mechanic
VIII.2.2 Elecktric
VIII.2.3 Civil/Bulding
VIII.2.4 Workshop
1) Pengelasan
2) Pemotongan
BAB IX
Persyaratan Laboratorium :
1. Suhu
Suhu ruang kalibrasi harus stabil, nilai aktual tidak penting.
Sedikit fluktulasi suhu dapat menyebabkan gangguan pada kebanyakan
timbangan. Pada semua jenis timbangan, perubahan suhu
menyebabkan perubahan pada mekanik timbangan, menghasilkan drift
pada pembacaan dan kadang merubah kepekaan (sensivitas)
timbangan. Fluktulasi suhu tidak lebih dari ±2 atau 30C selama 8 jam.
2. Kelembaban (Humidity)
Nilai aktualnya tidak relatif penting, tapi harus dipastikan
jangan sampai ada kondensasi udara. Fluktulasi kelembaban tidak
lebih dari ± 5 % RH.
3. Aliran Udara
Selain perubahan suhu, aliran udara menyebabkan gangguan
terbesar pada pembacaan timbangan. Besarnya aliran udara yang
significan disebabkan oleh suhu operator yang duduk didepan
timbangan atau tangan yang diletakkan disebelah casing timbangan,
bila hal ini terjadi maka harus ditunggu hingga suhu stabil antar
timbangan, ruangan, dan operator. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa bila perbedaan suhu bisa dikurangi (1-2 0C) antara permukaan
atas timbangan dan bagian bawah, maka aliran udara dapat dikurangi.
4. Getaran
Semua jenis timbangan rentan terhadap getaran dengan tingkat
kecil sampai besar. Sedikit getaran dapat menyebabkan kerusakan pada
pisau penyangga timbangan dan mengkaburkan sistem optik. Filter
elektronik dan pemilihan waktu stabil (biasanya dengan
mikroprosesor) dapat mengurangi efek getaran pada papan baca
(display) timbangan dalam timbangan elektronik. Tapi penggunaan
komponen anti getaran ini tidak cukup efektif untuk mengatasi efek
getaran ini. Cara mengatasi masalah getaran sangat efektif dengan
membuat meja timbang yang kokoh dalam ruangan yang bebas dari
getaran.
5. Tekanan Atmosfer
Tekanan udara dalam ruang timbang akan mengikuti tekanan
lingkungan, oleh karena itu sangat di haruskan untuk membuat ruang
benar-benar rapat. Dalam ruang AC mempunyai tekanan udara lebih
tinggi dari tekanan udara biasa (sekitar 40 pa / 0,3 mmHg), ketika pintu
dibuka ruang akan mengalami kehilangan tekanan yang dapat
mengganggu timbangan. Tekanan yang hilang ini bisa dikurangi
dengan membuat ruang sekat atau mengunci pintu pada saat
menimbang.
6. Meja Timbang
Meja timbang harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai
berikut :
a. Bahan meja terbuat dari salah satu bahan, antara lain marmer,
granite, atau keramik dengan ketebalan minimum 4 mm. Bahan
meje tidak boleh terbuat dari material yang dibuat dengan proses
press (tekanan) seperti kaca/plastik untuk menghindari efek
magnetis (elektro static).
Program Teknik Kimia Industri
SMK Negeri 5 Surabaya
Laporan Praktik Kerja Industri
PT. Salim Ivomas Pratama Tbk Surabaya
3. Perhitungan
1) Perhitungan Kemampuan Pembacaan
a. Hitung standar devisiasi pada masing-masing pembacaan pada
beban mendekati nol, setengah kapasitas timbangan dan
kapasitas maksimum timbangan.
SD = √Ʃ ( x – x )
n-1
b. Setelah itu pilih standar devisiasi dari ketiga pembacaan diatas.
2) Perhitungan Keseragaman Skala
a. Hitung penyimpangan nilai skala terhadap standar.
