Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGELOLAAN LIMBAH PERTANIAN

Field Trip di PG. Madukismo, PT. Lembah Hijau Multifarm, PT. Kepurun Pawana
Indonesia dan Joglo Tani

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Limbah merupakan hasil keseluruhan dan konsekuensi langsung dari berbagai aktivitas manusia
(Afolayan dkk, 2012). Sedangkan Limbah pertanian merupakan bahan yang terbuang di sektor
pertanian. Menurut Mosher (1965) Pertanian adalah jenis usaha tani yang berlandaskan pada
prosses pertumbuhan tanaman dan hewan dimana kegitan usaha tani baik dalam skala kecil
maupun skala besar jelas menghasilkan berbagai wujud limbah cair, padat dan gas yang jumlah
atau volumenya cukup tinggi.

Pada pertanian konvensional atau modern pada umumnya tidak terdapat pengelolaan limbah atau
minim pengelolaan limbahnnya, sebab dalam pertanian konvensional kebanyakan inputnya seperti
pupuk menggunakan bahan kimia. Limbah dianggap suatu bahan yang tidak penting dan tidak
bernilai ekonomi. Padahal jika dikaji dan didikelola dengan baik, limbah pertanian dapat diolah
menjadi beberapa produk baru yang bernilai ekonomi tinggi.

Saat ini dalam dunia usaha bisnis internasional telah berkembang paradigma pembangunan
berkelanjutan (sustainable development) yang dikaitkan dengan terbitnya isu manajemen
lingkungan dalam bentuk penerbitan sertifikat ISO. Selain itu di Indonesia juga mulai diterapkan
sistem pertanian terpadu. Isu tersebut menekankan pada pengelolaan sumber daya alam yang
efektif dan efisien dengan meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan di sekitarnya
utamanya yang disebabkan perncemaran limbah. Paradigma pembangunan berkelanjutan tersebut
memiliki tiga pilar utama, yaitu ekonomi, ekologi, dan sosial.

Secara ekonomi, pembangunan agribisnis atau agroindustri harus dapat menciptakan pertumbuhan
yang tinggi untuk mencapai kesejahteraan, khususnya bagi stakeholder agribisnis atau
agroindustri. Secara ekologi, pembangunan tersebut hendaknya menekan seminimal mungkin
dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh kegiatan pengelolaan sumber daya alam. Secara sosial,
memberikan kemanfaatan pada masyarakat luas (Kristanto, 2004).
Maka dari itulah untuk meninjau pembangunan berkelanjutan dan sistem pertanian terpadu
khususnya tentang pengelolaan limbah pertanian, kami melakukan kuliah lapang atau fieldtripdi
Pabrik Gula Madukismo atau Madubaru, Joglo Tani dan PT. Kapurun Pawana Indonesia yang
terlatak di Jogjakarta serta di Lembah Hijau Multifarm yang berada di Solo. Harapan kami dengan
adanya fieldtrip ini adalah dapat menambah wawasan dan mengetahui sistem atau cara
pengelolaan pertanian terpadau khususnya tentang pengelolaan limbah pertanian. Sehingga setelah
mengetahui hal tersebut, kami dapat mengajarkan kepada masyarakat serta dapat menerapkannya
di lingkungan.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari kegiatan Fieldtrip di Pabrik Gula Madukismo, Joglo Tani, PT. Kapurun
Pawana Indonesia dan Lembah Hijau Multifarm ini adalah sebagai berikut:

Untuk mengetahui cara pengelolaan limbah, baik limbah padat, cair dan gas di keempat tempat
tersebut

Untuk mengetahui produk yang dihasilkan dari pengelolaan limbah di keempat tempat tersebut

Untuk mengetahui cara pembuatan pupuk cair organik dan kompos atau bokashi

Untuk mengetahui proses pengolahan dari produk awal sampai pengolahan limbah

Untuk mengetahui titik kritis penghasil limbah dalam setiap proses

Untuk mengetahui karakteristik limbah

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pabrik Gula Madukismo atau Madubaru

A. Sejarah Singkat Pabrik Gula Madukismo atau Madubaru

PT.Madubaru yang terletak di daerah Kabupaten Bantul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
mempunyai usaha pokok Pabik Gula Dan Pabrik Spiritus.yang terkenal dikalangan masyarakat
luas dengan sebutan PG/PS Madukismo dengan potensi dan peluang pengembangan usaha yang
potensial masih memiliki kesempatan tumbuh dan berkembang menjadi suatu perusahaan Agro
Industri yang berbasis tebu dan dikelola secara profesional dan inovatif untuk menghadapi
persaingan bebas diera globalisasi dengan petani sebagai mitra sejati (Anonim, 2012) .

Pabrik gula Madukismo didirikan pada tahun 1995 atas prakarsa Sri Sultan Hamengkubuwono
IX. Setelah itu pada tanggal 29 Mei 1958 diresmikan oleh Presiden Ir. Soekarno. Pabrik gula ini
mulai berproduksi pada tahun 1958 sedangkan pabrik alkohol dan spiritus baru berproduksi pada
tahun 1959. Kontraktor utama di Pabrik Gula Madukismo adalah Machine Fabriek Sangerhausen,
Jerman Timur. Status perusahaan adalah Perseroan Terbatas(PT) yang memiliki 2 pabrik yaitu
Pabrik Gula (PG) dan Pabrik Spiritus (PS) Madukismo. Pemilik saham 65% adalah Sri Sulatan
Hamengkubuwono X dan 35% milik pemerintah Republik Indonesia.

B. Kronologis Status Perusahaan dan Perubahan Manajemen.

1955 -1962 : perusahaan swasta PT.

1962-1966 : bergabung dengan perusahaan negara dibawah BPU-PPN (Badan Pimpinan Umum-
Perusahaan Negara), karena adanya polisi pemerintah RI yang mengambil alih semua perusahaan
di Indonesia.

1966 : BPU-PPN bubar PT. Madubaru memilih perusahaan swasta.

1966-1984 : PT. Madubaru menjadi perusahaan swasta dengan susunan direksi yang dipimpin Sri
Sultan Hamengkubuwono IX sebagai presiden direktur.

24 Februari 2004 : PT Madubaru menjadi perusahaan mandiri

C. Produksi

Produksi Utama ( dari PG. Madukismo ) adalah Gula pasir dengan kualitas SHS IA (Superior Head
Sugar) atau GKP (Gula Kristal Putih). Mutu produksi di pantau oleh P3GI Pasuruan (Pusat
Penelitian Perkebunan Gula Indonesia). Sedangkan Produksi Samping ( dari PS. Madukismo )
adalah Alkohol murni ( kadar minimal 95% ) dan Spiritus bakar ( kadar 94% ) Mutu dipantau oleh
balai penelitian kimia departemen perindustrian dan PT. Sucoffindo Indonesia.

