Anda di halaman 1dari 30

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kebutuhan akan air bersih di daerah pedesaan dan pinggiran kota untuk air
minum, memasak, mencuci dan sebagiannya harus diperhatikan. Air adalah materi
esensial di dalam kehidupan. Tidak ada satu pun mahluk hidup yang berada di
planet bumi ini, yang tidak membutuhkan air. Di dalam sel hidup, baik pada
tumbuh – tumbuhan ataupun pada hewan (termasuk di dalamnya manusia) akan
terkandung sejumlah air, yaitu lebih dari 75 % kandungan sel tumbuh – tumbuhan
atau lebih dari 67 % kandungan sel hewan terdiri dari air. Jika kandungan tersebut
kurang, misalnya dehidrasi pada manusia yang di akibatkan muntaber, kalau tidak
cepat di tanggulangi akan mengakibatkan kematian, tanaman yang lupa tidak di
siram pun akan layu dan kalau di biarkan akan mati (Suriawiria, 2005).
Tubuh manusia sebagian terdiri dari air, kira – kira 60 – 70 % dari berat
badan nya. Untuk kelangsungan hidup manusia, tubuh manusia memerlukan air
yang jumlah nya antara lain tergantung berat badan nya. Untuk orang dewasa
kira– kira memerlukan air 2.200 gram setiap harinya. Kegunaan air bagi tubuh
manusia antara lain untuk proses pencernaan, kebersihan, mengatur keseimbangan
suhu tubuh, dan menjaga jangan sampai tubuh kekeringan. Apabila kekurangan
banyak air, maka akan mengakibatkan kematian ( Sutrisno, 2004 ).
Air yang digunakan harus memenuhi syarat dari segi kualitas maupun
kuantitasnya. Secara kualitas, air harus tersedia pada kondisi yang memenuhi
syarat kesehatan. Kualitas air dapat ditinjau dari segi fisika, kimia dan biologi. Air
yang dapat digunakan untuk keperluan sehari-hari harus memenuhi standar baku
air untuk kebutuhan rumah tangga. Kualitas air yang baik ini tidak selamanya
tersedia dialam. Adanya perkembangan industry dan pemukiman dapat
mengancam kelestarian air bersih. Bahkan di daerah-daerah tertentu, air yang
tersedia tidak memenuhi syarat kesehatan secara alam seperti daerah rawa,
sehingga diperlukan upaya perbaikan dan pengolahan air secara sederhana
ataupun modern (Putra, 2010).

1
2

Seiring dengan laju pertumbuhan penduduk yang terus meningkat dari


waktu kewaktu, serta penggunaan air yang lebih dari keperluan domestik, tetapi
juga untuk perusahaan (comercial water) dan industri (industrial water), maka
ketersediaan air tidak menunjukkan jumlah yang signifikan. Sehingga pengolan
sumber daya air harus dilakukan dengan bijak agar sumber air tetap terpelihara.
Pengolahan air saat ini dilakukan dari sumber-sumber yang memiliki tingkat
kesadahan yang tinggi seperti air payau air sungai, dan sumber air lainnya.
Khusus untuk air sungai sangat rentan terkontaminasi oleh zat pencemar, karena
sungai merupakan tempat buangan akhir dari limbah domestic, industri, dan lain-
lain. Akibatnya kadar mineral yang dikandungnya tinggi (Putra, 2010).

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana proses-proses yang terjadi dalam suatu peralatan water
treatment?
2. Apa saja jenis-jenis peralatan dalam pengolahan air?
3. Bagaimana prinsip kerja dan manfaat dalam aplikasi kehidupan dan dalam
lingkungan pabrik?

1.3. Tujuan Percobaan


1. Untuk mengetahui proses-proses yang terjadi dalam suatu peralatan water
treatment.
2. Mengetahui jenis-jenis peralatan dalam pengolahan air.
3. Mengetahui prinsip kerja dan manfaat dalam aplikasi kehidupan dan
dalam lingkungan pabrik.

1.4. Manfaat Percobaan


1. Dapat mengetahui bagaimana karakteristik air bersih yang baik untuk
digunakan
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Air


Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.82/2001 tentang Pengelolaan Kualitas
Air Dan Pengendalian Pencemaran Air bahwa yang dimaksud dengan air adalah
semua air yang terdapat pada, diatas, ataupun di bawah permukaan tanah,
termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut
yang berada di darat. Air adalah salah satu media pembawa penyakit yang berasal
dari tinja untuk sampai kepada manusia. Agar air yang dikonsumsi manusia tidak
menyebabkan penyakit, maka pengolahan air baik berasal dari sumber, jaringan
transmisi atau distribusi adalah mutlak diperlukan untuk mencegah terjadinya
kontak antara kotoran sebagai sumber penyakit dengan air yang diperlukan
(Sutrisno, 2004).
2.2.1. Air Bersih
Air bersih adalah air untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya
memenuhi persyaratan kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air
pemandian umum adalah air pada tempat-tempat pemandian bagi umum, tidak
termasuk pemandian untuk pengobatan tradisional dan kolam renang, yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan. (Prahady, 2014)
2.2.2. Air Rawa
Air rawa adalah sejumlah air tawar yang terakumulasi di suatu tempat yang
cukup luas, yang dapat terjadi karena mencairnya gletser, aliran sungai, atau
karena adanya mata air. Kebanyakan air rawa ini berwarna yang disebabkan oleh
adanya zat-zat organis yang telah membusuk, misalnya asam humus yang larut
dalam air yang menyebabkan warna kuning coklat. Danau dapat memiliki manfaat
serta fungsi seperti untuk irigasi pengairan sawah, ternak serta kebun, sebagai
objek pariwisata, sebagai PLTA atau pembangkit listrik tenaga air, sebagai tempat
usaha perikanan darat, sebagai sumber penyediaan air bagi makhluk hidup sekitar
dan juga sebagai pengendali banjir dan erosi (Prahady, 2014). Karakteristik air
yang terdapat di daerah rawabiasanya memiliki warna merah kecoklatan, pH

3
4

rendah, terdapat kandungan zat-zat organik danbesi yang tinggi. Adapun


karakteristik air rawasebagai berikut:
Tabel 2.1. Karakteristik Air Rawa
Parameter Satuan Konsentrasi Standar Baku
Air Bersih
Kekeruhan NTU 6,57 5
TDS mg/l 0,6 500
Ph mg/l 5,5 6,5-8,5
Kesadahan mg/l 3,2 500
Angka KMnO4 mg/l 13 10
Besi (Fe) mg/l 4,85 0,3
Mangan (Mn) mg/l 0,7 0,4
Zat Organik mg/l 22,28 10

