ABSTRAK
Air adalah sumber daya yang penting bagi semua organisme hidup. Sumber daya
air harus dikelola secara berkelanjutan untuk melindungi lingkungan dan
kegunaannya bagi kehidupan manusia dan organisme lain. Air sungai merupakan
salah satu sumber daya air bagi kehidupan manusia. Salah satu daerah yang
memanfaatkan air sungai untuk sumber air adalah Surabaya. Sungai Surabaya
dianggap sebagai sumber air utama yang dimanfaatkan oleh warga. Air Sungai
Surabaya merupakan bahan baku air minum dan salah satu sumber suplai air
PDAM Surabaya. Selain itu, Sungai tidak hanya dimanfaatkan sebagai sumber air
bagi kehidupan masyarakat dan industri tetapi juga sebagai tempat pembuangan
limbah industri. Meningkatnya perkembangan industri telah menimbulkan
kekhawatiran tentang konsumsi air, sehingga perlu dilakukan pemantauan kualitas
air Sungai Surabaya untuk mengetahui parameter kimia, fisik, dan biologi.
ABSTRACT
Water is a vital resource for all living organisms. Water resources must be
managed in a sustainable way to protect our environment and its beneficial uses for
human life and other organisms. River water is one of the water resources for
human life. One of the regions that use river water for water resources is Surabaya.
Surabaya rivers are considered as the primary source of water used by the citizens.
The water of the Surabaya River is the raw material of drinking water and one of
the water supply source for PDAM Surabaya. Furthermore, the Surabaya River has
been used not only as a water resource for people and industries but also as a place
for industrial waste disposal. The increasing of industrial development has raised
concerns about water consumption, so it is necessary to monitor the water quality
of the Surabaya River to determine chemical, physical, and biological parameters.
Kualitas air sungai dipengaruhi oleh kondisi pengeraman/oksidasi selama 5 hari pada suhu
alam sungai, kegiatan manusia dan tata guna 20°C oleh mikroorganisme. Semakin tinggi
lahan di sekitarnya. Kemampuan daya tampung nilai BOD di perairan menunjukkan bahwa
air sungai secara alamiah terhadap pencemaran perairan tersebut semakin tercemar
harus tetap dipertahankan untuk meminimalkan (Tchobanoglous et al., 2014). Tingginya kadar
terjadinya penurunan kualitas air sungai BOD dapat menyebabkan penipisan oksigen
(Pohan, 2016). dalam badan air sehingga dapat menyebabkan
bau dan kematian pada ikan (Wijaya dan
Baku Mutu Air Sungai Soedjono, 2018).
Menurut Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 82 Tahun 2001, mutu air atau Berdasarkan Yudo dan Said (2019),
kualitas air diklasifikasikan menjadi 4 kelas, penelitian dengan sumber data tahun 2010-
yang terdiri dari: 2013 menunjukkan bahwa kandungan BOD di
1. Kelas satu, merupakan air yang Kali Surabaya berkisar antara 2,56 dan 11,94
diperuntukkan untuk air baku air mg/L atau rata-rata 4,186 mg/L. Kandungan
minum dan peruntukan lain yang BOD pada air tidak terlalu dipengaruhi alam, di
mempersyaratkan mutu air yang sama mana peningkatan konsentrasi BOD dapat
dengan kegiatan tersebut. terjadi pada saat musim kemarau maupun pada
2. Kelas dua, merupakan air yang musim hujan. Peningkatan konsentrasi BOD
pada musim hujan terjadi karena pengaruh
diperuntukkan untuk prasarana/sarana
pembuangan air limbah domestik dari
rekreasi air, pembudidayaan ikan air pemukiman atau air limbah industri ke sungai.
tawar, peternakan, air untuk mengairi Hal ini sesuai dengan pernyataan Kominfo
pertanian dan peruntukan lain yang (2017) bahwa beberapa industri membuang
mempersyaratkan mutu air yang sama limbahnya dengan sengaja ke kali Surabaya.
dengan kegunaan tersebut. Hasil penelitian dari Yudo dan Said (2019) jika
3. Kelas tiga, merupakan air yang dibandingkan dengan Standar Mutu Air Kelas I
diperuntukkan untuk pembudidayaan sesuai dengan PP Nomor 82 Tahun 2001, maka
ikan air tawar, peternakan, air untuk menunjukkan bahwa air Kali Surabaya telah
mengairi pertamanan dan peruntukan tercemar oleh polutan organik cukup tinggi, di
lain yang persyaratan mutu air yang mana standar mutu air kelas 1 untuk BOD
sama dengan kegunaan tersebut. maksimum adalah 2 mg/L, sedangkan untuk
mutu air kelas 2 untuk penggunaan
4. Kelas empat, air untuk peruntukan lain
prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan
yang mempersyaratkan mutu air yang
ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi
sama dengan kegunaan tersebut. pertanaman, konsentrasi BOD maksimum 3
mg/L.
