Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN KERJA PRAKTEK LAPANGAN

SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH Denpasar


Sewerage Development Project (DSDP) UPT. PAL, DINAS
PEKERJAAN UMUM PROVINSI BALI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Denpasar Sewerage Development Project (DSDP) adalah proyek pembangunan
jaringan limbah cair untuk kota Denpasar. Kajian Study terkait DSDP dimulai sejak
tahun 1992, studi kelayakan proyek ini mulai dibuat sejak tahun 1993 dan pada tahun
1994 memorandum of understanding (MoU) diterbitkan oleh pemerintah setempat.
Detail Engineering Design mulai dibuat tahun 1997 dan masa konstruksi dilaksanakan
secara bertahap mulai tahun 2004 – 2008 (DSDP tahap I) dan tahun 2009 – 2014
(DSDP tahap II) dengan daerah layanan meliputi Kota Denpasar, Kawasan Sanur dan
Kuta.
Provinsi Bali khususnya Kecamatan Kuta, Kecamatan Sanur dan Kota Denpasar
merupakan tujuan wisata internasional, sehingga pengelolaan lingkungan, khususnya
sanitasi menjadi salah satu prioritas utama bagi pemerintah. Selain berasal dari
kegiatan penduduk di permukiman, penyediaan akomodasi bagi para wisatawan juga
menimbulkan peningkatan produksi air limbah domestik. Air limbah domestik yang
dibuang langsung ke badan air dapat mencemari badan air dan menurunkan kualitas
air. Upaya pencegahan masuknya air limbah domestik yang tidak terolah telah
dilakukan oleh pemerintah melalui Sanitasi berbasis Masyarakat (Sanimas) untuk
pengolahan skala komunal dan Denpasar Sewerage Development Project (DSDP)
sebagai pengolahan air limbah domestik terpusat skala kawasan, serta Instalasi
Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Suwung untuk pengolahan tinja.
Seiring peningkatan jumlah kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara,
maka perlu diikuti dengan pemeliharaan lingkungan untuk menjaga keseimbangan lingkungan. Hal
tersebut, menlatar belakangi peningkatan kualitas lingkungan menjadi salah satu
prioritas pembangunan di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung. Berdasarkan kondisi
LAPORAN KERJA PRAKTEK LAPANGAN
SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH Denpasar
Sewerage Development Project (DSDP) UPT. PAL, DINAS
PEKERJAAN UMUM PROVINSI BALI

eksisting, banyak terjadi pencemaran lingkungan terutama pada wilayah sungai, pantai,
dan sumur penduduk yang disebabkan oleh air limbah. Kegiatan penggunaan air oleh penduduk
lokal maupun wisatawan akan meningkatkan produksi air limbah yang umumnya
dibuang secara langsung ke saluran drainase ataupun sungai tanpa ada pengolahan
terlebih dahulu. Adanya bahan pencemar yang terkandung dalam air limbah, seperti zat
organik, nutrien, partikel padat, atau senyawa berbahaya lainnya dapat mencemari
ekosistem air. Air limbah yang dibuang ke sungai atau saluran drainase akan terbawa
ke laut dan berpotensi mencemari ekosistem laut.
DSPD adalah proyek penyediaan infrastruktur pengelolaan air limbah yang
dikelola Pemerintah Provinsi Bali berlokasi di Suwung – Kota Denpasar.
Pengembangan sistem pembuangan air limbah melalui perpipaan terpusat dilakukan
melalui pendayagunaan dan pemeliharaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Suwung di Denpasar Selatan. IPAL tersebut melayani Kawasan Pusat Kota Denpasar,
Denpasar Selatan, Kawasan Sanur, serta Kawasan Kuta. Pada kawasan yang tidak
terlayani jaringan air limbah perpipaan terpusat skala kota, dikembangkan jaringan air
limbah komunal setempat (on site) dalam bentuk program Sanitasi Berbasis
masyarakat (Sanimas) yang dikelola masyarakat atau kerjasama dengan pihak
lain. DSDP Suwung dikelola oleh UPT Pengelolaan Air Limbah (PAL) Povinsi Bali di
bawah Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Bali.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
a. Memberikan pengalaman kerja kepada mahasiswa dalam rangka
menerapkan atau membandingkan serta menganalisis teori dan
pengetahuan dengan kondisi yang sebenarnya dilapangan
b. Mengenalkan dan membiasakan diri terhadap suasana kerja sebenarnya di
lapangan sehingga dapat membangun etos kerja yang baik, serta sebagai
upaya untuk memperluas cakrawala wawasan kerja
LAPORAN KERJA PRAKTEK LAPANGAN
SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH Denpasar
Sewerage Development Project (DSDP) UPT. PAL, DINAS
PEKERJAAN UMUM PROVINSI BALI

