Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Email: hendrawati.wibowo@yahoo.co.id
Received: January 2015; Revised: February 2015; Accepted: May 2015; Available Online: August 2016
Abstrak
Pengolahan air tanah dan air permukaan yang masih kotor, yang sering dilakukan adalah dengan menggunakan
koagulan sintetis Poli Alumunium Clorida (PAC). Padahal penggunaannya dapat beresiko bagi kesehatan dan
lebih mahal. Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh kitosan dari limbah kulit udang sebagai koagulan
alami pengganti koagulan sintetis. Kitosan pada konsentrasi 20 ppm mampu menurunkan turbiditas air danau
sebesar 94.43%, menurunkan pH, menurunkan jumlah bakteri ± 99.18%, menurunkan kadar logam terlarut
dalam air danau seperti Mangan, Magnesium dan besi. Kitosan tidak mengubah tempeatur air danau maupun air
hasil perlakuan. Kitosan tidak menurunkan nilai BOD dan tidak menurunkan kadar kalsium.
Abstract
Treatment of groundwater and surface water is still dirty often done using synthetic coagulant poly aluminum
Cloride (PAC). In fact, its use may pose a risk to health and more expensive. This study was conducted to see the
effect of chitosan from shrimp shell waste as a natural coagulant coagulant synthetic substitute. Chitosan at a
concentration of 20 ppm lower the lake water turbidity of 94.43%, lowering the pH, decreases the amount of
bacteria ± 99.18%. Lower levels of dissolved metals in the water of the lake, such as manganese, magnesium and
iron. Chitosan does not change tempeatur lake water and water treatment results. Chitosan not lower BOD value
and not lower levels of calcium.
DOI :http://dx.doi.org/10.15408/jkv.v0i0.3148.
Copyright © 2015, Published by Jurnal Kimia VALENSI: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Ilmu Kimia,
P-ISSN: 2460-6065, E-ISSN: 2548-3013
Jurnal Kimia VALENSI, Vol 1, No. 1, Mei 2015 [1-11] P-ISSN : 2460-6065, E-ISSN : 2548-3013
2
Penggunaan Kitosan Sebagai Koagulan Alami Hendrawati, et. al.
pengadukan lambat pada putaran 50 rpm zat organik berasal dari buangan limbah
selama 15 menit. Setelah tahap jar test sampel domestik maupun industri yang dapat
didiamkan selama ±1 jam. Setelah didiamkan dijadikan makanan bakteri dan
hingga pengotor mengendap, sejumlah cairan perkembangbiakan bakteri. Selain itu
supernatan diambil sebagai sampel uji untuk mikroorganisme, alga, plankton juga dapat
parameter turbiditas, temperatur, pH, menyebabkan kekeruhan pada air.Pengaruh
konduktivitas, kadar logam, total koliform, dan penambahan koagulan terhadap turbiditas dapa
oksigen terlarut (DO). dilihat pada gambar 1.
3
Jurnal Kimia VALENSI, Vol 1, No. 1, Mei 2015 [1-11] P-ISSN : 2460-6065, E-ISSN : 2548-3013
Tabel 2. Perbandingan koagulan kitosan dan PAC suatu hal yang sulit karena kedua mekanisme
dalam turbiditas tersebut mungkin dapat terjadi secara simultan.
Menurut Agusnar (2003), umumnya
% mekanisme koagulan kitosan terjadi dengan
Turbiditas mekanisme adsorbsi dan jembatan partikel.
Kode Sampel penurunan
(NTU)
turbiditas
Pengaruh Koagulan Terhadap Nilai pH
Sampel 20.34 - Nilai pH untuk air minum dan air bersih
Kontrol 1 berdasarkan PP Republik Indonesia No.
18.44 9.36 416/MENKES/PER/IX/1990 adalah berkisar
(sampel+aquades)
antara 6.5-9.00. Perlakuan proses koagulasi
Kontrol 2 dan flokulasi dilakukan pada pH netral atau
18.54 8.85
(sampel+a.acetat) tanpa perlakuan variasi pH, karena
Ktitosan 0.62 96.95 dimaksudkan penelitian ini untuk air yang
dapat dikonsumsi. Pengaruh penambahan
PAC 7.63 62.49
koagulan terhadap pH dapat dilihat pada tabel
3.
