BAB I
PENDAHULUAN
1
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
4
(Prahady, 2014)
a. Filter
Yang dimaksud dengan filter disini adalah alat penyaringan air yang memiliki
kerapatan yang cukup besar. Hal ini sesuai dengan fungsinya yaitu untuk
menyaring benda padat kasar yang terapung disekitar pompa air, sehingga
kerusakan pompa dapat terhindar akibat tersumbat. Prinsip kerja dari filter yaitu
hanya menerima air yang didistribusikan oleh pompa dan pada filter terjadi
pemisahan antara benda padat kasar dan air.
b. Pompa
Disini pompa berfungsi untuk mendistribusikan air (air sungai) dan akan
kemudian di olah kembali. Prinsip kerja dari pompa yaitu mendistribusikan air
dari sumber air dan kemudian diolah kembali oleh alat-alat selanjutnya.
c. Flocculator
Flocculator adalah bagian yang berupa tangki dengan diameter, tinggi dan
kapasitas tertentu sesuai dengan keperluan. Prinsip kerja dari flocculator
menampung air yang didistribusikan oleh pompa kemudian koloid-koloid yang
terdapat bersama-sama dengan air dikoagulasi karena pengaruh beberapa bahan
kimia yang diberikan. Selanjutnya koloid yang berbentuk flock ini tertinggal di
flocculator kemudian airnya diproses pada alat selanjutnya.
d. Clarifier
Clarifier berfungsi sebagai tempat pembentukan flok dengan penambahan
larutan Alum (Al2(SO4)3 sebagai bahan. Pada Clarifier terdapat mesin agitator
yang berfungsi sebagai alat untuk mempercepat pembentukan flok. Pada Clarifier
terjadi pemisahan antara air bersih dan air kotor. Air bersih ini kemudian
disalurkan dengan menggunakan pipa yang besar untuk kemudian dipompakan ke
filter. Clarifier terbuat dari beton yang berbentuk bulat yang dilengkapi dengan
penyaring dan sekat. Dari inlet pipa clarifier, air masuk ke dalam primary reaction
zone.
Di dalam primary reaction zone dan secondary reaction zone, air dan bahan
kimia (koagulan yaitu tawas) diaduk dengan alat agitataor blade agar tercampur
homogen. Maka koloid akan membentuk butiran-butiran flokulasi. Hal ini
dilakukan karena penyelesaian gravitasi efektif daerah cenderung desain pelat
sebanding dengan total luas permukaan miring rak piring. Air yang telah
10
e. Clear well
Salah satu unit bangunan di dalam TPA (instalasi pengolahan air bersih)
yang berfungsi sebagai penampung/wadah sementara (reservoir) air hasil
pengolahan. Pada beberapa instalasi, unit ini juga berfungsi sebagai tempat
pembubuhan desinfektan. Pipa transmisi adalah pipa pipa pembawa air minum
yang menghubungkan bak penampung air (clear well) dengan bak penampung air
distribusi (reservoir distribution).
Reservoir berfungsi sebagai tempat penampungan air bersih yang telah
disaring melalui filter, air ini sudah menjadi air yang bersih yang siap digunakan
dan harus dimasak terlebih dahulu untuk kemudian dapat dijadikan air minum.
Unit ini juga digunakan sebagai waduk untuk menyimpan disaring kuantitas air
yang memadai untuk mencegah kebutuhan yang berbeda-beda untuk menilai
penyaringan dengan variasi permintaan, Pada beberapa instalasi, unit ini juga
berfungsi sebagai tempat pembubuhan desinfektan untuk menjaga kualitas air.
Berbagai usaha telah banyak dilakukan agar tidak terjadi pencemaran terhadap air.
dapat dihindari atau setidaknya diminimalkan.
f. Sand Filter
Sand Filter digunakan untuk pemurnian air. Ada tiga jenis utama;
1. Rapid (gravity) sand filters
2. Upflow sand filters
3. Slow sand filters
Semua tiga metode yang digunakan dalam industri di seluruh dunia. Dua
yang pertama mengharuskan penggunaan bahan kimia flocculant untuk bekerja
secara efektif. Sementara slow sand filtersdapat menghasilkan kualitas air sangat
tinggi bebas dari patogen, rasa dan bau tanpa memerlukan bantuan kimia.