c. Untuk mengetahui sistem pengolahan limbah cair industri yang baik dan
benar.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui sumber-sumber limbah yang diolah di IPAL Suwung
DSDP Kota Denpasar.
b. Mengetahui dan memahami secara jelas dan detail proses pengolahan
limbah yang diterapkan IPAL Suwung DSDP Kota Denpasar.
c. Mengetahui unit-unit bangunan yang digunakan dalam proses pengolahan
air limbah.

1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Perusahaan
a. Perusahaan dapat melakukan sharing dengan mahasiswa mengenai
perkembangan teori terbaru berkaitan dengan bidang yang diambil
mahasiswa dalam hal ini adalah Sistem Pengolahan Air Limbah
b. Sebagai evaluasi yang dapat dijadikan kontrol dan masukan bagi IPAL
Suwung DSDP Kota Denpasar.
1.3.2 Bagi Perguruan Tinggi
a. Sebagai tambahan referensi khususnya mengenai perkembangan
pengolahan limbah cair di Indonesia
b. Membina kerja sama dan relasi yang baik antara lingkungan akademis
dengan lingkungan kerja.
1.3.3 Bagi Mahasiswa
a. Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai sistem pengolahan limbah
yang diterapkan di IPAL Suwung DSDP Kota Denpasar.
b. Sebagai sarana pengenalan dunia kerja yang sesuai dengan bidang keahlian
dan keilmuan mahasiswa
LAPORAN KERJA PRAKTEK LAPANGAN
SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH Denpasar
Sewerage Development Project (DSDP) UPT. PAL, DINAS
PEKERJAAN UMUM PROVINSI BALI

c. Merupakan kesempatan bagi mahasiswa untuk mengembangkan


kemampuan dan keahlian yang telah dipelajari sesuai bidang keilmuan.

1.4 Ruang Lingkup


Ruang Lingkup laporan ini yaitu kegiatan kerja praktek lapangan yang
dilaksanakan di Instalasi Pengolahan Air Limbah Suwung, DSDP Kota Denpasar.
Pelaksaannya kerja praktek lapangan dimulai pada tanggal 18 Juli 2019 – 23
Agustus 2019. Selama kerja praktek lapangan kegiatan yang dilakukan yaitu
mengamati dan mempelajari pengolahan air limbah domestik dalam unit IPAL.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air Limbah Domestik


Air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari usaha dan atau kegiatan
permukiman (real estate), rumah makan (restaurant), perkantoran, perniagaan,
apartemen dan asrama (KepmenLH no 112/2003). Limbah merupakan buangan yang
kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki di ligkungan
karena tidak mempunyai nilai ekonomi (Gintings, 2005). Pengertian air limbah
menurut Tchobanoglous dan Eliassen (1981), adalah gabungan cairan dan sampah
yang terbawa dari tempat tinggal, kantor, bangunan perdaganan, industri serta air
tanah, air permukaan, dan air hujan yang mungkin ada. Air limbah pada umumnya
mengandung air, bahan padat, dan mikroorganisme. Keberadaan mikroorganisme
dalam kandungan air limbah dapat membantu terjadinya proses pengolahan sendiri
air limbah (self purification).
Menurut Wilgoso (1979), air limbah merupakan air kotor yang membawa
sampah dari tempat tinggal bangunan perdagangan dan industry berupa campuran
air dan bahan padat terlarut dan bahan tersuspensi. Air limbah adalah air bekas yang
LAPORAN KERJA PRAKTEK LAPANGAN
SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH Denpasar
Sewerage Development Project (DSDP) UPT. PAL, DINAS
PEKERJAAN UMUM PROVINSI BALI

