DISUSUN OLEH :
DISUSUN OLEH :
vi
KATA PENGANTAR
Akhirnya penulis sadari penulisan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, penulis mengharap saran dan kritik yang dapat membangun guna
penyusunan laporan selanjutnya. Akhir kata penulis mengucapkan banyak
terimakasih.
Penulis
vii
viii
Ulul Nur Baitur Rizqi Laporan Praktek Kerja I
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam dunia kerja tidak hanya dilihat dari nilai akademiknya saja
melainkan beserta kemampuan secara prakteknya. Apalagi dengan
persaingan ekonomi dan perkembangan ilmu teknologi saat ini yang sangat
pesat. Untuk itu PT. Perkebunan Nusantara X memerlukan tenaga kerja yang
berkompeten dan profesional. Salah satu cara meningkatkan perekonomian
industri agar menjadi lebih baik dan siap bersaing dengan industri negara lain
adalah dengan meningkatkan sumber daya manusia.
Dalam pengembangan kwalitas SDM, Perguruan tinggi merupakan
tempat atau sebuah lembaga pengembangan ilmu dan teknologi yang
diharapkan mampu mencetak lulusan berkwalitas secara teoritis dan praktis
siap kerja. Oleh karena itu, mahasiswa Teknik Kimia di Politeknik LPP
Yogyakarta wajib melaksanakan program Praktek Kerja Lapang (PKL).
Praktek Kerja Lapang dilakasanakan sebanyak 3 kali. Praktek Kerja Lapang
sangat perlu karena dengan adanya kegiatan ini maka mahasiswa akan lebih
mudah untuk mengembangkan kwalitas sumber daya manusia dengan tidak
hanya memperoleh pengetahuan teoritis namun juga akan memperoleh
pengalaman dan praktek secara langsung bekerja dalam suatu pabrik yang
dapat mendukung ilmu pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah.
Sehingga dengan cara tersebut mahasiswa dapat mengetahui sistem
pemeliharaan dan supervisi alat oleh bagian instalasi serta memahami sistem
utilitas di pabrik secara langsung.
Dengan demikian, program Praktek Kerja Lapang I (PKL) ini akan
sangat membantu dalam peningkatan kwalitas SDM mahasiswa sehingga
pada nantinya akan mampu mencetak tenaga kerja yang berkompeten dan
profesional serta dapat membangun dan mengembangkan industri PT.
Perkebunan Nusantara X menjadi lebih baik.
C. Manfaat
Dengan adanya praktek kerja lapang ini secara umum dapat
bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan mahasiswa dan sekaligus dapat
menjadikan pengalaman di dalam pabrik.
D. Permasalahan
Beberapa permasalahan yang berkaitan dengan pelaksanan praktek
kerja lapang ini adalah :
E. Batasan Masalah
Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang I ini disesuaikan dengan program
studi dan tingkat (semester) di Politeknik LPP Yogyakarta. Dalam praktek
kerja lapang 1 di PG. Pesantren Baru diberikan batasan masalah sebagai
berikut :
1. Orientasi pabrik
2. Pengenalan alat dan fungsi bagian-bagiannya
3. Cara kerja alat
4. Proses produksi
F. Metode Praktek
Dalam penyusunan laporan penulis menggunakan metode penyusunan
data dengan observasi, wawancara dan dari perpustakaan. Adapun pengertian
dari masing–masing metode di atas adalah sebagai berikut ini :
H. Sistematika Pembahasan
Dalam penulisan laporan kerja praktek ini dibagi dalam beberapa bab,
adapun urutan dari bab tersebut adalah :
BAB 1 : Pendahuluan
Pendahuluan ini merupakan bab yang berisi tentang
penguraian latar belakang permasalahan, tujuan PKL I,
pembatasan permasalahan dan metode yang dipakai.
BAB XI : Laboratorium
Bab ini berisi tentang jenis-jenis analisa yang dilakukan
setiap 1 jam, 2 jam,8 jam, 24 jam dan periode (15 hari),
tempat dan cara pengambilan contoh, cara untuk
mengetahui berat ampas, nira air imbibisi, nira, blotong
melasse dan gula, UPLC, penangkap debu dan pengendap
abu.
DAFTAR PUSTAKA
Bab ini berisi daftar bacaan atau referensi yang menjadi
sumber dan dasar penulisan karya Laporan Praktek Kerja
Lapang.
BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
melalui penggunaan fasilitas dan sarana yang lebih ekonomis dan ekonomis
(Hadori yusuf, 1990). Maka, dengan penggabungan tersebut perusahaan
menjadi berukuran lebih besar, sehingga perusahaan lebih fokus, lebih
efisien dan lebih efektif dalam pengelolaannya.
Adapun di PT. Perkebunan Nusantara X mempunyai :
1. Empat belas Pabrik Gula
2. Satu Pabrik Karung Plastik.
3. Dua Unit Pabrik Tembakau
Pabrik-pabrik Gula tersebut adalah :
a. A.Wilayah Dhoho Kediri
1) PG. Lestari Di Kertosono
2) PG. Meritjan Di Kediri
3) PG. Pesantren Baru Di Kediri
4) PG. Ngadirejo Di kediri
5) PG. Modjopanggong Di Tulungagung
b. Wilayah Delta
1) PG. Toelangan Di Sidoarjo
2) PG. Kremboong Di Sidoarjo
3) PG. Watoetoelis Di Sidoarjo
4) PG. Gempolkrep Di Mojokerto
d. Wilayah Sulawesi
1) PG. Bone Di Sulawesi Selatan
2) PG. Caming Di Sulawesi Selatan
3) PG. Takalar Di Sulawesi Selatan
e. Rumah Sakit
1) RS. Gatoel Di Mojokerto
2) RS. Toeloengredjo Di Kediri
3) RS. Klinik Di Jember
Misi Perusahaan :
1. Berkomitmen menghasilkan produk berbasis bahan baku tebu
dantembakau berdaya saing tinggi di pasar domestik dan internasional,
yang berwawasan lingkungan
2. Berkomitmen menjaga pertumbuhan dan kelangsungan usaha melalui
optimalisasi dan efisiensi di segala bidang
3. Mendedikasikan diri untuk selalu meningkatkan nilai-nilai perusahaan
bagi kepuasan pemangku kepentingan melalui kepemimpinan, inovasi
dan kerjasama tim serta organisasi yang profesional
C. LOKASI PERUSAHAAN
PG. Pesantren Baru terletak + 7 km sebelah timur kota Kediri Desa
Pesantren Kecamatan Pesantren Koya kediri Provinsi Jawa Timur. Secara
geografis terletak pada 7050’12.6’’ LS – 7050’30.4’’ LS dan 11204’27,9’’ BT
– 11204’44’’ BT.
d. Sarana Transportasi
PG. Pesantren baru terletak di sebelah timur kota kediri,
sehingga dapat mempermudah transportasi pengangkutan bahan
baku dan transportasi karyawan.
D. STRUKTUR ORGANISASI
PG. Pesantren Baru merupakan unit usaha gula dari lingkup PT.
Perkebunan Nusantara X. PG. Pesantren Baru dipimpin oleh seorang
Administratur yang membawahi lima kepala bagian, yaitu :
E. TENAGA KERJA
Menurut sifat dan jenis hubungan kerjanya maka karyawan tersebut
dibagi menjadi beberapa kelompok antara lain :
1. Karyawan tetap
Adalah karyawan yang bekerja secara terus menerus (dalam musim
giling maupun luar musim giling) sampai batas usia pensiun (55 th), yang
hubungan kerjanya diatur dalam Kesepakatan Kerja Bersama yang mana
KKB tersebut di tanda tangani oleh pihak-pihak yang mewakili. Untuk
Perusahaan diwakili oleh Direktur SDM dan beberapa Direktur lainnya.
Sedangkan untuk Karyawan diwakili oleh Serikat Pekerja tingkat
Perusahaan (SP PTPN 10). Untuk karyawan tetap sendiri ada 2 (dua) unsur
yaitu :
a. Karyawan Pimpinan, yang mempunyai tugas manajerial selaku
pimpinan di perusahaan.
b. Karyawan Pelaksana, yang mempunyai tugas melaksanakan pekerjaan
sesuai job disc masing-masing.
BAB III
PEMBAHASAN
Industri pabrik gula bukan merupakan pabrik penghasil gula dalam arti yang
sebenarnya karena pabrik gula yang sebenarnya adalah tanaman berklorofil yang
melakukan fotosintesis.
6 CO2 + 6 H2O C6H12O6 + 6 O2
Hasil dari fotosintesis berupa glukosa (C6H12O6) mengikat monosakarida
lainnya sehingga terbentuk sukrosa (C12H22O11) yang merupakan gula yang
digunakan untuk konsumsi.
C6H12O6 + C6H12O6⇔ C12H22O11 + H2O
Industri pabrik gula hanya mengubah sukrosa yang dihasilkan menjadi kristal
sukrosa/gula. Sukrosa yang dihasilkan dalam tanaman harus memiliki kadar yang
tinggi agar kristal sukrosa/gula dihasilkan banyak sehingga Indonesia yang
beriklim tropis menggunakan tanaman tebu. Proses pengubahan sukrosa menjadi
kristal sukrosa/gula pada pabrik guladisebut proses pabrikasi gula.
Pabrik Gula Pesantren Baru memproduksi gula dengan bahan baku tebu. Pada
tahun 2015 kapasitas terpasang 6250 TCD. Pada prinsipnya produksi gula di PG.
Pesantren Baru ini mulai dari penyiapan bahan baku (tebu) sampai menjadi
produk (gula) melalui beberapa proses, secara garis besar yaitu:
A. Emplasement
Tebu diterima di cane yard untuk didaftarkan dan ditimbang. Berat
total tebu yang ditimbang per hari ini digunakan sebagai dasar perhitungan
proses produksi. Lori-lori yang berisi tebu ditimbang dan diatur sedemikian
rupa sehingga penggilingan dapat dilakukan sesuai dengan urutan kedatangan
atau FIFO = first in first out.
B. Stasiun Gilingan
Tebu dari lori dan truk diangkat dan diletakkan di meja tebu kemudian tebu-tebu
dibawa ke cane cutter I dan cane cutter II oleh cane carrier untuk
C. Stasiun Pemurnian
1. Mass Flowmeter Nira Mentah
Nira mentah dari stasiun gilingan ditampung dan dipompa melewati
flowmeter yang berfungsi untuk mengetahui berat nira yang masuk ke
stasiun pemurnian. Hal ini bertujuan untuk mengetahui bobot nira yang
akan diolah menjadi gula dan sebagai data pengawasan pengolahan.
