Anda di halaman 1dari 4

Nama : M.

Syahrul Sandrea
NIM : 03031381621066
Shift : Kamis (13.00-16.00 WIB)
Kelompok :2

PEMBUATAN SABUN WAJAH

Sabun adalah garam dari basa dan asam lemak rantai panjang. Natrium
atau kalium dengan asam lemak rantai panjang membentuk garam ketika lemak
atau minyak tersabunkan, proses inilah yang disebut dengan sabun. Sabun wajah
adalah sabun yang dikhususkan untuk membersikan wajah, biasanya memiliki pH
rendah atau mendekati pH normal kulit yakni 4.5-6.5 dan berisikan detergent yang
lebih ringan. Sabun yang biasa kita gunakan dibuat melalui reaksi saponifikasi
dari minyak dan lemak dengan basa NaOH atau KOH (Febriyenti dkk, 2014).

1. Sabun Wajah
Sabun wajah juga dapat dibuat dengan melalui reaksi netralisasidari asam
lemak yang dihasilkan melalui pemisahan dari minyak dan lemak dengan NaOH
atau KOH. Sabun wajah digolongkan menjadi 3 kategori berdasarkan bentuknya,
yaitu sabun padat, sabun pasta, dan sabun cair. Perbedaan dari ketiganya terletak
pada jumlah dan tipe-tipe garam basanya. Sabun padat jauh lebih banyak
mengandung NaOH karena garam natrium dari asam lemak berbentuk padat dan
garam kalium lebih lembut. Umumnya komposisi pada sabun pasta dan sabun cair
lebih banyak mengandung senyawa KOH dibandingkan sabun padat (Luis, 1994).

2. Mekanisme Sabun Wajah


Sabun berfungsi memindahkan kotoran dari permukaan kulit wajah.
Kotoran merupakan campuran dari bahan berlemak. Lemak berupa gumpalan
yang dihasilkan oleh kulit dan sebagai pengikat kotoran yang baik. Sabun wajah
membersihkan kotoran berupa minyak, pembilasan dengan air tidak cukup.
Dibutuhkan zat lain untuk menurunkan tegangan antar muka antara minyak dan
air, mengemulsi dan mensuspensi kotoran hingga kotoran tercuci (Jenie, 2016).
Sabun mempunyai dua bagian polaritas yang berbeda, bagian rantai
karbon yang panjang merupakan bagian nonpolar (hidrofobik) dan bagian garam
karboksilat merupakan bagian polar (hidrofilik). Bagian nonpolar dari sabun
melarutkan bagian nonpolar dari lemak dan minyak dari kotoran ketika sabun
digunakan untuk membersihkan kotoran, sedangkan bagian polar dari sabun dapat
melarutkan kotoran yang larut dalam air. Molekul sabun melapisi minyak dan
lemak dari kotoran, membentuk kelompok yang disebut misel, kemudian bagian
polar dari sabun membentuk misel menjadi polar, mengemulsi misel tersebut di
dalam air. Molekul kecil dari minyak dan lemak akan terlapisi molekul sabun lalu
tertarik ke dalam air dan bagian tersebut dapat tercuci (Burleson dkk, 2017).

3. Bahan Pembuatan Sabun Wajah


Menurut Ketaren (1986), bahan utama dari pembuatan sabun yaitu
senyawa basa, basa yang sering digunakan misalnya senyawa Na2CO3, NaOH,
NH4OH, KOH, dan Etanolamin. Bahan utama lainnya yaitu lemak, asam lemak
dan minyak. Lemak dan minyak berasal dari lemak dan minyak hewani dan
tumbuhan. Lemak dan minyak hewani berasal dari minyak sapi, kambing, domba,
dan hewan lain yang mengandung banyak lemak. Lemak dan minyak dari
tumbuhan berasal dari lemak dan minyak dari tumbuhan kelapa, kelapa sawit,
zaitun, jeruk dan masih banyak lagi. Asam lemak yang biasa digunakan dalam
pembuatan sabun antara lain asam linoleat, asam oleat, dan asam stearate.
Menurut Yulia dan Ambarwati (2015), bahan tambahan dari pembuatan
sabun wajah bertujuan meningkatkan manfaat dan ekonomi. Cara menghasilkan
formula yang dibutuhkan saat ini perlu adanya bahan tambahan yang digunakan
dalam pembuatan sabun padat utnuk meningkatkan penampilan dan estetika
produk yang baik. Zat tambahan meliputi pewangi, pelembab, pewarna,
antioksidan serta pengkelat atau zat pengikat logam. Berbagai tambahan untuk
memenuhi kebutuhan pasar produsen, maupun segi ekonomi dapat dimasukkan ke
dalam sabun. Berbagai macam sabun-sabun khusus, misalnya sabun super fairy,
sabun transparan, sabun deodorant, sabun antiseptik, sabun bayi yang lebih
berminyak, sabun netral, dan sabun apricot. Berbagai jenis sabun dipasarkan
misalkan sabun nafta dan sabun cocoa french yang dasarnya tidak jauh berbeda.