(Prahady, 2014)

2.2. Karakteristik Air


Menurut Effendi (2003), air memiliki karakteristik yang tidak dimiliki oleh
senyawa kimia lain, karakteristik tersebut antara lain :
1. Pada kisaran suhu yang sesuai bagi kehidupan, yakni 0 0C (32 0F) - 100
0
C, air berwujud cair.
2. Perubahan suhu air berlangsung lambat sehingga air memiliki sifat
sebagai penyimpan panas yang sangat baik.
3. Air memerlukan panas yang tinggi pada proses penguapan. Penguapan
adalah proses perubahan air menjadi uap air.
4. Air merupakan pelarut yang baik.
5. Air memiliki tegangan permukaan yang tinggi.
6. Air merupakan satu-satunya senyawa yang merenggang ketika membeku.
Bagi kehidupan makhluk, air bukanlah merupakan hal yang baru, karena kita
ketahui bersama tidak satupun kehidupan di bumi ini dapat berlangsung tanpa air.
Oleh sebab itu air dikatakan sebagai benda mutlak yang harus ada dalam
kehidupan manusia. Tubuh manusia mengandung 60% - 70% air dari seluruh
berat badan, air di daerah jaringan lemak terdapat kira-kira 90% (Soemirat, 2001).
5

Masyarakat selalu mempergunakan air untuk keperluan dalam kehidupan


sehari-hari, air juga digunakan untuk produksi pangan yang meliputi perairan
irigasi, pertanian, mengairi tanaman, kolam ikan dan untuk minum ternak.
Banyaknya pemakaian air tergantung kepada kegiatan yang dilakukan sehari-hari,
rata-rata pemakaian air di Indonesia 100 liter / orang / hari dengan perincian 5
liter untuk air minum, 5 liter untuk air masak, 15 liter untuk mencuci, 30 liter
untuk mandi dan 45 liter digunakan untuk jamban (Wardhana, 2001).

2.3. Sumber Air


Air dapat bersumber dari air hujan yaitu air yang berasal dari proses
evaporasi, kondensasi, dan presipitasi, sehingga air tersebut benar-benar murni
sebagai H2O, dengan demikian tidak terlarut sebagai mineral. Sifat air yang
demikian itu, disebut dengan air lunak (soft water) dan bila di minum rasanya
relatif kurang segar. Derajat kekotoran air hujan sangat dipengaruhi oleh derajat
pencemaran dari udara dimana hujan terjadi. Semakin tinggi tingkat
pencemarannya, maka akan semakin banyak pula zat-zat pencemar yang dibawa
turun oleh air hujan. Hal ini tidak berlangsung lama, karena beberapa menit
setelah hujan, maka air hujan tersebut relatif bersih dari zat-zat pencemar. Dengan
kurangnya zat mineral yang terkandung di dalamnya maka tambahan garam
mineral dalam makanan sangat dibutuhkan, yaitu untuk mengurangi akibat
kekurangan zat mineral tertentu seperti sakit gondok.Penggunaan air hujan
sebagai sumber air minum dalam masyarakat maupun secara perorangan adalah
merupakan jalan terakhir, apabila sumber air lain tidak bisa dimanfaatkan. Selain
itu air juga bersumber dari air permukaan, yaitu berupa air sungai, air danau
maupun waduk adalah merupakan air yang kurang baik untuk langsung di
konsumsi oleh manusia, karena itu perlu adanya pengolahan terlebih dahulu
sebelum dimanfaatkan (Sanropie, 1984).
Menurut Sanropie (1984), keuntungan penggunaan air tanah adalah, pada
umumnya dapat dipakai tanpa pengolahan lebih lanjut, paling praktis dan
ekonomis untuk mendapatkannya dan membaginya, lapisan tanah yang
menampung air dari mana air itu di ambil biasanya merupakan pengumpulan air
alamiah. Sedangkan kerugian penggunaan air tanah adalah seringkali
6

mengandung banyak mineral Fe (besi), Mn (mangan), Ca (calsium), dan


sebagainya, dan biasanya membutuhkan pemompaan.

2.4. Kualitas Air


Kelayakan air dapat diukur secara kualitas dan kuantitas. Kualitas air adalah
sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energi, atau komponen lain dalam air
yang mencakup kualitas fisik, kimia dan biologis (Effendi, 2003).
2.4.1 Kualitas Fisik
Menurut Kusnaedi (2004), syarat-syarat sumber mata air yang bisa
digunakan sebagai air bersih adalah sebagai berikut :
a. Kekeruhan
Air yang berkualitas harus memenuhi persyaratan fisik seperti berikut
jernih atau tidak keruh. Air yang keruh disebabkan oleh adanya butiran-
butiran koloid dari bahan tanah liat. Semakin banyak kandungan tanah
liat maka air semakin keruh. Derajat kekeruhan dinyatakan dengan
satuan unit.
b. Tidak berwarna
Air untuk keperluan rumah tangga harus jernih. Air yang berwarna
berarti mengandung bahan-bahan lain yang berbahaya bagi kesehatan.
c. Rasanya tawar
Secara fisika, air bisa dirasakan oleh lidah. Air yang terasa asam, manis,
pahit, atau asin menunjukan bahwa kualitas air tersebut tidak baik. Rasa
asin disebabkan adanya garam-garam tertentu yang larut dalam air,
sedangkan rasa asam diakibatkan adanya asam organik maupun asam
anorganik.
d. Tidak berbau
Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh maupun
dari dekat. Air yang berbau busuk mengandung bahan organik yang
sedang mengalami penguraian oleh mikroorganisme air.
e. Temperaturnya normal
Air yang baik harus memiliki temperatur sama dengan temperatur udara
(20 - 29 0C). Air yang secara mencolok mempunyai temperatur di atas
7

