PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
SMK Pertanian Pembangunan Negeri (SMK-PPN) Sembawa merupakan
sekolah dibawah koordinasi Kementerian Pertanian. SMK-PPN Sembawa
mempunyai visi mewujudkan lulusan berakhlak mulia, cerdas, terampil, berjiwa
berjiwa usaha, dan peduli lingkungan. Salah satu upaya untuk mewujudkan visi
tersebut adalah memberi kesempatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) bagi siswa
pada semester empat. Kegiatan PKL juga merupakan kegiatan wajib yang harus
diikuti oleh seluruh siswa, baik siswa Agribisnis Tanaman Pangan dan
Hortikultura (ATPH), Agribisnis Tanaman Perkebunan (ATP), Agribisnis Ternak
Unggas (ATU), maupun Agribisnis Pengolahan Hasil Pertanian (APHP).
PTPN VII Unit Bekri merupakan perusahaan yang bergerak di bidang
perkebunan kelapa sawit. PTPN VII Unit Bekri pun memiliki pabrik pengolahan
minyak kelapa sawit. Hal tersebut tentu saja sangat erat kaitannya dengan
kegiatan pembelajaran penulis sebagai siswa APHP yang berhubungan dengan
pengolahan hasil pertanian. Kegiatan PKL ini tentunya merupakan kesempatan
untuk mengaplikasikan segala hal yang telah penulis dapatkan dari pembelajaran
di sekolah ke dunia kerja serta menambah pengetahuan dan keterampilan yang
belum penulis dapatkan di sekolah dari dunia kerja. Berkaitan dengan itu, penulis
pun merasa perlu melaporkan segala bentuk kegiatan PKL yang telah penulis
laksanakan dalam laporan ini.
1
B. Tujuan
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, tujuan
pelaksanaan kegiatan PKL ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui tahapan proses pengolahan CPO.
2. Mengetahui proses pengendalian mutu CPO.
3. Mengetahui hasil analisis usaha pengolahan CPO.
2
I. PELAKSANAAN
B. Jadwal Kegiatan
Tabel 1. Jadwal kegiatan selama PKL di PTPN VII Unit Bekri.
Minggu ke
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Proses pengolahan minyak
1
CPO
Proses pengolahan minyak
2
PKO
3 Pengendalian mutu
4 Pengolahan limbah
5 Managemen pemasaran
6 Pembuatan laporan
3
II. HASIL DAN PEMBAHASAN
4
Nilai kematangan TBS dapat ditentukan dengan nilai fraksi buah yang dapat
dilihat pada Tabel 2 dan tandan buahdan fraksi pada gambar 4.
Fraksi Tingkat
No Jumlah Berondolan yang Lepas Warna Buah
Buah Kematangan
Fraksi 5
Gambar 4. Fraksi Buah
5
Dari Gambar fraksi di atas, yang memiliki tingkat kematangan yang optimal
adalah fraksi 1, 2 dan 3. Tingkat kematangan tersebut dapat menghasilkan hasil
yang berkualitas serta kandungan asam lemak bebas yang dihasilkan dapat
memenuhi standar yang telah ditetapkan.
c. Stasiun Perebusan (Sterilizer)
Proses sterilizer adalah proses perebusan dalam bejana bertekanan, tekanan
yang digunaka saat proses perebusan adalah 2,8 kg/cm². Di PTPN VII Unit Bekri,
terdapat 4 alat perebusan dimana setiap alat perebusan berkapasitas 12 lori. Dalam
sekali perebusan membutuhkan waktu selama 90-105 menit dengan suhu 140-
145°C. Gambar Sterilizer dapat dilihat pada gambar 5.
