Anda di halaman 1dari 5

Jurnal Kimia Saintek dan Pendidikan

Volume III, Nomor 1, Tahun 2019, Hal 23-27


e-ISSN 2615-3378

PEMANFAATAN LIMBAH KALENG MINUMAN YANG


MENGANDUNG ALUMINIUM (Al) MENJADI
TAWAS BERNILAI EKONOMIS
Erdiana Gultom, Hestina
Universitas Sari Mutiara Indonesia
erdianagultom@gmail.com

Abstrak : Peningkatan limbah setiap tahunnya sangat berpengaruh pada kelestarian


lingkungan hidup. Untuk itu sangat dibutuhkan penanganan yang serius untuk masalah
ini. Adapun usaha yang bisa dilakukan adalah dengan memanfaatkan limbah tersebut
menjadi material yang bernilai ekonomis. Dalam hal ini dilakukan penelitian pemanfaatan
limbah kaleng minuman sebagai bahan baku pembuatan tawas. Dalam penelitian
sebelumnya diperoleh kadar aluminium dalam limbah kaleng minuman terdapat
mencapai 83,98% Setelah dilakukan penelitian diperoleh bahwa kadar aluminium dalam
tawas yang dibuat dari limbah kaleng minuman mengandung 4,57% lebih baik daripada
tawas komersial yang hanya 0,37%.
Kata Kunci : Tawas, Alumunium, Limbah Kaleng Minuman.

Abstract : Increased waste each year is very influential on environmental sustainability.


For this reason, serious treatment is needed for this problem. The business that can be
done is to utilize the waste into economically valuable material. In this case, a research
was carried out on the utilization of beverage cans as raw material for alum production.
In previous studies, aluminum content in beverage cans was found to reach 83.98%. After
the study, it was found that aluminum content in alums made from beverage cans
contained 4.57% better than commercial alums which were only 0.37%.

Keywords : Alum, Aluminum, Canned Beverage Waste.

1. PENDAHULUAN Pembuangan limbah merupakan salah


satu masalah lingkungan hidup yang
Lingkungan hidup merupakan kesatuan mendesak untuk segera dicarikan jalan
ruang dengan semua benda, daya, keluar. Kegiatan produksi selain
keadaan, dan makhluk hidup, termasuk menghasilkan produk yang mempunyai
manusia dan perilakunya yang nilai ekonomi juga menghasilkan
mempengaruhi kelangsungan kehidupan limbah, berupa limbah padat, cair
dan kesejahteraan manusia serta maupun gas. Limbah-limbah tersebut
makhluk hidup lain. Pada saat ini akan menyebabkan pencemaran
lingkungan hidup menjadi aspek yang lingkungan meliputi pencemaran air,
menyita perhatian sebagian besar para pencemaran udara, dan pencemaran
pecinta lingkungan, peneliti dan ruang tanah (Hasibuan,2016).
publik. Hal ini dibuktikan dengan
Limbah berasal dari kegiatan produksi
semakin banyaknya diskusi publik
dan konsumsi dalam setiap aktifitas
tentang hal ini. Salah satu permasalahan
kehidupan manusia yang cenderung
lingkungan hidup adalah limbah, baik
menghasilkan limbah atau buangan.
limbah rumah tangga maupun industry.
Jumlah/volume sampah sebanding
Universitas Sari Mutiara Indonesia Page | 23
Erdiana Gultom, Hestima

