Anda di halaman 1dari 15

TUGAS LAPORAN

PENGELOLAAN LIMBAH NON B3


EVALUASI AIR LIMBAH DAN INVENTARISASI UNIT PENGOLAHAN
DENGAN STANDAR STREAM DAN STANDAR EFLUENT
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Pengelolaan Limbah Non B3

Disusun Oleh
Nama : Reka Revara
NIM : 114200003
Kelas : Pengelolaan Limbah Non B3 D
Dosen Pengampu : Ayu Utami, S.T.,M.S

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UPN “VETERAN” YOGYAKARTA
2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Air merupakan kebutuhan makhluk hidup yang utama dalam kehidupan
sehari hari. Kuantitas dan kualitas air yang baik sangat didambakan oleh
manusia untuk berbagai kebutuhan hidup sehari-hari. Air memiliki peranan
penting dalam berbagai sektor kegiatan manusia, air bermanfaat dalam sektor
pertanian, produksi ternak, kehutanan, industri, perikanan, dan kegiatan
lainnya. Dengan adanya perkembangan penduduk yang semakin meningkat,
pencemaran lingkungan menjadi salah satu permasalahan yang banyak ditemui
pada daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi. Salah satu dampak dari
kepadatan penduduk terutama di wilayah perkotaan ialah meningkatnya
pemakaian air minum atau air bersih yang berdampak pada peningkatan jumlah
pembuangan air limbah domestik. Air limbah domestik inilah yang akan menjadi
salah satu penyebab pencemaran pada sumber-sumber air baku.
Air limbah domestik merupakan air limbah bukan limbah bahan
berbahaya dan beracun berupa buangan jamban, buangan mandi dan cuci serta
buangan hasil usaha atau kegiatan rumah tangga dan kawasan permukiman,
rumah makan, perkantoran, perniagaan, hotel, apartemen dan asrama. Limbah
domestik cair ini terutama yang dibuang ke sungai dapat menyebabkan sungai
tersebut tercemar. Misalnya saja Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan
(DLHK) DIY melakukan pengambilan sampel untuk mengetahui nilai Indeks
Kualitas Air (IKA) di 10 sungai yang ada di wilayah DI Yogyakarta. 10 sungai
tersebut meliputi Sungai Winongo, Code, Gajahwong, Tambakbayan, Kuning,
Konteng, Bedog, Belik, Bulus, dan Oyo. Berdasarkan data yang dihimpun DLHK
DIY, nilai IKA sungai di tahun 2021 rata-rata berada di angka 35,42 persen atau
masuk dalam klasifikasi tercemar. Angka tersebut tak jauh berbeda jika
dibandingkan periode sebelumnya di mana IKA DIY berada di angka 38,43 pada
2020 lalu.
Pencemaran yang ada di DIY ini juga disebabkan oleh aktivitas
pembuangan limbah rumah tangga ke sungai. Limbah cair domestik tersebut
misalnya air deterjen sisa cucian, air sabun, hingga air tinja. Adapun sungai
dengan tingkat pencemaran berat biasanya ada di wilayah perkotaan atau padat
penduduk seperti Sungai Gajahwong, Code, dan Winongo. Berdasarkan laporan
DLHK DIY, kualitas air di Sungai Gajahwong sendiri sempat merosot ke angka
24,07 pada Juni 2021 lalu. Kemudian parameter pencemar yang mendorong
penurunan kualitas air sungai akibat limbah domestik kegiatan masyarakat
tersebut yang paling dominan antara lain BOD (Biological Oxygen Demand), COD
(Chemical Oxygen Demand) dan TSS (Total Suspended Solid), serta total
chromium. Secara tidak langsung limbah domestik menaikkan BOD, COD, dan
TSS, serta akan menurunkan kualitas air yang menimbulkan masalah kesehatan
jika air tersebut dikonsumsi oleh masyarakat. Maka dari itu, diperlukan evaluasi
kualitas air sungai akibat kontaminasi limbah domestik dan inventarisasi unit
pengolahannya.
Dewasa ini sudah sangat banyak air tersedia hanya dalam jumlah atau
kuantitas, tetapi tidak memadai dalam hal kualitas, terutama di daerah
perkotaan di mana kualitasnya tidak memenuhi persyaratan air yang baik bagi
kehidupan manusia, karena air sudah mengalami begitu banyak tekanan oleh
berbagai bahan pencemar. Mengingat pentingnya sumber daya air ini, maka
keberadaannya perlu dipantau dan dilindungi sehingga dapat dimanfaatkan oleh
manusia serta makhluk hidup lainnya. Salah satu pendekatan yang dapat
dilakukan untuk menentukan tingkat pencemaran air adalah dengan mengamati
status mutu air limbah yang akan dibuang ke badan air.
B. Permasalahan
Limbah rumah tangga baik yang berbentuk cair dan padat dapat
mencemari tanah, merusak ekosistem air, berpengaruh pada sumber air minum
masyarakat, menyebabkan bibit penyakit, dan menimbulkan bau yang tak sedap.
Limbah ini biasanya tidak ada penanganan yang khusus sebelum dialirkan ke
saluran pembuangan. Banyak limbah domestik yang langsung dibuang ke badan
perairan secara langsung tanpa adanya pengelolaan terlebih dahulu sehingga
dapat mencemari lingkungan dan menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan
dan masyarakat sekitar.
C. Tujuan
1. Menentukan status mutu air limbah dengan metode stream dan effluen.
2. Menganalisis standar efluen dan stream dari air limbah tahu yang akan
dibuang ke sungai.
3. Dapat menentukan unit pengolahan yang sesuai dengan kondisi eksisting.
D. Manfaat
1. Manfaat dari perancangan yang dilakukan adalah desain pengolahan air
limbah dapat dijadikan rekomendasi pembangunan instalasi pengolahan air
limbah (IPAL) pada limbah domestik.
2. Upaya perencanaan ini agar efluen air limbah domestik dapat memenuhi
baku mutu.
4. Dapat merencanakan desain pengolahan air limbah domestik agar tidak
mencemari lingkungan.
BAB II
DASAR TEORI

