Anda di halaman 1dari 10

Kajian Daya Saing dan Peluang Ekspor Briket Batang Tembakau

Nur Aini Hariyo Wati1, Angga Suprayogi2


Penelitian Tembakau Jember PT Perkebunan Nusantara X
Email: aini.hariyo@gmail.com, anggasuprayogi08@gmail.com

Abstrak

Permintaan terhadap kebutuhan energi alternatif dunia, salah satunya briket biomassa
mengalami peningkatan seiring dengan sosialisasi dan berbagai pemahaman yang
diberikan oleh pihak-pihak terkait kepada masyarakat. PT Perkebunan Nusantara X
memiliki produk berupa briket batang tembakau hasil diversifikasi limbah batang
tembakau yang selama ini hanya ditimbun penanganannya. Potensi produksi briket
batang tembakau terbilang cukup menggiurkan dilihat dari jumlah limbah yang terkumpul
pada tahun 2017 mencapai 35.136 ton. Briket batang tembakau memiliki nilai kalor
sebesar 4.430 kal/gr. Potensi limbah tembakau yang besar setiap tahunnya membuat
briket batang tembakau memiliki potensi besar menguasai pasar dunia dan Indonesia akan
mendapatkan nilai tambah dibandingkan hanya mengekspor daun tembakau. Briket
batang tembakau memiliki beberapa keuntungan pada beberapa aspek, yakni lingkungan,
sosial, dan ekonomi. Pengembangan industri briket batang tembakau dalam negeri dapat
dimulai dari penetapan kualitas dan kontinuitas, sehingga dapat dilakukan penetapan
Standar Nasional Indonesia untuk meningkatkan nilai jual ekspor. Peran pemasaran
sangat penting di dunia ekspor mengingat semua hal yang berbau tembakau selalu dicap
negatif oleh khalayak. Branding yang kuat dan promosi secara masif akan mampu
menggiring opini publik untuk tidak mengesampingkan diversifikasi produk tembakau.
Selama proses pembakaran pengguna tidak perlu khawatir dengan kandungan nikotin
yang akan menyebar melalui asap karena kandungan nikotin briket batang tembakau ini
hanya 0,07%.

Kata kunci: energi alternatif, briket, batang tembakau, diversifikasi tembakau, ekspor
Bab 1. Pendahuluan

Permintaan terhadap kebutuhan energi alternatif dunia mengalami peningkatan


seiring dengan sosialisasi dan berbagai pemahaman yang diberikan oleh pihak terkait
kepada masyarakat. Penggunaan energi alternatif dilakukan demi mengurangi emisi gas
rumah kaca dan meningkatkan penggunaan energi terbarukan mengingat jumlah energi
fosil mulai menipis. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah ekspor briket
dan produk tersier kayu Indonesia dari tahun 2008 hingga 2012 mengalami peningkatan
setiap tahunnya. Data ekspor briket dan produk tersier kayu Indonesia ditampilkan pada
Tabel 1.
Tabel 1. Ekspor Briket dan Produk Teriser Kayu Indonesia
Tahun Nilai (US$) Kuantitas (kg)
2008 751.914 2.277.801
2009 686.758 2.706.146
2010 569.236 3.160.187
2011 604.227 3.657.225
2012 7.738.936 55.420.080
Sumber: Badan Pusat Statistik (2014)