3. Proses Defikasi
Setelah mencapai suhu 75 ºC, pada nira mentah ditambahkan susu
kapur melalui pre contacktor dan selanjutnya masuk pada defekator I
hingga pH 7,2. Pada defekator II ditambahkan lagi susu kapur, sehingga
mencapai pH 8,6. Untuk pemantauan pH pada defekator I diukur dengan
larutan BTB, dan pada defekator II dengan indicator PP. Defekator
merupakan tangki silindris tegak yang dilengkapi dengan pengaduk,
tujuannya supaya campuran nira dan susu kapur homogen. Untuk
menjatah susu kapur digunakan “Splitter Box”.
4. Sulfitasi
Keluar dari proses defikasi, selanjutnya nira mentah menjalani proses
sulfitasi untuk dinetralkan dengan gas SO2 sehingga pH-nya mencapai 7,2.
Reaksi sulfitasi adalah : SO2 + H2O H2SO3
H2SO3 2H+ + SO32-
Ca + SO3 CaSO3
Hasil reaksi ini akan menyelubungi endapan-endapan yang mudah ditapis.
SO2 untuk proses sulfitasi diperoleh dari pembakaran belerang di “Sulphur
Burner”. Pemasukan gas SO2 dilakukan lewat Ventury sebelum nira
mentah masuk ke bejana sulfitator.
Reaksi yang terjadipada sulphur burner adalah :
SO2 + O2 SO2 2216.7kcal / kg
Reaksi ini terjadi pada suhu 363 ºC, jika suhu mencapai 900 ºC akan
terbentuk : SO2 + O2 SO42-
Senyawa ini tidak dikehendaki karena kelarutannya tinggi dan sangat
asam, sehingga menimbulkan pengerakkan dan korosi yang hebat pada
evaporator, selain itu juga merusakkan sukrosa.
D. Stasiun Penguapan
Kandungan air pada nira jernih cukup tinggi yaitu 80% . Untuk
menghilangkan air, agar diperoleh nira yang pekat perlu proses penguapan
yang dilakukan di Evaporator.
Badan penguapan yang digunakan adalah jenis calandria evaporator .
PG. Pesantren Baru mempunyai 9 buah evaporator, Pemanasan badan I
menggunakan uap bekas, sedang badan-badan berikutnya (2, 3, 4 dan 5)
menggunakan uap nira badan didepannya. Karena suhu tinggi merusakkan
sakarosa, maka proses penguapan dilakukan dalam tekanan vacuum dan dalam
sistem bertingkat.
Hasil dari proses evaporasi ini berupa nira kental dengan kepekatan
(32-34)º Be. Untuk menghasilkan tekanan vacuum pada proses evaporasi
digunakan bejana pengembun (kondensor). Ini terjadi karena adanya
perubahan fase uap menjadi embun (kondensasi) yang disebabkan adanya
kontak antara uap nira dengan air pendingin dalam hal ini air injeksi didalam
kondensor. Dengan adanya perubahan fase maka terjadi perubahan suhu yang
besar sehingga terjadi penurunan tekanan. Uap nira dialirkan ke kondensor
adalah uap dari evaporator terakhir.
E. Stasiun Kristalisasi
Kristalisasi bertujuan mengubah sukrosa dari bentuk larutan menjadi
kristal, dengan cara menguapkan nira kental sampai kekentalan 78–80 º Brix,
sehingga memungkinkan terjadi penempelan. Kristal yang terbentuk sedapat
mungkin mempunyai ukuran yang sesuai dengan kriteria kristal. Pada vacuum
pan diusahakan tidak terbentuk kristal palsu.
Proses kristalisasi pada PG. Pesantren Baru menggunakan skema
masak ACD.
F. Stasiun Fosfatasi
Stasiun fosfatasi merupakan salah satu cara dari pemurnian yang
diaplikasikan secara khusus pada pabrik gula untuk mengolah raw sugar (gula
mentah) menjadi refined sugar (gula putih). Pada cara pemurnian ini
menggunakan asam fosfat (H3PO4), kegunaannya untuk memudahkan
terjadinya gumpalan yang dapat mengikat zat-zat bukan gula (terutama zat
warna) pada nira mentah, sehingga zat-zat bukan gula dapat dengan mudah
dipisahkan. Proses pemurnian ini melalui beberapa tahap sebagai berikut :
1. Raw sugar melting
2. Melt screening
3. Melt Clarification System
4. Melt Filtration
5. Melt decolorisation
G. Stasiun Puteran
Ada dua jenis puteran yaitu puteran diskontinyu dan puteran kontinyu.
Puteran diskontinyu untuk masakan A dan SHS, sedang yang puteran
kontinyu untuk masakan C dan D. Puteran diskontinyu yang beroperasi secara
otomatis seperti dipergunakan PG. Pesantren Baru disebut High Grade
Fugal’s (HGF) sedangkan yang kontinyu disebut Low Grade Fugal’s (LGF).
H. Sugar Handling
Berfungsi untuk mengangkut gula produk SHS yang keluar dari HGF
menuju pengemasan, dalam perjalanan menuju pengemasan gula dikeringkan
dan didinginkan di “Sugar Dryer and Cooler” agar kadar air dalam gula yang
turun dari HGF yang masih relatif tinggi dapat diturunkan sampai seperti
yang diinginkan. Setelah gula dingin dan kering gula dimasukan ke
“Vibrating Screen” untuk diseleksi. Hanya Kristal gula yang berukuran
normal saja (0,9 mm – 1,1 mm) yang dikarungi, gula krikilan, gula halus
sebagai dry seed dilebur dan diproses kembali.
Menjelang akhir perjalanan menuju pengemasan gula produk ini
masuk ke sugar bin untuk ditimbang. Satu kali timbang dengan berat bersih
(netto) 50 kg, tidak lebih dan tidak kurang.
BAB IV
TIMBANGAN TEBU
Proses penimbangan merupakan proses paling awal ketika truk tebu dari
antrian kemudian masuk ke pabrik. Penimbangan memiliki peranan yang
penting karena menjadi acuan dalam perhitungan ongkos angkut, upah tebang,
perhitungan proses pabrikasi (pengolahan) sampai dengan bagi hasil gula
milik petani.
A. Timbangan Tebu
Tebu yang telah ditebang harus segera ditimbang terlebih dahulu untuk
mengetahui bobotnya. Selang waktu antara penimbangan tebu dan gilingan
diusahakan seminimal mungkin. Hal ini bertujuan untuk menghindari
pengurangan berat tebu dan kerusakan saccarosa. Fungsi timbangan tebu
adalah untuk mengetahui berat tebu yang sebenarnya akan masuk ke gilingan.
Hasil dari penimbangan dicatat sebagai pengawasan pabrikasi dan
penghitungan biaya tebang angkut serta bagi hasil tebu petani. Di PG.
Pesantren Baru mempunyai 2 jenis timbangan, yaitu timbangan berkel dan
timbangan crane (digital crane scale/ DCS).
B. Truk
Truk adalah sarana alat transportasi darat dengan prasarana jalan raya,
Truk memiliki efisiensi waktu dan daya jelajah yang tinggi serta
kemampuan jangkau yang luas sehingga menguntungkan bila digunakan
pada lahan-lahan yang jauh dan sulit medannya, disamping itu truk juga
memiliki kapasitas yang lebih besar daripada angkutan lainnya. Semakin
jauhnya lahan tebu dari pabrik menjadi penyebab utama pemilihan truk
sebagai sarana transportasi utama untuk mengangkut bahan baku tebu.
1. Truk
3) Tajuk : Untuk
: menyangga muatan berupa batang tebu
5) Roda : Untuk
: menjalankan truk
C. Lori
Lori merupakan alat transportasi darat dengan prasarana jalan lori (lier
lori). Pada zaman dahulu lori adalah angkutan utama yang digunakan oleh
pabrik gula untuk mengangkut bahan baku dan hasil samping industri
gula. PG. Pesantren Baru memiliki kurang lebih 450 lori dengan 4 diesel
penggerak serta 15 jalur lier lori.
1. Lori
5) Aspot : Tempat
: bertumpu poros roda lori
2. Lier Lori
3) Berat tebu akan dikirim dari Digital Crane Scale ke teledata dan
terprogram di komputer.
4) Pengemudi truk akan menyerahkan SPTA (Surat Perintah
Tebang Angkut) ke operator dan SPTA akan di ganti dengan
print out berat netto tebu dan sebagai tanda bagi hasil petani.
2. Jembatan Timbang
Di gunakan untuk menimbang dengan berat maksimal 40 ton. Berikut
contoh data timbangan berkel :
1. Jembatan
Sebagai tempat benda yang akan ditimbang
2. Load cell
Bertugas sebagai penghitung beban yang kemudian dikirim ke tele
control
3. Landasan
Sebagai tempat tumpuan load cell dan jembatan timbang
4. Telle control (papan penunjuk angka digital)
Mengelola dari load cell untuk ditampilkan dalam bentuk angka
digital yang dikirim ke unit computer dan Digital display. Dan
merupakan papan penunjuk angka digital
5. Komputer
Menerima input dari telle control dan input data dari operatoryang
selanjutnya diolah dalam database untuk disimpan dandikirim ke
printer
6. Printer
Mesin pencetak hasil timbangan
b) Cara Penimbangan
Sistem penimbangan pada penimbangan ini menggunakan 2
jembatan timbang dengan kekuatan timbang yang berbeda-beda. Hal
ini bertujuan agar penimbangan berlangsung dengan cepat. Jembatan
timbang dibagi menjadi 2 yaitu brutto (truk+tebu), dan tara (truk).
Kekuatan timbang timbangan brutto lebih besar, yaitu 400 ku sedang
kan timbangan tara sebesar 300 ku.
E. Ketelitian Timbangan
Untuk mengetahui ketelitian dan keakurasian timbangan angka pada
monitor yang menunjukkan nilai dengan satuan pembulatan 10 kg. Setelah itu
satuan tersebut diubah ke kwintal dengan pembulatan.
Timbangan tebu untuk memperoleh ketelitian dalam penimbangan
maka dilakukan cara - cara :
1. Sebelum gilingan dimulai, timbangan tebu ditarra terlebih dahulu oleh
Dinas Meteorologi.
2. Pembulatan angka dimaksudkan untuk meminimalisir kesalahan
penimbangan
3. Tarra ( rantai dan sling ) sebelum digunakan diketahui dulu beratnya
4. Minimal setiap 1 bulan sekali di cek timbangan secara manual oleh
petugas.