Sungai merupakan perairan terbuka yang mengalir dan mendapat


masukan dari semua buangan yang berasal dari kegiatan manusia di daerah
pemukiman, pertanian dan industri didaerah sekitarnya. Masukan buangan ke
dalam sungai akan mengakibatkan perubahan faktor fisika, kimia, dan biologi di
dalam perairan (Sahabuddin dkk, 2014). Sungai dapat memproses sejumlah
kecil limbah yang terhanyut dalam alirannya. Setelah beberapa waktu, air sungai
akan kembali pada kualitas semula. Sebagai contoh, beberapa jenis limbah dapat
terurai oleh oksidasi kimia atau bakteri yang memanfaatkan limbah sebagai
sumber makanannya. Sungai dapat melarutkan limbah yang dibuang ke
dalamnya sehingga limbah menjadi tidak begitu berbahaya. Proses pembersihan
limbah secara alami ini berlangsung dengan kecepatan lambat sehingga pada
kenyataannya limbah yang dibuang ke sungai tidak dapat terproses semua
secara alami karena jumlahnya yang melebihi kapasitas pembersihan limbah
secara alami. Beberapa limbah tidak termakan oleh bakteri dan terlibat dalam
berbagai proses alam lainnya dalam air yang mengakibatkan tidak layaknya air
untuk kebutuhan manusia dan berbagai organisme air (Prodjosantoso dan
Tutik, 2011).
Pentingnya pemantauan kualitas air menurut Effendi, 2003 dalam Lihawa
dan Mahmud, 2017 adalah untuk mendeteksi dan mengukur pengaruh yang
ditimbulkan oleh suatu pencemar terhadap kualitas lingkungan dan mengetahui
perbaikan kualitas lingkungan setelah pencemar dihilangkan, mengetahui
hubungan sebab dan akibat antara variabel ekologi dengan parameter fisika dan
kimia untuk mendapatkan baku mutu kualitas air dan mengetahui gambaran
kualitas air pada suatu tempat secara umum. Selain itu juga interpretasi
terhadap kualitas air sungai sangat penting, karena sungai merupakan
ekosistem yang dinamis.
Evaluasi kualitas air buangan dilakukan dengan membandingkannya
dengan standar kualitas yang berlaku. Evaluasi ini perlu dilakukan untuk
menentukan karakteristik air buangan yang perlu diolah dan besarnya efisiensi
pengolahan untuk karakteristik tersebut. Dalam metode standar stream perlu
diketahui konsentrasi campuran tiap-tiap parameter kualitas (Asrifah dkk,
2021). Konsentrasi campuran air buangan tersebut akan digunakan sebagai
evaluasi standar stream dari suatu badan air, berikut merupakan persamaan
yang digunakan untuk menghitung konsentrasi campuran air buangan
Cc = Qs Cs+Qe Ce

