PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
1. Tujuan Instruksional
a. Meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan mahasiswa melalui
latihan kerja dan aplikasi ilmu yang telah diperoleh sesuai dengan bidang
keahliannya.
b. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mengidentifikasi,
merumuskan dan memecahkan permasalahan sesuai dengan bidang
keahliannya di lapangan secara sistematis dan interdisiplin.
2. Tujuan Institusional
Tujuan institusional dalam program Praktik Lapangan ini adalah untuk
memperkenalkan dan mendekatkan IPB, khususnya Departemen Teknologi
Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian IPB kepada agroindustri
serta memberikan sumbangsih berupa solusi nyata yang dapat diterapkan
pada industri terkait dalam meningkatkan IPTEK di lingkungan intra-kampus
maupun ekstra-kampus.
Adapun tujuan khusus dari kegiatan Praktik Lapangan adalah sebagai
berikut:
a. Mengidentifikasi penerapan proses produksi terkait tahapan proses
operasi, kebutuhan inventori, kebutuhan bahan baku, dan warehousing
yang berlaku di PT. Kraft Ultrajaya Indonesia.
b. Mengetahui manajemen dan permasalahan pada penerapan lean
manufacturing yang dilakukan oleh PT. Kraft Ultrajaya Indonesia.
c. Menganalisis efisiensi proses produksi dan identifikasi seven waste
selama proses produksi dengan pendekatan lean manufacturing.
d. Mengevaluasi terhadap kinerja current state Value Stream Mapping
dengan menggambarkan usulan future state guna memperbaiki sistem
produksi di PT. Kraft Ultrajaya Indonesia.
Metodologi
Kraft Foods dinamakan sesuai dengan nama pendirinya, James Kraft, pada
tahun 1903. Pada tahun 1988, Altria Group (saat itu masih bernama Philip Morris)
mengakuisisi Kraft senilai 12.9 milliar USD. Pada tahun 1988 Altria Group
mengakuisisi produsen biscuit Nabisco dan menggabungkannya dengan Kraft.
Selanjutnya pada Juli 2007, Kraft mengakuisi divisi biscuit milik Danone di
seluruh dunia. Hal tersebut kemudian menjadikan Kraft sebagai produsen biskuit
terbesar di dunia.
Sejak tahun 2012, Kraft Foods berganti nama menjadi Mondelz
International. Mondelz International merupakan perusahaan multinasional milik
Amerika untuk confectionary, food and beverage. Kraft Foods Group saat ini
difokuskan untuk bahan pangan sehari-hari (groceries) bagi pangsa pasar
Amerika Utara. Sedangkan Mondelz dikhususkan untuk makanan ringan (snacks
and confection) yang diperjualbelikan secara internasional. Nama Mondelz
memiliki arti gabungan kata world dan delicious dalam Bahasa Latin.
Mondelz International berpusat di Chicago, tepatnya di Deerfield, Illnois.
Mondelz International terkenal dengan produk andalannya seperti Oreo, Chips
Ahoy!, TUC, Belvita, Cadbury, Toblerone, dan Milka. Beberapa pabrik milik
Mondelz International tersebar di Indonesia, salah satunya PT. Kraft Ultrajaya
Indonesia yang terletak di Bandung, Jawa Barat.
1. Visi Perusahaan
Bring Happiness to All Family
2. Misi Perusahaan
Be competitive in safety, quality, cost, and delivery, sustainability, and
People Enhance quality of live through Knowledge, Mind, and Heart. Best in
Class cheese plant and as a learning centre in Asia Pasific
3. Nilai Perusahaan
Terdapat tujuh nilai yang diaplikasikan oleh Mondelz International
sebagai dasar acuan kerja. Nilai-nilai tersebut antara lain:
Inspire Trust
Act like Owners
Keep it Smile
Be Open & Inclusive
Tell like it is
Disscuss, Decide, Deliver
Lead From The Head & The Heart
Mondelz International adalah perusahaan yang besar. Namun Mondelz
percaya bahwa terdapat sesuatu yang unik bagi mereka, yaitu kekuatan dari besar
dan kecil, The power of big and small. To really make it big, you got to keep it
small.