BAB V
HALAMAN PABRIK
A. Halaman Pabrik
Halaman pabrik atau sering disebut dengan emplasemen adalah tempat
untuk menampung dan mengatur truk dan lori yang bermuatan tebu sebelum
menuju ke meja tebu untuk digiling selain itu juga untuk penyimpanan tebu
untuk giling besok harinya agar tetap terpenuhi giling berkelanjutan. Tempat
untuk lori-lori disebut emplasemen lori, sedangkan untuk truk disebut
emplasemen truk. Emplasemen truk dan lori diatur sesuai urutannya.
Tebu yang berada di emplasemen tidak boleh lebih dari 24 jam karena
akan mempengaruhi kesegaran tebu sehingga tebu harus segera digiling
Waktu antara penebangan dan penggilingan harus sependek mungkin,
sehingga sukrosa dalam tebu tidak mengalami kerusakan yang semakin parah
dan akan menurunkan rendemen tebu. Untuk menekan hal tersebut, maka di
emplasemen di tanami pohon. Di PG. Pesantren Baru terdapat 3 emplasemen,
yaitu: Emplasemen barat, emplasemen timur dan emplasemen selatan.
Sedangkan yang dioperasikan hanya Emplasemen selatan dan Emplasemen
timur. Emplasemen barat untuk cadangan jika pada emplasemen timur jumlah
truk melebihi kapasitas.
Dalam pengaturan lori atau truk di PG. Pesantren Baru menggunakan
metode FIFO (First In First Out) yaitu truk dan lori bermuatan tebu yang
datang lebih awal akan digiling terlebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk
meminimalkan terjadinya kerusakan sukrosa (inversi sukrosa). Akan tetapi,
apabila tebu dalam keadaan terbakar maka harus didahulukan terlebih dahulu
karena tebu yang terbakar sukrosanya sangat rawan mengalami inversi sukrosa
sehingga rendemen tebu akan menurun.
1. Emplasemen Selatan
Terletak di sebelah selatan PG. Emplasemen ini digunakan untuk
menampung lori yang berisi tebu. Tebu yang diangkut truk dari
emplasemen timur ditimbang dengan DCS, lalu dipindahkan ke lori dan
didorong ke emplasemen selatan. Emplasemen ini harus rindang, agar
tebu tidak kering karena terkena sinar matahari. Penyusunan lori juga
harus berdasarkan system FIFO (First In First Out). Emplasemen ini
mempunyai 2 jalur aktif yang di lewati lori menuju katrol pelepas tebu
(cane unloading crane) dan 1 jalur aktif untuk jalur lori kosong.
Penggunaan emplasemen lori ini kurang efisien karena harus bongkar
angkut terlebih dahulu sebelum digiling, namun emplasemen ini harus
ada untuk cadangan.
2. Emplasemen Timur
Terletak di sebelah timur PG. Disini ada beberapa pos yang
dilalui truk sebelum sampai ke pos penimbangan. Pada pos pertama
adalah pengecekan dengan sistem Narada. Sistem Narada merupakan
sistem pengecekan truk yang telah memiliki tanda yaitu Radio
Frequenci dengan Hp berisi aplikasi Narada dengan koneksi NFC
(Near-Field Communication). Sistem ini bertujuan untuk memantau
tebu wilayah. Truk berisi tebu yang langsung datang dari kebun
diperiksa SPTA (Surat Perintah Tebang Angkut) dan surat kelengkapan
lainnya dan dicocokkan dengan hasil data yang diperoleh dari sistem
Narada. Jika data sama maka truk menuju ke pos selanjutnya dan jika
data tidak sama maka truk harus kembali.
Pada pos kedua adalah pengecekan Brix dan Ph. Dimana tebu
dari tiap-tiap truk dianalisa Brix-nya dengan menggunakan
refraktometer, refraktometer yang digunakan adalah refraktometer type
Atago. Brix tebu minimum harus mencapai 18obrix (tergantung
kebijakan Administratur masing-masing PG), pengecekan brix
dilakukan tiga kali. Jika kurang dari batas minimum maka tebu
dipulangkan. Selain Brix, tebu juga dianalisa pH-nya dengan pH-meter.
PH tebu harus di atas 5, jika kurang dari itu maka tebu tersebut wayu.
Dan di Pos ketiga adalah pembagian jalur truk. Dimana truk akan
diarahkan pada timbangan DCS atau langsung diarahkan ke jalur meja.
Pengurutan truk diurutkan berdasarkan waktu kedatangan. Truk yang
masuk tiap harinya dapat mencapai ±1000 truk. Emplasemen ini
mempunyai 10 jalur truk, 1 jalur berisi kurang lebih 15-20 truk,
penyusunan truk berdasarkan system FIFO (First In First Out). Truk-
truk dalam 1 jalur dibawa kejembatan timbang, sedangkan truk-truk
dalam jalur satunya dibawa ke timbangan DCS (Digital Crane Scale)
yang kemudian dipindah ke lori, itu merupakan proses transloading.
Tebu yang digunakan pada proses transloading harus tergiling pada
3. Emplasemen Barat
Emplasemen barat ini terlaetak pada sebelah barat PG.
Emplasemen barat digunakan untuk tempat cadangan jika pada
emplasemen timur tidak mampu lagi menampung truk-truk yang akan
di timbang dengan DCS.
Menghitung tebu yang digiling tiap hari dilakukan pada setiap 1 jam
sekali, mulai jam 07.00 WIB pagi sampai dengan 06.00 WIB pagi. Sedang
perhitungan jumlah tebu yang masuk adalah jam 14.00, tebu masuk mulai jam
06.00 – 21.00 WIB, merupakan perhitungan yang bersifat sementara,
digunakan sebagai data taksaksi jumlah tebu yang harus di tebang pada hari
2) Contoh Perhitungan :
Sisa tebu kemarin : 36.526ku
Tebu masuk hari ini : 18.131 ku +
Jumlah tebu tersedia : 54.657 ku
Tebu digiling hari ini : 41.886 ku -
Sisa tebu hari ini : 12.771 ku
Adapun masalah yang mungkin atau sering terjadi yaitu adany jam
berhenti giling yang akan membuat perhitungan diatas kurang tepat, jika jam
giling berhenti dalam waktu panjang maka perlu adanya revisi pada penentuan
jumlah penebangan untuk besok hari. selain itu, akibat dari berhenti giling
yang panjang mengakibatkan tebu akan tersimpan lebih lama di emplasemen
yang mampu menyebabkan inversi sukrosa.
Untuk mengetahui, mengontrol sisa tebu hari ini dilakukan perhitungan
jumlah lori dan truk kemudian dicocokkan dengan data yang ada. Sebaiknya
pabrik menyediakan cadangan tebu sebesar 12–25 % dari kapasitas gilingan.
Hal ini untuk menghindari tebu wayu yang terlalu lama menunggu di
emplasemen. Oleh kerena itu, persedian tebu yang ada di halaman harus selalu
dikontrol.
Di PG. Pesantren Baru tebu yang akan digiling harus antri dulu di
jalur yang tersedia. Pengaturan tebu yang akan digiling sangat penting untuk
menerapkan system FIFO (First In First Out). Tebu yang masuk kedalam
pabrik harus mengantri untuk digiling. Urutan tebu digiling sesuai dengan
sistem FIFO (First In First Out). Truk tebu yang datang akan mengantri
didepan Cane Crane untuk dipindahkan tebunya dari truck ke meja tebu
sekaligus ditimbang sesuai dengan urutan masin-masing. Begitu juga
dengan angkutan lori, lori tebu yang mengantri disepanjang railban harus
sesuai dengan system FIFO (First In First Out) untuk meminimalisir
ataupun menghindari inversi sukrosa. Tebu yang masuk diharapkan
memenuhi kriteria MBS yaitu manis, bersih, segar.
BAB VI
STASIUN GILINGAN
A. Stasiun Gilingan
Ampas 5 ke
ST. Ketel
Merk Demag
Kapasitas (ton) 10
Jumlah (unit) 4
HP/Kw 10,8
Ratio 1:300
1. Motor penggerak I
Sebagai pengangkat tebu dari lori dan truk ke meja tebu dan arah
gerakan naik turun
2. Motor penggerak II
Sebagai penggerak derek ke arah kiri dan kanan
3. Motor penggerak III
Sebagai penggerak derekmaju dan mundur
4. Kawat baja
Sebagai pengangkat tebu yang dihubungkan dengan elektromotor I
5. Rantai pengikat (gebral)
Sebagai pengingkat tebu dari lori menuju ke meja tebu
6. Pengait rantai
Sebagai pengait tebu pada waktu diangkat dan dilepas
7. Beban (tebu)
Tebu yang diangkat dari lori/truk ke meja tebu
8. Tempat operator
Untuk mengendalikan alat pengankat tebu (cane crane)
9. Meja tebu
Tempat mengatur tebu sebelum mauk ke cane carrier
10. Cane carrier
Untuk mengenkut tebu ke alat pendahuluan (cane preparation)
11. Operator meja tebu
Untuk mengatur banyak sedikitnya tebu yang dikirim ke cane
carrier
12. Crane cadangan
Sebagai crane cadangan jika crane utama mengalami kerusakan
Tebu yang berada pada lori maupun truk diatur agar tepat berada
di bawah crane, rantai diturunkan dengan menggunakan motor
penggerak I kemudian tebu tersebut diikat dengan rantai pengikat
(gebral) secara manual. Setelah terikat dan terkait, operator menekan
tombol operasional crane sehingga tebu terangkat dari lori atau truk
dan diatur sedemikian rupa hingga tebu tepat berada di atas meja
tebu. Tebu diturunkan dengan arah tegak lurus, kemudian rantai
dilepas dengan menggunakan motor penggulung kabel baja penarik
gebral bersamaan dengan rantai pengikat tebu ditarik lagi ke atas dan
digerakkan ke arah lori atau truk berikutnya untuk kembali
mengangkat tebu.
Jumlah rantai 6
Ratio 1 : 300
4
5
7. Motor penggerak
Untuk menggerakkan roda penggerak
2 11
2 4
5
4 3
Tenaga penggerak
Type CYRPG-448 -
No Seri RS48001-01 -
1 1
3 2
3 5
5
Keterangan :
1. Piringan /disc
2. Pisau
3. Baut
4. Bearing
5. Poros
4 4
1. Piringan 4. Bearing
2. Pisau 5. Poros
3. Baut
3. Baut
Sebagai penguat posisi pisau tebu agar tidak lepas dari piringan
4. Bearing
Tempat kedudukan as
6. Poros
Sebagai dudukan piringan (disc)
5. Carding Drum
Alat ini berfungsi sebagai perata dan pengumpan tebu ke HDHS
(Heavy Duty Hammer Shredder) dengan arah putaran berlawanan dengan
cane carrier sehingga ketebalan tebu yang masukHDHS rata.Carding
Drum berbentuk silinder dan pada silindernya dipasang batang-batang besi
segi empat dengan posisi tegak lurus. Batang inilah yang menyentuh
permukaan tebu dengan ketinggian tertentu dan dihamburkan secara
merata.