Gambar 5. Sterilizer
Fungsi dari perebusan adalah untuk memudahkan proses pelepasan
brondolan dari tandan, mengurangi kadar air dalam lemak, melunakkan mesocarp
sehingga memudahkan proses pelumatan dan pengepressan, serta menonaktifkan
enzim-enzim, khususnya enzim lipase yang dapat menyebabkan kenaikan kadar
asam lemak bebas.
d. Stasiun Penebahan (Threshing)
Sebelum ke stasiun penebahan, lori diangkat menggunakan hoisting crane,
lalu dimasukkan ke dalam fruit hopper dan auto feeder. Setelah lori kosong, lori
diturunkan dan dikembalikan ke posisi semula. Fruit hopper berfungsi sebagai
tempat penampungan buah rebus sebelum masuk thresher, sedangkan auto feeder
berfungsi mengatur masuknya buah ke dalam thresher. Di dalam thresher buah
akan diputar dengan kecepatan 21-24 rpm, sehingga buah akan terlepas dari
tandannya. Buah yang terlepas akan jatuh ke bottom conveyor melalui celah-celah
atau kisi-kisi thresher, dan akan didistribusikan ke fruit elevator. Gambar
Thresher dapat dilihat pada gambar 7.
6
Gambar 7. Thresher
e. Stasiun Kempa (Digester dan Press)
Digester merupakan tabung berbentuk silinder yang didalamnya terpasang
pisau-pisau pengaduk yang berfungsi sebagai alat untuk melumatkan daging buah
tanpa menghancurkan bijinya. Buah yang telah membrondol pada proses
penebahan akan diangkut dengan elevator masuk ke dalam digester. Proses
pengadukan berlangsung selama 30 menit dan penginjeksian uap sebesar 1-15
kg/cm² secara langsung melalui dinding mantel. Suhu di dalam digester sebesar
90-95°C. Setelah 30 menit proses pelumatan berjalan, hasil pelumatan tersebut
masuk ke screw press. Gambar digester dapat dilihat pada gambar 8.
Gambar 8. Digester
Berbeda dengan digester, screw press terdiri dari sebuah silinder berlubang
mendatar yang di dalamnya terdapat 2 buah screw yang berputar berlawanan
arah. Tujuannya adalah untuk memisahkan minyak dari serabut dan biji dengan
standar yang tertinggal untuk serabut maksimal 8% dan biji pecah 10%. Proses
pengepresan akan menghasilkan minyak kasar 50% minyak, 42% air dan 8%
kotoran. Gambar Screw press dapat dilihat pada gambar 9.
7
Gambar 9. Screw Press
f. Stasiun Klarifikasi (Pemurnian Minyak)
Minyak yang dihasilkan dari proses pengepresan masih berupa minyak kasar,
sehingga dibutuhkan proses pemurnian dari kotoran-kotoran, seperti padatan,
lumpur dan air. Stasiun pemurnian merupakan suatu rangkaian proses pengolahan
dengan menggunakan peralatan dan mesin sebagai berikut.
1) Tangki Pemisah Pasir (Sand Trap Tank)
Minyak kasar yang diperoleh dari hasil pengepresan di screw press dialirkan
ke sand trap tank melalui oil gutter. Cairan yang dipompa ke dalam sand trap
tank akan berputar, sehingga timbul gaya gravitasi yang menyebabkan pasir turun
dan cairan naik, yang kemudian keluar melalui pipa. Kotoran tersebut akan
dialirkan ke fat pit. Untuk memudahkan pengendapan pasir, cairan minyak kasar
harus cukup panas (temperatur 95-115°C) dengan penginjeksian uap. Gambar
Sand Trap Tank dapat dilihat pada gambar 10.
8
minyak. Kotoran yang mempunyai massa jenis lebih berat akan turun ke bawah
menuju saluran fat pit, sedangkan minyak akan ke atas menuju ke CST.
3) Continous Setling Tank (CST)
CST berfungsi untuk memisahkan minyak dengan sludge dan air melalui
proses pengendapan. Proses pemisahan berdasarkan berat jenis sehingga sludge
dan air berada di bawah, sedangkan minyak di atas. Untuk memudahkan proses
pemisahan kotoran dan pengendapan kotoran, maka temperatur dalam CST
dipertahankan 90-95°C sehingga viskositas minyak akan turun. Minyak
selanjutnya dikirim ke oil tank, sedangkan sludge dikirim ke sludge tank. Gambar
Continous Setling Tank dapat dilihat pada gambar 11.
9
Gambar 13. Oil Purifier
10
g. Stasiun Pengolahan Sludge
1) Sludge Tank
Sludge tank berfungsi menampung sludge yang dialirkan dari continous
settling tank dan memisahkan minyak dari kotoran dengan pemanasan dan
penambahan air panas. Di dalam sludge tank suhu dipertahankan 90-950C dengan
mengalirkan uap panas.