Qs+Qe
Dimana,
Cc = konsentrasi pencampuran (mg/L)
Qs = debit sungai (l/detik)
Cs = konsentrasi di sungai (mg/L)
Qe = debit effluen (l/detik)
Ce = konsentrasi di effluen (mg/L) (Utami, 2019).
Pada pengevaluasian menggunakan standar Effluen, kualitas badan air
penerima tidak perlu diperhatikan. Ambang baku mutu yang terdapat dalam
standar ini langsung dibandingkan dengan kualitas effluen. Apabila kualitas
effluen melebihi baku mutu maka diperlukan pengolahan untuk parameter yang
melebihi baku mutu yang ada Dalam perencanaan bangunan pengolahan air
buangan ini digunakan standar efflen untuk mengevaluasi kualitas air buangan
yang ada dengan pertimbangan: Kualitas air sungai sebagai badan air penerima
sudah sangat jelek, Penggunaan effluen standar akan lebih ketat dibandingkan
dengan stream standar, dan Bangunan pengolahan ini direncanakan untuk dapat
menangani kualitas air buangan yang paling ekstrim, maka konsentrasi air
buangan yang dibandingkan adalah pada saat konsentrasi maksimum (Asrifah
dkk, 2021).
Efisiensi pengolahan yang harus dicapai perlu ditentukan dengan
perhitungan. Selain itu, efisiensi ini adalah sebagai perhitungan evaluasi standar
efluen dari suatu pengolahan. Efisiensi pengolahan untuk tiap parameter dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:
Ƞ = Cab - Cef

Dimana,
Ƞ = efisiensi pengolahan (%)
Cab = konsentrasi pada air buangan (mg/L)
Cef = konsentrasi pada baku mutu (mg/L) (Saputra dkk, 2016 dalam Utami,
2019)
BAB III
ISI

A. Hasil dan Pembahasan


Data debit sungai dan air limbah yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 1.
Pada tabel tersebut dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan debit limbah
yang dibuang pada siang dan sore hari, untuk menghitung menggunakan metode
stream digunakan rata rata debit limbah.
Tabel 1. Data Debit Sungai dan Air Limbah
Debit Sungai Debit Limbah Debit Limbah Debit Limbah
Siang (L/s) Sore (L/s) Rata2 (L/s)
(L/s)

5,2 0,386 0,805 0,596

Pada tabel 2. diketahui karakteristik dari air sungai, air limbah, serta baku
mutu badan air. Pada parameter Total Coliform, kualitas air sungai penerima
sudah melebihi bakumutu. Sedangkan untuk parameter lain seperti BOD, COD,
TSS, dan Amonia (NH3) masih memenuhi baku mutu.
Tabel 2. Data Karakteristik Air Sungai, Air Buangan, dan Standar baku
mutu badan air
No Parameter Nilai Nilai Nilai Standar
Karakteristik Karakterisitik Baku Mutu Air
Air Sungai Air Limbah