Merk WALKERS
Penggerak Elektromotor
1
1
3. Pengaruk
4
1. Poros
2. Drum
3
2
3
4
2
Tebu yang telah dipotong dan dicacah oleh pisau tebu (cane cutterI
dan II) tidak rata ketebalannya, untuk mempermudah proses
selanjutnya tebu tercacah diatur ketebalannya dengan jalan diratakan
oleh putaran batang penggaruk Carding Drum. Motor penggerak
mengerakkan as Carding Drum sejalan dengan pisau tebu. Sambil
meratakan tebu,Carding Drum memindahkan tebu ke HDHS.
Merk WALKERS
Ukuran panjang (mm) 1900
Ukuran diameter (mm) 1520
Jumlah disc (piringan) 20
Jumlah piringan tepi 2
Diameter piringan (inchi) 60
Jumlah Hammer (buah) 80
Tahun pembuatan 1976
Kecepatan (rpm) 1200
Penggerak Steam turbine
Penggerak
Merk turbine Dresser rand
Model N 2100 C
Serial no 10519
Order no 847821
Ratio 1 : 4,95
Carding drum
Cane carier
1
2
3
Baut setelan
4
Elevator
Keterangan gambar
1. Palu ( Hammer )
2. Poros
3. As. Penggerak
4. Plat Baja
5. Great Bar
1. Hammer
2. As shredder
3. Disc
4. Grid bar
5. As hammer
Merk WALKERS
Penggerak Elektromotor
1 Garu/cakar ampas
Rantai
Tampak samping
Tampak atas
1 2
3
6 7
4
Keterangan gambar
1. Garu / Cakar
2. Rantai cakar
3. Bantalan rantai
4. Plat dasar IMC
5. Roda gigi
6. Gearbox
7. Motor penggerak
1. Cakar ampas
2. Rantai cakar
3. Bantalan rantai
4. Plat dasar IMC
5. Roda gigi
6. Gear box
7. Motor penggerak
Uraian Gilingan
Rol Atas
Type Rol Lubi Rol Lubi Rol Lubi Rol Lubi Rol
konvensio
nal
Tinggi 50 mm 50 mm 50 mm 50 mm 50 mm
alur
Rol Depan
Type Rol Lubi Rol Lubi Rol Lubi Rol Lubi Rol Lubi
Tinggi 50 mm 50 mm 50 mm 50 mm 50 mm
alur
Rol Belakang
Type Rol Lubi Rol Lubi Rol Lubi Rol Lubi Rol Lubi
Tinggi 50 mm 50 mm 50 mm 50 mm 50 mm
alur
Pressure feeder
Tinggi 36 mm 30 mm 29 mm 32 mm 31 mm
alur
Uraian GILINGAN
No seri 19407
Roll Gilingan
5 6
2
1 3
9 8
10
11
12
13
14
7 10
13
10
6
7
11
12
8
1
9
12. Pompa
Untuk memompa minyak ke dalam akumulator.
Merk ASEA
Kemiringan 450
Penggerak Elektromotor
Power (kw) 30
Power (kw) 30
Ratio 1 : 40
1 Garu/cakar ampas
Rantai
Tampak samping
Tampak atas
1 2
3
6 7
4
Keterangan gambar
1. Garu / Cakar
2. Rantai cakar
3. Bantalan rantai
4. Plat dasar IMC
5. Roda gigi
6. Gearbox
7. Motor penggerak
halus tidak terbawa ke proses berikutnya. Ampas yang tersaring akan jatuh ke
IMC 1 untuk selanjutnya di bawa ke gilingan II. Di PG. Pesantren Baru
mempunyai 2 saringan nira, yakni :
1. Rotary Screen (Cush – Cush)
Rotary Cush–Cush merupakan saringan berbentuk silinder yang
berputar dimana ujung yang satu sebagai saluran input, saluran yang
satunya sebagai output ampas yang terjebak dari dalam saringan. Pada sisi
bawah terdapat bak penampung yang terdapat saluran pompa untuk
mengirim nira tersaring ke timbangan boulogne di stasiun Pemurnian.
Sedangkan ampasnya melalui talang ulir dikembalikan ke unit gilingan
pada hasil ampas gilingan I.
Jumlah unit 1
Kemiringan 15o
8
1
7
4
6
Keterangan Gambar
1. Saringan/mesh
2. Pipa nira
3. Talang ampas
4. Screw/poros ulir
5. Corong penampung nira
Talang ulir 6. Motor penggerak
7. Bantalan rol tumpuan
8. Rantai penggerak
Keterangan Gambar
1. Saluran nira
2. Saringan/mesh
3. Corong penampung nira
3 4. Screw conveyor
Keterangan gambar :
BAB VII
STASIUN PEMURNIAN
A. Stasiun Pemurnian
Stasiun pemurnian mempunyai tujuan utama untuk memisahkan
kotoran , koloid dan unsur bukan gula yang terdapat dalam nira mentah baik
yang terlarut maupun yang tidak dengan menambahkan bahan pembantu
untuk menaikkan kemurnian serta meminimalkan kerusakan sukrosa sekecil-
kecilnya dalam waktu yang relatif singkat. Oleh sebab itu agar tidak
mengganggu proses pembuatan gula, senyawa-senyawa tersebut harus
dihilangkan terlebih dahulu dan pada proses ini disebut proses pemurnian.
Dalam proses pemurnian di PG. Pesantren Baru menggunakan proses
pemurnian fosfatasi pada tanggal 25 juli–12 agustus 2015 dan selanjutnya
menggunakan pemurnian sulfitasi, peralihan sistem tersebut dikarenakan
limbah yang dihasilkan pada sistem pemurnian phosphatasi berbahaya.
Pemurnian sulfitasi yaitu proses pemurnian nira dari pH ± 6 dinaikkan
menjadi 7,2 pada defekator I, lalu dinaikan lagi sampai pH 8,5 di defekator II
kemudian diturunkan menjadi 7,2 di bejana sulfitasi. Bahan pembantu proses
pemurnian yang digunakan antara lain asam phospat, susu kapur (Ca(OH2),
gas belerang (SO2), dan flokulant.
Proses pemurnian diawali dengan penimbangan nira mentah tersaring
menggunakan flow meter dari stasiun gilingan kemudian ditampung di tangki
nira mentah. Nira mentah yang telah tertimbang dialirkan ke peti
penampungan dan diberi asam phospat untuk membentuk inti endapan.
Kemudian dipanaskan pada juice heater I sampai suhu 75 –800C, kemudian
nira masuk pada defekator I dan defekator II ditambahkan susu kapur (06 Be)
untuk manaikkan pH, dari defekator nira masuk ke bejana sulfitasi untuk
dinetralkan sampai pH 7,2 dengan gas SO2 kemudian dipanaskan di juice
heater II suhu 1050 – 1100 C.
Dari juice heater II nira masuk ke flash tank dan selanjutnya melewati
snow balling, disini nira ditambahkan flokulan kemudian nira akan menuju
bejana pengendapan (door clarifier) untuk diendapkan kotorannya dan
dilakukan pemisahan antara nira jernih dan nira kotor.
Keterangan gambar :
250
2 TCH
2. Juice Heater II
Nira tersulfitir dari peti sulfitator dipanaskan hingga mencapai suhu
±105˚C. Tujuan dari pemanasan ini yaitu:
a. Menyempurnakan reaksi yang terjadi dalam nira dengan penambahan
fosfat, susu kapur, dan gas SO2 pada peti reaksi sebelum memasuki
juice heater II
b. Menaikkan titik didih nira sehingga mempercepat proses pengendapan
D. Peti Reaksi
Peti reaksi merupakan tempat nira bereaksi dengan bahan-bahan
pembantu proses di stasiun pemurnian nira. Di PG. Pesantren Baru
menggunakan sistem pemurnian sulfitasi.
1. Defekator
Berfungsi sebagai tempat mereaksikan antara nira mentah
dengan susu kapur. Nira terlebih dahulu masuk ke dalam pre
contactor tank untuk dicampur dengan susu kapur/Ca(OH)2 dengan
konsentrasi susu kapur 6˚Be ke dalam nira mentah dengan sasaran
pH nira ±7,2. PG. Pesantren Baru mempunyai 2 defekator, yaitu :
1) Defekator I
Berfungsi membentuk gumpalan koloid karena pada pH 7,2.
Pengecekan pH dengan menggunakan indikator BTB yang
merupakan parameter pada defekator I adalah titik iso elektris
dari partikel koloid yang terdapat pada nira tebu dengan waktu
tinggal di defekator I selama 3-5 menit.
2) Defekator II
Berfungsi membentuk inti endapan Ca3(PO4)2 setelah
penambahan susu kapur/Ca(OH)2 bereaksi dengan asam phospat
Volume 3356 m3
Sebagai saluran susu kapur dari bak penampung susu kapur ke pre
contactor tank
7. Pengaduk
Berfungsi untuk mengaduksusu kapur dengan nira sehingga
tercapai larutan yang homogen
8. Pipa jiwa
Berfungsi untuk mempertinggi turbulensi larutan di dalam peti
dengan cara memperbanyak sirkulasi larutan
9. Defekator I
Nira terkapur dari pre contactor tank diaduk disini supaya terjadi
larutan yang homogen
11. Defekator II
Sebagai reaktor lanjutan untuk penambahan susu kapur pada nira
agar tercapai pH sasaran
2. Sulfitator
a) Sulfitator Nira Mentah
Nira terkapur dari defekator direaksikan dengan gas SO2 di peti
sulfitasi nira mentah. Tujuan dari penambahan gas sulfit ini yaitu
agar terbentuk endapan CaSO3 yang bersifat irreversible (kuat) dan
untuk menurunkan pH nira menjadi sekitar 7,2. Indikator yang
digunakan adalah indikator PAN.
Pabrik Gula Pesantren baru mempunyai 3 unit sulfitator, 1 unit
digunakan untuk sulfitasi nira mentah, sedangkan 2 unit lain
digunakan untuk sulfitasi nira kental. Dari 3 unit Sulfitator tersebut
adalah Jet System Sulfitator. Maksud dari Sulfitator nira kental
Diameter 3500 mm
Ca(OH)2 6oBe
VENTURY
Buffer Tank
Gas SO2
Splitter Box
Pengembalian
susu kapur
Nira Mentah
Defecator II
Pengambilan
contoh nira
Receiver nira
sirkulasi
2. Ruang sirkulasi
Sebagai tempat bersirkulasinya nira
6. Pipa floculant
Untuk pemasukan floculant
2
5 3
4. Penampung nira
Sebagai tempat penampungan nira yang keluar dari kisi– kisi.