berasal dari penyediaan air bersih yang sudah dicemari berbagai macam
penggunaannya (Salvato, 1982). Limbah cair adalah sampah cair dari suatu
lingkungan masyarakat dan terutama terdiri dari air yang telah dipergunakan dengan
hampir 0,1 % daripadanya berupa benda-benda padat yang terdiri dari zat organic
dan anorganik (Mahida, 1984).

Air limbah merupakan lingkungan yang baik bagi kehidupan berbagai


mikroorganisme termasuk bakteri pathogen sehingga dapat membawa penyakit pada
manusia. Limbah cair yang memiliki nilai BOD (biochemical oxygen demand) yang
tinggi dan COD (chemical oxygen demand) yang rendah tentunya akan memiliki
kandungan organic yang tinggi sehingga memudahkan bakteri-bakteri patogen untuk
tumbuh. Apabila limbah cair yang memiliki nilai BOD dan COD rendah tersebut
dibuang ke lingkungan, maka tentunya akan memiliki kandungan zat organik yang
tinggi yang telah ditumbuhi oleh mikroorganisme pathogen beserta hasil metabolism
yang menimbulkan bau menyengat serta menyebabkan gangguan pada kesehatan
manusia maupun hewan yang ada disekitar perairan yang tercemar air limbah
(Soemirat, 1994). Limbah cair mengandung bahan kimia yang dapat membahayakan
manusia. Bahan pencemar kimia tersebut dapat menimbulkan penyakit baik secara
langsung maupun tidak langsung. Kandungan pH yang terlalu rendah atau terlalu
tinggi adalah salah satu parameter pencemaran oleh bahan kimia, yang apabila
dibuang langsung ke lingkungan akan menimbulkan penyakit, seperti dermatitis,
iritasi, atau keracunan (Sastrodimedjo, 1985).

2.2 Karakteristik Limbah cair


Limbah cair mempunyai beberapa karakteristik berdasarkan sumbernya,
karakteristik limbah cair dapat digolongkan pada karakteristik fisik, kimia, dan biologi
sebagai berikut (Metcalf and Eddy, 2003) :
1. Karakteristik Fisika
Karakteristik fisika ini terdiri daribeberapa parameter, diantaranya :
LAPORAN KERJA PRAKTEK LAPANGAN
SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH Denpasar
Sewerage Development Project (DSDP) UPT. PAL, DINAS
PEKERJAAN UMUM PROVINSI BALI

a. Total Solid (TS)


Padatan terdiri dari bahan padat organik maupun anorganik yang dapat
larut, mengendap atau tersuspensi. Bahan ini pada akhirnya akan
mengendap di dasar air sehingga menimbulkan pendangkalan pada dasar
badan air penerima.
b. Warna
Pada dasarnya air bersih tidak berwarna, tetapi seiring dengan waktu dan
menigkatnya kondisi anaerob,warna limbah berubah dari yang abu–abu
menjadi kehitaman.
c. Kekeruhan
Kekeruhan disebabkan oleh zat padat tersuspensi, baik yang bersifat
organik maupun anorganik, serta menunjukkan sifat optis air yang akan
membatasi pencahayaan kedalam air.
d. Temperatur
Merupakan parameter yang sangat penting dikarenakan efeknya terhadap
reaksi kimia, laju reaksi, kehidupan organisme air dan penggunaan air untuk
berbagai aktivitas sehari- hari.
e. Bau
Disebabkan oleh udara yang dihasilkan pada proses dekomposisi materi
atau penambahan substansi pada limbah.
2. Karateristik Kimia
a. Biological Oxygen Demand (BOD)
Biological oxygen demand atau kebutuhan oksigen biologis adalah jumlah
oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme di dalam air lingkungan
untuk memecah atau mendegradasi atau mengoksidasi limbah organik
yang terdapat didalam air.
b. Chemical Oxygen Demand (COD)
Merupakan jumlah kebutuhan oksigen dalam air untuk proses reaksi
LAPORAN KERJA PRAKTEK LAPANGAN
SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH Denpasar
Sewerage Development Project (DSDP) UPT. PAL, DINAS
PEKERJAAN UMUM PROVINSI BALI

