Anda di halaman 1dari 24

ANALISIS JURNAL

PEMERIKSAAN PARAMETER KIMIA AIR BERSIH


DAN AIR KOLAM RENANG

Mata Kuliah Penyehataan Air-A


Dosen Hari Rudijanto I. W., ST., M.Kes

Disusun Oleh :
Enzela BR Sidauruk
P1337433219022
2C

KEMENTERIAN KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI DIV SANITASI LINGKUNGAN
PURWOKERTO
2021
1
LAMPIRAN JURNAL

A. Jurnal I
Analisa kandungan nitrat dan nitrit dalam air minum isi ulang menggunakan metode
spektrofotometri UV-Vis

B. Jurnal II
Kualitas kimia air kolam dan hubungan perilaku pengguna kolam terhadap kejadian dry
eyes syndrome di kolam renang TWS Padangan Bojonegoro
Jurnal Indobiosains. Vol 1. No. 1 Edisi Februari
2019 http://univpgri-
palembang.ac.id/e_jurnal/index.php/biosains

ANALISA KANDUNGAN NITRAT DAN NITRIT DALAM AIR MINUM ISI


ULANG MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis
Ita Emilia

Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu


Pengetahuan Alam Universitas PGRI Palembang

e-mail: itaemilia742@gmail.com

ABSTRACT

Research on the analysis of nitrate and nitrite content in refill drinking water using Uv -Vis
spectrophotometry method aims to determine the concentration of nitrate and nitrite compounds in refill
drinking water samples produced by Refill Drinking Water Depots (DAMIU) located in 5 (five) locations
in Seberang Ulu II Subdistrict, Palembang City. This study uses a descriptive survey method to get an
idea of the quality of drinking water with parameters of the content of nitrate and nitrite compounds.
Determination of nitrate and nitrite concentrations was carried out at the BTKLPP Laboratory (Institute
for Environmental Health and Disease Control) South Sumatra Province. The results showed that the
concentrations of nitrate and nitrite compounds contained in the five samples of refill drinking water all
met the requirements set forth in KEP.MEN. KES RI No. 492 / MENKES / PER / IV / 2010, namely for
nitrate compounds below 50 mg/L and nitrite compounds below 3 mg/L.

Keywords: nitrate and nitrite, refill drinking water, UV-Vis spectrophotometry

ABSTRAK

Penelitian tentang analisa kandungan nitrat dan nitrit dalam air minum isi ulang
menggunakan metode spektrofotometri Uv-Vis bertujuan untuk mengetahui konsentrasi
senyawa nitrat dan nitrit dalam sampel air minum isi ulang yang diproduksi Depot Air
Minum Isi Ulang (DAMIU) yang berada di 5 (lima) lokasi di Kecamatan Seberang Ulu II
Kota Palembang. Penelitian ini menggunakan metodesurvey yang bersifat deskriptif
untuk mendapatkan gambaran tentang kualitas air minum dengan parameter kandungan
senyawa nitrat dan nitrit. Penentuan konsentrasi nitrat dan nitrit dilaksanakan di
Laboratorium BTKLPP (Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit)
Provinsi Sumatera Selatan. Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi senyawa nitrat dan
nitrit yang terkandung dalam kelima sampel air minum isi ulang semuanya memenuhi
persyaratan yang telah ditetapkan berdasarkan KEP.MEN.KES RI No.
492/MENKES/PER/IV/2010, yaitu untuk senyawa nitrat di bawah 50 mg/L dan senyawa
nitrit dibawah 3 mg/L.

Kata Kunci: nitrat dan nitrit , air minum isi ulang, sprektrofotometri UV-Vis

3
Analisa Kandungan Nitrat…Ita Emilia.,..Indobiosains, Volume 1, No.1 Februarir
2019,...38-44

PENDAHULUAN
pegunungan di beberapa daerah. Air minum
Air merupakan sesuatu yang sangat dalam kemasan (AMDK) menjadi alternatif lain
penting di dalam kehidupan karena semua sebagai salah satu sumber
makhluk hidup di dunia ini memerlukan air. air minum, tetapi AMDK hanya dikonsumsi
Tumbuhan dan hewan sebagian besar tersusun masyarakat tingkat ekonomi menengah keatas
oleh air. Sel tumbuhan mengandung lebih dari dikarenakan harga yang relatif mahal. Hal
75% air dan sel hewan mengandung lebih dari tersebut menjadikan air sebagai benda ekonomi
67%. Kurang dari 0,5% air secara yang mahal sehingga masyarakat mencari cara
langsung dapat digunakan untuk kepentingan lain untuk memperoleh air yang layak untuk
manusia (Widiyanti dan Ristiati, 2004). dikonsumsi, yaitu air minum dari depot air
Air minum adalah air yang digunakan minum isi ulang dengan harga yang lebih murah
untuk konsumsi manusia. (Bambang dkk., 2014). Menurut Badan
Menurut Departemen Kesehatan Republik Standardisasi Nasional air minum isi ulang
Indonesia, syarat-syarat air minum antara lain menggunakan beberapa proses
tidak berasa, tidak penyaringan, diantaranya
penggunaan filter dan sinar ultra violet (UV),
berbau, tidak berwarna, tidak
Reverse Osmosis (RO), Hexagonal, dan
mengandung logam-logam berat dan
Ozonisasi.
senyawa-senyawa kimia yang sangat
beresiko terhadap kesehatan seperti nitrat dan Namun tidak semua depot air minum
nitrit. Walaupun air dari sumber alam dapat isi ulang (DAMIU) dikelola dengan baik sesuai
diminum oleh manusia, namun terdapat resiko persyaratan PERMENKES
bahwa air ini telah tercemar nomor
oleh bakteri atau zat-zat 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang persyaratan
berbahaya. Walaupun bakteri dapat kualitas air minum baik parameter fisika, kimia
o maupun biologi.
dibunuh dengan memasak air hingga 100 C,
banyak zat berbahaya , terutama logam berat Parameter fisika adalah salah satu
dan senyawa kimia parameter yang digunakan untuk mengukur
berbahaya tidak dapat dihilangkan kadar kualitas air yang berhubungan dengan
dengan cara ini. Sejalan dengan fisika seperti suhu, kecepatan arus, kecerahan
kemajuan dan peningkatan taraf kehidupan, dan tinggi air,
maka jumlah penyediaan air selalu meningkat, kecerahan, kedalaman, warna air,
akibatnya kegiatan untuk pengadaan sumber- kekeruhan, salinitas, TDS (total
sumber air baru setiap saat terus dilakukan. Air
tawar bersih yang layak minum, kian langka di dissolved solid) atau TSS (total
perkotaan. Air tanah sudah tidak aman dijadikan suspended solid). Parameter kimia
bahan air minum karena telah terkontaminasi adalah parameter yang sangat penting
rembesan dari tangki septic tank maupun air untuk menentukan air tersebut
permukaan (Sisca, 2016).
Industrialisasi dalam penyediaan air dikatakan baik atau tidak. Parameter
minum tumbuh untuk dapat kimia meliputi Dissolved Oxygen (DO),
memenuhi kebutuhan air bagi masyarakat. pH, amoniak, sulfat,
Selain itu, didukung pula dengan adanya kesadahan, logam, maupun senyawa nitrat dan
beberapa sumber air nitrit (Rosita, 2014). pH merupakan istilah yang
digunakan untuk menyatakan intensitas
keadaan asam atau basa sesuatu larutan. Air
minum pada pH lebih kecil 6,5 kondisi asam atau
basa yang terkandung pada suatu bahan, besar
kecilnya kandungan pH pada air

