Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Kimia VALENSI: Jurnal Penelitian dan Pengembangan

Ilmu Kimia, 1(1), Mei 2015, 1-11

Available online at Website: http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/valensi

Penggunaan Kitosan sebagai Koagulan Alami dalam Perbaikan Kualitas


Air Danau

Hendrawati, Susi Sumarni, Nurhasni

Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Email: hendrawati.wibowo@yahoo.co.id

Received: January 2015; Revised: February 2015; Accepted: May 2015; Available Online: August 2016

Abstrak

Pengolahan air tanah dan air permukaan yang masih kotor, yang sering dilakukan adalah dengan menggunakan
koagulan sintetis Poli Alumunium Clorida (PAC). Padahal penggunaannya dapat beresiko bagi kesehatan dan
lebih mahal. Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh kitosan dari limbah kulit udang sebagai koagulan
alami pengganti koagulan sintetis. Kitosan pada konsentrasi 20 ppm mampu menurunkan turbiditas air danau
sebesar 94.43%, menurunkan pH, menurunkan jumlah bakteri ± 99.18%, menurunkan kadar logam terlarut
dalam air danau seperti Mangan, Magnesium dan besi. Kitosan tidak mengubah tempeatur air danau maupun air
hasil perlakuan. Kitosan tidak menurunkan nilai BOD dan tidak menurunkan kadar kalsium.

Kata kunci: Kitosan, koagulan alami, koagulan sntetis.

Abstract

Treatment of groundwater and surface water is still dirty often done using synthetic coagulant poly aluminum
Cloride (PAC). In fact, its use may pose a risk to health and more expensive. This study was conducted to see the
effect of chitosan from shrimp shell waste as a natural coagulant coagulant synthetic substitute. Chitosan at a
concentration of 20 ppm lower the lake water turbidity of 94.43%, lowering the pH, decreases the amount of
bacteria ± 99.18%. Lower levels of dissolved metals in the water of the lake, such as manganese, magnesium and
iron. Chitosan does not change tempeatur lake water and water treatment results. Chitosan not lower BOD value
and not lower levels of calcium.

Keywords: Chitosan, coagulant Natural, Synthetic coagulant.

DOI :http://dx.doi.org/10.15408/jkv.v0i0.3148.

1. PENDAHULUAN proses pengolahan air.Koagulasi dan flokulasi


merupakan salah satu langkah dalam
Air merupakan kebutuhan utama bagi pengolahan sumber air keruh menjadi air
manusia. Air digunakan untuk memenuhi minum dengan cara menghilangkan
kebutuhan minum, kebutuhan rumah tangga, kekeruhannya. Kekeruhan dapat dihilangkan
keperluan industri, dan lain-lain. Tanpa air, dengan menambahkan koagulan dan flokulan.
manusia dan makhluk hidup lainnya tidak Koagulan berfungsi untuk mengikat partikel
dapat hidup. Tubuh kita sebagian besar terdiri atau kotoran yang terkandung di dalam air
atas air, di mana air dapat berfungsi sebagai yang dilanjutkan dengan flokulan yang
alat angkut zat dari bagian tubuh yang satu ke menjadikan partikel-partikel yang telah
bagian tubuh yang lain. Bertambahnya jumlah berikatan menjadi gumpalan yang mempunyai
penduduk, dengan sendirinya akan ukuran lebih besar sehingga akan lebih mudah
menyebabkan naiknya kebutuhan air yang mengendap (Suharto, 2011). Dalam proses
bersih. Sumber air bersih yang tersedia secara koagulasi-flokulasi yang biasa dan sudah
alami sangat terbatas, untuk itu diperlukan sering digunakan sebagai koagulan dan

Copyright © 2015, Published by Jurnal Kimia VALENSI: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Ilmu Kimia,
P-ISSN: 2460-6065, E-ISSN: 2548-3013
Jurnal Kimia VALENSI, Vol 1, No. 1, Mei 2015 [1-11] P-ISSN : 2460-6065, E-ISSN : 2548-3013

