Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Absorpsi
Absorpsi gas merupakan salah satu dalam proses pemisahan dengan cara mengkontakkan
campuran gas dengan cairan sebagai penyerapnya, dan penyerap tertentu akan menyerap satu atau
lebih pada komponen gas. Zat yang menyerap disebut absorbent. Absorbent berupa zat cair, karena
itu absorpsi dapat terjadi antara zat cair dengan zat cair atau gas dengan zat cair. Absorpsi adalah
proses penyerapan yang menggunakan gas sebagai absorbate pada seluruh permukaan zat cair.
Absorpsi dapat dikelompokkan menjadi dua pembagian, yaitu absorpsi fisika dan absorpsi kimia.
Absorpsi fisika merupakan absorpsi dimana absorbate larut dalam cairan penyerap tanpa disertai
dengan reaksi kimia. Sedangkan absorpsi kimia merupakan absorpsi dimana terjadi suatu reaksi
kimia (Walas, 1990).
Peralatan absropsi di dalamnya terdapat kolom bahan isian digunakan berfungsi untuk
memperluas kontak antara cairan dan gas, sehingga luas permukaan kontak menjadi maksimum.
Proses absropsi diberbagai industri diikuti dengan reaksi kimia, reaksi yang terjadi didalam
komponen absropsi dengan reagent dalam cairan dalam cairan absorben adalah reaksi secara
umum. Reagent dan produk dari reaksi keduanya dapat larut seperti absorpsi pada karbondioksida
dalam pelarut etanol atau pelarut alkali yang lainnya, sebaliknya jika pebakaran gas yang terdiri
dari sulfur dioksida dapat dikontakkan dengan batu kapur untuk membentuk kalsium sulfur yang
tidak dapat terlarut. Pembagian dua metode yang terjadi dalam suatu absorpsi yaitu absorpsi secara
fisika dan absorpsi secara kimia.
Absropsi terjadi kontak antara gas dengan suatu larutan, komponendalam gas akan
terserap atau larut kedalam cairan penyerapsehingga gas yang meninggalkan kontak sangat sedikit
atau tidak mengandung komponen. Peralatan absropsi gas terdiri dari sebuah kolom yang
berbentuk silinder atau menara yang dilengkapi dengan pemasukan gas dan ruang yang
disidtribusikan pada bagian bawah, pemasukan zat cair dan distributornya pada bagian atas, serta
diisi dengan massa zat yang tidak aktif di atas penyangganya yang disebut packing tower.
Keefektifan peralatan absropsi tergantung pada kontak antara gas dan absorben.
Operasi absorpsi gas terjadi perpindahan massa dari fase gas ke liquid. Kecepatan larut gas
dalam absorben cairan tergantung pada kesetimbangan yang ada, sehingga diperlukan karakteristik
pada kesetimbangan sistem gas-liquid. Faktor yang mempengaruhi absorpsi gas secara umum
adalah kelarutan gas dalam pelarut pada kesetimbangan tertentu, tekanan operasi, serta temperatur.
Naiknya temperatur pada umumnya menyebabkan kelarutan gas menurun. Proses absorpsi
biasanya dijalankan dalam sebuah reaktor tangki berpengaduk dan bersparger, bubble column yang
berisi tumpukan partikel inert yaitu packed bed column. Secara umum absorpsi dapat
dikelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu absorpsi secara fisika dan absorpsi secara kimia.
2.1.1. Absorpsi fisika
Absorpsi fisika adalah proses penyerapan gas dan cair yang disebabkan oleh gaya van der
waals penyebab terjadinya kondensasi untuk membentuk cairan yang ada pada permukaan
absorben. Absorpsi fisika terjadi tarik menarik antara zat terlarut dengan absorben lebih besar dari
pada daya tarik menarik antara zat pelarut dengan pelarutnya. Absorpsi fisika contohnya adalah
absorpsi gas H2S dengan pelarut air, methanol, atau propilen. Absorpsi fisika pada gas akan terlarut
dalam larutan penyerap tanpa disertai adanya reaksi kimia. Panas absorpsi fisika tergolong dalam
suhu yang rendah dan lapisan yang terbentuk pada permukaan absorbent lebih dari satu lapis.
Proses absorpsi secara fisika terjadi karena adanya interaksi fisik, difusi gas ke dalam air, atau
pelarutan gas ke fasa cair.
2.1.2 Absorpsi kimia
Absorpsi kimia merupakan absorpsi pada gas yang terlarut di dalam absorbent disertai
dengan adanya reaksi kimia. Absorpsi kimia terjadi karena terdapat reaksi antara absorbate dengan
absorbent cair. Panas absorpsi kimia tergolong tinggi dan lapisan yang terbentuk pada permukaan
absorbent hanya satu lapis. Keuntungan di dalam proses absorpsi kimia adalah meningkatkan
harga koefisien perpindahan massa. Koefisien perpindahan panas menentukan besaran lainnya
seperti waktu operasi, ukuran alat, biaya, kecepatan perpindahan massa.
Kecepatan perpindahan massa dihitung setelah konsentrasi gas yang ada
berkesetimbangan pada fase cairnya. Gas yang terdifusi ke dalam aliran cairan terjadi setiap satuan
waktu. Perpindahan massa terjadi dari unsur yang konsentrasi tinggi ke konsentrasi yang lebih
rendah dipengaruhi oleh aliran fluida. Contoh proses absorbs kimia adalah absorpsi gas karbon
dioksida dengan larutan mono ethanol amine (MEA) pada industri natrium sulfat, dan pada industri
pengolahan air untuk menyerap senyawa yang tidak diinginkan (Perry dan Chiton, 1984).