Berdasarkan penetapan kelas air sesuai
dengan Pasal 9 pada PP RI No. 82 Tahun 2001 Chemical Oxygen Demand (COD)
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Chemical Oxygen Demand (COD)
Pengendalian, Sungai Surabaya ditetapkan adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan
termasuk pada baku mutu kelas 1 dan kelas 2. untuk oksidasi bahan organik secara kimiawi
bagi zat yang dapat didegradasi maupun yang
Biochemical Oxygen Demand (BOD) sukar didegradasi. Bahan organik yang terukur
Biochemical Oxygen Demand (BOD) dalam analisa COD adalah organik
merupakan parameter kualitas perairan yang biodegradable dan non biodegradable. Ukuran
berkaitan dengan kebutuhan oksigen yang ekuivalen oksigen dari bahan organik dalam
digunakan untuk proses degradasi zat organik suatu sampel air yang rentan terhadap oksidasi
secara biokimia. Nilai BOD juga menunjukkan oleh oksidan kimia kuat, yaitu oksidator kuat
kandungan bahan organik biodegradable kalium dikromat (K2Cr2O7) dalam suasana
dalam air yang diukur menggunakan metode asam dengan bantuan katalisator perak nitrat
Winkler dengan prinsip titrasi iodometri. (AgNO3). COD merupakan salah satu indikator
Kandungan BOD dalam air diukur dengan pencemaran yang menyatakan bahwa semakin
melihat selisih oksigen dalam masa
P-ISSN: 2623-1336 envirotek.upnjatim.ac.id
E-ISSN: 2085-501X
43
PEMETAAN KUALITAS AIR SUNGAI DI SURABAYA (M. KHADIK ASRORI)
tinggi nilai COD dalam air maka semakin rata-rata 162,90 mg/L. Menurut standar mutu
tercemar badan air tersebut. Hal ini disebabkan air kelas I, maupun kelas II sesuai PP Nomor
semakin tinggi kebutuhan oksigen dalam air 82 Tahun 2001, dengan baku mutu konsentrasi
untuk melakukan proses self purifikasi. Nilai TSS maksimum 50 mg/L menunjukkan bahwa
COD sendiri umumnya diukur juga dengan air Sungai Surabaya sudah melampaui ambang
nilai BOD yang menyatakan kebutuhan oksigen batas TSS yang ditentukan.
untuk proses degradasi secara biokimia
(Agustira et al., 2013). Dissolved Oxygen (DO)
Dissolved Oxygen (DO) atau oksigen
Berdasarkan penelitian Yudo dan Said terlarut adalah parameter yang menunjukkan
(2019) dengan data dari tahun 2010-2013 nilai jumlah oksigen yang terlarut dalam air.
COD berkisar antara 8,19 1–46,499 mg/L atau Oksigen yang terlarut dalam air berperanan
rata-rata 17,054 mg/L. Jika dibandingkan penting bagi organisme perairan untuk respirasi
dengan standar mutu air kelas 1 dan kelas 2 dan metabolisme sehingga kandungan oksigen
sesuai dengan PP Nomor 82 Tahun 2001, di terlarut dalam air dapat dijadikan ukuran untuk
mana konsentrasi COD maksimum dalam air menentukan mutu air. Oksigen terlarut juga
kelas 1 adalah 10 mg/L dan konsentrasi COD dibutuhkan oleh bakteri guna membantu proses
maksimum dalam air kelas 2 sebesar 25 mg/L, penguraian atau degradasi beban masukan yang
hasil menunjukkan bahwa Sungai Surabaya berupa bahan organik. Semakin tinggi
tidak sepenuhnya tercemar, terdapat bagian kandungan bahan organik dalam perairan maka
sungai yang masih sesuai dengan baku mutu air semakin tinggi kebutuhan oksigen terlarut
kelas 1 dan kelas 2. Selanjutnya, berdasarkan dalam proses dekomposisi oleh bakteri. Dengan
penelitian Aufar (2019) yang menggunakan 7 kata lain, semakin besar nilai kandungan
titik stasiun pengambilan sampel, hasil yang oksigen terlarut dalam air, maka kualitas air
didapatkan menunjukkan bahwa kadar BOD di tersebut semakin baik (Suwari dan Rozari,
Kali Surabaya sebesar 11,73 mg/L – 19,32 2011).