2) Brush Strainer
Brush strainer berfungsi untuk memisahkan dan menyaring kotoran/serabut
halus yang masih terikut dalam sludge. Alat ini terdiri dari tabung silinder
berlubang dengan sikat yang berputar di tengah-tengah silinder yang berguna
untuk membersihkan kotoran halus, sehingga cairan yang telah tersaring keluar
dari bagian bawah. Cairan ini selanjutnya akan dialirkan menuju sand cyclone I.
3) Sand Cyclone I
Sand cyclone I yang berfungsi untuk memisahkan pasir dan padatan yang
terdapat dalam sludge.
4) Buffer Tank
Buffer tank berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara sampai buffer
tank terisi penuh, lalu dialirkan ke sand cyclone II.
h. Sand Cyclone II
Sand cyclone II berfungsi untuk menyaring pasir-pasir halus yang masih
terbawa dengan sludge. Setelah itu cairan dialirkan ke sludge separator.
5) Sludge Separator
Sludge separator adalah alat yang berfungsi untuk memisahkan minyak, air,
dan cairan sludge dengan cara sentrifuge dengan perbedaan berat jenis masing-
masing komponen.
6) Residu Tank dan Reclaimed Oil Tank
Pasir dan sludge yang berasal dari sludge separator dialirkan menuju fat pit,
sedangkan cairan minyak menuju reclaimed oil tank. Minyak dari reclaimed oil
tank selanjutnya dipompa menuju oil tank untuk diproses lagi. Residu tank
berfungsi menampung endapan dan sisa-sisa pengurasan (residu) dari CST, oil
tank, sludge separator dan menampung minyak hasil dari pengutipan dari fat pit.
Minyak yang berasal dari residu tank kemudian dipompa ke reclaimed oil tank.
11
7) Fat Pit
Fat pit berfungsi sebagai tempat penampungan sisa-sisa cairan minyak dan
sludge dari crude oil tank, sludge tank, dan sludge separator, sekaligus sebagai
tempat pengutipan minyak yang terbawa oleh sludge agar dapat menekan
kehilangan minyak. Hasil pengutipan minyak di fat pit akan dipompa ke residu
tank sedangkan cairan bukan minyak (limbah) dialirkan ke kolam-kolam
pendingin untuk diolah.
i. Stasiun Pengolahan Biji (Nutten)
1) Cake Break Conveyor (CBC)
CBC adalah suatu alat yang dilengkapi dengan pisau ulir yang berfungsi
untuk memecah gumpalan-gumpalan serabut dan biji hasil dari proses
pengepresan sebelumnya. Selain itu, CBC juga memiliki fungsi untuk
menguapkan sebagian air yang terkandung dalam biji, sehingga kadar air pada biji
diharapkan turun 10% dari 40% menjadi 30%.
2) Depericarper
Depericarper adalah suatu alat yang berfungsi menghisap bahan yang lebih
ringan, seperti serabut untuk dimasukan ke dalam boiler sebagai bahan bakar. Biji
yang berat jenisnya lebih besar akan jatuh ke bawah dan dihantarkan ke dalam
polishing drum. Kapasitas depericarper adalah 35 ton TBS/jam.
3) Polishing Drum
Fungsi dari polishing drum adalah untuk memisahkan antara sisa serabut yang
masih terikut pada biji, memisahkan biji berukuran normal dengan biji yang tidak
normal dan juga memisahkan kotoran.
4) Nut Silo
Biji yang telah bersih akan dibawa ke nut silo melalui elevator. Nut silo
merupakan alat yang digunakan sebagai tempat penyimpanan dan pemeranan
biji/nutten sebelum dimasukkan ke dalam proses ripple mill. Lama proses
pemeraman yaitu 24–48 jam dengan kadar air sekitar 15%.
5) Ripple Mill
Ripple mill adalah alat penggilingan biji/nutten berupa sekat besi yang
bergerigi. Dengan adanya penggilingan biji tersebut maka akan diperoleh inti
utuh, inti pecah, nut pecah dan cangkang. Untuk memisahkan hasil penggilingan
12
tersebut, dimasukan ke Light Tenera Dust Separator (LTDS) melalui conveyor
dan elevator.