39
berpengaruh pada rasa air minum isi ulang yang Walaupun E. coli merupakan bagian dari
dihasilkan. Kondisi pH air yang baik yaitu 7 atau mikroba normal saluran pencernaan, tapi saat ini
yang dikenal dengan pH netral, untuk air minum telah terbukti bahwa galur-galur
isi ulang baku mutu pH yang diterapkan yaitu 6,5 tertentu mampu menyebabkan
-8,5. Pengaruh pH terhadap air adalah sangat gastroenteritis taraf sedang hingga parah pada
besar, untuk usaha air minum jika pH air terlalu manusia dan hewan. Sehingga, air yang akan
rendah akan berasa pahit /asam, sedangkan jika digunakan untuk keperluan sehari-hari
terlalu tinggi maka air akan berasa tidak enak berbahaya dan dapat
(kental/licin). pH tubuh manusia adalah menimbulkan penyakit infeksius
7. Tubuh yang baik dapat mencegah berbagai (Suriaman, 2008 dalam Rosita, 2014).
macam penyakit degeneratif, termasuk sel-sel Nitrit merupakan bentuk nitrogen yang
kanker, yang dapat terbentuk dengan mudah hanya sebagian teroksidasi. Nitrit tidak
dalam tubuh yang bersifat asam. Sebab salah ditemukan dalam air limbah yang segar,
satu fungsi air adalah mendorong racun keluar melainkan dalam limbah yang sudah basi atau
dari dalam tubuh, sehingga Departemen lama. Nitrit tidak dapat bertahan lama dan
Kesehatan merekomendasikan untuk pH merupakan keadaan sementara proses oksidasi
air yang dikonsumsi adalah berkisar antara 6,5 – antara amoniak dan nitrat. Nitrit bersumber dari
8,5, Jika kita minum air dengan pH di bawah 6,5 bahan- bahan yang bersifat korosif dan banyak
itu adalah air yang sifatnya asam, dan hal itu dipergunakan di pabrik-pabrik. Nitrit tidak tetap
adalah sangat kurang baik bagi tubuh kita dan dapat berubah menjadi amoniak atau
(Sutrisno, 2004). dioksidasi menjadi nitrat (Ginting, 2007).
Parameter biologi meliputi ada atau Dalam Peraturan Pemerintah
tidaknya bahan organik atau mikroorganisme No.20/1990 dan Permenkes No.416/l990
seperti bakteri coli, virus, bentos dan plakton. tentang Pengendalian Air disebutkan
Organisme yang peka akan mati di lingkungan bahwa kadar maksimum yang diperkenankan
air yang tercemar. Bakteri patogen yang ada dalam air minum masing-masing untuk nitrat
mempengaruhi kualitas air sesuai dan nitrit adalah 10 mg/L dan 1 mg/L sedangkan
pada Peraturan Pemerintah No 82 tahun 2001
Kepmenkes yaitu bakteri coliform, tentang Pengelolaan Kualitas Air menyebutkan
seperti Escherichia coli, Clostridium syarat maksimal untuk beban nitrit pada air
perfringens, dan Salmonella. Bakteri adalah 0, 06 mg/L.
coliform adalah golongan bakteri Sehubungan dengan hal di atas
intestinal, yaitu hidup didalam saluran perlu dilakukan penelitian tentang kualitas air
pencernaan manusia. Bakteri coliform adalah minum isi ulang yang diproduksi oleh beberapa
bakteri indikator keberadaan depot yang berada di Kecamatan Seberang Ulu
bakteri patogenik lain. Lebih tepatnya, bakteri II Kota Palembang berdasarkan parameter
coliform fekal adalah bakteri indikator adanya senyawa nitrat dan nitrit menggunakan metode
pencemaran bakteri Spektrofotomeri UV-Vis.
patogen.Penentuancoliformfekal
menjadi indikator pencemaran dikarenakan BAHAN DAN METODE
jumlah koloninya pasti berkorelasi positif dengan
keberadaan bakteri pathogen E. coli jika masuk Penelitian ini direncanakan pada bulai
ke dalam saluran pencernaan dalam jumlah Maret s.d. Mei 2018. Penelitian ini
banyak dapat membahayakan kesehatan.
menggunakan metode survey
yang bersifat deskriptif
untuk mendapatkan
gambaran tentang kualitas air minum dengan naftil etilendiamin dihidroklorida, diaduk dan
parameter kandungan senyawa nitrat dan nitrit. dibiarkan bereaksi selama 30 menit. Larutan
Penentuan konsentrasi dimasukkan ke dalam kuvet dan dibaca
nitrat dan nitrit dilaksanakan di Laboratorium absorbansinya pada panjang gelombang 535
BTKLPP (Balai Teknik Kesehatan Lingkungan nm (SNI 06-6989.9-
dan Pengendalian Penyakit) Provinsi Sumatera 2004).
Selatan.
Penetapan kadar nitrat : Sebanyak 1 mL
Alat yang digunakan dalam penelitian sampel ditambahkan 0,5 – 1,5 g granul Zn.
Spektrofotometri UV- Vis Shimatzu 1800, Dibiarkan bereaksi selama 10 menit, kemudian
timbangan analitik Metler Toledo, water bath, granul Zn dipisahkan dan larutan digenapkan
alat-alat gelas di laboratorium. Bahan yang dalam labu ukur 10 mL. Dari larutan tersebut
digunakan meliputi, natriun nitrit, kalium nitrat, diambil 3 mL dan 2 mL larutan asam sulfanilat
asam sulfanilat, asam klorida, N-(1-naftil dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Dibiarkan
etilendiamin dihidroklorida, glisin, bereaksi selama 10 menit. Ditambahkan dengan
natrium hidroksida, naftil etilendiamin 2 mL larutan naftil etilendiamin dihidroklorida,
diaduk dan dibiarkan bereaksi selama 30 menit.
dihidroklorida. Larutan dimasukkan ke dalam kuvet dan dibaca
Penetapan kadar nitrit: Sebanyak absorbansinya pada panjang gelombang 535
3 mL sampel dan 2 mL larutan asam sulfanilat nm (SNI 06-2480.1991).
dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Dibiarkan
bereaksi selama 10 menit. Ditambahkan dengan
2 mL larutan

HASIL DAN PEMBAHASAN


tinggi juga terdapat dalam sampel 5, yaitu 0,037
Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap mg/L. Konsentrasi nitrat terendah terlihat pada
kelima sampel yang berisi air minum isi ulang sampel 3 dan 4, yaitu sebesar 3,10 mg/L.
diperoleh data seperti ditunjukkan pada tabel 1. Konsentrasi nitrit terendah pada sampel 3 dan
4, yaitu masing-masing sebesar 0,013 mg/L dan
Konsentrasi senyawa nitrat yang paling 0,016 mg/L.
tinggi terkadung dalam sampel air minum nomor
5, yaitu sebesar 4,80 mg/L. Konsentrasi nitrit
yang paling

Tabel 1. Konsentrasi Nitrat dan Nitrit dalam Sampel Air Minum Isi Ulang

No. Nitrat Nitrit pH Batas maksimum


yang
Sampe (Sebagai (Sebagai diperbolehkan
l NO3-) NO2-)
Satuan mg/L Satuan mg/L
1 4,00 0,019 7,98 Nitrat 50 mg/L
2 3,60 0,018 7,26
3 3,10 0,013 7,20 Nitrit 3 mg/L
4 3,10 0,016 7,19
5 4,80 0,037 4,55 pH 6,5 – 8,5

Keterangan : Memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan berdasarkan KEP.MEN.KES RI No.


492/MENKES/PER/IV/2010

41
Berdasarkan tabel 1 terlihat konsentrasi Pencemaran oleh pupuk nitrogen, termasuk
nitrat dan nitrit pada semua sampel memenuhi ammonia anhidrat seperti juga sampah organik
persyaratan yang telah ditetapkan berdasarkan hewan maupun manusia, dapat meningkatkan
KEP.MEN.KES RI No. kadar nitrat di dalam air. Senyawa yang
492/MENKES/PER/IV/2010. mengandung nitrat di dalam tanah biasanya larut
Tabel 1 menunjukkan hasil pemeriksaan dan dengan mudah bermigrasi dengan air
parameter pH terhadap kelima sampel bawah tanah (Amanati, 2016)
menunjukkan sampel 1, 2, Limbah rumah tangga yang keluar
3 dan 4 memenuhi standar yang dari kawasan padat pemukiman berpengaruh
ditetapkan berdasarkan KEP.MEN.KES RI No. terhadap kandungan nitrit.
492/MENKES/PER/IV/2010. pH air minum isi Peningkatan beban cemaran nitrit dipengaruhi
ulang pada sampel 5 sebesar 4,55 terutama antara lain oleh sistem saluran
menunjukkan pH dibawah standar yang pembuangan dimana limbah buangan rumah
ditetapkan yaitu dibawah 6,5 – 8,5. Artinya air tangga akan menambah konsentrasi nitrit (
minum pada sampel 5 bersifat asam. Aswadi , 2006).
Nilai pH yang lebih rendah dari 6,5 berarti Pengaruh nitrit pada kesehatan
bersifat lebih asam sehingga akan bersifat manusia yaitu, dapat menyebabkan
korosif pada organ tubuh apabila dikonsumsi methamoglobinemia dan efek racun kandungan
oleh manusia. Air yang bersifat asam dapat nitrit dalam air lebih besar dari 0 (nol) mg/L
melepaskan logam dari pipa seperti tembaga (Soeparman, 2001).
(Cu), timah (Pb), dan seng (Zn) sehingga air Pengadaan air bersih untuk
akan mengandung zat-zat ini. Dengan adanya kepentingan rumah tangga seperti untuk air
kandungan logam pada air, maka secara tidak minum, air mandi harus memenuhi persyaratan
langsung akan mempengaruhi estetika air yang sudah ditentukan
minum, yaitu menimbulkan rasa asam pada air peraturan internasional WHO dan APHA
minum. Selain itu (American Public Health Association) ataupun
dapat pula menyebabkan masalah kesehatan peraturan nasional dan setempat. Dalam hal ini
pada manusia, yaitu asidosis Sedangkan nilai kualitas air bersih di Indonesia harus memenuhi
pH yang lebih tinggi tidak langsung persyaratan yang sesuai dengan Peraturan
menyebabkan masalah kesehatan, tetapi Menteri Kesehatan
menyebabkan masalah estetika sepertinya RI
timbulnya rasa pahit pada air minum (Singh and No.492/MenKes/PER/IV/2010 dimana setiap
Mosley, 2003). komponen yang diperkenankan berada
Nitrat (NO3) dan nitrit (NO2) adalah didalamnya harus sesuai (Sisca, 2016).
ion-ion anorganik alami, yang merupakan
bagian dari siklus nitrogen. Aktifitas mikroba
di tanah atau air
menguraikan sampah yang mengandung KESIMPULAN
nitrogen organik pertama-
pertama Konsentrasi senyawa nitrat dan
nitrit yang terkandung dalam lima sampel air
menjadi ammonia, kemudian
minum yang diperoleh dari beberapa Depot Air
dioksidasikan menjadi nitrit dan nitrat. Oleh
Minum Isi Ulang (DAMIU) di Kecamatan
karena nitrit dapat dengan mudah dioksidasikan
Seberang Ulu
menjadi nitrat, maka nitrat adalah senyawa yang
paling sering ditemukan di dalam air bawah II Kota Palembang memenuhi
tanah maupun air yang terdapat di permukaan. persyaratan yang telah ditetapkan berdasarkan
KEP.MEN.KES RI No.
492/MENKES/PER/IV/2010 yaitu untuk Peraturan Pemerintah Nomor 20. 1990
senyawa nitrat di bawah 50 mg/L dan senyawa Pengendalian Pencemaran Air.
nitrit dibawah 3 mg/L. http://pusdaling.jatimprov.go.id/perat
uran/pusdakum/peraturan-
pemerintah/file/391-peraturan-
pemerintah-nomor-20-tahun-1990-
DAFTAR PUSTAKA tentang-pengendalian-pencemaran-
air.html. Diakses 06 Mei 2015.
Amanati, Lutfi. 2016. Uji Nitrit Pada
Produk Air Minum Dalam Peraturan Pemerintah Republik
Kemasan (AMDK) Yang Beredar Indonesia Nomor 82. 2001.
Dipasaran. Jurnal Teknologi Pengelolaan Kualitas Air dan
Proses dan Inovasi Industri. 2(1): Pengendalian Pencemaran Air.
59 – 64. Baku Mutu Air Tawar. Perikanan
dan Peternakan.
Aswadi, M. 2006, Pemodelan Fluktuasi Nitrogen http://www.blh.sumutprov.go.id/fil
(Nitrit) pada Aliran Sungai Palu. Jurnal
SMARTek. Vol 4 No. 2. es
/pdf/11 PP RI No.82 Tahun 2001
Pengelolaan Kualitas Air dan pe.pdf.
Bambang, A.G, Fatmawali, dan Kojong, Diakses 16 November 2009.
S.K. 2014. Analisis Cemaran Bakteri
Coliform dan Identifikasi Escherichia coli Permenkes Nomor 416. l990.
pada Air Minum Isi Ulang dari
Pengendalian Air.
Depot di Kota Manado. Jurnal http://pppl.depkes.go.id/_asset/_regul
Ilmiah Farmasi Universitas Sam asi/55_permenkes%20416.pdf Diakses, 6
Ratulangi. 3(3): 325-334. Mei 2015.