atau di bawah temperatur udara berarti mengandung zat-zat tertentu yang


mengeluarkan atau menyerap energi dalam air.
f. Tidak mengandung zat padatan
Bahan padat adalah bahan yang tertinggal sebagai residu pada
penguapan dan pengeringan pada suhu 103-105 0C.
2.4.2. Kualitas Kimia
Kualiats air tergolong baik bila memenuhi persyaratan kimia sebagai
berikut :
a. pH netral.
pH adalah merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan intensitas
keadaan asam atau basa sesuatu larutan (Sutrisno, 2004:32). Skala pH
diukur dengan pH meter atau lakmus. Air murni mempunyai pH 7.
Apabila pH di bawah 7 berarti air bersifat asam, sedangkan bila di atas 7
bersifat basa (rasanya pahit) (Kusnaedi, 2004).
b. Tidak mengandung bahan kimia beracun.
Air yang berkualitas baik tidak mengandung bahan kimia beracun seperti
Sianida Sulfida, Fenolik (Kusnaedi, 2004).
c. Tidak mengandung garam-garam atau ion-ion logam.
Air yang berkualitas baik tidak mengandung garam atau ion-ion logam
seperti Fe, Mg, Ca, K, Hg, Zn, Cl, Cr, dan lain-lain (Kusnaedi, 2004).
d. Kesadahan rendah.
Kesadahan adalah merupakan sifat air yang disebabkan oleh adanya ion-
ion (kation) logam valensi dua (Sutrisno,2004). Tingginya kesadahan
berhubungan dengan garam-garam yang terlarut di dalam air terutama
garam Ca dan Mg (Kusnaedi, 2004).

2.5. Pengertian Water Treatment Secara Umum


Water treatment adalah bagian dari unit utilitas yang sangat vital, yaitu
sebagai unit yang berfungsi dalam pengolahan air yang digunakan untuk
mendukung kegiatan dari produksi itu sendiri antara lain untuk kebutuhan make
up cooling water, pembuatan air demin dan untuk memenuhi keperluan air bersih
dan air minum baik untuk kompleks maupun untuk pabrik itu sendiri.Masalah air
8

limbah tidak sesederhana yang dibayangkan karena pengolahan air limbah


memerlukan biaya investasi yang besar dan biaya operasi yang tidak sedikit.
Untuk itu, pengolahan air limbah harus dilakukan dengan cermat, dimulai
dari perencanaan yang teliti, pelaksanaan pembangunan fasilitas instalasi
pengolahan air limbah (IPAL) atau unit pengolahan limbah (UPL) yang benar,
serta pengoperasian yang cermat. Pada umumnya kebutuhan pabrik akan air
sangat banyak dan perlu sehingga lokasi pabrik dipilih dekat dengan sumber air.
2.5.1. Parameter Water Treatment
1. Parameter Fisik
Parameter fisik air biasanya dilihat dari unsur yang berhubungan dengan
indra manusia seperti penglihatan, sentuhan, rasa dan penciuman, yang
meliputi turbidity (kekeruhan), warna, bau, rasa, dan suhu. Sistem
pengolahan yang biasa digunakan adalah Sistem Sedimentasi
(Pengendapan), Filtrasi dan penambahan desinfektan.
2. Parameter Kimia
Senyawa kimia yang sering di temukan pada air adalah Fe, Mn, Ca, Mg,
Na, SO4, CO3. Jika air memiliki kandungan senyawa kimia yang
berlebihan (tidak masuk standar konsumsi yang aman), pengolahan dapat
dilakukan dengan sistem filtrasi dengan menggunakan media tertentu
misalnya system Reverse Osmosis atau Demineralier dan Softener.
3. Parameter Biologi
Parameternya dilihat berdasarkan adanya mikroorganisme yang ada di
dalam air. Bila jumlah mikroorganisme di dalam air berlebihan biasanya
akan mengganggu kesehatan bila dikonsumsi. Pengolahan dapat dilakukan
dengan menggunakan desinfektan atau alat yang biasa digunakan,
misalnya injeksi Chlor, System UV dan System Ozone (O3).
2.5.2. Peralatan Pada Water Treatment
Sebagai contoh untuk skala pabrik sumber air baku untuk pembuatan
airnya diambil dari air sungai. Secara singkat pengolahan air dari sungai tersebut
mengalami beberapa tahapan, adapun peralatan yang digunakan dalam unit water
treatment adalah sebagai berikut :
9

a. Filter
Yang dimaksud dengan filter disini adalah alat penyaringan air yang memiliki
kerapatan yang cukup besar. Hal ini sesuai dengan fungsinya yaitu untuk
menyaring benda padat kasar yang terapung disekitar pompa air, sehingga
kerusakan pompa dapat terhindar akibat tersumbat. Prinsip kerja dari filter yaitu
hanya menerima air yang didistribusikan oleh pompa dan pada filter terjadi
pemisahan antara benda padat kasar dan air.
b. Pompa
Disini pompa berfungsi untuk mendistribusikan air (air sungai) dan akan
kemudian di olah kembali. Prinsip kerja dari pompa yaitu mendistribusikan air
dari sumber air dan kemudian diolah kembali oleh alat-alat selanjutnya.
c. Flocculator
Flocculator adalah bagian yang berupa tangki dengan diameter, tinggi dan
kapasitas tertentu sesuai dengan keperluan. Prinsip kerja dari flocculator
menampung air yang didistribusikan oleh pompa kemudian koloid-koloid yang
terdapat bersama-sama dengan air dikoagulasi karena pengaruh beberapa bahan
kimia yang diberikan. Selanjutnya koloid yang berbentuk flock ini tertinggal di
flocculator kemudian airnya diproses pada alat selanjutnya.
d. Clarifier
Clarifier berfungsi sebagai tempat pembentukan flok dengan penambahan
larutan Alum (Al2(SO4)3 sebagai bahan. Pada Clarifier terdapat mesin agitator
yang berfungsi sebagai alat untuk mempercepat pembentukan flok. Pada Clarifier
terjadi pemisahan antara air bersih dan air kotor. Air bersih ini kemudian
disalurkan dengan menggunakan pipa yang besar untuk kemudian dipompakan ke
filter. Clarifier terbuat dari beton yang berbentuk bulat yang dilengkapi dengan
penyaring dan sekat. Dari inlet pipa clarifier, air masuk ke dalam primary reaction
zone.
Di dalam primary reaction zone dan secondary reaction zone, air dan bahan
kimia (koagulan yaitu tawas) diaduk dengan alat agitataor blade agar tercampur
homogen. Maka koloid akan membentuk butiran-butiran flokulasi. Hal ini
dilakukan karena penyelesaian gravitasi efektif daerah cenderung desain pelat
sebanding dengan total luas permukaan miring rak piring. Air yang telah
10