2.2. Perpindahan Massa


Perpindahan massa merupakan suatu proses dimana terjadi suatu perpindahan suatu unsur
pokok dari daerah yang berkonsentrasi tinggi ke daerah yang berkonsentrasi rendah. Mekanisme
perpindahan massa terjadi dengan cepat. Campuran gas yang terdiri dari dua jenis molekul atau
lebih dikontakkan antara konsentrasi yang molekulnya berbeda maka cenderung menuju ke
komposisi yang seragam. Proses perpindahan panas ini terjadi secara alami dan perpindahan massa
yang terjadi secara makroskopis ini tidak tergantung pada konveksi dalam sistem. Perpindahan
massa menunjukkan adanya hubungan antara fluks suatu substansi yang terdifusi dengan gradient
konsentrasi pada substansi tersebut dan terkadang disebut dengan istilah difusi molekul. Difusi
molekul ini hanya terjadi di dalam campuran, maka pengaruh dari tiap komponen harus
diperhitungkan kembali agar perhitungan dapat dilakukan dengan tepat (Karlsson dan Svensson,
2017).
Operasi perpindahan massa yang digunakan untuk memisahkan komponen suatu larutan
dengan cara mengkontakkan larutan tersebut yang larutan lainnya yang tidak dapat larut.
Kecepatan larutan setiap komponen dari suatu fase ke fase lainnya bergantung pada koefisien
perpindahan massa serta gradien kesetimbangannya. Nilai koefisien perpindahan massa dalam hal
ini sangat bergantung pada komponen fase yang akan ditinjau, kecepatan aliran antara kedua fase
serta keadaan dari sistem itu sendiri (Ghosh, Kentish, dan Stevents, 2009).
2.3. Tipe Kolom Absorpsi
Kolom absorpsi merupakan suatu kolom atau tabung yang pada umumnya digunakan
sebagai tempat terjadinya proses absorpsi, yakni proses penyerapan atau penggumpalan. Proses
absorpsi dilakukan dengan melewatkan zat atau material yang terkontaminasi oleh komponen lain.
Kolom absorpsi terdiri dari tiga bagian utama, yaitu bagian atas sebagai spray yang berfungsi untuk
mengubah gas input menjadi fasa cair, bagian tengah sebagai packed tower yang berfungsi untuk
memperluas permukaan sentuh, sehingga memudahkan absorben untuk terabsorpsi, dan bagian
bawah yang berfungsi sebagai input gas yang digunakan untuk tempat masuknya gas ke dalam
reaktor. Kolom absorpsi terbagi menjadi lima tipe, yakni wetted wall column, spray tower, bubble
tower, packed tower, dan plate tower.
2.3.1 Wetted Wall Column
Wetted wall column atau falling-film column adalah suatu alat yang digunakan untuk
menghitung koefisien perpindahan massa pada operasi perpindahan massa yang terjadi antara gas
dan liquid. Wetted wall column tersusun atas dua atau lebih silinder yang dipasang secara vertikal.
Kedua silinder berisi gas dan liquid. Wetted wall column digunakan untuk mendapatkan data dan
korelasi antar komponen yang ada pada fase yang berbeda, yakni pada kondisi kesetimbangan
selama operasi dari proses distilasi, absorpsi gas dan vaporisasi.