Penyaring yang digunakan adalah rapid sand fliter (filter saringan cepat). Sand
filter jenis ini berupa bak yang beriisi pasir kwarsa yang berfungsi untuk
menyaring flok halus dan kotoran lain yang lolos dari klarifier (clearator).
Air yang masuk ke filter ini telah dicampur terlebih dahulu dengan klorin
dan tawas. Media penyaring biasanya lebih dari satu lapisan, yaitu pasir kwarsa
dan batu dengan mesh tertentu. Air mengalir ke bawah melalui media tersebut.
Zat-zat padat yang tidak larut akan melekat pada media, sedangkan air yang jernih
12
akan terkumpul di bagian dasar dan mengalir keluar melalui suatu pipa menuju
reservoir. Flocculated air melewati Rapid (gravity) sand filters luar floc dan
partikel-partikel yang terperangkap di dalamnya mengurangi jumlah bakteri dan
menghilangkan sebagian besar padatan. Media penyaring adalah pasir dengan
karakteristik yang berbeda-beda. Di mana rasa dan bau mungkin menjadi masalah
(organoleptik dampak), sand filter mungkin termasuk lapisan karbon aktif untuk
menghilangkan rasa dan bau seperti itu.
Sand filter menjadi tersumbat dengan periode floc setelah digunakan dan
mereka kemudian dicuci backwashed atau tekanan untuk menghapus floc. Air
backwash ini dijalankan ke tank menetap sehingga dapat menyelesaikan floc
keluar dan kemudian dibuang sebagai bahan limbah. Di beberapa negara lumpur
dapat digunakan sebagai Pemeliharaan filter yang tidak memadai telah menjadi
penyebab pencemaran air minum sesekali. Sand filter kadang-kadang digunakan
dalam limbah sebagai tahap pemolesan akhir. Dalam menyaring jebakan pasir sisa
bahan ditangguhkan dan bakteri dan menyediakan matriks fisik pengolahan untuk
bakteri dekomposisi bahan nitrogen, termasuk amonia dan nitrat, ke nitrogen gas.
Dari clear well, air disaring di sand filter yang bertujuan memisahkan
kotoran halus yang terdapat dalam air bersih dan mengurangi ion nitrat ataupun
nitrit yang tidak terendapkan pada flocculator. Untuk melihat indikasi sand filter
telah menurun dapat dimonitoring dengan pressure drop. Untuk mengeluarkan
kotoran yang tertahan pada saat operasi maka dilakukan backwash. Air yang
keluar dari sand filter diharapkan mempunyai turbidity maksimum yaitu sebanyak
1 ppm.
g. Filtered Water Storage Tank
Air hasil proses di sand filter kemudian ditampung di filtered water
storage tank kualitas yang diharapkan ada pada air hasil pengolahan. Diharapkan
air yang dihasilkan sudah sesuai dengan standar dan layak untuk dikonsumsi atau
diolah lebih lanjut.
2.5.3. Bahan Injeksi Water Treatment
a. Larutan alum ( Al2SO4)
Larutan ini berfungsi untuk memperbesar ukuran partikel-partikel koloid
sehingga akan lebih mudah terbentuk floc-floc dan mengendap. Suspensi koloid
13
terdiri dari ion-ion bermuatan negatif sehingga akan terjadi peristiwa tolak-
menolak antar ion. Apabila ion –ion yang bermuatan positif yang terdapat dalam
zat pengendap (coagulant chemicals) bersentuhan dengan ion-ion negatif maka
akan terbentuk gumpalan berupa gelatin. Dengan demikian ukuran partikel akan
bertambah besar sehingga dapat dipisahkan dengan cara pengendapan. Berbagai
usaha telah banyak dilakukan agar kehadiran pencemaran terhadap air dapat
dihindari atau setidaknya diminimalkan.
b. Coagulant Aid
Berfungsi untuk memperbesar partikel koloid dan membentuk floc tank,
sehingga proses pengendapan berlangsung lebih cepat dan sempurna. Bahan kimia
polimer sering dipakai sebagai koagulan. Bahan kimia polimer sering dipakai
sebagai koagulan/flokulan pembantu dalam proses flokulasi di IPA, polimer
berfungsi membantu membentuk makroflok yang akan menahan abrasi setelah
terjadi destabilisasi dan pembentukan mikroflok disebabkan oleh koagulan.
