Disusun Oleh
Nama : Reka Revara
NIM : 114200003
Kelas : Pengelolaan Limbah Non B3 D
Dosen Pengampu : Ayu Utami, S.T.,M.S
A. Latar Belakang
Air merupakan kebutuhan makhluk hidup yang utama dalam kehidupan
sehari hari. Kuantitas dan kualitas air yang baik sangat didambakan oleh
manusia untuk berbagai kebutuhan hidup sehari-hari. Air memiliki peranan
penting dalam berbagai sektor kegiatan manusia, air bermanfaat dalam sektor
pertanian, produksi ternak, kehutanan, industri, perikanan, dan kegiatan
lainnya. Dengan adanya perkembangan penduduk yang semakin meningkat,
pencemaran lingkungan menjadi salah satu permasalahan yang banyak ditemui
pada daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi. Salah satu dampak dari
kepadatan penduduk terutama di wilayah perkotaan ialah meningkatnya
pemakaian air minum atau air bersih yang berdampak pada peningkatan jumlah
pembuangan air limbah domestik. Air limbah domestik inilah yang akan menjadi
salah satu penyebab pencemaran pada sumber-sumber air baku.
Air limbah domestik merupakan air limbah bukan limbah bahan
berbahaya dan beracun berupa buangan jamban, buangan mandi dan cuci serta
buangan hasil usaha atau kegiatan rumah tangga dan kawasan permukiman,
rumah makan, perkantoran, perniagaan, hotel, apartemen dan asrama. Limbah
domestik cair ini terutama yang dibuang ke sungai dapat menyebabkan sungai
tersebut tercemar. Misalnya saja Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan
(DLHK) DIY melakukan pengambilan sampel untuk mengetahui nilai Indeks
Kualitas Air (IKA) di 10 sungai yang ada di wilayah DI Yogyakarta. 10 sungai
tersebut meliputi Sungai Winongo, Code, Gajahwong, Tambakbayan, Kuning,
Konteng, Bedog, Belik, Bulus, dan Oyo. Berdasarkan data yang dihimpun DLHK
DIY, nilai IKA sungai di tahun 2021 rata-rata berada di angka 35,42 persen atau
masuk dalam klasifikasi tercemar. Angka tersebut tak jauh berbeda jika
dibandingkan periode sebelumnya di mana IKA DIY berada di angka 38,43 pada
2020 lalu.
Pencemaran yang ada di DIY ini juga disebabkan oleh aktivitas
pembuangan limbah rumah tangga ke sungai. Limbah cair domestik tersebut
misalnya air deterjen sisa cucian, air sabun, hingga air tinja. Adapun sungai
dengan tingkat pencemaran berat biasanya ada di wilayah perkotaan atau padat
penduduk seperti Sungai Gajahwong, Code, dan Winongo. Berdasarkan laporan
DLHK DIY, kualitas air di Sungai Gajahwong sendiri sempat merosot ke angka
24,07 pada Juni 2021 lalu. Kemudian parameter pencemar yang mendorong
penurunan kualitas air sungai akibat limbah domestik kegiatan masyarakat
tersebut yang paling dominan antara lain BOD (Biological Oxygen Demand), COD
(Chemical Oxygen Demand) dan TSS (Total Suspended Solid), serta total
chromium. Secara tidak langsung limbah domestik menaikkan BOD, COD, dan
TSS, serta akan menurunkan kualitas air yang menimbulkan masalah kesehatan
jika air tersebut dikonsumsi oleh masyarakat. Maka dari itu, diperlukan evaluasi
kualitas air sungai akibat kontaminasi limbah domestik dan inventarisasi unit
pengolahannya.