5. Pipa pengeluaran nira
Sebagai saluran pengeluaran nira dari flash tank
Tipe Slot
Jumlah 2 unit
Panjang 1500 mm
Lebar 1800 mm
Luas 5,40 m²
Lubang 160 mesh
4. Corong ampas
Sebagai penampung ampas hasil penyaringan
6. Penyangga saringan
Sebagai penahan keluarnya gelembung nira
2. Scraper
Berfungsi untuk menyekrap blotong
3. Pipa luapan
Untuk aliran luapan nira kotor dari bak dibawah drum vacuum
filter ke tangki nira kotor
4. Agitator
Sebagai pengaduk nira kotor agar tidak terjadi endapan
5. Bak nira kotor
Berfungsi untuk menampung nira kotor yang akan ditapis
6. Tangki pemasukan nira kotor
Untuk memasukan nira kotor kedalam RVF
7. Pipa air siraman
Untuk menyiram blotong bertujuan menekan kehilangan gula
8. Pipa nira kotor
Berfungsi untuk penyaluran nira kotor
9. Poros penggerak
Berfungsi untuk menggerakkan RVF
10. Saringan
Untuk menyaring nira kotor.
drum vacuum filter, ampas halus diberikan apabila nira kotor terlalu
encer. Pada penapisan disiram air dengan suhu ± 700 C agar gula
dalam blotong larut.
Saringan yang digunakan dengan diameter lubang ± 0,5 mm yang
berada dipermukaan silinder yang berputar dan bagian bawah silinder
akan tercelup nira kotor.
Pada saat itu terjadi pengisapan nira kotor dengan vacuum rendah
25-30 cmHg, kemudian akan berputar terus masuk ketekanan vacuum
tinggi 45 cmHg dibagian atas diberi siraman air pencuci dan akan
masuk dalam pori–pori blotong. Karena tarikan vacuum nira akan
keluar dari blotong selanjutnya silinder akan masuk daerah bebas
vacuum dimana blotong akan terlepas dengan bantuan scraper dan
jatuh di belt conveyor kemudian ditampung dalam bak blotong dan
diangkut keluar oleh truk. Sedangkan nira hasil tapisan dikembalikan
bercampur dengan nira mentah untuk diproses lagi, selanjutnya
silinder akan berputar seperti semula dan berjalan terus menerus
hingga blotong yang dihasilkan tiap harinya mencapai 15 truk (setiap
truk memuat 8-9 ton blotong).
4340
Display Digital
1. Jembatan
2. Load cell
3. Landasan
4. Display digital
Pada PG. Pesantren Baru ada penghitungan blotong tidak dilakukan karena
ada penimbangan blotong sehingga sudah dapat diketahui berat blotong pada
setiap truk atau hasil blotong per hari.
59.167 ku / 100 ku
d) Menyatakan kapasitas
Untuk menyatakan kapasitas mengacu pada pendapat Lendheer
yaitu : 2,5 m2 luas tapis / 1.000 ku tebu. Alat penapis pada PG.
Pesantren Baru memiliki kapasitas ;
Kapasitas alat penapis = ...40 m2 x 1000 ku tebu
2,5 m2
= 16.000 ku = 1.600 ton tebu
b) Cara kerja :
Kapur tohor yang telah ditimbang di masukan kedalam corong
pemasukan kapur tohor. Dengan terbukanya corong maka kapur tohor
akan masuk kedalam tromol yang berputar dan dipadamkan dengan air
hangat. Kaput tohor yang masuk akan berputar, pecah, dan akan tercampur
dengan air selanjutnya susu kapur akan melewati saringan yang berfungsi
untuk menahan kapur kasar dan batuan lain nya. Susu kapur akan dipompa
ke bak penampungan didalamnya terdapat pengaduk agar tidak
mengendap.
c) Kebutuhan kapur
Kebutuhan kapur tohor (CaO) dipengaruhi oleh kapasitas giling,
jumlah nira yang dihasilkan, dan ditentukan oleh kemurnian kapur.
Keperluan kapur setiap 100 ku tebu di hitung berdasarkan giling selama 24
jam dikalikan 100.
Pada PG. Pesantren Baru dengan kapasitas giling 6250 TCD pemadaman
kapur tohor sebesar 3000 kg per hari dengan densitas susu kapur 60Be (56 mg
CaO/L) dan dispersitas baik yaitu 93 ml.
= 750 kg
= 2250 kg
= 22,5 ku
= 0,03802 ku
Kadar gas SO2 yang keluar dari tobong tidak diukur, gas SO2 yang keluar
tergantung dari tekanan nira yang diberikan.
9
1
8
4 2
Keterangan Gambar
1. Afsluiter pemasukan belerang cair
2. Ruang pencairan belerang
3. Lubang pengisian belerang padat
4. Pemasukan Uap Pemanas
5. Lubang Pemasukan Udara
6. Pendingin Air
7. Ruang Pembakaran
8. Pipa Pengeluaran Gas SO2
9.Mantel Pendingin
L. Sublimator
Sublimator merupakan alat yang diterapkan untuk memisahkan gas SO2
dari pengotornya sehingga diperoleh gas SO2 yang lebih murni, kotoran yang
biasanya tertinggal dalam wadah (tobong belerang) akibat ketidak
mampuannya dalam menyublim. Syarat pemisahan campuran dengan
menggunakan sublimasi adalah partikel yang bercampur harus memiliki
perbedaan titik didih yang besar, sehingga dapat menghasilkan uap dengan
tingkat kemurnian yang tinggi. Sublimator disini merupakan tempat untuk
menyublimkan uap belerang yang tidak teroksida. Sublimator harus bekerja
dengan baik, jika tidak bekerja dengan baik S uap yang tidak teroksidasi akan
menyublim pada pipa-pipa sehingga menyebabkan kebuntuan pipa.
4. Air pendingin
Pendingin untuk sublimator
5. Manhole
Masuknya orang untuk pembersihandan perawatan
6. Batu tahan api
Untuk saringan gas SO2
7. Plat saringan
Untuk penahan batu tahan api
8. Pengosongan air pendingin
Untuk penggantian air pendingin
9. Handhole
Sebagai jalan masuknya tangan
10. Pipa tab
Untuk pengetapan setelah pembersihan
N. Jenis–jenis Pompa
Pompa merupakan alat untuk mentransportasikan suatu cairan dari
satu tempat ke tempat yang lain. Pompa sangat berperan penting dalam
membantu continuitas proses pabrikasi di pabrik gula. Macam-macam
pompa yang digunakan pada PG. Pesantren Baru adalah pompa
centrifugal, pompa rota dan pompa vacuum.
1. Pompa Centrifugal
Pompa centrifugal merupakan pompa yang digunakan pada proses
pemurnian karena viskositas cairannya masih rendah dan dipakai untuk
memindahkan cairan seperti nira mentah, nira encer, nira jernih, air
imbibisi, air kondesat, air embun, susu kapur dan air injeksi. Pompa
centrifugal berfungsi untuk memompa cairan dari peti penampung ke alat–
alat proses selanjutnya.
5. Pompa Injeksi
Pompa injeksi merupakan salah satu alat yang digunakan untuk
pembuat vacuum, fungsi dari pompa injeksi ini adalah untuk memompa air
pendingin ke dalam kondensor, menghindari suhu yang terlalu panas yang
6. Pompa Vacuum
Pompa vacuum digunakan untuk mengeluarkan gas-gas tak
terembunkan dalam nira yang terbawa bersama uap. Pompa vacuum ini
digunakan untuk mengeluarkan gas-gas tidak terembunkan di kondensor
pada badan akhir penguapan (evaporator terakhir).
7. Pompa Rota
Cara kerja pompa rota hampir sama dengan pompa Centrifugal.
Perbedaan keduanya terletak pada sudut–sudutnya yang berbentuk Oval.
Pompa rota mempunyai kemampuan untuk memompa kekentalan cairan
yang tinggi sehingga banyak digunakan di stasiun masakan.
Pada pompa rota tidak terdapat katup searah dan tekanan outletnya bisa
mencapai 200 atm. Pompa ini cocok untuk fluida yang bersih dan viscous
(kental), misalnya masakan, stroop, dan tetes. Serta pompa ini mempunyai
toleransi yang ketat antara bagian-bagian yang bergerak dan bagian-bagian
yang stasioner sehingga dapat mengurangi kebocoran dari ruang buang ke
ruang hisap.
BAB VIII
STASIUN PENGUAPAN
A. Stasiun Penguapan
Stasiun penguapan merupakan stasiun tempat nira jernih diproses
menjadi nira kental. Tujuan stasiun penguapan adalah untuk menghilangkan
sebagian besar air yang terdapat dalam nira dengan biaya sekecil-kecilnya dan
kehilangan gula minimal mungkin. Nira jernih memiliki kandungan air sekitar
80%-85% dan diharapkan kandungan air akan menjadi 35% agar diperoleh
nira kental dengan brix 65%. Dalam proses penguapan diupayakan kecepatan
penguapan yang tinggi dengan biaya yang relatif murah tidak terjadi
kerusakan gula.
Dengan agar badan pemanas yang terpasang berada pada tekanan lebih
rendah dari udara luar (vacuum), maka perlu instalasi tambahan yang dapat
menjadikan badan penguapan itu bertekanan vacuum. Dan tekanan vacuum
terrendah dapat mencapai sekitar 64 cmHg dan suhu terendah sekitar 550C,
yaitu pada badan penguap terakhir dari rangkaian multiple effect.
Sistem penguapan yamng di pakai pada PG. Pesantren Baru adalah
Quintruple effect dengan sistem tersebut maka 1 kilogram uap dapat
menguapkan 1 kilogram nira. Kaidah Relliux menyatakan :
1. Pada satu seri alat penguapan yang terdiri dari n badan, maka tiap
kilogram bahan pemanas dapat menguapkan n kilogram air.
2. Bila uap sejumlah P dapat diambil untuk pemanas dari badan nomor M
yang berasal dari n badan, maka penghematan uap adalah :
E = (M x P) / N
Keterangan :
E = penghematan uap
M = nomor badan yang disadap uapnya
P = jumlah uap yang disadap
N = jumlah badan dalam satu seri
B. Badan Penguapan
Badan penguapan nira di PG. Pesantren Baru menggunakan 9 buah
Evaporator Robert yang dioperasikan dengan sistem pengoperasian
evaporator dalam 5 tingkat (Quintruple Effect) terdiri dari BP I yaitu
Evaporator Robert Baru (BP 3000), BP II, BP III, BP IV dan BP V.
