OLEH:
RISKI. A. FATARI
F 131 19 019
UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS TEKNIK
PALU
2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup orang banyak sehingga perlu
dilindungi agar dapat bermanfaat bagi hidup dan kehidupan manusia serta mahkluk hidup
lainnya. Untuk menjaga atau mencapai kualitas air sehingga dapat dimanfaatkan secara
berkelanjutan sesuai dengan tingkat mutu air yang diinginkan, maka perlu upaya pelestarian
dan pengendalian. Pelestarian kualitas air merupakan upaya untuk memelihara fungsi air agar
kualitasnya tetap pada kondisi alamiah. Pengelolaan kualitas air dilakukan dengan upaya
pengendalian pencemaran air, yaitu dengan upaya memelihara fungsi air sehingga kualitas air
memenuhi baku mutu (Azwir, 2006) Suatu sungai dikatakan tercemar jika kualitas airnya
sudah tidak sesuai dengan peruntukkannya. Kualitas air ini didasarkan pada baku mutu
kualitas air sesuai kelas sungai berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001
tentang Pengelolaan kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Menurut Bahtiar (2007),
Lingkungan dapat dikatakan tercemar jika dimasuki atau kemasukan bahan pencemar yang
dapat mengakibatkan gangguan pada makhluk hidup yang ada didalamnya. Sungai pada
dasarnya mempunyai kemampuan untuk membersihkan polutan yang masuk secara alamiah
yang disebut dengan Kapasitas Asimilasi (assimilative cappacity). Kapasitas asimilasi setiap
sungai tidak sama karena bergantung pada karakteristik hidrologi sungainya masing-masing
dan aktifitas penggunaan lahan di sekitar sungai. Secara umum, kualitas air sungai sangat
bergantung dengan kondisi vegetasi pada catchment area, besaran dan jenis kegiatan yang
akan bermuara ke sumber air, serta kemampuan asimilasi sumber air terhadap input pencemar
yang diterimanya (Bangyou, et al 2011). Berdasarkan UU No. 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, pencemaran lingkungan hidup adalah
masuk atau dimasukkannya 2 makhluk hidup, zat, energi dan/atau komponen lain ke dalam
lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup
yang telah ditetapkan. Dan pada pasal 17 ayat 2 dijelaskan bahwa apabila daya dukung dan
daya tampung lingkungan telah terlampaui maka kebijakan, rencana dan program yang
memberikan tekanan terhadap lingkungan harus diperbaiki. Dengan demikian, jika beban
limbah yang masuk ke sungai telah melampaui daya tampung sungai, maka pencegahan
penurunan kualitas sungai harus dilakukan dengan strategi pengelolaan yang baik. Penilaian
terhadap kualitas badan air untuk suatu peruntukan didasarkan kepada Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman penentuan status mutu
air. Pengelolaan sungai dimulai dari identifikasi aktifitas yang berpotensi mencemari sungai,
pengukuran kualitas air sungai, penetapan status mutu air sungai, penentuan beban cemar
sungai sesuai baku mutu, penentuan titik kritis yang memiliki beban cemar tinggi,
pengukuran kapasitas asimilasi sungai dan perumusan strategi penurunan beban cemar dan
konservasi sungai.
1.2 Perumusan Masalah Dari uraian latar belakang tersebut di atas maka permasalahan yang
melatarbelakangi penelitian ini adalah :
1. Apakah pengaruh sumber pencemar terhadap kualitas air Sungai?
2. Bagaimana beban pencemaran dan status mutu air Sungai ?
3. Bagaimana strategi pengelolaan kualitas air Sungai?
1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
a. Memberikan informasi tentang kondisi dari Sungai
b. Dapat menjadi referensi bagi penelitian sejenis tentang kualitas air sungai.
BAB II
TEORI DASAR
Dalam pengukuran, nilai COD selalu lebih besar dari BOD karena senyawa anorganik
juga bisa ikut teroksidasi selama proses. Kenyataannya hampir semua zat organik (95-
100%) dapat dioksidasi oleh oksidator kuat seperti kalium permanganat dalam suasana
asam. Makin tinggi nilai COD berarti makin banyak O2 dibutuhkan untuk mengoksidasi
senyawa organik pencemar. Nilai COD pada perairan yang tidak tercemar biasanya <20
mg/L. Kelebihan pengukuran COD dibandingkan dengan BOD adalah dapat menguji air
limbah yang beracun, yang tidak dapat diuji oleh BOD karena bakteri akan mati serta
membutuhkan waktu pengujian lebih singkat yaitu 3 jam (Yuliastuti, 2011). Fosfor (P)
Di perairan unsur fosfor tidak ditemukan dalam bentuk bebas sebagai elemen, melainkan
dalam bentuk senyawa anorganik terlarut (ortofosfat dan polifosfat) dan senyawa organik
yang berupa partiikulat. Fosfor total menggambarkan jumlah total fosfor, baik berupa
partikulat maupun terlarut, anorganik maupun organik (Yuliastuti, 2011). Kandungan
phosphat yang tinggi dalam perairan menyebabkan suburnya algae dan organisme lainnya
atau yang dikenal dengan eutrofikasi. Kesuburan tanaman air akan menghalangi
kelancaran arus air dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut (Ginting, 2007).