1 BOD (mg/L) 1 691 12

2 COD (mg/L) 5 1708,7 100

3 TSS (mg/L) 2 337 400

4 Amonia (NH3) (mg/L) 0,0053 44,5 0,5

5 Total coliform 24000 2,4 x 1014 10000


jumlah/100mL
Rumus
Qs Cs + Qc Ce
Cc= x 100 %
Qs + Qe
Di mana :
Cc = konsentrasi pencampuran (mg/L)
Qs = debit sungai (l/detik)
Cs = konsentrasi di sungai (mg/L)
Qe = debit effluen (l/detik)
Cs-Cef
ƞ= x 100 %
Cc

dimana :
ƞ = Effisiensi pengolahan (%)
Cs = konsentrasi di sungai (mg/L)
Cc = Konsentrasi pencampuran (mg/L)
Cef = Konsentrasi baku mutu (mg/L)
Perhitungan dari masing-masing parameter yang digunakan yaitu
1. Parameter BOD
Diketahui:
Qs = 5,2 L/s
Qe = 0,596 L/s
Cs = 1 mg/L
Ce = 691 mg/L
Cef = 12 mg/L
Ditanya : Cc? Eff?
Jawab
a. Konsentrasi Campuran
5,2 L/s × 1 mg/L +0,596 L/s × 691 mg/L
Cc= = 71,592
5 , 2 L /s+ 0,596 L/s
b. Effisiensi Pengolahan
71,592 mg/L−12 mg/L
ƞ= x 100 %=83,238 %
71,592
2. Parameter COD
Diketahui:
Qs = 5,2 L/s
Qe = 0,596 L/s
Cs = 5 mg/L
Ce = 1708,7 mg/L
Cef = 100 mg/L
Ditanya : Cc? Eff?
Jawab
a. Konsentrasi Campuran
5,2 L/s × 5 mg/L +0,596 L/s × 1708,7 mg/L
Cc= = 180.191
5 , 2 L/s+ 0,596 L/s
b. Effisiensi Pengolahan
180.191 mg/L−100 mg/ L
ƞ= x 100 %=44,503 %
180.191
3. Parameter TSS
Diketahui:
Qs = 5,2 L/s
Qe = 0,596 L/s
Cs = 2 mg/L
Ce = 337 mg/L
Cef = 400 mg/L
Ditanya : Cc? Eff?
Jawab
a. Konsentrasi Campuran
5,2 L/s × 2 mg/L +0,596 L/s × 337 mg/L
Cc= = 36.448
5 , 2 L/ s+0,596 L/ s
b. Effisiensi Pengolahan
36.448 mg/ L−400 mg/L
ƞ= x 100 %=−997,500 %
36.448
4. Parameter Amonia (NH3) (mg/l)
Qs = 5,2 L/s
Qe = 0,596 L/s
Cs = 0,0053 mg/L
Ce = 44,5 mg/L
Cef = 0.5 mg/
Ditanya : Cc? Eff?
Jawab
a. Konsentrasi Campuran
5,2 L/s × 0,0053 mg/L +0,596 L/s × 44,5 mg/ L
Cc= = 4.581
5 ,2 L/s +0,596 L/s
b. Effisiensi Pengolahan
4.581 mg/ L−0 ,5 mg/ L
ƞ= x 100 %=89,085 %
4.581
5. Parameter Total coliform jumlah /100mL
Diketahui:
Qs = 5,2 L/s
Qe = 0,596 L/s
Cs = 24L
Ce = 2,4 x 1014 = 24 x 1010
Cef = 10000 ml = 10 L
Ditanya : Cc? Eff?
Jawab
a. Konsentrasi Campuran
13
5,2 L/s × 24L +0,596 L/s × 24 × 10 L 13
Cc= =2,468 × 10
5 ,2 L/s +0,596 L/s
b. Effisiensi Pengolahan
13
2,468 ×10 −10.000
ƞ= 13
x 100 %=100 %
2,468× 10
Berdasarkan data debit air sungai dan air limbah serta data karakteristik
air sungai, air buangan (air limbah), dan standar baku mutu badan air dilakukan
perhitungan evaluasi kualitas air buangan dengan menggunakan perhitungan
standar stream dan standar effluen. Evaluasi standar stream digunakan untuk
menghitung konsentrasi air limbah yang telah tercampur dengan air dari badan
air penerima sedangakan evaluasi standar effluen digunakan untuk mengetahui
persen reduksi yang harus dicapai pada saat pengolahan agar air buangan tidak
mencemari badan air. Konsentrasi dari campuran air buangan dengan air sungai
dihitung dari data yang ada pada tabel 2. Sedangkan untuk data debit yang
digunakan pada perhitungan menggunakan data pada tabel 1. Debit sungai
sebesar 5,2 L/s dan Debit air buangan menggunakan debit rata-rata air buangan
sebesar 0,596 L/s. Hasil perhitungan evaluasi Kualitas air buangan dapat dilihat
pada tabel 3. Dari perhitungan evaluasi kualitas air buangan lalu dihitung
inventarisasi unit pengolahan agar diketahui unit pengolahan yang diperlukan
agar air limbah dapat dibuang ke badan air. Hasil dari inventariasi unit
pengolahan dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 3. Data Hasil Evaluasi Air Buangan
No Parameter Debit Air Debit Air Nilai Nilai Nilai
Sungai Limbah Karakt Karakt Konsentra
(L/s) (L/s) eristik erisitik si
Air Air Campura
Sungai Limbah n