PT Perkebunan Nusantara X (PTPN X) adalah salah satu perusahaan negara yang


memproduksi komoditi tembakau, yaitu Tembakau Bawah Naungan (TBN). Kebun
tembakau PTPN X tersebar di area Jember (Kebun Ajong Gayasan dan Kertosari) Jawa
Timur dan Klaten (Kebun Klaten) Jawa Tengah. Produksi daun tembakau di PTPN X
sekitar 19.078 ton/tahun. Tingginya produksi daun tembakau menunjukkan bahwa limbah
batang tembakau yang dihasilkan juga tinggi. Selama ini limbah batang tembakau hanya
ditimbun dalam tanah. Hal ini menyulitkan dan mengganggu pemilik lahan ketika
melakukan pengolahan tanah dan tanam, mengingat lahan tanaman tembakau merupakan
lahan sewa. Kandungan asam yang terjadi pada proses pembusukan organ tembakau
tersebut juga akan berpengaruh terhadap kadar pH tanah.
Di era revolusi Industri 4.0 selain proses produksi yang serba teknologi juga harus
memperhatikan pengolahan limbah dengan baik. Jumlah limbah batang tembakau dapat
dipastikan meningkat seiring dengan bertambahnya permintaan terhadap daun tembakau.
Luas lahan tembakau PTPN X pada tahun 2017 sekitar 878,4 hektar, dengan jumlah
pohon sekitar 25.000 batang per hektar. Rata-rata berat limbah batang per pohon 1,6 kg,
sehingga total keseluruhan limbah batang tembakau sejumlah 35.136 ton (Indahsari,
2017). Limbah batang tembakau ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar briket
biomassa untuk mengurangi penggunaan briket batu bara di gudang pengolah maupun
dikomersilkan. Upaya pembuatan briket sudah dilakukan oleh Penelitian Tembakau
Jember (Litbang) PTPN X. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kondisi pasar briket
biomassa secara global, potensi dan peluang ekspor briket batang tembakau.
Bab 2. Literature Review

2.1 Teori Perdagangan Internasional


Perdagangan internasional memiliki arti setiap negara yang melakukan
perdagangan dengan tujuan mencari keuntungan dari perdagangan tersebut. Menurut
Krugman et al., (1994), selain mencari keuntungan alasan utama terjadinya perdagangan
internasional adalah sebagai berikut.
a. Negara-negara berdagang karena mereka berbeda satu sama lain.
b. Negara-negara melakukan perdagangan dengan tujuan untuk mencapai skala ekonomi
(economic of scale).
Faktor-faktor yang mempengaruhi perdagangan internasional dapat dilihat dari
teori penawaran dan permintaan. Dari teori tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa
perdagangan internasional dapat terjadi karena adanya kelebihan produksi dalam negeri
(penawaran) dengan kelebihan permintaan negara lain (Tambunan dan Tulus, 2001).
Menurut teori cost comparative advantage (labor efficiency), suatu negara akan
memperoleh manfaat dari perdagangan internasional jika melakukan spesialisasi produksi
dan mengekspor barang dimana negara tersebut dapat berproduksi lebih efisien.

