HENNY POERWANTY AS
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
ii
2018
TESIS
Program Studi
Keteknikan Pertanian
HENNY POERWANTY AS
Kepada
SEKOLAH PASCASARJANA
iii
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
iv
v
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini benar-benar
merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan
atau pemikiran orang lain. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat
dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis ini hasil karya orang lain,
saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Henny Poerwanty AS
vii
PRAKATA
Penulis
viii
ix
x
DAFTAR ISI
Halaman
PRAKATA ..................................................................................... v
ABSTRAK ..................................................................................... vi
BAB I. PENDAHULUAN
2. Kopi robusta............................................................... 9
xi
C. Fermentasi ...................................................................... 19
1. pH .............................................................................. 41
2. pH ............................................................................... 52
A. Kesimpulan ..................................................................... 63
B. Saran .............................................................................. 63
LAMPIRAN ........................................................................................ 69
xiii
DAFTAR TABEL
NO Judul Halaman
1. Berbagai varietas kopi arabika di dunia yang rentan terhadap hama dan
penyakit ....................................................................................... 8
11. Hasil uji duncan (lama) pada analisis kadar kafein ................... 49
14. Hasil analisis uji sensory taste aroma berdasarkan suhu dan
waktu pada fermentasi biji kopi ................................................. 56
xiv
15. Hasil analisis uji sensory taste rasa berdasarkan suhu dan waktu pada
fermentasi biji kopi .................................................................... 60
xv
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
NO Judul Halaman
17 Hasil uji lanjut analisis oneway anova uji sensory taste rasa ..... 89
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
yang tinggi. Kopi tidak hanya berperan sebagai sumber devisa tetapi juga
sumber penghasilan bagi lebih dari satu setengah juta petani kopi di
ton per tahun. Jika pada tahun 1980 volume ekspor kopi Indonesia sebesar
238.677 ton dengan nilai ekspor sebesar US$ 656 juta, maka tahun
kopi Sulawesi Selatan mencapai 9.190 ton kopi robusta dan 21.802 kopi
arabika (Dirjen perkebunan, 2016). Produksi kopi robusta diatas 1000 ton per
1000 ton per tahun yang hanya bisa dibudidayakan pada daerah dengan
Kopi diolah dengan beberapa cara pengolahan yaitu cara basah dan
cara kering. Salah satu tahapan pengolahan cara basah kopi arabika yang
menghilangkan lapisan lendir yang tersisa di permukaan kulit tanduk biji kopi
terlalu lama akan menghasilkan kopi beras yang berbau apek karena terjadi
Dimana protopektin adalah suatu material kompleks yang tidak larut dari
daging buah. Material inilah yang terpecah dalam proses fermentasi. Menurut
lendir adalah sebagai akibat bekerjanya suatu enzim yang terdapat dalam
3
buah kopi. Enzim ini termasuk jenis katalase yang akan memecah protopektin
dalam buah kopi. Selain itu, dalam proses fermentasi juga terjadi pemecahan
gula. Hasil dari proses pemecahan gula adalah asam laktat dan asam asetat
dengan kadar asam laktat yang lebih besar (Ciptadi dan Nasution, 1985).
pemanas listrik. Suhu fluida pemanas sangat berfluktuasi sehingga suhu biji
kopi dalam fermentor juga berfluktuasi. Oleh karena itu, perlu dikembangkan
sangat berguna dalam pembentukan precursor citarasa biji kopi yaitu asam
organik, asam amino, dan gula reduksi (Lin, 2010). Penanganan kopi secara
basah dapat menghasilkan citarasa yang lebih baik dengan penanganan kopi
secara kering (Subedi, 2011; Murthy dan Naidu, 2011 ; Ferreira et al., 2013).
proses akhir produk dari komoditi kopi. Aroma dapat teridentifikasi dalam biji
kopi hijau yang diperoleh dari proses fermentasi dan pengeringan biji
bromelin. Parameter perlakuan yang perlu dipelajari meliputi lama dan suhu
B. Rumusan Masalah
1. Belum diketahui pengaruh waktu dan suhu terhadap kerja enzim selama
fermentasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kopi jenis arabika, robusta, dan liberika merupakan jenis kopi yang
Indonesia adalah kopi jenis arabika dan robusta. Curah hujan yang sesuai
untuk tanaman kopi berkisar 1500 sampai 2500 mm tahun ke-1 dengan
tanaman kopi berkisar 15°C sampai 25°C dengan kelas lahan S1 atau S2.
1. Kopi Arabika
Indonesia. Kopi ini dapat tumbuh pada ketinggian optimum sekitar 1000
dihasilkan oleh bijinya semakin baik. Selain itu, kopi jenis ini sangat rentan
vastatrix, terutama pada ketinggian kurang dari 600 sampai 700 m dpl. Karat
daun ini dapat menyebabkan produksi dan kualitas biji kopi menjadi turun
(Indrawanto et al., 2010) .Oleh sebab itu, perkebunan kopi arabika hanya
7
terdapat pada beberapa daerah tertentu. Kopi arabika dapat tahan terhadap
masa kering yang berat, walaupun kopi ini tidak memerlukan bulan kering.