secara kimia guna menguraikan unsur pencemar yang ada. COD


dinyatakan dalam ppm (part per milion). (Metcalf and Eddy, 2003)
c. Protein
Protein merupakan bagian yang penting dari makhluk hidup, termasuk di
dalamnya tanaman, dan hewan bersel satu. Di dalam limbah cair, protein
merupakan unsur penyabab bau, karena adanya proses pembusukan dan
peruraian oleh bakteri. (Metcalf and Eddy, 2003)
d. Karbohidrat
Karbohidrat antara lain : gula, pati, sellulosa dan benang-benang kayu
terdiri dari unsur C, H, dan O. Gula dalam limbah cair cenderung
terdekomposisi oleh enzim dari bakteri- bakteri tertentu dan ragi
menghasilkan alkohol dan gas CO2 melalui proses fermentasi.
e. Minyak dan Lemak
Minyak dan lemak merupakan bahan pencemar yang banyak ditemukan di
berbagai perairan, salah satu sumber pencemarnya adalah dari
agroindustri.
f. Detergen
Deterjen termasuk bahan organik yang sangat banyak digunakan untuk
keperluan rumah tangga, hotel, dan rumah sakit. Fungsi utama deterjen
adalah sebagai pembersih dalam pencucian, sehingga tanah, lemak dan
lainnya dapat dipisahkan.
g. Derajat keasaman (pH)
Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH
sekitar 6,5 – 7,5. Air akan bersifat asam atau basa tergantung besar
kecilnya pH. Bila pH di bawah pH normal, maka air tersebut bersifat asam,
sedangkan air yang mempunyai pH di atas pH normal bersifat basa.
h. Oksigen terlarut (DO)
LAPORAN KERJA PRAKTEK LAPANGAN
SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH Denpasar
Sewerage Development Project (DSDP) UPT. PAL, DINAS
PEKERJAAN UMUM PROVINSI BALI

Oksigen terlarut adalah jumlah oksigen yang ada dalam air dan dinyatakan
dalam mg/l atau ppm (part per million) pada suhu 25oC. Oksigen terlarut
dibutuhkan oleh mikroorganisme dan makhluk hidup lainnya untuk
kehidupannya. Adanya oksigen terlarut di dalam air ini akan mencegah bau
yang tidak enak. Semakin tinggi DO dalam air, semakin baik kehidupan
biota airnya.
3. Karakteristik Biologi
Karakteristik biologi digunakan untuk mengukur kualitas air terutama air
yang dikonsumsi sebagai air minum dan air bersih. Parameter yang biasa
digunakan adalah banyaknya mikroorganisme yang terkandung dalam air
limbah. Pengolahan air limbah secara biologis dapat didefinisikan sebagai suatu
proses yang melibatkan kegiatan mikroorganisme dalam air untuk melakukan
transformasi senyawa-senyawa kimia yang terkandung dalam air menjadi
bentuk atau senyawa lain. Mikroorganisme mengkonsumsi bahan-bahan
organik membuat biomassa sel baru serta zat-zat organik dan memanfaatkan
energi yang dihasilkan dari reaksi oksidasi untuk metabolismenya (Metcalf and
Eddy, 2003).
2.3 Pengolahan Air Limbah Domestik
1. Pengolahan Awal (Pretreatment)
Tahap ini melibatkan proses fisik yang bertujuan untuk menghilangkan
padatan tersuspensi dan minyak dalam limbah. Beberapa proses pengolahan yang
berlangsung pada tahap ini ialah screen and grit removal, equalization and storage,
serta oil separation.