D. Panenan ( Pasca Panen )

Tebu dipanen setelah cukup masak,dalam arti kadar gula(sakarosa) maksimal, dan kadar gula
pecahan (monosakarida) minimal. Untuk itu dilakukan analisa pendahuluan untuk mengetahui
faktor kemasakan, koefesiensi daya tahan dan lain-lain. Ini dilakukan kira-kira 1,5 bulan sebelum
giling dimulai tebu diangkat dari kebun dengan truck atau roli tebu. Pelaksanaan tebang bisa
dilaksanakan petani sendiri atau diserahkan pabrik dengan biaya oleh petani sesuai kesepakatan
dalam FMPG ( Forum Musyawarah Produksi Gula ). Beberapa KUD yang mandiri telah dapat
melaksanakan tebang angkut sendiri. Kapasitas tebang harus sama dengan kapasitas giling agar
tidak terjadi stagnasi di emplasement yang akan menurunkan rendemen, dan sebaliknya
kekurangan tebu akan menyebabkan berhenti giling, produksi ampas berkurang, sehigga perlu
subleksi BBM untuk bahan bakar stasiun boiler, jumlah tebu ditebang per hari sekitar 3000 ton,
alat transportasinya 80% menggunakan truck 20% dengan lori.

E. Proses Pengolahan di PG Madukismo

Pemerahan Nira ( Extraction )

Tebu setelah ditebang dikirim ke stasiun gilingan (ekstraksi). Untuk dipisahkan antara bagian
padat (ampas) dengan cairannya yang mengandung gula (nira mentah) melalui alat-alat berupa
unigrator mark IV digabung dengan 5 gilingan, masing-masing terdiri atas 3 rol dengan ukuran
“36x 64”. Ampas yang diperoleh sekitar 30% tebu untuk bahan bakar tebu distasiun ketel (pusat
tenaga), sedangkan nira mentah akan dikirim ke stasiun pemurnian untuk proses lebih lanjut.
Untuk mencegah kehilangan gula karena bakteri dilakukan sanitasi distasiun gilingan.

Pemurnian nira

Madukismo menggunakan sistem sulfitasi. Nira mentah ditimbang, dipanaskan 70º-75º c,


direaksikan dengan susu kapur dalam defekator, dan diberi gas SO2 dalam peti sulfitasi sampai pH
7 kemudian dipanaskan lagi sampai suhu 100º-105ºc. Kotoran yang dihasilkan diendapkan dalam
peti pengendap (dorr clarifier) dan disaring menggunakan rotary vacum filter (alat penapis hampa).
Endapan padatnya (blothong) digunakan sebagai pupuk organik. Kadar gula dalam blothong ini
dibawah 2%. Nira jernihnya dikirim ke satasiun penguapan.

Penguapan nira

Nira jernih dipekatkan di dalam pesawat penguapan dengan sistem Quadruple Effect, yang disusun
secara interchangeable agar dapat dibersihkan secara bergantian. Nira encer dengan padatan
terlarut 16% dapat dinaikkan menjadi 64% dan disebut nira kental, yang siap dikristalkan di stasiun
kristalisasi/stasiun masakan. Total luas bidang pemanas 5990 m VO. Nira kental yang berwarna
gelap ini diberi gas SO2 sebagai bleaching/pemucatan, dan siap untuk dikristalkan.

Kristalisasi

Nira kental dari stasiun penguapan ini diuapkan lagi dalam pan kristalisasi sampai lewat jenuh
hingga timbul kristal gula. Sistem yang dipakai yaitu ACD, dimana gula A sebagai gula produk,
gulaC dan D dipakai sebagai bibit (seed), serta sebagian lagi dilebur untuk dimasak lagi.
Pemanasan menggunakan uap dengan tekanan vacum sebesar 65 CmHg , sehingga suhu didihnya
hanya 65ºC, jadi sakarosa tidak rusak akibat kena panas tinggi. Hasil masakan merupakan
campuran kristal gula dan larutan (stroop). Sebelum dipisahkan di stasiun puteran, gula lebih
dahulu didinginkan di dalam palung pendingin (kultrog).

Puteran gula ( Centripuge )

Alat ini bertugas memisahkan gula dengan larutannya (stroop) dengan gaya sentrifugal.

Penyelesaian dan Gudang Gula

Dengan alat penyaring gula, gula SHS dari puteran SHS dopisahkan antara gula halus, gula kasar
dan gula normal dikirim ke gudang gula dan dikemas dalam karung plastik (polipropoline),
kapasitas 50 kg netto. Produksi gula perhari tergantung dari rendemen gulanya, kalau rendemen
8% maka pada kapasitas 3000 tth di peroleh gula 2400 ku atau 4800 sak.

Pembangkit Tenaga Uap atau Tenega Listrik


Sebagai penghasil tenaga uap di gunakan 5 buah ketel pipa air newmark @ 6 ton/jam masing-
masing 440 m² VO dengan tekanan kerja 15 kg/cm dan 1 buah ketel cheng-chen kapasitas 40
ton/jam. Uap yang dihasilkan dipakai untuk menggerakkan alat-alat berat, memanaskan dan
menguapkan nira dalam pan penguapan, serta untuk pembangkit tenega listrik. Sebagai bahan
bakar di pakai ampas tebu yang mengandung kalori sekitar 1800 kkl/kg dan kekurangannya
ditambah dengan BBM.

F. Kualitas Produksi Gula

Kualitas gula produksi PG. Madukismo masuk klasifikasi SHS IA.

Tabel 1. Kualitas Gula Produksi PG Madukismo

Analisa PG. Madukismo Standard P3GI

Nilai remisi direduksi 70,20 70,00

Besar jenis butir (mm) 1,05 0,9-1,10

Kadar air (%) 0,08 0,10

Polarisasi 99,96 99,80

G. Produksi Alkohol

Adapun tahapan dalam pembuatan alkohol di Pabrik Gula Madukismo adalah sebagai berikut:

a. Masakan

Tetes diencerkan dengan air sampai kadar tertentu dan ditambah nutrisi untuk pertumbuhan ragi
sebagai sumber Nitrogen dipakai pupuk urea dan sebagai sumber pospor dipakai pupuk NPK, PH
diatur sekitar 4,8 dengan H2SO4 agar tidak terjadi kontaminasi dari bakteri lain.

b. Peragian

Peragian dilaksanakan mulai volume3.010,18000 liter dan 75000 liter, waktu peragian utama
berkisar 50-60jam dan kadar alcohol disampai antara 9℅ sampai 10℅.

c. Penyulingan

Adonan yang telah selesai diragikan , dipisahkan alkoholnya (disuling) didalam pesawat
penyulingan yang terdiri dari 4 kolom dan penyulingan dilakukan dengan mengunakan tenega uap
dengan tekanan 0,5 kg/cm2 suhu 120ºC. Adapun pada tahap akhir penyulingan akan menghasilkan
alkohol murni dengan kadar 95%.
Limbah

Limbah adalah sisa hasil produksi /buangan yang kehadirannya pada saat dan tempat tertentu tidak
dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomi dan ekologis. Berdasarkan
sumbernya, limbah dibagi menjadi 2 yaitu limbah domestik dan limbah industri. Berdasarkan
karakteristiknya, limbah dapat dibedakan menjadi limbah cair, limbah gas dan partikel, serta
limbah padat. Polutan limbah cair dapat berupa padatan, bahan buangan yang membutuhkan
oksigen, mikroorganisme, komponen organic sintetik, nutrient tanaman, minyak, senyawa organik
dan mineral, dan bahan radioaktif. Limbah gas dan partikel berasal dari penggunaan bahan baku,
proses dan sisa pembakaran. Limbah padat bersumber dari hasil produksi atau hasil pemakaian
alat pemenuhan kebutuhan hidup manusia.