Hal ini dikarenakan kopi arabika ditanam pada elevasi yang tinggi dan
relatif lebih lembab serta akarnya lebih dalam dari pada kopi
rata-rata berkisar 17°–21°C (AAK, 1988). Karakter morfologi yang khas pada
kopi arabika adalah tajuk yang kecil, ramping, ada yang bersifat ketai dan
ukuran daun yang kecil. Biji kopi arabika memiliki beberapa karakteristik yang
khas dibandingkan biji jenis kopi lainnya, seperti bentuknya yang agak
dibandingkan dengan jenis lainnya, ujung biji mengkilap, dan celah tengah
sebagian besar masih rentan terserang hama dan penyakit. Berikut berbagai
jenis varietas kopi arabika yang ada di dunia yang rentan terhadap hama dan
2. Kopi Robusta
kopi liberika. Akan tetapi, citarasa yang dimilikinya tidak sebaik dari kopi jenis
arabika, sehingga dalam pasar Internasional kopi jenis ini memiliki indeks
700 m dpl (Indrawanto et al., 2010). Selain itu, kopi ini sangat memerlukan
tiga bulan kering berturut-turut yang kemudian diikuti curah hujan yang cukup.
Masa kering ini diperlukan untuk pembentukan primordia bunga, florasi, dan
Karakter morfologi yang khas pada kopi robusta adalah tajuk yang
lebar, perwatakan besar, ukuran daun yang lebih besar dibandingkan daun
karakteristik yang membedakan dengan biji kopi lainnya. Secara umum, biji
kopi robusta memiliki rendemen yang lebih tinggi dibandingkan kopi arabika.
10
Selain itu, karakteristik yang menonjol yaitu bijinya yang agak bulat,
salah satu jenis tanaman yang paling banyak diteliti, tetapi masih banyak
komponen dari kopi yang tidak diketahui dan hanya sedikit diketahui efek dari
komponen yang terdapat pada kopi bagi kepentingan manusia baik dalam
bentuk biji maupun bentuk minuman. Komposisi kimia dari biji kopi
bergantung pada spesies dan varietas dari kopi tersebut serta faktor-faktor
membentuk komponen yang kompleks. Adapun komposisi kimia dari biji dan
bubuk kopi dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini (Muchtadi, 2010).
zat – zat warna lainnya. Daging buah terdiri dari 2 bagian yaitu bagian luar
yang lebih tebal dan keras serta bagian dalam yang sifatnya seperti gel atau
lendir. Pada lapisan lendir ini, terdapat sebesar 85% air dalam bentuk terikat,
dan 15% bahan koloid yang tidak mengandung air. Bagian buah yang terletak
antara daging buah dengan biji disebut kulit tanduk. Kulit tanduk berperan
sebagai pelindung biji kopi dari kerusakan mekanis yang mungkin terjadi
pada waktu pengolahan. Berikut komposisi kimia kulit tanduk pada biji kopi
robusta dan biji kopi Arabika dapat dilihat pada Tabel 3 (Muchtadi, 2010).
12
dapat bereaksi dengan asam, basa, dan logam berat dalam asam. Kafein
disintesis dalam perikarp, Kafein dapat larut dalam air, mempunyai aroma
wangi tetapi rasanya sangat pahit. Kafein bersifat basa monosidik yang
akan bereaksi dan membentuk garam yang tidak stabil. Kafein mudah terurai
menentukan proses daur ulang sebagai bahan dasar pakan ternak, kompos,
Rata-rata kandungan serat kasar pada kulit kopi maupun kulit tanduk cukup
dimanfaatkan sebagai kompos ataupun pupuk. Nilai kalori kulit tanduk kopi
adalah sebesar 4600 kkal/kg sedangkan pulpa kopi pada kandungan air 5%
memiliki nilai kalori 3300 kkal/kg berpotensi sebagai sumber bahan bakar.
13
Meskipun agak sulit diterapkan pada pulpa kopi yang diperoleh dari
pengolahan basah karena masih mengandung kadar air bahan yang tinggi
Pada prinsipnya pengolahan buah kopi terdiri dari dua cara yaitu
kulit tanduk dan kulit ari dilakukan setelah kering) (Najiyati et al., 2004).
baik, hanya saja memakan waktu lebih lama dibanding pengolahan kering.
Pengolahan basah dapat dilakukan untuk skala kecil (tingkat petani) maupun
pulper untuk melepaskan kulit buahnya. Dari mesin pulper buah yang
secara basah atau wet process melalui beberapa proses berikut ini:
1. Sortasi buah
berbiji dan sehat dengan kopi yang hampa dan terserang bubuk. Cara
buah kopi dengan air di dalam bak. Pada perendaman tersebut buah
mesin pengupas kulit buah (pulper). Dengan cara air dialirkan kedalam
3. Fermentasi
berlendir yang masih melekat pada kulit tanduk dan pada proses
dan basah.
a. Fermentasi kering
b. Fermentasi basah
4. Pencucian
5. Pengeringan
tujuan menurunkan kadar air menjadi 12%. Dengan kadar air tersebut,
kopi tidak akan mudah pecah saat dilakukan hulling. Pengeringan pada
basah. Sedangkan untuk pengeringan biji kopi labu (biji kopi yang masih
a. Pengeringan awal
tebal lapisan kopi kurang dari 3 cm dengan alas dari terpal atau
b. Pengeringan lanjutan
Pengupasan kulit tanduk pada kondisi biji kopi yang masih relatif
pengupas (huller). Agar kulit tanduk dapat dikupas maka kondisi kulit
18
harus cukup kering walaupun kondisi biji yang ada didalamnya masih
tanduk.
7. Sortasi biji
cacat biji dan benda asing. Sortasi ukuran dapat dilakukan dengan
untuk pengolahan ditingkat petani dengan lahan yang tidak luas atau kapasitas
olahan yang kecil. Untuk perkebunan besar pengolahan kopi cara kering hanya
khusus untuk kopi buah yang berwarna hijau, kopi yang mengambang, dan kopi
perbedaan mutu kopi yang dihasilkan. Para petani kopi umumnya hanya
mengenal cara pengolahan kering. Prinsip pengolahan ini adalah buah kopi
yang sudah dipetik lalu dikeringkan dengan panas matahari sampai buahnya
menjadi kering, selama 14-20 hari. Kopi yang telah dikeringkan dapat disimpan
19
atau dikupas dengan huller untuk menghilangkan kulit tanduk dan kulit
C. Fermentasi
1. Pengertian Fermentasi
bentuk respirasi anaerobik, akan tetapi terdapat definisi yang lebih jelas yang
pada jenis gula yang digunakan dan produk yang dihasilkan. Secara singkat,
didalam fermentor.
produksi.