5
Logo Perusahaan
Berikut adalah logo yang digunakan oleh PT. Kraft Ultrajaya Indonesia:
PT. Kraft Ultrajaya Indonesia berlokasi di Jalan Raya Cimareme No. 131
Padalarang 40552. Head office dari PT. Kraft Ultrajaya berlokasi di lantai 12
Gedung Graha Inti Fauzi, tepatnya di Jalan Warung Buncit Jakarta Selatan,
12510. Beberapa komponen perusahaan, termasuk tim procurement dari
Mondelz International untuk Indonesia terpusat di head office tersebut. Sebagian
besar lahan pada area pabrik keju Kraft adalah milik PT. Ultrajaya Milk Industry.
Tata letak PT. Kraft Ultrajaya Indonesia dibagi atas dua bangunan yang
signifikan. Di bagian depan terdapat office yang merupakan lokasi kerja bagi
sebagian besar staff dari perusahaan tersebut. Di area kantor terdapat beberapa
ruang meeting, cubicle, microbiologist lab, pantry, dan leisure area. Pabrik keju
Kraft terletak dibagian belakang plant area. Terdapat beberapa ruangan yang
saling terintegrasi dengan sistem produksi keju kraft itu sendiri. Ruangan tersebut
antara lain adalah gudang bahan baku, ingredient area, curd transit area, process,
filling, cooling tunnel, packing area, dan gudang bahan jadi. Di luar area pabrik,
terdapat gudang eksternal yang disediakan oleh PT. Panjunan yang terletak di
daerah Cilember dan Jalan Soekarno Hatta Bandung. Di area pabrik terdapat pula
manufacturing office, quality office, grading room, MBD office, workshop, dan
beberapa ruang meeting. Lokasi kantor untuk beberapa departemen dilakukan di
dalam pabrik, sebagai upaya memaksimalkan kinerja. Selain area yang berkaitan
dengan proses produksi, terdapat pula ruangan penunjang lainnya seperti kantin,
klinik, ruang loker, dan breakout room. Sebagai upaya pengimplementasian Good
Manufacturing Practice, PT. Kraft Ultrajaya mengalokasikan sebuah ruangan
wajib GMP sebelum memasuki pabrik. Semua yang akan memasuki pabrik
diwajibkan menggunakan atribut khusus seperti jas lab, sepatu GMP, hairnet, dan
masker. Pengunjung dan karyawan yang akan memasuki pabrik harus mencuci
tangan, dan merendam alas kaki dalam foot bath yang berisi chlorine sebelum
memasuki area produksi. Diluar area pabrik, terdapat satu komponen penting
lainnya dalam industry, yaitu pengolahan limbah cair. Sistem pengolahan limbah
PT. Kraft Ultrajaya terintegrasi dengan PT. Ultrajaya Milk Industry. Pengolahan
air limbah ini merupakan sebuah kolam yang besar yang didesain sedemikian rupa
agar air yang dibuang ke area pemukiman tidak berbau atau pun berbahaya bagi
masyarakat.
6
Kebijakan Perusahaan
Jam kerja bagi staff PT. Kraft Ultrajaya Indonesia adalah 9 jam, dimulai
dari pukul 8.00 hingga 17.00. Untuk karyawan non-staff terdapat kebijakan 2 shift
atau 3 shift, bergantung dengan kebutuhan. Jam kerja dimulai pukul 06.00 18.00
untuk shift 1 dan, 18.00 hingga 06.00 untuk shift 2. Apabila diterapkan 3 shift,
jam kerja terbagi menjadi tiga bagian, yaitu pukul 06.00-14.00, 14.00-22.00, dan
22.00-06.00. Terdapat team support di bagian ingredients dan maintenance
dimana terdapat pembagian kerja yang berbeda dengan tim produksi. Untuk tim
gudang bahan baku, tidak berlaku sistem 2 shift. Jam kerja yang diberlakukan
untuk tim gudang hanya 1 shift atau 12 jam.
Produk Perusahaan
Indonesia untuk pangsa pasar Indonesia, sedangkan Slice Eden diproduksi untuk
didistribusikan di Filipina.
Bagi pangsa pasar Indonesia, produk didesain sedemikian rupa untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat dari berbagai kalangan dengan beragam selera.