Ci = Mi – ( ri – zi )
Dimana : Ci = Koreksi skala ke 1
Mi = Nilai massa standar ke 1
ri = Rata-rata dua pembacaan dengan beban ke 1
zi = Rata-rata dua pembacaan titik nol (zero)
b. Pilih koreksi terbesar.
3) Perhitungan Penyimpangan Pada Pinggan
a. Ukur diameter pinggan.
b. Untuk perhitungan :
Tengah = nol (sesuai dengan kemampuan terkecil timbangan)
Depan = pembacaan beban didepan - pembacaan beban ditengah
Belakang = pembacaan beban dibelakang - pembacaan beban
ditengah
Kiri = pembacaan beban dikiri - pembacaan beban ditengah
Kanan = pembacaan beban dikanan - pembacaan beban ditengah
c. Hitung selisih maksimum
Selisih maksimum = nilai beban terbesar nilai beban terkecil
Kapasitas nominal dan toleransi pipet ukur ditunjukkan pada tabel berikut:
5 ±0.02 ±0.04
10 ±0.02 ±0.04
25 ±0.03 ±0.06
50 ±0.05 ±0.10
1 0.008 0.015
2 0.01 0.02
3 0.015 0.03
5 0.015 0.03
15 0.025 0.05
25 0.03 0.06
50 0.05 0.1
Kapasitas nominal dan toleransi labu ukurr ditunjukkan pada tabel berikut:
5 ±0.02 ±0.04
10 ±0.02 ±0.04
25 ±0.03 ±0.06
50 ±0.05 ±0.10
2. Persiapan Kalibrasi
a. Siapkan lembar kerja secara lengkap.
b. Bersihkan buret dari kotoran dan debu.
c. Catat semua identifikasi alat yang akan dikalibrasi serta data kondisi
lingkungan pada lembar kerja.
d. Siapkan aquadest yang suhunya sudah distabilkan.
3. Pelaksanaan Kalibrasi
a. Timbang tempat penampung air.
b. Tentukan tiga titik skala pengujian pipet ukur yang akan dikalibrasi
misalnya untuk buret 5 ml :
Titik ke 1 = 1 ml; Titik ke 2 = 2 ml; Titik ke 3 = 5 ml
c. Periksa suhu aquadest dengan termometer yang mempunyai resolusi ±
0.10C.
d. Tuangkan aquadest kedalam buret yang akan dikalibrasi hingga kira-
kira 1 cm diatas skala nol. Periksa pada bagian jet-aliran dan bagian
Program Teknik Kimia Industri
SMK Negeri 5 Surabaya
Laporan Praktik Kerja Industri
PT. Salim Ivomas Pratama Tbk Surabaya
3. Pelaksanaan Kalibrasi
a. Timbang tempat penampung air.
b. Tentukan tiga titik skala pengujian pipet ukur yang akan dikalibrasi
misalnya untuk dispenser 20 ml :
Titik ke 1 = 10 ml; Titik ke 2 = 15 ml; Titik ke 3 = 20 ml
c. Periksa suhu aquadest dengan termometer yang mempunyai resolusi ±
0.10C.
d. Pompa aquadest dengan dispenser yang akan dikalibrasi kedalam
tempat penampung air.
e. Timbang penampung yang telah berisi air pindahan.
f. Ulangi langkah-langkah tersebut diatas sebanyak 5 kali untuk setiap
titik skala pengujian.
3. Pelaksanaan Kalibrasi
a. Timbang tempat penampung air.
b. Pipet aquadest dengan pipet yang akan dikalibrasi.
c. Keringkan ujung pipet dengan tissue kemudian impitkan meniskusnya.
d. Pindahkan aquadest menyentuh kesisi bagian dalam penampung
sampai habis tanpa menambah ataupun mengurangi laju aliran dan
biarkan selama 3 detik.
e. Timbang penampung yang telah berisi air pindahan.
f. Ulangi langkah-langkah tersebut diatas sebanyak 5 kali.