bercampur dengan koagulan membentuk ikatan flokulasi, masuk melalui return


floc zone dialirkan ke clarification zone. Sedimen yang mengendap dalam
concentrator dibuang.
Hal ini berlangsung secara otomatis yang akan terbuka setiap satu jam sekali
dalam waktu 1 menit. Air yang masuk ke dalam clarification zone sudah tidak
dipengaruhi oleh gaya putaran oleh agitator, sehingga lumpurnya mengendap. Air
yang berada dalam clarificationzone adalah air yang sudah jernih. Clarifier
terbuat dari beton yang berdiameter dan dilengkapi dengan pengaduk.
Pada clarifier air terdiri dari flocculator dipisahkan floc-floc nya dengan cara
pengendapan yang disertai dengan pengadukan berputaran rendah. Hal ini
berfungsi untuk membentuk floc (gumpalan) dari partikel yang berukuran kecil.
Clarifiers terutama digunakan dalam air limbah industri pengolahan untuk
memisahkan padatan dari limbah cair di sungai. Clarifier adalah langkah ketiga
dalam proses yang biasanya merupakan proses empat langkah untuk air dan
pengolahan air limbah. Dalam pengolahan air limbah empat langkah utama adalah
pengumpulan dan homogenisasi limbah, pH penyesuaian, klarifikasi, dan sludge
dewatering.
Peralatan klarifikasi konvensional memerlukan permukaan yang jauh lebih
besar dalam rangka penghapusan cocok dengan makanan padat kapasitas suatu
lapisan tipis clarifier. Tingkat loading dapat diterapkan pada sebuah lapisan tipis
ukuran clarifier/pemukim dengan menggantikan daerah yang diproyeksikan untuk
penyelesaian permukaan luas clarifier konvensional. Selama proses clarification,
dihilangkan juga water hardness (air keras) yaitu garam kalsium dan magnesium
yang larut dalam air.
Hardness dapat dikurangi dengan jalan mereaksikan zat-zat kimia yang akan
mengendapkan hardness tersebut. Air bersih hasil pengendapan dipisahkan
melalui over flow di bibir clarifier dan endapannya dibuang (blowdown) melalui
bagian bawah clarifier. Kualitas air pada clarifier dapat dikontrol di outlet clarifier
dengan parameter pH antara 5,5 s.d 6,2 kadar chlorine 0,3 s.d 1,5 ppm dan
turbidity kurang dari 5 ppm.
11

e. Clear well
Salah satu unit bangunan di dalam TPA (instalasi pengolahan air bersih)
yang berfungsi sebagai penampung/wadah sementara (reservoir) air hasil
pengolahan. Pada beberapa instalasi, unit ini juga berfungsi sebagai tempat
pembubuhan desinfektan. Pipa transmisi adalah pipa pipa pembawa air minum
yang menghubungkan bak penampung air (clear well) dengan bak penampung air
distribusi (reservoir distribution).
Reservoir berfungsi sebagai tempat penampungan air bersih yang telah
disaring melalui filter, air ini sudah menjadi air yang bersih yang siap digunakan
dan harus dimasak terlebih dahulu untuk kemudian dapat dijadikan air minum.
Unit ini juga digunakan sebagai waduk untuk menyimpan disaring kuantitas air
yang memadai untuk mencegah kebutuhan yang berbeda-beda untuk menilai
penyaringan dengan variasi permintaan, Pada beberapa instalasi, unit ini juga
berfungsi sebagai tempat pembubuhan desinfektan untuk menjaga kualitas air.
Berbagai usaha telah banyak dilakukan agar tidak terjadi pencemaran terhadap air.
dapat dihindari atau setidaknya diminimalkan.
f. Sand Filter
Sand Filter digunakan untuk pemurnian air. Ada tiga jenis utama;
1. Rapid (gravity) sand filters
2. Upflow sand filters
3. Slow sand filters
Semua tiga metode yang digunakan dalam industri di seluruh dunia. Dua
yang pertama mengharuskan penggunaan bahan kimia flocculant untuk bekerja
secara efektif. Sementara slow sand filtersdapat menghasilkan kualitas air sangat
tinggi bebas dari patogen, rasa dan bau tanpa memerlukan bantuan kimia.
Penyaring yang digunakan adalah rapid sand fliter (filter saringan cepat). Sand
filter jenis ini berupa bak yang beriisi pasir kwarsa yang berfungsi untuk
menyaring flok halus dan kotoran lain yang lolos dari klarifier (clearator).
Air yang masuk ke filter ini telah dicampur terlebih dahulu dengan klorin
dan tawas. Media penyaring biasanya lebih dari satu lapisan, yaitu pasir kwarsa
dan batu dengan mesh tertentu. Air mengalir ke bawah melalui media tersebut.
Zat-zat padat yang tidak larut akan melekat pada media, sedangkan air yang jernih
12

akan terkumpul di bagian dasar dan mengalir keluar melalui suatu pipa menuju
reservoir. Flocculated air melewati Rapid (gravity) sand filters luar floc dan
partikel-partikel yang terperangkap di dalamnya mengurangi jumlah bakteri dan
menghilangkan sebagian besar padatan. Media penyaring adalah pasir dengan
karakteristik yang berbeda-beda. Di mana rasa dan bau mungkin menjadi masalah
(organoleptik dampak), sand filter mungkin termasuk lapisan karbon aktif untuk
menghilangkan rasa dan bau seperti itu.
Sand filter menjadi tersumbat dengan periode floc setelah digunakan dan
mereka kemudian dicuci backwashed atau tekanan untuk menghapus floc. Air
backwash ini dijalankan ke tank menetap sehingga dapat menyelesaikan floc
keluar dan kemudian dibuang sebagai bahan limbah. Di beberapa negara lumpur
dapat digunakan sebagai Pemeliharaan filter yang tidak memadai telah menjadi
penyebab pencemaran air minum sesekali. Sand filter kadang-kadang digunakan
dalam limbah sebagai tahap pemolesan akhir. Dalam menyaring jebakan pasir sisa
bahan ditangguhkan dan bakteri dan menyediakan matriks fisik pengolahan untuk
bakteri dekomposisi bahan nitrogen, termasuk amonia dan nitrat, ke nitrogen gas.
Dari clear well, air disaring di sand filter yang bertujuan memisahkan
kotoran halus yang terdapat dalam air bersih dan mengurangi ion nitrat ataupun
nitrit yang tidak terendapkan pada flocculator. Untuk melihat indikasi sand filter
telah menurun dapat dimonitoring dengan pressure drop. Untuk mengeluarkan
kotoran yang tertahan pada saat operasi maka dilakukan backwash. Air yang
keluar dari sand filter diharapkan mempunyai turbidity maksimum yaitu sebanyak
1 ppm.
g. Filtered Water Storage Tank
Air hasil proses di sand filter kemudian ditampung di filtered water
storage tank kualitas yang diharapkan ada pada air hasil pengolahan. Diharapkan
air yang dihasilkan sudah sesuai dengan standar dan layak untuk dikonsumsi atau
diolah lebih lanjut.
2.5.3. Bahan Injeksi Water Treatment
a. Larutan alum ( Al2SO4)
Larutan ini berfungsi untuk memperbesar ukuran partikel-partikel koloid
sehingga akan lebih mudah terbentuk floc-floc dan mengendap. Suspensi koloid
13