flokulan adalah alum (tawas), sodium dan conductivitimeter (Myron LARHI),


aluminat, ferri sulfat, dan Polyalumunium portable turbidimeter (HANNA instrument),
Chlorida (PAC). atomic absorption spectrophotometer (SSA)
Penggunaan koagulan sintetik yang (Shimadzu AA-6800), DO-meter (SCHOOT),
berlebihan atau terus-menerus pastinya akan laminar air flow, autoclave (ALP), inkubator
menimbulkan dampak negatif karena akan (Memmert), cuvet, tabung Durham, dan
terakumulasi dalam tubuh. Beberapa penelitian peralatan gelas lainnya.Sampel air keruh yang
telah membuktikan bahwa air limbah dapat diambil dari danau daerah Cipondoh, Limbah
dijernihkan dengan menggunakan koagulan Udang, dan Kitosan Komersial.
alami seperti biji kelor, biji asam jawa dan biji Polyalumunium Chlorida (PAC), asam sulfat
kecipir yang telah diteliti oleh Yuliastri (2010) (H2SO4) 25% (merck), natrium hidroksida
dan Syamsumarsih (2011). Oleh karena itu, (NaOH) 10% (merck), larutan buffer pH 4 dan
diperlukan penelitian lebih lanjut tentang 7 (merck), natrium klorida (NaCl) 0,1 M dan
penggunaan bahan alami sebagai bahan 0,01 M (merck), kadmium sulfat heptahidrat
pengolahan air danau. Bahan yang akan (CdSO4.8H2O) 100 ppm (merck), tembaga
digunakan sebagai koagulan alami dalam sulfat anhidrat (CuSO4) 100 ppm (merck), dan
penelitian ini adalah kitosan yang merupakan aquades.
turunan dari kitin.
Kitosan berasal dari limbah udang yang Persiapan Sampel Kitin
berupa kulit, kepala, dan ekor mengandung Kitin yang digunakan sebagai sampel
senyawa kimia berupa kitin, yang digunakan adalah kitin dari kulit udang. Kulit udang
sebagai absorben untuk menyerap logam berat dibersihkan, dikeringkan dan di tepungkan
seperti Seng (Zn), Kromium (Cr), Tembaga sampai ukuran butir tepung maksimal 0,5 mm.
(Cu), Kobalt (Co), Nikel (Ni dan Besi (Fe) Dilakukan proses deproteinasi menggunakan
dalam skala lab. Mengingat besarnya manfaat natrium hidroksida 1N pada suhu 650C selama
dari senyawa kitosan serta tersedianya bahan 2 jam. Proses selanjutnya penghilangan
baku yang banyak dan mudah didapatkan mineral atau demineralisasi menggunakan
maka perlu pengkajian dan pengembangan dari asam klorida 1 N selama 24 jam (Mu’minah,
limbah ini sebagai bahan penyerap terhadap 2008).
logam-logam berat di perairan (Agusnar,
2003). Kitosan memiliki kemampuan sebagai Persiapan Sampel Kitosan
koagulan karena memiliki banyak kandungan Kitin yang telah dihasilkan
nitrogen pada gugus aminanya. Gugus amina dimasukkan dalam beaker glass 500 ml,
dan hidroksil menjadikan kitosan bersifat lebih ditambahkan NaOH 50% dengan perbandingan
aktif dan bersifat polikationik, sifat tersebut 1:10 sampai terendam seluruhnya dipanaskan
dimanfaatkan sebagai koagulan dalam dalam penangas air selama 4 jam pada suhu
pengolahan air gambut yang dapat menyerap 100 0C. Kemudian disaring dan di cuci dengan
logam Fe lebih besar dibandingkan dengan aquades sampai pH netral. Kitosan dikering
PAC (Rumapea, 2009). anginkan pada suhu terbuka selama 24 jam dan
Maka dari itu penelitian ini dilakukan dimasukkan dalam oven dengan suhu 50 0C
untuk melihat kemampuan kitosan sebagai untuk menghilangkan sisa-sisa air yang masih
koagulan pengolahan air danau menjadi air ada pada kitosan (Mu’minah, 2008).
bersih sebagai bahan baku air minum yang
dibandingkan dengan koagulan PAC. Prosedur Penelitian
Parameter kualitas air yang diuji dalam Sampel air danau terlebih dahulu diukur
penelitian ini diantaranya turbiditas, suhu, pH, konduktivitas, dan turbiditas awal.
konduktifitas, kadar logam, BOD, DO, Total Kitosan dan PAC dimasukan dalam beacker
Koliform, dan pH. glass yang berbeda, dan satu beacker glass
untuk air danau yang tidak ditambahkan
2. METODE PENELITIAN koagulan (kontrol). Kemudian Sampel diteliti
dengan menggunakan metode jar test, yang
Alat dan Bahan terdiri atas pengadukan cepat (rapid mixing)
Peralatan yang digunakan dalam dan pengadukan lambat (slow maxing).
penelitian ini adalah magnetic stirrer Pengadukan cepat dilakukan dengan kecepatan
(Heidolph MR 3001 K), portable pH meter putaran 150 rpm selama 10 menit sedangkan

2
Penggunaan Kitosan Sebagai Koagulan Alami Hendrawati, et. al.

pengadukan lambat pada putaran 50 rpm zat organik berasal dari buangan limbah
selama 15 menit. Setelah tahap jar test sampel domestik maupun industri yang dapat
didiamkan selama ±1 jam. Setelah didiamkan dijadikan makanan bakteri dan
hingga pengotor mengendap, sejumlah cairan perkembangbiakan bakteri. Selain itu
supernatan diambil sebagai sampel uji untuk mikroorganisme, alga, plankton juga dapat
parameter turbiditas, temperatur, pH, menyebabkan kekeruhan pada air.Pengaruh
konduktivitas, kadar logam, total koliform, dan penambahan koagulan terhadap turbiditas dapa
oksigen terlarut (DO). dilihat pada gambar 1.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Proses pengolahan air keruh menjadi air


bersih dapat dilakukan dengan penambahan
koagulan. Koagulan alami yang dipakai dalam
peneliian ini adalah Kitosan yang berasal dari
limbah kulit udang, dan koagulan sintetik ayng
dipakai adalah PAC yang hasilnya nanti
dibandigkan. Dalam penelitian ini sampel air
yang digunakan adalah air danau cipondoh.
Sampel air danau diambil pada tanggal 2 Juli
2012 ± pukul 7.30. Karakteristik air danau situ
cipondoh sebelum dtambahkan koagulan dapat
dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Karakteristik air danau Cipondoh Gambar 1. Pengaruh konsentrasi koagulan