- Chromium (Cr)
Chromium (Cr) merupakan salah satu logam berat yang beracun. Jika keberadaannya
melebihi ambang batas yang diperbolehkan dapat membahayakan lingkungan, termasuk
manusia. Akumulasi Chromium dapat menyebabkan kerusakan terhadap organ respirasi,
dan dapat juga menyebabkan timbulnya kanker pada manusia (Suprapti, 2008 dalam
Agus 2011). Menurut Halija (2012), logam Cr dapat masuk ke dalam semua strata
lingkungan, apakah itu pada strata perairan, tanah ataupun udara (lapisan atmosfer).
Kromium yang masuk kedalam strata lingkungan dapat datang dari bermacammacam
sumber. Tetapi sumber–sumber masukan logam Cr kedalam strata lingkungan yang
umum dan diduga paling banyak adalah dari kegiatan-kegiatan perindustrian, kegiatan
rumah tangga dan dari pembakaran serta mobilitas bahan-bahan bakar.
Rohidi, warga Tengkurak yang juga nelayan di perairan pantai utrara Serang mengatakan,
ia mengaku kesulitan untuk mandi karena air menghitam. Tidak hanya dirinya, menurut
Rohidi kebanyakan warga di Tengkurak memang selalu mengandalkan air sungai
Ciujung.
"Ini sungai yang selalu kena limbah, nggak tahu dari pabrik mana. Kesusahan lah,
makanya jarang pada mandi," katanya saat berbincang dengan detikcom, Tengkurak,
Tirtayasa, Kabupaten Serang, Senin (28/7/2017).
Keluhan sama juga disampaikan Suwardi. Air sungai yang menghitam membuat warga juga
kesulitan mencari ikan di pinggir pantai. Apalagi, hilir dari sungai Ciujung berada di perairan
Tengkurak di daerah utara Serang. Jika terpaksa ingin mencari ikan, warga terpaksa harus
melaut lebih ke tengah.
"Sekarang juga sampai nggak ngejual, buat beli bensin aja nggak kebayar," ujarnya.
Suwardi menjelaskan, pencemaran limbah ke sungai Ciujung relatif sering. Seingatnya, dua
hari lalu sungai masih berwarna kuning dan tidak berbau. Namun, hari ini sungai malah
menjadi hitam dan mengeluarkan bau menyengat.
"Hitamnya ini kira-kira sudah dua hari, entar nggak hitam lagi, setelah itu datang lagi
(limbahnya)," katanya. Selain menyusahkan warga di bagian hilir, menurut Suwardi banyak
warga khususnya di daerah Tengkurak yang merasa dirugikan karena tercemarnya sungai
Ciujung. Ada beberapa warga yang memiliki tambak ikan merugi akibat keracunan.
Pada Selasa (15/8) dua pekan lalu, Bupati Serang Tatu Chasanah pernah mengatakan bahwa
pencemaran limbah di dua sungai tersebut menjadi masalah yang sulit diselesaikan. Ia
mengatakan banyak industri yang sering melakukan pembuangan limbah di dua sungai
tersebut.
"Bukan sering, memang masalah limbah belum selesai di kabupaten Serang, (khususnya)
Ciujung," kata Tatu waktu itu kepada wartawan di Cikande.
https://news.detik.com/berita/d-3618687/sungai-ciujung-tercemar-limbah-warga-kesulitan-
air-bersih
2.6. Ulasan Pribadi
Menurut penulis makalah bahwa dari keluhan para warga yang tinggal dan masi
mengadalkan air sungai cianjur untuk kebutuhan mencuci, mandi, tambak ikan bahwa
penulis makalah bisa menyimpulkan tingkat pencemaran tergolong memprihatinkan dan
menurut warga yang di wawan cara mereka tidak megetahui pabrik mana atau pihak
mana yang menyebabkan pencemaran,dan menurut nasional.tempo.co (website media)
bahwa 80 % pabrik di cianjur menyalahi aturan pada waktu itu dari kata tersebut bahwa
penulis bisa menyimpulkan bahwa pemerintah daerah sangat tidak memperhatikan hal
tersebut pada waktu itu. Karakteritik limbah yang mencemari sungai tersebut adalah
warnanya tetapi tidak berbau dan lebih uniknya lagi warna hitam sungai yang di
akibatkan oleh limbah tersebut kadang menghilang dan tiba tiba muncul lagi menurut
penulis kasus ini sangatlah menarik dan patut di kaji secara detail.
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
- Daerah Aliran Sungai )ialah suatu kawasan yang dibatasi oleh titik-titik tinggi di
mana air yang berasal dari air hujan yang jatuh, terkumpul dalam kawasan tersebut.
Guna dari DAS adalah menerima, menyimpan, dan mengalirkan air hujan yang jatuh
di atasnya melalui sungai. Air Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah air yang mengalir
pada suatu kawasan yang dibatasi oleh titik-titik tinggi di mana air tersebut berasal
dari air hujan yang jatuh dan terkumpul dalam sistem tersebu
3.2. SARAN
Pemerintah dan warga agar terus menjaga dan mengambil peran dalam mencegah
ataupun memperbaiki sungai yang telah tercemar khususnya untuk pemerintah agar lebih
memperhatikan pengawasan pembuangan limbah pabrik