1 BOD 1 691 71.952


(mg/L)

2 COD 5 1708,7 180.191


(mg/L)

3 TSS (mg/L) 2 337 36.448

4 Amonia 5,2 0,596 0,0053 44,5 4.581


(NH3)
(mg/L)

5 Total 24000 2,4 x 1014 2,468 x


coliform 1013
jumlah /
100mL
Tabel 4. Data Hasil Inventarisasi Unit Pengolahan
No Parameter Nilai Nilai Baku % Reduksi Keterangan
Konsentrasi Mutu

Campuran

1 BOD 71.952 12 83.300% Perlu Diolah


(mg/L)

2 COD (mg/L) 180.191 100 44.500% Perlu Diolah

3 TSS (mg/L) 36.448 400 -997.500% Tidak Perlu


Diolah

4 Amonia 4.581 0.5 89.100% Perlu Diolah


(NH3)
(mg/L)

5 Total 2,468 x 1013 10000 100.000% Perlu Diolah


coliform
jumlah
/100mL

Berdasarkan data hasil inventarisasi unit pengolahan pada tabel 4.


diketahui bahwa parameter BOD, COD, Amonia (NH3), dan Total Coliform harus
direduksi dengan pengolahan sebelum dibuang ke badan air sedangkan
parameter TSS masih memenuhi baku mutu dari badan air. Hasil perhitungan
efisiensi pengolahan yang bernilai negatif menunjukan parameter tersebut
masih memenuhi baku mutu sehingga tidak perlu diolah sebelum dibuang ke
lingkungan sedangkan hasil perhitungan yang bernilai positif menunjukan
parameter tersebut tidak memenuhi baku mutu sehingga perlu diolah terlebih
dahulu sebelum dibuang ke lingkungan. Semakin tinggi nilai efisiensi pengolahan
menunjukan bahwa semakin tinggi parameter tersebut melebihi baku mutu.
Persen efisiensi penyisihan tertinggi yang harus direduksi adalah parameter
total coliform. Dari persen reduksi dapat diketahui parameter mana saja yang
perlu dilakukan pengolahan.
Pengolahan parameter BOD, COD, Amonia (NH3), dan Total Coliform
dapat dilakukan dengan menggunakan unit pengolahan air limbah dengan
teknologi Biofilter Anaerob Aerob. Pengolahan air limbah dengan proses
Biofilter Anaerob-Aerob adalah proses pengolahan air limbah dengan cara
menggabungkan proses biofilter anaerob dan proses biofilter anaerob. Dengan
mengunakan proses biofilter anaerob, polutan organik yang ada di dalam air
limbah akan terurai menjadi gas karbon dioksida dan methan tanpa
menggunakan energi (blower udara), tetapi amonia tidak hilang. Oleh karena itu
jika hanya menggunakan proses biofilter anaerob saja hanya dapat menurunkan
polutan organik (BOD, COD) dan padatan tersuspensi (TSS). Agar supaya hasil
air olahan dapat memenuhi baku mutu maka air olahan dari proses biofilter
anaerob selanjutnya diproses menggunakan biofilter aerob. Dengan proses
biofilter aerob polutan organik yang masih tersisa akan terurai menjadi gas
karbon dioksida (CO2) dan air (H2O), amoniak akan teroksidasi menjadi nitrit
selanjutnya akan menjadi nitrat. Dengan menggunakan proses biofilter anaerob-
aerob maka akan dapat dihasilkan air olahan dengan kualitas yang baik dengan
menggunakan konsumsi energi yang lebih rendah (Direktorat Bina Pelayanan
Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, 2011).