6) LTDS (Light Tennera Dust Separator)
LTDS adalah alat pemisahan antara inti, serabut dan cangkang. Cara kerja
LTDS adalah menghisap cangkang yang masih bercampur dengan kernel,
sedangkan kernel yang lebih berat jatuh ke claybath. Di LTDS terdapat sebuah
alat yang disebut sparating coulumn, cangkang dan inti pada sparating coulumn
akan terpisah karena adanya perbedaan kecepatan apung antara inti, serabut dan
cangkang tersebut. Inti dengan berat jenisnya lebih besar akan turun kebawah
menuju ke kernel silo melalui conveyor, sedangkan cangkang dan inti yang masih
tercampur berada di bagian tengah separating coulumn dan akan keluar melalui
pipa menuju claybath untuk dilakukan pemisahan lagi. Sedangkan cangkang dan
serabut yang berat jenisnya lebih ringan akan dihisap oleh blower menuju boiler
sebagai bahan bakar.
7) Claybath
Inti yang masih bercampur dengan cangkang yang belum dapat dipisah di
separating coulumn, dimasukan ke claybath untuk dilakukan pemisahan kembali.
Claybath adalah alat yang berupa pengaduk yang berputar, yang didalamanya
berisi larutan kaolin. Fungsi dari larutan kaolin tersebut adalah untuk menambah
berat jenis air, sehingga memudahkan proses pemisahan antara inti dan cangkang.
Prinsip kerja claybath yaitu adanya perbedaan masa jenis antara inti dan
cangkang, sehingga inti akan terapung dan dialirkan ke tempat pencucian.
Selanjutnya inti akan dimasukan ke kernel silo untuk dilakukan pengeringan.
Sedangkan cangkang akan mengendap di bawah yang kemudian akan dihisap oleh
pipa untuk ditampung di tempat penampung cangkang.
8) Kernel Silo
Inti/kernel yang dihasilkan dari separating coulumn dan claybath akan
dilakukan pengeringan di kernel silo, sehingga didapat kadar air berkisar 7%.
Waktu yang dibutuhkan untuk pengeringan ini adalah 10-12 jam. Hal ini
bertujuan agar kadar airnya 7%. Jika lebih dari 7%, kernel akan berjamur dan
mempercepat kenaikan asam lemak bebas. Sedangkan jika kurang dari 7% akan
13
mengakibatkan minyak akan susah keluar dari inti. Kernel yang sudah kering akan
dimasukan ke dalam tempat penampungan inti (bagging bin).
9) Kernel Bagging Bin
Kernel bagging bin adalah suatu alat yang berfungsi sebagai tempat
penampungan inti sementara sebelum dilakukan pengiriman ke pabrik pengolahan
inti sawit (PPIS).
14
dari anaerob 4 inilah yang nantinya akan dialirkan ke kebun sebagai pupuk
organik. Pupuk organik ini mengandung unsur nitrogen (N) yang tinggi, sehingga
dapat meningkatkan produksi kelapa sawit tanpa menimbulkan dampak negatif
terhadap lingkungan.
15
Gambar 17. Alat-alat analisis mutu
Adapun analisis yang dilakukan di laboratorium PT Perkebunan Nusantara VII
Unit Bekri adalah sebagai berikut.
a. Analisis Sortasi pada Stasiun Loading Ramp
Sortasi dilakukan untuk mengetahui mutu tandan buah segar yang akan di
olah oleh pabrik. Langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut.
1) Sortasi panen dilakukan di loading ramp terhadap buah yang masuk dari
kebun.
2) Contoh diambil secara acak
3) Tandan buah segar yang diambil secara acak, diamati dan dipisahkan
berdasarkan fraksi.
4) Menghitung jumlah tandan atau fraksi dan menghitung persentasenya
terhadap jumlah tandan total.
5) Lakukan perhitungan dengan rumus berikut.
(1) Nilai Sortasi Panen (NSP)
1 1
NSP= (%fraksi 1+ %fraksi 2+ %fraksi 3) + (3 x %fraksi 4)-(3 x %fraksi 5) -
16
2) Timbang Sampel sebanyak ± 3 gram
3) Tambahkan 10 ml Hexana dan 15 ml Alkohol
4) Tambahkan 3 tetes indikator PP
5) Kemudian tirtasi menggunkan KOH 0,1 N hingga berubah warna menjadi
merah muda konstan
6) Lakukan rumus perhitungan berikut.