Limbah cair bersumber dari sisa buangan produksi atau pemakaian hasil produksi dalam
pemenuhan kebutuhan hidup manusia (Mohana, 2011). Pada umumnya limbah cair bersifat
merugikan. Adapun kandungan limbah cair meliputi padatan, bahan buangan yang membutuhkan
oksigen, mikroorganisme, komponen organik sintetik, nutrien tanaman, minyak, senyawa organik
dan mineral, bahan radioaktif serta panas. Indikator yang dapat menentukan adanya limbah cair
yaitu : nilai pH/keasamaan/alkanitas, suhu, warna, bau, rasa, jumlah padatan, nilai BOD,
pencemaran mikroorganisme phatogen, kandungan minyak, kandungan logam berat, dan bahan
radioaktif. Limbah padat merupakan hasil buangan industri atau domestik berupa padatan, lumpur
dan bubur yang berasal dari sisa proses pengolahan.

Penurunan kualitas lingkungan hidup, salah satunya disebabkan pencemaran yang telah melebihi
ambang batas. Sumber pencemar yang cukup besar saat ini umumnya dihasilkan oleh air limbah
aktifitas rumah tangga, meskipun juga tidak mengesampingkan air limbah industri yang semakin
hari semakin dirasakan peningkatan pencemarannya di dalam badan air.

Air limbah industri mengandung bahan pencemar yang dapat berupa bahan pencemaran umum
dan bahan beracun (Rajkumar, 2010). Bahan pencemaran umum adalah bahan-bahan yang secara
tidak langsung membahayakan kesehatan manusia, yaitu bahan organik, lumpur, minyak, asam
dan alkali, garam nutrien (garam N dan P), warna,bau, panas, dan bahan anorganik. Air limbah
yang mengandung bahan – bahan pencemar tersebut apabila tingkat konsentrasinya cukup tinggi
akan mengganggupengguna air, membuat kehidupan manusia pengguna air menjadi tidak nyaman,
atau merusak ekosistem.

Apabila air limbah yang mengandung bahan pencemar tersebut langsung dialirkan ke lingkungan
(seoerti sungai atau badan air lainnya), akan mengakibatkan terjadinya pencemaran pada badan air
tersebut. Pemerintah telah menetapkan baku mutu efluen dan baku mutu beberapa badan air sesuai
dengan peruntukannya. Baku mutu menetapkan kualitas dan debit maksimal yang harus dipenuhi.
Kualitas effluent dalam baku mutu ditetapkan dengan memberikan batasan kadar maksimal
beberapa parameter bahan pencemar yang terdapat dalam effluent suatu jenis industri. Pengelolaan
air limbah ditujukan agar effluent dapat memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan. Baku mutu air
limbah juga menetapkan debit maksimal effluent, sehingga pengambilan air juga akan terkendali
dan dapat menjaga ketersediaan sumber air baik air permukaan maupun air tanah dalam. Akan
tetapi karena kurangnya pengawasan dan tingkat kesadaran dari pelaku usaha, sering terjadi
penyumbatan muka air tanah dangkal sehingga kekurangan air bersih di beberapa tempat yang
merupakan area industri dan padat penduduk.

Berdasarkan hal tersebut maka keberadaan air limbah mutlak dikelola agar tidak melampaui
ambang batas toleransi lingkungan. Salah satu dasar hukum yang mengatur pengelolaan ini terkait
dengan IPAL. Instalasi ini sangat penting, sesuai Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82
Tahun 2001 dinyatakan bahwa Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) sangat diperlukan dalam
upaya menurunkan kadar parameter pencemar dalam limbah, agar diperoleh limbah cair dengan
kualitas baik dan memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan. Penerapan Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL) pada industri merupakan salah satu penanganan limbah cair yang harus dilakukan
oleh kegiatan Industri, mengingat limbah ini lazimnya dibuang ke perairan umum, sedangkan di
sisi lain perairan umum dimanfaatkan untuk berbagai keperluan masyarakat sekitar (Jenie dan
Rahayu, 1994).

Air limbah, sesuai dengan sumber asalnya, mempunyai komposisi yang sangat bervariasi pada
setiap tempat dan saat. Akan tetapi secara garis besar zat – zat yang terdapat didalam air limbah
secara detail (kandungan dan sifat-sifatnya), mempunyai sifat yang dibedakan menjadi tiga bagian
besar antara lain sifat fisik,kimia dan bologis. Cara pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui
sifat tersebut dilaksanakan secara berbeda – beda sesuai dengan keadaannya. Analisa jumlah dan
satuan biasanya diterapkan untuk penelaahan bahan kimia, sedangkan analisa dengan
menggunakan penggolongan banyak diterapkan apabila menganalisa kandungan biologisnya.

2.6 Dasar Pengelolaan Limbah di Indonesia

Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No.


02/MENKLH/1988, yang dimaksud dengan pencemaran adalah Masuk atau dimasukkannya
makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam air/udara, dan/atau berubahnya
tatanan (komposisi) air/udara oleh kegiatan manusia atau proses alam sehngga kualitas udara/air
menajdi kurang atau Dengan semakin meningkatnya perkembangan sektor industri dan
transportasi, baik indutri minyak dan gas bumi, pertanian, industri kimia, industri logam dasar,
industri jasa dan jenis aktivitas manusia lainnya, maka semakin meningkat pulabtingkat
pencemaran pada perairan, udara dan tanah akibat berbagai kegiatan tersebut.

Untuk mencegah terjadinya pencemaran lingkungan oleh berbagai aktivitas tersbeut maka perlu
dilakukan pengendalian terhadap pencemaran lingkungan dengan menetapkan baku mutu
lingkungan, termasuk baku mutu air pada sumber air, baku mutu limbah cair, baku mutu udara
ambien, baku mutu udara emisi dan sebagainya (Rachmayanti, 2004).