Valve
Nira ke BP II
3. Evaporator Robert
Evaporator Robert Merupakan alat penguapan yang menggunakan
pemanas berupa tromol dengan tipe calandria. Alat ini menggunakan pipa
pemanas (tube) sebagai tempat nira bersirkulasi dan bertukar panas
dengan uap pemanas, di tengah badan terdapat pipa jiwa yang berfungsi
sebagai tempat jatuhnya nira.
14. Corong
Untuk mempermudah masuknya nira kental ke pipa pengeluaran
15. Pipa pembagi
Saluran untuk membagi nira encer masuk ke lampet
16. Manometer shell
Alat ukur takanan dalam ruang nira
2. Pipa amoniak
Alat ini berfungsi untuk mengeluarkan gas–gas tak terembunkan dari
ruang pemanas, agar tidak menghambat perpindahan panas dari uap ke
pemanas nira.
3. Pipa air
Pipa air sebagai saluran masuknya air dalam tromol untuk mencuci
sewaktu diskrap, untuk press tromol mengetahui kebocoran pipa, dan juga
untuk memasak soda.
4. Verklikker
Verkliker adalah suatu alat penangkap nira yang terletak di luar
pan. Alat ini digunakan untuk menangkap nira yang terbawa bersama uap
air dari badan akhir agar nira tidak terikut, karena alat ini dihubungkan
pada kondensor.
3
5
2
D. Kondensor
Kondensor merupakan alat untuk membuat vacuum pada badan
evaporator Robert. Alat ini dilengkapi dengan pompa penyedot udara dan air
injeksi untuk mengembunkan uap nira dan menarik udara sehingga terjadi
kondisi vacuum. Hal ini dimaksudkan supaya air kondensor dapat jatuh
secara gravimetris.
4. Sekat
Untuk memperluas bidang kontak antara uap nira dengan air
pendingin
5. Pipa air jatuhan
Saluran uap nira terkondensasi dan air pendingin ke penampung
6. Pompa vacuum
Untuk menarik gas yang tak terembunkan
7. Pompa air injeksi
Untuk memompa air injeksi dari kolam dan mentransportasikan ke
kondensor
8. Bak tampung air jatuhan
Untuk menampung air jatuhan
Gun = Gjn x
= 6437,5 x
= 5072,04 ton
air =
= 1014,408 ton
Keterangan :
W = kg air injeksi yang dibutuhkan tiap kg uap
tu = suhu uap nira (C)
t = suhu air jatuhan (C)
tα = suhu air injeksi (C)
= 607 + 0,3(70)
= 624,539 kg
Keterangan :
V3 = jumlah udara yang dipompa
L = panjang gerakan piston
D = diameter silinder
n = jumlah gerakan / menit (Rpm)
5. Karet penutup
Sebagai tempat kedudukan ujung pipa kapiler pada ujung botol air
raksa
6. Botol air raksa
Sebagai tempat air raksa.
7. Pipa kapiler
Sebagai tempat naik turunnya air raksa.
2. Manometer Logam
Alat ini digunakan untuk mengukur tekanan dalam ruang badan
dengan satuan kg/cm2 dan satuan cmHg vacuum. Tekanan 1 kg /cm2= 1
atm. Tekanan yang ditunjukkan oleh manometer, misalnya : tekanan 1,5
kg/cm2 = 1 atm. + 0,5 = 1,5 atm
Tekanan cmHg = tekanan dibawah 1 atm.
7. Tuas penerus
Untuk meneruskan tekanan dari pipa logam ke sektor penggerak
roda gigi
8. Pipa penghubung
Untuk saluran tekanan uap dari badan penguapan ke manometer
BAB IX
STASIUN KRISTALISASI
A. Stasiun Kristalisasi
Stasiun kristalisasi merupakan tempat pemasakan nira lebih lanjut
setelah melewati stasiun penguapan agar diperoleh kristal-kristal gula dari
sukrosa yang terlarut dalam nira. Kristal yang terbentuk diusahakan
mempunyai ukuran yang seragam dan sesuai dengan ukuran standar. Selain
dijadikan kristal, larutan gula tersebut juga dipisahkan dari larutan bukan gula
yang terkandung didalamnya. Proses kristalisasi, dilakukan dalam vacuum
pan (ruang hampa) untuk menghindari kerusakan sukrosa akibat suhu yang
tinggi dan agar proses kristalisasi lebih cepat. Dalam proses kristalisasi juga
dihindari terbentuknya kristal palsu, karena kristal palsu akan mempersulit
proses pemisahan stroop pada proses pemutaran. Kristal palsu ini terbentuk
karena uap yang digunakan untuk pemanasan pada vacuum pan kecil dan
terjadinya vacuum tinggi yang menyebabkan vacuum pan menjadi dingin.
Tipe masakan yang ada di PG. Pesantren Baru adalah tipe Calandria
Natural Circulation. Dengan pengoperasiannya yaitu :
B. PAN Kristalisasi
Pabrik Gula Pesantren Baru mempunyai 11 pan kristalisasi dan tiap–
tiap unit memiliki kondensor sendiri.
3. Oper/umpan masakan
1. Pan yang mengumpan masakan
a) Valve uap nira ditutup
b) Valve buangan vacuum dibuka
c) Valve operan bahan dibuka
2. Pan yang diberiumpan
a) Valve uap nira ditutup
b) Valve umpan bahan masakan dibuka
C. Jenis-jenis Valve
1. Valve Nira
4
3 5
2. Valve Uap
a
3. Valve Masakan
3
2
3. Rubber klep
Sebagai membran antara klep dan benda lain sekaligus meredam
hentakan
4. Stang klep
Untuk membuka dan menutup klep
5. Penekan packing
Untuk menahan tekanan pada saat klep dibuka atau ditutup
6. Roda pemutar
Berfungsi untuk membuka dan menutup klep
7. Saluran ketalang
Untuk mengeluarkan hasil masakan menuju talang
E. Palung Penampungan
Berfungsi sebagai penampung masakan dari Vacuum Pan. Di
dalamnya terdapat pengaduk yang digerakkan dengan elektromotor.
Head (m) 60
1
Motor penggerak
3. Pengaduk
Alat untuk mengaduk masakan
Tinggi 2820 mm
Volume 47 m3
Penggerak Electromotor
Kecepatan pengaduk 1450 rpm
Daya 7,5 kW
Jumlah batang pengaduk 192 buah
Panjang batang pengaduk 110 mm
Lama pendinginan 60-120 menit
BAB X
STASIUN FOSFATASI
A. Stasiun Fosfatasi
Stasiun fosfatasi merupakan tempat pemurnian nira lebih lanjut setelah
melewati stasiun masakan, yaitu peleburan raw sugar yang bertujuan untuk
membersihkan cairan dari berbagai padatan yang menyebabkan cairan gula
keruh. Secara kimiawi teknik ini merupakan pembentukan kalsium fosfat
yang menangkap kotoran bukan gula secara lebih kuat dan proses pewarnaan
dengan menggunakan zat khusus yaitu colour precipitant. Partikel-partikel
hasil pembentukan gumpalan primer yaitu kalsium fosfat (Ca3(PO4)2) dari
pemberian asam fosfat (H3PO4) dan kalsium hidroksida (Ca(OH)2) dan
gumpalan sekunder dari pemberian flokulant berupa kotoran yang
menggumpal yang dipisahkan dengan cara pengambangan dengan bantuan
partikel udara yang dibangkitkan dalam aerator. Hasil leburan diklarifikasi
disaring melalui multi-bed filter sebelum menuju proses lanjut yaitu
decolourisation. Fosfatasi merupakan proses yang lebih kompleks dan dapat
dicapai dengan menambah asam fosfat (H3PO4) ke cairan setelah liming.
Leburan yang dihasilkan diusahakan harus benar-benar memiliki kemurnian
yang tinggi, leburan ini dinamakan fine liquor, dimana teknik kristalisasinya
berbeda dengan teknik kristalisasi yang lainnya.
H3PO4 + Ca(OH)2 Ca3(PO4)2 + 6H2O
Proses pertama pada stasiun fosfatasi ini yaitu melting processing,
dimana raw sugar dilebur melalui proses pencucian dengan air proses (sweet
water).
Proses selanjutnya adalah melt clarification system-phospho-floatation,
bertujuan untuk menghilangkan warna dan kekeruhan dari leburan, dan
dimurnikan dengan cara teknik pemisahan flokulant atau flotasi.
Setelah melalui tahap melt clarification system-phospho-floatation
kemudian multibed filtration system disini cairan dipisahkan dari padatan-
padatan tersuspensi dengan melalui pada media filter khusus berupa batu
B. Proses Fosfatasi
1. Melting Processing
Melting processing merupakan tahap pertama pada proses
fosfatasi dengan tujuan yaitu untuk pelunakan dan pembersihan cairan
induk raw sugar yang melapisi kristal untuk memisahkan kristal dari sirup
sehingga kotoran dapat dipisahkan dari gula dan memudahkan pada proses
selanjutnya. Disini raw sugar yang bercampur dengan kotoran berupa
berbagai zat warna, ampas-ampas halus, gum, substansi bukan gula
lainnya dan memiliki warna 800 IU langsung masuk mingler hingga brix
650, maka ditambahkan sweet water (95%) yaitu air yang mengandung
gula yang berasal dari proses decolorization memiliki suhu + 800C.
Saat leburan telah mencapai brix 650 maka leburan dipompa dan
di lebur pada melter, pemberian sweet water pada melter sebanyak 5%.
Setelah dilebur, leburan mengalir melalui brix transmiter dengan
parameter brix 620 dan masuk pada vibro screen yang bertujuan untuk
memisahkan leburan dari non oil solid (NOS) berupa ampas-ampas halus
dan serat-serat fiber serta leburan tersaring di tampung pada buffer tank.
Pada proses ini penurunan warna yang dicapai bekisar 30-5-%.
3. Waktu tinggal yang cukup efisien waktu tinggal pada clarifier untuk
memungkinkan kotoran terpisah dari leburan dan pembuangan gumpalan
yang mengambang
3. Multibed Filter
Multibed filter merupakan proses lanjutan setelah melalui proses melt
clarification system, dimana tujuannya adalah untuk menghilangkan
padatan tersuspensi dari hasil clarification system dengan melewatkan
melalui multibed filter (MBF) yang tercampur dengan media khusus yang
dipilih sebagai jalur untuk dilewati leburan (melt liquor) sehingga padatan
tersuspensi terjebak. Leburan (melt liquor) tersaring mengalir dari filter
kemudian siap untuk proses selanjutnya.
Padatan yang terjebak pada media harus disingkirkan maka harus
dikeluarkan dari MBF tank untuk dibersihkan. Waktu antara siklus
regenerasi tergantung pada ukuran partikel-partikel dan konsentrasi
dapat melakukan 200 siklus. Diluar ini siklus adanya resin dianggap habis
dan harus diganti.