2. Pengolahan Tahap Pertama (Primary Treatment)


Pengolahan tahap pertama memiliki tujuan yang sama dengan pengolahan
awal. Letak perbedaannya ialah pada proses yang berlangsung. Tahap pengolahan
pertama limbah cair sebagian besar adalah berupa proses pengolahan secara fisika.
LAPORAN KERJA PRAKTEK LAPANGAN
SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH Denpasar
Sewerage Development Project (DSDP) UPT. PAL, DINAS
PEKERJAAN UMUM PROVINSI BALI

a. Penyaringan (Screening)
Limbah yang mengalir melalui saluran pembuangan disaring
menggunakan jeruji saring. Metode ini disebut penyaringan. Metode
penyaringan merupakan cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan-
bahan padat berukuran besar dari air limbah.
b. Pengolahan Awal (Pretreatment)
Limbah yang telah disaring kemudian disalurkan kesuatu tangki atau
bak yang berfungsi untuk memisahkan pasir dan partikel padat teruspensi lain
yang berukuran relatif besar. Tangki ini dalam bahasa inggris disebut grit
chamber dan cara kerjanya adalah dengan memperlambat aliran limbah
sehingga partikel – partikel pasir jatuh ke dasar tangki sementara air limbah
terus dialirkan untuk proses selanjutnya.
c. Pengendapan
Setelah melalui tahap pengolahan awal, limbah cair akan dialirkan ke
tangki atau bak pengendapan. Metode pengendapan adalah metode pengolahan
utama dan yang paling banyak digunakan pada proses pengolahan primer
limbah cair. Di tangki pengendapan, limbah cair didiamkan agar partikel-
partikel padat yang tersuspensi dalam air limbah dapat mengendap ke dasar
tangki. Enadapn partikel tersebut akan membentuk lumpur yang kemudian akan
dipisahkan dari air limbah ke saluran lain untuk diolah lebih lanjut. Selain
metode pengendapan, dikenal juga metode pengapungan (Floation).
d. Pengapungan (Floation)
Metode ini efektif digunakan untuk menyingkirkan polutan berupa
minyak atau lemak. Proses pengapungan dilakukan dengan menggunakan alat
yang dapat menghasilkan gelembung- gelembung udara berukuran kecil (± 30
– 120 mikron). Gelembung udara tersebut akan membawa partikel –partikel
minyak dan lemak ke permukaan air limbah sehingga kemudian dapat
disingkirkan.
LAPORAN KERJA PRAKTEK LAPANGAN
SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH Denpasar
Sewerage Development Project (DSDP) UPT. PAL, DINAS
PEKERJAAN UMUM PROVINSI BALI

Bila limbah cair hanya mengandung polutan yang telah dapat


disingkirkan melalui proses pengolahan primer, maka limbah cair yang telah
mengalami proses pengolahan primer tersebut dapat langsung dibuang
kelingkungan (perairan). Namun, bila limbah tersebut juga mengandung
polutan yang lain yang sulit dihilangkan melalui proses tersebut, misalnya agen
penyebab penyakit atau senyawa organik dan anorganik terlarut, maka limbah
tersebut perlu disalurkan ke proses pengolahan selanjutnya.
Proses yang terjadi ialah neutralization, chemical addition and
coagulation, flotation, sedimentation, dan filtration.
3. Pengolahan Tahap Kedua (Secondary Treatment)
Pengolahan tahap kedua merupakan proses pengolahan secara biologis,
yaitu dengan melibatkan mikroorganisme yang dapat mengurai/ mendegradasi
bahan organik. Mikroorganisme yang digunakan umumnya adalah bakteri aerob.
Pengolahan tahap kedua dirancang untuk menghilangkan zat terlarut dari limbah
yg tak dapat dihilangkan dgn proses fisik. Peralatan yang umum digunakan pada
pengolahan tahap ini ialah activated sludge, anaerobic lagoon, tricking filter,
aerated lagoon, stabilization basin, rotating biological contactor, serta anaerobic
contactor and filter.
Terdapat tiga metode pengolahan secara biologis yang umum digunakan
yaitu metode penyaringan dengan tetesan (trickling filter), metode lumpur aktif
(activated sludge), dan metode kolam perlakuan (treatment ponds / lagoons).
a. Metode Trickling Filter
Pada metode ini, bakteri aerob yang digunakan untuk mendegradasi
bahan organik melekat dan tumbuh pada suatu lapisan media kasar, biasanya
berupa serpihan batu atau plastik, dengan dengan ketebalan ± 1 – 3 m. limbah
cair kemudian disemprotkan ke permukaan media dan dibiarkan merembes
melewati media tersebut. Selama proses perembesan, bahan organik yang
terkandung dalam limbah akan didegradasi oleh bakteri aerob. Setelah
LAPORAN KERJA PRAKTEK LAPANGAN
SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH Denpasar
Sewerage Development Project (DSDP) UPT. PAL, DINAS
PEKERJAAN UMUM PROVINSI BALI