Adsorpsi koagulan pembantu pada mikroflok penting supaya makroflok dapat
terbentuk. Hal ini sangat dipengaruhi oleh karakteristik batas permukaan antara
molekul dan hal ini sangat tergantung pada komposisi air.
Sesuai dengan muatan elektrostatik dalam larutan air, koagulan/flokulan
pembantu dikelompokkan menjadi non ionogen, anion aktif dan kation aktif.
Bahan kimia pendukung lainnya yang dimaksud adalah zat kimia yang digunakan
untuk membantu berlangsungnya proses koagulasi-flokulasi. Zat ini biasanya
ditambahkan sebelum proses koagulasi dilakukan. Zat-zat tersebut berfungsi
untuk penetapan pH, sebagai zat pemberat, sebagai oksidator, sebagai adsorben
dan sebagai elektrolit.
Penetapan pH yang dimaksud adalah penetapan pH optimum untuk
koagulasi, ditetapkan untuk memenuhi persyaratan pH berada pada jangkauan
yang disyaratkan untuk setiap jenis koagulan yang digunakan. Ada beberapa zat
kimia yang digunakan untuk penetapan pH pada pengolahan air adalah :
a. Kapur CaO, Ca(OH)2 berfungsi untuk menaikan pH
b. Soda abu (Na2CO3)
c. Soda api (NaOH)
d. Asam sulfat (H2SO4) , CO2 berfungsi untuk menurunkan pH
14
2.6.1. Klarifikasi
Menurut korps asisten laboratorium proses dan operasi teknik kimia
(2018), Klarifikasi adalah proses penghilangan suspended solid melalui
mekanisme : Koagulasi, Flokulasi dan Sedimentasi.Clarifier dilengkapi dengan
alat pengaduk (Mixer) sehingga proses pencampuran dapat berlangsung dengan
baik (homogen). Mixer tersebut ada yang putaran cepat (high speed mixer) dan
putaran lambat (low speed mixer).
Didalam Clarifier terjadi proses :
1. Koagulasi
Koagolasi adalah suatu mekanisme penetralan dimana partikel partikel
koloid yang bermuatan (ionic) dinetralkan muatannya, setelah muatannya netral
maka partikel – partikel tersebut bias / akan saling mendekat / menempel satu
sama lain dan mulai terbentu floc yang kecil (pin floc).
Proses Koagulasi
Chemical’s Alumunium Sulfat Al2(SO4)3 . 18 H2O (koagulan)
a. Alumunium Sulfat (alum) sebagai koagulan diinjeksikan kedalam clarifier
dengan dosis berkisar antara (45 – 50) ppm, tergantung dari kualitas raw
water intakenya.
b. Fungsi alum adalah membentuk flok inti (pin – floc)
c. Reaksi kimia yang terjadi adalah sebagai berikut :
Al2(SO4)3 + 3 Ca(OH)3 ---------> 2 Al(OH)3+ 3 Ca(SO4)4
Al2(SO4)3 + 3 Ca(OH)3 ---------> 2 Al(OH)3 + 3 Ca(SO4)4
Proses Koagulasi berlangsung melalui 3 tahapan sebagai berikut :
1. Tahap pengadukan cepat (rapid-mixing) antara koagulan dengan air.
Faktor ini sangat penting dan diperlukan agar :
a. Probability tumbukan antara partikel untuk netralisasi cukup besar
sehingga netralisasi sempurna.
b. Distribusi koagulan dalam air cukup baik dan merata.
c. Ada input energi yang cukup untuk tumbukan antara partikel dari
partikel – partikel yang telah netral, sehingga bisa terbentuk pin-floc.
16
2. Netralisasi muatan
3. Dengan adanya input energi dari pengadukan (mixing) tadi, partikel yang
telah dinetralkan, bertubrukan satu sama lain dan mulai terbentuk floc
kecil (pin-floc).
