Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN AKHIR

KULIAH KERJA NYATA TEMATIK (KKN-T)


DESA SUNGAI RANGAS TENGAH
KECAMATAN MARTAPURA BARAT

PERENCANAAN PENGELOLAAN AIR LIMBAH DI


DESA SUNGAI RANGAS TENGAH

Oleh:
Annisa Nurul Kharisma 2010815220014
Asyifa Nur Hikmah 2010815220030
Hafezah Asfiani 2010815220013
M. Fahrizal 2010815210002
Muhammad Syufian 2010815310012
Syauri
Muhammad Zakaria 2010815310019
Qanitah Fikriatul Azizah 2010815220036
Siti Ramadayanti 2010815220035
Zfaya Hayatun Nufus 2010815320006

S-1 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2022
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT., yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Akhir Kuliah Kerja Nyata
Tematik (KKN-T) Desa Sungai Rangas Tengah Kecamatan Martapura Barat dengan judul
“Perencanaan Pengelolaan Air Limbah di Desa Sungai Rangas Tengah”. Penyusunan
laporan ini bertujuan sebagai pertanggungjawaban dari kegiatan Kuliah Kerja Nyata
Tematik (KKN-T) yang dilaksanakan di Desa Sungai Rangas Tengah. Laporan akhir ini
tentunya masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu saran dan kritikan yang
membangun sangat kami harapkan. Semoga laporan akhir ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Sungai Rangas Tengah,  Desember 2022

Tim Air Limbah

 
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Batasan Desa Sungai Rangas Tengah


Gambar 2. Koordinasi Bersama Pihak Fakultas
Gambar 3. Survey Harga Ember Bekas
Gambar 4. Survey Harga Ijuk
Gambar 5. Hasil dari Filter Air Percobaan Pertama
Gambar 6. Perbaikan Wadah Filter Air
Gambar 7. Pemaparan Perencanaan Proyek I
Gambar 8. Survey Eceng Gondok di Desa Rangas Tengah
Gambar 9. Pengambilan Eceng Gondok
Gambar 10. Pembuatan Kompos
Gambar 11. Pengecekan Kompos Hari Ke-20
Gambar 12. Kompos Kekurangan Air pada Hari Ke-6
Gambar 13. Poster Komposting Eceng Gondok

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Laporan Perencanaan


Lampiran 2. Dokumentasi
Lampiran 3. Desain Perencanaan
RINGKASAN
Pada tanggal 7 September s.d. 23 Desember 2022 telah dilaksanakan program Kuliah
Kerja Nyata Tematik (KKN-T) di Desa Sungai Rangas Tengah, Kecamatan Martapura Barat,
Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Pada program KKN-T tersebut kami merealisasikan
salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pemberdayaan masyarakat. Tujuan dari
pelaksanaan program ini diharapkan mahasiswa dapat memperoleh pengalaman belajar
melalui keterlibatan dalam masyarakat yang secara langsung menemukan, merumuskan,
memecahkan, dan menanggulangi permasalahan yang berada di desa secara langsung. Upaya
utama yang dilakukan adalah mengidentifikasi permasalahan air limbah yang ada,
merencanakan pengelolaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), pemanfaatan eceng
gondok pada IPAL, pengolahan limbah eceng gondok yang telah dimanfaatkan pada IPAL,
serta pemanfaatan teknologi pengolahan air limbah sederhana di Desa Sungai Rangas Tengah.

 
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kehidupan makhluk hidup tidak dapat terlepas dengan air dalam menjalankan
aktivitas dan mempertahankan hidupnya, baik sebagai kebutuhan pokok maupun
sebagai pelengkap. Antara hubungan manusia dan air akan saling mempengaruhi, di
mana perlakuan manusia terhadap air baik secara langsung maupun tidak langsung
akan mempengaruhi manusia dan lingkungannya. Pada penggunaan air bersih, tidak
seluruhnya habis dipakai untuk kehidupan, tetapi kurang lebih 70% dari air tersebut
dibuang dalam bentuk air kotor dan tercemar yang biasa disebut air limbah.
Sebelumnya perlu diketahui bahwasanya air buangan terdiri dari air limbah (domestik
atau non domestik) dan air hujan yang mana masing-masing penanganannya dapat
berbeda.
Pada perencanaan ini, air limbah yang dimaksud adalah cairan buangan sisa
kegiatan manusia baik dari lingkungan domestik (rumah tangga) dan non domestik
(industri). Air limbah dapat berasal dari berbagai macam sumber yang seluruhnya
memerlukan pengolahan lebih lanjut karena dapat menimbulkan akibat-akibat yang
merugikan antara lain:
1. Mengakibatkan polusi pada badan air.
2. Mengganggu kehidupan dalam air yaitu mematikan ikan dan tumbuhan
dikarenakan oksigen terlarut habis dipakai proses dekomposisi aerobik.
3. Menimbulkan bau yang tidak sedap sebagai akibat hasil proses dekomposisi
anaerob zat organik.
4. Dapat menghasilkan endapan lumpur yang akan mempercepat proses pendangkalan
dan menimbulkan penyumbatan.
Efek yang ditimbulkan akibat dari tidak adanya pengolahan air limbah tentunya
mengganggu kestabilan lingkungan. Oleh karena itu, diperlukan perencanaan yang baik
pada daerah perencanaan. Perencanaan pengelolaan air limbah disesuaikan dengan
kondisi daerah perencanaan.
Desa Sungai Rangas Tengah merupakan salah satu desa yang masih
berdampingan dengan sungai sebagai pemenuhan kehidupan sehari-hari. Sungai
merupakan salah satu sumber air baku bagi penyediaan kebutuhan air bersih. Kondisi
lingkungan di bagian hulu dan sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) yang baik,
berdampak pada kualitas air baku di sungai. Demikian sebaliknya, kondisi lingkungan
yang rusak di bagian hulu dan DAS berdampak pada penurunan kualitas air baku,
proses sedimentasi, dan pendangkalan sungai. Tata kelola lingkungan sekitar sungai
yang baik dapat berkontribusi pada peningkatan kualitas lingkungan khususnya
sumber daya air. 
Air limbah yang dimaksud adalah cairan buangan sisa kegiatan manusia baik dari
lingkungan domestik (rumah tangga) dan non domestik (industri). Air limbah tersebut
dapat berasal dari berbagai macam sumber yang memerlukan pengolahan lebih lanjut
karena dapat menimbulkan banyak akibat yang merugikan bagi masyarakat dan
lingkungan. Belum adanya arahan dalam pengolahan air limbah menyebabkan
masyarakat mengalirkan air limbah domestiknya ke lingkungan secara langsung. Hal
tersebut mengakibatkan rusaknya kestabilan lingkungan hidup.
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Banjar bekerja sama dengan Desa Sungai
Rangas Tengah untuk melakukan perencanaan pembangunan Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL) pada tahun 2023 sebagai upaya pengolahan air limbah. IPAL
direncanakan untuk mengelola air limbah domestik di Desa Sungai Rangas Tengah.
Harapannya dengan adanya IPAL di Desa Sungai Rangas Tengah dapat mengurangi
hasil produksi limbah yang membahayakan.
Adanya tanaman air pada bak IPAL dapat mempercepat reduksi bahan organik
sehingga waktu pengolahan akan lebih cepat dan bahan organik yang akan dibuang ke
badan air memenuhi baku mutu. Tanaman eceng gondok merupakan salah satu
tanaman air yang banyak ditemui di Desa Sungai Rangas Tengah. Tanaman ini akan
menjadi gulma yang dapat mengganggu biota perairan, khususnya sungai karena
struktur daun yang lebar serta perakaran yang panjang dan lebat sehingga dapat
menghalangi cahaya matahari yang seharusnya masuk ke dalam sungai. Namun, eceng
gondok juga memiliki kemampuan dalam mengurangi bahan organik yang ada pada
perairan, sehingga tanaman ini diupayakan sebagai bentuk pemanfaatan untuk reduksi
bahan organik pada pengolahan air limbah di IPAL yang akan dibangun.
Filter air dapat dijadikan solusi sederhana perencanaan pengelolaan air limbah.
Filter air diharapkan dapat mengurangi bahkan menghilangkan genangan air limbah
domestik pada permukiman Desa Sungai Rangas Tengah. Unit filter air direncanakan
dengan instalasi sesederhana mungkin dengan hasil yang maksimal.

1.2. Lingkup dan Batasan


Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka dalam perencanaan dapat
dirumuskan lingkup dan batasan, yakni analisis dan pengelolaan permasalahan air
limbah domestik yang berasal dari dapur dan kamar mandi dengan perencanaan
pengolahan air limbah menggunakan teknologi sederhana secara keseluruhan (297
KK) dan percobaan (10 KK) serta pemanfaatan eceng gondok dan limbahnya sebagai
kompos.

1.3. Tujuan dan Manfaat


Tujuan perencanaan ini adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi permasalahan air limbah di Desa Sungai Rangas Tengah.
2. Mengidentifikasi pemanfaatan eceng gondok pada IPAL rencana di Desa Sungai
Rangas Tengah.
3. Mengidentifikasi pengolahan hasil limbah eceng gondok yang telah dimanfaatkan
pada IPAL rencana di Desa Sungai Rangas Tengah.
4. Mengidentifikasi pemanfaatan teknologi pengolahan air limbah sederhana di Desa
Sungai Rangas Tengah dengan menggunakan Instalasi Filter Air Rumah Tangga
Perencanaan ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai bahan acuan serta
pertimbangan dalam pengelolaan air limbah dan pemanfaatannya di Desa Sungai
Rangas Tengah agar dapat meminimalisir genangan air di bawah rumah warga karena
pembuangan air limbah secara langsung tanpa dikelola terlebih dahulu.
BAB 2
KEGIATAN MBKM BINA DESA
2.1. Data Umum Tempat Bina Desa
2.1.1. Tempat Bina Desa

Gambar 1. Batasan Desa Sungai Rangas Tengah

Desa Sungai Rangas Tengah merupakan salah satu desa yang termasuk ke
dalam wilayah Kecamatan Martapura Barat, Kabupaten Banjar, Provinsi
Kalimantan Selatan yang memiliki luas administrasi 11,32 km2. Desa ini juga
merupakan ibukota kecamatan dari Martapura Barat. Berdasarkan Peraturan
Bupati Banjar Nomor 50 Tahun 2022 tentang Batas Desa Sungai Rangas
Kecamatan Martapura Barat Kabupaten Banjar, bagian utara berbatasan
dengan Desa Sungai Rangas dan Desa Keliling Benteng Tengah, bagian timur
berbatasan dengan Desa Sungai Rangas Ulu, bagian selatan berbatasan dengan
Desa Sungai Rangas Hambuku, dan bagian barat berbatasan dengan Desa
Penggalaman. Terdapat dua buah RW dengan tiga RT. Adanya Sungai
Martapura yang mengaliri sepanjang desa ini membuat pemerintah daerah
berinisiatif untuk membuat destinasi Wisata Sungai Rangas Tengah (SRT).
Berdasarkan data pada Martapura dalam Angka 2021, desa yang dijuluki
“Cantik Manis” ini memiliki jumlah penduduk sebanyak 858 orang dengan laju
pertumbuhan penduduk per tahun 2010-2020 sebesar 2,88% dan persentase
kepadatan penduduk tiap km2 sebesar 75,8. Adapun fasilitas umum yang
terdapat pada desa ini ialah 2 buah langgar, 1 buah SMP, 2 buah PAUD, 1 buah
posyandu, dan 2 buah PAMSIMAS. Sebagian besar penduduk setempat
bermatapencaharian sebagai petani, seperti beras dan sayur-sayuran.