Emma Emawati, Emma., Tita, Mustika., Rosita, Nita. 2014. Analisis Kualitas Air Minum
Tursino. 2017. Analisis Kandungan Nitrat Isi Ulang Beberapa Depot Air Minum Isi
Dan Nitrit Dalam Air Minum Isi Ulang Ulang (DAMIU) di Tangerang Selatan.
Dengen Pereaksi Gries Menggunakan Jurnal Kimia Valensi. 4(2): 134-141.
Metode
Spektrofotometri Sinar Tampak. Singh, S dan Mosley, LM. 2003. Trace metal
Jurnal Farmasi Galenika. Vol. 4 No. Edisi levels in drinking water on Viti Levu, Fiji
Khusus SemNas Tanaman Island. S Pac.J.Nat Sci. 21(3): 1-4.
Obat Indonesia.
Sisca, Vivi. 2016. Penentuan Kualitas Air
Ginting, Perdana. 2007. Sistem Minum Isi Ulang Terhadap
Pengelolaan Lingkungan dan Kandungan Nitrat, Besi, Mangan,
Kekeruhan, Ph, Bakteri E.Coli Dan
Limbah Industri. Cetakan Coliform. Chempublish Journal.
pertama. Bandung 1(2): 2503-4588.

Muller -Wohlfeil, D.-I. 2002. Estimating Soeparman, 2001.


Annual River Discharge and Pembuangan
Nitrogen Loading to Danish Tinja dan Limbah Cair: Suatu
Coastal Water Based on Multiple Pengantar. Jakarta.
Regression. National
Environmental Research
InstituteVejlsvej 25. DK-8600 Silkeborg,
Denmark.

43
Sutrisno, T. 2004 Teknologi Coliform pada Depot Air Minum Isi
Penyediaan
Air Bersih. Penerbit Rineka Cipta. Ulang di Kota Singaraja Bali.
Jurnal
Jakarta. Ekologi Kesehatan. 3(1): 64-73.

Widiyanti, N.L.P.M dan Ristiati, N.P.


2004. Analisis Kualitatif Bakteri
KUALITAS KIMIA AIR KOLAM DAN HUBUNGAN PERILAKU
PENGGUNA KOLAM TERHADAP KEJADIAN DRY EYES SYNDROME
DI KOLAM RENANG TWS PADANGAN, BOJONEGORO
Chemical Quality Of Pool Water And Correlation Between Swimmers Behaviour With
Dry Eyes Syndrome In Tws Swimming Pool Padangan, Bojonegoro

Elisa Dwi Pertiwi


Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas
Airlangga
elisapertiwi005@gmail.com

Abstrak: Pengawasan dan pengelolaan kualitas air kolam perlu menjadi perhatian khusus untuk mencegah
gangguan kesehatan, terdapat zat kimia pada air kolam yang bersifat iritan dan apabila melebihi batas yang
diperbolehkan akan menyebabkan Dry Eyes Syndrome. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis kualitas kimia air
kolam renang serta perilaku pengguna kolam terhadap kejadian Dry Eyes Syndrome. Jenis penelitian ini adalah
observasional dengan desain studi cross sectional. Populasi penelitian yaitu pengguna kolam renang dengan usia
16-45 tahun pada 1 kali periode chlorinasi, dengan jumlah sampel sebesar 75 responden. Analisis statistik dilakukan
dengan menggunakan Uji Chi-Square. Hasil penelitian menujukkan bahwa pada pengukuran kadar sisa chlor
terdapat hasil yang melebihi batas maksimum yang diperbolehkan (>0,5mg/l) serta terdapat hasil yang kurang dari
batas minimum (<0,2 mg/l). Hasil pengukuran Kesadahan (CaCO 3) menunjukkan terdapat hasil rata-rata melebihi
batas maksimum yang diperbolehkan (>500 mg/l). Hasil uji stastistik diketahui bahwa terdapatvariabel yang
berhubungan dengan kejadian Dry Eyes Syndrome yaitu pengetahuan (p=0, 037) dan tindakan (p=0,035).
Kesimpulan penelitian ini yaitu hasil pengukuran kualitas kimia air kolam renang menunjukkan bahwa sebagian
belum memenuhi syarat yang sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No.416 Tahun 1990. Oleh sebab itu
penting melakukan pengelolaan dan pengawasan kolam renang secara rutin serta adanya upaya promosi
kesehatan terkait upaya pencegahan DES di lingkungan kolam renang.
Kata Kunci : kualitas kimia air, perilaku, Dry Eyes Syndrome

Abstract: Supervision and management of pool water quality need special attention to prevent health disorders.
There are chemical substances in pool water that categorized as irritant and will cause Dry Eyes Syndrome if being
used excessively. The purpose of this study was to analyze pool water chemical quality as well as swimmers
behaviour and its correlation with Dry Eyes Syndrome. This was an observational research with cross sectional
study design. The population in this study was swimmer within 16 - 45 years old age range in 1 time chlorination
period, with the sample of 75 respondents. Statistic analysis process was done by using Chi-Square Test. The
results showed that in chlor remnant level measurement, some results were indicating that the level of chlor
exceeded the maximum allowed threshold (> 0.5mg / l) while the rest less than the minimum threshold (<0.2 mg /
l). Hardness meausrement results (CaCO3) pointed out that the average outcome was exceeding maximum allowed
threshold (> 500 mg / l). Statistic test result indicated that there were 2 variables related to the incidence of Dry Eye
Syndrome, knowledge (p = 0,037) and action (p = 0,035). In the conclusion, the result of pool water chemical quality
measurement showed that some of pool water had not met the requirement in accordance to Ministry of Health
Regulation Number 416 in 1990. Therefore it is important to conduct management and routine supervision of the
swimming pool also perform health promotion to prevent Dry Eyes Syndrome in swimming pool surroundings.
Key word : water chemical quality, behaviour, Dry Eyes Syndrome

45
timbul sehingga perlu diwaspadai dan dilakukannya
PENDAHULUAN
upaya pencegahan agar tidak menganggu kesehatan
Renang merupakan salah satu cabang olahraga tubuh. Bahaya saat renang dapat disebabkan oleh
yang cukup diminati pada dewasa ini. Renang untuk kualitas air kolam renang yang kontak secara
sebagian orang adalah suatu kebutuhan khusus yang langsung dengan tubuh dan juga perilaku pengguna
perlu dilakukan untuk meningkatkan mood atau kolam renang yang kurang tepat (Pertiwi, 2017).
menghilangkan rasa jenuh dan bosan terhadap Kualitas air kolam harus memenuhi syarat yang layak
aktivitas keseharian yang telah dijalani. Banyak agar tidak membahayakan perenang atau pengguna
dampak positif bagi tubuh yang dapat dirasakan oleh kolam sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan
tubuh, namun selain dampak positif terdapat pula RI No.416 Tahun
dampak negatif yang dapat