terdiri dari ion-ion bermuatan negatif sehingga akan terjadi peristiwa tolak-
menolak antar ion. Apabila ion –ion yang bermuatan positif yang terdapat dalam
zat pengendap (coagulant chemicals) bersentuhan dengan ion-ion negatif maka
akan terbentuk gumpalan berupa gelatin. Dengan demikian ukuran partikel akan
bertambah besar sehingga dapat dipisahkan dengan cara pengendapan. Berbagai
usaha telah banyak dilakukan agar kehadiran pencemaran terhadap air dapat
dihindari atau setidaknya diminimalkan.
b. Coagulant Aid
Berfungsi untuk memperbesar partikel koloid dan membentuk floc tank,
sehingga proses pengendapan berlangsung lebih cepat dan sempurna. Bahan kimia
polimer sering dipakai sebagai koagulan. Bahan kimia polimer sering dipakai
sebagai koagulan/flokulan pembantu dalam proses flokulasi di IPA, polimer
berfungsi membantu membentuk makroflok yang akan menahan abrasi setelah
terjadi destabilisasi dan pembentukan mikroflok disebabkan oleh koagulan.
Adsorpsi koagulan pembantu pada mikroflok penting supaya makroflok dapat
terbentuk. Hal ini sangat dipengaruhi oleh karakteristik batas permukaan antara
molekul dan hal ini sangat tergantung pada komposisi air.
Sesuai dengan muatan elektrostatik dalam larutan air, koagulan/flokulan
pembantu dikelompokkan menjadi non ionogen, anion aktif dan kation aktif.
Bahan kimia pendukung lainnya yang dimaksud adalah zat kimia yang digunakan
untuk membantu berlangsungnya proses koagulasi-flokulasi. Zat ini biasanya
ditambahkan sebelum proses koagulasi dilakukan. Zat-zat tersebut berfungsi
untuk penetapan pH, sebagai zat pemberat, sebagai oksidator, sebagai adsorben
dan sebagai elektrolit.
Penetapan pH yang dimaksud adalah penetapan pH optimum untuk
koagulasi, ditetapkan untuk memenuhi persyaratan pH berada pada jangkauan
yang disyaratkan untuk setiap jenis koagulan yang digunakan. Ada beberapa zat
kimia yang digunakan untuk penetapan pH pada pengolahan air adalah :
a. Kapur CaO, Ca(OH)2 berfungsi untuk menaikan pH
b. Soda abu (Na2CO3)
c. Soda api (NaOH)
d. Asam sulfat (H2SO4) , CO2 berfungsi untuk menurunkan pH
14

Dengan adanya partikel-partikel suspensi yang ditambahkan, akan terjadi


tumbukan antar partikel, sehingga terjadi aglomerasi antar partikel. Disamping
tumbukan antar partikel zat ini juga dapat meningkatkan daya adsorpsi partikel.
c. Gas Klorin
Merupakan zat pembunuh bakteri, jamur, mikroorganisme yang terdapat
didalam air. Dosis yang digunakan adalah 5 ppm. Sebelumnya digunakan kaporit
(CaOCl2), kaporit lebih baik dari pada chlorine karena dapat dengan cepat
mengendapkan lumpur sehingga air akan lebih bersih.
d. Caustic Soda (NaOH)
Berfungsi untuk mengatur pH air sungai karena pada sistem pembentukan
floc dibutuhkan kondisi dengan pH 5,5 s.d 6,2. Pemakaian NaOH memiliki dosis
standar tersendiri. Dosis yang digunakan adalah 2 sampai dengan 5 ppm. Kondisi
pH harus dijaga lebih dari 5,5 agar floc terbentuk dan pH harus kecil dari 6,2 agar
floc yang terbentuk tadi tidak akan pecah lagi. Flocculator juga dilengkapi dengan
pengaduk yang berfungsi menghomogenkan air sungai dan bahan kimia yang
telah diinjeksikan tersebut.

2.6. Proses Penjernihan Air


Menurut korps asisten laboratorium proses dan operasi teknik kimia
(2018), Air yang berasal dari alam (ex.sungai) mengandung kotoran (impurities).
Impurities dalam air dapat dikelompokan menjadi dua jenis yaitu :
1. Impurities yang tidak larut (suspended solid)
Contoh : Partikel – partikel halus yang menyebabkan air keruh, gas-gas
terlarut (ex: Oksigen, Karbon dioksida, Hidro Sulfida, dan ammonia.
Mikroorganisme yang menimbulkan bau,dll.
2. Impurities yang larut (Dissolved solid)
Contoh : Calcium Bikarbonat, Natrium Klorida, Calcium Sulfat,
Magnesium Bikarbonat, garam-garam silikat, dll.
Metoda yang dipakai untuk kedua jenis impurities tersebut berbeda yaitu :
1. Suspended solid yang dihilangkan melalui proses : klarifikasi dan filtrasi.
2. Dissolved solid dihilangkan melalui proses : softening dan demineralisasi.
15