20
namun harus teliti sehingga flavor, tekstur, aroma aneka karakteristik lain
hingga 24 jam. Suhu yang digunakan umumnya sekitar 30°C, jika suhu
yang masih menyelimuti kopi. Fermentasi dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu cara basah dan cara kering. Fermentasi basah dilakukan dengan cara
21
merendam kopi di dalam air selama 36-40 jam sedangkan fermentasi kering
terus terjadi perubahan komposisi kimia biji kopi, dimana asam-asam alifatik
cellular lactice dari daging buah. Material inilah yang terpecah dalam proses
adalah sebagai akibat bekerjanya suatu enzim yang terdapat dalam buah
kopi. Enzim ini termasuk sejenis katalase yang akan memecah protopektin
2. Pemecahan gula
gula akan meningkat dengan cepat selama proses pematangan buah yang
dapat dikenal dengan adanya rasa manis. Gula adalah senyawa yang larut
dalam air, oleh karena itu dengan adanya proses pencucian lebih dari 15
pengumpul dan pemisahan buah. Oleh karena itu kadar gula dalam daging
setelah fermentasi. Sebagai hasil proses pemecahan gula adalah asam laktat
dan asam asetat dengan kadar asam laktat yang lebih besar. Asam-asam
lain yang dihasilkan dari proses fermentasi ini adalah etanol, asam butirat dan
propionat.
Biji kopi yang telah terpisahkan dari pulp maka kulit ari akan bewarna
coklat juga jaringan daging biji akan bewarna sedikit kecoklatan yang tadinya
bewarna abu-abu atau abu-abu kebiruan. Proses browning ini terjadi akibat
23
lipid, dan peptide (Buffo dan Fraire, 2004). Namun demikian, senyawa
yaitu tambahan senyawa precursor asam organic, asam amino, dan gula
(2005), dan Lin (2010) bahwa penanganan yang tepat dengan pengolahan
basah akan berpengaruh terhadap mutu citarasa kopi yang dihasilkan. Begitu
juga Salla (2009) serta Murthy dan Naidu (2011) menyatakan bahwa citarasa
biji kopi yang dihasilkan dari penurut olahan basah lebih baik daripada yang
aroma citarasa yang terbentuk pada penyangraian dari biji kopi hasil
1. Golongan fenol dan asam tidak mudah menguap yaitu asam kofeat, asam
aldehid.
dan volerat.
teridentifikasi pada fermentasi semi basah biji kopi antara lain Leuconostoc
beberapa jenis bakteri, hanya empat bakteri yang diduga kuat sebagai
lichonifermis dan Bacillus brevis. Tiga jenis bakteri asam laktat yang
teridentifikasi, diduga kuat berperan sebagai peningkat citarasa khas pada biji
ini akan menghasilkan sebuah pola pemanasan luar dan dalam. Konstruksi
pemanas Ohmic terdiri dari sumber arus dan reactor yang disisipi dengan
frekuensi rendah (50 sampai dengan 60 Hz) yang tidak akan merusak dinding
26
sesungguhnya, akan tetapi jika desain dan penerapan yang hati-hati terjadi
dimana pemanasan terjadi dari permukaan yang panas menuju bagian dalam
kualitas produk tidak sesuai dengan yang diinginkan selain juga berhubungan
yang ditimbulkan oleh besarnya medan listrik (field strength) dan konduktifitas
listrik dari bahan pangan yang diolah. Konduktifitas listrik bahan pangan
sebagai suatu proses dimana bahan pangan (cair, padatan, atau campuran
yang ditimbulkan oleh besarnya medan listrik (field strength) dan konduktifitas
listrik dari bahan pangan yang diolah. Teknologi pemanasan Ohmic dapat
diterapkan, tidak hanya untuk cairan tetapi juga untuk multi-fase campuran
menjadi linier ketika gradient voltage dinaikkan hal ini menjelaskan bahwa
digunakan yang tergantung dari besar medan voltase yang digunakan. Pada
membran dinding sel bahkan pada suhu lebih rendah (Muchtadi dan
Ayustaningwarno, 2010).
dapat diterapkan pada bidang medis yakni digunakan sebagai agen anti
inflamasi pada inflamasi akut dan luka bakar. Pada bidang industri,
protein yang paling banyak terdapat dalam sel hidup. Sampai saat ini
berfungsi sebagai katalisator reaksi kimia dalam sistem hidup. Sintesis enzim
terjadi di dalam sel dan sebagian besar enzim dapat diperoleh dari ekstraksi
enzim di dalam sel. Tanpa enzim maka reaksi seluler berlangsung sangat
reaksi, enzim bersifat sangat spesifik, sehingga meskipun jumlah enzim dan
Yuniastuti , 2006: 35). Enzim memiliki tenaga katalitik yang luar biasa, yang
biasanya jauh lebih besar dari katalisator sintetik. Enzim mempercepat reaksi
enzim direaksikan dengan asam kuat atau diinkubasi dengan tripsin yaitu
disebut enzim proteolitik atau protease. Oleh karena yang dipecah adalah
ikatan pada rantai peptida, maka disebut juga peptidase. Ada dua macam
2007). Protein yang terdapat dalam biji kopi mengandung beberapa asam
amino yaitu asam aspartat, asparagin, glutamat, prolin, glisin, alanin, valin,
isolisin, lisin, valin, venilalanin dan tirosin merupakan asam amino pembentuk
rasa tidak sedap pada kopi dan merupakan protein yang dibentuk oleh asam
amino glisin yang membentuk rasa pahit pada kopi (Marcone, 2004).