terhadap turbiditas
Batas Ambang
Parameter Χ
(MENKES 1990)
T (°C) 30.17 ± 0.29 Suhu udara ± 30C Pada gambar 1 dapat dilihat bahwa
pH 8.12 ± 0.02 6.5-8.5 konsentrasi optimum koagulan kitosan berada
Cond. 0.28 ± 0.00 - pada konsentrasi 20 ppm dengan persen
(μS) penurunan sebesar 94.43 %. Penambahan
Turb. 9.53 ± 0.01 5 koagulan yang melebihi batas optimum akan
(NTU) menyebabkan kenaikan nilai turbiditas karena
terlalu banyak zat terlarut sehingga nilai
turbiditas akan menjadi naik, dan juga
Dari parameter yang telah diuji seperti diakibatkan terjadinya penyerapan kation yang
yang ditunjukkan pada tabel 1, kualitas Air berlebih oleh partikel koloid dalam air
Danau Cipondoh tidak memenuhi syarat sehingga partikel koloid akan bermuatan
kualitas air bersih yang ditentukan oleh positif dan terjadi gaya tolak-menolak antar
PERMENKES No.416/MENKES/PER/IX/ partikel, sehingga terjadi deflokulasi flok. Hal
1990. Penelitan ini dimaksudkan untuk ini juga di dukung oleh Budiman (2008),
memperbaiki kualitas air danau sehingga dapat deflokuklasi flok akan menyebabkan larutan
digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari- menjadi semakin keruh dan akan
hari. Dengan menentukan konsentrasi optimum meningkatkan nilai turbiditas. Koagulan PAC
koagulan yang dibutuhkan untuk memperbaiki digunakan sebagai pembanding dari koagulan
kualitas air danau tersebut yang hasilnya akan kitosan. Dari hasil variasi konsentrasi diatas,
dibandingkan dengan koagulan PAC. bahwa koagulan kitosan bekerja optimum pada
konsentrasi 20 ppm. Sehingga koagulan PAC
Pengaruh Koagulan Terhadap Turbiditas yang digunakan pun pada konsentrasi yang
Kekeruhan pada air dapat disebabkan sama dengan kitosan yaitu 20 ppm.
karena adanya zat padat tersuspensi dalam air, Penambahan koagulan PAC sebagai
baik zat organik maupun zat anorganik. Zat pembanding dapat dilihat pada tabel 2.
anorganik biasanya berupa lapukan batuan,
pasir, lumpur dan logam terlarut. Sedangkan

3
Jurnal Kimia VALENSI, Vol 1, No. 1, Mei 2015 [1-11] P-ISSN : 2460-6065, E-ISSN : 2548-3013

Tabel 2. Perbandingan koagulan kitosan dan PAC suatu hal yang sulit karena kedua mekanisme
dalam turbiditas tersebut mungkin dapat terjadi secara simultan.
Menurut Agusnar (2003), umumnya
% mekanisme koagulan kitosan terjadi dengan
Turbiditas mekanisme adsorbsi dan jembatan partikel.
Kode Sampel penurunan
(NTU)
turbiditas
Pengaruh Koagulan Terhadap Nilai pH
Sampel 20.34 - Nilai pH untuk air minum dan air bersih
Kontrol 1 berdasarkan PP Republik Indonesia No.
18.44 9.36 416/MENKES/PER/IX/1990 adalah berkisar
(sampel+aquades)
antara 6.5-9.00. Perlakuan proses koagulasi
Kontrol 2 dan flokulasi dilakukan pada pH netral atau
18.54 8.85
(sampel+a.acetat) tanpa perlakuan variasi pH, karena
Ktitosan 0.62 96.95 dimaksudkan penelitian ini untuk air yang
dapat dikonsumsi. Pengaruh penambahan
PAC 7.63 62.49
koagulan terhadap pH dapat dilihat pada tabel
3.

Tabel 2 menunjukkan bahwa koagulan Tabel 3. Pengaruh koagulan kitosan terhadap pH


kitosan dan PAC mampu menurunkan nilai
turbidias. Namun, kitosan memiliki nilai pH χ
penuunan yang leih besar dibandingkan Konsentrasi
Koagulan(ppm) 1 2
dengan koagulan PAC yang hanya dapat
menurunkan nilai turbiditas sebesar 62.49%. 6.9 7.2
Penurunan terjadi karena adanya interaksi 20 7.05±0.21
polielektrolit kation yang terdapat pada 30 7.44 7.41 7.43±0.02
koagulan dengan partikel-partikel koloid yang
terdapat pada sampel sehingga membentuk 40 7.27 7.27 7.27±0.00
flok-flok yang akan mudah diendapkan.Protein 50 7.05 7.1 7.08±0.035
yang terdapat pada kitosan mengandung gugus
amina aktif (NH4+) yang dapat mengikat 60 6.69 6.7 6.7±0.007
partikel-partikel yang bermuatan negatif 70 6.63 6.62 6.63±0.007
sehingga partikel-partikel tersebut akan
terdestabilisasikan membentuk ukuran partikel 80 6.3 6.35 6.33±0.035
yang lebih besar atau membentuk flok 90 6.1 6.11 6.11±0.007
sehingga dapat terendapkan. Proses
pengadukan selama jar test berlangsung juga
menunjang keberhasilan proses koagulasi. Tabel 3 menunjukan nilai pH sampel
Pengadukan cepat (koagulasi) untuk yang telah ditambahkan koagulan dengan
menghasilkan turbulensi air sehingga dapat variasi konsentrasi koagulan. Dari hasil yang
mendispersikan koagulan dalam air. ditunjukan penambahan koagulan kitosan
Pengadukan cepat dapat membantu partikel- berpengaruh terhadap nilai pH. Makin banyak
partikel halus membentuk mikroflok. konsentrasi koagulan kitosan yang
Kemudian diberi perlakuan pengadukan ditambahkan maka pH akan makin turun.
lambat (flokulasi) yang berperan untuk Selain dikarenakan larutan kitosan yang sudah
menggabungkan mikroflok menjasi flok-flok bersifat asam yaitu sebesar 4.14, penurunan
yang ukuranya lebih besar (makroflok) yang tersebut juga dapat terjadi karena keberadaan
kemudian dipisahkan dengan sedimentasi polielektrolit kationik yang terdapat pada
selama ± 1 jam. kitosan. Penurunan terjadi sebesar 13.17% dari
Mekanisme yang paling mungkin terjadi sampel awal pada kondisi koagulan optimum
pada proses koagulasi adalah adsorbsi dan yaitu 20 ppm. Tabel 4 menunjukkan
netralisasi tegangan atau adsorbsi dan ikatan perbandingan koagulan kitosan dan PAC
antar parikel yang tidak stabil. Dari kedua terhadap pH.
mekanisme tersebut, untuk menentukan
mekanisme mana yang terjadi merupakan