(𝑉𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 × 𝑁) × 𝐵𝑀𝐶𝑃𝑂/𝑃𝐾𝑂
𝐴𝐿𝐵 = × 100%
𝑆𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒 (𝑚𝑔)
BM CPO = 256
BM PKO = 200
b. Analisis Kadar Air
Tujuan dari analisis kadar air yaitu untuk mengetahui kadar air yang terdapat
dalam minyak agar tidak melewati norma yang telah ditentukan yaitu 0,10%.
Terdapat dua analisis kadar air, yaitu analisis kadar air inti sawit dan analisis
kadar air kelapa sawit. Prosedur analisis kadar air inti sawit sebagai berikut.
1) Haluskan sampel inti sawit menggunakan mortir/lumpang atau gilingan inti.
2) Timbang dengan teliti ±20 gram sampel yang telah dihaluskan menggunkan
cawan porselen yang telah diketahui beratnya.
3) Masukkan kedalam oven dengan suhu 105ºC selama ± 3 jam.
4) Dinginkan dalam desikator selama ± 15 menit
5) Timbang dengan teliti berat akhir sampel inti kering
6) Lakukan rumus perhitungan berikut
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 𝑖𝑛𝑡𝑖 𝑠𝑎𝑤𝑖𝑡
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 − 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑑𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑜𝑣𝑒𝑛
= × 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑎𝑤𝑎𝑙
17
3) Keringkan sampel ke dalam oven dengan suhu 105ºC selama ± 3 jam.
4) Dinginkan dalam desikator selama 15 menit.
5) Timbang ulang dengan teliti setiap 30 menit sampel, hingga selisih berat
antara berat timbangan yang berurutan tidak lebih dari 0,05%
6) Buat pengamatan secara duplot.
7) Lakukan rumus perhitungan berikut.
Berat sampel awal − Berat sampel akhir
Kadar air Minyak = × 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑎𝑤𝑎𝑙
d. Analisis Kadar Kotoran
Tujuan analisis kadar kotoran adalah untuk menilai kadar kotoran dalam
sampel yaitu berupa zat yang tidak larut dalam pelarut organik yang telah
ditentukan. Terdapat dua analisis kadar kotoran yakni kadar kotoran minyak sawit
dan kadar kotoran inti. Prosedur analisis kadar kotoran minyak sawit sebagai
berikut.
1) Kertas Whatman dikeringkan dalam oven selama ± 30 menit, kemudian
didinginkan dan ditimbang.
2) Sampel ditimbang sebanyak ± 10 gram dalam beaker glass.
3) Kemudian sampel dilarutkan dengan 50 ml Hexana dan saring dengan kertas
whatman.
4) Cuci beaker glass dengan hexana berulang-ulang hingga jernih.
5) Setelah disaring masukan kertas whatman kedalam oven selama ± 60 menit
pada suhu 105ºC.
6) Timbang kembali kertas whatman yang berisi kotoran.
7) Lakukan rumus perhitungan berikut untuk menghitung kadar kotoran minyak
(KKM).
(𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑎𝑟𝑖𝑛𝑔+𝑘𝑜𝑡𝑜𝑟𝑎𝑛)−𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑎𝑟𝑖𝑛𝑔
𝐾𝐾𝑀 = × 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
Sementara itu, berikut ini merupakan prosedur yang harus dilakukan untuk
menganalisis kadar kotoran inti sawit
1) Timbang inti sawit ± 500 gram
2) Kelompokkan sampel berdasarkan hal-hal berikut.
(a) Inti utuh
(b) Inti pecah
18
(c) Nut utuh
(d) Nut Pecah
(e) Cangkang
3) Timbang masing-masing kelompok. Hasil timbangan yang digunakan untuk
menetapkan kadar kotoran inti dan kadar inti pecah.
4) Kotoran inti yaitu Nut utuh, nut pecah serta cangkang.
5) Lakukan rumus perhitungan berikut.
