Anda di halaman 1dari 7

Prosiding SEMIRATA 2015 bidang MIPA BKS-PTN Barat

Universitas Tanjungpura, Pontianak


Hal. 57 - 63

PENENTUAN KADAR SULFAT AIR MINERAL KEMASAN GELAS


YANG BEREDAR DI PONTIANAK DENGAN METODE SM. Ed. 21 Th. 2005

(DETERMINATION OF SULFATE CONTENT FROM MINERAL WATER OF


GLASS PACKAGING IN PONTIANAK BY SM. Ed. 21 Th. 2005 METHOD)

Dini Hadiarti*

Prodi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Muhammadiyah Pontianak


Jalan Ahmad Yani No 111, Pontianak

*E-mail : dinihadiarti@yahoo.com

ABSTRACT

The research of sulfate content from mineral water of glass packaging in Pontianak has
been investigated. In this research aims to know the sulfate content from mineral water
and according to the standard of SNI 01-3553-2006. The research sample consist of six
brands by 3 times repetition. The SM. Ed. 21 Th. 2005 method was used for testing. The
results showed that the sulfate content from mineral water of glass packaging in
Pontianak is approriate standard to be used. The lowest sulfate content from mineral
water of Aqua glass packaging is 2.0771 mg/L.

Keywords: sulphate content, SNI 01-3553-2006

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian penentuan kadar sulfat terhadap air kemasan gelas yang
beredar di Pontianak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar sulfat dan
kesesuaian dengan standar yang telah ditetapkan SNI 01-3553-2006. Sampel terdiri dari
6 merek dengan pengulangan masing-masing 3 kali. Metode yang digunakan untuk
pengujian yaitu SM. Ed. 21 Th. 2005. Hasil penelitian menunjukkan kadar sulfat dalam air
kemasan yang beredar di pontianak sudah sesuai dengan standar. Kadar sulfat terendah
pada air kemasan gelas Aqua yaitu 2.0711 mg/L.

Katakunci: kadar sulfat, SNI 01-3553-2006

1. PENDAHULUAN
Kalimantan barat merupakan propinsi yang terletak digaris khatulistiwa dan
dilewati oleh sungai Kapuas yang merupakan sungai terpanjang di Indonesia. Kondisi ini
membuat Pontianak sebagai Ibu Kota Propinsi Kalimantan Barat memiliki temperatur
yang tinggi berkisar antara 28-30 oC. Sehingga diperlukan konsumsi air minum lebih
banyak untuk memenuhi kebutuhan air di dalam tubuh.
Air merupakan biomolekul yang sangat diperlukan makluk hidup terutama
manusia. Air berfungsi sebagai pelarut bagi ion-ion dan mineral yang dibutuhkan tubuh
manusia. Tubuh manusia mengandung hampir 70 % air, sehingga bila air dalam tubuh