2.1.2. Lokasi
Desa Sungai Rangas Tengah dilalui aliran Sungai Martapura yang
menyebabkan banyak warga bertempat tinggal di sekitar sungai ini. Dekatnya
sungai dengan pemukiman warga membuat beberapa permasalahan muncul,
terutama yang berkaitan dengan pengelolaan air limbah. Berikut uraian
beberapa masalah lingkungan yang telah dianalisis berdasarkan hasil survey:
1. Kurangnya pemahaman warga mengenai sanitasi dan IPAL
2. Warga masih menggunakan cubluk
3. Kebanyakan warga masih belum mengerti perbedaan septictank dan cubluk,
sehingga masih mengira dan menyebut cubluk sebagai septictank
4. Faktor internal berupa:
a) Ekonomi
Sebagian besar penduduk bekerja sebagai petani yang menyebabkan
sulitnya untuk membuat penyaluran buangan air limbah dari rumah yang
menyebabkan penduduk membuang air limbah langsung ke bawah tanah
sehingga muncul permasalahan baru berupa genangan air
b) Sosial Budaya
Genangan air yang berada di bawah beberapa rumah warga tidak
memberikan dampak bagi warga yang sudah di survey, sehingga
kegiatan membuang air limbah langsung ke tanah masih terus berlanjut
5. Faktor eksternal berupa kurangnya arahan dari pemerintah akan pentingnya
mengelola air limbah. Contohnya dengan melakukana pendekatan terhadap
warga melalui sosialisasi
6. Air limbah hasil pengolahan PAMSIMAS yang langsung dibuang sehingga
menyebabkan bau
7. Tidak adanya pengurasan pada septictank yang menyebabkan warga perlu
menggunakan WC umum, WC musholla, menunggu selama 24 jam, bahkan
membuat septictank baru jika septictank penuh

2.2. Pelaksanaan MBKM Bina Desa


2.2.1. Proyek I (Satu)
A. DATA UMUM PROYEK
a. Judul Proyek
Judul proyek yang kami rencanakan ialah “Instalasi Filter Air
Rumah Tangga”

b. Dimensi Unit
Unit yang digunakan untuk proyek ini terdiri dari karpet vinyl
plastik, pipa ¾”, pipa 1”, pipa 4”, wadah filter air, bak filter air, dan
sumur penampung. Wadah filter air berupa ember cat bekas berukuran
30 liter, bak filter air berbahan fiber berukuran 800 L, dan sumur
pengumpul. Karpet vinyl plastik diasumsikan untuk per rumah seluas 2
m2. Wadah filter air diberikan satu buah untuk satu rumah yang
diharapkan agar setiap rumah dapat meminimalisir penguangan limbah
secara langsung ke lingkungan. Bak filter air diasumsikan diadakan satu
buah untuk 10 rumah. Sumur pengumpul direncanakan agar dibuat satu
untuk 15 bak filter, sehingga diperlukan dua buah untuk satu desa
dengan 297 KK.

c. Pihak yang Terlibat


Pihak yang terlibat pada proyek ini adalah masyarakat dan aparat
Desa Sungai Rangas Tengah serta pihak DLH Kabupaten Banjar dan
DLH Provinsi Kalimantan Selatan.

B. PELAKSANAAN DAN HASIL


a. Proses dan Hasil Koordinasi
Koordinasi yang telah kami lakukan dalam upaya pelaksanaan
proyek ini melalui konsultasi perencanaan kepada pihak Prodi Teknik
Lingkungan ULM. Pada konsultasi pertama, didapatkan saran-saran
mengenai perbaikan untuk penempatan lapisan yang ada pada wadah
filter air. Koordinasi selanjutnya dilakukan melalui diskusi bersama
Sekretaris Desa Sungai Rangas Tengah. Respon pihak desa lumayan
baik dan sangat mendukung. Saran yang didapatkan ialah dari pihak
Mahasiswa/i bisa melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai
pemanfaatan air limbah dengan mennampung air limbah menggunakan
karpet vinyl plastik yang dialirkan ke wadah filter air sederhana saat

ada kegiatan desa yang terdapat banyak masyarakat, seperti posyandu


dan perkumpulan ibu-ibu yang menunggu anaknya sekolah.

Gambar 2. Koordinasi Bersama Pihak Fakultas

b. Proses dan Hasil Observasi


Observasi yang kami lakukan adalah dengan mencari referensi
pengolahan-pengolahan air limbah dengan filter air dari berbagai jurnal
dan menonton beberapa tutorial melalui aplikasi YouTube. Setelah
didapatkan beberapa referensi, dilakukan penarikan kesimpulan dengan
melakukan percobaan sederhana dengan menggunakan bahan-bahan
berupa kain perca, sabut kelapa, arang, batu kerikil sungai, batu zeolit,
dan ijuk. Survey dan pembelian barang kami lakukan di beberapa
tempat seperti Pasar Martapura, Pasar Banjarbaru, toko bangunan, toko
pecah belah, dan beberapa toko akuarium.

c. Proses dan Hasil Perencanaan


Instalasi Filter Air Limbah Rumah Tangga merupakan teknologi
yang diharapkan dapat mengurangi bahkan menghilangkan genangan
air limbah greywater pada permukiman. Setelah didapatkan proyeksi
penduduk 10 tahun dan dihitung debit air limbah rata-rata pertahunnya,
maka didapatkanlah perencanaan ini.
Perencanaan yang telah kami lakukan adalah melakukan percobaan
pembuatan filter air sederhana dengan menggunakan ember cat bekas
30 L. Dari dimensi ember yang memiliki tinggi 39 cm, bahan-bahan
penyaring yang digunakan pada percobaan ini meliputi 3 cm kain perca,
11 cm sabut kelapa, 7 cm arang, 5 cm batu zeolit dengan batu kerikil,
dan 13 cm ijuk.
Gambar 3. Survey Harga Ember Bekas

Gambar 4. Survey Harga Ijuk

Hasil percobaan pertama pada penyaringan menggunakan filter


yang telah kami lakukan ialah air bukannya menjadi jernih, tetapi
menjadi keruh karena adanya lapisan pasir dan pasir yang kami
gunakan salah. Percobaan selanjutnya, kami membuang lapisan pasir
yang ada di ember dan didapatkan air yang mulai jernih, tetapi masih
ada bagian-bagian kecil dari sabut kelapa yang terbawa ke pipa outlet.
Setelah dilakukan observasi lanjutan dan konsultasi, ditambahkan
lapisan berupa kain perca yang diharapkan bisa memaksimalkan
penyaringan, terutama dari partikel-partikel yang ada. Hasil akhir yang
didapatkan dari percobaan penjernihan menggunakan air sungai dari
desa yang semulanya keruh dan banyak mengandung partikel-partikel
ialah air menjadi lebih bening dan tidak terdapat partikel-partikel yang
melayang pada air.

Gambar 5. Hasil dari Filter Air Percobaan Pertama


d. Proses dan Hasil Evaluasi
Berdasarkan poin sebelumnya, yang dapat kami jadikan sebagai
evaluasi adalah perlunya memperhatikan bahan-bahan yang digunakan
untuk filter air agar sesuai dengan peruntukannya, seperti pasir. Selain
itu, bahan-bahan juga perlu diperhatikan kebersihannya sebab dapat
mempengaruhi hasil penyaringan yang dihasilkan.

Gambar 6. Perbaikan Wadah Filter Air

e. Proses dan Hasil Paparan/Ekspos


Pemaparan/ekspos hasil perencanaan Proyek I dilakukan pada
Selasa, 13 Desember 2022 di Kantor Desa Sungai Rangas Tengah yang
dihadiri oleh perangkat desa serta pendamping desa. Pendekatan
melalui cara pembuatan serta pemanfaatan wadah filter air sederhana
mendapat perhatian dan menjadi harapan bagi pihak desa agar dapat
direalisasikan. Adanya leveling atau peletakan kemiringan pada pipa air
penyalur jika Instalasi Filter Air Rumah Tangga diwujudkan menjadi
pertimbangan lebih lanjut agar air dapat mengalir sesuai dengan
perencanaan. Tim Penyusun mendapatkan saran berupa penggunaan
batu koral putih sebagai alternatif pengganti batu zeolit yang sulit
ditemui di sekitar Desa Sungai Rangas Tengah.

Gambar 7. Pemaparan Perencanaan Proyek I

f. Proses dan Hasil Finalisasi


Hasil finalisasi dari proyek filter ini adalah membuat 2unit filter air
sederhana dengan memanfaatkan ember cat bekas 30 liter. Bahan
penyaring yang digunakan filter air sederhana ini meliputi kain perca,
sabut kelapa, arang, batu zeolit, dan ijuk. Filter air ini telah diuji coba
sebelumnya menggunakan air sungai desa yang semula keruh dan
mengandung banyak partikel, menjadi lebih bening dan partikel yang
melayang pada air berkurang. Unit filter air yang telah dibuat ini
diserahkan pada Desa Sungai Rangas Tengah sebagai bahan edukasi
bagi masyarakat.

2.2.2. Proyek II (Dua)


A. DATA UMUM PROYEK
a. Judul Proyek
Judul proyek yang kami rencanakan ialah “Komposting Eceng
Gondok”

b. Dimensi Unit
Unit yang digunakan untuk proyek ini terdiri dari bak komposter
berukuran 150 L dan mesin pencacah pemberian DLH Provinsi
Kalimantan Selatan. Adapun bahan yang digunakan untuk pelaksanaan
proyek ini meliputi eceng gondok, Effective Microorganism 4, gula, dan
air.

c. Pihak yang Terlibat


Pihak yang terlibat pada proyek ini adalah masyarakat dan aparat
Desa Sungai Rangas Tengah serta pihak DLH Kabupaten Banjar dan
DLH Provinsi Kalimantan Selatan.

B. PELAKSANAAN DAN HASIL


a. Proses dan Hasil Koordinasi
Terdapat saran dari pihak DLH Provinsi Kalimantan Selatan untuk
dapat memanfaatkan eceng gondok yang banyak tumbuh di pinggir
sungai dalam pengelolaan air limbah. Selain itu, adanya pemberian
mesin pencacah dan tong komposter dari DLH Provinsi Kalimantan
Selatan menjadi solusi sehingga Tim Penyusun mencari cara agar dapat
memanfaatkannya. Alur koordinasi yang telah kami coba untuk
melaksanakan proyek ini adalah melalui konsultasi kepada pihak Prodi
dan mendapat dukungan yang baik. Lalu, Tim Penyusun membuat
perencaan, berkoordinasi dengan pihak desa, dann merealisasikannya.

b. Proses dan Hasil Observasi


Observasi diawali sejak survey pertama dilakukan. Terlihat
banyaknya eceng gondok yang tumbuh subur bahkan menutupi muka
air yang dapat mengurangi penetrasi cahaya yang masuk. Selain
permasalahan tersebut, adanya saran yang Tim Penyusun dapat dari
DLH Provinsi Kalimantan Selatan untuk memanfaatkan eceng gondok
membuat Tim Penyusun melakukan studi literatur dan didapat hasil
berupa perencanaan Pembuatan Kompos dari Eceng Gondok.
Gambar 8. Survey Eceng Gondok di Desa Rangas Tengah

Hasil dari studi literatur yang dilakukan ialah diketahui bahwa


penggunaan eceng gondok sebagai sumber bahan organik mampu
memperbaiki struktur fisik tanah, meningkatkan ketersediaan unsur
hara, dan pertumbuhan vegetatif. Pembuatan kompos eceng gondok
memerlukan corong, ember, tabung semprot, mesin pencacah, dan alat
ukur pH untuk alat. Bahan yang diperlukan ialah eceng gondok,
kotoran sapi, sekam padi, molasses, dan dekomposer EM4. Eceng
gondok yang diambil dicacah dengan mesin pencacah agar ukuran lebih
kecil sehingga mudah terurai selanjutnya dikeringkan dengan
menjemur sampai kadar air menurun sekitar 25 – 30%. Bahan
selanjutnya dicampur dengan perbandingan 50% eceng gondok, 40%
kotoran sapi, 5% sekam, dan 5% abu sekam yang kemudian disiram
dengan larutan EM4 dan mollases di tiap tumpukan lapisan. Fermentasi
atau dekomposisi dilakukan minimal selama 14 hari dengan
pengecekan secara berkala untuk suhu pupuk sekitar 27oC – 330oC dan
pH sekitar 5 – 7.

c. Proses dan Hasil Perencanaan


Perencanaan Pengolahan Kompos dari Eceng Gondok yang telah
dilakukan pada 25 Oktober 2022 dimulai dengan menyesuaikan alat
dan bahan yang ada. Corong, tabung semprot, dan alat ukur pH tidak
digunakan pada pengolahan ini, hanya mesin pencacah, cangkul, galon
bekas, dan tong komposter. Sedangkan, bahan yang diperlukan ialah
eceng gondok, Effective Microorganism 4, gula, dan air karena
menyesuaikan dengan bahan-bahan yang ada di sekitar. Dari eceng
gondok yang telah dikumpulkan sekitar 15 kg, hasil cacahan yang
didapat memenuhi sekitar 2/3 tong komposter 150 liter. Setelah
ditambahkan bioaktivator, cacahan diaduk dan ditutup.