dengan tingkat konsumsi manusia aluminium. Dibutuhkan unsur aluminum


terhadap barang/material yang dalam pembuatan aluminium sulfat.
digunakan sehari-hari. Salah satu limbah Maka dari itu unsur aluminium yang
yang banyak ditemukan di lingkungan terdapat pada potongan kaleng tersebut
adalah limbah kaleng. Bila kita dapat dimanfaatkan tetapi membutuhkan
perhatikan penggunaan kaleng sebagai bahan tambahan berupa KOH dan
kemasan makanan dan minuman aluminium sulfat. Produk aluminium
sungguh sangat banyak. Untuk itu perlu sulfat terbukti efektif dapat menjadi
usaha untuk mengatasi limpahan limbah koagulan untuk penjernihan air seperti
ini baik dengan penggunaan kemasan tawas murni (Syaiful, 2014).
alternatif lainnya yang lebih ramah Dalam penelitiannya, Purnawan (2014)
lingkungan maupun melalui proses daur memanfaatkan limbah kaleng aluminium
ulang. Selain untuk mengurangi bekas sebagai bahan dasar pembuatan
pencemaran lingkungan dan timbunan tawas. Kadar aluminium pada limbah
sampah, proses daur ulang juga dapat kaleng tersebut sebesar 83,98% dan
menambah nilai ekonomis (Iryani,
variabel yang digunakan dalam
2017). penelitian ini yaitu konsentrasi KOH
Salah satu limbah yang yang paling sebesar 10%, 20%, 30%, 40% dan 50%.
banyak adalah penggunaan kemasan Hasil dari penelitian ini adalah rendemen
makanan dan minuman. Adapun bahan tawas sebesar 14,8990 gram dari reaksi
kemasan yang paling banyak digunakan dengan KOH 30% dan H2SO4 8M
antaralain plastik dan kaleng aluminium. dengan pemanasan ±70°C dan waktu
Bahan-bahan ini merupakan bahan yang pemanasan ±30 menit dan didapatkan
sangat sulit terurai dalam tanah. kadar aluminium dalam tawas sebesar
Walaupun pada saat ini plastik telah 4,19%.
dikembangkan menjadi bioplastik yang
sedikit lebih ramah lingkungan karena
2. METODE PENELITIAN
dapat terurai dalam tanah dalah waktu
yang lebih cepat. Namun penggunaan Alat dan Bahan
aluminium yang begitu banyak
menimbulkan masalah baru, yaitu Alat-alat yang digunakan dalam
pencemaran lingkungan. Dibutuhkan penelitian ini meliputi alat-alat gelas
waktu lebih kurang 400 tahun agar (erlenmeyer, gelas ukur, gelas beker),
aluminium dapat terurai dalam tanah. corong buchner, batang pengaduk,
Diperkirakan beberapa kaleng bekas neraca analitik, hot plate, pipet tetes,
mengandung aluminium dengan kadar gunting, amplas, pipet volum dan oven,
yang bervariasi, mengingat aluminium dan SSA.
mempunyai sifat tahan korosi, ringan
dan mudah di dapat sehingga Bahan dasar yang digunakan dalam
memungkinkan untuk dijadikan bahan penelitian ini adalah limbah/kaleng
baku kaleng. Kandungan aluminium bekas dari minuman ringan (dalam hal
dalam kaleng bekas juga memberi ini kaleng bekas minuman sprite).
peluang untuk diolah menjadi bahan Sedangkan bahan kimia yang digunakan
koagulan penjernih air (Manurung, adalah KOH (20%,dan 40%), H2SO4
2010). (6M dan 8M), etanol 70%, es batu dan
aquades.
Ada banyak bahan baku yang biasa
digunakan untuk membuat tawas atau Persiapan Bahan Baku
aluminium sulfat yang salah satunya
Kaleng bekas minuman ringan (dalam
adalah potongan kaleng minuman bekas.
hal ini kaleng bekas minuman ringan)
Di dalam potongan-potongan kaleng
dikumpulkan. Dilakukan pengamplasan
tersebut banyak mengandung logam
pada kaleng untuk menghilangkan