57
Prosiding SEMIRATA 2015 bidang MIPA BKS-PTN Barat
Universitas Tanjungpura, Pontianak
Hal. 57 - 63

manusia kurang dari jumlah itu akan mengakibatkan dehidrasi. Kurangnya konsumsi air
pada manusia dalam jangka panjang mengakibatkan kulit menjadi keriput, sulit buang air
besar dan penyakit lainnya.
Selama ini sumber air yang banyak dimanfaatkan masyarakat Kota Pontianak
berasal dari Sungai Kapuas. Hal ini juga dimanfaatkan oleh PDAM Kota Pontianak dalam
memenuhi kebutuhan rumah tangga baik sebagai air minum, mencuci, memasak atau
pun mandi. Akan tetapi, air yang dialirkan ke rumah warga masih keruh dan berwarna
kekuningan. Selain itu, debit alir air yang kecil dan sulitnya mendapatkan air juga menjadi
kendala konsumsi air masyarakat di kota Pontianak.
Dipihak lain maraknya Penambangan Air Tanpa Izin (PETI) yang dilakukan pada
bagian Sungai Kapuas membuat airnya tidak layak untuk konsumsi. Limbah yang
dihasilkan dari PETI ini berupa merkuri (Hg) yang digunakan sebagai bahan pengikat
pada emas yang terdapat pada batu atau pasir yang ditambang. Limbah ini tidak diolah
terlebih dahulu sebelum dibuang ke sungai, sehingga sungai Kapuas menjadi tercemar
dan tidak layak dikonsumsi. Kadar merkuri dalam sungai Kapuas antara 0.083-0.108
pg/mi telah melampaui ambang batas baku mutu perairan sebesat 0,001 pg/ml [1].
Kondisi seperti yang disebutkan di atas membuat masyarakat kota Pontianak lebih
memilih air minum kemasan untuk dikonsumsi sebagai air minum. Penggunaan air
kemasan gelas ini lebih praktis karena tidak perlu mencuci wadahnya dan cukup untuk
konsumsi satu orang. Banyaknya pilihan air minum kemasan gelas yang beredar di kota
Pontianak membuat masyarakat kota Pontianak untuk memilih air dengan kondisi terbaik.
Dalam hal ini salah satu parameter air layak konsumsi adalah kadar sulfat.
Tubuh manusia terdiri dari lebih 70% air. Air dalam tubuh manusia berfungsi
sabagai pelarut ion-ion dan mineral. Transfortasi zat-zat dalam tubuh manusia dalam
bentuk larutan, dimana air sebagai pelarutnya. Air juga membantu proses eksresi zat-zat
hasil samping dari metabolisme tubuh manusia. Oleh sebab itu sangat penting utuk
mengkosumsi air minum yang sahat dan memiliki standar yang baik.
Air mempunyai rumus molekul H2O, sehingga membuat air bersifat polar karena
elektron lebih banyak tertarik ke atom oksigen yang memiliki elektronegatifitas lebih besar
dibandingkan atom hidrogen. Adanya ikatan hidrogen antara molekul-molekul air
menyebabkan air memiliki titih didih yang tinggi yaitu 100 oC. Air terdapat dalam tiga fasa
yaitu : padat, cair dan gas. Berat jenis fasa padat dalam hal ini es lebih kecil dibandingkan
berat jenis dalam fasa cair. Tegangan permukaan air labih tinggi daripada cairan lainnya
sehingga membentuk fenomena tetes-tetes pada air dan sifat ini berperan dalam
pengendali fisiologi. Air juga mempunyai kapasitas kalor lebih besar dibandingkan cairan
lainnya kecuali ammonia, sifat ini berparan dalam stabilasi dari temperatur makhluk hidup.

58
Prosiding SEMIRATA 2015 bidang MIPA BKS-PTN Barat
Universitas Tanjungpura, Pontianak
Hal. 57 - 63

Ion sulfat adalah salah satu anion yang banyak terdapat pada air alam. Sulfat
merupakan ion yang penting dalam penyediaan air untuk umum karena pengaruh
pencucian perut yang bisa terjadi pada manusia apabila ada dalam konsentrasi yang
cukup besar. Sulfat penting dalam penyediaan air untuk umum maupun untuk industri,
karena kecendrungan air untuk mengandungnya dalam jumlah yang cukup besar untuk
membentuk kerak air yang keras pada ketel dan alat pengubah panas. Konsentrasi
standar maksimal yang ditetapkan oleh SNI 01-3553-2006 untuk SO4 dalam air minum
adalah sebesar 200 mg/l [2].
Ion Sulfat yang telah diserap oleh tumbuhan mengalami reduksi hingga menjadi
bentuk sulfidril di dalam protein. Sulfur anorganik terutama terdapat dalam bentuk sulfat
(SO4), yang merupakan bentuk sulfur utama di perairan dan tanah. Ion sulfat yang bersifat
larut dan merupakan bentuk oksidasi utama sulfur adalah salah satu anion terutama di
perairan, menempati urutan kedua setelah bikarbonat. Sulfat yang berikatan dengan
hidrogen membentuk asam sulfat dan sulfat yang berikatan dengan logam alkali
merupakan bentuk sulfur yang paling banyak ditemukan di danau dan sungai. Reduksi
anion sulfat menjadi hidrogen sulfida pada kondisi anaerob dalam proses dekomposisi
bahan organik menimbulkan bau yang kurang sedap dan meningkatkan korosivitas
logam. Proses reduksi yang dilakukan oleh bakteri heterotrof ini banyak terjadi di dasar
laut [3].
Sulfat adalah anion yang terjadi secara alami. Kandungan konsentrasi yang tinggi
dalam air minum dapat menyebabkan perpindahan diare. Dalam studi pada orang-orang
dewasa ditemukan laxative yang sangat tinggi di atas 1000 mg/L. Dimana dilaporkan
dalam kasus kesehatan mengindikasikan bahwa botol untuk minum bayi berkembang
diare pada sulfat di atas level 600 mg/L. Diare yang akut dapat menyebabkan dehidrasi,
terutama pada bayi dan anak kecil yang sudah mempunyai mengidap mikroba diare
dalam tubuh. Orang dewasa yang tinggal diare yang mempunyai level konsentrasi sulfat
dalam air minumnya dapat diubah tidak ada efek sakit [4].
Polusi sulfat di perairan diantaranya berasal dari bahan-bahan kimia yang
mengandung sulfat seperti pupuk ZA, pestisida, dan lain-lain. Seperti halnya nitrat, sulfat
juga sangat mudah larut dalam air sehingga akan mudah pula terbawa air cucian dan
aliran permukaan. Untuk keperluan air minum, sumber air harus mempunyai kadar sulfat
tidak lebih dari 200 mg/L [5].
Berdasarkan penjelasan penelitian bermaksudkan untuk membantu masyarakat
kota Pontianak memilih air minum kemasan gelas yang mengandung kadar sulfat
terendah sebagai parameter sifat kimia air. Semakin sedikit kadar sulfat dalam air
semakin baik kualitas air tersebut. Hal ini yang membuat peneliti tergerak untuk