4
Penggunaan Kitosan Sebagai Koagulan Alami Hendrawati, et. al.

Tabel 4. Perbandingan koagulan kitosan dan PAC kitosan dapat efektif untuk menurunkan
terhadap pH turbiditas. Dari Gambar 2, dapat dilihat bahwa
pada kondisi optimun untuk menurunkan
pH turbiditas pada kondisi pH netral hingga
Kode Sampel χ
1 2 mencapai penurunan sebesar 99.11%. Pada
saat pH basa penurunan turbiditas makin
S (sampel) 8.13 8.1 8.11±0.02
K1
rendah karena terjadi kejenuhan yang
(Kitosan+aquades) 7.6 7.59 7.59±0.007 diakibatkan oleh koagulan kitosan. Menurut
K2 Kaban (2009), pada pH di atas 7 stabilitas
(Kitosan+a.asetat) 4.51 4.51 4.51±0.00 kelarutan kitosan akan terbatas karena
Kitosan 6.9 7.2 7.05±0.21 cenderung terjadi pengendapan dan larutan
PAC 6.7 6.71 6.70±0.07 kitosan membentuk kompleks polielektrolit
dengan hidrokoloid anionik menghasilkan gel.

Sampel awal menunjukan pH basa dan Pengaruh Koagulan Terhadap Nilai


setelah ditambahkan koagulan nilai pH Konduktivitas
tersebut menurun karena adanya protein Nilai konduktivitas merupakan ukuran
kationik pada kitosan. Menurut Suptijah terhadap konsentrasi total elektrolit di dalam
(2008) kitosan bersifat polikationik yang air. Kandungan elektrolit yang pada prinsipnya
menyebabkan terjadinya penerimaan proton merupakan garam-garam yang terlarut dalam
dalam air dan dapat mengikat ion-ion H+ air, berkaitan dengan kemampuan air di dalam
dalam air.Pada koagulan PAC, penurunan nilai menghantarkan arus listrik. Semakin banyak
pH disebabkan terdapatnya ion hidrogen bebas garam-garam yang terlarut semakin baik daya
(H+) yang dihasilkan dari reaksi hidrolisis, hantar listrik air tersebut.
yaitu ketika koagulan bereaksi dengan air.
Nilai pH yang ditunjukan oleh koagulan PAC Dari hasil yang ditunjukan pada tabel 5,
agak sedikit asam yaitu sebesar 5.4. Secara penambahan koagulan kitosan tidak terlalu
umum semakin banyak koagulan PAC yang menunjukan hasil yang konstan karena adanya
digunakan maka semakin besar pula penurnan turun naik niai konduktivitas pada penambahan
yang terjadi.Kontrol satu (K1) mengalami koagulan. Penurunan nilai konduktivitas dapat
penurunan pH juga dikarenakan air dapat terjadi karena adanya penetralisiran muatan
menurunkan nilai pH dengan adanya reaksi listrik yang terdapat pada partikel-partikel
hidrolisis, sedangkan pada kontrol dua (K2) koloid yang terdapat pada sampel. Namun
pH sangat asam karena sampel ditambahkan penggunaan koagulan kitosan tidak
dengan asam asetat pada proses pelarutan memberikan pengaruh yang besar terhadap
koagulan yang sudah memiliki pH asam. nilai konduktivitas. Pada tabel 6 dapat dilihat
Pengaruh variasi pH terhadap turbiditas dapat hasil penambahan kedua koagulan terhadap
dilihat pada gambar 2. konduktivitas.
120 97,24 Tabel 5. Pengaruh koagulan kitosan terhadap
% Penurunan Turbiditas (NTU)

97,98 99,11
100
93,75
konduktivitas
80
87,9 Konsentrasi Konduntivitas
60
koagulan (µs) Χ
40 (ppm)
46,9 1 2
20
20 0.25 0.26 0.255±0.007
0
4 5 6 7 8 9 30 0.23 0.24 0.24±0.007
Variasi pH 40 0.22 0.22 0.22±0.00
Gambar 2. Pengaruh variasi pH terhadap 50 0.22 0.22 0.22±0.00
turbiditas.
60 0.26 0.25 0.255±0.007

Gambar 2 menunjukan penggunaan 70 0.24 0.23 0.235±0.007


variasi pH terhadap nilai turbiditas. Variasi pH 80 0.24 0.24 0.24±0.00
dimaksudkan untuk melihat pada pH berapa 90 0.24 0.25 0.245±0.007

5
Jurnal Kimia VALENSI, Vol 1, No. 1, Mei 2015 [1-11] P-ISSN : 2460-6065, E-ISSN : 2548-3013

Tabel 6. Perbandingan koagulan kitosan dan PAC signifikan. Penambahan koagulan kitosan
terhadap konduktivitas menunjukan temperatur sebesar 29.5 oC
sedangkan temperatur yang ditunjukan dengan
Kode Sampel Konduktivitas Χ penambahan koagulan PAC sebesar 29.9 oC.
(µs) kedua koagulan tersebut tidak menunjukan
1 2
perbedaan yang jauh jika dbandingkan dengan
sampel awal yaitu 30.25 0C.
S (sampel) 0.28 0.28 0.28±0.00
Tabel 7. Pengaruh koagulan kitosan terhadap
K1 (Kitosan+ 0.25 0.26 0.255± 0.001 temperatur
aquades)
Konsentrasi Suhu (0C)
K2 (Kitosan+ 0.31 0.31 0.31±0.00 biokoagula χ
a.asetat) n (ppm) 1 2