Produk Kraft yang paling sering dijumpai untuk kebutuhan rumah tangga antara
lain Kraft Cheddar 175 gram, Kraft Cheddar Midi 75 gram, Kraft Cheddar Mini
35 gram, Kraft Cheese Quickmelt, Kraft Singles Reguler 5, Kraft Singles Reguler
10, Kraft Singles Light dan Kraft Singles BBQ. PT Kraft Ultrajaya Indonesia juga
memproduksi keju untuk kebutuhan besar seperti Kraft Cheddar 2kg, Kraft Filling
Cheese 2kg dan Cheddar Kraft Martabak 2kg sebagai penghargaan kepada
pedagang martabak atas kesetiaannya menggunakan produk Kraft. Produk lainnya
diproduksi untuk memenuhi permintaan pabrik pangan seperti Kraft Spreadable
Cheese 5kg, Food Service SGL, Kraft Kartikasari 2kg.
ASPEK PRODUKSI
3. Proses Produksi
Semua bahan baku dicampurkan pada ketel untuk kemudian dialirkan ke
ruang filling melalui pipa. Pada ruang proses, terdapat 6 ketel yang terdiri
atas empat ketel kecil dan dua ketel besar. Ketel besar dialokasikan pada line
4 line 6. Ketel besar memiliki kapasitas 1200 liter sedangkan ketel kecil
memiliki kapasitas 200 liter. Setelah melalui proses pemasakkan, keju
dimasukkan kedalam kemasan primer untuk dicetak. Hampir semua lini
menggunakan mesin pada proses pengisian kejunya, terkecuali line 2 dan line
4. Kedua lini produksi tersebut masih menggunakan tenaga manusia dari
mulai penyiapkan unit carton, pouch atau pun plastic bag, hingga proses
pemasukkan keju olahan ke dalam karton. Ketika keju telah dimasukkan
kedalam karton, karton tersebut dimasukkan ke mesin sealer untuk direkatkan
dengan solatip. Pada proses filling ini terdapat pengecekan agar suhu konstan
pada suhu tertentu. Di line 4 suhu keju tidak boleh kurang dari 76C pada
proses filling. Pada setiap lini produksi, terdapat pengecekan kualitas (quality
check) dari segi bobot, dan kandungan metal dari produk yang dihasilkan.
Apabila produk tidak memenuhi syarat, produk tersebut akan dipisahkan ke
bak penampung untuk di proses kembali atau pun dibuang. Keju yang telah
lolos pengecekan tersebut akan masuk ke lorong pendingin dan kemudian di
kemas. Proses pendinginan dilakukan untuk mencegah browning. Suhu
cooling tunnel dan lama produk berada di dalam lorong pendingin
disesuaikan secara terus menerus berdasarkan hasil pengecekkan dari
departemen Quality Assurance.
4. Proses Pengepakan
Setiap produk memiliki aturan pemaletan yang bervariasi sesuai ukuran
kemasan tersiernnya. Misalkan untuk produk Cheddar 175 gram dikemas
sebanyak 48 inner carton dalam satu kemasan tersiernya. Dalam satu palet,
terdapat 96 cases dengan 12 cases dalam satu ampar, dan 6 tumpukkan secara
keseluruhan. Produk yang sudah dipalet ini kemudian akan diletakkan di
gudang produk jadi untuk kemudian didistribusikan.
5. Pengiriman Produk
Jadi Produk yang telah diposisikan dalam satu palet kemudian diletakkan di
gudang produk jadi. Sebelum pengiriman ke National Distribution &
Contracting (NDC) dilakukan, produk akan dipindahkan ke palet kayu
terlebih dahulu. Produk dikirimkan berdasarkan tanggal expiry date yang
paling awal, atau dikenal dengan istilah First Expired First Out (FEFO).
Namun perlu diperhatikan bahwa terdapat masa karantina produk di gudang
produk jadi. Produk jadi harus melalui quality check terlebih dahulu sebelum
pada akhirnya dapat didistribusikan. Waktu karantina tersebut membutuhkan
waktu 7 hari. Terkhusus untuk produk yang akan dikirimkan ke NDC dapat
dikirimkan pada hari keempat masa karantina, dengan asumsi 3 hari masa
pengiriman dan karantina di NDC. Produk yang didistribusikan langsung ke
customer AFH (Away from Home), seperti Indosari dan Kartika sari, akan
diletakan di gudang produk jadi minimal selama 7 hari sebelum pengiriman.
Hal ini dilakukan karena PT. Kraft Ultrajaya Indonesia mendistribusikan
produk langsung ke customer. Sedangkan produk Kraft lainnya yang biasa
dijumpai di supermarket didistribusikan oleh pengecer.