Gambar 9. Pengambilan Eceng Gondok


Gambar 10. Pembuatan Kompos

Pemeriksaan dan pengadukan pertama dilakukan pada hari ke-6.


Hasil yang terlihat ialah eceng gondok kering dan berwarna coklat.
Setelah ditambahkan bioaktivator, eceng gondok selanjutnya dicek
kembali hari ke-20 dan didapatkan hasil eceng gondok yang membusuk
dan basah, tetapi eceng gondok masih belum terurai sempurna. Kondisi
kompos eceng gondok pada hari ke-30 terurai lebih halus. Kompos
semakin basah, bahkan menghasilkan banyak air (pupuk organik cair)
yang terkumpul di bawah tong komposter. Kompos mengalami
penyusutan yang sangat signifikan jika dibandingkan dengan hari
pertama. Kompos yang tersisa hanya ¼ dari tong komposter 200 liter.
Bau kompos sudah mulai menyerupai tanah yang berarti hampir
matang. Kompos matang sempurna pada hari ke-50 (15 Desember
2022). Tekstur kompos sudah benar-benar halus tanpa ada serat-serat
dari eceng gondok. Baunya sudah seperti tanah dengan warna cokelat
gelap.

Gambar 11. Pengecekan Kompos Hari Ke-20

d. Proses dan Hasil Evaluasi


Berdasarkan hasil kompos eceng gondok yang telah diobservasi
sampai saat ini, proses pematangan kompos masih berjalan sesuai
dengan waktu yang seharusnya. Namun, saat pengecekan di hari ke-6,
cacahan eceng gondok terlihat sangat kering. Akan lebih baik apabila di
hari-hari pertama setelah pengolahan dicek secara berkala dan disiram
apabila kelembapan berkurang sehingga tidak terlalu kering seperti
yang telah terjadi.

Gambar 12. Kompos Kekurangan Air pada Hari Ke-6

e. Proses dan Hasil Paparan/Ekspos


Ekspos Proyek Komposting Eceng Gondok dilakukan dua kali,
yakni kepada salah satu pihak Dinas Lingkungan Hidup serta perangkat
beserta pendamping desa. Hal yang dipaparkan meliputi alat, bahan,
dan cara pembuatan kompos, progres dan kendala kompos dari awal
hingga matang, serta waktu dan tempat pengambilan sampel eceng
gondok. Pihak desa dan DLH merespon baik proyek ini dan akan
mencoba membuat dengan memulai dari skala kecil, seperti PKK Desa
Sungai Rangas Tengah. Adanya poster mengenai tata cara pembuatan
kompos dari eceng gondok yang diberikanpun diharapkan bisa menjadi
pegangan dalam percobaan komposting dari eceng gondok bagi
masyarakat desa.

Gambar 13. Poster Komposting Eceng Gondok

f. Proses dan Hasil Finalisasi


Hasil finalisasi dari Proyek Komposting Eceng Gondok ini adalah
mampu mengolah eceng gondok menjadi kompos dengan alat
komposter 150 liter dan mesin pencacah pemberian DLH Provinsi
Kalimantan Selatan. Bahan yang digunakan meliputi eceng gondok,
Effective Microorganism 4, gula, dan air. Kompos eceng gondok ini
dapat dimanfaatkan pada tanaman sawi, mentimun, selada, terong,
bayam, tomat, bawang merah, dan jagung. Hasil akhir kompos yang
telah matang memiliki kuantitas sekitar 9 kg dan diserahkan pada pihak
Desa Sungai Rangas Tengah. Selain itu, poster tahapan pengolahan
kompos eceng gondok juga diserahkan pada pihak desa dengan harapan
dapat mengedukasi masyarakat desa mengenai pengolahan kompos
eceng gondok dan mengurangi limbah tanaman eceng gondok yang
hidup di bantaran sungai di Desa Sungai Rangas Tengah.
BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Sungai Rangas Tengah merupakan desa yang potensial sehingga sangat
memungkinkan akan menjadi desa yang lebih maju lagi setelah adanya kerjasama
antara perencanaan yang Tim Penyusun buat dengan masyarakat sebagai penggerak
desa, serta pemerintah daerah, baik itu desa, kabupaten, ataupun provinsi. Salah satu
keunggulan Desa Sungai Rangas Tengah dibandingkan dengan desa lain untuk di
bidang limbah dan sanitasi adalah tidak adanya lagi aktivitas BABS melalui jamban
apung. Hal tersebut juga didukung dengan adanya bantuan pembangunan WC untuk
setiap rumah secara berkala sejak tahun 2017.
Berdasarkan observasi Tim Penyusun sampai akhir kegiatan MBKM,
permasalahan air limbah yang dihadapi dan yang paling terlihat adalah adanya
genangan air pada bawah rumah masyarakat. Genangan air berasal dari pembuangan
rumah tangga dari kamar mandi/WC dan dapur. Selain itu, air sungai yang menaik
karena sedang musim hujan menambah genangan air yang semakin meninggi,
sehingga cukup mengganggu secara estetika.
3.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran 1. Laporan Perancangan

BAB I
PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG
Kehidupan makhluk hidup tidak dapat terlepas dengan air dalam menjalankan
aktivitas dan mempertahankan hidupnya, baik sebagai kebutuhan pokok maupun
sebagai pelengkap. Antara hubungan manusia dan air akan saling mempengaruhi,
dimana perlakuan manusia terhadap air baik secara langsung maupun tidak langsung
akan mempengaruhi manusia dan lingkungannya. Pada penggunaan air bersih, tidak
seluruhnya habis dipakai untuk kehidupan, tetapi kurang lebih 70% dari air tersebut
dibuang dalam bentuk air kotor dan tercemar yang biasa disebut air limbah.
Sebelumnya perlu diketahui bahwasanya air buangan terdiri dari air limbah (domestik
atau non domestik) dan air hujan yang mana masing-masing penanganannya dapat
berbeda.
Pada perencanaan ini, air limbah yang dimaksud adalah cairan buangan sisa
kegiatan manusia baik dari lingkungan domestik (rumah tangga) dan non domestik
(industri). Air limbah dapat berasal dari berbagai macam sumber yang seluruhnya
memerlukan pengolahan lebih lanjut karena dapat menimbulkan akibat-akibat yang
merugikan antara lain:
1. Mengakibatkan polusi pada badan air.
2. Mengganggu kehidupan dalam air yaitu mematikan ikan dan tumbuhan
dikarenakan oksigen terlarut habis dipakai proses dekomposisi aerobik.
3. Menimbulkan bau yang tidak sedap sebagai akibat hasil proses dekomposisi
anaerob zat organik.
4. Dapat menghasilkan endapan lumpur yang akan mempercepat proses pendangkalan
dan menimbulkan penyumbatan.
Efek yang ditimbulkan akibat dari tidak adanya pengolahan air limbah tentunya
mengganggu kestabilan lingkungan. Oleh karena itu, diperlukan perencanaan yang baik
pada daerah perencanaan. Perencanaan pengelolaan air limbah disesuaikan dengan
kondisi daerah perencanaan.
Desa Sungai Rangas Tengah merupakan salah satu desa yang masih
berdampingan dengan sungai sebagai pemenuhan kehidupan sehari-hari. Sungai
merupakan salah satu sumber air baku bagi penyediaan kebutuhan air bersih. Kondisi
lingkungan di bagian hulu dan sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) yang baik,
berdampak pada kualitas air baku di sungai. Demikian sebaliknya, kondisi lingkungan
yang rusak di bagian hulu dan DAS berdampak pada penurunan kualitas air baku,
proses sedimentasi, dan pendangkalan sungai. Tata kelola lingkungan sekitar sungai
yang baik dapat berkontribusi pada peningkatan kualitas lingkungan khususnya
sumber daya air. 
Air limbah yang dimaksud adalah cairan buangan sisa kegiatan manusia baik dari
lingkungan domestik (rumah tangga) dan non domestik (industri). Air limbah tersebut
dapat berasal dari berbagai macam sumber yang memerlukan pengolahan lebih lanjut
karena dapat menimbulkan banyak akibat yang merugikan bagi masyarakat dan
lingkungan. Belum adanya arahan dalam pengolahan air limbah menyebabkan
masyarakat mengalirkan air limbah domestiknya ke lingkungan secara langsung. Hal
tersebut mengakibatkan rusaknya kestabilan lingkungan hidup.
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Banjar bekerja sama dengan Desa Sungai
Rangas Tengah untuk melakukan perencanaan pembangunan Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL) pada tahun 2023 sebagai upaya pengolahan air limbah. IPAL
direncanakan untuk mengelola air limbah domestik di Desa Sungai Rangas Tengah.
Harapannya dengan adanya IPAL di Desa Sungai Rangas Tengah dapat mengurangi
hasil produksi limbah yang membahayakan.
Adanya tanaman air pada bak IPAL dapat mempercepat reduksi bahan organik
sehingga waktu pengolahan akan lebih cepat dan bahan organik yang akan dibuang ke
badan air memenuhi baku mutu. Tanaman eceng gondok merupakan salah satu
tanaman air yang banyak ditemui di Desa Sungai Rangas Tengah. Tanaman ini akan
menjadi gulma yang dapat mengganggu biota perairan, khususnya sungai karena
struktur daun yang lebar serta perakaran yang panjang dan lebat sehingga dapat
menghalangi cahaya matahari yang seharusnya masuk ke dalam sungai. Namun, eceng
gondok juga memiliki kemampuan dalam mengurangi bahan organik yang ada pada
perairan, sehingga tanaman ini diupayakan sebagai bentuk pemanfaatan untuk reduksi
bahan organik pada pengolahan air limbah di IPAL yang akan dibangun.
Filter air dapat dijadikan solusi sederhana perencanaan pengelolaan air limbah.
Filter air diharapkan dapat mengurangi bahkan menghilangkan genangan air limbah
domestik pada permukiman Desa Sungai Rangas Tengah. Unit filter air direncanakan
dengan instalasi sesederhana mungkin dengan hasil yang maksimal.

II. RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan tersebut maka dalam
perencanaan ini dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana permasalahan air limbah di Desa Sungai Rangas Tengah?
2. Bagaimana perencanaan pembangunan di IPAL di Desa Sungai Rangas Tengah?
3. Bagaimana pemanfaatan eceng gondok pada IPAL rencana di Desa Sungai Rangas
Tengah?
4. Bagaimana pengolahan hasil limbah eceng gondok yang telah dimanfaatkan pada
IPAL rencana di Desa Sungai Rangas Tengah?
5. Bagaimana pemanfaatan teknologi pengolahan air limbah sederhana di Desa Sungai
Rangas Tengah?