mg/L yang berarti bahwa kandungan BOD Kali
Surabaya masih sesuai ambang batas untuk Penelitian oleh Aufar (2019)
mutu air kelas 2 dan sudah melampaui baku menunjukkan bahwa kandungan oksigen
mutu kelas 1. terlarut (DO) di Sungai Surabaya berkisar
antara 5,26 mg/L sampai 7,35. Sedangkan pada
Total Suspended Solid (TSS) penelitian Yudo dan Said (2019) dengan data
Total Suspended Solid (TSS) adalah tahun 2010 sampai tahun 2013, menunjukkan
material padatan dalam perairan yang bahwa kadar DO perairan berkisar antara 2,1–
tersuspensi dan dapat berupa zat organik 5,9 mg/L atau rata-rata 3,5 mg/L. Penelitian ini
maupun anorganik yang jika keberadaannya menunjukkan bahwa dari tahun 2010-2018
banyak di perairan, terutama di estuari, dapat kadar oksigen terlarut di Sungai Surabaya
mengganggu ekosistem perairan di dalamnya. semakin bertambah, sehingga kualitas perairan
Semakin tinggi nilai TSS maka akan masih sesuai ambang batas mutu air Kelas I dan
menunjukkan semakin tinggi pula tingkat II yang terdapat pada PP Nomor 82 Tahun 2001
pencemaran dari suatu perairan. Tingginya yang menjelaskan bahwa baku mutu air Kelas I
kandungan TSS dapat mempengaruhi kondisi konsentrasi DO minimum adalah 6 mg/L dan
fisik perairan dan mengakibatkan terganggunya untuk kelas II konsentrasi DO minimum 4
proses fotosintesis dari biota air pada suatu mg/L.
perairan (Budhiman, 2005). Berdasarkan
penelitian oleh Priyono et al.(2013) dengan Derajat Keasaman (pH)
data TSS pada tahun 2007 sampai 2011, hasil Derajat keasaman (pH) adalah ukuran
yang diperoleh menunjukkan bahwa kandungan dari konsentrasi ion hidrogen untuk
TSS terbesar terjadi pada tahun 2008 dengan menentukan sifat asam dan basa. Konsentrasi
nilai sebesar 2116,7 mg/L. Selanjutnya, dari ion hidrogen merupakan ukuran kualitas air
penelitian Yudo dan Said (2019) dengan dengan kadar yang memungkinkan kehidupan
sumber data TSS dari tahun 2010-2013, nilai biologis di dalam air berjalan dengan baik.
TSS berkisar antara 14,7 dan 1.000 mg/L atau Perubahan pH dalam air dapat mempengaruhi
berbagai proses biologi, fisik dan kimiawi di Nitrogen di perairan berfungsi sebagai faktor
perairan dan organisme yang hidup di pembatas bagi pertumbuhan organisme di
dalamnya. Derajat keasaman sangat perairan. Nitrogen anorganik dalam perairan
berpengaruh terhadap daya racun bahan berbentuk nitrogen bebas yang larut atau
pencemaran dan kelarutan beberapa gas, serta nitrogen yang berikatan dengan oksigen
menentukan bentuk zat di dalam air. Faktor maupun nitrogen lain (Sawyer et al., 2003).
yang memengaruhi tingkat pH di perairan Kandungan nitrogen di air sungai berasal dari
adalah curah hujan asam, tingkat kesadahan air limbah domestik, pertanian dan industri.