2. Flokulasi
Floktasi adalah suatu mekanisme dimana floc kecil yang sudah terbentuk
dalam proses koagulasi tadi, melalui suatu media flokulan (ex.Poly-Electrolyte)
digabungkan menjadi floc yang lebih besar sehingga cukup berat untuk bias
mengendap (settling). Proses Flokulasi yaitu:
a. Pin-floc halus yang dihasilkan pada proses awal koagulasi masih belum
cukup besar untuk bisa mengendap (settling) dengan baik dibawah
pengaruh gravitasi.
b. Penggabungan pin-floc dapat dibantu / dipercepat dengan suatu flokulan
(bisa disebut coagulant aid = flocculant), yaitu suatu senyawa polimer
yang berantai panjang dan mempunyai berat molekul tinggi.
c. Sifat polimer flokulan biasanya tidak bermuatan (non-ionik) atau sedikit
kationik (slighty cationic) ataupun sedikit anionic (slightly anionic).
d. Rantai yang panjang dan banyak cabangnya (BM-tinggi) adalah
persyaratan utama bagi flokulan, dengan rantai yamg panjang dan
bercabang tersebut, flokulan dapat berfungsi sebagai “jembatan
penhubung” bagi pin-floc untuk membentuk suatu flok yang lebih besar.
e. Jika mekanisme flokulasi diatas telah dipahami maka dapat terlihat dengan
jelas bahwa rantai flokulan tersebut harus diusahakan agar tidak pecah /
terputus dalam pemakaiannya.
f. Apabila rantainya putus menajdi pendek, maka jumlah pin-floc yang bisa
diikat menjadi lebih sedikit sehingga floc yang terjadi tidak cukup besar.
3. Sedimentasi
Sedimentasi adalah suatu mekanisme dimana floc yang sudah cukup besar
tadi akan mengendap dan turun ke bawah permukaan air dibawah pengaruh gaya
gravitasi.Dasar teori yang dipakai untuk proses sedimentasi adalah hukum
STOKES dengan rumus sebagai berikut :
V = 18.5 D2 ( S1 – S2) / Z ….. Hukum Stokes
17
Dengan :
V = kecepatan jatuhnya partikel (pengendapan).
D = diameter partikel
S1 = densitas partikel
S2 = densitas media (fluida)
Z = viskositas media (fluida)
Dibagian atas Clarifier akan terbentuk air yang relatif sudah bersih, untuk
kemudian dialirkan dengan cara di over flowkan untuk kemudian dialirkan ke unit
filtrasi.
Gambar 2.1. Proses Koagulasi, Flokulasi, dan Filtrasi Pada Water Treatment
(Sutrisno, 2004)
2.6.2. Filtrasi
Menurut korps asisten laboratorium proses dan operasi teknik kimia
(2018), Proses filtrasi terjadi di Unit Sand Filter. Filtrasi (penyaringan) dilakukan
dengan menggunakan pasir (sand), koral (gravel), dan anthrasit untuk
menghilangkan / merduksi zat tersuspensi (pin-floc) yang terikut bersama air
umpan (dari outlet clarifier). Secara periodik (24 jam), saringan harus di
backwash untuk menghilangkan flok yang tersaring di permukaan filter. Air yang
keluar dari sand filter kemudian dipompakan ke tangki pengumpul (storage tank).
Untuk menjaga agar pH air bersih tersebut on specification (7.5-8.5) maka
diinjeksikan NaOH liquid. Sedangkan kumpulan flok yang turun mengendap akan
dibuang secara intermitten melalui blowdown dengan tetap menjaga
18
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Bahan
1. Tawas
2. Alumunium Sulfat
3. Air Comberan 5000 ml
4. Air Rawa 5000 ml
3.2. Alat
1. pH meter
2. Sand Filter
3. Batang Pengaduk
4. Cliefer
Aluminium
Pengadukan Clarifier Sulfat
an Analisis pH
Sand Filter
19
20
Aluminium Sulfat
Pengaduka Clarifier
n Analisis pH
Sand Filter
3.3.2. Flowsheet
T-02
CV-01
CO-02
TC-01
CO-01
V-1
T-01 P-01
E-2
E-4 CO-03
F-01
T-03
keterangan :
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
b. Air Comberan
Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Air Comberan
No Parameter Keadaan Keluar dari Keadaan Waktu
Awal Clifier Akhir (menit)
1. Warna Abu-abu Abu-abu cerah Keruh
pekat berbusa
2. Bau Bau Bau Menyengat Sedikit 10
Menyengat Menyengat
3. pH 8 5 4
4. Volume 5000 ml - 4851 ml
4.2. Perhitungan
Tabel 4.3 Hasil Perhitungan
Volume Volume Waktu Debit
No Sampel Awal (L) Akhir (L) (menit) (L/menit) % yield
1 Air Rawa 5000 4652 10 500 93,04 %
23
1. % yield
2. Debit alir
- Debit air rawa
𝑉1 5000 𝐿
𝑄= = = 500 𝐿/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
t 10 menit
3. % Error
4. Material Balance
a. Air Rawa
24
FILTER
F3 = 348 L
Keterangan :
F1 : Volume awal
F2 : Volume akhir
F3 : Volume yang tertinggal didalam filter
b. Air Comberan
FILTER
F3 = 149 L
Keterangan :
F1 : Volume awal
F2 : Volume akhir
F3 : Volume yang tertinggal didalam filter
25
BAB V
PEMBAHASAN
4.3. Pembahasan
Air rawa banyak mengandung senyawa organik terlarut yang terdiri dari
ionik dan non ionik, unsur-unsur asam seperti sulfat, khlorida, dan nitrat yang
melebihi kondisi normal air pada umumnya. Kondisi seperti itu sangat berbahaya
apabila air rawa digunakan untuk keperluan sehari-hari. Karakteristik air rawa
yaitu airnya asam dan berwarna coklat sampai kehitam-hitaman dan kadang-
kadang merah.