Gambar 10.9 Diagram Alir Melt Decolorization System Step 4 Back Wash
Langkah 5 : regeneration
Pada fase regenerasi ini melibatkan pengaktifan kembali de-sweetened
resin dengan larutan garam 10% yang dipertemukan pada arah aliran
bawah. Awalnya, penerapan air garam hanya menggantikan air yang
tertahan dalam sel. Ketika air ini dikeluarkan, air ini pulih dan dianggap
air murni, itu kemudian dapat digunakan kembali sebagai air proses.
Ketika kadar garam dari air meningkat lebih dari batas yang ditetapkan
itu dianggap sebagai air garam yang di salurkan tangki bahan kimia.
Regenerasi menggunakan air garam seterusnya untuk satu kali periode
spesifik waktu setelah itu dianggap regenerasi selesai.
C. Kebutuhan Bahan
1. Kebutuhan Air Panas
Tabel 10.3 Kebutuhan Air Panas
Melter 275 m3/hari
MCS 12 m3/hari
MBF 12 m3/hari
IE Column 415 m3/hari
pH 6,8-7,5
konduktivitas <50 µs
Suhu 70-750C
BAB XI
STASIUN PEMUTARAN DAN PENYELESAIAN
B. Pemutaran
Stasiun Pemutaran yang digunakan di PG. Pesantren Baru ada 2 jenis
yaitu:
1. Low Grade Fugal (Continue)
Berfungsi memutar masakan C dan D secara continue karena
basket LGF berbentuk kerucut miring sehingga hasil pemisahan gula
dengan larutan induknya naik ke atas dengan sendirinya. Berbeda
dengan HGF, motor listrik menggerakkan LGF dari arah bawah.
Masakan C diputar pada putaran C yang menghasilkan gula C dan
stroop C. Masakan D diputar pada putaran D yang menghasilkan gula D,
klare D dan tetes. Gula D dan klare D dimasak lagi ke masakan D.
Penambahan air dingin digunakan pada putaran masakan C dan D
dimaksudkan untuk merendahkan viskositas larutan sehingga
mempermudah proses pemisahan gula dengan larutan induknya.
1
6
2
3
5 8
14
11
9
12 15 10
13
Jumlah unit 5 1 3
3
1
12
4
6
5
14
8
9
10 15
13 11 7
16
2 3 4 5
Keterangan Gambar
1. Talang goyang
2. Pegas
3. Motor penggerak
4. Stang eksentrik
5. Standart
2. Bucket Elevator
Alat ini berfungsi untuk mengangkut gula ke tempat pengolahan yang
lebih tinggi. Gula diterima timba kemudian dibawa ke atas (conveyor
vertikal).
3
1
Keterangan Gambar
1. Pemasukan Gula
2. Gigi Penggerak
3. Bucket / timba
4. Rantai Penggerak
2 5. Pengeluaran
6. Motor Penggerak
6. Motor penggerak
Untuk mengerakan roda gigi penggerak rantai elevator
1
6 6
Keterangan Gambar 5
1. Saringan Debu
2. Motor Penggerak
3. Pipa Udara Kering 7
4. Pipa Udara Dingin 8 3 3 3 4 4 4
5. Talang Goyang
9
6. Cyclone
7. Corong Gula masuk
8. Bucket Elevator
9. Corong Gula Keluar
D. Grader
Alat ini berfungsi menyortir/menyaring gula menurut besarnya
kristal gula sehingga gula produk mempunyai besar yang sama. Gula halus
dan gula yang terlampau besar (krikilan) akan dilebur di leburan gula
untuk dimasak di pan masakan kembali.
14. Pegas
Sebagai penyangga alat penyaring dan sebagai media penyalur
getaran
15. Corong pengeluaran gula debu
Berfungsi untuk mengeluarkan gula debu
b) Cara kerja :
Gula yang turun dari bucket elevator II masuk ke saringan getar
melalui corong pemasukan. Karena proses masuknya gula disebabkan
oleh getaran, gula berjalan dengan perlahan-lahan. Gula disaring
sepanjang saringan getar hingga corong pengeluaran gula. Saat
melewati saringan pertama, gula krikilan tertahan. Selanjutnya gula
yang lolos dan tertahan di saringan kedua inilah yang merupakan gula
produk beserta gula halus. Pada saringan kedua ini tujuannya adalah
untuk memisahkan antara gula halus dengan gula produk. Gula produk
yang berukuran lebih besar tertahan di atas saringan halus dan bergerak
menuju corong pengeluaran.
Pengaduk :
Penggerak Electromotor
Daya 5,5 kW
kecepatan 1500 rpm
2
3
4
6
Gambar 11.7 Alat peleburan gula
6. Pompa
Berfungsi untuk memompa larutan hasil leburan
F. Timbangan Tetes
Berfungsi untuk menimbang tetes hasil putaran gula/masakan D. Tetes
berasal dari masakan D yang kemudian ditampung pada bak penampungan
sementara, lalu di pompa ke bak tunggu kemudian masuk pada bak
penimbangan. Untuk satu kali timbangan berat tetes mencapai 4000-4500 kg
tetes, pada satu hari dapat mencapai 81 kali timbangan, maka dapat perkirakan
hasil tetes per hari adalah + 350 ton. Setelah tetes ditimbang kemudian tetes
akan di pompa ke bak penyimpanan. Tetes di bak penyimpanan di pompa ke
receiver. Dari receiver kemudian ditimbang lagi dan disalurkan pada
konsumen.
Tabel 11.7 Spesifikasi Timbangan Tetes
Uraian Keterangan
Type Automatic
Tahun pembuatan 1978
Kapasitas
Bak tunggu 5 ton
Jumlah 1 unit
4
8
Keterangan Gambar
5
1. Pipa pemasukan tetes
2. Bak tunggu
3. Gandar kesetimbangan
4. Penepat kesetimbangan 6
5. Tuas pembuka klep
6. Bak timbang
7. Penghubung sektor gandar
8. Klep pengeluaran
9. Gandar
10. Penampung tetes 9
11. Pompa
7
10
11
4. Penepat kesetimbangan
Sebagai titik kesetimbangan
5. Tuas pembuka klep
Untuk membuka dan menutup klep pengeluaran
6. Bak timbang
Sebagai tempat menimbang tetes
7. Penghubung sektor gandar
Untuk menyatukan gaya yang diterima masing-masing gandar
8. Klep pengeluaran
Untuk membuka dan menutup saluran pengeluaran tetes
9. Gandar
Sebagai penerus gaya yang dihasilkan oleh beban yang ada di
atasnya
10. Penampung tetes tertimbang
Untuk menampung tetes hasil penimbangan sebelum ditarik pompa
ke tangki tetes
11. Pompa
Untuk memindahkan tetes dari bak penampung menuju ke
penimbangan tetes
Gula Kristal Putih (GKP) dan atau gula premium hasil produksi
ditimbang dengan berat bersih 50 kg tiap karung.Didalam karung dilapisi
plastik. Pada umumnya gula memiliki kadar air yaiti 0,5-2%, maka dalam
menyimpan gula di gudang harus memperhatikan sirkulasi udara dan kondisi
tempat penyimpanan yang memungkinkan terjadinya kerusakan gula akibat
dari kelembaban udara, kebocoran, kebakaran maupun resiko kebanjiran dan
sebagainya. Dalam menyusun sak gula harus diperhatikan pula ketinggian
tumpukannya. Dalam gudang terdapat alat khusus yang harus diperhatikan
yaitu termometer sebagai pengukur suhu ruang. Dengan ketentuan suhu
bekisar 20-400C dan kelembaban ruang sekitar 50-75%. Untuk menjaga agar
gula tidak terpengaruh bila kelembaban ruangan meningkat, pada tumpukan
karung terbawah diberi ganjal dari anyaman bambu dengan ketebalan + 5 cm
dan terpal.
Sistem penyusunan gudang gula di PG. Pesantren Baru menggunakan
sistem kuncian 5 yaitu 2 karung membujur dan 3 karung melintang.Lapisan
bawah yang digunakan pada gudang gula adalah anyaman bambu dikarenakan
pada anyaman bambu terdapat rongga– rongga yang berguna sebagai sirkulasi
udara. Penyusunan sap– sap gula diatur sampai ketinggian 1 kapling 40 sap,
lebar 25 sap. Untuk menyusun gula digunakan alat bantu portable conveyor.
Z
X
Y O
Z X
O O
O
O
Pandangan atas Pandangan bawah
BAB XII
LABORATORIUM
A. Pengertian
Laboratorium adalah tempat untuk melakukan analisa. Hasil analisa
tersebut yang nantinya akan digunakan sebagai pengawasan proses pabrikasi
serta sebagai penilaian kinerja dari masing–masing stasiun di pabrik gula.
Untuk mendapatkan hasil analisa yang tepat maka, dalam pengambilan contoh
harus benar–benar mewakili bahan yang akan dianalisa. Hal–hal yang harus
diperhatikan dalam melaksanakan analisa adalah :
1. Tempat pengambilan contoh
2. Tempat penampungan contoh
3. Cara pengambilan contoh
4. Waktu pengambilan contoh
5. Perlakuan terhadap contoh
6. Kebersihan tempat
7. Kebenaran lokasi atau tempat
B. Jenis-Jenis Analisa
1. Analisa tiap 1 jam
- NPP : Brix, pol, HK
- Nira gilingan II s/d V : Brix, pol, HK
- Nira encer : PH, Brix, pol, HK
- Nira mentah : Brix, pol, HK
- Tetes : Brix, pol, HK
- Klare R : Brix, Pol, HK
- Stroop C : Brix, Pol, HK
- Dextran
3. Nira Mentah
Nira mentah diambil melalui pipa aliran dari gilingan menuju stasiun
pemurnian pada tangki nira mentah. Nira yang mengalir di ambil dengan
serok dan ditampung pada ember.
4. Nira Encer
Contoh nira encer yang diambil adalah nira yang akan masuk ke
saringan nira jernih. Pengambilannya menggunakan gayung lalu
ditampung pada ember.
5. Nira Kental I
Contoh nira kental I diambil melalui valve pada badan penguapan
(evaporator)terakhir.
6. Nira Kental II
Nira kental II merupakan nira kental terakhir, nira kental sulfitasi
diambil dengan menggunakan pipa contoh yang dihubungkan dengan bak
luapan nira kental di peti sulfitator nira kental.
7. Ampas
Contoh ampas diambil dari gilingan terakhir yang akan dibawa ke
boiler. Contoh diambil dengan menggunakan sekrup dan ditimbang.