31
mengendurkan adalah penguraian dari molekul besar menjadi unit yang lebih
mempunyai gugus sulfhidril (-SH) yang akan aktif pada suhu 50°C. Pada
(Supartono, 2004). Enzim ini dihambat oleh senyawa oksidator, alkilator dan
tanaman nanas memiliki potensi yang sama dengan papain yang ditemukan
pada pepaya yang dapat mencerna protein sebesar 1000 kali beratnya.
Bromelin dapat diperoleh dari tanaman nanas baik dari tangkai, kulit,daun,
buah, maupun batang dalam jumlah yang berbeda. Kandungan enzim lebih
serta memilki aktivitas yang tinggi. Tingkat kemurnian atau jumlah enzim
spesifik dinyatakan dalam unit aktivitas enzim per miligram protein total
beras, biji hasil sangrai, dan seduhan. Penilaian terhadap karakter biji kopi
beras dan biji hasil sangrai belum dapat menggambarkan karakteristik suatu
dari penilaian cita rasa seduhan. Ada dua cara penilaian organoleptik kopi, yaitu
1) Pengukuran kuantitatif: penilaian ini dapat dilakukan dengan cara rating dan
ranking terhadap atribut cita rasa. Disamping itu, pengukuran kuantitatif dapat
33
terlarut), dan stimulus cita rasa lain yang dianggap penting. 2) Analisis
deskriptif: setelah data pengujian dianalisis, ditabulasi, dan dibuat grafik maka
Dalam menentukan apakah suatu kopi bercita rasa baik atau tidak,
1. Keasaman
menentukan cita rasa tersendiri pada produk kopi dan menentukan tingkat
kecerahan kopi. Biji kopi yang baik memiliki tingkat keasaman yang rendah.
Keasaman yang terlalu tinggi membuat cita rasa kopi menjadi tidak nikmat.
2. Aroma
Sensasi aroma kopi dapat dirasakan ketika kopi berada dimulut atau
citarasa terbaik pada flavor, aroma dan balance. Jika suhu kurang dari
sehingga dapat merusak produk. Proses fermentasi yang tidak tepat akan
suhu dan waktu yang paling tepat dilakukan yaitu kombinasi suhu dengan
range 35°C - 40°C dan waktu fermentasi dengan range 6-12 jam akan
35
3. Body
body yang dapat disetarakan dengan sensasi “rasa mantap”. Body terdiri
Biji kopi yang dipanggang secara medium dan pekat akan memiliki body
seduhan kopi sebagai karakter internal yang dapat dinilai karena ada kesan
seduhan kopi. Hal ini dapat diselaraskan dengan kadar kafein kopi bubuk
yang semakin menurun akan berpengaruh pada nilai body yang semakin
rendah. Bittness merupakan rasa pahit yang akan menjadi cirri khas kopi.
4. Kafein
berat molekul 194,9 dengan rumus kimia C8H10N8O2, dan Ph 6,9 (larutan
36
kafein 1% dalam air). Bentuk murni kafein dijumpai sebagai kristal berbentuk
tepung putih atau berbentuk seperti benang sutera yang panjang dan kusut.
Kristal kafein mengikat satu molekul air dan dapat larut dalam air mendidih.
Kafein mencair pada suhu 235oC-237oC dan akan menyublin pada suhu
176oC di dalam ruang terbuka. Rumus bangun kafein dapat dilihat pada
Kafein berfungsi sebagai perangsang dan kaffeol sebagi unsur flavor. Pada
saat penyangraian kopi, bagian kafein berubah menjadi kaffeol dengan jalan
sublimasi (Ciptadi dan Nasution, 1985). Kafein dalam kopi terdapat dalam
bentuk ikatan kalium kafein klorogenat dan asam klorogenat Ikatan ini akan
terlepas dengan adanya air panas, sehingga kafein dengan cepat dapat
terserap oleh tubuh. Asam klorogenat terdapat secara luas pada tanaman
Pada proses penyangraian, trigonellin pada biji kopi sebagian akan berubah
37
meningkatkan produksi urin. Dalam dosis yang rendah kafein dapat berfungsi
kerja kafein dalam tubuh adalah menyaingi fungsi adenosin (salah satu
senyawa yang dalam sel otak bisa membuat orang cepat tertidur). Kafein itu
berdetak lebih kencang, tekanan darah naik, otot-otot berkontraksi dan hati
akan melepas gula ke aliran darah yang akan membentuk energi ekstra. Itulah
aktivitas ion hidrogen tidak dapat diukur secara eksperimental. Konsentrasi ion
menggunakan fungsi keasaman yang berbeda (Volk, 1993). Rasa asam yang
38
terdeteksi pada seduhan kopi berasal dari kandungan asam yang ada dalam
kopi, yaitu dari kelompok asam karboksilat pada biji kopi antara lain asam
format, asam asetat, asam oksalat, asam sitrat, asam laktat, asam malat, dan
berubah menjadi asam asetat, asam malat, asam sitrat, dan asam
memberikan tingkat rasa keasaman yang tajam pada air seduhan kopi
sebagai CO2. Senyawa yang menyebabkan rasa sepat atau rasa asam seperti
tanin dan asam asetat akan hilang dan sebagian lainnya akan bereaksi dengan
(Mulato, 2002).