385
1990 tentang Syarat – Syarat dan Pengawasan terhadap tinggi rendahnya derajat kesehatan
Kualitas Air. seseorang yaitu faktor lingkungan
Upaya pengelolaan dan pengawasan terhadap dan perilaku. Oleh sebab itu, lingkungan sehat
kualitas air kolam renang perlu menjadi perhatian dan perilaku sehat perlu diupayakan dengan
khusus. Kolam renang Taman Wisata Sariyo (TWS) sungguh-sungguh untuk mencegah gangguan
Kecamatan Padangan Bojonegoro merupakan salah kesehatan.
satu kolam renang yang melakukan pengelolaan dan Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas
pengawasan dengan cara desinfeksi. Proses organisme yang bersangkutan, yang dapat diamati
desinfeksi yang biasa dilakukan yaitu dengan metode secara langsung maupun tidak langsung atau
chlorinasi. Chlorinasi merupakan salah satu metode aktivitas manusia itu sendiri sedangkan perilaku yang
yang digunakan dengan cara membubuhkan chlorine behubungan dengan kesehatan yaitu perilaku sehat
powder atau yang biasa disebut dengan kaporit guna dan perilaku sakit. Perilaku sehat merupakan
membunuh kuman maupun bakteri yang ada didalam tindakan seseorang untuk memelihara dan
air kolam renang. Penggunaan kaporit harus meningkatkan kesehatannya termasuk tindakan
diperhatikan dengan baik agar sesuai dengan batas untuk mencegah penyakit, kebersihan perorangan,
aman yang diperbolehkan. Konsentrasi chlor atau serta pola hidup dan makan yang baik. Sedangkan
kaporit yang kurang tepat dapat menyebabkan perilaku sakit adalah tindakan sesorang untuk
kuman atau yang ada didalam kolam tetap hidup, sembuh dari suatu penyakit yang dideritanya
selain itu konsentrasi chlor yang cukup tinggi atau (Notoadmodjo, 2007).
berlebihan juga akan menimbulkan dampak yang Perilaku dapat terwujud dalam bentuk
buruk bagi kesehatan. Zat Kimia Chlor pada air kolam pengetahuan. sikap, dan tindakan. Pengetahuan
renang dapat masuk kedalam tubuh manusia dengan merupakan hasil dari tahu yang terbentuk setelah
melalu inhalasi, ingesti, dermal serta mata seseorang melakukan pengeinderaan terhadap
(Burhanudin, 2015). suatu obyek tertentu yang terbagi dalam beberapa
Di United States, petugas kesehatan tingkatan yaitu tahu, memahami, aplikasi, analisis,
masyarakat melaporkan dari 28 negara bagian sintesis, evaluasi. Sikap merupakan reaksi atau
terdapat 81 tempat rekreasi kolam renang yang respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap
terkait menyebabkan wabah penyakit. Pada tahun suatu stimulus atau objek yang terdiri dari beberapa
2008 diketahui bahwa terdapat hampir 4600 orang tingkatan menerima, menanggapi, menghargai,
mengunjungi unit gawat darurat untuk cedera akibat bertanggung jawab sedangkan tindakan adalah suatu
bahan kimia kolam renang. Cedera yang paling bentuk yang dilaksanakan oleh seseorang setelah
umum di diagnosis adalah keracunan, yang meliputi mengetahui dan menyikapi atas suatu hal atau
konsumsi bahan kimia kolam renang serta menghirup pengalaman yang dialaminya, tingkatan tindakan
uap, asap, atau gas dan iritasi mata (Hlavsa dkk., yaitu praktik secara terpimpim, praktik secara
2014). Zat kimia lain yang juga berpotensi dapat mekanisme dan adopsi (Notoadmodjo, 2007).
menimbulkan gangguan kesehatan adalah kadar Karateristik yang berbeda pada setiap individu
CaCO3. Berdasarkan keterangan pada Material menentukan perbedaan perilaku pula. Penggunaan
Safety Data Sheet, CaCO3 merupakan zat kimia yang kacamata merupakan hal yang penting untuk
memiliki sifat irritant (dapat menyebabkan iritasi pada dilakukan oleh setiap pengguna kolam renang karena
mata dan kulit). Kadar CaCO3 yang terdapat pada air kacamata dapat mengurangi dampak bahaya dari
kolam renang dapat disebabkan oleh sumber baku air paparan zat kimia yang ada pada kolam renang salah
yang digunakan. satunya adalah iritasi mata (Cita dkk, 2013).
Pihak pengelola kolam renang TWS Dry Eyes Syndrome (DES) atau sindroma
menggunakan sumber baku air yang berasal dari mata kering adalah penyakit multifactor akibat
sumur atau air tanah. Menurut BLH (2012) dalam gangguan air mata dan permukaan okuler yang
SLHD (Status Lingkungan Hidup Daerah) Provinsi mengakibatkan gejala ketidaknyamanan, gangguan
Jawa Timur 2010, tingkat kesadahan air tanah di visual, dan ketidakstabilan film air mata, dengan
Bojonegoro menduduki posisi tertinggi setelah 3 potensi kerusakan permukaan okuler. Disertai
kota/kabupaten yang mengandung zat kapur yang dengan peningkatan osmolaritas film air mata dan
tinggi. Derajat kesehatan pengguna kolam ditentukan peradangan permukaan okuler. Dry Eyes Syndrome
oleh faktor lingkungan yang berupa zat kimia yang ditandai dengan beberapa gejala diantaranya adalah
terkandung pada air kolam, selain itu ditentukan pula mata gatal, mata merah, mata seperti terbakar, nyeri,
oleh faktor perilaku. Menurut H.L Blum yang dikutip dan seperti ada pasir, serta gangguan penglihatan
oleh Notoadmojo (2007), derajat kesehatan pandangan kabur dan timbul rasa ketidaknyamanan
dipengaruhi oleh 4 (empat) macam faktor yaitu (DEWS, 2007).
lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan Berdasarkan uraian tersebut kiranya perlu
hereditas. Dari keempat faktor tersebut terdapat dilakukan penelitian untuk menganalisis kualitas
2(dua) faktor yang memiliki pengaruh besar kimia air kolam renang dan hubungan antara
perilaku pengguna kolam dengankejadian Dry Eyes HASIL DAN PEMBAHASAN
Syndrome di Kolam renang TWS, Padangan. Gambaran Umum Kolam Renang TWS
Taman Wisata Sariyo menyediakan 2 kolam
METODE PENELITIAN renang yaitu kolam renang dewasa dan anak-anak.
Jenis penelitian ini merupakan observasional Taman Wisata Sariyo merupakan salah satu wisata
yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara yang berada di Kabupaten Bojonegoro bagian barat
pengamatan secara langsung dan menggunakan tepatnya di Desa Purworejo Kecamatan Padangan.
rancang bangun cross sectional yaitu penelitian yang Kolam renang TWS ini merupakan satu-satunya
dilakukan pada satu waktu. kolam renang umum di kecamatan Padangan dan
Penelitian ini dilakukan di Kolam Renang Taman kecamatan sekitarnya, oleh sebab itu tidak heran
Wisata Sariyo Padangan, Bojonegoro pada bulan mei tempat wisata ini selalu ramai dikunjungi oleh
2017. Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah pengunjung. Jumlah rata-rata pengunjung di TWS
pengguna kolam renang pada 1 kali periode klorinasi pada hari senin-jum’at yaitu sekitar 50-100 orang,
dan berusia antara 16-45 tahun, adapun jumlah sabtu 50-150 orang, dan minggu ≥150 orang. Untuk
populasi berdasarkan data pada bulan sebelumnya tiket masuk Taman Wisata Sariyo pengunjung
yaitu 557 orang. Sampel penelitian diambil dengan dikenakan biaya sebesar Rp. 10.000,00 pada hari
cara systematic random sampling,hal tersebut senin - jum’at dan Rp. 15.000,00 pada hari sabtu,
didasarkan pada jumlah populasi (N) yang tidak pasti minggu atau hari libur nasional. Selain sebagai tujuan
dan tersebar secara uniform (Arimbawati 2013). wisata dan berolahraga kolam renang TWS ini kerap
Jumlah sampel pada penelitian ini yaitu 75 orang kali digunakan untuk pengambilan nilai mata
yang diperoleh menggunakan rumus lemeshow 1977 pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan
dalam Suyatno (2013) untuk penelitian cross Kesehatan oleh beberapa sekolah baik tingkat SD,
sectional yaitu sebagai berikut : SMP maupun SMA.
(Z1-α/2)2 p q N Karakteristik Responden
n= Pada Tabel 1 menunjukkan distribusi frekuensi
d2(N-1) + (Z1-α/2)2 p q mengenai karateristik responden yang terdiri dari
jenis kelamin dan umur. Dari tabel tersebut diketahui
(1,96)2 0,66 (1-0,66) 557 pengguna kolam lebih banyak berjenis kelamin laki-
n= laki atau sebanyak 40 responden (53,3%),
0,12(556) + (1,96)2 0,66 (0,34) sedangkan umur responden menunjukkan bahwa
mayoritas responden atau pengguna kolam berusia
= 74,7 = 75 pada rentang 16-25 tahun yaitu sebanyak 68
responden atau sebesar 90,7%.
Terdapat dua variabel yang akan diteliti yaitu
variabel dependen (terikat) dan variabel independen Tabel 1.
Distribusi Frekuensi Karateristik Responden
(bebas). Adapun variabel dependen (terikat) dalam
penelitian ini adalah kejadian Dry Eyes Syndrome Karateristik Responden F %
pada pengguna kolam renang TWS sedangkan
variabel independen dalam penelitian ini adalah Jenis Kelamin
kadar chlor dan perilaku (tingkat pengetahuan, sikap, Laki-Laki 40 53,3
serta tindakan) pencegahan Dry Eyes Syndrome. Perempuan 35 46,7
Sebelum pengumpulan data, penelitian ini telah lolos ∑ 75 100,0
uji etik (ethical clearance) dan mendapat persetujuan
Umur
oleh Komite Etik Penelitian 16-25 tahun 68 90,7

Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat di


Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas >25-35 tahun 3 4,0
Airlangga Surabaya pada bulan April 2017, dengan >35-45 tahun 4 5,3
No.etik 117-KEPK. Pengumpulan data berupa data
∑ 75 100,0
primer yang diperoleh melalui kuesioner,
pemeriksaan DES dengan menggunakan metode Sumber: (Pertiwi, 2017)
Schrimmer’s Test dan pengukuran kadar sisa Chlor
pada kolam renang yang dilakukan sesaat setelah Pengguna kolam yang mayoritas berusia pada
pengambilan sampel dengan menggunakan Chlor rentang 16-25 tahun atau usia siswa sekolah pada
Test Kit. tingkat SMA.

387
Kadar Chlor dan CaCO3 pula bahwa kadar sisa chlor melebihi batas
maksimum yaitu pada periode ke-2 (setelah
Kadar chlor dan CaCO3 merupakan zat kimia klorinasi), kadar chlor yang tinggi dapat
yang tidak lepas keberadaannya didalam air kolam menyebabkan bau yang pekat pada kolam renang
renang. Kedua zat tersebut dibutuhkan pada air dan dapat membahayakan kesehatan mata (Puetz,
kolam untuk menjaga kondisi dan kualitas air. Namun 2013). Keluhan iritasi mata yang dirasakan oleh
kadar yang tidak sesuai akan membahayakan pengguna kolam setelah berenang dipengaruhi oleh
kesehatan. zat kimia chlor yang terlalu tinggi (Rozanto, 2015).
Pada Tabel 2 diketahui bahwa hanya terdapat Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
1 kali pengukuran yang didapatkan hasil bahwa kadar Departement of Opthalmology Maharashtra, India
chlor pada kolam renang TWS telah memenuhi menyatakan bahwa terdapat hubungan antara
syarat yang telah ditetapkan pada Peraturan Menteri kandungan zat kimia pada kolam dengan kejadian
Kesehatan RI No.416 Tahun 1990 tentang tentang Dry Eyes Syndrome pada perenang. Zat kimia yang
Syarat – Syarat dan Pengawasan Kualitas Air, dimaksud salah satunya ialah kadar sisa chlor. Dr.
sedangkan 2 pengukuran lainnya tidak memenuhi Jeffrey R.H dan Dr. Richard G.G dari Loyola
syarat dengan batas minimum sisa chlor sebesar 0,2 University Medical Center yang dikutip oleh Olsen
mg/l dan batas maksimum sebesar 0,5 mg/l. (2007) melaporkan bahwa 2/3 dari perenang yang
Kolam renang sebagai tempat berkumpulnya terpapar zat chlor dari air kolam renang mengalami
orang untuk melakukan aktivitas atau kegiatan pembengkakan kornea dan beberapa mengalami
olahraga di dalam air maka pengawasan dan erosi kornea. Menurut Jacobs et al (2016) iritasi mata
pengelolaan pada kolam renang sangat penting yang terjadi pada pengguna kolam renang tidak
untuk dilakukan. Salah satu maintainance yang hanya disebabkan oleh kadar chlor yang tinggi pada
dilakukan oleh pihak pengelola kolam renang TWS kolam renang melainkan disebabkan 4 faktor yaitu
adalah dengan desinfeksi atau pemberian zat chlor disebakan oleh chloramine (hasil gabungan dari
pada air kolam. Chlor merupakan zat kimia yang chlorine yang telah bereaksi dengan zat organic yang
sangat reaktif digunakan untuk desinfeksi guna untuk ada pada air), ketidakseimbangan air yang meliputi
membunuh bakteri dan kuman yang ada pada air temperatur air, pH, kesadahan dan alkalinitas.
(Puetz, 2013). Namun untuk membunuh kuman yang Faktor ketiga ialah kondisi fisiologis perenang
ada pada air kolam renang. Kinerja chlor dipengaruhi dan faktor keempat yaitu lingkungan yang meliputi
oleh pH dan waktu kontak chlor (Nemery dkk, 2002). kecepatan angin dan sinar matahari. Berdasarkan
Pada Tabel 2 diketahui pemeriksaan periode ke- pemeriksaan kualitas air untuk parameter kadar
1 menunjukkan kadar sisa chlor yang rendah yaitu CaCO3 yang dilakukan pada 3 periode dengan
dibawah 0,2 mg/l, kadar Chlor yang rendah dapat mengirimkan sampel di laboratorium PPSDM Migas
mengakibatkan proses desinfeksi tidak berjalan Cepu menunjukkan bahwa hanya 1 kali pengukuran
dengan baik sehingga tidak dapat membunuh bakteri kadar CaCO3 (Kesadahan) pada air kolam renang
atau kuman yang pada air kolam renang selain itu TWS yang memenuhi syarat sesuai pada Peraturan
hasil pemeriksaan menunjukkan Menteri Kesehatan RI No.416.