4
Penggunaan Kitosan Sebagai Koagulan Alami Hendrawati, et. al.
Tabel 4. Perbandingan koagulan kitosan dan PAC kitosan dapat efektif untuk menurunkan
terhadap pH turbiditas. Dari Gambar 2, dapat dilihat bahwa
pada kondisi optimun untuk menurunkan
pH turbiditas pada kondisi pH netral hingga
Kode Sampel χ
1 2 mencapai penurunan sebesar 99.11%. Pada
saat pH basa penurunan turbiditas makin
S (sampel) 8.13 8.1 8.11±0.02
K1
rendah karena terjadi kejenuhan yang
(Kitosan+aquades) 7.6 7.59 7.59±0.007 diakibatkan oleh koagulan kitosan. Menurut
K2 Kaban (2009), pada pH di atas 7 stabilitas
(Kitosan+a.asetat) 4.51 4.51 4.51±0.00 kelarutan kitosan akan terbatas karena
Kitosan 6.9 7.2 7.05±0.21 cenderung terjadi pengendapan dan larutan
PAC 6.7 6.71 6.70±0.07 kitosan membentuk kompleks polielektrolit
dengan hidrokoloid anionik menghasilkan gel.
97,98 99,11
100
93,75
konduktivitas
80
87,9 Konsentrasi Konduntivitas
60
koagulan (µs) Χ
40 (ppm)
46,9 1 2
20
20 0.25 0.26 0.255±0.007
0
4 5 6 7 8 9 30 0.23 0.24 0.24±0.007
Variasi pH 40 0.22 0.22 0.22±0.00
Gambar 2. Pengaruh variasi pH terhadap 50 0.22 0.22 0.22±0.00
turbiditas.
60 0.26 0.25 0.255±0.007
5
Jurnal Kimia VALENSI, Vol 1, No. 1, Mei 2015 [1-11] P-ISSN : 2460-6065, E-ISSN : 2548-3013
Tabel 6. Perbandingan koagulan kitosan dan PAC signifikan. Penambahan koagulan kitosan
terhadap konduktivitas menunjukan temperatur sebesar 29.5 oC
sedangkan temperatur yang ditunjukan dengan
Kode Sampel Konduktivitas Χ penambahan koagulan PAC sebesar 29.9 oC.
(µs) kedua koagulan tersebut tidak menunjukan
1 2
perbedaan yang jauh jika dbandingkan dengan
sampel awal yaitu 30.25 0C.
S (sampel) 0.28 0.28 0.28±0.00
Tabel 7. Pengaruh koagulan kitosan terhadap
K1 (Kitosan+ 0.25 0.26 0.255± 0.001 temperatur
aquades)
Konsentrasi Suhu (0C)
K2 (Kitosan+ 0.31 0.31 0.31±0.00 biokoagula χ
a.asetat) n (ppm) 1 2
6
Penggunaan Kitosan Sebagai Koagulan Alami Hendrawati, et. al.
Tabel 9, menunjukan pengaruh terhadap kadar logam Mn, Mg, Cr dan Fe.
penambahan koagulan terhadap pertumbuhan Dan untuk logam Ca penambahan koagulan
bakteri coliform dalam sampel air danau yang membuat nilai kadar logam Ca naik.
diuji dengn uji MPN. Uji ini dilakukan dengan Menurut PP No. 416/MENKES/PER/
menggunakan 9 tabung yang berisi microba IX/1990 kadar logam maksimum yang masih
Lactose Broth (masing-masing 3 seri) yang diperbolehkan untuk logam Mn 0.1 mg/L.
diinkubasikan selama 24-48 jam pada suhu 37 Kadar Mn pada sampel awal menunjukan hasil
o
C.Penggunaan kitosan sebagai koagulan juga yang tinggi mencapai 0.4381 mg/L setelah
mampu menurunkan nilai total coliform pada penambahan kitosan kadar Mn menurun
sampel air. Kitosan dapat menurunkan nilai menjadi 0.0056 mg/L sedangkan dengan
total coliform hingga mencapai 99.18%. koagulan PAC menjadi 0.0257 mg/L. Dari
Kitosan memiliki gugus amina yang hasil yang ditunjukan penambahan kedua
merupakan sisi reaktif yang dapat berkaitan koagulan tidak memiliki pengaruh yang besar
dengan dinding sel bakteri. Menurut Suptijah terhadap penurunan kadar logam tersebut.