39
BAB III
METODE PENELITIAN
Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu reactor ohmic, pH meter
goni, timbangan analitik 0.001, corong pemisah, alat penyangrai tipe BR22
Probot. Grinder tipe Litina, mangkuk cuptest, teko air, dan sendok cuptest.
Bahan yang digunakan yaitu biji kopi arabika yang berasal dari
Kabupaten Enrekang dengan ketinggian 1500 m dpl, buah nanas, air, MgO,
ohmic.
40
C. Parameter Perlakuan
pada proses fermentasi biji kopi dengan dua faktor pengamatan. Faktor I
yaitu lama fermentasi dengan waktu 6 jam, 12 jam dan 18 jam, Faktor II yaitu
Bila hasil dari analisis sidik ragam memperlihatkan pengaruh nyata (α=0,05)
maka dilakukan uji beda nyata dengan menggunakan uji beda jarak berganda
Duncan.
dari faktor Independen yang diteliti (persentase aroma dan rasa) terhadap
sebagai berikut:
41
1. H0 : µ1 = µ2 = µ3
2. H1 : µ1 ≠ µ2 ≠ µ3
Kriteria pengujian:
D. Parameter Pengamatan
1. pH (AOAC, 1984)
model Milwauke (MW) 101, USA. Sebelum digunakan alat dikalibrasi dengan
disaring.
ke dalam erlenmeyer.
Perhitungan :
3. Uji sensory taste dengan metode QDA (Soekarto dan Hubeis, 1993)
dengan melibatkan tujuh orang panelis. Uji dengan metode ini biasanya
metode tingkat kesukaan terhadap aroma dan rasa dengan skor 0-7 yang
digunakan pada fermentasi kopi untuk menurunkan kadar kafein yaitu 40%
sehingga kadar kafein yang rendah akan menghasilkan citarasa dan aroma
yang baik.
E. Prosedur Penelitian
a. Tahap I
ketinggian 1500 mdpl. Setelah itu buah kopi kemudian dikumpulkan dan
buah kopi)
b. Tahap II
nanas selama 6 jam untuk mengaktifkan enzim bromelin yang terdapat pada
dengan perlakuan suhu fermentasi yan terdiri dari 35°C dan 45°C.
45
Sedangkan waktu yang digunakan terdiri atas tiga tingkatan yaitu 6 jam, 12
c. Tahap III
Tahap III penelitian ini yaitu Pencucian biji kopi yang telah
d. Tahap IV
melakukan uji sensory test (uji organoleptik) pada kopi sangrai arabika.
dilakukan uji beda nyata dengan menggunakan uji beda jarak berganda
Duncan.
46
Mulai
Penyortiran
Pengupasan kulit
Pengamatan Hasil:
PH
Kafein
Uji organoleptik
Analisis data
Selesai
BAB IV
1. Kadar kafein
berasa pahit yang bekerja sebagai obat penenang psikoaktif dan diuretic
ringan. Kafein dijumpai secara alami bahan pangan seperti biji kopi, daun teh
dan mate. Biji kopi mengandung kafein lebih banyak yaitu 1,6% - 2,4%
Hasil pengujian kadar kafein dan analisis statistika pada kopi yang
pada Tabel 9
Tabel 9 Rata-rata kadar kafein fermentasi kopi Ohmic pada berbagai Lama
fermentasi
memiliki nilai kadar kafein yang sangat tinggi yaitu 0,10850 % dan fermentasi
selama 12 jam memiliki nilai terendah yaitu 0,06800 %. Hasil uji analisis
perlakuan lama fermentasi dengan kadar kafein. Hal ini sesuai dengan uji
49
yang signifikan pada setiap perlakuan lama fermentasi dengan kadar kafein
(0,00<0,05).
Tabel 10. Rata-rata kadar kafein fermentasi kopi Ohmic berbagai suhu
fermentasi
Rata-rata Kadar kafein Nilai signifikan*
NO Suhu (°C) (%) α <0,05 Sig*
1 35 0,07400 0.05
2 45 0,09800 0,000
Tabel 11. Hasil Uji lanjut Duncan (Lama) pada analisis kadar kafein.