4. Pembuatan Sabun Wajah


Metode pembuatan sabun dapat dibagi menjadi 2, yaitu reaksi penyabunan
(saponifikasi) dan reaksi netralisasi. Prinsip dari reaksi saponifikasi yaitu
tersabunkannya asam lemak dengan alkali, baik asam lemak yang terdapat dalam
keadaan bebas atau asam lemak yang terikat sebagai minyak atau lemak dengan
cara campuran minyak dan lemak direaksikan dengan alkali yang menghasilkan
sabun dan gliserin. Pada reaksi netralisasi, sabun yang dihasilkan oleh reaksi asam
lemak langsung dengan penambahan suatu alkali (Luis, 1994).
Pembuatan sabun terbagi atas beberapa metode yaitu, metode panas (full-
boiled) dan metode setengah panas. Metode panas akan menghasilkan dasar sabun
melalui beberapa proses, yaitu penyabuanan (saponifikasi), penggaraman (salting-
out), pencucian dan penyempurnaan. Pertama campuran minyak dan lemak di
tempatkan pada wadah yang besar dan dipanaskan. Tambahkan larutan NaOH
yang akan bereaksi dengan minyak dan lemak menjadi asam lemak dan gliserin,
kemudian asam lemak tersebut akan bereaksi dengan NaOH membentuk asam
lemak natrium atau sabun dan gliserin bercampur dengan air (Estiasih dkk, 2011).
Setelah reaksi saponifikasi selesai, tambahkan garam atau larutan garam
yang sudah jenuh, sambil diaduk terus untuk menghilangkan massa air, proses ini
disebut penggaraman. Pemanasan dan pengadukan dihentikan lalu campuran
didiamkan untuk beberapa jam atau hari. Hasil campuran terbentuk dua lapisan,
lapisan atas yaitu sabun dan bagian bawah yaitu sisa sabun (campuran garam,
kelebihan NaOH, gliserin, kotoran, dan larutan air) (Rahmawati dkk, 2017).
Metode setengah panas hampir sama dengan metode panas, tetapi hanya
dilakukan dua proses yaitu penyabunan (saponifikasi) dan penggaraman (salting-
out). Jenis minyak yang dapat dibuat sabun dengan proses ini banyak sekali.
Penyabunan atau tersabunkan minyak dilakukan pada panci yang berukuran besar,
yang dipasang dalam sebuah tungku pembakaran dimana membantu dalam proses
pemanasan secara keseluruhan dari bahan yang terdapat dalam panci dijaga pada
80°C. Larutan alkali ditambahkan secara perlahan-lahan dalam campuran.
Larutan alkali berfungsi mencegah massa agar tidak menggumpal, keadaan
tersebut dijaga agar reaksi penyabunan tidak terlalu cepat dan bahan di dalam
panel mendidih tidak meluap. Pendidihan berlangsung perlahan dan menghasilkan
massa yang bergolak, pangadukan wajib dilakukan untuk menghasilkan massa
yang sempurna. Alkali ditambahkan pada saat tidak terlalu mendidih agar
penyabunan sempurna. Air ditambahkan dalam jumlah yang sedikit ke dalam
massa untuk menganti kekurangan tersebut (Nurama dan Suhartiningsih, 2014).
DAFTAR PUSTAKA

Burleson, G., Butcher, B., Sharp, K., Goodwin, B., dan Ruder, B. 2011. Soap-
Making Process Improvement: Including Social, Cultural, dan Resource
Constraints in the Engineering Design Process. International Journal for
Service Learning in Engineering. Vol. 12(2): 81-102.
Estiasih, T., Ahmadi, K., Sunarharum, W. B., dan Kurnain, R. A. D. 2011.
Saponifikasi dan Ekstraksi Satu Tahap untuk Ekstraksi Minyak Tinggi
Linoleat dan Linolenat dari Kedelai Varietas Lokal. Jurnal Agritech. Vol.
31(1): 36-45.
Febriyenti., Sari, L. I., dan Nofita, R. 2014. Formulasi Sabun Transparan Mintak
Ylang-Ylang dan Uji Efektivitas terhadap Bakteri Penyebab Jerawat.
Jurnal Sains Farmasi. Vol. 1(1): 61-71.
Jenie, B. S. L. 2016. Sanitasi dalam Penanganan Pangan. Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka.
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: UI-
press.
Luis, S. 1994. Soap and Detergen, A Theoritical and Practical Review. New York:
AOCS Press.
Nurama, Y. dan Suhartiningsih. 2014. Pengaruh Penambahan Sari Belimbing
Wuluh terhadap Sifat Fisik Sediaan Sabun Wajah Berbentuk Cair. E-
Journal. Vol. 3(1): 251-259.
Rahmawati, Trimayasari, Mustaqim, G. A., Prastiwi, W. D., dan Wibowo, E. A. P.
2017. Pengoptimalan Air Leri dalam Pembuatan Sabun Pembersih Wajah
Alami yang Ekonomis. Jurnal Sains Terapan. Vol. 3(1): 6-9.
Yulia, E. dan Ambarwati, N. S. S. 2015. Dasar-Dasar Kosmetika untuk Tata Rias.
Jakarta: Lembaga Pengembangan Pendidikan UNJ.

Anda mungkin juga menyukai