Gambar 1. Digester anaerobik, bak pengendapan awal, biofilter


anaerobik-aerobik
Pengolahan air limbah dengan proses Biofilter Anaerob-Aerob adalah
proses pengolahan air limbah dengan cara menggabungkan proses biofilter
anaerob dan proses biofilter anaerob. Dengan mengunakan proses biofilter
anaerob, polutan organik yang ada di dalam air limbah akan terurai menjadi gas
karbon dioksida dan methan tanpa menggunakan energi (blower udara), tetapi
amoniak dan gas hidrogen sulfida (H2S) tidak hilang. Oleh karena itu jika hanya
menggunakan proses biofilter anaerob saja hanya dapat menurunkan polutan
organik (BOD, COD) dan padatan tersuspensi (TSS). Agar supaya hasil air olahan
dapat memenuhi baku mutu maka air olahan dari proses biofilter anaerob
selanjutnya diproses menggunakan biofilter aerob. Dengan proses biofilter aerob
polutan organik yang masih tersisa akan terurai menjadi gas karbon dioksida
(CO2) dan air (H2O), amoniak akan teroksidasi menjadi nitrit selanjutnya akan
menjadi nitrat, sedangkan gas H2S akan diubah menjadi sulfat. Proses
Pengolahan Air limbah dengan proses biofilter anaerob aerob terdiri dari empat
proses, yaitu pada bak pengendap awal, bak biofilter anaerob, bak biofilter
aerob, dan bak pengendap akhir. Seluruh air limbah dialirkan masuk ke bak
pengumpul atau bak ekualisasi, selanjutnya dari bak ekualisasi air limbah
dipompa ke bak pengendap awal, untuk mengendapkan partikel lumpur, pasir
dan kotoran organik tersuspensi. Selain sebagai bak pengendapan, juga
berfungsi sebagai bak pengontrol aliran, serta bak pengurai senyawa organik
yang berbentuk padatan, pengurai lumpur (sludge digestion) dan penampung
lumpur.
Air limpasan dari bak pengendap awal selanjutnya dialirkan ke reaktor
biofilter anaerob. Di dalam reaktor biofilter anaerob tersebut diisi dengan media
dari bahan plastik tipe sarang tawon. Reaktor biofilter anaerob terdiri dari dua
buah ruangan. Penguraian zat-zat organik yang ada dalam air limbah dilakukan
oleh bakteri anaerobik atau fakultatif aerobik. Setelah beberapa hari operasi,
pada permukaan media filter akan tumbuh lapisan film mikro-organisme.
Mikroorganisme inilah yang akan menguraikan zat organik yang belum sempat
terurai pada bak pengendap. Air limpasan dari reaktor biofilter anaerob
dialirkan ke reaktor biofilter aerob. Di dalam reaktor biofilter aerob ini diisi
dengan media dari bahan plastik tipe sarang tawon, sambil diberikan aerasi atau
dihembus dengan udara sehingga mikro organisme yang ada akan menguraikan
zat organik yang ada dalam air limbah serta tumbuh dan menempel pada
permukaan media. Dengan demikian air limbah akan kontak dengan mikro-
orgainisme yang tersuspensi dalam air maupun yang menempel pada
permukaan media yang mana hal tersebut dapat meningkatkan efisiensi
penguraian zat organik, deterjen serta mempercepat proses nitrifikasi, sehingga
efisiensi penghilangan amonia menjadi lebih besar. Proses ini sering di namakan
Aerasi Kontak (Contact Aeration).
Dari bak aerasi, air dialirkan ke bak pengendap akhir. Di dalam bak
pengendap akhir sebagian air limbah dipompa kembali ke bagian inlet bak
aerasi dengan pompa sirkulasi lumpur. Sedangkan air limpasan (over flow)
dialirkan ke bak biokontrol dan selanjutnya dialirkan ke bak kontaktor khlor
untuk proses disinfeksi. Di dalam bak kontaktor khlor ini air limbah
dikontakkan dengan senyawa khlor untuk membunuh mikro-organisme
patogen. Air olahan/efluen, yakni air yang keluar setelah proses khlorinasi dapat
langsung dibuang ke sungai atau saluran umum. Dengan kombinasi proses
anaerob dan aerob tersebut selain dapat menurunkan zat organik (BOD, COD),
amonia, padatan tersuspensi (TSS), dan zat pencemar lainnya seperti detergen
dan phosphat. Tahap selanjutnya air limbah yang sudah melalui proses anaerobik
dan bak pengendap kemudian masuk ke unit kolam aerasi, disini air limbah
memasuki tahap pengolahan aerobik. Kadar oksigen terlarut air limbah yang sudah
melalui proses anaerobik adalah nol. Oleh karena itu dialirkan menuju ke kolam
aerasi untuk meningkatkan kadar oksigen terlarut. Aerator yang bekerja pada kolam
akan memberikan udara. Semakin banyak kontak oksigen dengan air, maka semakin