III. TUJUAN
Tujuan perencanaan ini adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi permasalahan air limbah di Desa Sungai Rangas Tengah.
2. Merencanakan pembangunan di IPAL di Desa Sungai Rangas Tengah untuk
menghindari terjadinya pencemaran lingkungan, terutama terhadap badan air dan
tanah melalui upaya peningkatan sanitasi yang lebih layak sesuai dengan NSPK
(Norma Standar Prosedur dan Kriteria)
3. Mengidentifikasi pemanfaatan eceng gondok pada IPAL rencana di Desa Sungai
Rangas Tengah.
4. Mengidentifikasi pengolahan hasil limbah eceng gondok yang telah dimanfaatkan
pada IPAL rencana di Desa Sungai Rangas Tengah.
5. Mengidentifikasi pemanfaatan teknologi pengolahan air limbah sederhana di Desa
Sungai Rangas Tengah.
6. Membangun rasa peduli lingkungan pada masyarakat Desa Rangas Tengah
terutama dalam bidang sanitasi

IV. MANFAAT
Manfaat dari perencanaan ini adalah untuk menyalurkan dan mengalirkan air
limbah dari berbagai sumber ke badan air penerima, dengan atau tanpa melalui proses
terlebih dahulu. Selain itu, diharapkan dapat menjadi bahan acuan serta pertimbangan
dalam pengelolaan air limbah dan pemanfaatannya, terutama di Desa Sungai Rangas
Tengah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. PROFIL DESA
Desa Sungai Rangas Tengah merupakan salah satu desa yang termasuk ke dalam
wilayah Kecamatan Martapura Barat, Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan
yang memiliki luas administrasi 11,32 km2. Berdasarkan Peraturan Bupati Banjar
Nomor 50 Tahun 2022 tentang Batas Desa Sungai Rangas Kecamatan Martapura
Barat Kabupaten Banjar, bagian utara berbatasan dengan Desa Sungai Rangas dan
Desa Keliling Benteng Tengah, bagian timur berbatasan dengan Desa Sungai Rangas
Ulu, bagian selatan berbatasan dengan Desa Sungai Rangas Hambuku, dan bagian
barat berbatasan dengan Desa Penggalaman. Terdapat dua buah RW dengan tiga RT.
Adanya Sungai Martapura yang mengaliri sepanjang desa ini membuat pemerintah
daerah berinisiatif untuk membuat destinasi Wisata Sungai Rangas Tengah (SRT).

II. AIR LIMBAH


Air limbah merupakan air yang tidak terpakai yang dihasilkan dari proses
produksi dan berbagai aktivitas manusia dalam memanfaatkan air bersih (Rimantho &
Athiyah, 2019). Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik
Indonesia No 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah, air limbah adalah sisa
dari suatu usaha dan kegiatan yang berwujud cair. Air limbah berpotensi memberikan
dampak pencemaran lingkungan jika dalam proses produksi menggunakan bahan
kimia yang berlebihan. Bahan yang dapat menimbulkan masalah pencemaran yaitu
bahan organik, non-organik, dan logam berat yang konsentrasinya melebihi baku mutu
yang diperbolehkan untuk masuk ke lingkungan (Andika et al., 2020). Air limbah
dapat berasal dari rumah tangga (domestic) maupun industri (industry). Air limbah
rumah tangga terdiri dari 3 fraksi penting yaitu Tinja (feses), berpotensi mengandung
mikroba patogen. Air seni (urine), umumnya mengandung Nitrogen dan Fosfor, serta
kemungkinan kecil mikroorganisme. Grey water merupakan air bekas cucian dapur,
mesin cuci dan kamar mandi. Grey water sering juga disebut dengan istilah sullage.
Air Limbah Industri berbeda dengan air limbah rumah tangga, zat-zat yang terkandung
dalam air limbah industri sangat bervariasi sesuai dengan pemakaiannya di masing-
masing industri, oleh sebab itu, dampak yang diakibatkannya juga sangat bervariasi,
bergantung kepada zat-zat yang terkandung di dalamnya (Wahyudi, 2022).
Air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari aktivitas hidup sehari-
hari manusia yang berhubungan dengan pemakaian air. Secara garis besar air limbah
domestik dibagi menjadi dua kelompok yaitu limbah organik dan limbah anorganik.
Limbah organik bersumber dari kotoran (tinja), sisa sayuran dan makanan, sedangkan
limbah anorganik dapat berupa plastik kertas, bahan kimia yang diakibatkan oleh
penggunaan deterjen, sampo, sabun, dan penggunaan bahan kimia lainnya. Pada
umumnya limbah organik dapat didegradasi oleh mikroba lingkungan dan sebaliknya
limbah anorganik lebih sulit didegradasi, sehingga sering menimbulkan pencemaran
lingkungan. Pencemaran air limbah domestik terdiri dari beberapa sumber, yaitu
kegiatan domestik rumah tangga, kegiatan komersial, kegiatan domestik pada aktivitas
di industri, dnn kegiatan peternakan (Kholif, 2020).
Sumber air limbah domestik adalah seluruh buangan cair yang berasal dari
buangan rumah tangga yang meliputi: limbah domestik cair yakni buangan kamar
mandi, dapur, air bekas pencucian pakaian, dan lainya. Air limbah domestik umumnya
mengandung senyawa polutan organik yang cukup tinggi, dan dapat diolah dengan
proses pengolahan secara biologis (Sulistia & Septisya, 2019). Secara umum air
limbah domestik dapat dikelompokkan menjadi grey water dan black water. Grey
water merupakan air bekas cucian dapur, mesin cuci dan kamar mandi. Grey water
sering juga disebut dengan istilah sullage. Black water adalah air limbah yang berasal
dari kotoran manusia yang berpotensi mengandung mikroba patogen dan air seni
(urine) umumnya mengandung Nitrogen (N) dan Fosfor serta mikroorganisme (Putri
et al., 2019).
Karakteristik air limbah domestik secara garis besar terdiri dari 3 komponen
utama, yaitu karakteristik secara fisika, kimia, dan biologi. Karakteristik fisika
diantaranya Total Solid (TS), Total Suspended Solid (TSS), warna, kekeruhan,
temperatur, dan bau. Karakteristik kimia ada Biological Oxygen Demand (BOD),
Chemical Oxygen Demand (COD), protein, karbohidrat, minyak dan lemah, detergen,
dan derajat keasaman (pH). Karakteristik biologi yaitu banyaknya mikroorganisme
yang terkandung dalam air limbah. karakteristik-karakteristik tersebut memiliki nilai
ambang batas yang berbeda-beda dari kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah
pusat maupun pemerintah daerah (Kholif, 2020).
Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik
Indonesia No 68 Tahun 2016 tentang Baku Mutu Air limbah Domestik, Baku mutu air
limbah adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemar dan atau jumlah unsur
pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam air limbah yang akan dibuang atau
dilepas ke dalam sumber air dari suatu usaha dan atau kegiatan.

Tabel 1.1 Baku Mutu Air Limbah Domestik


Parameter Satuan Kadar Maksimum

pH - 6-9

BOD mg/L 30

COD mg/L 100

TSS mg/L 30

Minyak & Lemak mg/L 5

Amoniak mg/L 10

Total Coliform Jumlah/100 mL 3000

Debit L/orang/hari 100


Sumber: Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia
No 68 Tahun 2016 tentang Baku Mutu Air limbah Domestik

Dampak yang ditimbulkan akibat adanya pencemaran air limbah domestik


misalnya penurunan daya dukung air permukaan, penyebaran wabah penyakit,
pencemaran badan air, pencemaran tanah, pendangkalan pada muara sungai,
terjadinya eutrofikasi, perubahan ekosistem badan air permukaan, kematian biota laut,
kerusakan rantai makanan, kerusakan ekosistem perairan. Dampak-dampak tersebut
merupakan adanya indikasi buruknya sistem sanitasi yang ada (Kholif, 2020).
Keberadaan limbah dapat memberikan dampak negatif terhadap lingkungan, seperti
mengganggu transparansi air, mengganggu proses fotosintesis yang berujung pada
defisiensi oksigen, menyebabkan tumor ataupun kematian pada organisme akuatik,
serta mengakibatkan iritasi, keracunan, mutasi gen, dan kanker pada manusia.
Berdasarkan hal tersebut diperlukan adanya pengelolaan terlebih dahulu sebelum
dilepas ke pembuangan akhir. Untuk dapat melaksanakan pengelohan air limbah yang
efektif perlu adanya rencana pengelolaan yang baik. pengelolaan air limbah dapat
dilakukan secara alamiha maupun dengan bantuan peralatan. Pengolahan air limbah
secara alamiah biasanya dilakukan dengan bantuan kolam stabilisasi sedangkan
pengolahan air limbah dengan bantuan peralatan misalnya dilakukan pada Instalasi
Pengolahan Air Limbah/IPAL (Wate Water Treatment Plant/WWTP) (Andika et al.,
2020).

III. INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH


Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) merupakan sistem yang digunakan
untuk mengolah air limbah domestik yang dilakukan pada suatu wilayah. Biasanya
digunakan di industri, perkantoran, rumah sakit, maupun wilayah rumah tangga agar
limbah yang dihasilkan lebih aman pada saat dibuang ke lingkungan dan sesuai
dengan baku mutu lingkungan. Semua air limbah domestik sebelum dibuang ke
perairan atau saluran umum harus diolah terlebih dahulu sampai memenuhi baku mutu
yang telah ditetapkan pemerintah (Sulistia & Septisya, 2019). Limbah memerlukan
penanganan awal kemudian pengolahan berikutnya. Pengolahan pertama atau
pendahuluan sangat menentukan pengolahan kedua, ketiga dan seterusnya. Kekeliruan
penerapan pengolahan pendahuluan akan turut mempengaruhi pengolahan berikutnya.
Penetapan pilihan metode keadaan limbah, sudah harus diketahui sebelum melakukan
pengolahan. Limbah yang berpeluang mencemari lingkungan harus ditetapkan
parameternya. Dengan mengetahui jenis-jenis parameter di dalam limbah, maka dapat
ditetapkan metode pengolahan dan pilihan jenis peralatan. Jika sudah menetapkan
metode dan jenis peralatannya, maka langkah berikutnya adalah menghilangkan atau
mengurangi senyawa pencemarannya. Limbah membutuhkan pengolahan jika
ditemukan senyawa pencemaran yang berakibat menciptakan kerusakan terhadap
lingkungan atau berpotensi menciptakan pencemaran yang harus diurutkan untuk
identifikasi limbah cair, gas, dan padat adalah sumbernya, uji karakteristik, uji
toksikologi, melakukan pencatatan atau pengumpulan data, dan mengevaluasi
pengaruh positif dan negatif. Untuk mengatasi limbah ini diperlukan pengolahan dan
penanganan limbah. Pengolahan limbah ini dapat dibedakan menjadi:
a. Pengolahan menurut tingkatan perlakuan
1. Proses pengolahan (pretreatment)
2. Pengolahan primer (primary treatment)
3. Pengolahan sekunder (secondary treatment)
4. Pengolahan tersier (tertiary treatment)
b. Pengolahan menurut karakteristik limbah
1. Proses fisik
2. Proses kimia
3. Proses biologi (Wahyudi, 2022).
Pengolahan air limbah bertujuan untuk mencegah pencemaran pada sumber air
limbah rumah tangga, melindungi hewan dan tanaman yang hidup di dalam air,
menghindari pencemaran tanah permukaan, dan menghilangkan tempat
berkembangbiaknya bibit dan vektor penyakit (Kholif, 2020). Sistem pengolahan air
limbah yang diterapkan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Tidak mengakibatkan kontaminasi terhadap sumber-sumber air minum.
2. Tidak mengakibatkan pencemaran air permukaan.
3. Tidak menimbulkan pencemaran pada flora dan fauna yang hidup di air di
dalam penggunaannya sehari-hari.
4. Tidak dihinggapi oleh vektor atau serangga yang mengakibatkan penyakit.
5. Tidak terbuka dan harus tertutup.
6. Tidak menimbulkan bau atau aroma tidak sedap.
Jenis IPAL ada 2 macam, yaitu IPAL Komunal dan IPAL Mandiri. IPAL
komunal bisa diibaratkan seperti kereta api, pesawat, atau moda transportasi lain.
Sama seperti kendaraan-kendaraan tersebut, IPAL komunal dibuat untuk memenuhi
kebutuhan pembuangan limbah komunitas yang berisi banyak orang. Untuk membuat
IPAL komunal, biayanya juga jauh lebih tinggi karena melibatkan banyak struktur dan
perlengkapan. Kebalikan dari IPAL komunal, IPAL mandiri dibuat untuk memenuhi
kebutuhan pembuangan limbah perorangan atau per kepala keluarga. Dilihat dari biaya
yang dikeluarkan, IPAL mandiri jauh lebih murah. Setiap industri dan bangunan
memiliki kebutuhan yang berbeda-beda akan IPAL. IPAL yang digunakan di dalam
rumah tangga, tentu berbeda dengan yang dipasang pada lokasi industri seperti pabrik.
IPAL memiliki manfaat untuk semua komponen yang ada di area instalasi. Bukan
hanya berguna untuk manusia, bangunan, tetapi juga untuk makhluk hidup lain yang
tinggal di kawasan tersebut. Ada beberapa manfaat IPAL diantaranya mengelola
limbah terutama yang mengandung zat kimia atau racun berbahaya agar ketika
dibuang tidak mencemari sekitarnya, mengelola cairan limbah baik industri maupun
domestik agar dapat digunakan kembali, dan melindungi ekosistem dan makhluk
hidup yang tinggal di sungai atau saluran pembuangan lainnya (Wahyudi, 2022).