Lama N Subset
(jam)
6 6 0.10850c
12 6 0.08150b
18 6 0.06800a
Ket: Nilai yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menujukkan
berbeda tidak signifikan (p<0,05)
35°C memiliki nilai kadar kafein yang sangat rendah yaitu 0,07400% dan
fermentasi dengan suhu 45°C memiliki nilai kadar kafein yang sangat tinggi
yaitu 0,09800 %. Dengan demikian interaksi antara waktu dan suhu selama
sesuai dengan (Lampiran 4 dan 5) uji lanjut analisis sidik ragam menunjukkan
adanya perbedaan yang signifikan pada setiap waktu dan suhu fermentasi
kadar kafein pada perlakuan kopi yang difermentasi pada teknologi ohmic
0.160 0.147
0.140
RATA-RATA KADAR KAFEIN (%)
0.120 0.105
0.100 0.089
0.070
0.080 0.058
0.060 0.047
0.040
0.020
0.000
H6T35 H6T45 H12T35 H12T45 H18T35 H18T45
Keterangan:
1. H6T35 : Lama Fermentasi 6 jam, Suhu 35°C
2. H6T45 : Lama Fermentasi 6 jam, Suhu 45°C
3. H12T35 : Lama Fermentasi 12 jam, Suhu 35°C
4. H12T45 : Lama Fermentasi 12 jam, Suhu 45°C
5. H18T35 : Lama Fermentasi 18 jam, Suhu 35°C
6. H18T45 : Lama Fermentasi 18 jam, Suhu 45°C
Gambar 6. Pengaruh lama dan suhu fermentasi terhadap kadar kafein
Pada penelitian ini mengalami penurunan kadar kafein. Hal ini terlihat
pada (Gambar 6) dimana pada fermentasi selama 6 jam dengan suhu 45°C
memiliki rata-rata nilai kadar kafein yang sangat tinggi yaitu 0,147%
memiliki rata-rata nilai kadar kafein yang sangat rendah yaitu 0,047%. Hal ini
51
nilai kadar kafein sehingga dapat digunakan untuk menghidrolisis protein dan
gelatin. Sedangkan kafein memiliki sifat yang mirip dengan protein. Protein
yang terdapat dalam biji kopi mengandung beberapa asam amino yaitu asam
venilalanin dan tirosin merupakan asam amino pembentuk rasa tidak sedap
pada kopi dan diketopaperezin merupakan protein yang dibentuk oleh asam
amino glisin yang membentuk rasa pahit pada kopi (Marcone, 2004). Kopi
dengan rendah kafein selain menghasilkan citarasa dan aroma yang baik
juga lebih baik dikonsumsi karena dengan mengkonsumsi kopi rendah kafein
pemanasan ohmic dimana aliran listrik yang masuk ke bahan pangan relatif
yang dapat mengurangi jumlah total panas yang kontak dengan produk
2. pH
keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Rasa asam yang
terdeteksi pada seduhan kopi berasal dari kandungan asam yang ada dalam
kopi, yaitu dari kelompok asam karboksilat pada biji kopi antara lain asam
format, asam asetat, asam oksalat, asam sitrat, asam laktat, asam malat, dan
menjadi asam asetat, asam malat, asam sitrat, dan asam phosporat yang
nilai keasaman pada perlakuan lama fermentasi 12 jam yaitu 4.8950. Hal ini
sesuai dengan (Lampiran 9 dan 10) hasil uji analisis sidik ragam
perlakuan lama fermentasi dengan nilai pH. Uji lanjut Duncan menunjukkan
adanya perbedaan yang signifikan pada setiap lama fermentasi dengan nilai
35°C memiliki nilai PH yang tinggi yaitu 4.772 sedangkan fermentasi dengan
suhu 45°C memiliki nilai pH yang rendah yaitu 4.641. Dengan demikian
(0,00<0,05) terhadap pH. Hal ini sesuai dengan (Lampiran 11) Uji lanjut
7.00
6.60
6.20
5.80 5.28
Rata-rata pH
5.43
5.40 4.98
5.00 4.81
4.60
4.20 3.78
3.80 3.74
3.40
3.00
H6T35 H6T45 H12T35 H12T45 H18T35 H18T45
Keterangan:
1. H6T35 : Lama Fermentasi 6 jam, Suhu 35°C
2. H6T45 : Lama Fermentasi 6 jam, Suhu 45°C
3. H12T35 : Lama Fermentasi 12 jam, Suhu 35°C
4. H12T45 : Lama Fermentasi 12 jam, Suhu 45°C
5. H18T35 : Lama Fermentasi 18 jam, Suhu 35°C
6. H18T45 : Lama Fermentasi 18 jam, Suhu 45°C
Gambar 7. Pengaruh lama dan suhu fermentasi terhadap pH
jam dengan suhu 45°C memiliki nilai pH yang sangat tinggi yaitu (5,43).
Sedangkan pada fermentasi selama 12 jam dengan suhu 35°C memiliki nilai
55
kopi. Hal ini sesuai penelitian Megah (2009) yang menyatakan bahwa secara
1. Organoleptik Aroma
penambahan ekstrak nanas untuk fermentasi biji kopi dapat dilihat pada
Tabel 14. Hasil analisis uji sensory taste aroma berdasarkan suhu dan waktu
pada fermentasi biji kopi
Perlakuan Atribut
Suhu°C Waktu(jam) Earthy Burnt/Smokey Chocolate Caramel Nutty Fruity
6 4,93 6,27 3,16 3,99 4,97 2,89
12 3,64 4,51 4,87 5,85 4,55 5,83
35 18 4,20 5,17 3,44 3,71 3,99 3,16
6 4,10 5,36 4,04 3,31 4,80 2,50
12 4,76 3,53 4,63 2,85 4,50 2,94
45 18 4,27 4,47 3,80 3,34 2,52 4,34
terbaik pada suhu 35°C dan lama fermentasi 6 jam menghasilkan nilai
tertinggi burnt (6,27) , sedangkan atribut caramel dan fruity pada suhu 35°C
Hal ini sesuai dengan Reta et al (2017) yang menyatakan bahwa fermentasi
citarasa terbaik pada flavor, aroma dan balance. Jika suhu kurang dari 30°C
merusak produk. Proses fermentasi yang tidak tepat akan menghasilkan biji
kopi dengan citarasa yang rendah. Cacat fermentasi dapat dihindari dengan
melakukan proses fermentasi secara tepat dan benar sehingga dengan untuk
perlakuan fermentasi dengan kombinasi suhu dan waktu yang paling tepat
dilakukan yaitu kombinasi suhu dengan range 35°C - 40°C dan waktu
EARTHY
7.00
6.00
5.00
4.00 H6T35
FRUITY/CITRUS BURNT/SMOKEY
3.00
H6T45
2.00
1.00 H12T35
0.00
H12T45
H18T35
NUTTY CHOCOLATE/LIKE
H18T45
CARAMEL/LIKE
Gambar 8. Profil aroma fermentasi kopi dengan perlakuan suhu dan waktu
dengan suhu 35°C dan lama 6 jam memiliki nilai burnt yang tinggi.