Tabel.2
Hasil Pengukuran Kadar sisa Chlor pada kolam renang
Parameter Yang Diukur
Pengukuran Chlor Kesadahan (CaCO3)

Ke- Hasil Keterangan berdasarkan Hasil Keterangan berdasarkan


Pengukuran Permenkes No.416 Th Pengukuran Permenkes No.416 Th
Rata-Rata 1990 (0,2 -0,5 mg/l) Rata-Rata 1990 (50-500 mg/l)

1 < 0,2 mg/l Tidak memenuhi syarat 285,3 mg/l Memenuhi syarat
(sebelum Chlorinasi) (Kurang dari
5 Mei 2017 0,2)
2 >3,0 mg/l Tidak memenuhi syarat 674,01 mg/l Tidak memenuhi syarat
(2 hari setelah (Lebih dari
Chlorinasi) 3,0)
9 Mei 2017
3 0,2 mg/l Memenuhi syarat 958,845 mg/l Tidak memenuhi syarat
(waktu pertengahan
dalam 1 periode
Chlorinasi)
14 Mei 2017
Sumber: (Pertiwi, 2017)
Tahun 1990 yaitu dengan batas minimal mengalami Dry Eyes Syndrome lebih banyak
sebesar 50 mg/l dan batas maksimum sebesar 500 persentasenya daripada responden dengan
mg/l sedangkan 2 kali pengukuran lainnya yaitu kategori mata normal.
periode setelah chlorinasi dan periode pertengahan Kesadahan merupakan istilah yang digunakan
menunjukkan hasil pengukuran rata-rata melebihi untuk air yang mengandung kation penyebab
batas yang diperbolehkan. Kesadahan merupakan kesadahan. Pada umumnya kesadahan disebabkan
istilah yang digunakan untuk air yang mengandung oleh adanya logam-logam atau kation-kation yang
kation penyebab kesadahan. Pada umumnya bervalensi 2, Kesadahan (kadar CaCO3) yang tidak
kesadahan disebabkan oleh adanya logam-logam sesuai pada air kolam renang dapat menganggu
atau kation-kation yang bervalensi 2, Kesadahan keseimbangan kualitas air kolam dan dapat
(kadar CaCO3) yang tidak sesuai pada air kolam mengakibatkan gangguan kesehatan apabila kontak
renang dapat menganggu keseimbangan kualitas air dengan tubuh secara langsung baik seperti Fe, Sr,
kolam dan dapat mengakibatkan gangguan Mn, Ca dan Mg namun penyebab utama dari
kesehatan apabila kontak dengan tubuh secara kesadahan adalah Kalsium dan Magnesium. Kalsium
langsung baik seperti Fe, Sr, Mn, Ca dan Mg namun dalam air yang mempunyai kemungkinan
penyebab utama dari kesadahan adalah Kalsium dan bersenyawa dengan bikarbonat, sulfat, khlorid dan
Magnesium. Kalsium dalam air yang mempunyai nitrat. Sedangkan magnesium terdapat dalam air
kemungkinan bersenyawa dengan bikarbonat, sulfat, kemungkinan bersenyawa dengan bikarbonat, sulfat
khlorid dan nitrat. Sedangkan magnesium terdapat dan khlorida (Said dkk, 2008).
dalam air kemungkinan bersenyawa dengan CaCO3 merupakan zat kimia yang memiliki sifat
bikarbonat, sulfat dan khlorida (Said dkk, 2008). kimia iritan yang dapat menyebakan iritasi mata dan
CaCO3 merupakan zat kimia yang memiliki sifat kulit apabila paparan yang diterima melebihi ambang
kimia iritan yang dapat menyebakan iritasi mata dan batas oleh sebab itu pemantauan kadar CaCO3 perlu
kulit apabila paparan yang diterima melebihi ambang dilakukan secara rutin oleh pihak pengelola dengan
batas oleh sebab itu pemantauan kadar CaCO3 perlu melakukan pelunakan kesadahan agar tidak melebihi
dilakukan secara rutin oleh pihak pengelola dengan atau tetap berada pada batas yang diperbolehkan.
melakukan pelunakan kesadahan agar tidak melebihi Menurut Marsidi (2001) pelunakan kesadahan pada
atau tetap berada pada batas yang diperbolehkan. air merupakan suatu proses untuk menghilangkan
Menurut Marsidi (2001) pelunakan kesadahan pada atau mengurangi kandungan kation Ca2+ dan Mg2+
air merupakan suatu proses untuk menghilangkan dari dalam air yaitu diantaranya dengan proses
atau mengurangi kandungan kation Ca2+ dan Mg2+ pemanasan, proses pengendapan kimia, dan atau
dari dalam air yaitu diantaranya dengan proses pertukaran ion (ion exchange).
pemanasan, proses pengendapan kimia, dan atau Hasil Pemeriksaan Dry Eyes Syndrome
pertukaran ion (ion exchange).
Dalam penelitian ini dilakukan pemeriksaan
Hasil Pemeriksaan Dry Eyes Syndrome kadar air mata untuk mengetahui kejadian Dry Eyes
Dalam penelitian ini dilakukan pemeriksaan Syndrome pada pengguna kolam renang. dinding
kadar air mata untuk mengetahui kejadian Dry Eyes maupun lantai dasar kolam (Adriana, 2016). melalui
Syndrome pada pengguna kolam renang. dinding ingesti, absorbsi, inhalasi, dermal, serta mata.
maupun lantai dasar kolam (Adriana, 2016). melalui Kesadahan pada air kolam renang yang rendah akan
ingesti, absorbsi, inhalasi, dermal, serta mata. meningkatkan korosi sedangkan kesadahan yang
Kesadahan pada air kolam renang yang rendah akan terlalu tinggi akan membuat air kolam renang cepat
meningkatkan korosi sedangkan kesadahan yang keruh dan timbul kerak. Pada Tabel 3 dapat diketahui
terlalu tinggi akan membuat air kolam renang cepat bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakuka
keruh dan timbul kerak pada Pada Tabel 3 dapat oleh tenaga medis dengan menggunakan metode
diketahui bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan Schirmer Test’s didapatkan hasil terdapat 44
yang dilakuka oleh tenaga medis dengan responden atau sebanyak 58,7 % yang mengalami
menggunakan metode Schirmer Test’s didapatkan Dry Eyes Syndrome dengan hasil pembasahan air
hasil terdapat 44 responden atau sebanyak 58,7 % mata pada strip yaitu ≤ 15 mm sedangkan responden
yang mengalami Dry Eyes Syndrome dengan hasil yang memiliki kadar pembasahan air mata yang
pembasahan air mata pada strip yaitu ≤ 15 mm normal yaitu sejumlah
sedangkan responden yang memiliki kadar 31 responden atau 41,3%. Hal tersebut
pembasahan air mata yang normal yaitu sejumlah menunjukkan bahwa responden yang mengalami
31 responden atau 41,3%.Hal tersebut Dry Eyes Syndrome lebih banyak persentasenya
menunjukkan bahwa responden yang daripada responden dengan kategori mata normal.