IV. ECENG GONDOK


Eceng gondok (Eichornia crassipes) adalah tumbuhan air terbesar yang hidup
mengapung bebas (floating plants) yang ditemukan pertama kali pada air tergenang di
daerah aliran sungai Amazon di Brazil pada tahun 1824 oleh Karl von Martius
(Pieterse dalam Dinges, 1982). Eceng gondok merupakan gulma perairan yang
memiliki tingkat perkembangbiakan yang cukup tinggi yakni dalam waktu 52 hari,
setiap satu batang eceng gondok mampu menghasilkan tanaman baru seluas 1 m2
(Karyawan et al., 2022). Tumbuhan air memiliki kemampuan hiperakumulator sebagai
mekanisme suplai akan nutrisi organik, anorganik, dan logam berat dari air limbah
pada media tumbuhnya (Novita et el., 2020).
Eceng gondok merupakan salah satu tanaman yang memiliki daya serap
polutan yang baik dan dapat dimanfaatkan sebagai biofilter alam. Morfologi dan fase
generatif tanaman eceng gondok memiliki peran penting dalam reduksi polutan pada
air limbah. Panjang akar tanaman eceng gondok mempengaruhi potensi eceng gondok
dalam mendegradasi kandungan BOD, COD, dan bahan organik lainnya. Hasil kajian
yang sudah dilakukan menunjukkan bahwa panjang akar 17-30 cm memiliki fungsi
yang relatif baik sebagai biofilter pada perbaikan kualitas air limbah. Secara hipotesis,
semakin panjang akar eceng gondok menunjukkan kemampuan yang lebih baik dalam
menurunkan polutan karena pertumbuhan eceng gondok yang baik dapat dilihat dari
kemampuan akarnya menyerap polutan air (Novita et al., 2022). Berdasarkan hipotesis
tersebut, perencanaan ini bertujuan untuk memanfaatkan eceng gondok sebagai bahan
pereduksi polutan yang ada pada air limbah di bak IPAL dan pemanfaatan kembali
limbah eceng gondok sebagai kompos.

V. FILTER AIR
Filter air adalah suatu alat yang berfungsi untuk menyaring dan menghilangkan
kontaminan di dalam air dengan menggunakan penghalang atau media. Filter air dapat
digunakan secara luas untuk air minum, akuarium, dan kolam renang. Proses
penjernihan atau penyediaan air bersih merupakan proses perubahan sifat fisik agar
memenuhi syarat untuk digunakan. Penyaringan merupakan proses pemisahan padatan
yang terlarut di dalam air. Media yang digunakan untuk bahan filter digunakan
memiliki syarat yaitu pori-pori yang berukuran sesuai dengan ukuran padatan yang
akan disaring dan tahan lapuk. Saringan dapat dibedakan dalam beberapa kategori
yaitu:
1. Menurut jenis media yang dipakai
2. Menurut system control kecepatan filtrasi
3. Menurut arah aliran
4. Menurut kaidah gravitasi
5. Menurut pre-treatment yang diperlukan.
Pengolahan air bertujuan untuk menghilangkan partikel yang tercampur,
menghilangkan bahan beracun dan mikro organisme. Salah satu pengolahan air adalah
dengan melakukan Filter Air Sederhana. Filter air yang dilakukan secara fitrasi
(Hoerunnisa,2021)
BAB III
PEMBAHASAN
I. PERMASALAHAN AIR LIMBAH DI DESA SUNGAI RANGAS TENGAH
Desa Sungai Rangas Tengah dilalui aliran Sungai Martapura yang menyebabkan
banyak warga bertempat tinggal di sekitar sungai ini. Dekatnya sungai dengan
pemukiman warga membuat beberapa permasalahan muncul, terutama yang berkaitan
dengan pengelolaan air limbah. Berikut uraian beberapa masalah lingkungan yang telah
dianalisis berdasarkan hasil survey:
1. Kurangnya pemahaman warga mengenai sanitasi dan IPAL
2. Warga masih menggunakan cubluk
3. Kebanyakan warga masih belum mengerti perbedaan septictank dan cubluk,
sehingga masih mengira dan menyebut cubluk sebagai septictank
4. Faktor internal berupa:
a) Ekonomi
Sebagian besar penduduk bekerja sebagai petani yang menyebabkan
sulitnya untuk membuat penyaluran buangan air limbah dari rumah yang
menyebabkan penduduk membuang air limbah langsung ke bawah tanah
sehingga muncul permasalahan baru berupa genangan air
b) Sosial Budaya
Genangan air yang berada di bawah beberapa rumah warga tidak
memberikan dampak bagi warga yang sudah di survey, sehingga kegiatan
membuang air limbah langsung ke tanah masih terus berlanjut
5. Faktor eksternal berupa kurangnya arahan dari pemerintah akan pentingnya
mengelola air limbah. Contohnya dengan melakukana pendekatan terhadap warga
melalui sosialisasi
6. Air limbah hasil pengolahan PAMSIMAS yang langsung dibuang sehingga
menyebabkan bau
7. Tidak adanya pengurasan pada septictank yang menyebabkan warga perlu
menggunakan WC umum, WC musholla, menunggu selama 24 jam, bahkan
membuat septictank baru jika septictank penuh

II. PROYEKSI PENDUDUK


Berdasarkan asumsi jumlah penduduk, didapatkan data penduduk Desa Sungai
Rangas untuk 10 tahun terakhir:
No Tahun Jumlah Penduduk
1 2013 712
2 2014 727
3 2015 742
4 2016 758
5 2017 774
6 2018 790
7 2019 807
8 2020 824
9 2021 841
10 2022 895
Sumber data: Data Administrasi Desa dan Kabupaten Banjar dalam Angka

Untuk menghitung proyeksi penduduk 10 tahun ke depan, dilakukan


perhitungan dengan beberapa metode:
1. Metode Aritmatik
Metode Aritmatik
Jumlah
No Tahun Penduduk Pertambahan ( r ) Proyeksi (Pn) (P-Pn)^2 (P-Pr)^2
(P)
1 2013 712 712 0 5625
2 2014 727 15 745 335 3600
3 2015 742 15 760 335 2025
4 2016 758 16 776 335 841
5 2017 774 16 792 335 169
6 2018 790 16 808 335 9
7 2019 807 17 825 335 400
8 2020 824 17 842 335 1369
9 2021 841 17 859 335 2916
10 2022 895 54 913 335 11664
Jumlah 7870 183 8035 3014 28618
Rata-rata (Pr) 787 18
Korelasi 0,97
Standar
Devisiasi 16,47
(STD)

2. Metode Eksponensial
Metode Exponensial
e= 2,7182818
Jumlah
In Proyeksi
No Tahun (x) penduduk x2 x.In P (P-Pn)2 (P-Pr)2
P (Pn)
(P)
1 2013 712 4052169 6,57 13222 708 18 5625
2 2014 727 4056196 6,59 13270 724 8 3600
3 2015 742 4060225 6,61 13318 741 1 2025
4 2016 758 4064256 6,63 13367 758 0 841
5 2017 774 4068289 6,65 13416 776 5 169
6 2018 790 4072324 6,67 13464 794 19 9
7 2019 807 4076361 6,69 13514 813 35 400
8 2020 824 4080400 6,71 13563 832 62 1369
9 2021 841 4084441 6,73 13611 851 107 2916
10 2022 895 4088484 6,80 13743 871 566 11664
Jumlah 20175 7870 40.703.145 67 134487,55 7869,42 819,90 28618
Rata-rata 787
In a -40 a 0,000
b 0,02309610
Korelasi 0,97
Standar Deviasi 28,49
3. Metode Regresi Linier
Metode Regresi Linier

Jumlah
Tahun Proyeksi (P-
No penduduk x2 x.p (P-Pr)2
(x) (Pn) Pn)2
(P)
1 2013 712 4052169 1433256 705 53 5625
2 2014 727 4056196 1464178 723 16 3600
3 2015 742 4060225 1495130 741 1 2025
4 2016 758 4064256 1528128 760 2 841
5 2017 774 4068289 1561158 778 15 169
6 2018 790 4072324 1594220 796 38 9
7 2019 807 4076361 1629333 814 55 400
8 2020 824 4080400 1664480 833 76 1369
9 2021 841 4084441 1699661 851 100 2916
10 2022 895 4088484 1809690 869 660 11664
Jumlah 20175 7870 40.703.145 15879234 7870 1017 28618
Rata-rata 787
a -36115
Persamaan -36.115 18,29
b 18
Korelasi (r2) 0,964
Standar Deviasi 9,57

4. Metode Logaritmik
Metode Logaritmik
                 
Jumlah
Proyeksi (P-
No Tahun pendudu In x (In x)2 P. In x (P-Pn)2
(Pn) Pr)2
k (P)
7,60
1 705 54,12
2013 712 7 57,87 5416 5625
7,60
2 723 16,25
2014 727 8 57,88 5531 3600
7,60
3 741 0,51
2015 742 8 57,89 5645 2025
7,60
4 760 2,54
2016 758 9 57,89 5768 841
7,60
5 778 15,14
2017 774 9 57,90 5890 169
7,61
6 796 38,20
2018 790 0 57,91 6012 9
7,61
7 814 55,67
2019 807 0 57,92 6142 400
7,61
8 833 76,25
2020 824 1 57,93 6271 1369
7,61
9 851 99,89
2021 841 1 57,93 6401 2916
10 2022 895 7,61 57,94 6813 869 663,18 11664
2
Jumla
20175
h 7870 76,1 579,1 59888 7870 1021,76 28618
Rata-rata 787            
-
279997,752 36.898,688
a 5 Persamaan -279.998   In x
3
b 36898,69
Korelasi (r2) 0,9643
Standar Deviasi 31,80

Rekapitulasi Nilai Koreksi dan STD


Nilai Aritmatika Geometri Exponensial Regresi Linier Logaritma
Korelasi 0,97 -6,34 0,9714 0,9645 0,9643
STD 16,47 137,52 28,49 9,57 31,80

Metode yang digunakan dipilih berdasarkan nilai r yang mendekati 1 dan STD paling kecil,
yaitu metide Eksponensial.