fruity ,caramel, dan chocolate. Hal ini sesuai dengan penelitian Reta et al
selama fermentasi 12 jam. Dimana hal ini juga merupakan suatu keunggulan
citarasa yang dihasilkan pada fermentasi ohmic dengan suhu dan lama
fermentasi yang terkontrol sehingga panas yang ditimbulkan oleh ohmic akan
berguna dalam pembentukan precursor citarasa biji kopi, yaitu asam organic,
asam amino, dan gula reduksi (Lin,2010). Aroma adalah salah satu
58
penilaian terhadap suatu produk, apakah produk disukai atau tidak disukai
Aroma kopi dapat terbentuk dari proses pengolahan kopi yang berasal
dari produk samping enzimatik, atribut yang biasa muncul pada produk
enzimatik yaitu fruity (bau buah) dan herby (bau tanaman/jamu). Sedangkan
pada produk samping sugar browning (pencoklatan gula) atribut yang biasa
aromatik hasil proses reaksi dry distillation (pembakaran) pada serat biji kopi,
atribut yang biasa muncul yaitu turpeny, spicy, dan carbony, atribut ini muncul
pembentuk aroma kopi lainnya. Aroma kopi muncul akibat dari senyawa
volatil yang tertangkap oleh indera penciuman manusia. Senyawa volatil yang
berpengaruh pada aroma kopi sangrai dibentuk dari reaksi maillard atau
trigonelin, degradasi gula dan degradasi senyawa fenolik hal ini disebabkan
59
karena, aroma khas pada kopi secara perlahan akan muncul setelah biji yang
kopi bubuk.
2. Organoleptik Rasa
Rasa sangat sulit dimengerti secara tuntas oleh karena selera manusia yang
sangat beragam. Umumnya makanan tidak hanya terdiri dari satu kelompok
rasa saja, tetapi merupakan gabungan dari berbagai rasa yang terpadu
makanan. Rasa secara umum dapat dibedakan menjadi asin, manis, pahit
nanas untuk fermentasi biji kopi dapat dilihat pada Tabel 15 dibawah ini.
60
Tabel 15. Hasil analisis uji sensory taste rasa berdasarkan suhu dan waktu
pada fermentasi biji kopi
Perlakuan Atibut
Suhu°C Waktu(jam) Acidity Bitness Sweetness Sourness Body
6 3,01 4,37 2,81 2,91 4,43
12 2,15 3,37 2,37 4,57 4,59
35 18 3,59 3,36 3,17 4,40 5,80
6 2,86 3,04 3,20 4,84 2,17
12 2,12 2,61 3,05 3,34 2,77
45 18 3,76 4,07 2,34 4,34 5,53
yang terbaik pada suhu 35°C dengan lama fermentasi 18 jam yang memiliki
nilai body tinggi (5.80) sedangkan nilai body rendah (2,17) pada suhu 45°C
dengan lama fermentasi 6 jam. Kadar kafein yang rendah megakibatkan nilai
body rendah pula. Hal ini sesuai dengan Yusianto (1999) yang menyatakan
bahwa body merupakan kekentalan dari seduhan kopi sebagai karakter internal
yang dapat dinilai karena ada kesan kental di langit-langit mulut. Kafein
memberikan kontribusi pada body seduhan kopi. Hal ini dapat diselaraskan
dengan kadar kafein kopi bubuk yang semakin menurun akan berpengaruh
pada nilai body yang semakin rendah. Sensasi kekayaan tekstur dan rasa
ACIDITY
6.00
5.00
4.00 H6T35
3.00
BODY 2.00 BITTNESS H6T45
1.00 H12T35
0.00
HT1245
H18T35
H18T45
SOURNESS SWEETNESS
Gambar 9. Profil rasa fermentasi kopi dengan perlakuan suhu dan waktu.
yaitu suhu 35°C dengan lama fermentasi selama 6 jam dan 18 jam memiliki
nilai body (5,80) dan nilai bittness (4,37). Dengan demikian semakin lama
waktu fermentasi akan menghasilkan kopi seduhan akhir semakin pahit. Hal
merupakan rasa pahit yang akan menjadi cirri khas kopi. Pada tingkat
menimbulkan rasa pahit kopi dapat mengalahkan komponen rasa yang lain.
Rasa kopi yang dihasilkan juga dipengaruhi oleh proses penyangraian dan
penggilingan biji kopi. Semakin halus bubuk kopi yang dihasilkan, maka
bubuk kopi akan mudah larut dalam air panas sehingga akan meningkatkan
rasa dari kopi tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Mulato (2002) yang
senyawa pembentuk rasa dan senyawa penyegar mudah larut ke dalam air
penyeduh.
63
BAB V
A. Kesimpulan
1. Fermentasi biji kopi yang dilakukan selama 12 jam dengan suhu 35°C
dan chocolate sedangkan pada rasa memiliki body dan bittness yang
sangat tinggi
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Halkerston, Ian D.K., 2012, Sinopsis Biokimia Jilid Satu, a.b. Rudiharso,
W., Binarupa Aksara Publisher, Tangerang Selatan
Rahardjo P. 2012. Panduan Budi Daya dan Pengolahan Kopi Arabika dan
Robusta. Trias QD, editor. Penerbar Swadaya. Jakarta
Rubiyo, L. Kartini ,dan I.G.A.M.S. Agung. 2005. Pengaruh dosis pupuk kandang
dan lama fermentasi terhadap mutu fisik dan citan rasa kopi Arabika
varietas S 795 di Bali.Jurnal Pengkajian danPengembangan
Teknologi Pertanian 8(2): 22-29
67
Sastry, S.K, 2002. Ohmic heating dalam food engineering Vol III. Ohio
State University.USA.