389
Tabel 3. Analisis pada data hasil penelitian mengenai
Distribusi Frekuensi Hasil Pemeriksaan DES pada hubungan antar tingkat pengetahuan dengan
Pengguna Kolam Renang TWS Mei 2017 kejadian Dry Eyes Syndrome membuktikan bahwa
Dry Eyes Syndrome f % terdapat hubungan yang signifikan antara kedua
variabel ini dengan nilai p =0, 037 (p-value <0,05).
Mata Normal 31 41,3
Sejalan dengan penelitian yang juga berkaitan
Dry Eyes Syndrome 44 58,7 dengan kesehatan mata yaitu penelitian yang
∑ 75 100,0 dilakukan oleh Maloring dkk (2014) yaitu
menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara
Sumber: (Pertiwi, 2017) pengetahuan dengan kepatuhan keperawatan pasien
post operasi katarak di Balai Kesehatan Mata
Dry Eyes Syndrome dapat disebabkan oleh dengan nilai p=0,00.
faktor external maupun faktor internal dari individu itu Pengetahuan sesorang akan berpengaruh
sendiri. Faktor external yaitu meliputi kelembaban terhadap kesadaran dan tindakan atau aktivitas yang
dan suhu lingkungan, aktivitas kerja, maupun dilakukan untuk menjaga kesehatan tubuhnya.
pajanan kimia yang masuk melalui dermal atau mata Semakin berada pada tingkatan pengetahuan yang
sedangkan faktor internal yaitu meliputi frekuensi paling tinggi maka dapat berdampak pada semakin
kedipan mata seseorang semakin sedikit dapat tingginya pula upaya yang dilakukan untuk mencegah
beresiko Dry Eyes, serta peran hormone seksualitas penyakit.Dalam upaya untuk mengurangi paparan zat
misalnya kurangnya hormone androgen yang kimia yang berbahaya pada kolam renang dapat
diakibatkan oleh pertambahan usia atau penuaan. melakukan 5 cara diantaranya pemakaian kacamata
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh renang, menggunakan obat tetes mata, gel air mata,
Bhatnagar et al (2015) menyatakan bahwa terdapat dan konsumsi air yang cukup agar tidak mengalami
hubungan antara aktivitas renang dengan kejadian dehidrasi. Sejalan pula dengan penelitian yang
Dry Eyes Syndrome dengan hasil uji Chi-Square dilakukan oleh Wagh, et al (2012) bahwa
diperoleh nilai p=0,001. penggunaan kacamata renang dapat memberi
keuntungan pada perenang yaitu melindungi mata
Hubungan Perilaku Dengan Kejadian Dry Eyes untuk menjaga kelembabab dan meminimalkan
Syndrome. penguapan air mata yang dapat menyebabkan Dry
Pada sub bab sebelumnya telah dijelaskan Eyes Syndrome.
bahwa selain dari faktor lingkungan, faktor yang Tingkatan atau tahapan paling tinggi pada
diteliti pada penelitian ini adalah faktor perilaku yang pengetahuan yaitu kemampuan evaluasi atau
terdiri dari pengetahuan, sikap, dan tindakan terkait kemampuan seseorang untuk melakukan penilaian
upaya pencegahan Dry Eyes Syndrome yang terhadap obyek tertentu. Pada penelitian ini
diasumsikan memiliki korelasi terhadap terjadinya responden masih pada tahap “tahu” merujuk
DES pada pengguna kolam. Berdasarkan hasil berdasarkan data yang diperoleh maka oleh sebab itu
tabulasi silang pada tabel 4, dapat diketahui bahwa perlu adanya peningkatan pengetahuan pengguna
terdapat 20 responden yang mengalami Dry Eyes kolam, dimana lebih bertujuan untuk menumbuhkan
Syndrome dengan tingkat pengetahuan yang cukup. kesadaran dalam diri tiap individu akan pentingnya
Hanya sebagian kecil yang memiliki pengetahuan upaya perlindungan tubuh. Pengguna kolam dapat
yang kurang yaitu sebanyak 13 responden dan 8 termotivasi untuk menerapkan strategi pencegahan
diantaranya positif mengalami Dry Eyes Syndrome. jika mereka mengetahui risiko dan mengetahui
Responden yang memiliki pengetahuan kurang penyebabnya (Galle et al, 2016).
dikarenakan tidak tahu mengenai apa yang dimaksud
dengan DES, ciri atau tanda klinis serta tidak
mengetahui bahaya zat kimia yang ada pada air
kolam renang.

Tabel 4.
Tabulasi Silang Tingkat Pengetahuan Tentang Upaya Pencegahan DES Dengan Kejadian Dry Eyes Syndrome

Hasil Pemeriksaan DES


Tingkat Pengetahuan Mata Normal Dry Eyes Syndrome ∑
(>15 mm) (<15mm)

F % F % F %
Baik 20 55,6 16 44,4 36 100,0
Cukup 6 26,9 20 76,9 26 100,0
Kurang 5 38,5 8 61,5 13 100,0
∑ 33 41,3 46 58,7 75 100,0
Sumber: (Pertiwi, 2017)
Tabel 5.
Tabulasi Silang Tingkat Sikap Terhadap Upaya Pencegahan DES Dengan Kejadian Dry Eyes Syndrome
Hasil Pemeriksaan DES
Mata Normal Dry Eyes Syndrome
Tingkat Sikap (>15 mm) (<15mm) ∑

F % F % F %
Baik 25 41,7 35 58,3 63 100,0
Cukup 6 40,0 9 60,0 16 100,0
∑ 31 41,3 44 58,7 75 100,0
Sumber: (Pertiwi, 2017)

Tabel 6.
Tabulasi Silang Tindakan Pencegahan DES Dengan Kejadian Dry Eyes Syndrome

Hasil Pemeriksaan DES


Tindakan Mata Normal Dry Eyes Syndrome ∑
(>15 mm) (<15mm)

F % F % F %
Baik 9 75,0 3 25,0 12 100,0
Cukup 15 34,1 29 65,9 44 100,0
Kurang 7 36,8 12 63,2 19 100,0
∑ 31 41,3 44 58,7 75 100,0
Sumber: (Pertiwi, 2017)

Tabel 7.
Distribusi Frekuensi Tindakan Pengguna Kolam Renang TWS Padangan, Bojonegoro

Uraian Tindakan Ya Tidak ∑


f % f % f %
Selalu menyiapkan peralatan renang sebelum berenang 18 24,0 57 76,0 75 100,0
khusunya kacamata renang
Memakai kacamata renang 10 13,3 65 86,7 75 100,0
Memakai kacamata renang yang tepat sesuai bentuk dan 9 12,0 66 88,0 75 100,0
ukuran mata
Berenang lebih dari 1 jam tanpa menggunakan kacamata 59 78,7 16 21,3 75 100,0
renang
Memastikan kolam renang tidak keruh sebelum berenang 62 82,7 13 17,3 75 100,0
Memastikan tidak mencium bau zat kimia yang pekat 54 72,0 21 28,0 75 100,0
berasal dari kolam renang sebelum berenang
Memerhatikan dan menerapkan pesan atau himbauan 65 86,7 10 13,3 75 100,0
tentang kesehatan dilingkungan sekitar kolam

Sumber: (Pertiwi, 2017)

Variabel selanjutnya yang diteliti adalah sikap, Hasil analisis yang diperoleh dari uji Chi-
sebagian besar responden memiliki sikap yang baik Square didapatkan nilai p = 1,0 (p-value >0,05),
terkait upaya pencegahan DES yaitu sebanyak 63 sehingga tidak terdapat hubungan yang signifikan
orang dan tidak ada satu responden pun yang antara sikap dan kejadian DES atau dapat diartikan
memiliki tingkat sikap yang kurang atau rendah bahwa sikap yang baik tidak menentukan seorang
terhadap upaya pencegahan DES. Berdasarkan hasil responden tidak mengalami Dry Eyes Syndrome
tabulasi silang pada tabel 5 diketahui bahwa terdapat dikarenakan bahwa sikap responden dianggap masih
35 responden yang mengalami Dry Eyes Syndrome pada tahap paling rendah yaitu “receiving atau
memiliki tingkat sikap yang baik (46,3%) sedangkan menerima”. Untuk sub-variabel tindakan diketahui
9 responden lainnya juga positif mengalami DES bahwa masih sangat sedikit responden yang memiliki
dengan memiliki tingkat sikap yang cukup. tindakan yang baik terkait upaya pencegahan Dry
Eyes Syndrome yaitu sebanyak 12