Jurnal Kimia Saintek dan Pendidikan Page | 24


Erdiana Gultom, Hestima

kemungkinan pengotor berupa cat yang Proses Pembuatan Tawas Dari Kaleng
menempel pada kaleng. Selanjutnya Bekas Minuman Ringan
dipotong kecil-kecil (± 1 cm) kemudian Sebanyak 3 gr potongan kaleng bekas
ditimbang sekitar 3 gr. dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 100ml
dan ditambahkan KOH (20% dan 40%).
Proses Pembuatan Tawas
Dilakukan proses pemanasan,untuk
Bahan dasar kaleng bekas yang telah
dipotong kecil-kecil (± 1 cm) dan telah mempercepat proses pelarutan antara
diamplas ditimbang sebanyak 5 gram. KOH dan kaleng bekas. Semakin tinggi
Dimasukkan ke dalam erlemeyer 100 ml, suhu dan luas permukaan zat maka
lalu di tambahkan larutan KOH 20% kelarutannya semakin besar (Purnawan,
sebanyak 50 ml. Proses pelarutan 2014).
dilakukan diatas hotplate dengan
temperatur < 80°C selama ± 30 menit Reaksi yang terjadi adalah reaksi
sampai semua gelembung-gelembung bersifat eksoterm karena menghasilkan
hilang. panas/kalor yang disertai dengan
Kemudian, larutan didinginkan hingga timbulnya gelombang-gelombang gas
suhunya mencapai suhu kamar. Setelah hidrogen dan asap pada proses pelarutan
dingin larutan disaring dengan (Wahyuni, 2017).
menggunakan kertas saring untuk Reaksi yang terjadi pada proses ini
menghilangkan pengotor yang ada.
adalah :
Filtrat hasil penyaringan ditampung dan
kedalamnya ditambahkan H2SO4 6 M 2 Al (s) + 2KOH (aq) + 6H2O (l) 
sebanyak 30 ml. 2 KAl(OH)4 (aq) + 3 H2 (g).
Dengan penambahan H2SO4 6 M secara Sementara reaksi ioniknya adalah :
perlahan terjadi pembentukan kristal
2 Al (s) + 2OH- (aq) + 6H2O (l) 
tawas berwarna putih. Untuk
mempercepat pembentukan butir kristal 2 Al(OH)4- (aq) + 3 H2 (g).
dilakukan pendinginan larutan di dalam Setelah gelembung gas hilang
es selama (45 menit ). Setelah terbentuk menandakan bahwa semua alumnium
Kristal yang cukup banyak dilakukan
bereaksi dan larut dalam KOH. Larutan
penyaringan kembali untuk memisahkan
sisa larutan dari kristalnya. Setelah itu tampak berwarna kehitaman yang
dilakukan pencucian dengan 20 ml diakibatkan pengotor-pengotor yang
etanol 70%. Kristal yang diperoleh masih tertinggal dalam kaleng seperti
dikeringkan dalam oven. Perlakuan yang dari cat (Sitompul,2017).
sama dilakukan untuk konsentrasi KOH
Setelah semua kaleng bekas larut,
40% dan H2SO4 8M.
pemanasan dihentikan dan dilakukan
penyaringan dengan tujuan untuk
HASIL DAN PEMBAHASAN memisahkan pengotor. Kemudian larutan
Karakterisasi Kaleng Bekas didinginkan sampai pada suhu kamar.
Minuman Ringan Lalu pada filtrat ditambahkan larutan
Berdasarkan pengukuran yang dilakukan H2SO4 hingga berlebih dengan tujuan
dengan menggunakan Spektrofotometer menghasilkan tawas yang lebih baik dan
Serapan Atom, diperoleh bahwa kadar dalam jumlah yang lebih banyak. (variasi
aluminium dari kaleng bekas minuman 6M dan 8M).
ringan adalah sebesar 79%.

Jurnal Kimia Saintek dan Pendidikan Page | 25


Erdiana Gultom, Hestima

Reaksi yang terjadi pada proses ini Pengaruh KOH 40% dan Variasi
adalah : Konsentrasi Pelarut H2SO4 Terhadap
2 KAl(OH)4 (aq) + H2SO4 (aq)  Jumlah Rendemen Tawas
2 Al(OH)3 (s) + 2 H2O (l) + K2SO4 (aq)\ Penggunaan KOH 40% dan H2SO4 6M
dan 8M terjadi peningkatan persen
Sedangkan reaksi ioniknya adalah : rendemen yang dihasilkan karena
kemampuan KOH 40% lebih baik dalam
2 Al(OH)4- (aq) + 2H+ (aq) 
mengikat logam aluminium dan
2Al(OH)3 (s) + 2 H2O.
didukung dengan kemampuan H2SO4
Reaksi yang terjadi selanjutnya dengan dalam membentuk kristal tawas.
penambahan H2SO4 berlebih adalah : Semakin tinggi kadar KOH maka akan
2 Al(OH)3 (s) + 3 H2SO4 (aq)  semakin cepat melarutkan kaleng bekas
Al2(SO4)3 (aq) + 6H2O (l) diiringi dengan semakin tinggi kadar
sedangkan reaksi ioniknya adalah : H2SO4 yang akan mempercepat
2 Al(OH)3 (s) + 6 H+ (aq)  pembentukan Kristal tawas. Rendemen
2Al3+ (aq) + 6 H2O (l) tawas yang paling besar (terbanyak)
diperoleh pada konsentrasi KOH 40%
Senyawa Al2(SO4)3 yang terbentuk
dan H2SO4 8 M karena persen rendemen
bereaksi kembali dengan K2SO4 hasil
tawas yang dihasilkan mendekati 100%.
reaksi sebelumnya membentuk kristal
tawas KAl(SO4)2.12H2O berwarna Berdasarkan penelitian ini dapat
putih, (Manurung, 2010). Reaksi yang disimpulkan bahwa untuk menghasilkan
terjadi pada proses ini adalah : persen rendemen tawas terbanyak harus
menggunakan lebih banyak kaleng .
Al2(SO4)3(aq) + K2SO4(aq) + 24H2O(l) 
Dengan adanya penelitian ini kita dapat
2 KAl(SO4)2.12H2O
lebih memanfaatkan limbah kaleng yang
Dari hasil reaksi ini diperoleh tawas yang bisa bermanfaat dan bernilai
berwarna putih bersih yang sebelumnya ekonomis.
dibilas dengan alkohol 70%. Kemudian
Kristal tawas dikeringkan dalam oven. Hasil Analisis Kristal Tawas