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐾𝑜𝑡𝑜𝑟𝑎𝑛
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟𝑘𝑜𝑡𝑜𝑟𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑡𝑖 = × 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐼𝑛𝑡𝑖 𝑝𝑒𝑐𝑎ℎ
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑖𝑛𝑡𝑖 𝑝𝑒𝑐𝑎ℎ = × 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
e. Analisis Kadar Minyak
Analisis kadar minyak dilakukan untuk menilai kandungan minyak yang
masih terkandung di dalam sampel. Prosedur analisis kadar minyak sebagai
berikut.
1) Timbang sampel seberat ± 5 gram.
2) Keringkan sampel dalam oven dengan suhu 105º selama 3 jam, hingga air
dalam sampel menguap.
3) Timbang labu didih (kolf) soxhlet kosong.
4) Masukan sampel yang telah dikeringkan ke dalam thimble ekstraktor soxhlet.
Tambahkan hexana hingga thimble berisi sampel terendam dan klof terisi
secukupnya.
5) Ekstrasikan sampel selama ± 6 jam.
6) Larutan minyak dan hexana dalam labu di destilasi hingga diperoleh
minyaknya saja.
7) Keringkan minyak hasil destilasi dalam oven bersuhu 105ºC selama 30 menit.
8) Dinginkan dalam desikator selama 15 menit.
9) Timbang dengan teliti berat residu.
10) Lakukan rumus perhitungan kadar minyak terhadap sampel (KMS) dan kadar
minyak terhadap zat kering (KMZT) berikut.
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 (𝐿𝑎𝑏𝑢 + 𝑅𝑒𝑠𝑖𝑑𝑢 − 𝑙𝑎𝑏𝑢 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔)
𝐾𝑀𝑆 = 𝑥 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 (𝐿𝑎𝑏𝑢 + 𝑅𝑒𝑠𝑖𝑑𝑢 − 𝑙𝑎𝑏𝑢 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔)
𝐾𝑀𝑍𝑇 = 𝑥100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑧𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
19
B. Analisis Usaha
Berikut adalah analisis usaha pabrik pengolahan kelapa sawit skala 150 ton
TBS dalam sekali pengolahan (1 hari), dengan rendemen minyak CPO 24% dan
rendemen Inti 4%.
Tabel 3. Analisis Usaha per 1 Januari 2018
Harga(Rp)/Sat
Uraian Jumlah Total (Rp)
uan
1. Biaya (Input)
a. Biaya Tidak Tetap
1) TBS (Tandan Buah
150.000 kg Rp 1.600 Rp 240.000.000
Sawit)
2) Air 225.000 liter Rp 15 Rp 3.375.000
3) Bahan Kimia (Kaulin) 142 kg Rp 2.600 Rp 369.200
4) Biaya Angkutan 5 Truk Rp 55.000 Rp 275.000
5) Biaya Bahan Bakar
500 liter Rp 5.160 Rp 2.580.000
(Solar)
Jumlah Rp 186.599.200
b. Biaya Tetap
1) St. Penerimaan Buah 1 unit Rp 27.000 Rp 27.000
2) St. Sterilizer 1 unit Rp 269.000 Rp 269.000
3) St. Thresher 1 unit Rp 423.000 Rp 423.000
4) St. Digester 1 unit Rp 615.000 Rp 615.000
5) St. Kempa (Press) 1 unit Rp 238.000 Rp 238.000
6) St. Pemurnian Minyak
- Sand Trap Tank 1 unit Rp 900.000 Rp 900.000
- Vibriting Screen 1 unit Rp 940.000 Rp 940.000
- Crude Oil Tank 1 unit Rp 823.000 Rp 823.000
- Continous Setling
1 unit Rp 1.300.000 Rp 1.300.000
Tank
- Oil Tank 1 unit Rp 1.600.000 Rp 1.600.000
- Oil Purifier 1 unit Rp 830.000 Rp 830.000
- Vacum Drayer 1 unit Rp 360.000 Rp 360.000
- Float Tank 1 unit RP 433.000 Rp 433.000
Storage
- Tank 1 unit Rp 1.400.000 Rp 1.400.000
- Sludge Tank 1 unit Rp 600.000 Rp 600.000
- Brush Stainer 1 unit Rp 520.000 Rp 520.000
- Sand Cyclone I 1 unit Rp 250.000 Rp 250.000
