DISUSUN OLEH :
AMAT RIBUT
H1041151047
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2017
BAB I
PENDAHULUAN
Oksigen adalah gas yang berwarna, tak berbau, tak berasa dan hanya sedikit
larut dalam air. Untuk mempertahankan hidupnya makluk yang tinggal di air, baik
tanaman maupun hewan, bergantung kepada oksigen yang terlarut ini. Jadi
penentuan kadar oksigen terlarut dapat dijadikan ukuran untuk menahan mutu air.
Kehidupan diair dapat bertahan jika ada oksigen terlarut minimum sebanyak 5 mg
oksigen setiap liter air (5 bpj atau 5 ppm). Selebihnya bergantung kepada ketahanan
organisme, derajat keaktivannya, kehadiran pencemar, suhu air, dan sebagainya.
Umumnya laju konsumsi kelarutan oksigen dalam air, jika udara yang bersentuhan
dengan permukaan air bertekanan 760 mm dan mengandung 21 % oksigen. Oksigen
dapat merupakan factor pembatas dalam penentuan kehadiran mahluk hidup dalam
air. Oksigen dalam danau misalya berasal dari udara dan fotosintesis organisme
yang hidup didanau itu. Jika respirasi terjadi lebih cepat dari penggantian yang
larut, maka terjadi defisit oksigen. Sebaiknya dasar danau dijenuhkan dengan
oksigen (Subanri, 2008).
Dalam UU No 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan
PP RI No 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
pencemaran Air yang dimaksud dengan Pencemaran Air adalah masuknya atau
dimasukkannya makluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air
oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukkannya. Dari definisi
tersebut tersirat bahwa pencemaran air dapat terjadi secara sengaja maupun tidak
sengaja dari kegiatan manusia pada suatu perairan yang peruntukkannya sudah jelas
(Herlambang, 2009).
Resiko atau bahaya terhadap kesehatan dapat juga akibat adanya kandungan
zat atau senyawa kimia dalam air minum, yang melebihi ambang batas konsentarsi
yang diijinkan. Adanya zat/senyawa kimia dalam air minum ini dapat terjadi secara
alami dan atau akibat kegiatan manusia misalnya oleh limbah rumah tangga,
industri dan lain-lain. Beberapa zat /senyawa kimia yang bersifat racun terhadap
tubuh manusia misalnya logam berat, pestisida, senyawa mikro polutan
hidrokarbon, zat-zat radioaktif alami atau buatan dan sebagainya (Herlambang,
2009).
Affandi, R, S.S. Djadja, M.F. Rahardjo, Sulistiono, 1992, Iktiologi, suatu pedoman
kerja laboratorium, IPB. 344 hlm.
Middleton, G., 2004, Gencomm Standard for Use with Generating Set Control
Equipment, England: Deep Sea Electronics plc.
Mustakim, M., 2008, Kajian Kebiasaan Makanan dan Kaitannya dengan Aspek
Reproduksi Ikan Betok ( Anabas testudineus) pada Habitat yang Berbeda di
Lingkungan Danau Melintang Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Tesis,
IPB, Bogor.
Pandit, D. N dan T. K. Ghosh.,2007, Oxygen uptake in relation to group size in
the juveniles of a Climbing Perch, Anabas testudineus, Journal of
Environment Biology, 28(1): 141-143 (2007).
Puspitasari, D E, 2009, Dampak Pencemaran Air Terhadap Kesehatan Lingkungan
(Studi Kasus Sungai Code di Kelurahan Wirogunan Kecamatan Mergangsan
dan Kelurahan Prawirodirjan Kecamatan Gondomanan Yogyakarta, Mimbar
Hukum, Vol. 21, No. 1, Hal. 23-24.
Subanri, 2008, Kajian Beban Pencemaran Merkuri (Hg) Terhadap Air Sungai
Menyuke Dan Gangguan Kesehatan Pada Penambang Sebagai Akibat
Penambangan Emas Tanpa Izin (Peti) Di Kecamatan Menyuke, Kabupaten
Landak, Kalimantan Barat, Tesis, Universitas Diponegoro, Semarang.
Turan, C, 1999, A Note on The Examination of Morphometric Differentiation
Among Fish Population: the Truss System, Journal of Zoology Vol. 23, hlm
259-263.
Wulansari, F D dan Ardiansyah, 2012, Pengaruh Detergen Terhadap Mortalitas
Benih Ikan Patin sebagai Bahan Pembelajaran Kimia Lingkungan, EduSains,
Vol. 1 No. 2 ISSN 2338-4387.