Kitosan 0.25 0.26 0.255± 0.001 20 29.5 29.5 29.5±0.00

PAC 0.28 0.28 0.28±0.001 30 30.1 30.1 30.1±0.00


40 30 29.5 29.75±0.35
50 30.1 30.2 30.15±0.071
Berdasarkan tabel 6 terlihat bahwa 60 29.7 29.7 29.7±0.00
penambahan kedua koagulan tidak
memberikan pengaruh yang besar tehadap 70 29.7 29.7 29.7±0.00
konduktivitas. Nilai konduktivitas yang tinggi 80 30 29.8 29.9±0.14
dapat terjadi berdasarkan adanya ion-ion
mineral dan senyawa organik yang terlarut 90 30 30 30±0.00
dalam air. Penambahan koagulan kitosan dan
PAC akan menyebabkan sebagian dari ion-ion
Tabel 8. Perbandingan koagulan kitosan dan PAC
mineral dan senyawa organik tersebut terhadap temperatur
terdispersi kedalam flok-flok yang terbentuk
saat proses flokulasi yang kemudian akan Kode Sampel Suhu (0C) χ
mengendap dan terpisah dari larutannya. Inilah
yang mengakibatkan penurunan daya hantar 1 2
listrik.Tiap ion memiliki nilai konduktivitas
yang berbeda-beda. Semakin tinggi angka
S (sampel) 30 30.5 30.25±0.35
kekeruhan atau angka turbiditas sampel, maka
makin tinggi pula nilai konduktivitasnya. K1 (Kitosan+ 30 30 30±0.00
Menurut Karamah (2005), angka konduktivitas aquades)
seimbang dengan jumlah zat padat terlarut K2 (Kitosan+ 29 29.8 29.4±0.56
(garam terlarut). Nilai konduktivitas tinggi a.asetat)
pada larutan denggan jumlah zat padat terlarut Kitosan 29.5 29.5 29.5±0.00
yang tinggi pula.
PAC 29.8 30 29.9±0.14
Pengaruh Koagulan Terhadap Temperatur
Penggunaan koagulan kitosan dengan
variasi temperatur tidak menunjukan
Pengaruh Koagulan Terhadap Total
perbedaan yang signifikan (tabel 7), suhu
Coliform
paling besar ditunjukan pada konsentrasi
Bakteri coliform merupakan indikator
koagulan 30 ppm sebesar 30.1 0C. dan suhu
dalam substrat air untuk kehadiran
terendah pada konsentrasi 20 ppm.
mikroorganisme berbahaya yang terdapat pada
Penggunaan kedua Koagulan terhadap
air, poulasi mikroorganisme akuatik dalam air
temperatur dapat dilihat pada tabel 8, yang
menentukan kualitas air. bakteri coliform fekal
membandingkan keefektifan koagulan. Tabel
adalah bakteri indikator adanya pencemaran
8 menunjukan bahwa penambahan koagulan
bakteri patogen.
pada sampel tidak terjadi perubahan yang

6
Penggunaan Kitosan Sebagai Koagulan Alami Hendrawati, et. al.

Tabel 9, menunjukan pengaruh terhadap kadar logam Mn, Mg, Cr dan Fe.
penambahan koagulan terhadap pertumbuhan Dan untuk logam Ca penambahan koagulan
bakteri coliform dalam sampel air danau yang membuat nilai kadar logam Ca naik.
diuji dengn uji MPN. Uji ini dilakukan dengan Menurut PP No. 416/MENKES/PER/
menggunakan 9 tabung yang berisi microba IX/1990 kadar logam maksimum yang masih
Lactose Broth (masing-masing 3 seri) yang diperbolehkan untuk logam Mn 0.1 mg/L.
diinkubasikan selama 24-48 jam pada suhu 37 Kadar Mn pada sampel awal menunjukan hasil
o
C.Penggunaan kitosan sebagai koagulan juga yang tinggi mencapai 0.4381 mg/L setelah
mampu menurunkan nilai total coliform pada penambahan kitosan kadar Mn menurun
sampel air. Kitosan dapat menurunkan nilai menjadi 0.0056 mg/L sedangkan dengan
total coliform hingga mencapai 99.18%. koagulan PAC menjadi 0.0257 mg/L. Dari
Kitosan memiliki gugus amina yang hasil yang ditunjukan penambahan kedua
merupakan sisi reaktif yang dapat berkaitan koagulan tidak memiliki pengaruh yang besar
dengan dinding sel bakteri. Menurut Suptijah terhadap penurunan kadar logam tersebut.
(2008) Terjadinya proses pengikatan ini penurunan yang terjadi dapat dikarenakan
disebabkan oleh perbedaan keelektronegatifan logam-logam yang terkandung ikut terjebak
antara kitosan dengan permukaan sel bakteri. dalam flok-flok yang terbentuk saat proses
Selain itu wulandari (2007) menuturkan jartest. Menurut PP No.
bahwa kitosan berperan aktif sebagai 416/MENKES/PER/IX/1990 kadar logam
antibakteri. maksimum yang masih diperbolehkan untuk
Hasil penelitian Sutapa 2007 masing-masing logam tersebut adalah 0.05
menunjukan bahwa PAC juga mampu mg/L, dan untuk Fe sebesar 0.3 mg/L.
menurunkan nilai total coliform sebesar Tabel 10 menunjukan kenaikan kadar
58.18% sedangkan dalam penelitian ini logam untuk Ca penambahan kedua koagulan.
penurunan yang dihasilkan oleh kitosan Sampel awal memiliki nilai Ca sebesar 11.53
sebesar 99.18%. Kitosan dan PAC mampu dan saat ditambahkan koagulan kitosan kadar
mempengaruhi jumlah bakteri pada proses Ca pada sampel menjadi 11.67. Jika dilihat
koagulasi dengan membentuk flok-flok yang dari kandungan kitosan yang telah dibahas
menarik partikel-partikel negatif dari membran sebelumnya, kitosan mengandung mineral-
sel bakteri. Muatan negatif ini akan diadsorbsi mineral didalamnya sehingga dapat saja
oleh muatan positif yang terdapat pada mnyebabkan nilai Ca naik.Sampel air
masing-masing koagulan. Akibatnya jumlah menunjukkan tidak terdetekdinya logam Cd.
bakteri yang ada dalam air berkurang. Oleh karena itu, untuk menunjukan
kemampuan ktosan dalam menurunkan logam
Pengaruh Koagulan Terhadap Kadar berat Cd.
Logam Mekanisme koagulasi dengan polimer
Adanya pencemaran pada lingkungan atau polielektrolit adalah dengan adsorbsi dan
dapat menimbulkan rusaknya kelestarian jembatan antar partikel. Koagulan mampu
lingkungan dan keseimbangan sumber daya untuk mendestabilkan partikel-partikel logam
alam. Salah satunya limbah logam yang sering dan akan membentuk flok. Hal tersebut di
terdapat pada perairan adalah limbah logam dukung oleh Rachdiati et al., (2007) dan
yang dapat merusak lingkungan terutama jika Agusnar (2003). Bila molekul polimer
tanpa disengaja dikonsumsi oleh manusia bersentuhan dengan partikel koloid, maka
karena sifatnya yang toksik akan menimbulkan beberapa gugusnya akan teradsorbsi pada
kematian dalam kadar yang tinggi. Maka dari permukaan partikel dan sisanya tetap berada
itu diperlukannya pengolahan yang dapat pada larutan. Selanjutnya pada partikel
mengantisipasi keberadaan logam dalam tersebut akan terikat pada bagian lain dari
perairan. Tabel 10 menunjukan pengaruh rantai polimernya yang berfungsi sebagai
penambahan koagulan kitosan dan PAC dalam jembatan yang dapat mengurung partikel-
peranannya menurunkan kadar logam dalam partikel yang membentuk flok-flok yang lebih
sampel air. Dari data yang didapat, Kitosan besar.
dan PAC tidak memiliki pengaruh besar