Gambar 2.1. Wetted Wall Absorption Column


(Sumber: Fang dkk, 2002)

Humidifikasi adalah salah satu proses perpindahan massa dan panas dari cairan ke gas.
Industri menggunakan proses pembentukan steam untuk melakukan pengeringan suatu bahan yang
masih lembab. Kelembaban merupakan persentase dari perbandingan antara berat kandungan air
dan berat udara kering. Besarnya kelembaban dapat ditentukan dengan menggunakan diagram
psikometrik. Laju perpindahan panas dan perpindahan massa diperbesar dengan dilakukannya
peningkatan laju aliran dari cairan atau dengan memodifikasi alat agar terbentuknya luas
permukaan yang besar untuk meningkatkan laju perpindahan. Salah satu alat yang menyediakan
luas permukaan yang besar adalah wetted wall column.
Wetted wall column juga merupakan kolom tempat terjadi perpindahan massa dan panas
antara dua fluida. Cairan yang mengalir dari atas kolom kemudian membasahi dinding kolom
secara vertikal, sedangkan gas akan dialirkan dari bawah menuju bagian atas pusat kolom,
sehingga aliran tersebut merupakan aliran jenis countercurrent. Lapisan tipis (film) antar muka di
kolom bagian vertikal terjadi peningkatan perpindahan massa dan panas karena luas antar
permukaan (interface) yang terbentuk lebih besar. Proses perpindahan massa dari cairan ke gas
terjadi melalui proses penguapan dan besar penurunan suhu merupakan panas laten penguapan.
Panas laten merupakan proses perubahan fase karena kenaikan suhu.
2.3.2 Spray Tower
Spray tower terdiri dari.chamber-chamber yang besar. Gas akan mengalir dan akan
melakukan kontak dengan liquid di dalam spray nozzles. Cara kerja dari alat ini adalah terjadinya
aliran di dalam spray tower liquid yang kemudian akan masuk ke dalam spray.dan jatuh yang
disebabkan karena adanya gaya gravitasi. Aliran gas yang masuk akan melakukan kontak secara
counter-current.

Gambar 2.2 Spray Tower


(Sumber: Watten dkk, 2004)

Alat ini akan menguntungkan jika digunakan pada gas bertekanan rendah. Penurunan
tekanan dengan spray nozzle akan membutuhkan biaya pemompaan yang relatif tinggi. Spray
nozzle dapat digunakan untuk aliran berfasa.liquid. Aliran liquid dengan flow rate yang kecil akan
membutuhkan cross area yang kontaknya besar untuk mencapai efisiensi absorpsi yang tinggi.
Laju drop fall akan berpengaruh terhadap waktu kontak.dan sirkulasi fluida yang akan digunakan.
Perpindahan massa pada alat ini terjadi antara dua fasa yang melakukan kontak secara
terus-menerus. Hambatan lainnya pada perpindahan massa dari alat ini adalah fasa gas yang
dikurangi dengan gerakan yang swirling dari falling liquid droplets. Alat ini akan digunakan untuk
perpindahan massa pada gas bertekanan tinggi. Laju perpindahan massa pada alat ini akan
dikontrol secara normal pada fluida berfasa gas. Kolom absorber memiliki klasifikasi dan
pemakaian yang berbeda-beda bergantung pada operasi dan prosesnya (Coulson, 2002).

2.3.3 Bubble Tower


Gas akan terdispersi dalam bubble tower menjadi fluida dengan fasa liquid di dalam fine
bubble. Small gas bubble akan menentukan luas area dari kontak perpindahan massa yang terjadi
di dalam bubble formation dan di dalam bubble rise up melalui fluida dengan fasa liquid. Arah
aliran yang terjadi di dalam bubble tower adalah countercurrent. Gas terdispersi di bottom tower.
Gerakan bubble akan mengurangi hambatan liquid phase.
Gambar 2.3. Bubble Tray pada Bubble Tower
(Sumber: Jafari dkk, 2012)

2.3.4 Packed Tower


Packed tower merupakan sebuah kolom yang dilengkapi dengan packing. Packing
digunakan untuk memperluas bidang kontak dan membuat turbulensi, sehingga kontak antar
fliuida akan lebih efektif. Prinsip kerja dari alat ini adalah zat yang berbeda fase akan mengalir
berlawanan arah, hal tersebut dapat menyebabkan adanya perpindahan komponen kimia dari satu
fase ke fase yang lain. Zat berfase cair akan mengalir dari bagian atas dan zat berfase gas akan
mengalir dari bagian bawah, sehingga terjadi kontak antara kedua fluida tersebut. Keuntungan
packed tower adalah rendahnya pressure drop aliran gas, lebih ekonomis pada operasi cairan
korosif dan biaya column lebih murah (Jafari dkk, 2012).
Packed tower banyak digunakan dalam absorpsi gas. Cara kerja packed tower ini adalah
zat cair yang masuk, yakni weak liquor. Weak liquor akan dialirkan melalui bagian atas distributor,
sehingga membasahi seluruh permukaan tower. Gas. zat terlarut akan masuk ke ruang
pendistribusi yang terdapat di bawah packing (isian) dan mengalir ke atas melalui celah
berlawanan.dengan aliran. Isian di dalam tower tersebut akan memberikan permukaan yang luas
untuk kontak antara fluida berfasa cair dan gas dan dapat membantu terjadinya kontak antar dua
fluida.
Gambar 2.4. Packed Tower
(Sumber: Jafari dkk, 2012)