- Buffer Tank 1 unit Rp 750.000 Rp 750.000
- Sand Cyclone II 1 unit Rp 250.000 Rp 250.000
- Sludge Seperator 1 unit Rp 750.000 Rp 750.000
20
- Redaimed Oil Tank 1 unit Rp 800.000 Rp 800.000
- Fat Fit 1 unit Rp 150.000 Rp 150.000
7) St. Pengolahan Biji
- Cake Break
1 unit Rp 500.000 Rp 500.000
Conveyor
- Depricarper 1 unit Rp 83.000 Rp 83.000
- Polishing Drum 1 unit Rp 461.000 Rp 461.000
- Nut Silo 1 unit Rp 807.000 Rp 807.000
- Ripple Mill 1 unit Rp 45.000 Rp 120.000
- LTDS 1 unit Rp 88.000 Rp 880.000
- Claybath 1 unit Rp 1.030.000 Rp 1.030.000
- Karnel Silo 1 unit Rp 1.230.000 Rp 1.230.000
- Karnel Bagging Bin 1 unit Rp 92.000 Rp 92.000
8) Tenaga Kerja
- Mandor 1 org Rp 230.00 Rp 230.000
- Opr Penerimaan
4 org Rp 153.00 Rp 612.000
Buah
- Opr Sterilizer 4 org Rp 153.000 Rp 612.000
- Opr Press 2 org Rp 153.000 Rp 306.000
- Karyawan Umum 20 org Rp 115.000 Rp 2.300.000
- Keamanan 2 org Rp 76.000 Rp 152.000
Jumlah Rp 23.643.000
c. Total Biaya
Jumlah Rp 210.242.270
2. Pemasukan (Output)
a. Penerimaan
1) Minyak CPO 36.000 kg Rp 9.000 Rp 324.000.000
2) Inti Sawit 6.000 kg Rp 4.600 Rp 27.600.000
Jumlah Rp 351.600.000
b. Pendapatan
Penerimaan - Total Biaya
Rp 141.357.800
Rp. 351.600.000 - Rp. 210.242.200
O/I RATIO
𝑂𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡
O/i ratio = 𝐼𝑛𝑝𝑢𝑡
𝑅𝑝. 351.600.000
= 𝑅𝑝. 210.242.270
= 1,67
Jadi, apabila pengeluaran Rp 1 akan menghasilkan keuntungan Rp1,67.
21
C. Kerja Pengalaman Lainnya
Produksi pabrik pengolahan kelapa sawit (PPKS), menghasilkan minyak CPO
dan juga inti sawit. Inti sawit tersebut akan diproses lagi sehingga dapat
menghasilkan minyak palm kernel oil (PKO). Alat-alat yang digunakan dalam
proses pengolahan inti sawit adalah sebagai berikut.
1. Kernel Bagging Bin
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, kernel bagging bin adalah
tempat penampungan sementara inti sawit sebelum dilakukan pengiriman ke
pabrik pengolahan inti sawit.
2. Penimbangan
Penimbangan dilakukan dengan tujuan mengetahui berat inti sawit yang akan
diolah untuk perhitungan produksi. Timbangan yang digunakan adalah jembatan
weigh bridge indicator.
3. Kernel Konveyor
Kernel konveyor adalah alat yang berfungsi untuk membawa bahan baku inti
sawit masuk ke kernel elevator.
4. Kernel Elevator
Fungsi kernel elevator yaitu untuk menaikkan bahan baku inti sawit masuk ke
kernel top conveyor.
5. Kernel Top Konveyor dan hopper inti
Kernel top konveyor adalah alat yang berfungsi untuk memasukkan bahan
baku inti sawit ke Hopper inti. Apabila bahan baku inti sawit yang akan diolah
berkapasitas sedikit, maka bahan baku langsung dibawa ke hopper press inti.
Sedangkan jika bahan baku inti sawit memiliki kapasitas yang banyak, maka akan
ditampung dahulu di hopper inti sebelum masuk ke hopper press inti.
6. Hopper Press Inti
Hopper Press Inti ini berfungsi sebagai penampung inti bahan baku sementara
sebelum dipress.
7. Press Inti
Press Inti adalah alat kempa inti yang akan mengepres inti sawit sehingga
menghasilkan Crude Oil dan bungkil inti. Crude oil akan dialirkan ke crude oil
22
tank, sedangkan bungkil inti dibawa ke press bungkil untuk dilakukan
pengepressan kembali.