Air comberan adalah air yang sudah tercemar dengan berbagai bakteri dan
merupakan air limbah rumah tangga. Karakteristik fisik air comberan yaitu
sebagian besar terdiri dari air dan sebagian kecil terdiri dari bahan-bahan padat
dan tersuspensi, biasanya berwarna suram seperti larutan sabun dan berbau.
Karakteristik kimiawinya yaitu biasanya mengandung campuran zat-zat kimia
anorganik yang berasal dari air bersih serta bermcam-macam zat organik berasal
dari penguraian urine dan sampah-sampah lainnya. Oleh sebab itu pada umumnya
bersifat basa pada waktu masih baru dan cenderung ke asam apabila sudah mulai
membusuk.
Pada pratikum kali ini pratikan melakukan water treatment pada air rawa
dan air comberan dengan menambahkan tawas dan alumunium sulfat. Adapun
fungsi penambahan tawas dan alumunium sulfat pada pratikum kali ini adalah
untuk mengumpulkan kotoran-kotoran pada proses penjernihan air. Tawas sering
sebagai penjernih air, kekeruhan dalam air dapat dihilangkan melalui penambahan
sejenis bahan kimia yang disebut koagulan. Pada umumnya bahan seperti
alumunium sulfat atau sering disebut alum atau tawas, fero sulfat, poly aluminium
chloride (PAC), dan poli elektrolit organik dapat digunakan sebagai koagulan.
Tawas ataupun alumunium sulfat sangat efektif untuk mengendapkan partikel
yang melayang baik dalam bentuk koloid maupun suspense.
26
1. Clarifier
Adalah alat atau tempat untuk menjernihkan air baku yang keruh
(misalnya air rawa, air comberan) dengan cara melakukan pengendapan,
untuk mempercepat pengendapan biasanyan ditambahkan chemical
koagulan dan flokulan agar terjadi proses koagulasi dan flokulasi pada air.
Clarifier dilengkapi dengan alat pengaduk (Mixer) sehingga proses
pencampuran dapat berlangsung dengan baik (homogen).
2. Sand filter
Fungsi sand filter adalah untuk menyaring kotoran atau padatan yang
terlarut dalam air. Sand filter disini terdir dari ijuk, pasir, kerikil, dan
serabut.