7
Jurnal Kimia VALENSI, Vol 1, No. 1, Mei 2015 [1-11] P-ISSN : 2460-6065, E-ISSN : 2548-3013

Tabel 9. Perbandingan Koagulan Kitosan dan PAC terhadap Total Coliform

Jumlah Tabung positif


Kode Sampel Index MPN/100 ml
SLB 0.1 ml SLB 1 ml DSLB 10 ml
Sampel 3 3 3 >1100
K1 (Sampel+aquades) 3 3 3 >1100
K2 (Sampel+a.asetat) 2 3 3 1100
Kitosan 0 0 2 9
PAC 1 3 3 460

Tabel 10. Pengaruh koagulan kitosan dan PAC terhadap kadar logam

Logam
Kode Sampel
Mn Ca Mg Fe Cd

Sampel 0.4381 11.53 4.731 0.0046 ND

K1 (sampel+aquaes) ND 12.23 4.667 0.023 ND

K2 (Sampel+a.asetat) 0.275 11.2 4.737 ND ND

Kitosan 0.056 11.67 4.663 ND ND

PAC 0.0257 12.12 4.687 ND ND


Ket : ND = Not Detected

Tabel 12. Karakteristik penggunaan koagulan kitosan dan PAC

Kode Sampel
Parameter Uji Kadar Maks Sampel+ Sampel+
Sampel Kontrol1 Kontrol2
Kitosan PAC
Tubiditas
25 20.34 1844 18.54 0.62 7.63
(NTU)
pH 6.5-9.00 8.11 7.59 4.51 7.05 6.70
Konduktivitas
- 0.28 0.255 0.31 0.255 0.28
(µs)
Temperatur
Suhu udara ± 30C 30.25 30 29.4 29.5 29.9
(0C)
Total Coliform
50 >1100 >1100 1100 9 460
(MPN/100ml)
Mn (mg/L) 0.4 0.4381 - 0.275 0.056 0.0275
Mg (mg/L) 4.731 4.667 4.737 4.633 4.687
Cr (mg/L) 0.05 0.006 - 0.003 0.001 0.003
Ca (mg/L) 0.3 11.53 12.23 11.2 11.67 12.12
Fe (mg/L) 0.003 0.0046 0.023 - - -
BOD (mg/L) 3 5.15 1.8 45 9.78 2.62
Sampel = air danau (Situ Cipondah),
Kontrol1 = sampel + aquades,
Kontrol 2 = sampel + asam asetat, kitosan