Keterangan :
1. Rol gilingan
2. Ampas keluar gilingan akhir
3. Baggase carrier
4. Ember pengambilan contoh
5. Posisi ember pengambilan contoh
8. Sabut
Contoh diambil dari tebu cacahan setelah HDHS (heavy duty hammer
shredder) di elevator. Pengambilan dilakukan tiap 8 jam sekali. Contoh
sabut diambil gilingan pertama yang masih mengandung banyak
gula.Contoh diambil dengan menggunakan sekrup lalu ditimbang.Analisa
sabut diperlukan untuk menentukan PI (Preparation Index).
9. Blotong
Blotong diambil dari Rotary Vacum Filter I dan II (utara dan
selatan) dengan cara mengambil secara acak pada tiga tempat yaitu tepi
kiri, tengah, dan kanan lalu ditampung ke dalam ember.
Keterangan :
1. Drum Vacuum Filter
2. Bak Nira Kotor
3. Tempat Contoh Blotong
4. Alat Pengambil contoh Blotong
Keterangan :
1. Putaran
2. Pipa pengeluaran stroop
3. Bak penampung stroop
4. Ember pengambilan contoh
11. Klare
Klare SHS dan D diambil dari talang masing-masing.
12. Gula
Contoh gula diambil dengan menggunakan kotak plastic pada saat
gula turun dari putaran. Gula C, D1, dan D2, diambil dengan
menggunakan plastic yang diambil pada pipa contoh Low Grade
Centrifugal (LGF).
D. Analisa Bahan
1. Analisa Nira
a. Analisa nira perahan pertama dan nira gilingan I-V % brix, % pol :
- Nira perahan pertama, nira gilingan II-V dimasukkan ke dalam
tabung mol sampai meluap.
- Masukkan brix weigher ke dalam tabung mol tersebut.
- Skala brix weigher diangkat untuk mengetahui suhu nira, koreksi
suhu yang dapat dilihat pada tabel, sehingga dapat ditentukan
brix terkoreksi.
- Nira perahan pertama dan nira gilingan II – V dimasukkan ke
dalam labu takar 110 ml, kemudian ditambah 5 ml Form A dan 5
ml Form B, lalu homogenkan.
- Larutan disaring dan filtratnya diamati dengan sucromat atau
polarisator sehingga didapat harga pol terbaca.
- Harga % pol dapat dicari dengan bantuan table pol brix terbaca.
- Harga Kemurnian :
2. Analisa Ampas
Untuk menentukan gula yang hilang dilakukan analisa pada ampas.
Ampas dari gilingan terakhir dianalisa % pol dan % zat kering sehingga
dapat diketahui % gula yang tertinggal di dalam ampas dan dapat
diperkirakan jumlah air imbibisi yang diberikan. Untuk menentukan % pol
ampas dengan ekstract ampas mmenggunakan alat ekstraksi ampas.
3. Bejana masak
a) Menentukan % Pol :
- Menimbang 1 kg ampas dan menambahkan 5 liter aquades,
dipanaskan selama 2 jam pada temperature 110
- Mengambil 100 ml sampel yang sudah dipanaskan dan
memasukkan ke dalam labu ukur, kemudian didinginkan.
- Menambahkan Form A 5 ml dan Form B 5 ml dalam labu ukur.
- Menyaring dan memasukkan filtratnya ke dalam tabung pol 2 dm
secara penuh diusahakan tidak ada gelembung udara.
- Masukan tabung pol tersebut pada sucromat untuk diamati
polnya.
Zk = X 100%
3. Analisa Sabut
Analisa ini dilakukan untuk mengetahui mutu tebu yang akan
diproses, yaitu untuk menghitung Preparation Index. Diambil sabut dari
gilingan 1 .
Prosedur JEFFCO :
- 1 kg sabut ditambahkan 5 liter air diputar dalam alat jeffco selama 15
menit pada suhu 110 .
- Larutan disaring dan filtratnya diamati.
- Diambil nira 100 ml ke dalam labu takar 110 ml.
- Lalu ditambahkan Form A 5 ml dan Form B 5 ml lalu kocok hingga
homogen.
- Lalu ditapis dan diamati dengan sucromat sehingga didapat pol
terbaca.
- Filtrate dimasukkan ke dalam tabung mol sampai meluap.
- Masukkan brix weigher ke dalam tabung mol tersebut.
- Skala brix weigher diangkat untuk mengetahui suhu nira, koreksi
suhu yang dapat dilihat pada tabel, sehingga dapat ditentukan brix
terkoreksi.
Prosedur Tumbler :
- 1 kg sabut ditambahkan 5 liter air diputar dalam alat Tumbler selama
15 menit pad suhu 110 .
- Larutan disaring dan filtratnya diamati
- Diambil nira 100 ml ke dalam labu ukur
4. Analisa Blotong
a) Menentuka % Pol
- Menimbang 50 gram blotong dan dimasukkan ke dalam cawan
- Blotong ditambah aquades sebanyak 150 sehingga menjadi bubur.
- Memasukkan blotong ke dalam labu takar 200 ml dan
menambahkan Form A 5 ml dan Form B 5 ml dan air aquaes
hingga batas.
- Mengocok dan kemudian menyaring, masukkan filtrat dalam
pembuluh pol 200 mm dan amati pol.
b) Menentukan % Zat Kering
- Menimbang berat cawan dan menimbang 20 gram blotong
- Memasukkan ke oven selama 2 jam pada suhu 105 – 110 .
- Mengeluarkannya dan didinginkan dalam desikator selama 15
menit
- Timbang berat setelah pengeringan
- Berat blotong kering = (cawan + blotong kering) – berat cawat
kosong
5. Analisa Tetes
Untuk mengetahui % brix, % pol, dan HK :
% Brix
- Mengencerkan 150 gram tetes dengan aquades sampai
beratnya 1500 gram (pengenceran 10x) diaduk selama 3 menit.
- Masukkan kedalam siliner mol sampai meluber lalu ratakan
dengan dengan perata
- Masukkan brix wigher kedalam silinder mol
- catat brix dan suhu larutan tersebut.
- Hitung brix terkoreksi
% Pol
- Mengambil 100 ml larutan tersebut dan memasukkannya ke
dalam labu takar 110ml , kemudian menambahkan Form A 5
ml dan Form B 5 ml ke dalamnya.
- Mengocok dan menyaringnya, kemudian mencari harga polnya
dengan sucromat, mencari % pol dengan cara yang sama
dengan analisa nira.
HK
6. Analisa Masakan
Pada dasarnya penetuan HK ini sama dengan penentuan % brix dan
% pol pada analisa nira. Dilakukan pengenceran 10x dari masakan A,C,
dan D.
7. Analisa Limbah
Dilakukan pengecekan pH dan suhu pada limbah gilingan I,
influent, spray pon in daan out, abu, IPAL, effluent, injeksi, masakan, air
jatuhan, pabrik tengah. Sedangkan pada limbah influent dan fluent juga
dilakukan analisa COD.
Analisa COD :
- Ambil 2 ml air limbah, masukkan kedalam botol refluk.
- Tambahkan 2 ml larutan COD CELLTEST (AgSO4 1 ml ; K2Cr2O7
2,5 ml ; H2SO4 3 ml) kedalam botol refluk, kemudian panaskan
selama 2 jam dengan spectroquant TR 320
- Dinginkan hingga suhu normal, lakukan pembacaan hasil
spectroquant nova 60A dengan panjang gelombang 460 nm.
Perhitungan :
1. Berat NM = (berat NM + gelas piala) – berat gelas piala
2. Hasil Volume titran dan faktor fehling
3. Volume totran sesungguhnya = volum titran x faktor fehling
4. Berat contoh NM dalam 100 ml titran untuk lihat tabel 6.1 baris
dan kolon dan di dapat gula reduksi
5. Kadar TSAI = Gured x Berat contoh NM dalam 100 ml titran
6. Kadar TSAS = NM% tebu x kadar TSAI
7. Kadar TSAS dalam NM% tebu = NM% tebu x Kadar TSAS
Prosedur titrasi :
- 25,0 gram tetes (molase) tuangkan pada labu takar 250 ml.
- Dijernihkan dengan 25 ml ATN 10%. Ditambahkan aquades sampai
tanda garis, dikocok (homogen) disaring, 10 ml tapisan pertama
dibuang.
- Pipet filtrate (2) 50 ml ke dalam labu takar 250 ml, ditambahkan
natrium phospat – kalium oksalat, lalu tambahkan aquades hingga
garis tera.
- Pipet 50 ml filtrate (4) ke dalam labu takar setiap 250 ml,
ditambahkan 10 ml HCl 1:1, dihidrolisis pada suhu 60 selama 10
menit, 3 menit digoyang-goyang.
- Bubuhkan 1 tetes indicator PP 1% , 1 tetes NaOH 4N biru
- Titrasi hingga warna menjadi merah bata
Perhitungan :
Setiap 100 ml cairan inverse terdapat tetes sebanyak :
Fraksi I
Fraksi II
Fraksi III
Fraksi IV
Fraksi V
Fraksi VI
Z=q+r+s+t+u+v
Jadi,
–
Kadar CaO total =
Contoh :
Tebudigiling 24 jam = 1.812,4 ton
Imbibisi % tebu (31,8%) = 576,5 ton
Niramenta = 1.902,45 ton
Ton Ampas = 1.812,4 + 576,5 – 1.902,45
= 486,45 ton
2. Berat Imbibisi
Untuk jumlah imbibisi dapat diketahui dengan mencatat volume air
pada water meter.
Contoh :
Jumlah air pada water meter (m3) = 576,5
BJ air imbibisi = 1,000
Berat air imbibisi (ton) = 576,5 ton
3. Berat Nira
Untuk mengetahui berat nira diperoleh dari hasil penimbangan,
pencatatan dilakukan setiap 24 jam.
Contoh :
Lama penimbangan = 24 jam
Jumlahpenimbangan = 1.153 bak
Berat 1 kali timbangan = 16,5 kui
Beratniratertimbang = 16,5 x 1.153
= 19.024,5 kui
4. Berat Blotong
Hasil samping berupa filte rcake (blotong). Di PG. Pesantren Baru
tidak ditimbang, tetapi langsung ditampung di truk. Untuk mengetahui
berat dengan cara sebagai berikut :
Contoh :
1 kali timbangan = 2.750 kg
Penimbangan 24 jam = 20 kali
Beratangkutan 24 jam = 20 x 2.750 = 55.000 kg
5. Berat Melasse
Untuk mengetahui berat tetes dilakukan dengan cara menimbang.
Contoh :
- Penimbangan 8 jam = 27 kali
- 1 kali timbangan = 4.500 kg
= 27 x 4.500 kg
= 121, 5 ton