2.2 Analisis Strategi Pengembangan Briket


Strategi pemasaran merupakan suatu bentuk rencana yang terstruktur dalam dunia
pemasaran sebagai upaya memperoleh hasil yang optimal. Strategi pemasaran
mempunyai ruang lingkup yang luas diantaranya adalah strategi menghadapi persaingan,
strategi produk, strategi harga, strategi tempat dan strategi promosi (Swastha, 2007).
Strategi pemasaran sebagai alat untuk mengembangkan keunggulan bersaing yang
berkesinambungan melalui pasar yang dimasuki dan program pemasaran yang digunakan
untuk mencapai pasar sasaran tersebut.
Jadi, strategi pemasaran merupakan proses perencanaan perusahaan dalam
memasarkan dan memperkenalkan produk ataupun jasa yang ditawarkan kepada
konsumen untuk mencapai suatu tujuan dengan segala risiko yang akan dihadapi. Strategi
pemasaran memiliki tiga komponen yakni segmentasi, targeting dan positioning.
a. Segmentasi
Pasar memiliki banyak tipe pelanggan, produk dan kebutuhan. Pemasar harus bisa
menentukan segmen mana yang dapat menawarkan peluang yang terbaik. Konsumen di
kelompokkan dan dilayani dalam berbagai cara berdasarkan faktor geografis, demografis,
psikografis, dan perilaku. Proses pembagian pasar menjadi kelompok pembeli berbeda
yang mempunyai kebutuhan, karakteristik, atau perilaku berbeda, yang mugkin
memerlukan produk atau program pemasaran terpisah disebut segmentasi pasar. Dasar
dasar untuk membuat segmentasi pasar konsumen dikelompokkan menjadi empat yaitu:
1) Segmentasi berdasarkan Geografik
Segmentasi ini membagi pasar menjadi beberapa kelompok berdasarkan kondisi
geografik (daerah), sehingga dalam mengambil keputusan untuk pemasaran betul-
betul melihat wilayah atau negara mana yang akan menjadi target pemasaran
produk briket.
2) Segmentasi berdasarkan Demografik
Segmentasi ini membagi pasar menjadi beberapa kelompok berdasarkan umur,
jenis kelamin, pendapatan, pekerjaan, pendidikan, ras, dan lain-lain. Dalam
segmen demografik merupakan dasar yang paling popular untuk membuat
segmen kelompok pelanggan dalam pembuatan produk briket. Pengkhususan
pasar briket harus benar-benar perlu diperhatikan
3) Segmentasi berdasarkan Psikografik
Segmentasi ini membagi pembeli kelompok yang berbeda-beda berdasarkan pada
karakteristik kelas sosial, gaya hidup atau kepribadian.
4) Segmentasi tingkah laku
Segmentasi ini berdasarkan selera masyarakat terhadap jenis produk yang
ditawarkan. Variabel perilaku membagi pasar atas dasar how the buy dan mengacu
pada kegiatan perilaku yang terjadi secara konkrit.
b. Targetting
Setelah melakukan segmentasi, briket yang akan dipasarkan selanjutnya
melakukan pemilihan segmen yang akan dituju atau disebut juga targetting dan dengan
menerapkan targetting ini berarti upaya menempatkan sumber daya perusahaan produsen
briket secara berdaya guna. Karena itu, targetting ini disebut fitting strategy atau
ketepatan.
c. Positioning
Setelah pemetaan dan penempatan briket organ tembakau harus memastikan
keberadaannya diingatan pelanggan dalam pasar sasaran. Karena itu, strategi ini disebut
being strategy atau strategi keberadaan.

2.3 Marketing Mix


Setelah merumuskan seluruh strategi pemasaran briket, produsen briket siap
memulai merencanakan rincian Marketing Mix yang merupakan salah satu konsep utama
dalam pemasaran modern. Definisi marketing mix adalah kumpulan alat pemasaran taktis
yang dipadukan perusahaan untuk menghasilkan respon yang diinginkan. Konsep ini
terdiri dari himpunan variabel yang dapat dikendalikan dan digunakan oleh perusahaan
untuk mempengaruhi tanggapan konsumen dalam pasar sasarannya. Variabel atau
kegiatan tersebut memiliki kombinasi dari 4 variabel, seperti produk, struktur harga,
kegiatan promosi, dan sistem distribusi. Keempat variabel tersebut perlu dikoordinasikan
oleh produsen briket agar dapat melaksanakan program pemasaran secara efektif
(Downey dan Ericson dalam Asmarantaka 2012).

Bab 3. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan di unit produksi tembakau PTPN X menggunakan data


primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari analisis pembuatan briket batang
tembakau dan wawancara dengan pihak kebun PTPN X bagian tembakau. Sedangkan
pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara studi literatur melalui buku dan jurnal
ilmiah. Selanjutnya dilakukan analisis menggunakan analisis SWOT untuk mengetahui
peluang dan strategi pemasaran briket batang tembakau.
Bab 4. Hasil Analisis dan Implikasi

4.1 Hasil Penelitian Briket Batang Tembakau


Percobaan pembuatan briket batang tembakau telah dilakukan oleh PT
Perkebunan Nusantara X sejak tahun 2016. Briket batang tembakau dibuat berbentuk
silinder dengan diameter 4,2 cm dan tinggi 5 cm. Gambar briket batang tembakau
disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Briket batang tembakau


Briket yang telah dibuat diuji menggunakan beberapa parameter, yaitu kadar air,
kadar abu, kadar zat terbang, kadar karbon terikat, kadar sulfur, densitas, nilai kalor, dan
kadar nikotin. Selanjutnya hasil pengujian briket batang tembakau dianalisis dan
dibandingkan dengan SNI 1-6235-2000 tentang briket arang kayu. Berikut data hasil
analisis briket batang tembakau disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Analisis Briket Batang Tembakau dengan SNI 1-6235-2000