13
Proses Produksi
filling produk akan langsung diberi kemasan sekunder yang biasa disebut dengan
overwrapper. Hal ini dikarenakan ukuran produk akhirnya yang kecil dan lebih
mudah melepaskan panas.
PEMBAHASAN
Landasan Teori
Value atau nilai tambah pada suatu produk menjadi sangat penting bagi
perusahan atau industri agar produk yang dihasilkan dapat bersaing dengan
kompetitor. Pencapaian untuk meminimalkan pemborosan dapat dilakukan
dengan melakukan pendekatan lean manufacturing. Lean manufacturing
merupakan konsep yang dapat mendesain proses produksi menjadi lebih baik,
lebih cepat, dan lebih murah dengan ruang yang minim, inventori yang kecil,
labor hour yang kecil, dan menghindari pemborosan (Womack dkk, 1991).
Pemborosan atau waste dalam lean manufacturing dibagi menjadi 7, yaitu
overproduction, wait time waste, transportation, overprocessing, inventory,
motion, dan defects/rejects (Fernando dan Noya 2014).
Salah satu alat atau tools yang dapat digunakan untuk menerapkan lean
adalah Value Stream Mapping (VSM). VSM merupakan metode yang
menggambarkan seluruh proeses yang ada pada suatu perusahaan (Rother &
Shook, 1998). Gambaran seluruh proses tersebut tergambarkan dengan symbol-
simbol tertentu pada selembar kertas. Proses produksi yang dimaksud adalah dari
bahan baku hingga produk berada pada tangan konsumen. Tujuan dari VSM
adalah mengidentifikasi proses produksi agar material dan informasi dapat
berjalan tanpa adanya gangguan, meningkatkan produktivitas dan daya saing,
serta membantu dalam mengimplementasikan sistem (Womack dkk, 1991). Oleh
karena itu VSM membantu dalam menemukan waste yang ada dalam proses
produksi.
Womack (2006) menyatakan pemetaan current state berfungsi sebagai alat
visual untuk menggambarkan kondisi atau keadaan yang saat ini sedang terjadi.
Proses pemetaan dimulai dari pelanggan sebagai titik akhir di dalam value stream.
Current state map merepresentasikan aliran nilai yang terdapat dalam proses
produksi. Aliran nilai merupakan bagian penting dalam VSM. Nilai di kategorikan
kedalam tiga jenis yaitu value added, non value added, dan necessary but non
value added. Selain ketiga jenis nilai, di dalam current state map digambarkan
pula waktu lead time. Pengurangan total lead time merupakan tujuan utama dari
proses VSM. Apabila sebuah pabrik dengan lead time yang pendek, pabrik
tersebut dapat beroperasi dengan lebih responsif dan fleksibel terhadap
permintaan konsumen, kualitas yang lebih baik, serta pemanfaatan peralatan dan
ruangan yang lebih efisien (Liker 2004). Sedangkan menurut Locher (2008),
future state map ialah gambaran dasar yang diperlukan dalam melakukan
perbaikan berkelanjutan (continuous improvement). Future state map merupakan
15
sebuah cetak biru yang digunakan sebagai pedoman untuk mencapai tujuan dalam
proses perbaikan.
Peta kondisi saat ini (current state map) merupakan visualisasi kegiatan
atau proses yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu (Locher 2008).
Selain memiliki rangkaian kegiatan, peta kondisi saat ini juga mencantumkan
informasi- informasi terkait kegiatan atau proses tersebut, seperti: waktu siklus,
persentase kerusakan, jumlah operator, dan lain-lain sesuai kebutuhan pengguna.
Poin-poin improvement juga dapat dicantumkan pada peta ini. Sehingga, peta
kondisi sekarang dapat dijadikan acuan untuk melakukan perbaikan pada suatu
kegiatan atau proses produksi.
Langkah berikutnya setelah menggambarkan current state VSM adalah
menggambarkan Future State Value Stream Mapping. Future state VSM
merupakan hasil analisis dari current state VSM (Gustavsson dan Marzec 2007).