merembes sampai ke dasar lapisan media, limbah akan menetes ke suatu wadah
penampung dan kemudian disalurkan ke tangki pengendapan.
Dalam tangki pengendapan, limbah kembali mengalami proses
pengendapan untuk memisahkan partikel padat tersuspensi dan
mikroorganisme dari air limbah. Endapan yang terbentuk akan mengalami
proses pengolahan limbah lebih lanjut, sedangkan air limbah akan dibuang ke
lingkungan atau disalurkan ke proses pengolahan selanjutnya jika masih
diperlukan.
b. Metode Activated Sludge
Pada metode activated sludge atau lumpur aktif, limbah cair disalurkan
ke sebuah tangki dan didalamnya limbah dicampur dengan lumpur yang kaya
akan bakteri aerob. Proses degradasi berlangsung didalam tangki tersebut
selama beberapa jam, dibantu dengan pemberian gelembung udara aerasi
(pemberian oksigen). Aerasi dapat mempercepat kerja bakteri dalam
mendegradasi limbah. Selanjutnya, limbah disalurkan ke tangki pengendapan
untuk mengalami proses pengendapan, sementara lumpur yang mengandung
bakteri disalurkan kembali ke tangki aerasi. Seperti pada metode trickling filter,
limbah yang telah melalui proses ini dapat dibuang ke lingkungan atau diproses
lebih lanjut jika masih diperlukan.
c. Metode Treatment ponds/ Lagoons
Metode treatment ponds/lagoons atau kolam perlakuan merupakan
metode yang murah namun prosesnya berlangsung relatif lambat. Pada metode
ini, limbah cair ditempatkan dalam kolam-kolam terbuka. Algae yang tumbuh
dipermukaan kolam akan berfotosintesis menghasilkan oksigen. Oksigen
tersebut kemudian digunakan oleh bakteri aero untuk proses
penguraian/degradasi bahan organik dalam limbah. Pada metode ini, terkadang
kolam juga diaerasi. Selama proses degradasi di kolam, limbah juga akan
mengalami proses pengendapan. Setelah limbah terdegradasi dan terbentuk
LAPORAN KERJA PRAKTEK LAPANGAN
SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH Denpasar
Sewerage Development Project (DSDP) UPT. PAL, DINAS
PEKERJAAN UMUM PROVINSI BALI

endapan didasar kolam, air limbah dapat disalurka untuk dibuang ke lingkungan
atau diolah lebih lanjut.