2.6.1. Klarifikasi
Menurut korps asisten laboratorium proses dan operasi teknik kimia
(2018), Klarifikasi adalah proses penghilangan suspended solid melalui
mekanisme : Koagulasi, Flokulasi dan Sedimentasi.Clarifier dilengkapi dengan
alat pengaduk (Mixer) sehingga proses pencampuran dapat berlangsung dengan
baik (homogen). Mixer tersebut ada yang putaran cepat (high speed mixer) dan
putaran lambat (low speed mixer).
Didalam Clarifier terjadi proses :
1. Koagulasi
Koagolasi adalah suatu mekanisme penetralan dimana partikel partikel
koloid yang bermuatan (ionic) dinetralkan muatannya, setelah muatannya netral
maka partikel – partikel tersebut bias / akan saling mendekat / menempel satu
sama lain dan mulai terbentu floc yang kecil (pin floc).
Proses Koagulasi
Chemical’s Alumunium Sulfat Al2(SO4)3 . 18 H2O (koagulan)
a. Alumunium Sulfat (alum) sebagai koagulan diinjeksikan kedalam clarifier
dengan dosis berkisar antara (45 – 50) ppm, tergantung dari kualitas raw
water intakenya.
b. Fungsi alum adalah membentuk flok inti (pin – floc)
c. Reaksi kimia yang terjadi adalah sebagai berikut :
Al2(SO4)3 + 3 Ca(OH)3 ---------> 2 Al(OH)3+ 3 Ca(SO4)4
Al2(SO4)3 + 3 Ca(OH)3 ---------> 2 Al(OH)3 + 3 Ca(SO4)4
Proses Koagulasi berlangsung melalui 3 tahapan sebagai berikut :
1. Tahap pengadukan cepat (rapid-mixing) antara koagulan dengan air.
Faktor ini sangat penting dan diperlukan agar :
a. Probability tumbukan antara partikel untuk netralisasi cukup besar
sehingga netralisasi sempurna.
b. Distribusi koagulan dalam air cukup baik dan merata.
c. Ada input energi yang cukup untuk tumbukan antara partikel dari
partikel – partikel yang telah netral, sehingga bisa terbentuk pin-floc.
16

2. Netralisasi muatan
3. Dengan adanya input energi dari pengadukan (mixing) tadi, partikel yang
telah dinetralkan, bertubrukan satu sama lain dan mulai terbentuk floc
kecil (pin-floc).
2. Flokulasi
Floktasi adalah suatu mekanisme dimana floc kecil yang sudah terbentuk
dalam proses koagulasi tadi, melalui suatu media flokulan (ex.Poly-Electrolyte)
digabungkan menjadi floc yang lebih besar sehingga cukup berat untuk bias
mengendap (settling). Proses Flokulasi yaitu:
a. Pin-floc halus yang dihasilkan pada proses awal koagulasi masih belum
cukup besar untuk bisa mengendap (settling) dengan baik dibawah
pengaruh gravitasi.
b. Penggabungan pin-floc dapat dibantu / dipercepat dengan suatu flokulan
(bisa disebut coagulant aid = flocculant), yaitu suatu senyawa polimer
yang berantai panjang dan mempunyai berat molekul tinggi.
c. Sifat polimer flokulan biasanya tidak bermuatan (non-ionik) atau sedikit
kationik (slighty cationic) ataupun sedikit anionic (slightly anionic).
d. Rantai yang panjang dan banyak cabangnya (BM-tinggi) adalah
persyaratan utama bagi flokulan, dengan rantai yamg panjang dan
bercabang tersebut, flokulan dapat berfungsi sebagai “jembatan
penhubung” bagi pin-floc untuk membentuk suatu flok yang lebih besar.
e. Jika mekanisme flokulasi diatas telah dipahami maka dapat terlihat dengan
jelas bahwa rantai flokulan tersebut harus diusahakan agar tidak pecah /
terputus dalam pemakaiannya.
f. Apabila rantainya putus menajdi pendek, maka jumlah pin-floc yang bisa
diikat menjadi lebih sedikit sehingga floc yang terjadi tidak cukup besar.
3. Sedimentasi
Sedimentasi adalah suatu mekanisme dimana floc yang sudah cukup besar
tadi akan mengendap dan turun ke bawah permukaan air dibawah pengaruh gaya
gravitasi.Dasar teori yang dipakai untuk proses sedimentasi adalah hukum
STOKES dengan rumus sebagai berikut :
V = 18.5 D2 ( S1 – S2) / Z ….. Hukum Stokes
17

Dengan :
V = kecepatan jatuhnya partikel (pengendapan).
D = diameter partikel
S1 = densitas partikel
S2 = densitas media (fluida)
Z = viskositas media (fluida)
Dibagian atas Clarifier akan terbentuk air yang relatif sudah bersih, untuk
kemudian dialirkan dengan cara di over flowkan untuk kemudian dialirkan ke unit
filtrasi.

Gambar 2.1. Proses Koagulasi, Flokulasi, dan Filtrasi Pada Water Treatment
(Sutrisno, 2004)

2.6.2. Filtrasi
Menurut korps asisten laboratorium proses dan operasi teknik kimia
(2018), Proses filtrasi terjadi di Unit Sand Filter. Filtrasi (penyaringan) dilakukan
dengan menggunakan pasir (sand), koral (gravel), dan anthrasit untuk
menghilangkan / merduksi zat tersuspensi (pin-floc) yang terikut bersama air
umpan (dari outlet clarifier). Secara periodik (24 jam), saringan harus di
backwash untuk menghilangkan flok yang tersaring di permukaan filter. Air yang
keluar dari sand filter kemudian dipompakan ke tangki pengumpul (storage tank).
Untuk menjaga agar pH air bersih tersebut on specification (7.5-8.5) maka
diinjeksikan NaOH liquid. Sedangkan kumpulan flok yang turun mengendap akan
dibuang secara intermitten melalui blowdown dengan tetap menjaga
18

keseimbangan flok di dalam clarifier agar tidak pecah/rusak ataupun jangan


sampai flok berlebihan.Produk air bersih (treated water) ditampung pada storage
tank dan siap didistribusikan.Distribusi air bersih (treated water) sebagai berikut :
1. Proses lebih lanjut untuk :
a. Air minum (drinking water).
b. Air Umpan Boiler (demineralized water)
2. Air Pendingin Sirkulasi (circulated cooling water).
3. Service water, penggunaan air dalam kilang.
2.6.3. Faktor – faktor yang mempengaruhi proses Clarifier
Menurut korps asisten laboratorium proses dan operasi teknik kimia
(2018), Faktor – faktor yang mempengaruhi proses Clarifier adalah sebagai
berikut ;
1. Dosis Koagulan dan Floakulan.
2. Pengadukan (Rapid Mixing).
3. Temperature.
4. pH (derajat keasaman).
5. Warna raw water intake.
6. Level interface lumpur di Clarifier.
7. Blowdown dari Clarifier, dll.
2.6.4. Fungsi Carbon Active Filter (Caf)
Menurut korps asisten laboratorium proses dan operasi teknik kimia
(2018), Fungsi Carbon Active Filter (Caf) yaitu :
1. Mengurangi / menghilangkan kandungan senyawa organik dengan cara
adsorpsi.
2. Mengurangi / menghilangkan kandungan oksidator (ex Chlorin, dll)
3. Mengurangi / menghilangkan zat padat (solid) yang tersuspensi dalam
air.
19

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Bahan
1. Tawas
2. Alumunium Sulfat
3. Air Comberan 5000 ml
4. Air Rawa 5000 ml