Tujuan dari pemetaan VSM adalah untuk menggambarkan dan mengidentifikasi
sumber waste dan mengurangi atau bahkan mengeliminasinya dengan
mengimplementasikan future state VSM. Menurut Hines dan Rich (1997) terdapat
3 tipe aktivitas yang terjadi pada konteks produksi, yakni aktivitas memberikan
nilai tambah (value added activity), aktivitas tidak memberikan nilai tambah (non-
value added activity), dan aktivitas tidak memberikan nilai tambah tapi diperlukan
(necessary non-value added activity). Diagram future state VSM menggambarkan
bagaimana suatu aliran proses produksi seharusnya berjalan, setelah
mengeliminasi atau mengurangi waste yang teridentifikasi. Future state VSM
merupakan basis dalam pembuatan perencanaan tindakan dalam membuat
perubahan aliran proses produksi menjadi lebih efisien (Abdulmalek dan Rajgopal
2006).
PT. Kraft Ultrajaya Indonesia telah mulai menerapkan konsep Six Sigma
dan mengintegrasikannya dengan konsep lean manufacturing sejak tahun 2011.
Tujuan dari penerapan IL6S yaitu untuk mepercepat aliran informasi antara semua
elemen yang bertanggungjawab terhadap profitabilitas dan produktifitas
perusahaan. Konsep lean yang mentitikberatkan kepada perbaikan secara kontinu
(continuous improvement) menjadi pondasi IL6S dan digabungkan dengan konsep
six sigma yang menekankan terhadap peningkatan kapabilitas proses dan analisis
mendalam terhadap penyelesaian masalah. Selain lean dan six sigma, metode
pendekatan yang digunakan yang juga membentuk budaya perusahaan ini yaitu
diterapkannya metode High Performance Work System (HPWS) yang berfokus
pada peningkatan pemberdayaan karyawan dan produktifitas perilaku karyawan
dalam organisasi. Ketiga konsep tersebut (lean, six sigma, dan HPWS),
diintegrasikan dan membentuk suatu konsep baru bernama Integrated Lean Six
Sigma.
Terdapat 11 pilar yang mendukung terlaksananya impelentasi IL6S di PT.
Kraft Ultrajaya Indonesia. Kesebelas pilar ini masing-masing diketuai oleh 1
16
Proses Kerja
Gambar 15 Hirarki Pilar Integrated Lean Six Sigma di PT. Kraft Ultrajaya
Indonesia
Penerapan Kaizen
REFLEKSI
Analisis Masalah
dari BPMN adalah menyediakan notasi yang mudah digunakan dan bisa
dimengerti oleh semua orang yang terlibat dalam bisnis yang memungkinkan
semua pihak yang terlibat dalam proses untuk berkomunikasi dengan jelas, benar,
dan efisien. Sehingka BPMN dirancang sebagai penggunaan analis proses untuk
merancang, mengendalikan, dan mengelola proses (Rosmala dan Falahah 2007).
Penulis menentukan bahwa jenis produk yang akan dijadikan studi kasus
yaitu produk keju Cheddar Blue Pack 175 gram yang diproduksi di lini produksi
6. Alasan pemilihan tersebut dikarenakan lini 6 sedang mengimplementasikan
konsep IL6S dan dari 2 jenis produk yang dihasilkan, produk Blue Pack 175 gram
merupakan produk fast moving sehingga akan berkontribusi besar terhadap upaya
perbaikan yang dilakukan. Selanjutnya dilakukan pemilihan Value Stream
Mapping Tool dari 7 yang ada. Berdasarkan VALSAT (tabel 2), 3 tools yang
bernama Process activity mapping, Quality filter mapping dan Production variety
funnel menunjukkan keefektifan lebih tinggi untuk mengurangi waste di
perusahaan. Namun pada kegiatan Praktik Lapangan ini hanya Process Activity
Mapping yang digunakan untuk analisis.
Cooking Process
Adding Vitamin D and
9 O - 0.63 1
minor ingredients
10 Transfer O 5 0.08 1
11. Adding Palm Oil O - 1.05 1
12. Transfer to kettle T 3 0.80
Add materials into
13. O - 0.79
kettle
Check by operator I - 1.26
Add Water O - 1.20
Turn off
Cooking
Cooking O - 2.14 temperature:
Machine
82.2C
Blend Check: Max end
kekentalan, warna, I - 0.48 temperature:
kesatuan 90C
Transfered when
14. Transfer to hooper T 5 0.08
reach 82.2C
23
24
Filling-Finished
Use automated
machine,
13. Filling and packaging O - 12.32 1
operator is to
monitor
- Filling Filler Machine
Automated
- Weigh-check
weigh-checker
Packaging
- Packaging
machine
- X-Ray X-Ray
14. Cooling O Cooling tunnel - 15
Transfer to packaging
15. T Conveyor 5 0.5
area
1 operator to
pack, 1 operator
to onload.