8. Hopper Press Bungkil dan Press Bungkil
Hopper Press Inti ini berfungsi sebagai penampung bungkil hasil press inti
sebelum masuk ke press bungkil . Press Bungkil adalah alat kempa bungkil yang
akan mengepress kembali bungkil, sehingga akan didapat crude oil yang masih
terkandung dalam bungkil. Crude oil tersebut selanjutnya akan dialirkan ke crude
oil tank, sedangkan bungkil akan dibawa ke cake bin.
9. Cake Bin
Cake bin adalah suatu alat yang berfungsi sebagai tempat penampungan
bungkil sebelum dilakukan pengarungan dan di kirim ke gudang bungkil untuk
selanjutnya dilakukan penjualan.
10. Crude Oil Tank
Crude oil tank berfungsi sebagai tempat penampungan crude oil semantara
hingga kapasitas crude oil tank sudah memenuhi standar, lalu crude oil akan
dipompa menggunakan crude oil pump menuju filter untuk dilakukan
penyaringan.
11. Filter
Filter adalah alat penyaring minyak kotor sehingga dihasilkan minyak
produksi yang murni dan bersih.
12. Clean Oil Tank
Clean Oil Tank berfungsi sebagai tempat penampungan minyak murni
sementara sebelum dikirim ke Storage Tank.
23
D. Integrasi Partisipasi Masyarakat
Integrasi Partisipasi Masyarakat (IPM) merupakan kegiatan yang bertujuan
untuk mendidik siswa untuk beradaptasi dan bersosialisasi dengan masyarakat
ditempat melaksanakan praktik kerja lapangan (PKL). Kegiatan integrasi
partisipasi masyarakat (IPM) yang dilakukan selama praktik kerja lapangan di PT
Perkebunan Nusantara VII Unit Bekri adalah sebagai berikut.
1. Mengikuti kegiatan keagamaan berupa Sholat berjamaah di masjid dan
yasinan setiap malam Jumat.
2. Mengikuti permainan volly setiap sore bersama masyarakat sekitar.
3. Mengikuti kegiatan gotong-royong di sekitar perumahan setiap bulan.
4. Mengikuti kegiatan pembersihan di sekitar laboratorium.
24
A. PENUTUP
A. Kesimpulan
Melalui kegiatan praktik kerja lapangan (PKL), penulis dapat menyimpulkan
sebagai berikut.
1. Proses pengolah CPO di PTPN VII Unit Bekri harus melewati tujuh
setasiun, yaitu stasiun penerimaan buah, stasiun perebusan, stasiun
penebahan, stasiun kempa klarifikasi , stasiun pengolahan sudge, hingga
stasiun pengolahan biji.
2. Kegiatan pengendalian mutu CPO dilakukan dengan berbagai uji yaitu: uji
Asam Lemak Bebas (ALB), Kadar Air, Kadar Kotoran.
3. Analisis usaha pengolahan dengan O/I RATIO menghasilkan nilai 1.67 yang
berarti apabila pengeluaran Rp1 akan menghasilkan keuntungan Rp 1,62.
B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan untuk pelaksanaan PKL
selanjutnya yaitu sebagai berikut.
1. Adik tingkat yang berminat melaksanakan PKL di lokasi serupa, sebaiknya
mempersiapkan diri lebih baik.
2. Pihak sekolah sebaiknya lebih mengefektifkan kegiatan persiapan
(pembekalan) sebelum PKL, sesuai dengan komoditas masing-masing
(pengolahan the, pengolahan sawit dan pengolahan karet).
25
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2012. Profil Unit Usaha Bekri. Lamteng. PTPN VII (Persero) UU
Bekri. 18 halaman.
Syaifulloh, 2016. Proses Pengolahan dan Analisis Mutu Minyak Kelapa Sawit di
PT Perkebunan Nusantara VII Unit Bekri Lampung Tengah. Penerbit
PTPN VII. 18 halaman.
26
Blanko Konsultasi Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL)
Tingkat XI Agribisnis Pengolahan Hasil Pertanian (APHP)
Pembimbing I : Estri Rahajeng, S.TP.M.Sc.
Pembimbing II : Eva Rolianti, M.Pd.
No Hari/Tanggal Materi Pembahasan Paraf
1
27