Dewasa ini sudah sangat banyak air tersedia hanya dalam jumlah atau
kuantitas, tetapi tidak memadai dalam hal kualitas, terutama di daerah
perkotaan di mana kualitasnya tidak memenuhi persyaratan air yang baik bagi
kehidupan manusia, karena air sudah mengalami begitu banyak tekanan oleh
berbagai bahan pencemar. Mengingat pentingnya sumber daya air ini, maka
keberadaannya perlu dipantau dan dilindungi sehingga dapat dimanfaatkan oleh
manusia serta makhluk hidup lainnya. Salah satu pendekatan yang dapat
dilakukan untuk menentukan tingkat pencemaran air adalah dengan mengamati
status mutu air limbah yang akan dibuang ke badan air.
B. Permasalahan
Limbah rumah tangga baik yang berbentuk cair dan padat dapat
mencemari tanah, merusak ekosistem air, berpengaruh pada sumber air minum
masyarakat, menyebabkan bibit penyakit, dan menimbulkan bau yang tak sedap.
Limbah ini biasanya tidak ada penanganan yang khusus sebelum dialirkan ke
saluran pembuangan. Banyak limbah domestik yang langsung dibuang ke badan
perairan secara langsung tanpa adanya pengelolaan terlebih dahulu sehingga
dapat mencemari lingkungan dan menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan
dan masyarakat sekitar.
C. Tujuan
1. Menentukan status mutu air limbah dengan metode stream dan effluen.
2. Menganalisis standar efluen dan stream dari air limbah tahu yang akan
dibuang ke sungai.
3. Dapat menentukan unit pengolahan yang sesuai dengan kondisi eksisting.
D. Manfaat
1. Manfaat dari perancangan yang dilakukan adalah desain pengolahan air
limbah dapat dijadikan rekomendasi pembangunan instalasi pengolahan air
limbah (IPAL) pada limbah domestik.
2. Upaya perencanaan ini agar efluen air limbah domestik dapat memenuhi
baku mutu.
4. Dapat merencanakan desain pengolahan air limbah domestik agar tidak
mencemari lingkungan.
BAB II
DASAR TEORI
Qs+Qe
Dimana,
Cc = konsentrasi pencampuran (mg/L)
Qs = debit sungai (l/detik)
Cs = konsentrasi di sungai (mg/L)
Qe = debit effluen (l/detik)
Ce = konsentrasi di effluen (mg/L) (Utami, 2019).
Pada pengevaluasian menggunakan standar Effluen, kualitas badan air
penerima tidak perlu diperhatikan. Ambang baku mutu yang terdapat dalam
standar ini langsung dibandingkan dengan kualitas effluen. Apabila kualitas
effluen melebihi baku mutu maka diperlukan pengolahan untuk parameter yang
melebihi baku mutu yang ada Dalam perencanaan bangunan pengolahan air
buangan ini digunakan standar efflen untuk mengevaluasi kualitas air buangan
yang ada dengan pertimbangan: Kualitas air sungai sebagai badan air penerima
sudah sangat jelek, Penggunaan effluen standar akan lebih ketat dibandingkan
dengan stream standar, dan Bangunan pengolahan ini direncanakan untuk dapat
menangani kualitas air buangan yang paling ekstrim, maka konsentrasi air
buangan yang dibandingkan adalah pada saat konsentrasi maksimum (Asrifah
dkk, 2021).
Efisiensi pengolahan yang harus dicapai perlu ditentukan dengan
perhitungan. Selain itu, efisiensi ini adalah sebagai perhitungan evaluasi standar
efluen dari suatu pengolahan. Efisiensi pengolahan untuk tiap parameter dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:
Ƞ = Cab - Cef
Dimana,
Ƞ = efisiensi pengolahan (%)
Cab = konsentrasi pada air buangan (mg/L)
Cef = konsentrasi pada baku mutu (mg/L) (Saputra dkk, 2016 dalam Utami,
2019)
BAB III
ISI
Pada tabel 2. diketahui karakteristik dari air sungai, air limbah, serta baku
mutu badan air. Pada parameter Total Coliform, kualitas air sungai penerima
sudah melebihi bakumutu. Sedangkan untuk parameter lain seperti BOD, COD,
TSS, dan Amonia (NH3) masih memenuhi baku mutu.