Packing, onloading to
16. O Liftman - 15 1+1 Longer depends
palette
on the amount
of finished
product
17. Transfer to warehouse T Hand-palette 15 0.72 1
18. Finished product S -
Total 50 metres 57.19 14 51.92 4.01 1.26
% total value adding 90.79
25
From/To W O M D
W A - - I
O I A O O
M I E A I
D I - E A
From/To W O M D Skor %
W 10 X 0 6 16 17.02
O 6 10 4 4 24 25.53
M 6 8 10 6 30 31.92
D 6 X 8 10 24 25.53
Skor 28 18 22 26 94 100
% 29.79 19.15 23.40 27.66 100 -
Weekly
Production National
Panjunan Plan Distribution Center
DIALY SCHEDULE
Dialy
25 tons Shipment by vendor
Dialy
15 tons/day
Curd Preparation Formulating Cooking Filling & Cooling Packing & Shipment
Packaging Palleting
:6 :1 :: 1 :: 2 :0
:2
Raw Material Warehouse Finished Good Warehouse
C/T = 4.83 min C/T = 1.76 min C/T== 5.39 min
C/T C/T== 12.32 min
C/T C/T = 15 min C/T = 15 min
C/O = 0 min C/O = 0 C/O= = 7 min
C/O C/O= = 0 min
C/O C/O = 0 min C/O = 0 min
Uptime = 69% Uptime = 100% Uptime
Uptime = = 77% Uptime
Uptime = = 100% Uptime = 100% Uptime = 100%
2 shifts/day 2 shifts/day 2 shifts
2 shifts/day 2 shifts
2 shifts/day 2 shifts/day 2 shifts/day
4.83 min 1.76 min 5.39 min 12.32 min 15 min 15 min 3 day
1 day VA= 54.3 mins
2 days 0.31 min 0.8 min 0.56 min 0 min 0.5 min 0.72 min NVA= 2.89 mins
NNVA= 5 days
27
28
Identifikasi Pemborosan
Rekomendasi Perbaikan
Dengan menemukan studi kasus yang didapat selama praktik lapangan dan
dengan menggambarkan kondisi awal Value Stream Mapping, maka penulis
berencana untuk menggambil topik yang berkaitan dengan implementasi lean
manufacturing dengan melakukan analisis produk cacat yang dikategorikan
kedalam jenis pemborosan defect. Defect yang dihasilkan di PT. Kraft Ultrajaya
Indonesia sendiri cenderung memiliki fluktuasi yang tidak stabil. Menurut
pengamatan yang dilakukan penulis, belum ada analisis akar penyebab
permasalahan (root cause analysis) yang mendalam dari dihasilkannya defect. Isu
blend kental yang disebabkan oleh banyak faktor salah satunya oleh kondisi
cheese curd- perlu dianalisis lebih lanjut. Dalam melakukan kegiatan penelitian,
penulis berencana untuk mengambil program capstone. Capstone adalah program
yang ditawarkan oleh seluruh insitusi yang terakreditasi ABET berupa proyek
penelitian yang dilakukan untuk aplikasi dunia nyata. Mahasiswa yang
melaksanakan praktek lapangan dengan sekenario capstone diharapkan mampu
menganalisis permasalahan yang terjadi di industri dari aspek yang telah
disepakati, kemudian dilanjutkan dengan desain untuk merancang suatu solusi
tepat guna bagi perusahaan dan bersifat sebagai tugas akhir mahasiswa. Kegiatan
capstone berlangsung selama mahasiswa melakukan Praktik Lapangan hingga
perancangan tugas akhir (skripsi). Produk akhir adalah produk yang telah lulus
verifikasi dan validasi ilmiah dengan arahan dosen pembimbing tugas akhir
sehingga siap untuk dilakukan publikasi ke perusahaan.
31
PENUTUP
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Kolom jawaban:
Memilih jawaban a, b, atau c pada no.1-4 dan 6
Memilih jawaban a, b, c, d, e, f, atau g pada no.5
35
36
37
38
Lampiran 6 BPMN 2.0 Aliran Proses Produksi Keju Olahan di PT. Kraft Ultrajaya Indonesia (potongan 2)
Lampiran 7 BPMN 2.0 Aliran Proses Produksi Keju Olahan di PT. Kraft Ultrajaya Indonesia (potongan 3)
39