3.2. Alat
1. pH meter
2. Sand Filter
3. Batang Pengaduk
4. Cliefer

3.3. Prosedur Kerja


3.3.1. Diagram Alir

Air Rawa Analisis pH

Aluminium
Pengadukan Clarifier Sulfat
an Analisis pH

Sand Filter

Air Bersih Analisa , warna, dan


pH

Gambar 3.1. Diagram Alir Air Rawa

19
20

Air Comberan Analisis pH

Aluminium Sulfat
Pengaduka Clarifier
n Analisis pH

Sand Filter

Air Bersih Analisa , warna, dan


pH

Gambar 3.2 Diagram Alir Air Comberan

3.3.2. Flowsheet

T-02

CV-01

CO-02

TC-01
CO-01
V-1

T-01 P-01
E-2

E-4 CO-03

F-01
T-03

Gambar 3.3 Flowsheet


21

keterangan :

- T-01 : Tangki penampungan sampel


- T-02 : Tangki penampungan alumunium sulfat
- T-03 : Tangki penampungan produk
- P-01 : Pompa
- CV-01 : Conveyor
- TC-01 : Clarifier
- F-01 : Filter
- CO : Control (mengukur pH sampel)

3.3.3. Uraian Proses


Pada Tangki (T-01) dimana Sampel (air rawa/air comberan) di
tampung dan akan dialirkan oleh pompa (P-01) menuju Clarifier (TC-01)
Sebelum itu sampel akan diukur pH nya oleh (CO-01). Sampel tadi akan
bercampur dengan alumunium sulfat yang berada pada tangki T-02 yang
dialirkan dengan conveyor (CV-01) menuju Clarifier (TC-01). Setelah
bercampur, ukur kembali pH sampel dengan CO-02. Lalu sampel akan
mengalami perubahan warna dan bau pada saat masuk ke filter (F-01) dan
disimpan Tangki (T-03) seterusnya diukur kembali kadar pH dalam produk
dengan (CO-03). Pada akhirnya dapat diamati perubahan yang terjadi antara
sampel awal dan produk.
22

BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

4.1. Hasil Pengamatan


a. Air Rawa
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Air Rawa
No Parameter Keadaan Keluar dari Keadaan Waktu
Awal Clifier Akhir (menit)
1. Warna Kuning Keruh Jernih
2. Bau Amis Sedikit Amis Tidak
Berbau 10
3. pH 6 4 5
4. Volume 5000 ml - 4652 ml

b. Air Comberan
Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Air Comberan
No Parameter Keadaan Keluar dari Keadaan Waktu
Awal Clifier Akhir (menit)
1. Warna Abu-abu Abu-abu cerah Keruh
pekat berbusa
2. Bau Bau Bau Menyengat Sedikit 10
Menyengat Menyengat
3. pH 8 5 4
4. Volume 5000 ml - 4851 ml

4.2. Perhitungan
Tabel 4.3 Hasil Perhitungan
Volume Volume Waktu Debit
No Sampel Awal (L) Akhir (L) (menit) (L/menit) % yield
1 Air Rawa 5000 4652 10 500 93,04 %
23

2 Air Comberan 5000 4851 10,7 467,28972 97,02 %

1. % yield

- % yield air rawa


𝑉2 4652 L
%𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑 = 𝑥 100% = 𝑥 100% = 93,04 %
V1 5000 L

- %yield air comberan


𝑉2 4851L
%𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑 = 𝑥 100% = 𝑥 100% = 97,02 %
V1 5000 L

2. Debit alir
- Debit air rawa
𝑉1 5000 𝐿
𝑄= = = 500 𝐿/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
t 10 menit

- Debit air comberan


𝑉1 5000 𝐿 𝐿
𝑄= = = 467,28972
t 10,7 menit 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

3. % Error

- % error air rawa


𝑉2 348 L
%𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = 𝑥 100% = 𝑥 100% = 6,96 %
V1 5000 L

- %error air comberan


𝑉2 149
%𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = 𝑥 100% = 𝑥 100% = 2,98 %
V1 5000 L

4. Material Balance
a. Air Rawa
24

F1 = 5000 L F2 = 4652 L P-10

FILTER

F3 = 348 L

Keterangan :
F1 : Volume awal
F2 : Volume akhir
F3 : Volume yang tertinggal didalam filter

b. Air Comberan

F1 = 5000 L F2 = 4851 L P-10

FILTER

F3 = 149 L

Keterangan :
F1 : Volume awal
F2 : Volume akhir
F3 : Volume yang tertinggal didalam filter
25

BAB V
PEMBAHASAN

4.3. Pembahasan
Air rawa banyak mengandung senyawa organik terlarut yang terdiri dari
ionik dan non ionik, unsur-unsur asam seperti sulfat, khlorida, dan nitrat yang
melebihi kondisi normal air pada umumnya. Kondisi seperti itu sangat berbahaya
apabila air rawa digunakan untuk keperluan sehari-hari. Karakteristik air rawa
yaitu airnya asam dan berwarna coklat sampai kehitam-hitaman dan kadang-
kadang merah.
Air comberan adalah air yang sudah tercemar dengan berbagai bakteri dan
merupakan air limbah rumah tangga. Karakteristik fisik air comberan yaitu
sebagian besar terdiri dari air dan sebagian kecil terdiri dari bahan-bahan padat
dan tersuspensi, biasanya berwarna suram seperti larutan sabun dan berbau.
Karakteristik kimiawinya yaitu biasanya mengandung campuran zat-zat kimia
anorganik yang berasal dari air bersih serta bermcam-macam zat organik berasal
dari penguraian urine dan sampah-sampah lainnya. Oleh sebab itu pada umumnya
bersifat basa pada waktu masih baru dan cenderung ke asam apabila sudah mulai
membusuk.