mineral air, buangan dari proses industri dan Parameter ini penting karena merupakan
limbah detergen yang masuk ke dalam air penyebab terjadinya eutrofikasi, penyebab alga
(Gazali et al., 2013). Proses biologis dapat blooming di perairan yang akan menurunkan
berlangsung dengan baik apabila pH air kadar oksigen di perairan sehingga tingginya
berkisar antara 6,8-9 (Reynold, 1996). kandungan nitrogen dapat menyebabkan
Berdasarkan penelitian Pavita et al. (2014), penurunan kualitas perairan (Tchobanoglous et
derajat keasaman (pH) di Sungai Surabaya al., 2014). Kandungan nitrogen pada umumnya
tergolong pH netral dengan nilai rata-rata 7.80, akan digambarkan melalui penelitian
begitu pula dengan hasil dari penelitian Aufar kandungan nitrat di perairan, di mana nitrat
(2019) yang menggunakan metode pengamatan adalah salah satu bentuk nitrogen anorganik di
ex situ dan menunjukkan derajat keasaman perairan. Berdasarkan penelitian Widiatmono et
(pH) air Kali Surabaya berada pada kisaran al. (2017), kandungan nitrat di Kali Surabaya
antara 7,2 sampai 7,3 di mana syarat parameter berkisar antara 1,054 mg/L - 2,376 mg/L.
air yang dapat memenuhi kehidupan bernilai Menurut PP No 82 tahun 2001, baku mutu
6.5 – 7.5 (Wardhana, 2004). Hal ini juga sesuai kandungan nitrogen di perairan tidak lebih dari
dengan baku mutu air kelas 1 dan 2 dengan 10 mg/L, sehingga kandungan nitrat pada
nilai derajat keasaman (pH) 6-9. sungai ini tergolong rendah dan masih sesuai
dengan batas baku mutu air kelas 1 dan 2.
Suhu
Suhu atau temperatur merupakan Fosfat
parameter fisika yang sangat penting bagi Fosfat ditemukan dalam bentuk senyawa
proses metabolisme organisme di wilayah anorganik yang terlarut di perairan, yaitu dalam
perairan. Suhu memegang peranan penting bentuk ortofosfat dan polifosfat, sedangkan
dalam siklus materi yang akan mempengaruhi dalam bentuk senyawa organik berupa
sifat fisik, kimia dan biologi perairan. Kenaikan partikulat. Fosfat merupakan unsur yang
suhu dalam perairan dapat mempengaruhi esensial bagi tumbuhan sebagai faktor
proses metabolisme, yaitu berupa terjadinya pembatas yang mempengaruhi produktivitas
peningkatan metabolisme tubuh organisme perairan. Fosfat yang terdapat di perairan
termasuk bakteri pengurai yang bertugas bersumber dari air buangan penduduk (limbah
mendekomposisi bahan organik. Proses ini rumah tangga) berupa detergen, residu hasil
menyebabkan kebutuhan akan oksigen terlarut pertanian (pupuk), limbah industri, hancuran
menjadi tinggi yang selanjutnya kandungan bahan organik dan mineral fosfat. Kandungan
oksigen terlarut di dalam air menjadi menurun fosfat dalam perairan alami pada umumnya
(Gazali et al., 2013). Berdasarkan penelitian bernilai sangat kecil dan tidak pernah
Pavita et al. (2014), suhu perairan Sungai melampaui 0,1 mg/L kecuali apabila ada
Surabaya sekitar 25.70˚C dan pada penelitian penambahan dari luar oleh faktor antropogenik
Aufar (2019) nilai suhu perairan Sungai seperti dari sisa pakan ikan dan limbah
Surabaya bernilai antara 26,6ºC – 28,8ºC, pertanian (Marganof, 2007). Hasil pengujian
dimana nilai tersebut masih sesuai dengan baku fosfat oleh Widiatmono et al. (2017)
mutu air kelas 1 dan 2 dengan baku mutu suhu menunjukkan bahwa kandungan fosfat di Kali
sebesar 25 - 28˚C. Surabaya bernilai sekitar 0,187 mg/L - 0,959
mg/L. Jika dibandingkan dengan nilai fosfat
Nitrogen sesuai dengan standar baku mutu air kelas II
Kandungan nitrogen dalam air berada berdasarkan PP No 82 Tahun 2001 yaitu 0,2
pada bentuk organik maupun anorganik.
mg/L, maka kondisi Kali Surabaya sudah Musi (Ruas Jembatan Ampera Sampai
melebihi batas baku mutu air. Dengan Pulau Kemaro). Jurnal Teknik
Sipil dan Lingkungan, Vol. 2, No. 3,
KESIMPULAN 542 – 552.