Aritmatika Geometri Exponensial Regresi Linier Logaritmik


P0 = 895 P0 = 895 a= 0,000 a= -36115 a= -279997,7525
0,02 0,0230961
r= 18 r= b= b= b=
3 0 18 36898,69
  e= 2,7182818        

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan dari berbagai metode, dipilih metode
eksponensial dan didapatlah proyeksi penduduk Desa Sungai Rangas Tengah 10 tahun ke
depan:

N
Luas (km2) Eksponensial
o Tahun
0 2022 895
1 2023 892
2 2024 912
3 2025 934
4 2026 956
5 11,32 2027 978
6 2028 1001
7 2029 1024
8 2030 1048
9 2031 1073
10 2032 1098
Sumber data: Perhitungan

III. DATA HASIL SURVEY


Survey dilakukan pada hari Jumat, 16 September 2022 dengan total responden
sebanyak 16 KK yang tersebar di tiga RT Desa Sungai Rangas Tengah dengan rincian 5
KK dari RT 1 dan 2 dan 6 KK dari RT 3. Adapun hasilnya meliputi:
1. Pekerjaan
Berdasarkan survey, petani merupakan pekerjaan yang mendominasi di desa ini,
yakni 12 dari 16 KK sedangkan yang lainnya (4 dari 16 KK) sebagai pedagang.
2. Jumlah orang dalam rumah
Jangkauan untuk jumlah orang di setiap rumah dari yang kami survey berada pada
angka kisaran 2 – 5 orang per KK dengan rincian 4 KK dengan 2 orang per rumah,
4 KK dengan 3 orang per rumah, 2 KK dengan 4 orang per rumah, dan 1 KK
dengan 5 orang per rumah.
3. Pengetahuan warga mengenai Sanitasi dan IPAL
Pemahaman warga Desa Sungai Rangas Tengah mengenai Sanitasi masih terhitung
rendah yang ditunjukkan dengan persentase sebesar 75%, sisanya sebanyak 25%
warga yang mengetahui Sanitasi mendapatkan informasi dari media elektronik
(TV) dan sosialisasi melalui mahasiswa KKN dan dosen sebelumnya. Sama seperti
sebelumnya, pemahaman warga mengenai IPAL masih kecil, yakni sebanyak
31,3%
4. Kepemilikian sanitasi
Dari data desa yang didapatkan, sejak tahun 2017 sudah tidak ada lagi jamban
apung. Sejak tahun itu bantuan untuk warga yang sebelumnya menggunakan
jamban apung sudah mulai didistribusikan secara bertahap, sehingga tahun 2022
semua warga sudah memiliki fasilitas WC pribadi dan sudah tidak ada warga yang
menggunakan WC umum.
5. Jenis limbah yang dihasilkan
Berdasarkan hasil survey, limbah yang dihasilkan oleh warga berasal dari
WC/kamar mandi dan limbah rumah tangga (air cucian). Oleh karena semua warga
sudah menggunakan WC pribadi, sebanyak 100% warga menghasilkan air limbah
dari WC/kamar mandi. Sedangkan, untuk limbah buangan dari air cucian hanya
93,8% dan sisanya melakukan aktivitas cuci di sungai secara langsung.
6. Aliran pembuangan
Aliran pembuangan air limbah greywater (hasil cucian baju, piring, kendaraan, dan
lainnya) dari masyarakat Desa Sungai Rangas Tengah adalah langsung ke sungai
atau ke tanah (melalui jalan/halaman/dari celah kayu di rumah). Berdasarkan hasil
survei, 81,3% warga desa langsung membuang air limbah greywater ke tanah dan
31,8% ke sungai. Sedangkan untuk aliran pembuangan air limbah blackwater
(buangan kloset), sebanyak 68,8% warga desa menggunakan septic tank dan 31,3%
warga desa menggunakan cubluk.
7. Pengurasan septic tank
Berdasarkan hasil survei, 11 KK dari 16 KK warga desa menggunakan septic tank.
Namun, tidak pernah dilakukan pengurasan oleh warga Desa Sungai Rangas
Tengah.
8. Jenis kloset yang digunakan
Berdasarkan hasil survei, keseluruhan dari 16 KK 100% menggunakan kloset
jongkok.
9. Jarak pembuangan blackwater dari sumber air
Jarak septic tank/cubluk/pengolahan setempat dari sumur/sumber air warga Desa
Sungai Rangas Tengah berkisar ± 10 meter, dengan rincian 43,8% berjarak < 10
meter dan 56,3% berjarak > 10 meter.
10. Penggunaan air sungai
Berdasarkan hasil survei, keseluruhan dari 16 KK 100% menggunakan air sungai
sebagai penggunaan sehari-hari.
11. Dampak
Penggunaan air sungai sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari warga Desa
Sungai Rangas Tengah dan pengolahan limbah yang masih kurang baik dapat
memicu dampak seperti bau, air yang berubah rasa, dampak penyakit, dan lainnya.
Berdasarkan hasil survei, 73,3% warga desa tidak merasakan dampak dan 26,7%
warga desa merasakan dampak seperti air keruh, berubah rasa, selama 3 bulan
terakhir warga desa ada yang mengalami diare/muntaber serta penyakit kulit
seperti, gatal, kudis, kurap, dan lain sebagainya.
12. Pembuatan IPAL
Pembuatan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) sebagai sarana untuk
pengelolaan limbah cair di Desa Sungai Rangas Tengah diperlukan agar limbah
dikelola dengan baik tanpa mencemari lingkungan. Berdasarkan hasil survei 93,8%
warga desa setuju dilakukannya pembuatan IPAL sebagai upaya pengelolaan air
limbah di desa. Sebanyak 81,3% warga desa berkenan untuk membayar iuran
bulanan untuk pemeliharaan IPAL dengan biaya sekitar Rp5.000-Rp.20.000/bulan,
sedangkan 18,8% warga desa keberatan untuk membayar iuran bulanan dengan
alasan ekonomi.
13. Harapan Pengelolaan Air Limbah di Desa Sungai Rangas Tengah
Warga Desa Sungai Rangas Tengah berharap pembangunan IPAL dilakukan
secepatnya dengan dilakukan pengolahan yang baik. Warga juga berharap agar
kedepannya desa bisa lebih bersih dan sehat.

IV. PERENCANAAN PEMBANGUNAN IPAL DI DESA SUNGAI RANGAS


TENGAH
Desa Sungai Rangas Tengah merupakan salah satu desa di Kecamatan
Martapura Barat yang kondisi geografisnya dekat dan dilalui oleh Sungai Martapura.
Des aini merupakan desa yang sudah terbebas dari aktivitas BABS dan di bantaran
sungainya pun sudah tidak terdapat lagi jamban apung sejak 2017. Adanya bantuan
WC pribadi dan septictank dari pemerintah membuat permasalahan sanitasi berupa
blackwater dapat teratasi walaupun masih dalam pengembangan, yakni sebagian besar
masyarakat yang masih menggunakan cubluk. Permasalahan desa yang ingin
dituntaskan ialah adanya genangan air beraroma kurang sedap yang berasal dari
limbah greywater tanpa pengolahan pada sebagian besar rumah masyarakat. Oleh
karena kondisi desa yang dekat dengan sungai, membuat genangan-genangan tersebut
semakin tinggi pada saat musim hujan dan air sungai naik sehingga aroma semakin
kurang sedap dan adanya sampah-sampah yang mengapung membuat kurang nyaman
dilihat. Beberapa masyarakat Desa Sungai Rangas Tengah mengeluhkan hal ini dan
93,75% warga setuju dengan adanya pembuatan Instalasi Pengolahan Air Limbah di
desa. Namun, berdasarkan pertimbangan Tim Penyusun dari beberapa sisi,
pembangunan IPAL dengan skala terpusat di daerah pedesaan memerlukan biaya yang
cukup besar. Selain itu, beberapa aspek berupa keadaan geografis yang dekat dengan
sungai juga dipertimbangkan karena dikhawatirkan dapat mencemari sungai secara
langsung, apalagi bantaran sungai Desa Sungai Rangas Tengah sedang dalam proses
pengembangan menjadi tempat wisata sehingga jika penempatan IPAL yang kurang
tepat dapat mengganggu pengembangan sektor ini.
Gambar 1. Penyebaran 14 Titik Penempatan Instalasi Filter Air Rumah Tangga

Berdasarkan perencanaan IPAL untuk 11 KK yang telah direncanakan pihak


DLH pada tahun 2023 mendatang, diperlukan dimensi sebesar 5,2 x 3,2 meter untuk
satu buah IPAL. Apabila perencanaan tersebut mempertimbangkan proyeksi 10 tahun
mendatang yang telah dibuat Tim Penyusun dengan asumsi sisa KK yang belum
mendapatkan bantuan dari DLH (297 KK – 11 KK = 286 KK) dan dengan asumsi satu
buah IPAL untuk 20-23 KK, diperlukan sebanyak 12 buah IPAL untuk 20 KK dan 2
buah IPAL untuk 23 KK sehingga jumlah IPAL yang diperlukan agar seluruh
masyarakat desa dapat terlayani sebanyak 14 unit. Jika diperhitungkan dengan luasan
dimensi yang ada pada perencanaan, perlu adanya lokasi-lokasi titik penempatan IPAL
yang tersebar dan luas. Dekatnya jarak antar rumah masyarakat desa juga menjadi
salah satu pertimbangan dalam peletakan unit-unit IPAL yang ada.
Kendala serta pertimbangan tersebut membuat Tim Penyusun mencari cara
bagaimana pengolahan air limbah greywater dapat terus berjalan pada kondisi ini,
sehingga tercetuslah Instalasi Filter Air Rumah Tangga. Instalasi ini memiliki ukuran
kompartemen yang cukup ringkas sehingga diharapkan dapat diterapkan pada semua
rumah di desa. Alat-alat yang digunakan untuk perealisasian juga terhitung lebih
ekonomis sehingga diharapkan dapat terealisasikan secara merata kepada seluruh
masyarakat dalam waktu yang tidak terlalu lama.