4. Pengolahan Tahap Ketiga (Tertiary Treatment)


Proses-proses yang terlibat dalam pengolahan air limbah tahap ketiga ialah
coagulation and sedimentation, filtration, carbon adsorption, ion exchange,
membrane separation, serta thickening gravity or flotation. Pada proses ini
dilakukan pemisahan secara kimia untuk lebih memurnikan air yang belum
sepenuhnya bersih.
Pengolahan tahap ketiga dilakukan jika setelah pengolahan primer dan
sekunder masih terdapat zat tertentu dalam limbah cair yang dapat berbahaya bagi
lingkungan atau masyarakat. Pengolahan tahap ketiga bersifat khusus, artinya
pengolahan ini disesuaikan dengan kandungan zat yang tersisa dalam limbah cair
/ air limbah. Umunya zat yang tidak dapat dihilangkan sepenuhnya melalui proses
pengolahan primer maupun sekunder adalahzat-zat anorganik terlarut, seperti
nitrat, fosfat, dan garam- garaman.
5. Pengolahan Lumpur (Sludge Treatment)
Setiap tahap pengolahan limbah cair, baik primary, sekondary, maupun
tertiary, akan menghasilkan endapan polutan berupa lumpur. Lumpur tersebut
tidak dapat dibuang secara langsung, melainkan perlu diolah lebih lanjut. Lumpur
yang terbentuk sebagai hasil keempat tahap pengolahan sebelumnya kemudian
diolah kembali melalui proses digestion or wet combustion, pressure filtration,
vacuum filtration, centrifugation, lagooning or drying bed, incineration, atau
landfill.
Endapan lumpur hasil pengolahan limbah biasanya akan diolah dengan
cara diurai/dicerna secara aerob (anaerob digestion), kemudian disalurkan ke
beberapa alternatif, yaitu dibuang ke laut atau ke lahan pembuangan (landfill),
dijadikan pupuk kompos, atau dibakar (incinerated).
LAPORAN KERJA PRAKTEK LAPANGAN
SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH Denpasar
Sewerage Development Project (DSDP) UPT. PAL, DINAS
PEKERJAAN UMUM PROVINSI BALI
LAPORAN KERJA PRAKTEK LAPANGAN
SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH Denpasar
Sewerage Development Project (DSDP) UPT. PAL, DINAS
PEKERJAAN UMUM PROVINSI BALI

BAB III
GAMBARAN UMUM KOTA DENPASAR
3.1 Deskripsi Umum
3.1.1 Kondisi Geografis
Kota Denpasar merupakan daerah atau salah satu kota yang terletak di
tengah – tengah Pulau Bali, yang juga merupakan Ibukota dari Provinsi Bali
sekaligus sebagai pusat pemerintahan, pendidikan dan perekonomian. Letak yang
sangat strategis ini sangatlah menguntungkan baik dari segi ekonomis maupun
dari kepariwisataan karena merupakan titik sentral atau pusat dari berbagai
kegiatan sekaligus sebagai penghubung dengan kabupaten lainnya.

Posisi geografis Kota Denpasar terletak di 08°35'31" - 08°44'49" LS dan


115°10'23" sampai 115°16'27" BT, dengan batas – batas wilayah sebagai berikut
:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah Kecamatan Mengwi

dan Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung.

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Badung dan wilayah

Kecamatan Sukawati Kabupaten Gianyar.

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Selat Badung, Teluk Benoa

dan wilayah Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung.

d. Sebelah Barat berbatasan dengan wilayah Kecamatan Kuta dan

Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung.

Kota Denpasar secara topografi ketinggian berkisar antara 0 -75 meter di


atas permukaan laut. Morfologi kemiringan lahan antara 0 – 5 % dan di daerah
tepi mencapai kemiringan sebesar 15 %. Kota Denpasar termasuk daerah
beriklim tropis yang dipengaruhi angin musim sehingga memiliki musim
LAPORAN KERJA PRAKTEK LAPANGAN
SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH Denpasar
Sewerage Development Project (DSDP) UPT. PAL, DINAS
PEKERJAAN UMUM PROVINSI BALI

kemarau dengan angin timur (Juni – Desember) dan musim hujan dengan angin
barat (September – Maret) dan diselingi pancaroba. Suhu rata – rata 25.4° C –
28.5° C dengan suhu maksimum pada bulan Agustus. Luas wilayah Kota
Denpasar adalah 127,98 km² atau 127,98 Ha (reklamasi Pantai Serangan seluas
380 Ha atau 2,27 % dari seluruh luas daratan Provinsi Bali.
3.1.2 Kondisi Administratif
3.1.3 Kondisi Fisik
3.2 Kondisi Demografi
3.3 Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik Kota Denpasar

BAB IV

UPT PAL

BAB V

IPAL SUWUNG

Anda mungkin juga menyukai