Parameter SNI 1-6235-2000 BBK 1 BBK 2 BBK 3 BBK 4 BBK 5


Kadar air (%) Maks 8 8 8,25 8,56 8,79 8,97
Kadar abu (%) Maks 8 9,93 9,54 8,48 8,27 7,89
Volatile matter
15 46,90 47,30 46,50 43,25 41,13
(%)
Kadar karbon
Min 77 32,47 34,91 35,66 36,44 42,01
terikat (%)
Kadar sulfur (%) <0,5 1,02 0,91 0,73 0,58 0,49
Densitas (gr/ml) 1,0 0,35 0,37 0,38 0,39 0,41
Nilai kalor
Min. 5.000 4.285 4.374 4.419 4.523 4.586
(kal/gr)
Nikotin (%) - 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07
Sumber: Indahsari (2017)

Berdasarkan analisis, briket batang tembakau memerlukan beberapa perlakuan


lain untuk memenuhi SNI 1-6235-2000. Ada beberapa komponen yang tidak memenuhi
kriteria SNI, seperti volatile matter, kadar karbon terikat, densitas, dan nilai kalor. Pada
penelitian selanjutnya dapat dilakukan variasi bahan perekat, alat kempa, maupun
penambahan bahan lain untuk menambah kualitas briket batang tembakau agar sesuai
dengan keinginan pasar.

4.2 Kondisi Pasar Global Briket Biomassa


Dari data ekspor impor tahun 2005, ekspor briket tempurung kelapa Indonesia
mencapai 200 ton per tahun. Pada tahun 2010 permintaan domestik mencapai 40 ton per
bulan dengan daerah tujuan Surabaya dan Jakarta. Permintaan ekspor luar negeri per
bulan mencapai 160 ton dengan negara tujuan Jepang, Australia, Korea Selatan, Taiwan,
Malaysia, Norwegia, Inggris, Perancis, Jerman, RRC, Emirat Arab, dan Srilanka. Di
Timur Tengah briket tempurung kelapa digunakan untuk kelengkapan shisha, sedangkan
di Jepang digunakan untuk keperluan restoran. Menurut Martanto (2016), berdasarkan
informasi dari Sekretaris Jenderal Forum Komunikasi Perkelapaan Indonesia (FOKPI),
Indonesia hanya mampu memenuhi permintaan sekitar 10.000 ton per tahun untuk pasar
wilayah Eropa. Permintaan tersebut di luar permintaan pasar Asia Timur dan negara-
negara Timur Tengah.
Menurut eksportir briket Platinum Produksi Indonesia (PPI), permintaan briket
tempurung kelapa ke Arab Saudi tahun 2017 setiap bulan berkisar 7-9 kontainer yang
masing-masing kontainer berisi sekitar 20 ton (Himawan & Hapsari, 2017). Melihat
perkembangan briket tempurung kelapa yang cukup pesat, briket batang tembakau pasti
juga bisa menembus pasar ekspor jika dipromosikan secara masif. Potensi limbah
tembakau yang besar setiap tahunnya jika dibuat briket akan menghasilkan 3.513 ton
briket biomassa, sehingga berpotensi meningkatkan devisa negara dan Indonesia akan
mendapatkan nilai tambah dibandingkan hanya mengekspor daun tembakau. Peraturan
ISO yang terkait dengan briket biomassa adalah ISO 17225 tentang bahan bakar hayati
padat. Beberapa perusahaan besar briket biomassa yang akan menjadi pesaing ekspor
briket batang tembakau, yaitu Kfarfakoud Briquette Center (Lebanon), Solarnet
(Lebanon), dan Novin Firewood (Iran) (Solano et al., 2016).