Tabel 2. Data Karakteristik Air Sungai, Air Buangan, dan Standar baku
mutu badan air
No Parameter Nilai Nilai Nilai Standar
Karakteristik Karakterisitik Baku Mutu Air
Air Sungai Air Limbah
dimana :
ƞ = Effisiensi pengolahan (%)
Cs = konsentrasi di sungai (mg/L)
Cc = Konsentrasi pencampuran (mg/L)
Cef = Konsentrasi baku mutu (mg/L)
Perhitungan dari masing-masing parameter yang digunakan yaitu
1. Parameter BOD
Diketahui:
Qs = 5,2 L/s
Qe = 0,596 L/s
Cs = 1 mg/L
Ce = 691 mg/L
Cef = 12 mg/L
Ditanya : Cc? Eff?
Jawab
a. Konsentrasi Campuran
5,2 L/s × 1 mg/L +0,596 L/s × 691 mg/L
Cc= = 71,592
5 , 2 L /s+ 0,596 L/s
b. Effisiensi Pengolahan
71,592 mg/L−12 mg/L
ƞ= x 100 %=83,238 %
71,592
2. Parameter COD
Diketahui:
Qs = 5,2 L/s
Qe = 0,596 L/s
Cs = 5 mg/L
Ce = 1708,7 mg/L
Cef = 100 mg/L
Ditanya : Cc? Eff?
Jawab
a. Konsentrasi Campuran
5,2 L/s × 5 mg/L +0,596 L/s × 1708,7 mg/L
Cc= = 180.191
5 , 2 L/s+ 0,596 L/s
b. Effisiensi Pengolahan
180.191 mg/L−100 mg/ L
ƞ= x 100 %=44,503 %
180.191
3. Parameter TSS
Diketahui:
Qs = 5,2 L/s
Qe = 0,596 L/s
Cs = 2 mg/L
Ce = 337 mg/L
Cef = 400 mg/L
Ditanya : Cc? Eff?
Jawab
a. Konsentrasi Campuran
5,2 L/s × 2 mg/L +0,596 L/s × 337 mg/L
Cc= = 36.448
5 , 2 L/ s+0,596 L/ s
b. Effisiensi Pengolahan
36.448 mg/ L−400 mg/L
ƞ= x 100 %=−997,500 %
36.448
4. Parameter Amonia (NH3) (mg/l)
Qs = 5,2 L/s
Qe = 0,596 L/s
Cs = 0,0053 mg/L
Ce = 44,5 mg/L
Cef = 0.5 mg/
Ditanya : Cc? Eff?
Jawab
a. Konsentrasi Campuran
5,2 L/s × 0,0053 mg/L +0,596 L/s × 44,5 mg/ L
Cc= = 4.581
5 ,2 L/s +0,596 L/s
b. Effisiensi Pengolahan
4.581 mg/ L−0 ,5 mg/ L
ƞ= x 100 %=89,085 %
4.581
5. Parameter Total coliform jumlah /100mL
Diketahui:
Qs = 5,2 L/s
Qe = 0,596 L/s
Cs = 24L
Ce = 2,4 x 1014 = 24 x 1010
Cef = 10000 ml = 10 L
Ditanya : Cc? Eff?