2
Penggunaan Kitosan Sebagai Koagulan Alami Hendrawati, et al.

Pengaruh Koagulan Terhadap BOD lebih banyak, yang mengakibatkan


Pada umumnya lingkungan air yang berkurangnya oksigen dalam air. sedangkan
telah tercemar memiliki kandungan oksigen koagulan PAC menunjukan penurunan nilai
yang rendah. Hal tersebut terjadi karena BOD5 sebesar 2.62 mg/L, nilai DO5 turun
oksigen yang terlarut di dalam air diserap oleh dikarenakan penambahan koagulan PAC ini
mikroorganisme untuk memecah atau dapat menyebabkan kebutuhan oksigen yang
mendegradasi bahan buangan organik sehingga dibutuhkan bertambah sebagai pengoksidasi
menjadi bahan yang mudah menguap (yang bahan-bahan organik yang terdapat pada
ditandai dengan bau busuk). Dengan melihat sampel air.
kandungan oksigen yang terlarut di dalam air Koagulan kitosan digunakan dengan
dapat ditentukan seberapa jauh tingkat pengenceran menggunakan asam asetat
pencemaran air lingkungan telah terjadi terlebih dahulu dan kemudian diencerkan
(Arianto, 2008). Penguraian bahan organik kembali dengan aquades. Penentuan dosis
secara biologis di alam, melibatkan bermacam- optimum pada koagulan dengan jartest didapat
macam organisme dan menyangkut reaksi pada konsentrasi 20 ppm, yang memberikan
oksidasi dengan menghasilkan karbon dioksida hasil paling baik dilihat dari penurunan
dan air. Menurut Salmin (2005), secara teoritis, turbiditas yang paling tinggi. Keefektifan
waktu yang dibutuhkan dalam proses oksidasi koagulan kitosan dibandingkan dengan
adalah tidak terbatas. Namun dalam koagulan PAC pada konsentrasi yang sama
prakteknya, biasanya berlangsung selama 5 agar dapat dilihat mana yang lebih baik. Tabel
hari yang disimpan pada suhu 20 0C dengan 12 menunjukan karakteristik kedua koagulan
anggapan bahwa selama waktu itu presentase terhadap seluruh parameter yang diuji.
reaksi cukup besar dari total BOD. Tabel 11 Data dihasilkan dengan penambahan
menunjukkan hasil pengkuran BOD dengan kedua koagulan jika dibandingkan dengan PP
penambahan koagulan. No. 416/MENKES/PER/IX/1990 menunjukan
bahwa koagulan kitosan dapat disebut sebagai
Tabel 11. Pengaruh koagulan kitosan dan PAC Biokoaglan dan efektif dalam memperbaiki
terhadap BOD kualitas air danau. Dilihat dari penurunan nilai
turbiditas, pH, dan total Coliform. Untuk
DO0 DO5 BOD5 logam Ca,kitosan memerlukan konsentrasi
Kode Sampel
(mg/L) (mg/L) (mg/L)
yang sesuai untuk menurunkannya.Sedangkan
Blanko 5.86 5.59 0.27
koagulan PAC memiliki kelebihan dalam
S (sampel) 5.49 4.62 5.15 menurunkan nilai BOD hingga mencapai 2.62
K1 mg/L dari sampel awal yang memiliki nilai
5.53 5.17 1.8
(Kitosan+aquades)
K2
BOD sebesar 5.15 mg/L.
5.6 0.26 45
(Kitosan+a.asetat)
Kitosan 5.79 1.69 9.78 4. SIMPULAN
PAC 5.24 3.07 2.62
1. Pengguaan koagulan kitosan efektif dalam
memperbaiki kualitas air danau cipondoh,
dilihat dari penurunan Turbiditas sebesar
Penurunan yang terjadi pada hari kelima 96.95% dengan konsentrasi 20 ppm.
yaitu nilai DO5 menunjukan adanya Dengan konsentrasi yang sama koagulan
peningkatan penggunaan oksigen untuk PAC dapat menurunkan turbiditas sebesar
mengoksidasi zat bahan-bahan organik yang 62.49%.dari hasil yang ditunjukan
ada pada sampel sehingga kadar oksigen koagulan kitosan lebih efektif menurunkan
terlarutnya menjadi lebih rendah.Sampel awal turbiditas dibandingkan dengan PAC.
menunjukan nilai BOD5 sebesar 5.15 mg/L, 2. Koagulan Kitosan dan PAC dapat
dengan penambahan koagulan kitosan hasil menurunkan jumlah bakteri berdasarkan
yang ditunjukan adalah kenaikan nilai BOD5 nilai MPN per 100 mL. Untuk koagulan
menjadi 9.78 mg/L. Hal ini dapat terjadi kitosan penurunan yang dihasilkan
karena biokoagulan yang ditambahkan mencapai ± 99.18%. Sedangkan untuk
menambah jumlah bahan organik pada sampel PAC penurunan yang dihasilkan mencapai
air sehingga oksigen yang dibutuhkan untuk 58.18%. Hasil tersebut menunjukan bahwa
mengoksidasi bahan-bahan organik tersebut koagulan kitosan efektif dalam

1
Jurnal Kimia VALENSI, Vol 1, No. 1, Mei 2015 [1-11] P-ISSN : 2460-6065, E-ISSN : 2548-3013

menurunkan total Coliform dalam sampel Hendri John. 2008. Teknik Deproteinase Kulit
air. Rajungan (Portunus Pelagious) Secara
Enzimatik dengan Menggunakan Bakteri
Pseudomonas Seruginosa untuk Pembuatan
UCAPAN TERIMAKASIH Polimer Kitin dan Deasetilasinya. [Skripsi].
Jurusan Kimia FMIPA. Universitas
Terimakasih disampaikan kepada Lab Lampung.
PLT dan Fakultas Sains dan Teknologi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah Kaban Jamaran. 2009. Modifikasi Kimia Dari
memfasilitasi terlaksananya penelitian ini. Kitosan dan Aplikasi Produk yang
Dihasilkan. [Tesis]. Universitas Sumatera
DAFTAR PUSTAKA Utara.

Achmad Rukaesih. 2004. Kimia Lingkungan. Khopkar. 2004. Konsep Dasar Kimia Analitik.
Yogyakarta (ID): ANDI. Jakarta (ID): UI Press.