Pada pratikum kali ini pratikan melakukan water treatment pada air rawa
dan air comberan dengan menambahkan tawas dan alumunium sulfat. Adapun
fungsi penambahan tawas dan alumunium sulfat pada pratikum kali ini adalah
untuk mengumpulkan kotoran-kotoran pada proses penjernihan air. Tawas sering
sebagai penjernih air, kekeruhan dalam air dapat dihilangkan melalui penambahan
sejenis bahan kimia yang disebut koagulan. Pada umumnya bahan seperti
alumunium sulfat atau sering disebut alum atau tawas, fero sulfat, poly aluminium
chloride (PAC), dan poli elektrolit organik dapat digunakan sebagai koagulan.
Tawas ataupun alumunium sulfat sangat efektif untuk mengendapkan partikel
yang melayang baik dalam bentuk koloid maupun suspense.
26

Alat yang digunakan untuk pratikum kali ini terdiri dari :

1. Clarifier
Adalah alat atau tempat untuk menjernihkan air baku yang keruh
(misalnya air rawa, air comberan) dengan cara melakukan pengendapan,
untuk mempercepat pengendapan biasanyan ditambahkan chemical
koagulan dan flokulan agar terjadi proses koagulasi dan flokulasi pada air.
Clarifier dilengkapi dengan alat pengaduk (Mixer) sehingga proses
pencampuran dapat berlangsung dengan baik (homogen).
2. Sand filter
Fungsi sand filter adalah untuk menyaring kotoran atau padatan yang
terlarut dalam air. Sand filter disini terdir dari ijuk, pasir, kerikil, dan
serabut.

Adapun cara kerja pada pratikum kali ini adalah :

1. Air rawa
Air rawa yang akan dijernihkan sebanyak 5 liter akan di analisa warna,
bau serta pH nya sebelum dimasukan kedalam clarifier, air dimasukkan
secara perlahan sambil dimasukkan dan ditambahkan alumunium sulfat
kedalam clarifier secara perlahan, lalu air yang keluar dari clarifier diukur
pH nya. Air rawa tadi akan masuk kedalam sand filter yang akan melewati
beberapa media seperti serabut, kerikil, pasir, dan ijuk, setelahnya air akan
keluar dan ditampung dengan wadah berupa ember. Air rawa yang keluar
akan diukur volumenya agar dapat menghitung berapa konversi serta error
nya, serta analisa bau dari air rawa sesudah dimasukkan ke alat, serta
warna air tersebut agar dapat dilihat perbedaannya saat sebelum
dimasukan dan keluar dari alat. Pada pratikum kali ini pratikan
mendapatkan hasil berupa warna air rawa sebelum dimasukkan ke clarifier
berwarna kuning lalu keluar clarifier berwarna keruh dan saat keluar dari
sand filter berwarna jernih. Bau air rawa sebelum dimasukkan ke clarifier
yaitu amis, saat keluar clarifier baunya sedikit amis dan pada saat keluar
sand filter air rawa tersebut tidak berbau lagi. pH air rawa saat dimasukkan
ke clarifier yaitu 6, saat keluar clarifier pHnya 4 dan pada saat keluar sand
27

filter pHnya 5. Volume air rawa sebelum masuk adalah 5.000 ml (5 liter)
dan saat keluar alat volumenya 4.652ml. dan adapun konversi dari air rawa
adalah 93,04 % serta errornya adalah 6,96 %
2. Air comberan
Air comberan yang akan dijernihkan sebanyak 5 liter akan di analisa
warna, bau serta pH nya sebelum dimasukan kedalam clarifier, air
dimasukkan secara perlahan sambil dimasukkan atau ditambahkan
alumunium sulfat kedalam clarifier secara perlahan, lalu air yang keluar
dari clarifier diukur pH nya. Air comberan tadi akan masuk kedalam sand
filter yang akan melewati beberapa media seperti serabut, kerikil, pasir,
dan ijuk, setelahnya air akan keluar dan ditampung dengan wadah berupa
ember. Air comberan yang keluar akan diukur volumenya agar dapat
menghitung berapa konversi serta error nya, serta analisa bau dari air
comberan sesudah dimasukkan ke alat, serta warna air tersebut agar dapat
dilihat perbedaannya saat sebelum dimasukan dan keluar dari alat. Pada
pratikum kali ini pratikan mendapatkan hasil berupa warna air comberan
sebelum dimasukkan ke clarifier berwarna abu-abu pekat lalu keluar
clarifier berwarna abu-abu cerah dan saat keluar dari sand filter berwarna
keruh berbusa. Bau air comberan sebelum dimasukkan ke clarifier yaitu
menyengat, saat keluar clarifier baunya menyengat dan pada saat keluar
sand filter air comberan tersebut sedikit menyengat. pH air comberan saat
dimasukkan ke clarifier yaitu 8, saat keluar clarifier pHnya 5 dan pada saat
keluar sand filter pHnya 4. Volume air comberan sebelum masuk adalah
5.000 ml (5 liter) dan saat keluar alat volumenya 4851 ml. dan adapun
konversi dari air comberan adalah 97,02 % serta errornya adalah 2,98 %

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi proses clarifier adalah :


1. Dosis koagulan dan floakulan
2. Pengadukan
3. Temperature
4. pH
5. warna raw water intake
28

6. level interface lumpur di clarifier


7. blowdown dari clarifier
29

BAB VI
PENUTUP

6.1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan pada percobaan water
treatment, maka dapat disimpulkan bahwa:
 Prinsip kerja water treatment adalah penjernihan air dengan menggunakan
metode klarifikasi yaitu flokulasi, koagulasi, dan sedimentasi sehingga
menghasilkan air yang jernih.
 Tawas atau aluminium sulfat sebagai flocculator sangat efektif dalam
mengumpulkan kotoran dalam proses pemurnian air sehingga volume air rawa
dan air comberan yang keruh tadi berkurang disebabkan karena kotoran yang
mengendap di bagian bawah sehingga air berubah menjadi jernih.

6.2. Saran
Sebaiknya saat praktikum pada alat water treatment ditambahkan wadah
untuk menampung koagulan, agar pada saat air rawa atau air comberan masuk
dapat tercampur sempurna antara koagulan dengan air.
30

DAFTAR PUSTAKA

Sutrisno, T., 2004. Teknologi Penyediaan Air Bersih, PT Rineka Cipta, Jakarta.

Prahady, S., Juang, P., Ahmad, R. 2014. Pengolahan Air Rawa Menjadi Air bersih
di Daerah Timbangan Indralaya (-3, 201341 LS 104, 6513881 BT)
Menggunakan Membran Ultrafiltrasi. Teknik Kimia Universitas Sriwijaya.

Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Kanisius : Jakarta.

Soemirat, J. 2001. Toksikologi Lingkungan. Jogyakarta: Gajah Mada University


Press.

Wardhana, W.A, 2001. Dampak Pencemaran Lingkungan. Andi, Yogjakarta

Sanropie, 1984. Pedoman Bidang Studi Penyediaan Air Bersih, APK, Pusdinakes,
Jakarta.

Kusnaedi. 2004. Mengolah Air Gambut dan Air Kotor Untuk Air Minum. Jakarta.
Swadaya.

Anda mungkin juga menyukai