391
responden. Hasil analisis mengenai hubungan antara akan pentingnya melakukan intervensi agar terhindar
tindakan dengan kejadian DES dari bahaya yang dapat mengakibatkan gangguan
menggunakan uji Chi-Square membuktikan bahwa kesehatan.
terdapat hubungan yang signifikan antara kedua Menurut Galle et al (2016) promosi kesehatan
variabel ini dengan nilai p= 0,035 (p-value<0,05). Dari yang disediakan oleh pengelola di sekitar kolam
hasil tersebut diketahui bahwa terdapat hubungan renang dapat meminimalkan perilaku pengguna
yang signifikan antara tindakan pencegahan DES kolam yang tidak sehat. Perilaku pengguna dapat
dan kejadian DES. Menurut Boyd (2016) tanpa dikatakan baik apabila memiliki kesadaran yang
adanya suatu perlindungan pada lapisan air mata tinggi akan risiko yang dapat membahayakan
dapat berpengaruh terhadap kualitas kesehatan kesehatan. Hygiene perorangan juga sangat
mata, hal tersebut dikarenakan paparan zat kimia berpengaruh untuk meminimalkan penyebaran
serta bakteri pada kolam renang sehingga dapat mikroorganisme dan efek zat kimia DBPs
mengakibatkan gejala mata merah, gatal, terasa (Disinfection By Products) atau risiko kimia yang
berpasir dan terkait dengan reaksi antara produk yang digunakan
Pada Tabel 7 dijelaskan mengenai uraian untuk desinfeksi dengan bahan organik yang
distribusi frekuensi masing-masing tindakan dan dilepaskan oleh pengguna kolam seperti keringat, air
diketahui bahwa hanya terdapat sebagian kecil liur, kosmetik, air kencing dan lain sebagainya.
responden yang memakai kacamata renang saat
berenang yaitu sebanyak 10 responden atau sebesar SIMPULAN DAN SARAN
13,3% sedangkan sebagian besar tidak memakai Kualitas air kolam renang untuk parameter sisa
kacamata renang sehingga dapat diketahui bahwa chlor dan kadar CaCO3 sebagian belum memenuhi
kesadaran responden dalam upaya mencegah Dry syarat yang sesuai dengan Peraturan Menteri
Eyes Syndrome masih rendah. Pemakaian kacamata Kesehatan No.416 Tahun 1990. Terdapat kadar sisa
renang sesuai bentuk dan ukuran mata sangat Chlor yang kurang dari batas minimun dan ada pula
penting untuk diperhatikan, karena ukuran yang tidak yang melebihi batas maksimum selain itu kadar
sesuai dapat menganggu kenyamanan saat CaCO3 juga menunjukkan angka yang melebihi batas
berenang serta dapat mengakibatkan mata tidak yang diperbolehkan pada 2 kali pengukuran.
terlindungi secara sempurna. Hasil Penelitian menunjukkan terdapat 44
Pada hasil penelitian menunjukkan terdapat 9 pengguna kolam renang yang mengalami Dry Eyes
orang atau sebesar 12,0% yang memakai kacamata Syndrome berdasarkan hasil pemeriksaan dengan
renang yang tepat sesuai ukuran dan bentuk mata. menggunakan metode Schrimer’s Test atau
Sebagian besar responden yaitu sebanyak 59 sebanyak 58,7 %. Berdasarkan uji Chi-Square
responden (78,7%) telah berenang selama lebih dari didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang
1 jam tanpa menggunakan kacamata renang. Durasi bermakna antara pengetahuan serta tindakan
paparan yang lama dapat berpengaruh terhadap dengan kejadian DES. Disarankan Dinas Kesehatan
seberapa lama tubuh kontak dengan paparan. serta Dinas Lingkungan Hidup setempat untuk
Paparan yang lama terhadap chemical hazard di melakukan monitoring kepada pengelola kolam
kolam renang berpotensi mempengaruhi derajat renang agar melaporkan secara rutin mengenai
kesehatan pada pengguna kolam renang itu sendiri. kualitas air kolam dan memberikan peringatan
Responden mayoritas telah memastikan kondisi apabila kualitas tidak sesuai dengan batas yang
fisik kualitas air kolam yang tidak keruh sebelum diperbolehkan sesuai pada peraturan yang telah
memutuskan untuk berenang yaitu sebanyak 62 ditetapkan.
responden atau sebanyak 82,7%, sebanyak 54 orang Pihak pengelola kolam renang disarankan untuk
atau sebesar 72,0% responden telah memastikan melakukan pengawasan dan pengelolaan air kolam
tidak mencium bau zat kimia yang pekat berasal dari renang dengan tepat. Pengelolaan dilakukan dengan
kolam renang sebelum berenang, serta mayoritas cara memberikan dosis atau takaran kaporit untuk
responden memiliki kepedulian terhadap himbauan desinfeksi yang sesuai dengan batas yang
atau promosi kesehatan yang ada di lingkungan diperbolehkan dan pengawasan dapat dilakukan
sekitar kolam yaitu sebanyak 65 responden atau dengan rutin memeriksakan secara berkala kualitas
86,7% namun berdasarkan pengamatan peneliti air kolam renang, selain itu pengelola kolam dapat
hanya saja himbauan yang tersedia disekitar kolam memberikan informasi atau himbauan kepada
fokus pada tata tertib renang dan kebersihan. pengguna kolam terkait perilaku yang baik agar
Pihak pengelola perlu menambahkan himbauan terhindar dari kejadian Dry Eyes Syndrome seperti
atau pesan kesehatan terkait upaya perlindungan pentingnya pemakaian kacamata renang pada saat
atau pencegahan kejadian Dry Eyes Syndrome yang berenang.
dapat dilakukan oleh pengguna kolam di sekitar
kolam renangn serta perlu didukung dengan DAFTAR PUSTAKA
kesadaran dari pengguna kolam itu sendiri
Adriana. (2016). Analisis Kualitas Air Kolam Renang
Indoor dan Outdoor Depok Sport Center Dan Tirta
Sari Di Kabupaten Sleman Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Ketentuan-Ketentuan Peraturan Menteri Nomor 416 Tahun 1990 tentang Syarat – Syarat
Kesehatan RI No 416/MENKES/PER/IX/1990. Dan Pengawasan Kualitas Air.
Skripsi. Universitas Sanata Dharma Pertiwi, ED. (2017). Kadar CaCO3 Dan Chlor, Serta
Arimbawati, Nur LYD. (2013). Kualitas Air dan Keluhan Hubungan Perilaku Pengguna Kolam Dengan
Iritasi Mata Pada Pengguna Kolam Renang Tirta Kejadian Dry Eyes Syndrome Di Kolam Renang
Wisata Kabupaten Jombang. Skripsi. Universitas TWS Kecamatan Padangan, Bojonegoro. Skripsi.
Airlangga Universitas Airlangga.
Bhatnagar KR., Sonali P., Sudeep P., Dhiraj D. (2015). Puetz, John D. (2013). Swimming Pool Water
Validity Of Subjective Assessment As Screening Chemistry. Tersedia di
Tool For Dry Eye Disease And Its Association https://apsp.org/Portals/0/PDFs/Advantis%20Pool
With Clinical Tests . International Journal of %20Chemistry%20Book%20-%20ENGLISH.pdf .
Ophtalmology vol 8 [no.1] :174-181. Tersedia di Diakses pada 31Mei 2017
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC43 Maloring, N., Adeleida K., Franly, O. (2014). Hubungan
25263/pdf/ijo-08-01-174.pdf . Diakses pada 12 Pengetahuan Dan Sikap Dengan
januari 2017 Kepatuhanperawatan Pada Pasien Post Operasi
Boyd, Kierstan. (2016). What You Should Know About Katarak Di Balai Kesehatan Mata Masyarakat
Swimming and Your Eyes. Tersedia di Sulawesi Utara. Jurnal Keperawatan Vol.2( 2).
https://www.aao.org/eye-health/tips- Tersedia di
prevention/swimming-contacts-your-eyes . https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/vi
Diakses pada 6 Juni 2017. ew/5252/4765. Diakses pada 8 Juni 2017
BLH Provinsi Jawa Timur. (2012). Laporan Status Marsidi, R. (2001). Zeolit Untuk Mengurangi Kesadahan
Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jawa Timur Air. Tersedia di
2010. http://kelair.bppt.go.id/Jtl/2001/vol2-1/01zeolit.pdf
Burhanudin, Ibnu. (2015). Analisis Klorin Terhadap . Diakses pada 19 Juli 2017
Keluhan Iritasi Mata Pada Pengguna Kolam Nemery,B., Hoet, P.H.M..,dan Nowak, D. (2002). Indoor
Renang Pemerintah Di Jakarta Selatan 2015. Swimming Pools, Water Chlorination And
Skripsi. Tersedia di Respiratory Health. Journal of European and
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123 Respiratory Vol. 19.
456789/28905/1/IBNU%20BURHANUDIN- Notoatmodjo, Soekidjo. (2007). Perilaku Kesehatan dan
Ilmu Perilaku. Jakarta: PT Rineka Cipta
FKIK.pdf. Diakses pada 20 September 2016
Olsen, Kevin. (2007). Clear Waters And A Green Gas:
Cita, DW., Adriyani R. (2013). Kualitas Air Dan Keluhan
Kesehatan Pengguna Kolam Renang Di Sidoarjo. A History Of Chlorine As A Swimming Pool
Jurnal Kesehatan Lingkungan Vo.7 , No.1. Sanitizer In The United States. Journal Bull. Hist.
DEWS. (2007). The Definition and Classification of Dry Chem Vol 32[2]. Tersedia di
Eye Disesase. Journal of Review Linking http://www.scs.illinois.edu/~mainzv/HIST/bulletin_
Laboratory Science, Clinical Science and Clinical open_access/v32-2/v32-2%20p129-140.pdf .
Practice Vol 5[no 2]. Tersedia di
Diakses pada 15 Juli 2017
http://www.tearfilm.org/dewsreport/pdfs/TOS-
0502-DEWS-noAds.pdf . Diakses pada 12 januari Rozanto, NE. (2015). Tinjauan Kondisi Sanitasi
2017. Lingkungan Kolam Renang, Kadar Sisa Khlor, Dan
Galle, F., Laura D., Manfredo M., Valeria DO., et al. Keluhan Iritasi Mata Pada Perenang Di Kolam
(2016). Health-Related Behaviors in Swimming Renang Umum Kota Semarang Tahun 2015.
Pool Users: Influence of Knowledge of Regulations Skripsi.
and Awareness of Health Risks. International Said, NI., Ruliasih. (2008). Penghilangan Kesadahan
Journal of Environment Research and Public Dalam Air. Tersedia di
Health Vol 13. http://www.kelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuAirMinu
Hlavsa, MC., Virginia AR., Amy MK., Elizabeth DH. m/BAB9SADAH.pdf. Diaksespada 18Juni2017.
(2014). Recreational Water-Associated Disease Suyatno. 2013. Menghitung Besar Sampel Penelitian
Outbreaks United States, 2009-2010. Morbidity Kesehatan Masyarakat. Tersedia di
and Mortality Weekly Report Vol 63 (1). Tersedia di http://www.slideshare.net/tobrono/menghitung-
https://www.cdc.gov/mmwr/pdf/wk/mm6301.pdf. besarsampelpenelitian. Diakses pada 15 Januari
Diakses pada 26 Juli 2017 2016
Jacobs, JH. GBGJ Van Rooy, C Mellesfte, VAC Zaat, Wagh, Vijay D., Apar DU., Surana SJ. (2012). Drug
JM Rooyackers, D Heederlk. (2007). Exposure to Delivery And Pharmacotherapy For Dry Eye
tricloramine and respiratory symptoms in indoor Disease. International Journal of Pharmacy and
swimming pool workers. Europe Respiratorut Pharmaceutical Sciences Vol 4. Tersedia
Journal Vol 29 (4). Tersedia di dihttp://www.ijppsjournal.com/Vol4Issue2/3506.pd
http://erj.ersjournals.com/content/erj/29/4/690.full. f.
pdf. Diakses pada 26 Juli 2017