V. PEMANFAATAN ECENG GONDOK PADA IPAL RENCANA


Eceng gondok (Eichornia crassipes) adalah tumbuhan air terbesar yang hidup
mengapung bebas (floating plants). Eceng gondok (Eichhornia crassipes) merupakan
gulma air yang biasa tumbuh di air dangkal, tanah basah, rawa, danau, aliran air yang
lambat, wadah penampungan air, dan sungai. Pertumbuhan eceng gondok terhitung
cepat terutama pada air yang mengandung nutrient yang tinggi, terutama yang banyak
mengandung fosfat, nitrogen, dan potassium. Pertumbuhan yang cepat tersebut
mengakibatkan eceng gondok dapat menutupi permukaan air dan menimbulkan
permasalahan pada lingkungan. Eceng gondok dapat bermanfaat karena mampu
menyerap zat organik, anorganik, serta logam berat lain yang merupakan bahan
pencemar. Eceng gondok merupakan salah satu tanaman yang memiliki daya serap
polutan yang baik dan dapat dimanfaatkan sebagai biofilter alam. Morfologi dan fase
generatif tanaman eceng gondok memiliki peran penting dalam reduksi polutan pada
air limbah. Panjang akar tanaman eceng gondok mempengaruhi potensi eceng gondok
dalam mendegradasi kandungan BOD, COD, dan bahan organik lainnya.
Pertumbuhan tanaman eceng gondok yang semakin banyak di perairan
Banjarmasin, Kalimantan Selatan menimbulkan berbagai permasalahan, seperti
mengganggu transportasi air, menurunkan kualitas air, dan membuat pemandangan
menjadi tidak estetik. Meledaknya pertumbuhan eceng gondok disebabkan dari
berbagai faktor salah satunya yaitu pencemaran air (Indrayani, 2016). Keberadaan
polutan berupa nutrient penyubur yakni nitrat dan fosfat yang tinggi pada perairan
membuat tanaman eceng gondok berkembang dengan sangat cepat. Tanaman eceng
gondok terdiri dari 4 bagian utama, yaitu batang, daun, akar, dan bunga. Daun eceng
gondok banyak mengandung material alami berupa senyawa-senyawa antioksida.
Senyawa antioksidan tersebut berperan sebagai penghambat terjadinya korosi (Elma et
al., 2022).
Tanaman eceng gondok dapat menjadi gulma di dalam sistem perairan apabila
pertumbuhan dan perkembangbiakannya sangat cepat, sehingga dapat menutupi
permukaan air serta dapat menimbulkan permasalahan lingkungan, selain itu, dampak
yang di timbulkan dapat menganggu keberlangsungan hidup organisme dalam
perairan, sehingga perlu adanya penanganan dalam mengatasi meningkatnya
pertumbuhan eceng gondok yang tidak terkontrol. Eceng gondok memiliki kegunaan
untuk menyerap zat organik, anorganik, dan logam berat. Kandungan dalam eceng
gondok memiliki selulosa yang tinggi sebesar 60%, hemiselulosa 8%, dan lignin 17%,
dari kandungan selulosa tersebut yang eceng gondok mampu menyerap kandungan
logam berat dalam suatu perairan. Selain itu, tanaman eceng gondok juga mengandung
15-18% serat, 17,2% protein kasar dan 16-20% abu yang terdiri dari beberapa
komponen seperti kalsium, kalium, belerang, karbon, dan mangan. Sehingga banyak
penelitian yang melakukan uji pemanfaatan eceng gondok untuk mengurangi
kandungan logam berat dalam suatu perairan, larutan maupun limbah (Nuria et al.,
2020). Tanaman eceng gondok merupakan tanaman yang sangat potensial untuk
digunakan sebagai adsorben logam berat, baik pada wilayah perairan ataupun pada
limbah-limbah sisa industri (Lestari et al., 2021).
Eceng gondok termasuk tumbuhan akuatik akumulator timbal (Pb). Eceng
gondok termasuk salah satu tumbuhan akuatik yang mampu sebagai akumulator
timbal (Pb). Eceng gondok memiliki mekanisme adaptif dalam toleransi terhadap
toksisitas logam berat timbal (Pb) pada konsentrasi tinggi. Eceng gondok menyerap
kadar timbal (Pb) pada periran melalui serapan sistem perakaran. Eceng gondok dapat
mengakumulasikan logam berat karena memiliki sistem perakaran dengan jangkauan
yang luas, serta tergolong tumbuhan akuatik dengan pertumbuhan cepat. Eceng
gondok memiliki struktur akar serabut yang di gunakan untuk mengabsor ion logam
yang ada di perairan. kemampuan yang lain yang dimiliki oleh eceng gondok adalah
mendepositkan ion logam ke dinding sel dalam vakula dan akan berikatan dengan
senyawa organik (Siti et al., 2022). Beberapa penelitian terdahulu menyatakan bahwa
eceng gondok mempunyai kemampuan menyerap unsur hara, senyawa organik dan
kimia lain dari air limbah dalam jumlah besar. Penelitian Suardana memperkuat,
bahwa perlakuan dengan penutupan 90% eceng gondok menyebabkan penurunan nilai
BOD sampai 52% dari nilai awal (Ningrum et al., 2020).
Eceng gondok dalam jumlah yang masif memiliki dampak negatif bagi
perairan tempatnya tumbuh, di antaranya mempercepat penguapan air, tanamannya
yang sudah mengering dapat tenggelam ke dasar sungai sehingga menyebabkan
pendangkalan serta pencemaran air, tertutupnya cahaya matahari, sehingga tingkat
oksigen dalam air pun menjadi berkurang (Feriady et al., 2022). Selain itu, gulma air
akan menimbulkan dampak negatif berupa gangguan terhadap pemanfaatan perairan
yaitu menyumbat saluran irigasi, memperbesar kehilangan air melalui proses
evapotranspirasi, mempersulit transportasi perairan, dan menurunkan hasil perikanan
air tawar (Karyawan et al., 2022).
Eceng gondok memiliki manfaat sebagai berikut:
1. Menurunkan kadar logam besi (Fe).
2. Menurunkan kadar timbal (Pb).
3. Menurunkan kadar tembaga (Cu).
4. Menurunkan kadar BOD, COD, dan TSS.
5. Sebagai adsorben ion kalsium dengan bantuan regenerasi HCl yang akan
meningkatkan laju adsorpsi ion kalsium.
6. Menyerap zat organik, zat anorganik serta logam berat yang merupakan bahan
pencemar.
7. Menjadi bahan adsorben dengan biaya yang murah, berdaya guna serta bernilai
ekonomis.
Eceng gondok dapat menurunkan kadar logam Fe, Pb, dan Cu pada limbah dan
dapat digunakan sebagai adsorben ion kalsium dengan bantuan regenerasi HCl yang
akan meningkatkan laju adsorpsi ion kalsium (Lestari et al., 2021). Meskipun eceng
gondok memiliki pertumbuhan yang cepat sehingga dapat menutupi permukaan air,
ternyata mampu menyerap zat organik, zat anorganik serta logam berat yang merupakan
bahan pencemar. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa daun eceng gondok yang
diaktivasi lebih efektif sebagai adsorben. Akumulasi tertinggi Zn, Cu dan Eu (III)
ditemukan di daun eceng gondok, dibandingkan dengan akar dan batang yang
dibuktikan dari disisihkannya 50% Cu, Pb, dan Sr saat menggunakan daun sebagai
adsorben. Efektivitas adsorben terkait dengan kapasitas adsorpsi bahan adsorben.
Adsorpsi merupakan proses yang memiliki prospek yang baik dalam mengolah air
limbah melalui pemutusan molekul atau ion adsorbat pada lapisan permukaan adsorben,
baik secara fisik atau kimia, sehingga kemampuan adsorben daun eceng gondok dalam
menghilangkan pencemar dari air limbah sudah teruji (Wijayanti et al, 2022).
Pemanfaatan eceng gondok menjadi adsorben memiliki dimensi yang cukup besar
dengan biaya yang murah, berdaya guna serta berhasil guna yang tinggi, bernilai
ekonomis guna mengolah air limbah yang menjadi beban pencemar air sungai.
Pemanfaatan eceng gondok menjadi adsorben juga merupakan salah satu teknologi tepat
guna dalam konservasi lingkungan yaitu mengurangi beban pencemaran air limbah dan
mengurangi pencemar eceng gondok (Wijayanti et al, 2022).
Sifatnya yang cepat berkembang dan menyebar membuat banyak orang berminat
mengadakan penelitian, ternyata diketahui bahwa dalam eceng gondok terkandung asam
humat yang berperan penting dalam proses pertumbuhan akar tanaman. Di samping itu,
kandungan lain yang terdapat pada eceng gondok antara lain kalsium, asam sianida,
triterpenoid, dan alkaloid (Feriady et al., 2022). Hasil penelitian di India menunjukkan
bahwa eceng gondok dapat dijadikan sebagai sumber bahan organik alternatif, eceng
gondok yang masih segar mengandung 95,5% air, 3,5% bahan organik, 0,04 % nitrogen,
1% abu; 0,06% pospor dan 0,2% kalium, sedangkan bahan kering eceng gondok
menmghasilkan 75,8% bahan organik; 1,5% nitrogen; 24,2% abu. Dengan demikian
bahan organik dan unsur hara yang tinggi yang terkandung pada eceng gondok dapat
dijadikan sebagai alternatif sumber pupuk kompos (Karyawan et al., 2022).

VI. PENGOLAHAN HASIL LIMBAH ECENG GONDOK


Pertumbuhan tanaman eceng gondok yang cepat dapat mengakibatkan
banyaknya eceng gondok yang memenuhi bak IPAL. Hal tersebut tentunya
menurunkan efektivitas eceng gondok dalam bak IPAL, sehingga diperlukan solusi
terhadap hasil limbah eceng gondok dari IPAL tersebut. Beberapa solusi yang dapat
dilakukan sebagai pemanfaatan hasil limbah eceng gondok adalah sebagai berikut:
1. Karbon aktif
Banyak penelitian yang melakukan uji pemanfaatan eceng gondok untuk
mengurangi kandungan logam berat dalam suatu perairan, larutan maupun limbah.
Sebagai media penyerapan yang baik, banyak penelitian yang memanfaatkan eceng
gondok sebagai karbon aktif dengan beberapa proses aktivasi, sehingga
menghasilkan karbon aktif yang mampu menyerap logam berat dengan lebih
optimal. Karbon aktif dapat mengadsorpsi gas dan senyawa-senyawa kimia tertentu
yang di tentukan dari besar atau volume pori-pori serta luas permukaan adsorben.
Beberapa logam berat yang dapat diserap oleh karbon aktif dari eceng gondok yaitu
Pb2+, Cu2+, Cd2+, dan Zn2+. Karbon aktif dari eceng gondok juga mampu
dimanfaatkan untuk mendegradasi warna pada suatu sampel, salah satu pewarna
yang mampu didegradasi oleh karbon aktif dari eceng gondok yaitu congo red dan
methylene blue.
Metode yang dilakukan yaitu membersihkan eceng gondok dari sisa kotoran
yang menempel, memotong tanaman eceng gondok menjadi ukuran yang lebih
kecil kemudian mengeringkan dibawah sinar matahari atau dapat mengeringkan
terlebih dahulu dibawah sinar matahari selanjutnya dipotong menjadi ukuran yang
lebih kecil. Setelah itu, mengeringkan dengan menggunakan oven, kemudian
dikarbonasi dalam furnace, mengeluarkan dan mendinginkan hingga suhu kamar.
Selanjutnya, mengaktivasi karbon aktif dengan larutan kimia, mencuci dengan
aquades hingga pH netral. Setelah itu mengeringkan kembali ke dalam oven
kemudian mendinginkan karbon aktif ke dalam desikator. Karbon aktif bisa
digunakan daam proses adsorpsi (Nuria et al., 2020).
2. Sabun cuci motor
Pengendalian laju pertumbuhan eceng gondok dilakukan dengan cara
mengangkat tanaman tersebut dan membuangnya ke daratan. Selama ini tanaman
eceng gondok dianggap masyarakat tidak memiliki nilai ekonomis, sehingga jarang
sekali masyarakat memanfaatkannya. Namun demikian, ternyata eceng gondok
dapat dimanfaatkan sebagai bahan aditif sebagai anti korosi (Elma et al., 2022).
Penelitian Oloruntoba, Abbas, dan Olusegun (2012), telah berhasil mengekstrak
daun eceng gondok untuk mendapatkan inhibitor korosi dan mampu menghambat
laju korosi pada AISI 1030 steel terhadap air laut. Penelitian lain juga melaporkan
bahwa inhibitor alami dari eceng gondok dapat menghambat terjadinya korosi pada
pipa baja S400 dilingkungan air (Indrayani, 2016). Oleh karena itu, daun eceng
gondok dapat dimanfaatkan sebagai bahan aditif dalam pembuatan sabun cuci
motor. Eceng gondok yang telah dipanen dari sungai atau perairan selanjutnya
dicuci dengan air kran untuk menghilangkan kotorannya. Kemudian eceng gondok
dipisahkan antara batang, daun dan akarnya. Batang dan daun eceng gondok
dikeringkan dibawah sinar matahari selama 3-5 hari atau menggunakan oven pada
suhu 70 °C selama 5 jam hingga kering. Batang eceng gondok yang sudah kering
digunakan sebagai bahan fiber untuk pembuatan absorben oil. Sedangkan daun
eceng gondok yang sudah kering selanjutnya dihaluskan menggunakan choper
hingga menjadi serbuk. Serbuk daun eceng gondok kemudian diayak menggunakan
saringan 120 mesh. Serbuk daun eceng gondok yang sudah seragam selanjutnya
digunakan untuk membuat inhibitor korosi.
3. Pupuk kompos
Eceng gondok memiliki potensi besar sebagai sumber bahan organik. Hasil
dekomposisi eceng gondok dapat digunakan sebagai pupuk hijau atau sebagai
kompos yang dapat memperbaiki kualitas tanah (Ndimele, 2012). Sabagai pupuk
hijau, eceng gondok dapat diaplikasikan dengan cara dibenamkan ke tanah atau
digunakan sebagai mulsa. Pengolahan eceng gondok melalui teknologi
pengomposan (dekomposisi) menghasilkan produk berupa bahan organik yang
lebih halus dan telah terdekomposisi sempurna. Proses pengomposan itu sendiri
merupakan proses hayati yang melibatkan aktivitas mikroorganisme antara lain
bakteri, fungi dan protozoa. Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa penggunaan
eceng gondok sebagai sumber bahan organik mampu memperbaiki struktur fisik
tanah, meningkatkan ketersediaan unsur hara, dan pertumbuhan vegetative.
Pembuatan kompos menjadi alternatif pemanfaatan eceng gondok yang mampu
mendatangkan pendapatan. Selain itu, pembuatan kompos atau pupuk organik
menggunakan proses produksi dengan modal yang rendah (Mujere, 2016).
Sehingga dapat menciptakan usaha baru yang bermanfaat untuk meningkatkan taraf
ekonomi dan enterpreneur masyarakat.
Pembuatan kompos eceng gondok memerlukan corong, ember, tabung
semprot, mesin pencacah, dan alat ukur pH untuk alat. Bahan yang diperlukan ialah
eceng gondok, kotoran sapi, sekam padi, molasses, dan dekomposer EM4. Eceng
gondok yang diambil dicacah dengan mesin pencacah agar ukuran lebih kecil
sehingga mudah terurai selanjutnya dikeringkan dengan menjemur sampai kadar air
menurun sekitar 25 – 30%. Bahan selanjutnya dicampur dengan perbandingan 50%
eceng hondok, 40% kotoran sapi, 5% sekam, dan 5% abu sekam yang kemudian
disiram dengan nlarutan EM4 dan mollases di tiap tumpukan lapisan. Fermentasi
atau dekomposisi dilakukan minimal selama 14 hari dengan pengecekan secara
berkala untuk suhu pupuk sekitar 27oC – 330oC dan pH sekitar 5 – 7.