4.3 Daya Saing Briket Batang Tembakau


Daya saing briket di pasar biofuel terkait dengan beberapa parameter, yaitu
pengembangan energi terbarukan di pasar global dan khususnya biomassa dibandingkan
dengan bahan bakar fosil. Briket batang tembakau memiliki beberapa keuntungan pada
beberapa aspek, yakni lingkungan, sosial, dan ekonomi. Pada aspek lingkungan
penggunaan energi terbarukan dapat berkontribusi pada pengelolaan limbah pertanian
atau industri yang menjadikan proses produksi zero waste. Briket biomassa dapat
menyeimbangkan emisi CO2 netral dan emisi sulfur rendah yang biasanya menyebabkan
hujan asam. Sedangkan abu hasil pembakaran briket dapat digunakan sebagai pupuk.
Manfaat pada aspek sosial produksi briket batang tembakau tentu saja
menciptakan lapangan kerja di daerah sekitar dan mempromosikan energi terbarukan di
daerah lokal. Pada aspek ekonomi yang paling utama adalah mengurangi ketergantungan
pada energi fosil dan mendorong pertumbuhan ekonomi lokal. Penggunaan briket batang
tembakau diklaim memiliki biaya yang lebih rendah dari bahan bakar fosil.
Kemampuan daya saing briket batang tembakau dibandingkan dengan briket batu
bara adalah dari segi durasi bakar. Pengamatan durasi bakar menggunakan sampel
masing-masing 10 kg briket. Hasil pengamatan menunjukkan durasi bakar briket batu
bara 531 menit atau 8 jam 51 menit, sedangkan briket batang tembakau 592 hingga 697
menit atau 9 hingga 11 jam (Indahsari, 2017). Dari sini bisa disimpulkan bahwa briket
batang tembakau mempunyai durasi bakar yang baik, sehingga efektif digunakan untuk
mengurangi biaya produksi.

4.4 Analisis SWOT Industri Briket Batang Tembakau


Analisis SWOT adalah penilaian terhadap hasil identifikasi situasi untuk
menentukan suatu kondisi dikategorikan sebagai kekuatan, kelemahan, peluang atau
ancaman. Analisis ini bisa juga untuk membandingkan kondisi lingkungan internal
perusahaan dengan kondisi eksternal perusahaan. Teknik analisis SWOT ini dilakukan
untuk mengenali berbagai kondisi sebagai acuan perencanaan strategi. Berikut bagan
analisis SWOT industri briket batang tembakau ditampilkan pada Gambar 2.

Kekuatan (strengths) Kelemahan (weakness)


1. Biaya pokok produksi rendah 1. Nilai kalor di bawah briket
2. Menipisnya energi fosil tempurung kelapa
3. Permintaan briket biomassa belum 2. Musim tanam tembakau TBN
terpenuhi sekali dalam setahun
4. Beberapa investor tertarik 3. Isu kandungan karbon monoksida
5. Segmen pasar terbuka lebar 4. Minim informasi kondisi pasar
internasional
5. Termasuk produk baru
Peluang (opportunity) Ancaman (threats)
1. Pasar terbuka lebar 1. Banyak produsen biomassa luar
2. Reputasi Indonesia sebagai negeri
penghasil briket biomassa telah 2. Penyakit pernapasan akibat asap
dikenal dunia 3. Defisit bahan baku
3. Pembuatan minim teknologi 4. Bersaing dengan briket tempurung
4. Masih bisa pengembangan untuk kelapa
varian lain 5. Muncul produk baru karena
mudah ditiru