Beragam jenis packing telah dikembangkan untuk memperluas daerah dan efisiensi kontak
gas dan cairan. Ukuran packing sangatlah beragam. Bahan yang digunakan dipilih berdasarkan
sifat inert terhadap komponen gas maupun cairan pelarut dan pertimbangan ekonomis, antara lain
tanah liat, porselin, grafit dan ………

plastik. Packing memenuhi 60-90% dari volume kolom. Packed tower dapat menghasilkan
pressure drop yang lebih kecil, biaya yang lebih murah, dan dapat digunakan untuk bahan yang
tidak tahan dalam kondisi bersuhu tinggi. Uap akan mengalir ke atas dan cairan akan mengalir ke
bawah sesuai dengan densitas masing-masing fasa fluida. Fluida berfasa liquid akan mengalir ke
bagian bawah pada permukaan dari packed tower dengan film berukuran tipis, sehingga
menyebabkan terbentuknya luas permukaan besar untuk dikontakkan dengan fluida fasa gas.
2.3.5. Plate Tower
Plate jenis ini digunakan untuk cairan yang kapasitasnya lebih besar tanpa terjadi flooding.
Pengunaan dari plate column lebih luas bila dibandingkan dengan packed column secara spesial
untuk distilasi. Keuntungan dari plate column adalah kontak lebih baik antara dua fase liquid.
Kecepatan aliran gas juga akan berpengaruh terhadap keberhasilan proses pemisahan. Keuntungan
dari plate column adalah kontak lebih baik antara dua fase liquid dan dapat menangani.cairan lebih
besar tanpa terjadi floading, serta lebih mudah dibersihkan. Jika kecepatan gas yang mengalir
terlalu rendah, maka gelembung-gelembung berasal dari gas tersebut akan mengembang sehingga
luas permukaan bidang kontak tiap satuan volume menjadi kecil sehingga menurunkan efisiensi
pemisahan senyawa gas, namun aliran gas dengan kecepatan tertentu akan membawa percikan
cairan sehingga masuk ke dalam plate yang ada di atasnya. Peristiwa ini disebut proses liquid
entrainment. Jika liquid entrainment terjadi berlebihan, maka akan mengakibatkan flooding yang
menyebabkan efisiensi pemisahan dari suatu campuran menurun (Walas, 1988).

Gambar 2.5. Plate Column


(Sumber: Coulson, 2002)
BAB 3
METODELOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan bahan
3.1.1 Alat
1) Kolom deoksigenator
2) Pump
3) Compressor
4) Sensor probe
5) Tangki penampung air
6) Flowmeter udara
7) Flowmeter air
3.1.2 Bahan
1) Air
2) Udara
3.2 Prosedur percobaan
1) Tekan tombol power, lalu tekan tombol supply.
2) Untuk mengalirkan air dari tangki penampung ke kolom deoksigenator, tombol pump 1
ditekan.
3) Flowmeter untuk air diatur sesuai dengan laju alir yang ditetapkan.
4) Apabila kolom deoksigenator penuh dengan air, pump 2 dihidupkan untuk menyedot air dan
dialirkan ke flowmeter dan sensor probe yang digunakan untuk menghitung laju alir air dan
O2 yang terserap dari inlet.
5) Kemudian puncak Wetted Wall Absorption Column akan dialiri air yang selanjutnya akan
turun dari puncak ke dasar kolom secara laminer dan berupa lapisan tipis (film).
6) Bersamaan dengan itu tombol compressor ditekan untuk mengalirkan udara secara counter-
current ke dalam Wetted Wall Absorption Column. Udara yang dialirkan oleh compressor
sebelumnya masuk dalam flowmeter udara untuk menghitung laju alir udara.
7) Kemudian kemudian air yang sudah bebas O2 dimasukkan kedalam sensor probe agar O2
outlet dapat dihitung. Kedua alat ini dihubungkan dengan DO meter.
3.3. Blok Diagram

Tombol power, supply dan pump 1 ditekan.

Flowmeter air diatur sesuai dengan laju alir.

Pump 2 dihidupkan.

Laju alir udara dihitung sebelum masuk


compressor. Lalu tekan tombol compressor.

Air dimasukkan kedalam sensor probe.

Gambar 3.1. Blok Diagram Percobaan Wetted Wall Absorption Column

Anda mungkin juga menyukai