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Tabel 1. Identifikasi Limbah

Asal dan Jenis Bentuk


Limbah Limbah Warna Bau Kekeruhan

Blothong
(PG.Madukismo) Padat Hitam Menyengat

Tetes
(PG.Madukismo) Cair Hitam Menyengat Keruh

Ampas tebu (PG. Putih


Madukismo) Padat kecoklatan Khas tebu

Abu ampas
(PG.Madukismo) Padat Abu-abu Khas abu

Limbah
CO2 (PG. Tidak Tidak
Madukismo) Gas berwarna berbau

Padat:
cokelat
Limbah ternak
kehitaman
(Joglo
Tani, PT.KPI, Padat Cair:
PT. LHM) dan cair kuning Menyengat Cair: Keruh

Limbah tanaman
(Joglo
Tani, PT.KPI, Hijau
PT. LHM) Padat kekuningan Busuk
Limbah kolam
ikan (Joglo
Tani, PT.KPI, Hijau
PT. LHM) Cair kecoklatan Bau amis Keruh

Tabel 2. Pengolahan Limbah

Teknolo Lam Produ


gi Tahap a k
N Jenis Bahan diterapk an prose Sumber kegiat
o kegiatan baku an proses s energy an

Total
wakt
Pem. Cara 4 u 4
Pupuk Urine sederhan tahapa ming mikroorgani Pupuk
1 cair sapi a n gu sme cair

Cara 3
Limbah sederhan tahapa mikroorgani Gas
2 Biogas ternak a n 1 hari sme metan

Total
Kotoran wakt
Pem. ternak Cara 6 u 3 Pupuk
Pupuk sapi sedarhan tahapa ming mikrorganis kandan
3 kandang padat a n gu me g

Total
wakt
5 u 4 Alcoh
Pabrik Mesin tahapa ming mikroorgani ol dan
4 alkohol Molase modern n gu sme spirtus

3
Abu sisa
Batako Mesin tahapa 30 Batako
pembaka
5 pres modern n hari Manusia pres
ran dan
ampas
tebu

Cara 3 Panas
Pembaka Ampas sederhan tahapa dan
6 ran tebu a n 1 hari manusia listrik

Pengolah
an limbah Cara 1
kolam Air sederhan tahapa 1 Pupuk
7 ikan kolam a n bulan manusia cair

Cara 6 3
Pupuk Limbah sederhan tahapa ming mikroorgani kompo
8 kompos tanaman a n gu sme s

4.2 Pembahasan

4.2.1 Pembahasan Identifikasi Proses

Berdasarkan hasil fieldtrip di Joglo Tani yang terletak di Jl. Godean, Dusun Mandungan
1,Margoluwih, Sayegan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, sistem pertanian yang digunakan
adalah konsep pertanian terpadu yang mengacu pada pertanian organik. Selain konsep pertanian
yang dilakukan adalah model agropastura – fishery yaitu dengan cara mengkombinasikan tanaman
pertanian, peternakan dan perikanan. Adapun dalam pertanian terpadu sumber daya diolah dengan
sebaik-baiknya dan limbah yang dihasilkan diolah menjadi barang bermanfaat, sehingga dalam hal
ini tidak ada limbah yang terbuang. Sedangkan pertanian organik adalah sistem pertanian yang
menggunakan sumber daya alamiah baik bahan tanam, pupuk dan pestisida, dalam hal ini limbah
yang dihasilkan dalam kegiatan pertanian dikembalikan lagi kelahan pertanian sebagai pupuk atau
lainnya.Limbah yang dihasilkan di Joglo Tani ialah berupa limbah padat yang berasal dari
dedaunan, sayuran busuk, buah busuk, kotoran sapi, itik dan ayam arab dan limbah cair yang
berasal urine sapi dan air kolam ikan.

Input atau bahan baku keseluruhan di joglo tani adalah tanaman pertanian, kotoran ternak baik
padat maupun cair, serta perikanan. Usaha tanaman diambil hasilnya berupa buah, biji dan daun.
Peternakan diambil hasilnya berupa daging, susu dan telur, sedangkan perikanan diambil hasilnya
barupa ikan yang dipelihara.

Setiap input tersebut pastinya menghasilkan limbah.limbah diketiga tempat tersebut tidak dibuang
begitu saja tapi dikelola sedemikian rupa hingga menghasilkan suatu produk. Limbah padat yang
berasal dari sayuran busuk dan buah busuk dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan pupuk cair
dengan dicampur dengan urine sapi (dapat dilihat pada kuisoner hasil) dan limbah padat kotoran
sapi dan itik dibuat pupuk kandang yang dicampur dengan arang sekam dan dolimit. Sedangkan
kotoran ayam arab langsung dijatuhkan kedalam kolam sebagai bahan pakan ikan. Limbah cair
yang berupa air dari kolam ikan digunakan sebagai pupuk cair yang secara langsung dialirkan ke
areal pertanian. Sehingga dari hasil pengelolaan limbah tersebut, dapat memberi keuntungan baik
secara ekonomi, ekologi, dan sosial.

Maka dari itulah, jika semua petani menggunakan sistem pertanian terpadu yang mengacu pada
pertanian organik seperti yang dilakukan olah Joglo Tani, maka petani mendapatkan banyak
keuntungan. Sehingga sebaiknya sistem yang ada di Joglo Tani tersebut dapat dijadikan acuan
dalam mengelola usaha pertanian terutama dalam hal pengelolaan limbah, karena limbah
merupakan aspek penting yang harus dikelola. Semua itu dikarenakan limbah dapat mencemari
lingkungan jika tidak dikelola dengan baik.

Berdasarkan hasil fieldrip di PT. Kapurun pawana Indonesia yang terletak di Desa Kapurun,
Kecamatan Manisrenggo, Kabupaten Klaten Jawa Tengah. Sistem pertanian yang digunakan
adalah sama halnya dengan di Joglo Tani, yaitu dengan menggunakan konsep pertanian terpadu
yang mengacu pada pertanian organik serta konsepnya adalah agropastura-fishery. Namun yang
dikelola lebih banyak peternakan. Sehingga limbah yang dihasilkan dari peternakan lebih banyak
jumlahnya.

Input atau bahan baku keseluruhan di PT. Kepurun Pawana Indonesia adalah tanaman pertanian,
kotoran ternak baik padat maupun cair, serta perikanan. Usaha tanaman diambil hasilnya berupa
buah, biji dan daun. Peternakan diambil hasilnya berupa daging, susu dan telur, sedangkan
perikanan diambil hasilnya barupa ikan yang dipelihara.

Limbah yang dihasilkan dari kegiatan usaha tani di PT. KPI adalah barupa limbah padat dan limbah
cair. Limbah padat berasal dari kotoran sapi, itik dan kambing etawa sedangkan limbah cair berasal
dari urine sapi, kambing etawa dan air dari kolam ikan. Limbah padat yang berupa kotoran sapi
dan kambing etawa digunakan sebagai bahan baku pembutan biogas dan cairan yang keluar dari
tabung biogas digunakan sebagai pupuk untuk mengari areal pertanian. Selain itu, kotoran sapi
juga dibuat bahan baku pupuk kompos.

Dalam hal pengelolaan limbah di PT. KPI sudah sangat bagus karena limbah yang dihasilkan tidak
ada yang terbuang percuma melainkan dimanfaatkan. Dari pengelolaan limbah tersebut dapat
memberikan keuntungan baik secara ekonomi, ekologi dan sosial terutama bagi yang berada
disekitar PT. KPI tersebut. Sehingga sistem pertanian yang berada di PT. KPI. Ini dapat dijadikan
acuan pula bagi para petani untuk kegiatan usaha taninya. Terutama yang dapat digunakan sebagai
acuan adalah dalam hal pengelolaan limbahnya.