banyak air limbah akan menyerap oksigen. Aerasi ini efektif untuk mengurangi
bahan-bahan kimia yang menyebabkan bau seperti H2S. Selain itu juga dapat
melepaskan karbondioksida terlarut dari air.
Proses selanjutnya air limbah masuk ke bak sedimentasi. Proses dalam bak
ini diharapkan dapat menurunkan kekeruhan. Air yang terlalu keruh tidak baik
digunakan karena banyak mengandung lumpur yang dapat mengganggu fisiologi
biota air, misalnya alat pernafasan ikan (insang), serta menghalangi sinar matahari
yang menembus ke dalam perairan. Air limbah yang sudah dikelola, terlebih dahulu
di kontrol kualitas airnya, sebelum dibuang ke sungai. Kontrol ini berguna untuk
mengetahui pengaruh air limbah terhadap biota air. Pada kolam kontrol terdapat
ikan air tawar, yaitu ikan lele (Clarias sp) dan enceng gondok (Eichornia crassipes)
Apabila ikan yang berada di dalam kolam kontrol dapat bertahan hidup, berarti air
limbah cukup baik bagi dan dapat dibuang ke lingkungan. Namun apabila ikan atau
enceng gondok mati, berarti proses yang berlangsung di IPAL ada yang kurang
sempurna.
Proses pengolahan air limbah dengan Proses Biofilter Anaerob-Aerob mempunyai
beberapa keunggulan antara lain yakni :
a. Adanya air buangan yang mengalir melalui media kerikil yang terdapat pada
biofilter mengakibatkan timbulnya lapisan lendir yang menyelimuti media atau
yang disebut juga biological film. Air limbah yang masih mengandung zat organik
yang belum teruraikan pada bak pengendap bila melalui lapisan lendir ini akan
mengalami proses penguraian secara biologis. Efisiensi biofilter tergantung dari
luas kontak antara air limbah dengan mikroorganisme yang menempel pada
permukaan media filter tersebut. Makin luas bidang kontaknya maka efisiensi
penurunan konsentrasi zat organik (BOD) makin besar. Selain menghilangkan
atau mengurangi konsentrasi BOD dan COD, cara ini juga dapat mengurangi
konsentrasi padatan tersuspensi atau suspended solids (SS) , deterjen (MBAS),
ammonium dan phosphor.
b. Biofilter juga berfungsi sebagai media penyaring air limbah yang melalui media
ini. Sebagai akibatnya, air limbah yang mengandung suspended solids dan
bakteri E.coli setelah melalui filter ini akan berkurang konsentrasinya. Efisiensi
penyaringan akan sangat besar karena dengan adanya biofilter up flow yakni
penyaringan dengan sistem aliran dari bawah ke atas akan mengurangi
kecepatan partikel yang terdapat pada air buangan dan partikel yang tidak
terbawa aliran ke atas dan akan mengendap di dasar bak filter. Sistem biofilter
anaerob-aerb ini sangat sederhana, operasinya mudah dan tanpa memakai
bahan kimia serta tanpa membutuhkan banyak energi. Proses ini cocok
digunakan untuk mengolah air limbah dengan kapasitas yang tidak terlalu besar.
c. Dengan kombinasi proses “Anaerob-Aerob”, efisiensi penghilangan senyawa
phospor menjadi lebih besar bila dibandingankan dengan proses anaerob atau
proses aerob saja. Selama berada pada kondisi anaerob, senyawa phospor
anorganik yang ada dalam sel-sel mikrooragnisme akan keluar sebagai akibat
hidrolisa senyawa phospor. Sedangkan energi yang dihasilkan digunakan untuk
menyerap BOD (senyawa organik) yang ada di dalam air limbah.. Selama
berada pada kondisi aerob, senyawa phospor terlarut akan diserap oleh
bakteria/mikroorganisme dan akan sintesa menjadi polyphospat dengan
menggunakan energi yang dihasilkan oleh proses oksidasi senyawa organik
(BOD). Dengan demikian kombinasi proses anaerob-aerob dapat
menghilangkan BOD maupun phospor dengan baik. Proses ini dapat digunakan
untuk pengolahan air limbah dengan beban organik yang cukup besar.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan evaluasi air buangan dengan parameter BOD, COD, TSS,
Amonia, dan Total Coliform yang telah dilakukan, diketahui bahwa parameter
BOD, COD, Amonia, dan Total Coliform harus dilakukan reduksi atau pengolahan
terlebih dahulu sebelum dibuang ke badan air. Rekomendasi pengolahan
parameter BOD, COD, Amonia (NH3), dan Total Coliform dapat dilakukan
dengan menggunakan unit pengolahan air limbah dengan teknologi Biofilter
Anaerob Aerob. Pada pengolahan ini terdiri dari empat proses, yaitu pada bak
pengendap awal, bak biofilter anaerob, bak biofilter aerob, dan bak pengendap
akhir.
DAFTAR PUSTAKA