393
RANGKUMAN JURNAL

A. Jurnal I : Analisa kandungan nitrat dan nitrit dalam air minum isi ulang menggunakan
metode spektrofotometri UV-Vis

Jurnal Penelitian tentang analisa kandungan nitrat dan nitrit dalam air minum isi ulang
menggunakan metode spektrofotometri Uv-Vis bertujuan untuk mengetahui konsentrasi senyawa nitrat
dan nitrit dalam sampel air minum isi ulang yang diproduksi Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) yang
berada di 5 (lima) lokasi di Kecamatan Seberang Ulu II Kota Palembang. Penelitian ini menggunakan
metodesurvey yang bersifat deskriptif untuk mendapatkan gambaran tentang kualitas air minum dengan
parameter kandungan senyawa nitrat dan nitrit. Penentuan konsentrasi nitrat dan nitrit dilaksanakan di
Laboratorium BTKLPP (Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit) Provinsi
Sumatera Selatan.
Air minum adalah air yang digunakan untuk konsumsi manusia. Menurut Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, syarat-syarat air minum antara lain tidak berasa, tidak
berbau,tidak berwarna, tidak mengandung logam-logam berat dan senyawa-senyawa kimia yang
sangat beresiko terhadap kesehatan seperti nitrat dan nitrit. Walaupun air dari sumber alam dapat
diminum oleh manusia, namun terdapat resiko bahwa air ini telah tercemar oleh bakteri atau zat-
zat berbahaya.
Industrialisasi dalam penyediaan air minum tumbuh untuk dapat memenuhi kebutuhan
air bagi masyarakat. Selain itu, didukung pula dengan adanya beberapa sumber air pegunungan
di beberapa daerah. Air minum dalam kemasan (AMDK) menjadi alternatif lain sebagai salah
satu sumber air minum, tetapi AMDK hanya dikonsumsi masyarakat tingkat ekonomi menengah
keatas dikarenakan harga yang relatif mahal. Hal tersebut menjadikan air sebagai benda ekonomi
yang mahal sehingga masyarakat mencari cara lain untuk memperoleh air yang layak untuk
dikonsumsi, yaitu air minum dari depot air minum isi ulang dengan harga yang lebih murah
Menurut Badan Standardisasi Nasional air minum isi ulang menggunakan beberapa proses
penyaringan, diantaranya penggunaan filter dan sinar ultra violet (UV), Reverse Osmosis (RO),
Hexagonal, dan Ozonisasi. Namun tidak semua depot air minum isi ulang (DAMIU) dikelola
dengan baik sesuai persyaratan PERMENKES nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang
persyaratan kualitas air minum baik parameter fisika, kimia maupun biologi.
Parameter kimia adalah parameter yang sangat penting untuk menentukan air tersebut
dikatakan baik atau tidak. Parameter kimia meliputi Dissolved Oxygen (DO), pH, amoniak,
sulfat, kesadahan, logam, maupun senyawa nitrat dan nitrit Nitrit merupakan bentuk nitrogen
yang hanya sebagian teroksidasi. Nitrit tidak ditemukan dalam air limbah yang segar, melainkan
dalam limbah yang sudah basi atau lama. Nitrit tidak dapat bertahan lama dan merupakan
keadaan sementara proses oksidasi antara amoniak dan nitrat. Nitrit bersumber dari bahan- bahan
yang bersifat korosif dan banyak dipergunakan di pabrik-pabrik. Nitrit tidak tetap dan dapat
berubah menjadi amoniak atau dioksidasi menjadi nitrat.
Dalam Peraturan Pemerintah No.20/1990 dan Permenkes No.416/l990 tentang
Pengendalian Air disebutkan bahwa kadar maksimum yang diperkenankan ada dalam air minum
masing-masing untuk nitrat dan nitrit adalah 10 mg/L dan 1 mg/L sedangkan pada Peraturan
Pemerintah No 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air menyebutkan syarat maksimal
untuk beban nitrit pada air adalah 0, 06 mg/L.
Sehubungan dengan hal di atas perlu dilakukan penelitian tentang kualitas air minum isi
ulang yang diproduksi oleh beberapa depot yang berada di Kecamatan Seberang Ulu II Kota
Palembang berdasarkan parameter senyawa nitrat dan nitrit menggunakan metode
Spektrofotomeri UV-Vis.

B. Jurnal II : Kualitas kimia air kolam dan hubungan perilaku pengguna kolam terhadap
kejadian dry eyes syndrome di kolam renang TWS Padangan Bojonegoro.

Jurnal penelitian tentang kualitas kimia air kolam dan hubungan perilaku pengguna kolam
terhadap kejadian dry eyes syndrome di kolam renang TWS Padangan Bojonegoro bertujuan
untuk menganalisis kualitas kimia air kolam renang serta perilaku pengguna kolam terhadap
kejadian Dry Eyes Syndrome. Jenis penelitian ini adalah observasional dengan desain studi cross
sectional.
Renang merupakan salah satu cabang olahraga yang cukup diminati pada dewasa ini.
Renang untuk sebagian orang adalah suatu kebutuhan khusus yang perlu dilakukan untuk
meningkatkan mood atau menghilangkan rasa jenuh dan bosan terhadap aktivitas keseharian
yang telah dijalani. Banyak dampak positif bagi tubuh yang dapat dirasakan oleh tubuh, namun
selain dampak positif terdapat pula dampak negatif yang dapat timbul sehingga perlu diwaspadai
dan dilakukannya upaya pencegahan agar tidak menganggu kesehatan tubuh. Bahaya saat renang
dapat disebabkan oleh kualitas air kolam renang yang kontak secara langsung dengan tubuh dan
juga perilaku pengguna kolam renang yang kurang tepat. Kualitas air kolam harus memenuhi
syarat yang layak agar tidak membahayakan perenang atau pengguna kolam sesuai dengan
Peraturan Menteri Kesehatan RI No.416 Tahun 1990 tentang Syarat – Syarat dan Pengawasan
Kualitas Air.
Kolam renang sebagai tempat berkumpulnya orang untuk melakukan aktivitas atau
kegiatan olahraga di dalam air maka pengawasan dan pengelolaan pada kolam renang sangat
penting untuk dilakukan. Salah satu maintainance yang dilakukan oleh pihak pengelola kolam
renang TWS adalah dengan desinfeksi atau pemberian zat Chlor pada air kolam. Chlor
merupakan zat kimia yang sangat reaktif digunakan untuk desinfeksi guna untuk membunuh
bakteri dan kuman yang ada pada air.
Upaya pengelolaan dan pengawasan terhadap kualitas air kolam renang perlu menjadi
perhatian khusus. Kolam renang Taman Wisata Sariyo (TWS) Kecamatan Padangan Bojonegoro
merupakan salah satu kolam renang yang melakukan pengelolaan dan pengawasan dengan cara
desinfeksi. Proses desinfeksi yang biasa dilakukan yaitu dengan metode chlorinasi. Chlorinasi
merupakan salah satu metode yang digunakan dengan cara membubuhkan chlorine powder atau
yang biasa disebut dengan kaporit guna membunuh kuman maupun bakteri yang ada didalam air
kolam renang. Penggunaan kaporit harus diperhatikan dengan baik agar sesuai dengan batas
aman yang diperbolehkan. Konsentrasi Chlor atau kaporit yang kurang tepat dapat menyebabkan
kuman atau yang ada didalam kolam tetap hidup, selain itu konsentrasi Chlor yang cukup tinggi
atau berlebihan juga akan menimbulkan dampak yang buruk bagi kesehatan. Zat Kimia Chlor
pada air kolam renang dapat masuk kedalam tubuh manusia dengan melalu inhalasi, ingesti,
dermal serta mata.

395
METODE PEMERIKSAAN

A. Jurnal I : Analisa kandungan nitrat dan nitrit dalam air minum isi ulang menggunakan
metode spektrofotometri UV-Vis

Penelitian ini menggunakan metode survey yang bersifat deskriptif untuk mendapatkan
gambaran tentang kualitas air minum dengan parameter kandungan senyawa nitrat dan nitrit.
Penentuan konsentrasi nitrat dan nitrit dilaksanakan di Laboratorium BTKLPP (Balai Teknik
Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit) Provinsi Sumatera Selatan. Alat yang
digunakan dalam penelitian Spektrofotometri UV- Vis Shimatzu 1800, timbangan analitik
Metler Toledo, water bath, alat-alat gelas di laboratorium. Bahan yang digunakan meliputi,
natriun nitrit, kalium nitrat, asam sulfanilat, asam klorida, N-(1-naftil etilendiamin
dihidroklorida, glisin, natrium hidroksida, naftil etilendiamin dihidroklorida.
Penetapan kadar nitrit : Sebanyak 3 mL sampel dan 2 mL larutan asam sulfanilat
dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Dibiarkan bereaksi selama 10 menit. Ditambahkan dengan
2 mL larutan naftil etilendiamin dihidroklorida, diaduk dan dibiarkan bereaksi selama 30 menit.
Larutan dimasukkan ke dalam kuvet dan dibaca absorbansinya pada panjang gelombang 535 nm.
Dan penetapan kadar nitrat : Sebanyak 1 mL sampel ditambahkan 0,5 – 1,5 g granul Zn.
Dibiarkan bereaksi selama 10 menit, kemudian granul Zn dipisahkan dan larutan digenapkan
dalam labu ukur 10 mL. Dari larutan tersebut diambil 3 mL dan 2 mL larutan asam sulfanilat
dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Dibiarkan bereaksi selama 10 menit. Ditambahkan dengan
2 mL larutan naftil etilendiamin dihidroklorida, diaduk dan dibiarkan bereaksi selama 30 menit.
Larutan dimasukkan ke dalam kuvet dan dibaca absorbansinya pada panjang gelombang 535 nm.

B. Jurnal II : Kualitas kimia air kolam dan hubungan perilaku pengguna kolam terhadap
kejadian dry eyes syndrome di kolam renang TWS Padangan Bojonegoro.

Jenis penelitian ini merupakan observasional yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara
pengamatan secara langsung dan menggunakan rancang bangun cross sectional yaitu penelitian
yang dilakukan pada satu waktu.
Penelitian ini dilakukan di Kolam Renang Taman Wisata Sariyo Padangan, Bojonegoro
pada bulan mei 2017. Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah pengguna kolam renang pada
1 kali periode klorinasi dan berusia antara 16-45 tahun, adapun jumlah populasi berdasarkan data
pada bulan sebelumnya yaitu 557 orang. Sampel penelitian diambil dengan cara systematic
random sampling,hal tersebut didasarkan pada jumlah populasi (N) yang tidak pasti dan tersebar
secara uniform. Jumlah sampel pada penelitian ini yaitu 75 orang yang diperoleh menggunakan
rumus lemeshow.
Terdapat dua variabel yang akan diteliti yaitu variabel dependen (terikat) dan variabel
independen (bebas). Adapun variabel dependen (terikat) dalam penelitian ini adalah kejadian
Dry Eyes Syndrome pada pengguna kolam renang TWS. Sedangkan variabel independen dalam
penelitian ini adalah kadar chlor dan perilaku (tingkat pengetahuan, sikap, serta tindakan)
pencegahan Dry Eyes Syndrome. Sebelum pengumpulan data, penelitian ini telah lolos uji etik
(ethical clearance) dan mendapat persetujuan oleh Komite Etik Penelitian.
Pengumpulan data berupa data primer yang diperoleh melalui kuesioner, pemeriksaan DES
dengan menggunakan metode Schrimmer’s Test dan pengukuran kadar sisa Chlor pada kolam
renang yang dilakukan sesaat setelah pengambilan sampel dengan menggunakan Chlor Test
Kit.
DAFTAR PUSTAKA

Emilia, I. (2019). Analisa kandungan Nitrat dan Nitrit Dalam Air Minum Isi Ulang menggunakan
Metode Spektrofotometri UV-Vis. Indobiosains, 1(1).

Pertiwi, Elisa Dwi. (2018).Kualitas Kimia Air Kolam dan Hubungan Perilaku Pengguna Kolam
Terhadap Kejadian Dry Eyes Syndrome di Kolam Renang TWS Padangan Bojonegooro. Jurnal
Kesehatan Lingkungan, 10(4), 385-393.

397

Anda mungkin juga menyukai