LAMPIRAN
Ulangan Rata-rata
Kode
No Kadar
Sampel I II III
kafein (%)
1 H6T35 0,069 0,073 0,068 0,070
2 H6T45 0,142 0,148 0,151 0,147
3 H12T35 0,048 0,049 0,044 0,047
4 H12T45 0,087 0,089 0,091 0,089
5 H18T35 0,103 0,106 0,106 0,105
6 H18T45 0,055 0,058 0,061 0,058
70
Dependent Variable:Kafein
Type III Sum of Partial Eta
Source Squares Df Mean Square F Sig. Squared
a
Corrected Model .020 5 .004 469.553 .000 .995
Intercept .133 1 .133 1.566E4 .000 .999
Waktu .005 2 .003 300.176 .000 .980
Suhu .003 1 .003 304.941 .000 .962
Waktu * Suhu .012 2 .006 721.235 .000 .992
Error .000 12 8.500E-6
Total .153 18
Corrected Total .020 17
a. R Squared = ,995 (Adjusted R Squared = ,993)
72
Dependent Variable:Kafein
95% Confidence Interval for
a
(I) (J) Mean Difference Difference
a
Waktu Waktu (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
*
6 12 .040 .002 .000 .036 .045
*
18 .027 .002 .000 .022 .032
*
12 6 -.040 .002 .000 -.045 -.036
*
18 -.014 .002 .000 -.018 -.009
*
18 6 -.027 .002 .000 -.032 -.022
*
12 .014 .002 .000 .009 .018
Based on estimated marginal means
*. The mean difference is significant at the ,05 level.
a. Adjustment for multiple comparisons: Bonferroni.
73
Subset
Waktu N 1 2 3
12 6 .06800
18 6 .08150
6 6 .10850
Sig. 1.000 1.000 1.000
Dependent Variable:pH
Type III Sum Partial Eta
Source of Squares Df Mean Square F Sig. Squared
a
Corrected Model 8.158 5 1.632 112.530 .000 .979
Intercept 392.280 1 392.280 2.705E4 .000 1.000
Waktu 8.079 2 4.039 278.570 .000 .979
Suhu .066 1 .066 4.552 .054 .275
Waktu * Suhu .014 2 .007 .480 .630 .074
Error .174 12 .014
Total 400.612 18
Corrected Total 8.332 17
Lampiran 14. Hasil uji lanjut analisis oneway anova uji sensory taste
aroma
83
84
85
86
Smokey
Subset for alpha =
0.05
Sampel N 1
a
Duncan H12T45 7 3.5286
H18T45 7 4.4714
H12T35 7 4.5100
H18T35 7 5.1714
H6T45 7 5.3571
H6T35 7 6.2714
Sig. .110
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 7,000.
Chocolate
Subset for alpha =
0.05
Sampel N 1
Duncana H6T35 7 3.1571
H18T45 7 3.2571
H18T35 7 3.4429
H6T45 7 4.0429
H12T45 7 4.6286
H12T35 7 4.8700
Sig. .288
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 7,000.
87
Caramel
Subset for alpha = 0.05
Sampel N 1 2
Duncana H12T45 7 1.7429
H6T45 7 3.3143
H18T45 7 3.3429
H18T35 7 3.7143 3.7143
H6T35 7 3.9857 3.9857
H12T35 7 5.8500
Sig. .079 .077
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 7,000.
Nutty
Subset for alpha = 0.05
Sampel N 1
Duncana H18T45 7 2.1571
H18T35 7 3.9857
H12T45 7 4.5000
H12T35 7 4.5500
H6T45 7 4.8000
H6T35 7 4.9714
Sig. .057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 7,000.
Frutty
Subset for alpha = 0.05
Sampel N 1 2
Duncana H6T45 7 2.5000
H6T35 7 2.8857 2.8857
H12T45 7 2.9429 2.9429
H18T35 7 3.1571 3.1571
H18T45 7 4.3429 4.3429
H12T35 7 5.8300
Sig. .252 .068
88
Lampiran 17. Hasil uji lanjut analisis Oneway Anova Uji Sensory taste
rasa
90
91
Bitness
Subset for alpha =
0.05
Sampel N 1
Duncana H12T45 7 2.6143
H12T35 7 2.8857
H6T45 7 3.0429
H18T35 7 3.3571
H18T45 7 4.0714
H6T35 7 4.3714
Sig. .276
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 7,000.
Sweetness
Subset for alpha =
0.05
Sampel N 1
Duncana H18T45 7 2.3429
H12T35 7 2.3714
H12T45 7 2.6143
H18T35 7 2.7143
H6T35 7 2.8143
H6T45 7 3.2000
Sig. .536
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 7,000.
92
Sourness
Subset for alpha
= 0.05
Sampel N 1
a
Duncan H6T35 7 2.9143
H12T45 7 3.3429
H12T35 7 3.9143
H18T45 7 4.3429
H18T35 7 4.4000
H6T45 7 4.8429
Sig. .222
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 7,000.
Body
Subset for alpha = 0.05
Sampel N 1 2
a
Duncan H6T45 7 2.1714
H12T45 7 2.3857
H6T35 7 3.9286 3.9286
H12T35 7 4.5857 4.5857
H18T45 7 5.5286
H18T35 7 5.8000
Sig. .088 .185
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 7,000.
93
Nama :
Tanggal :
Pengujian : Aroma
2. BURNT / SMOKEY
3. CHOCOLATE – LIKE
4. CARAMEL – LIKE
94
Lanjutan Lampiran 19
5. NUTTY
6. FRUITY/ CITRUS
95
Nama :
Tanggal :
Pengujian : Rasa
1. ACIDITY
BAD GOOD
2. BITTENESS
3. SWEETNESS
4. SOURNESS
5. BODY
96
Pemanenan Pengumpulan