IX.4.5 Kalibrasi Labu Ukur
1. Peralatan yang digunakan
a. Aquadest
b. Labu ukur yang akan dikalibrasi
c. Kertas tissue/kertas saring
d. Tempat penampung
e. Timbangan elekronik
f. Termometer (resolusi ± 0.10C)
g. Barometer
2. Persiapan Kalibrasi
a. Siapkan lembar kerja secara lengkap.
b. Bersihkan labu ukur dari kotoran dan debu.
c. Catat semua identifikasi alat yang akan dikalibrasi serta data kondisi
lingkungan pada lembar kerja.
d. Siapkan aquadest yang suhunya sudah distabilkan.
3. Pelaksanaan Kalibrasi
a. Timbang berat labu ukur kosong.
b. Periksa suhu aquadest dengan termometer yang mempunyai resolusi ±
0.10C.
2. Pelaksanaan Kalibrasi
a. Tekan tombol ON/OFF. Bila diperlukan tekan tombol MODE untuk
memilih pH.
b. Bilas pH elektrode dengan aquadest.
c. Pilih larutan buffer pH 7.00 dan tuangkan dalam beaer glass.
d. Celupkan pH elektrode pada larutan buffer tersebut dan aduk hingga
homogen.
e. Tekan tombol CAL/MEAS untuk masuk ke mode kalibrasi pH
(annunciator akan menampilkan CAL, display sekunder akan
menampilkan nilai pH larutan buffer standar yang sedang digunakan,
dan display primer menunjukkan nilai pengukuran).
f. Tunggu hingga pembacaan pH stabil (pada display akan muncul
READY) lalu tekan tombol ENTER (pada display primer akan
menampilkan 7.00pH kemudian pada display sekunder akan muncul
4.01pH dan 10.01pH secara bergantian).
g. Bilas pH elektrode dengan aquadest dan celupkan pada larutan buffer
pH 4.01 yang sudah dituang dalam beaker glass.
h. Tunggu hingga pembacaan pH stabil (pada display akan muncul
READY) lalu tekan tombol ENTER (pada display primer akan
menampilkan 4.01pH kemudian pada display sekunder akan muncul
10.01pH).
i. Bilas pH elektrode dengan aquadest dan celupkan pada larutan buffer
pH 10.01 yang sudah dituang dalam beaker glass.
j. Tunggu hingga pembacaan pH stabil (pada display akan muncul
READY) lalu tekan tombol ENTER (pada display primer akan
menampilkan 10.01pH kemudian secara otomatis alat akan kembali ke
mode MEAS, alat siap digunakan).
k. Tekan tombol ON/OFF untuk menonaktifkan alat.
BAB X
PENUTUP
X.1. Kesimpulan
1. Bahan baku utama pembuatan minyak goreng adalah CPO (Crude Palm
Oil) yang didapat dari berbagai tempat, terutama dari Kalimantan dan
Sumatera.
2. Kapasitas produksi CPO yang diolah lebih lanjut menjadi minyak
goreng dan Margarine kurang lebih 2400 ton per hari.
3. Produk produk yang dihasilkan oleh PT. Salim Ivomas Pratama Tbk.
Surabaya secara garis besar dapat dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Produk utama dari PT. Salim Ivomas Pratama Tbk. Surabaya
adalah minyak goreng dengan 2 merk, yaitu Bimoli Spesial dan
Bimoli Klasik.
b. Produk samping yang berupa PFAD (Palm Fatty Acid
Destilate) dan Stearin. PFAD dijual sebagai bahan baku
industri sabun, kosmetik, dan lain lain. Sedangkan Stearin
diolah menjadi Margarin dan Shortening.
4. Refinery plant adalah plant yang mengolah CPO menjadi RBDPO.
Proses-proses yang terjadi pada plant ini adalah :
a. Proses Degumming
b. Proses Bleaching
c. Proses Deodorizing
Daftar Pustaka