Tingkat perkembangan industri dan Kominfo, 2017. Tim Patroli Air Temukan
masyarakat di sekitar Sungai Surabaya Indikasi Pembuangan Limbah di Kali
merupakan salah satu faktor yang Surabaya. Dinas Komunikasi dan
mempengaruhi kualitas air di Sungai Surabaya. Informatika Provinsi Jawa Timur.
Kualitas air sungai di Sungai Surabaya Marganof. 2007. Model Pengendalian
berdasarkan parameter fisika dan kimia berupa Pencemaran Perairan Di Danau
BOD, COD, TSS, DO, Suhu, pH, nitrogen dan Maninjau Sumatra Barat. Bogor:
fosfat menunjukkan bahwa kualitas perairan Laporan hasil penelitian Sekolah Pasca
Sungai Surabaya sudah tercemar. Sarjana, IPB Bogor.
Pavita, K.D., Widiatmono, dan Dewi. 2014.
DAFTAR PUSTAKA Studi Penentuan Daya Tampung Beban
Agustira, R., Kemala, S.L dan Jamilah. 2013. Pencemaran Sungai Akibat Buangan
Kajian karakteristik kimia air, fisika air Limbah Domestik (Studi Kasus Kali
dan debit sungai pada kawasan DAS Surabaya – Kecamatan Wonokromo).
Padang akibat pembuangan limbah Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan.
tapioka. Jurnal Agroekoteknolog. 1 (2), Peraturan Pemerintah Republik Indonesia.
615-625. 2001. Undang-undang Nomor 82
Ardhani, D. 2014. Pengelolaan Sungai Tahun 2001. Tentang Pengelolaan
Batanghari Kabupaten Dharmayasa Kualitas Air dan Pengendalian
Berdasarkan Daya Tampung Beban Pencemaran. Jurusan Teknik
Pencemaran Dengan Metode Qual2Kw. Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan
Thesis MIL. Undip. Perencanaan, Institut Teknologi
Aufar, Dema Viona Ghaisani. 2019. Analisis Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya.
Kualitas Air Sungai Pada Aliran Sungai Pohan, Dedy Anwar Saleh. 2016. Analisis
Kali Surabaya. Universitas Negeri Kualitas Air Sungai Guna Menentukan
Surabaya, Surabaya. Peruntukan Ditinjau Dari Aspek
Budhiman, Syarif. 2005. Pemetaan Sebaran Lingkungan. Jurnal Ilmu Lingkungan
Total Suspended Matter (TSM) Volume 14 Issue 2(2016): 63-71.
Menggunakan Data Aster dengan Priyono, T.S.E, E. Yuliani, R.W. Sayekti. 2013.
Pendekatan Bio-Optical Model. Jurnal Studi Penentuan Status Mutu Air Di
Pertemuan Ilmiah Tahunan MAPIN Sungai Surabaya Untuk Keperluan
XIV. Bahan Baku Air Minum. Jurnal Teknik
Gazali, I., Widiatmono, R. B., dan Pengairan, Volume 4, Nomor 1, Mei
Wirosoedarmo, R. 2013. Evaluasi 2013, hlm 53–60.
Dampak Pembuangan Limbah Cair Reynolds, T.D., and Richards, P.A. 1996. Unit
Pabrik Kertas Terhadap Kualitas Air Operations and Processes in
Sungai Klinter Kabupaten Nganjuk. Environmental Engineering 2nd ed.
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Boston, MA : PWS Publishing
Biosistem, 1(2), hal.1-8. Company.
Hendrawan, D. 2005. Kualitas Air Sungai dan Sahabuddin, H.,Harisuseno,D., dan Yuliani, E.
Situ di DKI Jakarta. Makara, 2014. Analisa Status Mutu Air Dan
Teknologi. 9(1) : 13 – 19. Dayatampung Beban Pencemaran
Indriani, V.S., Hadi, W., dan Masduqi, A. Sungai Wanggu Kota Kendari. Jurnal
2016. Identifikasi Daya Tampung Teknik Pengairan, Volume 5, Nomor 1,
Beban Pencemaran Air Kali Surabaya Mei 2014, hlm 19–28.
Segmen Jembatan CangguTambangan Sawyer, C., McCarty, P. dan Parkin, G. 2003.
Bambe dengan Pemodelan QUAL2Kw. Chemistry For Environmental
Junaidi, Fathona Fajri. (2014). Analisis Engineering And Science Fifth Edition.
Distribusi Kecepatan Aliran Sungai McGrawHill:Newyork.