Jawab
a. Konsentrasi Campuran
13
5,2 L/s × 24L +0,596 L/s × 24 × 10 L 13
Cc= =2,468 × 10
5 ,2 L/s +0,596 L/s
b. Effisiensi Pengolahan
13
2,468 ×10 −10.000
ƞ= 13
x 100 %=100 %
2,468× 10
Berdasarkan data debit air sungai dan air limbah serta data karakteristik
air sungai, air buangan (air limbah), dan standar baku mutu badan air dilakukan
perhitungan evaluasi kualitas air buangan dengan menggunakan perhitungan
standar stream dan standar effluen. Evaluasi standar stream digunakan untuk
menghitung konsentrasi air limbah yang telah tercampur dengan air dari badan
air penerima sedangakan evaluasi standar effluen digunakan untuk mengetahui
persen reduksi yang harus dicapai pada saat pengolahan agar air buangan tidak
mencemari badan air. Konsentrasi dari campuran air buangan dengan air sungai
dihitung dari data yang ada pada tabel 2. Sedangkan untuk data debit yang
digunakan pada perhitungan menggunakan data pada tabel 1. Debit sungai
sebesar 5,2 L/s dan Debit air buangan menggunakan debit rata-rata air buangan
sebesar 0,596 L/s. Hasil perhitungan evaluasi Kualitas air buangan dapat dilihat
pada tabel 3. Dari perhitungan evaluasi kualitas air buangan lalu dihitung
inventarisasi unit pengolahan agar diketahui unit pengolahan yang diperlukan
agar air limbah dapat dibuang ke badan air. Hasil dari inventariasi unit
pengolahan dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 3. Data Hasil Evaluasi Air Buangan
No Parameter Debit Air Debit Air Nilai Nilai Nilai
Sungai Limbah Karakt Karakt Konsentra
(L/s) (L/s) eristik erisitik si
Air Air Campura
Sungai Limbah n
Campuran
A. Kesimpulan
Berdasarkan evaluasi air buangan dengan parameter BOD, COD, TSS,
Amonia, dan Total Coliform yang telah dilakukan, diketahui bahwa parameter
BOD, COD, Amonia, dan Total Coliform harus dilakukan reduksi atau pengolahan
terlebih dahulu sebelum dibuang ke badan air. Rekomendasi pengolahan
parameter BOD, COD, Amonia (NH3), dan Total Coliform dapat dilakukan
dengan menggunakan unit pengolahan air limbah dengan teknologi Biofilter
Anaerob Aerob. Pada pengolahan ini terdiri dari empat proses, yaitu pada bak
pengendap awal, bak biofilter anaerob, bak biofilter aerob, dan bak pengendap
akhir.
DAFTAR PUSTAKA
Asrifah, Dina., Widiarti, I. W., & Utami, A. (2021). Buku Panduan Praktikum Pengelolaan
Limbah Non B3. Yogyakarta: Jurusan Teknik Lingkungan Program Studi Teknik
Lingkungan, Fakultas Teknologi Mineral, UPN “Veteran” Yogyakarta
Hartina Sahabuddin, Harisuseno, D., & Yuliani, E. (2014). Analisa Status Mutu Air Dan
Daya Tampung Beban Pencemaran Sungai Wanggu Kota Kendari. Jurnal Teknik
Pengairan: Journal of Water Resources Engineering, 5(1), 19–28.
Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Kementrian
Kesehatan RI. (2011). Seri Sanitasi Lingkungan: Pedoman Teknis Instalasi
Pengolahan Air Limbah Dengan Sistem Biofilter Anaerob Aerob Pada Fasilitas
Pelayanan Kesehatan. Kementrian Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Upaya
Kesehatan.
Lihawa, F., & Mahmud, M. (2017). EVALUASI KARAKTERISTIK KUALITAS AIR DANAU
LIMBOTO. Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam Dan Lingkungan (Journal of
Natural Resources and Environmental Management), 7(3), 260–266.
Utami, A., Nugroho, N. E., Febriyanti, S. V., Anom, T. N., & Muhaimin, A. (2019).
Evaluation of Domestic Wastewater as a Basis for the Design of Communal
Domestic Wastewater Installation of Kandang Kampong, Condongcatur Village,
Yogyakarta. Jurnal Presipitasi: Media Komunikasi Dan Pengembangan Teknik
Lingkungan, 16(3), 172– 179.
Prodjosantoso, A. K., & Tutik, R. (2011). Kimia Lingkungan (Teori, Eksperimen Dan
Aplikasi. Universitas Negeri Yogyakarta, Penerbit Kanisius, Yogyakarta, 51-87.