BAB IV
PERENCANAAN

A. INSTALASI FILTER AIR RUMAH TANGGA


Instalasi Filter Air Rumah Tangga merupakan teknologi yang digunakan untuk
mengurangi bahkan menghilangkan genangan air limbah pada pemukiman warga.
Instalasi filter air rumah tangga direncanakan sesederhana mungkin agar memudahkan
masyarakat desa Sungai Ranggas Tengah dalam menggunakannya. Pada perencanaan
ini dibuat filter air rumah tangga dengan memanfaatkan ember cat bekas 30 L, bak
filter air dengan bahan penjernih air, sumur pengumpul, dan beberapa pipa PVC serta
aksesorisnya sebagai penghubung.

a. Media Filter
Media Filter yang akan digunakan meliputi 3 cm kain perca, 11 cm sabut
kelapa, 7 cm arang, 5 cm batu zeolit dengan batu kerikil, dan 13 cm ijuk.
1. Kain Perca
Kain perca merupakan potongan-potongan kain kecil-kecil sisa dari
pembuatan pakaian. Kain perca berfungsi untuk membersihkan air dari
kotoran dan sebagian kecil organisme yang ada pada air tersebut.
2. Sabut Kelapa
Sabut kelapa merupakan bagian kedua setelah kulit luar dari buah kelapa yang
terbuat dari serat. Sabut kelapa dapat menggantikan peran kain atau kapas
dalam menyaring air supaya tidak kotor atau biar airnya jernih
3. Arang
Arang adalah bahan padat yang berpori dan merupakan hasil pembakaran dari
bahan yang mengandung unsur karbon. Arang berfungsi untuk untuk
menghilangkan bau dan rasa tidak sedap yang ada pada air.
4. Batu Zeolit
Zeolit adalah batu alam yang mengandung hydrated silicates calcium,
aluminium, sodium, dan potassium. Zeolite dapat menyerap kandungan
ammoniak dengan cara mengikat ion-ion ammoniak ke dalam pori-porinya.
Batu zeolit berfungsi untuk membunuh bakteri dan mengikat kandungan
logam yang terkandung.
5. Ijuk
Ijuk adalah serabut hitam dan keras yang berfungsi melindungi pangkal
pelepah daun aren. Ijuk berfungsi untuk menyaring partikel yang lolos dari
lapisan sebelumnya dan meratakan air yang mengalir.

b. Teknik Pembuatan Alat


Teknik pembuatan alat dan bahan penyaringan air limbah yaitu :
1. Siapkan bahan untuk perakitan.
2. Potong pipa yang telah disiapkan menjadi dua bagian
3. Beri lubang seukuran pipa pada ember cat bekas lalu rekatkan pipa yang telah
dipotong dengan ember cat bekas tersebut menggunakan lem.
4. Masukkan media filter ke dalam ember cat bekas

c. Desain

Gambar 1. Site Plan Sistem Instalasi Filter Air Rumah Tangga


Gambar 2. Susunan Bahan Filter pada Ember Filter Air

Gambar 2. Susunan Bahan Filter pada Bak Filter Air 800 L

Gambar 4. Sumur Pengumpul

d. Rancangan Anggaran Biaya (RAB)


1. RANCANGAN ANGGARAN BIAYA 10 KK
Volume
Harga Satuan
No. Uraian Jumla Satua Jumlah Harga (Rp)
(Rp)
h n
1 2 3 4 6 7
I Bahan Bak Filter Air
1 Ijuk 50 kg Rp 13.000 Rp 650.000
2 Batu Zeolit 30 kg Rp 4.500 Rp 135.000
4 Arang 30 kg Rp 5.000 Rp 150.000
5 Sabut Kelapa 80 kg Rp 6.000 Rp 480.000
6 Bak kotak fiber (200x100x40) = 800 L 1 buah Rp 1.500.000 Rp 1.500.000
Sub Total Rp 2.915.000
II Pemasangan
1 Lem pipa 10 buah Rp 39.500 Rp 395.000
3 Ember cat bekas 25 kg 10 buah Rp 30.000 Rp 300.000
4 Karpet Plastik Vinyl 40 meter Rp 15.300 Rp 612.000
Sub Total Rp 1.307.000
III Pipa
1 Pipa PVC Maspion Type AW 3/4" 40 meter Rp 8.260 Rp 330.400
2 Pipa PVC 1" 110 meter Rp 10.400 Rp 1.144.000
Sub Total Rp 1.474.400
IV Aksesoris
1 Elbow Merk Rucika Type AW 1" 1 buah Rp 2.735 Rp 2.735
2 Tee Merk Rucika Type AW 3/4" 8 buah Rp 2.995 Rp 23.960
3 Tee Merk Rucika Type AW 3/4" 1 buah Rp 3.280 Rp 3.280
4 Increaser 3/4" ke 1" 1 buah Rp 18.000 Rp 18.000
Rp
Sub Total 47.975
TOTAL Rp 5.744.375

2. RANCANGAN ANGGARAN BIAYA 297 KK


Volume
Harga Satuan
No. Uraian Jumla Satua Jumlah Harga (Rp)
(Rp)
h n
1 2 3 4 6 7
I Bahan Bak Filter Air        
1 Ijuk 1485 kg Rp 13.000 Rp 19.305.000
2 Batu Zeolit 891 kg Rp 4.500 Rp 4.009.500
4 Arang 891 kg Rp 5.000 Rp 4.455.000
5 Sabut Kelapa 2376 kg Rp 6.000 Rp 14.256.000
6 Bak kotak fiber (200x100x40) = 800 L 30 buah Rp 1.500.000 Rp 45.000.000
Sub Total Rp 87.025.500
II Pemasangan        
1 Lem pipa 148,5 buah Rp 39.500 Rp 5.865.750
2 Semen 30 sak Rp 55.440 Rp 1.663.200
3 Ember cat bekas 25 kg 297 buah Rp 30.000 Rp 8.910.000
4 Karpet Plastik Vinyl 1188 meter Rp 15.300 Rp 18.176.400
Sub Total Rp 34.615.350
III Pipa
1 Pipa PVC Maspion Type AW 3/4" 297 meter Rp 8.260 Rp 2.453.220
2 Pipa PVC 3/4" 1188 meter Rp 9.125 Rp 10.840.500
3 Pipa PVC 1" 3267 meter Rp 10.400 Rp 33.976.800
4 Pipa PVC 4" 118,8 meter Rp 75.980 Rp 9.026.424
Sub Total Rp 47.270.520
IV Aksesoris 
1 Elbow Merk Rucika Type AW 3/4" 297 buah Rp 2.735 Rp 812.295
2 Tee Merk Rucika Type AW 3/4" 240 buah Rp 2.995 Rp 718.800
3 Tee Merk Rucika Type AW 1" 30 buah Rp 3.280 Rp 98.400
4 Increaser 3/4" ke 1" 30 buah Rp 18.000 Rp 540.000
Sub Total Rp 2.169.495
TOTAL Rp 171.080.865

B. KOMPOSTING ECENG GONDOK


Desa Sungai Rangas Tengah dilalui oleh Sungai Martapura yang mengalir dan
melalui desa-desa yang lain. Aliran tersebut tentunya tak selalu bersih, terkadang ada
juga sampah dan tanaman-tanaman air yang ikut hanyut terbawa aliran dan tersangkut
di bantaran sungai. Salah satu tanaman air yang hanyut dan tumbuh cukup subur di
Desa Sungai Rangas Tengah adalah eceng gondok. Sebagai gulma yang sangat cepat
tumbuh, jumlah eceng gondok yang terlalu banyak tentunya akan berdampak terhadap
sekitarnya, seperti sungai dan ekosistem di sekitarnya. Oleh sebab itu, Tim Penyusun
memanfaatkannya dengan membuat kompos dengan menggunakan mesin pencacah
yang sudah tersedia di desa.

a. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan untuk melakukan perencanaan ini ialah mesin pencacah, tong
komposter, galon bekas sebagai wadah bioaktivator, terpal, dan trashbag. Adapun
bahan yang digunakan ialah eceng gondok, EM4 pertanian, gula pasir, dan air.
Eceng gondok yang digunakan diambil dari bantaran sungai RT 3 Desa Sungai
Rangas Tengah.

b. Teknis Pembuatan
1. Bioaktivator (hasil 4 liter)
a) Gula pasir sebanyak 1/8 kg dilarutkan dengan air
b) Siapkan galon bekas, lalu masukkan larutan gula ke dalamnya
c) Tambahkan 10 tutup botol EM4 pertanian ke dalam galon, lalu
guncangkan galon agar merata dengan larutan gula sebelumnya
d) Masukkan air sekitar 3 – 4 liter ke dalam galon lalu aduk lagi
e) Galon ditutup dan bioaktivator dibiarkan melakukan fermentasi selama 14
hari agar mikroorganisme aktif
f) Setiap 2 – 3 hari sekali, tutup galon dibuka agar gas tidak tertahan di
dalam galon
g) Bioaktivator yang mikroorganismenya aktif akan menghasilkan bau khas
fermentasi yang asam. Apabila menimbulkan bau kurang sedap, maka
tambahkan gula ke dalam larutan bioaktivator
2. Kompos Eceng Gondok
a) Eceng gondok diambil dari sungai dan dibuang bagian akarnya
b) Patah-patahkan eceng gondok sebelum dimasukkan ke dalam mesin
pencacah agar memudahkan
c) Letakkan terpal atau trashbag pada keluaran mesin pencacah agar eceng
gondok cacahan tidak berhamburan
d) Mesin pencacah dinyalakan dan eceng gondok dimasukkan perlahan
e) Larutan bioaktivator yang sudah difermentasikan ditambahkan air
f) Masukkan cacahan ke dalam tong komposter sedikit demi sedikit sambil
ditambahkan larutan bioaktivator, kemudian aduk hingga lembap
g) Tutup tong komposter, kemudian lakukan pengecekan dan pengadukan
secara berkala sampai kompos matang
h) Jika saat pengecekan kompos terlihat kurang lembap, maka tambahkan lagi
dengan bioaktivator
i) Kompos yang matang akan berbau dan berwarna seperti tanah serta
teksturnya halus tanpa serat

c. Rancangan Anggaran Belanja (RAB)


No. Bahan Jumlah Satuan Harga Satuan Total
1 EM4 Pertanian 50 botol Rp 22.000 Rp 1.100.000
2 Gula 50 kg Rp 12.000 Rp 600.000
3 Solar 100 liter Rp 6.800 Rp 680.000
TOTAL Rp 2.380.000

Lampiran 2: Dokumentasi

A. INSTALASI FILTER AIR RUMAH TANGGA

Gambar 1. Percobaan pertama filter air dengan penambahan pasir


Gambar 2. Uji coba dengan menggunakan air sungai desa

Gambar 3. Hasil percobaan filter air dengan sampel air sampel sungai desa

Gambar 4. Percobaan kedua filter air dengan menambahkan kain perca

Gambar 5. Uji coba dengan menggunakan air sungai daerah Kelapa Gading
Gambar 6. Percobaan ketiga filter air tanpa sabut kelapa

Gambar 7. Hasil percobaan filter air menggunakan air PDAM


B. KOMPOSTING ECENG GONDOK

Gambar 1. Eceng Gondok Bantaran Sungai RT 3


Gambar 2. Proses pencacahan

Gambar 3. Cacahan Eceng Gondok Dimasukkan ke Tong Komposter

Gambar 4. Penambahan Bioaktivator

Gambar 5. Hasil Kompos Hari ke-0 (25 Oktober 2022)


Gambar 6. Hasil Kompos Hari ke-6 (31 Oktober 2022)

Gambar 7. Hasil Kompos Hari ke-20 (14 November 2022)

Gambar 8. Hasil Kompos Hari ke-30 (25 November 2022)

Gambar 9. Hasil Kompos Hari ke-45 (9 Desember 2022)

Anda mungkin juga menyukai