Agusnar Harry. 2003. Analisa Keefektifan Mackereth FJH, Heron T, Talling JF. 1989. Water
Penggunaan Kitosan untuk Menurunkan Analysis. Cumbria (UK): Freshwater
Kadar Logam Berat. Jurnal Sains Kimia. Biologycal association.
7(1): 7-10.
Mu’minah. 2008. Aplikasi Kitosan sebagai
Anjayani Meylina. 2009. Karakteristik Benang Koagulan untuk Penjernihan Air Keruh.
Kitosan dari Kitin Iradiasi dan Tanpa [Tesis]. Program Studi Kimia ITB.
Iradiasi. [Skripsi]. Universitas Islam Negeri :
Jakarta. Nurhasni. 2002. Penggunaan Genjer (Limnocharis
flava) untuk Menyerap Ion Kadmium,
Arifin. 2007. Tinjauan dan Evaluasi Proses Kimia Kromium dan tembaga Dalam Air Limba.
(Koagulasi, Netralisasi, Desinfeksi) di [Tesis]. Universitas Andalas Padang.
Instalasi Pengolahan Air Minum. PT. Tirta
Kencana Cahaya Mandiri Tangerang. Palar H. 1994. Pencemaran dan Toksikologi Logam
Berat. Jakarta (ID): Rineka Cipta.
Brady James E. 1999. Kimia Universitas: Asas dan
Struktur, Jilid 1 Edisi Kelima. Jakarta (ID): Pararaja. 2008. Meninjau: Proses Koagulasi &
Binapura Aksara. Flokulasi dalam suatu Instalasi Pengolahan
Air.
Cahyana Paundra Eka. 2002. Koagulasi Pati http://smk3ae.wordpress.com/2008/11/30/m
Didalam Air Limbah Tapioka Oleh Poli eninjau-proses-koagulasi-flokulasi-dalam-
Alumunium Klorida, Skripsi. Universitas suatu-instalasi-pengolahan-air/. Diakses
Diponegoro. tanggal 21 Desember 2011 pukul 20.05.

Effendi Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pelezar, Michael, ECS Chan. 1985. Dasar-dasar
Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan mikrobiologi. Jakarta (ID): UI Press.
Perairan. Kanisius: Yogyakarta.
Pernitsky David J. 2003. Coagulatiom. Alberta:
Fajariah Irma. 2008. Analisis Kadar Logam Berat Assosiated Engeenering.
(Cu, Cd, Pb, dan Hg) Pada Air Tambak di https://awwoa.ab.ca/pdfs/Coagulation%2010
Sidoarjo Akibat Air Lumpur LAPINDO. 1.pdf. Diakses tanggal 31 Desember pada
[Skripsi]. Universitas Islam Negri: Jakarta. pukul 10.54.

Firdaus Dery. 2008. Proses Pemurnian Air Dengan Purwanto Andi Tri. 2000. Perangkat Manajemen
Modifikasi Filtrasi Kitosan. [Skripsi]. IPB, Lingkungan.
Bogor. http://andietri.tripod.com/Tools_Manajemen
_Lingkungan_a.pdf. Diakses Tanggal 21
Greenberg AE. 1992. Standar Methods for the Desember 2012 pukul 20.35.
Examination of Water Wastewater. 18th ed,
Washington (USA): American Public Health Rosita Nina. 2005. Efektifitas Kitosan dalam
Assosiation. Menurunkan Kandungan Timbak (Pb) pada
Kerang Hijau (Mytilus viridis) dengan
Hadisubroto T. 1989. Ekologi Dasar. Jakarta (ID): Sistem Resirkulasi Sederhana, [Skripsi].
Dep. Dikbud. Universitas Indonesia.

2
Penggunaan Kitosan Sebagai Koagulan Alami Hendrawati, et. al.

Rumapea Nurmida. 2009. Penggunaan Kitosan dan Suharto. 2011. Limbah Kimia dalam Pencemaran
Polyalumunium Chlorida (PAC) untuk Udara dan Air. Yogyakarta (ID): ANDI.
Menurunkan Kadar Logam Besi (Fe) dan
Seng (Zn) dalam Air Gambut. [Tesis]. Syamsumarsih Delsi. 2011. Penggunaan Biji Asam
Universitas Sumatera Utara Jawa (Tumarindus Indica L.) dan Biji
Kecipir (Psophocarpus Tetragonolobus L.)
Said Muhammad. 2009. Pengolahan Air Limbah Sebagai Koagulan Alami dalam Perbaikan
Laboratorium dengan Menggunakan Kualitas Air Tanah. [Skripsi]. Universitas
Koagulan Alum Sulfat dan Poli Aluminium Islam Negeri Jakarta.
Klorida (PAC). Jurnal Penelitian Sains.
09:12-08. Tancung Andi Baso dan Ghufran, H Kordi. 2007.
Pengelolaan Kualitas Air. Jakarta (ID):
Saleh Muhamad TA, Agustin P Suptijah, ES Rineka Cipta.
Heruwati. 1999. Pembuatan khitosan dari
kulit udang windu (Penaeus monodon) dan Tsigos I, Martinou A, Kafetzopoulos D, Bouriotis
uji koagulasi proteinnya. Jurnal. Penelitian V. 2000. Chitin Deacetylase: New, Versatile
Perikanan Indonesia (V) 3: 72-77. Biotechnology.” TIBTECH 18:305-311.

Schmuhl R, HM Krieg, K Keizer. 2001, Adsorption Underwood AL, RA Day. 1999. Analisis Kimia
of Cu(II) and Cr(IV) ion by Chitosan : Kuantitatif, Edisi Keenam. Jakarta (ID):
Kinetic Ad Equilibrium Studies, Water.S.A. Erlangga.
27(1).
Widowati W, Sastiono A, Yusuf R. 2008. Efek
Siregar Mukhlis. 2009. Pengaruh Berat Molekul Toksik Logam. Yogyakarta.
Kitosan Nanopartikel untuk Menurunkan
Kadar Logam Besi (Fe) dan Zat warna pada Yuliastri Indra Rani. 2010. Penggunaan Serbuk Biji
Lmbah Industri Tekstil Jeans. [Tesis]. Kelor (Moringa Oleifera) Sebagai Koagulan
Universitas Sumatera Utara. dan Flokulan dalam Perbaikan Kualitas Air
Limbah dan Air Tanah. [Tesis]. Universitas
Sugita P. 2009. Kitosan: Sumber Biomaterial Masa Islam Negeri Jakarta.
Depan. Bogor (ID): IPB Press.

Anda mungkin juga menyukai