Gambar 2. Bagan analisis SWOT industri briket batang tembakau

Berdasarkan bagan di atas PTPN X memiliki kekuatan (strengths) dari beberapa


aspek yang akan menunjang perkembangan industri briket batang tembakau. Biaya pokok
produksi rendah pada bagan mempunyai arti biaya bahan baku dan tenaga kerja di
Indonesia cukup rendah dibandingkan negara lain. Pengumpulan limbah batang tembakau
dapat dilakukan bersamaan dengan proses land clearing, sehingga biaya penyediaan
bahan baku lebih efisien. Menipisnya energi fosil juga akan menyebabkan meningkatnya
permintaan energi alternatif salah satunya briket biomassa. Permintaan briket biomassa
dari luar negeri belum terpenuhi akibat kapasitas produksi beberapa produsen briket
biomassa dalam negeri belum mampu mencapai kuantitas yang dibutuhkan. Mengenai
beberapa investor tertarik menyuntikkan dana ke eksportir briket biomassa ini
diungkapkan oleh Direktur Utama Investa Stellar Dana Kelola. Beberapa investor tertarik
karena melihat potensi sumber daya alam Indonesia yang besar, sehingga berpotensi
menguasai pasar dunia (Himawan & Hapsari, 2017). Sedangkan dari segi segmen pasar
masih terbuka lebar jika dilihat dari penggunanya mulai dari industri, rumah tangga,
maupun restoran atau cafe.
Kelemahan (weakness) ini dapat dijadikan panduan untuk meminimalkan faktor
kelemahan yang mungkin terjadi selama industri tersebut beroperasi. Pertama adalah nilai
kalor briket batang tembakau masih di bawah briket tempurung kelapa yang banyak dicari
di luar negeri. Kedua, musim tanam tembakau TBN hanya sekali dalam setahun yang
akan berpengaruh langsung terhadap kontinuitas bahan baku. Ketiga, isu-isu terkait
kandungan karbon monoksida pada pembakaran briket yang akan menjadi momok calon
pembeli. Keempat, informasi terkait kondisi pasar dan permintaan briket biomassa
internasional sangat minim, sehinga industri yang akan mengembangkan sayap di bidang
energi biomassa masih ragu-ragu. Kelima, briket batang tembakau termasuk produk baru
yang perlu dipromosikan secara masif untuk menarik hati pembeli.
Peluang (opportunity) akan membantu industri briket batang tembakau untuk
meminimalkan kelemahan. Peluang briket batang tembakau diproduksi dapat dilihat dari
pangsa pasar yang luas, yaitu Eropa, negara Asia Timur, dan negara-negara Timur
Tengah. Reputasi Indonesia sebagai penghasil briket biomassa telah dikenal dunia,
sehingga memudahkan briket batang tembakau memasuki pasar internasional. Pembuatan
briket batang tembakau yang minim teknologi juga dapat dijadikan peluang karena PTPN
X tidak perlu melakukan investasi yang besar untuk memproduksi briket tersebut. Potensi
briket yang bisa dibuat PTPN X tidak hanya satu macam, bisa dibuat varian lain sesuai
keinginan pasar dari organ lain tembakau selain batang yang tidak termanfaatkan.
Biasanya pasar menghendaki briket yang tahan lama, cepat panas, dan tidak terlalu
banyak asap.
Dari sisi ancaman (threats), permasalahan yang akan dihadapi industri briket
batang tembakau cukup bervariasi. Produsen briket biomassa luar negeri dapat menjadi
ancaman serius karena mayoritas teknologi luar negeri sudah lebih baik dari Indonesia.
Ancaman defisit bahan baku akibat kebijakan pemerintah mengenai tembakau akan
mempengaruhi kontinuitas bahan baku. Persaingan yang cukup sengit dengan briket
tempurung kelapa yang lebih dulu dikenal dunia dengan nilai kalor tinggi juga perlu
diwaspadai. Terakhir adalah munculnya pesaing yang mengeluarkan produk baru karena
produk mudah ditiru.