Selain itu, hal unik yang dilakukan dalam usaha tani di Joglo Tani adalah dalam pengelolaan usaha
tani mereka memanfaatkan masyarakat sekitar. Sehingga selain berfungsi untuk mencegah
tindakan anarkis dari masyarakat, kesejahteraan masyarakat disekitar PT. KPI tersebut meningkat
karena mendapatkan tambahan keuntungan ekonomi.

Maka dari itulah, jika kita ingin mendapatkan hasil maksimal maka sistem pertanian yang
diterapkan sebaiknya seperti yang dilakukan oleh PT. Kepurun Pawana Indonesia. keuntungannya
karena selain mendapatkan produk juga mendapatkan hasil samping berupa hasil pengolahan
limbah. Sehingga sebaiknya juga sistem yang ada di PT. Kepurun Pawana Indonesia tersebut dapat
dijadikan acuan dalam mengelola usaha pertanian terutama dalam hal pengelolaan limbah, karena
limbah merupakan aspek penting yang harus dikelola. Semua itu dikarenakan limbah dapat
mencemari lingkungan jika tidak dikelola dengan baik

Berdasarkan hasil fieldtrip di PT. Lembah Hijua Multifarm yang terletak di


Jl.Rajiman No.200 solo sedangkan pengembangan peternakan , perkebunan, dan lainnya
dilakukan di Dukuh Joho Lor, Triagan, Mojolaban, Sukoharjo dibangun diatas areal seluas 6
hektare. Sistem pertanian yang dilaksanakan adalah sestem pertanian terpadu (Integrated Farming
System). Dalam hal tersebut PT. LHM mengkombinasikan tanaman pertanian, peternakan dan
perikanan (Agropastura-fishery).

Input atau bahan baku keseluruhan di PT Lembah Hijau Multifarm adalah tanaman pertanian,
kotoran ternak baik padat maupun cair, serta perikanan. Usaha tanaman diambil hasilnya berupa
buah, biji dan daun. Peternakan diambil hasilnya berupa daging, susu dan telur, sedangkan
perikanan diambil hasilnya barupa ikan yang dipelihara.

Berdasarkan hasil yang kami dapatkan disini yang menjadi sorotan utamanya adalah dalam hal
pengelolaan limbah. Limbah yang dihasilkan dari kegiatan usaha tani PT. LHM berupa limbah
padat yang berasal dari tanaman pertanian dan limbah padat yang berasal dari kotoran sapi.
Adapun limbah cair yang dihasilkan berupa urine sapi dan air dari kolam ikan.

Limbah padat pertanian seperti jerami dimanfaatkan sebagai pakan ternak, dimana jerami tersebut
difermentasi menggunakan bakteri starbio terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai pakan.
Starbio merupakan bakteri yang ditemukan olah PT.LHM yang berfungsi sebagai dekomposer
ramah lingkungan. Sedangkan limbah padat dari kotoran sapi dibuat sebagai bahan baku biogas
dan sebagian besar dibuat pupuk kompos.

Sedangkan limbah cair yang berasal dari urine sapi dan kolam ikan ditampung di kolam
penampungan limbah cair. Limbah tersebut kemudian dinetralisir dengan enceng gondok untuk
menghilangkan bau. Setelah dinetralisir baru kemudian limbah tersebut dialirkan ke areal
pertanian sebagai pupuk cair. Sehingga berdarkan hasil fildtrip tersebut, PT. LHM sudah benar-
benar menerpakan sister pertanian terpadu, dan dalam pengolahan limbahnya sudah dilakukan
secara maksimal sehingga memberikan keuntungan secara ekonomi, ekologi dan sosial.
Maka dari itulah, jika semua petani menggunakan sistem pertanian terpadu yang mengacu pada
pertanian organik seperti yang dilakukan oleh PT. Lembah Hijau Multifarm, maka petani
mendapatkan banyak keuntungan karena limbah tidak dibuang begitu saja tapi di kelola hingga
menjadi bermanfaat. Sehingga sebaiknya sistem yang ada di PT. Lembah Hijau Multifarm tersebut
dapat dijadikan acuan dalam mengelola usaha pertanian terutama dalam hal pengelolaan limbah,
karena limbah merupakan aspek penting yang harus dikelola. Semua itu dikarenakan limbah dapat
mencemari lingkungan jika tidak dikelola dengan baik

Berdasarkan hasil fieldtrip di PT. Madukismo yang terletak daerah Kabupaten Bantul Propinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta, proses produksi yang dilakukan adalah menggunakan sistem zero
waste, dimana limbah yang dihasilkan dalam proses produksi dimanfaatkan dengan sebaik-
baiknya sehingga tidak ada limbah yang terbuang. Dapat dilihat pada hasil fieldtrip, limbah yang
dihasilkan dari pengolahan gula ternyata berupa limbah padat, limbah cair dan gas.

Limbah padat yang berupa blothong dimanfaatkan sebagai pupuk dan sebagian besar digunakan
sebagai bahan baku pembuatan alkohol dan spiritus. Sedangkan limbah cair yang dihasilkan dari
bekas pencucian dan pendinginan alat digunakan sebagai pupuk cair dengan cara air tersebut
dialirkan areal pertanian. Sedangkan limbah gas yang dihasilkan ditangkap dengan zat kimia
tertentu sehingga menghasilkan karbon cair. Karbon cair tersebut dapat digunakan sebagai bahan
pengawet makanan yang harganya cukup mahal jika dijual.

Sehingga berdasarkan hasil tersebut, pabrik gula Madukismo dapat dijadikan acuan bagi pabrik
gula lain di Indonesia, khususnya dalam pengolahan limbah. Semua itu disebabkan karena PT.
Madukismo telah memanfaatkan limbah yang pada awalnya berfungsi sebagai pencemar menjadi
barang yang bernilai ekonomi tinggi. Selain keuntungan ekonomi, pengolahan limbah tersebut
dapat memberikan keuntungan pula secara ekologi dan sosial.

4.2.2 Pembahasan Titik Kritis Limbah

4.2.3 Pembahasan Identifikasi Pengelolaan Limbah

1. Pengolahan Limbah PG. Madukismo

Proses Pengolahan Limbah Padat (Blothong) sebagai Pupuk Kompos

Limbah padat Blothong yang dihasilkan oleh pabrik gula Madukismo mempunyai volume yang
cukup besar tiap harinya sekitar 100 ton/hari. Pabrik membeli seluas lahan di sekitar pabrik untuk
menempatkan limbah tersebut, karena limbah blothong biasanya dibuang dengan cara
penumpukan (open dumping). Oleh masyarakat sekitar limbah yang dibuang terutama blotong
(ampas tebu) diambil secara cuma- cuma untuk pembuatan asbes, genteng, pupuk, kompos dan
dijadikan bahan bakar industri batu bata, karena blotong ini masih mengandung sejumlah belerang
sehingga baik untuk dijadikan sebagai bahan bakar. Pihak PG. Madukismo melakukan
mengovenan blothong pada oven dengan suhu 105º dalam kurun waktu 3 jam sebelum
membuangnya. Tujuan blotong di oven untuk mengurangi kadar air yang terdapat di blotong
tersebut, sehingga tidak menimbulkan bau yang sangat menyengat ketika dibuang.

Saat ini, pihak PG. Madukismo memanfaatkan blothong tersebut sebagai bahan baku dalam
pembuatan pupuk kompos. Proses pembuatan pupuk kompos dari blothong adalah sebagai berikut:

b. Proses Pengolahan Limbah Padat Ampas Tebu sebagai Bahan Bakar Orgaik

Limbah padat ampas tahu merupakan limbah yang dihasilkan pada proses awal penggilingan tebu
menjadi nira mentah. Limbah ini jumlahnya cukup banyak sehingga sangat bermanfaat jika dapat
diolah sehingga tidak mencemari lingkungan. PG. Madukismo memanfaatkan limbah ampas tahu
sebagai bahan bakar organik yang dikenal dengan istilah Biomass (bahan bakar organik) yang
diolah untuk menghasilkan listrik. Proses pengolahan ampas tebu sebagai bahan bakr organik
adalah sebagai berikut:

c. Proses Pengolahan Limbah Arang Ampas Tebu sebagai Batako

Bagasse atau ampas tebu yang dibakar akan menjadi arang, yang bermanfaat untuk pupuk
pertanian dan bahan bangunan (batako). Joglo tani juga memanfaatkan arang ampas tebu tersebut
sebagai batako. Arang tersebut sebelum diolah dirubah dulu menjadi abu. Proses pembuatan
batako adalah sebagai berikut:

d. Proses Pengolahan Limbah Cair Tetes sebagai Alkohol

Limbah cair tetes yang dihasilkan dari proses pengolahan tebu menjadi gula dimanfaatkan PG.
Madukismo sebagai alkohol. Alkohol yang diproduksi di P.S Madubaru merupakan alkohol jenis
etanol. Pembuatan alkohol ini merupakan salah satu upaya P.S Madubaru untuk mengolah limbah.
Alkohol dapat digunakan sebagai campuran kosmetik dan industri farmasi. Tetes tebu sebelum
menjadi alkohol akan mengalami tahap-tahap pengolahan.

Hasil akhir dari proses produksi alkohol adalah etanol yang memiliki kadar yang tinggi yakni
berkisar antara 94%-96%. Proses pengolahan limbah tetes ini selain dapat menyelamatkan
lingkungan dari pencemaran, juga dapat menghasilkan income untuk PG. Madukismo. Proses
pengolahan alkohol dapat dilihat pada lembar berikutnya.

2. Pengolahan Limbah Joglo Tani

a. Proses Pengolahan Urine Sapi dan Buah Busuk menjadi Pupuk Cair

Di joglo tani memanfaatkan limbah urine sapi.Terdapat beberapa limbah padat yang dimanfaatkan
dijoglo tani yaitu limbah buah busuk dan yang digunakan sebagai campuran dalam pembuatan
pupuk cair. Proses pengelolaannya yaitu:

3. Pengolahan Limbah PT. KPI

Proses Pengolahan Limbah Padat Kotoran Ternak menjadi Pupuk Kompos


Mengingat permintaan pupuk kompos kian meningkat dan tren pertanian
organik kian berkembang, PT. KPI mulai merintis untuk memproduksi pupuk kompos dengan
membangun instalsi pengolahan pupuk kandang. Produksi pupuk kompos mulai dipasarkan
dilingkungan sekitar desa Kepurun serta produksi pupuk kompos dipasarkan lebih luas,
bekerjasama dengan PT. Dua Alam Rahayu (PT. DAR). Selain produksi pupuk kompos PT KPI
juga melakukan inovasi yang lebih diintensifkan. Upaya untuk memanfaatkan limbah air seni sapi
untuk pupuk cair juga dilakukan. Proses pembuatan kompos dari kotoran ternak yaitu :

Penjualan pupuk kompos telah dimulai sejak tahun 2003, namun masih belum ditangani secara
baik dan professional. Ditahun 2004 upaya untuk meningkatkan penjualan pupuk dipersiapkan
dengan memperbaiki instalasi pengolahan kompos dan dikembangkan sebagai pupuk kandang dan
kemasan serta tempat untuk memajang produk pupuk.

Proses Pengolahan Kotoran dan Urine ternak menjadi Biogas

Fungsi lain dari limbah peternakan adalah sebagai bahan pembuatan sumber energi gas baru
(biogas) yang dapat digunakan untuk memasak. Caranya adalah kotoran sapi yang sudah dicampur
dengan air dimasukkan ke dalam bak penampung tertutup yang kemudian dibuat pipa khusus yang
disambungkan ke kompor. Alhasil, uap yang diproduksi oleh limbah tadi dapat dimanfaatkan
sebagai bahan bakar pengganti gas elpiji. Kompor yang berbahan bakar biogas ini bebas dari
kekhawatiran meledak karena bersifat alami dan bertekanan rendah. Proses pengolahan limbah
menjadi biogas adalah sebagai berikut:

4. Pengolahan Limbah PT. LHM

Proses Pengolahan Pakan Ternak dari Jerami

Agar pakan dari jerami tahan lama maka perlu difermentasikan dengan menggunakan urea dan
starbio. Untuk fermentasi 1 ton jerami dibutuhkan 6 kg urea dan 6 kg starbio.

Jerami diambil langsung dari sawah yang sedang panen. Kadar airnya 60 %,cirri-cirinya adalah
jika diperas tidak meneteskan air tetapi tangan kita basah. Jeramim yang telah difesrmentasi dapat
bertahan sampai 1 tahun. Adapun cara pengolahan pakan ternak dengan menggunakan jerami
dapat dilihat pada lembar berikunya.

4.2.4 Pembahasan Karakteristik Limbah

1. Limbah Blotong

Blotong merupakan limbah padat yang dihasilkan oleh pabrik gula yang berasal dari stasiun
pemurnian nira yang dipisahkan dengan alat rotary vacum filter. Limbah blotong ini berbentuk
seperti tanah berpasir berwarna hitam, memiliki bau tak sedap jika masih basah. Blotong sendiri
merupakan limbah yang dihasilkan sebelum dikristalkan menjadi gula pasir. Pada setiap tempat
penggilingan tebu seperti pabrik gula akan selalu dijumpai tumpukan bahkan gunungan blotong
dalam jumlah besar yang sampai saat ini belum dapat dimanfaatkan secara maksimal

Blotong mempunyai kelebihan yaitu salah satunya mempunyai nilai kalor yang cukup tinggi. Salah
satu teknologi yang dapat digunakan untuk meningkatkan nilai kalor limbah pertanian seperti
blotong ini adalah dengan proses pembuatan briket dimana densitas blotong ditingkatkan dengan
proses densifikasi atau pemadatan dengan cara pengepresan dan biasanya dilakukan dengan alat
tekan.

Berikut ini merupakan unsur yang terkandung dalam blotong kering (Kadar air 25%), oleh
laboratorium Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Bahan dan Barang Teknik
Bandung :

Pengolahan limbah blotong di Pabrik Madukismo yang didapat dari proses pemurniaan nira
direaksikan dengan zat-zat organik. Hal ini dilakukan untuk menjadikan blotong sebagai pupuk
organik melalui proses pengomposan. Limbah ini sebagian besar diambil petani untuk dipakai
sebagai pupuk dan sebagian yang lain dibuang di lahan tebuka.

Berikut ini merupakan unsur yang terkandung dalam blotong dalaam bentuk kompos :

2. Limbah Tetes

Tetes (molasses) sebagai limbah di stasiun pengolahan, diproduksi sekitar 4,5 % tebu atau sekitar
1,5 juta ton. Tetes tebu merupakan produk pendamping karena sebagian besar dipakai sebagai
bahan baku industri lain seperti vitsin (sodium glutamate), alkohol atau spritius dan bahkan untuk
komoditas ekspor dalam pembuatan L-lysine dan lain-lain. Namun untuk hal ini dibutuhkan
kandungan gula dalam tetes yang cukup tinggi, sehingga tidak semua tetes tebu yang dihasilkan
dimanfaatkan untuk itu. Akibatnya tidak sedikit pabrik gula yang mengalami kendala dalam
penyimpanan tetes sampai musim giling berikutnya, seperti tangki tidak cukup menampung karena
tetes kurang laku, atau memungkinkan terjadinya ledakan dalam penyimpanan di tangki tetes
sehubungan dengan kondisi proses atau komposisi.

Tetes tebu yang dihasilkan oleh PG. Madukismo ini ini termasuk dalam limbah cair. Warna dari
limbah tetes ini berwarna hitam dan menghasilkan bau yang sangat menyengat. Dilihat dari tingkat
kekeruhannya, limbah tetes tebu yang dihasilkan di Pabrik Gula Madukismo ini termasuk dalam
tingkat yang keruh. Hal ini dikarenakan tetes tebu merupakan limbah yang dihasilkan dari sisa
pengolahan gula pada saat distasiun pengolahan.

Molases merupakan hasil samping pada industri pengolahan gula dengan wujud bentuk cair.
Molases adalah limbah utama industri pemurnian gula. Molases merupakan sumber energi yang
esensial dengan kandungan gula di dalamnya. Molases memiliki kandungan protein kasar 3,1 %;
serat kasar 60 % ; lemak kasar 0,9 %; dan abu 11,9 %. Kadar air dalam cairan molasses yaitu 15–
25 % dan cairan tersebut berwarna hitam serta berupa sirup manis. Selain itu, molases juga dapat
berfungsi sebagai perekat pada pembuatan pelet yang dalam pelaksanaanya dapat meningkatkan
kualitasnya (Kurnia 2010).

3. Ampas tebu

Ampas tebu merupakan limbah padat yang dihasilkan dari serangkaian proses pengolahan gula.
Limbah padat berupa ampas tebu (bagasse)ini dapat dapat dijadikan bubur pulp dan dipakai untuk
pabrik kertas, untuk makanan ternak, bahan baku pembuatan pupuk, particle board, bioetanol, dan
sebagai bahan bakar ketel uap (boiler) sehingga dapat mengurangi konsumsi bahan-bakar minyak
oleh pabrik.

Ampas tebu yang dihasilkan di Pabrik Gula Madukismo berwarna putih kecoklatan. Bau yang
dihasilkan dari limbah ampas tebu ini berbau khas tebu. Didalam ampas tebu terdapat kandungan
polisakarida yang dapat dikonversi menjadi produk atau senyawa kimia yang digunakan untuk
mendukung proses produksi sektor industri lainnya. Salah satu polisakarida yang terdapat dalam
ampas tebu adalah pentosan, dengan persentase sebesar 20-27%.

Kandungan pentosan yang cukup tinggi tersebut memungkinkan ampas tebu untuk diolah menjadi
Furfural. Furfural memiliki aplikasi yang cukup luas dalam beberapa industri dan juga dapat
disintesis menjadi turunan-turunannya seperti : Furfuril Alkohol, Furan, dan lain-lain. Kebutuhan
(demand) Furfural dan turunannya di dalam negeri meski tidak terlalu besar namun jumlahnya
terus meningkat . Hingga saat ini seluruh kebutuhan Furfural untuk dalam negeri diperoleh melalui
impor. Impor terbesar diperoleh dari Cina yang saat ini menguasai 72% pasar Furfural dunia.

4. Abu ampas

Abu ampas tebu merupakan sisa hasil pembakaran dari ampas tebu. Abu ampas yang dihasilkan
di Pabrik Gula Madukismo termasuk dalam klasifikasi limbah padat. Warna dari abu ampas ini
abu-abu dan menghasilkan bau yang khas seperti bau abu. Abu ampas yang ada di pabrik ini
digunakan sebagai bahan baku pembuatan batako. Batako yang dihasilkan bersifat ringan dan
berwarna kehitaman. Proses pembuatan batako ini dicampur dengan semen, pasir dan bahan–
bahan pembuatan batako. Kemudian bahan yang telah tercampur, dicetak dengan cetakan khusus
sehingga terbentuklah batako.

5. Kotoran ternak

Kotoran ternak merupakan sesuatu yang dikeluarkan dari tubuh hewan ternak. Kotoran ternak
dianggap sebagai limbah dikarenakan merupakan bahan sisa yang masih bisa dimanfaatkan lagi
jika terjadi proses untuk mengolahnya. Limbah kotoran ternak yang ada di Joglo Tani, PT Kapurun
Pawana Indonesia dan Lembah Hijau Multifarm berupa limbah padat dan limbah cair. Limbah
padatnya berupa kotoran sapi, kotoran kambing, kotoran ayam, serta kotoran unggas. Sedangkan
untuk limbah yang dihasilkan yakni berupa urine yang dikeluarkan oleh hewan tenak yang
dipelihara.
Kotoran sapi merupakan substrat yang dianggap paling cocok sebagai sumber pembuat biogas.
Hal ini dikarenakan substrat tersebut telah mengandung bakteri penghasil gas metan yang terdapat
dalam perut hewan ruminansia. Keberadaan fermentasi, sehingga proses pembentukan biogas pada
tangki pencerna dapat dilakukan lebih cepat. Walaupun demikian, bila kotoran tersebut akan
langsung diproses dalam tangki pencerna, perlu dilakukan pembersihan terlebih dahulu (Sufyandi,
2001).

Pada umumnya komposisi kotoran sapi memiliki karakteristik yang dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :

Kotoran sapi yang ada di limbah yang ada di Joglo Tani, PT. Kapurun Pawana Indonesia dan
Lembah Hijau Multifarm berwarna coklat kehitaman. Limbah kotoran sapi ini menimbulkan bau
yang menyengat.

Kotoran ternak kedua ialah kotoran kambing. Limbah kotoran kambing ini diperoleh dari
kambing-kambing yang dipelihara di Joglo Tani, PT. Kapurun Pawana Indonesia dan Lembah
Hijau Multifarm. Kotoran kambing ini berwarna coklat kehitaman dengan bentuk seperti granul
(butiran-butiran). Bau yang dihasilkan dari limbah kotoran kambing ini berbau menyengat sama
halnya dengan kotoran sapi. Kotoran kambing mengandung bahan kering dan nitrogen berturut-
turut 40-50 % dan 1,2-2,1 %. Kandungan tersebut bergantung pada bahan penyusun ransum,
tingkat kelarutan nitrogen pakan, nilai biologis ransum dan kemampuan ternak untuk mencerna
ransum.

Selain dari limbah kotoran sapi dan kotoran kambing, di Joglo Tani, PT. Kapurun Pawana
Indonesia dan Lembah Hijua Multifarm adalah limbah kotoran unggas diantaranya dari kotoran
ayam, kotoran bebek, dan burung-burung yang dipelihatra ditempat tersebut. Limbah yang
dihasilkan dari kotoran unggas ini berbentuk remah,baunya tidak begitu menyengat dan warnanya
berwarna coklat kehitaman.

Selain limbah padat, limbah yang dihasilkan dari kotoran ternak ini adalah juga ada limbah
cairnya. Limbah cairnya berasal dari urine yang dihasilkan dari sapi, kambing dan hewan ternak
lainnya. Urine-urine yang dihasilkan berwarna kuning dan menimbulkan bau yang menyengat,
utamanya urine kambing. Bau menyengat ini disebabkan adanya gas metan yang terkandung dalam
urine tersebut. Tingkat kekeruhan dari urine sapi dan kambing yang dihasilkan dahasilkan di ketiga
tempat ini termasuk dalam kategori keruh.

6. Limbah tanaman

Limbah tanaman yang dihasilkan di Joglo Tani adalah limbah dari tanaman yang dibudidayakan
di tempat ini seperti limbah nangka busuk dan sayuran-sayuran busuk. Limbah sayuran yang telah
membusuk ini berwarna hijau kekuning-kuningan dan menimbulakan bau busuk yang menyengat.
Selain itu, limbah padat dari tanaman dapat berupa daun-daun, ranting-ranting yang berjatuhan
dari tanaman yang ditanam ditempat tersebut. Limbah tanaman yang dihasilkan di PT. Kapurun
Pawana Indonesia adalah limbah dari sayuran-sayuran yang telah membusuk. Sayuran yang
dikelola di tempat ini berupa sayuran sawi, selada dan sayuran rumah tangga lainnya. Sedangkan
untuk limbah tanaman yang ada di Lembah Hijau Multifarm berupa daun-daun, ranting-ranting
yang berjatuhan dari pepohonan yang ditanam di tempat tersebut

7. Limbah kolam ikan

Limbah kolam ikan ini merupakan limbah cair yang dihasilkan dari kurasan air kolam ikan yang
ada di Joglo Tani, PT. Kapurun Pawana Indonesia dan Lembah Hijau Multifarm. Limbah kolam
ikan ini berwarna hijau kecoklatan dan menghasilkan bau yang amis. Diduga bau amis ini
ditimbulkan dari bau ikan itu sendiri. Untuk tingkat kekeruhan pada limbah kurasan kolam ikan
ini termasuk dalam kategori keruh, dikarenakan air kurasan ini sebagai media hidup dari ikan itu
sendiri.

8. Limbah CO2

Limbah gas yang ada di pabrik gula Madukismo ini berupa uap (CO2) yang langsung dilepaskan
ke lingkungan (udara). Limbah ini tidak berbau serta tidak berwarna karena berupa gas yang tidak
bisa dilihat oleh mata telanjang.

BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan fieldrip di PT. Madukismo, Joglo Tani, PT. Kapurun Pawana
Indonesia dan PT. Lembah Hijau Multifarm tersebut, kami dapat menyimpulkan sebagai berikut:

Semua perusahaan yang kami kunjungi telah melakukan pengelolaan limbah dengan baik

PT. Madukismo atau Madubaru menghasilkan limbah padat berupa blothong, ampas tebu, abu
ampas, limbah cair tetes, serta limbah gas berupa CO2, dimana limbah tersebut telah dikelola
menjadi barang bermanfaat

Joglo Tani menghasilkan limbah padat berupa kotoran sapi, itik, ayam arab, sayuran busuk, buah
busuk dan jerami yang diolah menjadi pupuk kompos dan limbah cair berupa urine sapi dan air
dari kolam ikan yang diolah menjadi pupuk cair.

Dari kegiatan usaha tani di PT. Kapurun Pawana Indonesia menghasilkan limbah padat berupa
kotoran ternak yang diolah menjadi biogas, selury dan pupuk kompos dan limbah cair yang berasal
dari urine ternak dan air dari kolam ikan diolah menjadi pupuk cair untuk mengairi areal pertanian

Sistem pertanian yang dilakukan di PT. Lembah Hijau Multifarm menghasilkan limbah padat
berupa jerami yang diolah menjadi pakan ternak dengan fermentasi menggunakan
bakteri starbio, limbah padat dari kotoran ternak yang diolah menjadi biogas dan pupuk kompos
serta limbah cair berupa urine sapi dan air dari kolam ikan diolah menjadi pupuk cair yang
sebelumnya ditampung ditempat penampungan limbah cair untuk dinetralisir baunya
menggunakan enceng gondok

5.2 Saran

Dalam melaksanakan fieldtrip sebaiknya semua peralatan yang dibutuhkan dipersiapkan.


Selain itu semua penjelasan dari narasumber sebaiknya dicatat secara lengkap.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Joglo Tani. http://joglotani.blogspot.com/. Tanggal akses 21 November 2012

Anonim. 2012. http://PT. Madubaru/madukismo. Tanggal akses 21 November 2012.

Afolayan O. S et al.. 2012. Hydrological Implication of Solid Waste Disposal on Ground Water
Quality in Urbanized Area of Lagoe State, Nigeria. International Journal of Applied Science and
Technology. 2 (5) : 74-82.

Jenie dan Rahayu. 1994. Penanganan Limbah Industri Pangan. Jogjakarta : PT. Kanisius

Mohana V.S. et al.. 2011. Effect of Treated and Untreated Coffea Waste Water on Growth, Yields
and Quality of Paramosa Grass (Cymbopogon muttai L.) var motta. International Journal of
Research in Chemistry and Environment. 1 (2) : 111-117.

Mosher,AT. 1965. Membangun dan Menggerakkan Pertanian. Jakarta: CV. Yasaguna.

Rachmayanti. 2004. Manajemen Agribisnis. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Rajkumar et al.. 2010. Ground Water Contaminate Due to Municipal Solid Waste Disposal-AGIS
Based Study in Erode City. International Journal of Environmental sciences. 1 (1) : 39 – 55.

Rizka, P. 2002. Buku Pengantar Lingkungan. Malang : PT. Gramedia.

Sari, D.R. 2010. Lembah Hijau Multifarm. http://dyacch-es-teacher.blogspot.com . Akses 21


November 2012.

Sidiq. 2011. KPI-Training Center. http://kepurun.blogspot.com . Akses 21 November 2012

Anda mungkin juga menyukai