(2008) Terjadinya proses pengikatan ini penurunan yang terjadi dapat dikarenakan
disebabkan oleh perbedaan keelektronegatifan logam-logam yang terkandung ikut terjebak
antara kitosan dengan permukaan sel bakteri. dalam flok-flok yang terbentuk saat proses
Selain itu wulandari (2007) menuturkan jartest. Menurut PP No.
bahwa kitosan berperan aktif sebagai 416/MENKES/PER/IX/1990 kadar logam
antibakteri. maksimum yang masih diperbolehkan untuk
Hasil penelitian Sutapa 2007 masing-masing logam tersebut adalah 0.05
menunjukan bahwa PAC juga mampu mg/L, dan untuk Fe sebesar 0.3 mg/L.
menurunkan nilai total coliform sebesar Tabel 10 menunjukan kenaikan kadar
58.18% sedangkan dalam penelitian ini logam untuk Ca penambahan kedua koagulan.
penurunan yang dihasilkan oleh kitosan Sampel awal memiliki nilai Ca sebesar 11.53
sebesar 99.18%. Kitosan dan PAC mampu dan saat ditambahkan koagulan kitosan kadar
mempengaruhi jumlah bakteri pada proses Ca pada sampel menjadi 11.67. Jika dilihat
koagulasi dengan membentuk flok-flok yang dari kandungan kitosan yang telah dibahas
menarik partikel-partikel negatif dari membran sebelumnya, kitosan mengandung mineral-
sel bakteri. Muatan negatif ini akan diadsorbsi mineral didalamnya sehingga dapat saja
oleh muatan positif yang terdapat pada mnyebabkan nilai Ca naik.Sampel air
masing-masing koagulan. Akibatnya jumlah menunjukkan tidak terdetekdinya logam Cd.
bakteri yang ada dalam air berkurang. Oleh karena itu, untuk menunjukan
kemampuan ktosan dalam menurunkan logam
Pengaruh Koagulan Terhadap Kadar berat Cd.
Logam Mekanisme koagulasi dengan polimer
Adanya pencemaran pada lingkungan atau polielektrolit adalah dengan adsorbsi dan
dapat menimbulkan rusaknya kelestarian jembatan antar partikel. Koagulan mampu
lingkungan dan keseimbangan sumber daya untuk mendestabilkan partikel-partikel logam
alam. Salah satunya limbah logam yang sering dan akan membentuk flok. Hal tersebut di
terdapat pada perairan adalah limbah logam dukung oleh Rachdiati et al., (2007) dan
yang dapat merusak lingkungan terutama jika Agusnar (2003). Bila molekul polimer
tanpa disengaja dikonsumsi oleh manusia bersentuhan dengan partikel koloid, maka
karena sifatnya yang toksik akan menimbulkan beberapa gugusnya akan teradsorbsi pada
kematian dalam kadar yang tinggi. Maka dari permukaan partikel dan sisanya tetap berada
itu diperlukannya pengolahan yang dapat pada larutan. Selanjutnya pada partikel
mengantisipasi keberadaan logam dalam tersebut akan terikat pada bagian lain dari
perairan. Tabel 10 menunjukan pengaruh rantai polimernya yang berfungsi sebagai
penambahan koagulan kitosan dan PAC dalam jembatan yang dapat mengurung partikel-
peranannya menurunkan kadar logam dalam partikel yang membentuk flok-flok yang lebih
sampel air. Dari data yang didapat, Kitosan besar.
dan PAC tidak memiliki pengaruh besar
7
Jurnal Kimia VALENSI, Vol 1, No. 1, Mei 2015 [1-11] P-ISSN : 2460-6065, E-ISSN : 2548-3013
Tabel 10. Pengaruh koagulan kitosan dan PAC terhadap kadar logam
Logam
Kode Sampel
Mn Ca Mg Fe Cd
Kode Sampel
Parameter Uji Kadar Maks Sampel+ Sampel+
Sampel Kontrol1 Kontrol2
Kitosan PAC
Tubiditas
25 20.34 1844 18.54 0.62 7.63
(NTU)
pH 6.5-9.00 8.11 7.59 4.51 7.05 6.70
Konduktivitas
- 0.28 0.255 0.31 0.255 0.28
(µs)
Temperatur
Suhu udara ± 30C 30.25 30 29.4 29.5 29.9
(0C)
Total Coliform
50 >1100 >1100 1100 9 460
(MPN/100ml)
Mn (mg/L) 0.4 0.4381 - 0.275 0.056 0.0275
Mg (mg/L) 4.731 4.667 4.737 4.633 4.687
Cr (mg/L) 0.05 0.006 - 0.003 0.001 0.003
Ca (mg/L) 0.3 11.53 12.23 11.2 11.67 12.12
Fe (mg/L) 0.003 0.0046 0.023 - - -
BOD (mg/L) 3 5.15 1.8 45 9.78 2.62
Sampel = air danau (Situ Cipondah),
Kontrol1 = sampel + aquades,
Kontrol 2 = sampel + asam asetat, kitosan
2
Penggunaan Kitosan Sebagai Koagulan Alami Hendrawati, et al.
1
Jurnal Kimia VALENSI, Vol 1, No. 1, Mei 2015 [1-11] P-ISSN : 2460-6065, E-ISSN : 2548-3013
menurunkan total Coliform dalam sampel Hendri John. 2008. Teknik Deproteinase Kulit
air. Rajungan (Portunus Pelagious) Secara
Enzimatik dengan Menggunakan Bakteri
Pseudomonas Seruginosa untuk Pembuatan
UCAPAN TERIMAKASIH Polimer Kitin dan Deasetilasinya. [Skripsi].
Jurusan Kimia FMIPA. Universitas
Terimakasih disampaikan kepada Lab Lampung.
PLT dan Fakultas Sains dan Teknologi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah Kaban Jamaran. 2009. Modifikasi Kimia Dari
memfasilitasi terlaksananya penelitian ini. Kitosan dan Aplikasi Produk yang
Dihasilkan. [Tesis]. Universitas Sumatera
DAFTAR PUSTAKA Utara.
Achmad Rukaesih. 2004. Kimia Lingkungan. Khopkar. 2004. Konsep Dasar Kimia Analitik.
Yogyakarta (ID): ANDI. Jakarta (ID): UI Press.
Agusnar Harry. 2003. Analisa Keefektifan Mackereth FJH, Heron T, Talling JF. 1989. Water
Penggunaan Kitosan untuk Menurunkan Analysis. Cumbria (UK): Freshwater
Kadar Logam Berat. Jurnal Sains Kimia. Biologycal association.
7(1): 7-10.
Mu’minah. 2008. Aplikasi Kitosan sebagai
Anjayani Meylina. 2009. Karakteristik Benang Koagulan untuk Penjernihan Air Keruh.
Kitosan dari Kitin Iradiasi dan Tanpa [Tesis]. Program Studi Kimia ITB.
Iradiasi. [Skripsi]. Universitas Islam Negeri :
Jakarta. Nurhasni. 2002. Penggunaan Genjer (Limnocharis
flava) untuk Menyerap Ion Kadmium,
Arifin. 2007. Tinjauan dan Evaluasi Proses Kimia Kromium dan tembaga Dalam Air Limba.
(Koagulasi, Netralisasi, Desinfeksi) di [Tesis]. Universitas Andalas Padang.
Instalasi Pengolahan Air Minum. PT. Tirta
Kencana Cahaya Mandiri Tangerang. Palar H. 1994. Pencemaran dan Toksikologi Logam
Berat. Jakarta (ID): Rineka Cipta.
Brady James E. 1999. Kimia Universitas: Asas dan
Struktur, Jilid 1 Edisi Kelima. Jakarta (ID): Pararaja. 2008. Meninjau: Proses Koagulasi &
Binapura Aksara. Flokulasi dalam suatu Instalasi Pengolahan
Air.
Cahyana Paundra Eka. 2002. Koagulasi Pati http://smk3ae.wordpress.com/2008/11/30/m
Didalam Air Limbah Tapioka Oleh Poli eninjau-proses-koagulasi-flokulasi-dalam-
Alumunium Klorida, Skripsi. Universitas suatu-instalasi-pengolahan-air/. Diakses
Diponegoro. tanggal 21 Desember 2011 pukul 20.05.
Effendi Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pelezar, Michael, ECS Chan. 1985. Dasar-dasar
Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan mikrobiologi. Jakarta (ID): UI Press.
Perairan. Kanisius: Yogyakarta.
Pernitsky David J. 2003. Coagulatiom. Alberta:
Fajariah Irma. 2008. Analisis Kadar Logam Berat Assosiated Engeenering.
(Cu, Cd, Pb, dan Hg) Pada Air Tambak di https://awwoa.ab.ca/pdfs/Coagulation%2010
Sidoarjo Akibat Air Lumpur LAPINDO. 1.pdf. Diakses tanggal 31 Desember pada
[Skripsi]. Universitas Islam Negri: Jakarta. pukul 10.54.
Firdaus Dery. 2008. Proses Pemurnian Air Dengan Purwanto Andi Tri. 2000. Perangkat Manajemen
Modifikasi Filtrasi Kitosan. [Skripsi]. IPB, Lingkungan.
Bogor. http://andietri.tripod.com/Tools_Manajemen
_Lingkungan_a.pdf. Diakses Tanggal 21
Greenberg AE. 1992. Standar Methods for the Desember 2012 pukul 20.35.
Examination of Water Wastewater. 18th ed,
Washington (USA): American Public Health Rosita Nina. 2005. Efektifitas Kitosan dalam
Assosiation. Menurunkan Kandungan Timbak (Pb) pada
Kerang Hijau (Mytilus viridis) dengan
Hadisubroto T. 1989. Ekologi Dasar. Jakarta (ID): Sistem Resirkulasi Sederhana, [Skripsi].
Dep. Dikbud. Universitas Indonesia.
2
Penggunaan Kitosan Sebagai Koagulan Alami Hendrawati, et. al.
Rumapea Nurmida. 2009. Penggunaan Kitosan dan Suharto. 2011. Limbah Kimia dalam Pencemaran
Polyalumunium Chlorida (PAC) untuk Udara dan Air. Yogyakarta (ID): ANDI.
Menurunkan Kadar Logam Besi (Fe) dan
Seng (Zn) dalam Air Gambut. [Tesis]. Syamsumarsih Delsi. 2011. Penggunaan Biji Asam
Universitas Sumatera Utara Jawa (Tumarindus Indica L.) dan Biji
Kecipir (Psophocarpus Tetragonolobus L.)
Said Muhammad. 2009. Pengolahan Air Limbah Sebagai Koagulan Alami dalam Perbaikan
Laboratorium dengan Menggunakan Kualitas Air Tanah. [Skripsi]. Universitas
Koagulan Alum Sulfat dan Poli Aluminium Islam Negeri Jakarta.
Klorida (PAC). Jurnal Penelitian Sains.
09:12-08. Tancung Andi Baso dan Ghufran, H Kordi. 2007.
Pengelolaan Kualitas Air. Jakarta (ID):
Saleh Muhamad TA, Agustin P Suptijah, ES Rineka Cipta.
Heruwati. 1999. Pembuatan khitosan dari
kulit udang windu (Penaeus monodon) dan Tsigos I, Martinou A, Kafetzopoulos D, Bouriotis
uji koagulasi proteinnya. Jurnal. Penelitian V. 2000. Chitin Deacetylase: New, Versatile
Perikanan Indonesia (V) 3: 72-77. Biotechnology.” TIBTECH 18:305-311.
Schmuhl R, HM Krieg, K Keizer. 2001, Adsorption Underwood AL, RA Day. 1999. Analisis Kimia
of Cu(II) and Cr(IV) ion by Chitosan : Kuantitatif, Edisi Keenam. Jakarta (ID):
Kinetic Ad Equilibrium Studies, Water.S.A. Erlangga.
27(1).
Widowati W, Sastiono A, Yusuf R. 2008. Efek
Siregar Mukhlis. 2009. Pengaruh Berat Molekul Toksik Logam. Yogyakarta.
Kitosan Nanopartikel untuk Menurunkan
Kadar Logam Besi (Fe) dan Zat warna pada Yuliastri Indra Rani. 2010. Penggunaan Serbuk Biji
Lmbah Industri Tekstil Jeans. [Tesis]. Kelor (Moringa Oleifera) Sebagai Koagulan
Universitas Sumatera Utara. dan Flokulan dalam Perbaikan Kualitas Air
Limbah dan Air Tanah. [Tesis]. Universitas
Sugita P. 2009. Kitosan: Sumber Biomaterial Masa Islam Negeri Jakarta.
Depan. Bogor (ID): IPB Press.