59
Prosiding SEMIRATA 2015 bidang MIPA BKS-PTN Barat
Universitas Tanjungpura, Pontianak
Hal. 57 - 63

melakukan penelitian mengukuran kadar sulfat dalam air minum kemasan gelas yang
beredar di kota Pontianak. Kadar sulfat yang ditetapkan menurut SNI 01-3553-2006 200
mg/l [6].

2. METODE PENELITIAN
Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Pipet tetes
2. Pipet ukur
3. Erlenmeyer
4. Sendok spatula
5. Kaca arloji
6. Spektrofotometer UV-Tampak
Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Na2SO4
2. BaCl2.2H2O
3. MgCl2.6H2O
4. CH3COONa.3H2O
5. KNO3
6. CH3COOH 99 %
7. Air minum kemasan gelas
8. Aquadest
Prosedur Penelitian
a. Pemilihan sampel air minum kemasan gelas
1. Sampel diambil dari 10 merek air minum kemasan gelas yang beredar di kota
Pontianak.
2. Setiap merek diambil 2 gelas secara acak untuk mewakili pengukuran kadar
sulfat.
b. Pembuatan larutan baku sulfat
1. Ditimbang 0,1479 gram Na2SO4.
2. Dilarutkan dengan aquadest.
3. Ditambahkan aquadest sampai tanda tera pada labu ukur 1000 ml.

60
Prosiding SEMIRATA 2015 bidang MIPA BKS-PTN Barat
Universitas Tanjungpura, Pontianak
Hal. 57 - 63

c. Pembuatan Larutan standar sulfat


1. Dipipet 0, 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35 dan 40 ml larutan baku sulfat.
2. Dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml, tambahkan aquadest sampai tanda
tera.
d. Pembuatan larutan buffer
1. Tempatkan 30 g MgCl2.6H2O dalam erlenmeyer 500 ml.
2. Tambahkan 5 g CH3COONa.3H2O dan 1,0 g KNO3.
3. Larutkan dengan 20 ml CH3COOH 99 % dan 300 ml aquadest.
4. Dimasukkan kedalam labu ukur 1000 ml, tambahkan aquadest sampai tanda
tera.
e. Pembuatan kurva standar
1. Nyalakan spektrofotometer UV-Tampak dan set pada panjang gelombang 420
nm.
2. Pipet 50 ml larutan standar sulfat.
3. Tambahkan 2,5 ml larutan buffer kedalam masing-masing larutan standar.
4. Tambahkan setengah sendok spatula BaCl2.2H2O.
5. Dimasukkan kedalam kuvet,lalu baca pada spektrofotometer UV-Tampak.
f. Pengukuran Kadar Sulfat
1. Dimasukkan 100 ml sampel dalam erlenmeyer 250 ml.
2. Tambah 20 ml larutan buffer.
3. Diaduk dengan alat pengaduk.
4. Tambahkan 1 sendok spatula BaCl2. 2H2O.
5. Diaduk dengan pengaduk magnetik selama 60 detik pada kecepatan tetap.
Larutan dimasukkan kedalam kuvet, lalu baca pada spektrofotometer UV-Tampak.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil pengujian di laboratorium dengan menggunakan spektrometer UV sinar
tampak pada sepuluh sampel kemasan air minum yang ada di kota pontianak yaitu :
Pasqua, passy, For3, Pontiqua, Pontisuri,Aduo, fitassa palung, Club, Aqua, dan Arwarna
di peroleh kandungan sulfat yang berbeda-beda untuk masing masing sampe. Nilai untuk
kandungan sulfat setiap sampel akan dibandingkan dengan standar maksimal yang
ditetapkan oleh SNI 01-3553-2006 untuk konsentrasi SO4 dalam air minum tersebut yaitu
sebesar 200 mg/L. Hasil ini ditunjukan pada Tabel 1.

61
Prosiding SEMIRATA 2015 bidang MIPA BKS-PTN Barat
Universitas Tanjungpura, Pontianak
Hal. 57 - 63

Tabel1. Hasil Pengujian Air Minum Kemasan Gelas di Kota Pontianak


No Code of samples Sulphate (SO4)
( mg/L )
1 Pasqua 6.8070
2 Passy 7.1040
3 For3 12.0114
4 Pontiqua 12.4470
5 Pontisuri 14.7011
6 Aduo 7.3011
7 Fitassa Palung 12.7020
8 Club 9.4011
9 Aqua 2.0711
10 Awarna 6.8070

Hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh data yaitu tentang kandungan
sulfat (SO4) dalam sepuluh kemasan air minum berbeda merek. Dari tabel 2 di atas dapat
diketahui banyaknya jumlah kandungan sulfat yang ada pada air minum tersebut
berbeda-beda. Ini membuktikan bahwa semua air minum kemasan gelas yang ada di
pontianak ( Pasqua, passy, For3, Pontiqua, Pontisuri,Aduo, fittasa palung, club, Aqua dan
arwarna ) sudah mengandung sulfat. Ion sulfat adalah salah satu anion yang banyak
terdapat pada air alam. Sulfat merupakan ion yang penting dalam penyediaan air untuk
umum karena pengaruh pencucian perut yang bisa terjadi pada manusia apabila ada
dalam konsentrasi yang cukup besar. Sulfat penting dalam penyediaan air untuk umum,
karena kecendrungan air untuk mengandungnya dalam jumlah yang cukup besar untuk
membentuk kerak air yang keras pada ketel dan alat pengubah panas. Konsentrasi
standar maksimal yang ditetapkan oleh SNI 01-3553-2006 untuk SO4 dalam air minum
yaitu sebesar 200 mg/l.
Polusi sulfat di perairan diantaranya berasal dari bahan-bahan kimia yang
mengandung sulfat seperti pupuk ZA, pestisida, dan lain-lain. Seperti halnya nitrat, sulfat
juga sangat mudah larut dalam air sehingga akan mudah pula terbawa air cucian dan
aliran permukaan. Untuk keperluan air minum, sumber air harus mempunyai kadar sulfat
tidak lebih dari 200 mg/L hal ini dikarenakan kandungan konsentrasi yang tinggi dalam air
minum dapat menyebabkan diare, dalam studi pada orang-orang dewasa ditemukan
laxative yang sangat tinggi di atas 1000 mg/L. Dimana dilaporkan dalam kasus kesehatan
mengindikasikan bahwa botol untuk minum bayi berkembang diare pada sulfat di atas
level 600 mg/L. Diare yang akut dapat menyebabkan dehidrasi, terutama pada bayi, dan
anak kecil yang sudah mempunyai mengidap mikroba diare dalam tubuh.

62
Prosiding SEMIRATA 2015 bidang MIPA BKS-PTN Barat
Universitas Tanjungpura, Pontianak
Hal. 57 - 63

Menurut data hasil penelitian tersebut, maka diketahui bahwa jumlah sulfat yang
terkandung dalam sumber air baku yang menjadi bahan utama di kota pontianak
mengandung jumlah sulfat (SO4) dengan konsentrasi yang tidak terlalu tinggi, sehingga
memenuhi standar syarat yang telah ditetapkan oleh SNI. Diantara sepuluh sampel yang
diuji, jumlah kandungan sulfat yang terdapat pada merek Aqua lebih rendah jika di
bandingkan dengan merek lainya yaitu sebesar 2.0711 mg/L, dan jumlah kandungan
sulfat yang tertinggi terdapat pada merek Pontisuri yaitu sebesar 14.0711 mg/L.
Mengingat bahwa semakin sedikit kandungan sulfat yang terdapat di dalam sumber air
akan meningkatkan kualitas air tersebut. Maka air mineral kemasan yang baik untuk di
konsumsi adalah Aqua.

4. UCAPAN TERIMAKASIH
Penelitian ini dilaksanakan dengan bantuan dana penelitian DIPA Lembaga
Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat tahun 2011.

5. PUSTAKA

[1] Famurianty, E. Konsentrasi Merkuri pada Beberapa Biota Air di Perairan Sungai
Kapuas Kalimantan Barat.Bogor. Departemen Konsevasi Sumberdaya Hutan dan
Ekowisata Fakultas Kehutanan ITB; 2005.
[2] Sutrisno, C. T. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Cetakan Kedua. Jakarta: PT.
Rineka Cipta; 2006.
[3] Efendi, H. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta : Kaisius; 2003.
[4] Letterman,R.D. Water Quality And Treatment. Fifth Edition. New York : Mc Graw
Hill.Inc; 1999.
[5] Adams, H.P., K.J. Peterson, and F.W. Adams. Nitrates in Cattle Feeding. Oregon
State University; 1999.
[6] ANONIMOUS. SNI 01-3553-2006. Tentang : Persyaratan Mutu Air Minum Dalam
Kemasan; 2006.

63

Anda mungkin juga menyukai