Pengaruh KOH 20% dan Variasi Kadar Aluminium dalam tawas menurut
SNI 06-0032-2004 harus minimal 17%.
Konsentrasi Pelarut H2SO4 Terhadap
Oleh karena itu dilakukan pengujian
Rendemen Tawas kadar aluminium. Berdasarkan hasil
Terjadi peningkatan persen rendemen pengujian dengan menggunakan alat
tawas, namun masih belum maksimal, Spektrofotometer Serapan Atom (SSA),
karena KOH dengan konsentrasi 20% ternyata diperoleh kadar aluminium
dalam tawas yaitu sebesar 4,57% yang
belum mampu melarutkan kaleng
merupakan tawas hasil penelitian.
minuman dengan sempurnah. Rendemen Sedangkan untuk kadar aluminium pada
tawas yang dihasilkan pada penelitian ini tawas yang dihasilkan ini menunjukkan
juga masih jauh dari 100%. Hal ini hasil yang lebih baik daripada tawas
menunjukkan bahwa pelarut KOH yang diproduksi secara komersial yang
dengan konsentrasi 20% belum mampu hanya 0,37%.
mengikat semua aluminium yang ada di
dalam kaleng sehingga perlu
ditingkatkan lagi konsentrasinya.

Jurnal Kimia Saintek dan Pendidikan Page | 26


Erdiana Gultom, Hestima

KESIMPULAN Manurung, M., Ayuningtyas, Fitria, I.


2010. Kandungan Aluminium dalam
Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa
Kaleng Bekas dan Pemanfaatannya
pada kristal tawas yang diproduksi
dalam Pembuatan Tawas. Jurnal
dengan bahan dasar kaleng bekas
Kimia (Journal of Chemistry).
minuman ringan terdapat kandungan
aluminium hingga 4,57%. Mulyadi, S. 2011. Karakterisasi Sifat
Mekanis Kaleng Minuman (Larutan
Lasegar, Pocari Sweat Dan Coca
DAFTAR PUSTAKA Cola. Jurnal Ilmu Fisika| Universitas
Andalas. Vo. 3. No. 2. Hal. 68-74.
Ariani, N.M. Mahmudah, L.. 2017.
Recycle Afalan Kemasan Aluminium Purnawan, I, Ramadhani, R. 2014.
Foil Sebagai Koagulan Pada Ipal. Pengaruh Konsentrasi KOH Pada
Jurnal Teknologi Proses dan Inovasi Pembuatan Tawas Dari Kaleng
Industri Vol. 2. No. 2. Aluminium Bekas. Jurnal Teknologi
No 6 Vol 2. Hal 09-119.
Febrina, L. 2019. Efektifitas Tawas Dari
Minuman Kaleng Bekas Sebagai Robertson, G, L. 2006. Food Packaging
Koagulan Untuk Penjernih Air. Principles And Practice, 2nd
Sustainable Environmental and edition. CRC Press. Boca Raton:
Optimizing Industry Journal Vol , Florida.
No.1. Sitompul, L.R, Elvi, Y,, Shinta, E. 2017.
Hasibuan, R. 2016. Analisis Dampak Pemanfaatan Logam Aluminium
Limbah/ Sampah Rumah Tangga (Al) pada Kaleng Minuman Soda
Terhadap Pencemaran Lingkungan Menjadi Tawas. Jurnal Online
Hidup. Jurnal Ilmiah Advokasi. Vol. Mahasiswa Fakultas Teknik
4. No. 1 Hal. 42-52. Universitas Riau. Vol. 4. No. 1-6.
Hasmawati. 2017. Pemanfaatan Tawas Syaiful, M. Intan, A., Andriawan., D.
Sintetik dari Kaleng Bekas Sebagai 2015. Efektivitas Alum Dari Kaleng
Koagulan pada Air. Universitas Minuman Bekas Sebagai Koagulan
Islam Negeri Alauddin Makassar. Untuk Penjernihan Air. Jurnal
Teknik Kimia. Vo. 20. No. 4.
Iryani, A., Sutanto, Fathurrachman, M.
2017. Pemberdayaan Masyarakat Wahyuni, S., Hakim, L, Hasfita, F. 2017.
Non Produktif Melalui Pemanfaatan Limbah Kaleng
Keterampilan Pembuatan Tawas Minuman Aluminium Sebagai
Dari Limbah Kaleng Bekas Penghasil Gas Hidrogen
Minuman. Qardhul Hasan: Media Menggunakan Katalis Natrium
Pengabdian Kepada Masyarakat. Hidroksida (NaOH). Jurnal
Vol. 3, No. 2. Hal. 99-106. Teknologi Kimia Unimal. Vol 5,
No.1 Hal. 92-104.

Jurnal Kimia Saintek dan Pendidikan Page | 27

Anda mungkin juga menyukai