Asrifah, Dina., Widiarti, I. W., & Utami, A. (2021). Buku Panduan Praktikum Pengelolaan
Limbah Non B3. Yogyakarta: Jurusan Teknik Lingkungan Program Studi Teknik
Lingkungan, Fakultas Teknologi Mineral, UPN “Veteran” Yogyakarta
Hartina Sahabuddin, Harisuseno, D., & Yuliani, E. (2014). Analisa Status Mutu Air Dan
Daya Tampung Beban Pencemaran Sungai Wanggu Kota Kendari. Jurnal Teknik
Pengairan: Journal of Water Resources Engineering, 5(1), 19–28.
Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Kementrian
Kesehatan RI. (2011). Seri Sanitasi Lingkungan: Pedoman Teknis Instalasi
Pengolahan Air Limbah Dengan Sistem Biofilter Anaerob Aerob Pada Fasilitas
Pelayanan Kesehatan. Kementrian Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Upaya
Kesehatan.
Lihawa, F., & Mahmud, M. (2017). EVALUASI KARAKTERISTIK KUALITAS AIR DANAU
LIMBOTO. Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam Dan Lingkungan (Journal of
Natural Resources and Environmental Management), 7(3), 260–266.
Utami, A., Nugroho, N. E., Febriyanti, S. V., Anom, T. N., & Muhaimin, A. (2019).
Evaluation of Domestic Wastewater as a Basis for the Design of Communal
Domestic Wastewater Installation of Kandang Kampong, Condongcatur Village,
Yogyakarta. Jurnal Presipitasi: Media Komunikasi Dan Pengembangan Teknik
Lingkungan, 16(3), 172– 179.
Prodjosantoso, A. K., & Tutik, R. (2011). Kimia Lingkungan (Teori, Eksperimen Dan
Aplikasi. Universitas Negeri Yogyakarta, Penerbit Kanisius, Yogyakarta, 51-87.

Anda mungkin juga menyukai