1. Air rawa
Air rawa yang akan dijernihkan sebanyak 5 liter akan di analisa warna,
bau serta pH nya sebelum dimasukan kedalam clarifier, air dimasukkan
secara perlahan sambil dimasukkan dan ditambahkan alumunium sulfat
kedalam clarifier secara perlahan, lalu air yang keluar dari clarifier diukur
pH nya. Air rawa tadi akan masuk kedalam sand filter yang akan melewati
beberapa media seperti serabut, kerikil, pasir, dan ijuk, setelahnya air akan
keluar dan ditampung dengan wadah berupa ember. Air rawa yang keluar
akan diukur volumenya agar dapat menghitung berapa konversi serta error
nya, serta analisa bau dari air rawa sesudah dimasukkan ke alat, serta
warna air tersebut agar dapat dilihat perbedaannya saat sebelum
dimasukan dan keluar dari alat. Pada pratikum kali ini pratikan
mendapatkan hasil berupa warna air rawa sebelum dimasukkan ke clarifier
berwarna kuning lalu keluar clarifier berwarna keruh dan saat keluar dari
sand filter berwarna jernih. Bau air rawa sebelum dimasukkan ke clarifier
yaitu amis, saat keluar clarifier baunya sedikit amis dan pada saat keluar
sand filter air rawa tersebut tidak berbau lagi. pH air rawa saat dimasukkan
ke clarifier yaitu 6, saat keluar clarifier pHnya 4 dan pada saat keluar sand
27
filter pHnya 5. Volume air rawa sebelum masuk adalah 5.000 ml (5 liter)
dan saat keluar alat volumenya 4.652ml. dan adapun konversi dari air rawa
adalah 93,04 % serta errornya adalah 6,96 %
2. Air comberan
Air comberan yang akan dijernihkan sebanyak 5 liter akan di analisa
warna, bau serta pH nya sebelum dimasukan kedalam clarifier, air
dimasukkan secara perlahan sambil dimasukkan atau ditambahkan
alumunium sulfat kedalam clarifier secara perlahan, lalu air yang keluar
dari clarifier diukur pH nya. Air comberan tadi akan masuk kedalam sand
filter yang akan melewati beberapa media seperti serabut, kerikil, pasir,
dan ijuk, setelahnya air akan keluar dan ditampung dengan wadah berupa
ember. Air comberan yang keluar akan diukur volumenya agar dapat
menghitung berapa konversi serta error nya, serta analisa bau dari air
comberan sesudah dimasukkan ke alat, serta warna air tersebut agar dapat
dilihat perbedaannya saat sebelum dimasukan dan keluar dari alat. Pada
pratikum kali ini pratikan mendapatkan hasil berupa warna air comberan
sebelum dimasukkan ke clarifier berwarna abu-abu pekat lalu keluar
clarifier berwarna abu-abu cerah dan saat keluar dari sand filter berwarna
keruh berbusa. Bau air comberan sebelum dimasukkan ke clarifier yaitu
menyengat, saat keluar clarifier baunya menyengat dan pada saat keluar
sand filter air comberan tersebut sedikit menyengat. pH air comberan saat
dimasukkan ke clarifier yaitu 8, saat keluar clarifier pHnya 5 dan pada saat
keluar sand filter pHnya 4. Volume air comberan sebelum masuk adalah
5.000 ml (5 liter) dan saat keluar alat volumenya 4851 ml. dan adapun
konversi dari air comberan adalah 97,02 % serta errornya adalah 2,98 %
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan pada percobaan water
treatment, maka dapat disimpulkan bahwa:
Prinsip kerja water treatment adalah penjernihan air dengan menggunakan
metode klarifikasi yaitu flokulasi, koagulasi, dan sedimentasi sehingga
menghasilkan air yang jernih.
Tawas atau aluminium sulfat sebagai flocculator sangat efektif dalam
mengumpulkan kotoran dalam proses pemurnian air sehingga volume air rawa
dan air comberan yang keruh tadi berkurang disebabkan karena kotoran yang
mengendap di bagian bawah sehingga air berubah menjadi jernih.
6.2. Saran
Sebaiknya saat praktikum pada alat water treatment ditambahkan wadah
untuk menampung koagulan, agar pada saat air rawa atau air comberan masuk
dapat tercampur sempurna antara koagulan dengan air.
30
DAFTAR PUSTAKA
Sutrisno, T., 2004. Teknologi Penyediaan Air Bersih, PT Rineka Cipta, Jakarta.
Prahady, S., Juang, P., Ahmad, R. 2014. Pengolahan Air Rawa Menjadi Air bersih
di Daerah Timbangan Indralaya (-3, 201341 LS 104, 6513881 BT)
Menggunakan Membran Ultrafiltrasi. Teknik Kimia Universitas Sriwijaya.
Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Kanisius : Jakarta.
Sanropie, 1984. Pedoman Bidang Studi Penyediaan Air Bersih, APK, Pusdinakes,
Jakarta.
Kusnaedi. 2004. Mengolah Air Gambut dan Air Kotor Untuk Air Minum. Jakarta.
Swadaya.