4.5 Strategi Pengembangan Industri dan Ekspor Briket Batang Tembakau


Pengembangan industri briket batang tembakau dalam negeri dapat dimulai dari
penetapan Standar Nasional Indonesia agar konsistensi produk terjaga, sehingga dapat
meningkatkan nilai jual ekspor. Industri briket batang tembakau dapat menyusun Standar
Operasional Produksi yang tepat untuk menjamin mutu dan kualitas produk. Riset
pengembangan produk briket batang tembakau juga perlu dilakukan untuk menciptakan
produk baru maupun meningkatkan kualitas pembakaran dan meminimalisir dampak
terhadap lingkungan. Adanya variasi baru memudahkan briket batang tembakau
menyasar segmen pasar yang sesuai peruntukannya.
Produsen briket batang tembakau harus pro aktif mencari bahan baku demi
kelangsungan produksi karena musim tanam tembakau TBN terbatas. Kontinuitas bahan
baku akan mempermudah produsen dalam menembus pasar internasional memenuhi
permintaan briket biomassa dunia. Peran pemasaran sangat penting di dunia ekspor
mengingat semua hal yang berbau tembakau selalu dicap negatif oleh khalayak. Branding
yang kuat dan promosi secara masif akan mampu menggiring opini publik untuk tidak
mengesampingkan diversifikasi produk tembakau. Selama proses pembakaran pengguna
tidak perlu khawatir dengan kandungan nikotin yang akan menyebar melalui asap karena
kandungan nikotin briket batang tembakau ini hanya 0,07%.
Bab 5. Kesimpulan

Potensi produksi briket batang tembakau berpotensi menambah devisa negara.


Briket batang tembakau memiliki beberapa keuntungan pada beberapa aspek, yakni
lingkungan, sosial, dan ekonomi. Potensi PTPN X jika mengembangkan briket batang
tembakau akan mampu menghasilkan 3.513 ton briket siap konsumsi per tahunnya yang
mampu menyuplai 35% permintaan pasar Eropa. Industri briket batang tembakau kelak
harus mampu memutar otak dalam menyediakan bahan baku demi mempertahankan
kontinuitas produksi karena musim tanam TBN hanya sekali dalam setahun. Pemasaran
briket batang tembakau perlu mendapat perhatian khusus mengingat semua hal yang
berbau tembakau selalu dicap negatif oleh khalayak. Branding yang kuat dan promosi
secara masif akan mampu menggiring opini publik untuk tidak mengesampingkan
diversifikasi produk tembakau. Kandungan nikotin briket batang tembakau hanya 0,07%.

Referensi

Aman, I. Market Brief – KDEI Taiwan, Peluang Ekspor Kulit dan Produk Arang Kayu
atau Arang Batuk ke Pasar Taiwan. Diakses tanggal 18 November, 2018, dari
http://www.kdei-taipei.org/index.php/perdagangan#
Asmarantaka, R. W. 2012 Pemasaran Agribisnis (Agrimarketing). Bogor: Departemen
Agribisnis FEM-IPB.
Badan Pusat Statistik. 2014 Exim Tanhut All Comodity. Badan Pusat Statistik Republik
Indonesia.
Himawan, A. dan Hapsari, D. K. 2017. Ekspor Briket Tempurung Kelapa ke Timur
Tengah Meningkat. Diakses tanggal 18 November 2018, dari
https://www.suara.com/bisnis/2017/05/16/201504/ekspor-briket-tempurung-kelapa-ke-
timur-tengah-meningkat
Indahsari, O.P. 2017. Briquettes from Tobacco Stems as the New Alternative Energy.
Jurnal Kimia Terapan Indonesia, 19, 73-80.
Kedutaan Besar Republik Indonesia Kairo. (2014). Pengusaha Mesir Jajaki Impor Briket
Arang Batok Dari Indonesia. Diakses tanggal 20 November, 2018, dari
https://www.kemlu.go.id/cairo/id/berita-agenda/berita-perwakilan/Pages/Pengusaha-
Mesir-Jajaki-Impor-Briket-Arang-Batok-Dari-Indonesia.aspx
Krugman, Paul, R., dan Obstfeld, M. 1994. Ekonomi Internasional: Teori dan Kebijakan.
Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Martanto. 2016. Kajian Aspek Teknis dan Finansial Usaha Rumah Tangga Briket
Biomassa dari Kulit Nipah dengan Tempurung Kelapa. Agriekonomika, 5, 95-103
Solano, D., Vinyes, P., & Arranz, P. (2016). The Biomass Briquetting Process. Libanon:
A UNDP-CEDRO Publication.
Swastha, B. 2007. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Liberty Edisi ke-8, Cetakan ke-8.
Tambunan & Tulus. 2000. Perdagangan Internasional dan Neraca Pembayaran. Jakarta:
Pustaka LP3ES Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai