Anda di halaman 1dari 7

Baterai Nikel-Cadmium (NiCd Battery)

Mohamad Teguh Gumela


Baterai merupakan salah satu media penyimpanan energi listrik yang telah digunakan
secara luas. Menurut cara pemakaiannya, baterai terbagi menjadi dua yakni disposable (satu kali
pakai) dan rechargeable (dapat digunakan berulang kali). Accumulator/Accu merupakan salah
satu contoh dari sumber daya rechargeable, dan salah satu contoh rechargeable battery adalah
Baterai NiCd atau NiCad Battery. Baterai NiCd menerapkan prinsip elektrokimia, di mana
keberadaan zat elektrolit (zat yang mampu menghantarkan listrik, umumnya zat ionik) dan dua
elektroda, yang salah satunya berperan sebagai kutub negatif sementara elektroda lain berperan
sebagai kutub positif, menyebabkan terjadinya siklus ionik yang menghasilkan arus listrik. Baterai
tersebut diberi nama NiCd karena menggunakan elektroda Nikel dalam bentuk Nikel hidrat
(NiOOH) dan Cadmium (Cd).
Nikel sendiri merupakan logam berwarna putih-abu, dapat ditempa, elastis, serta memiliki
tingkat kekuatan dan resistansi terhadap korosi yang tinggi. Resistansi tersebut sekaligus
mengimplikasikan bahwa Nikel memiliki kecenderungan yang relatif rendah untuk mengalami
reduksi. Nikel juga merupakan penghantar panas dan listrik yang cukup baik, serta memiliki sifat
kemagnetan pada suhu di bawah 345oC. Pada bentuk logam, Nikel tidak reaktif, tidak larut dalam
air panas maupun air dingin, ammonia, tidak terpengaruh oleh asam nitrit yang terkonsentrasi, dan
basa yang terkonsentrasi. Walau demikian, Nikel larut dalam asam nitrit encer, sedikit larut dalam
asam klorida encer, serta asam sulfat encer.
Sementara itu, logam Cadmium memilki warna putih-abu, dapat ditempa, elastis, dan
permukaannya memiliki rona kebiruan. Cadmium cukup lunak untuk dipotong dengan
menggunakan pisau, dapat larut dalam zat asam, tapi tidak dalam zat basa. Cadmium memiliki
banyak kesamaan dengan seng, tapi membentuk lebih banyak senyawa kompleks.
Cadmium memiliki energi potensial reduksi standar (Eored) sebesar -0.40 V, sedangkan
Eored Nikel sebesar -0.25 V (Daftar Eored beberapa zat terlampir). Oleh karena Eored Nikel lebih
besar (lebih mendekati positif, yang berarti kecenderungan mengalami reduksi lebih besar), maka
dalam sistem baterai NiCd, yang menggunakan Nikel dan Cadmium sebagai elektroda, elektroda
Nikel akan mengalami reduksi (di sebut sebagai katoda), sedangkan elektroda Cadmium
mengalami oksidasi (disebut sebagai anoda), selama reaksi spontan yang menghasilkan listrik
(discharge). Selanjutnya, elektroda Nikel akan disebut sebagai elektroda positif, sementara
elektroda Cadmium disebut sebagai elektroda negatif. Reaksi kimia yang berlangsung di dalam
baterai NiCd melibatkan air dan zat elektrolit KOH, serta bersifat dapat balik (reversible). Oleh
karena itu, baterai dapat ‘diisi ulang’ atau rechargeable, dengan membalik reaksi yang semula
mengubah energi kimia menjadi energi listrik, kepada reaksi balikan yakni, mengubah energi
listrik menjadi energi kimia. Pada reaksi balikan, elektroda yang semula mengalami reduksi akan
mengalami oksidasi, begitupun sebaliknya untuk elektroda yang semua mengalami oksidasi akan
mengalami reduksi. Sehingga, katoda dan anoda berubah pada reaksi kebalikan. Oleh karena itu,
penggunaan istilah elektroda positif dan negatif akan memudahkan pemahaman konsep, dari pada
menggunakan istilah katoda dan anoda pada mekanisme kerja baterai NiCd.
z Sebelum beranjak lebih lanjut pada mekanisme reaksi kimia dalam baterai NiCd, perlu
dipahami terlebih dahulu struktur dan komponen pada baterai NiCd. Berikut ini adalah penampang
membujur baterai NiCd.

Gambar 1. Penampang Membujur Baterai NiCd (sumber : Nickel Cadmium Batteries: A Medium for the Study of
Metal Whiskers and Dendrites, 2006)

Seperti yang terlihat pada Gambar 1, Komponen penyusun baterai NiCd adalah elektroda
positif (Nikel hidrat (NiOOH)), elektroda negatif (Cadmium), separator (berserat-serat/fibrous),
case (sebagai pelindung baterai), sealing plate (menjaga sistem dari interferensi zat lain seperti
CO2, yang dapat bereaksi dengan 2KOH membentuk K2CO3, dan menyebabkan terbentuknya
CdCO3, yang keduanya dapat mengganggu siklus dalam baterai), insulation ring, dan insulation
gasket.
Masih sesuai dengan ilustrasi pada Gambar 1, kedua elektroda dalam baterai NiCd
dipisahkan oleh separator yang berserat dan memungkinkan gas untuk melaluinya. Menurut
pengamatan Anna Cyganowski pada baterai Sanyo Cadnica KR-1300 SC (1.2 V, 1300 mAh)
berusia 10 tahun dengan menggunakan mikroskop optis Leitz perbesaran 3 hingga 25 kali, bahan
penyusun separator adalah polypropylene/polyamine, seperti nylon. Berikut adalah gambar baterai
NiCd yang telah dibongkar.

Gambar 2. Baterai NiCd yang dibongkar : 1.Case, 2.Separator, 3.Elektroda Positif (Nikel hidrat), 4.Elektroda
Negatif (Cadmium) (sumber : en.wikipedia.org)

Menurut literatur dari Handbook of Secondary Storage Batteries and Charge Regulators
in Photovoltaic Systems, zat elektrolit yang digunakan pada baterai NiCd adalah aqueous KOH
dengan konsentrasi 20-34% berat murni KOH. Tetapi, masih berdasarkan pengamatan Anna
Cyganowski pada baterai yang sama dengan alat yang sama, zat elektrolit yang ada pada baterai
teramati sebagai serbuk padat. Pada penjelasan selanjutnya, keterangan literatur akan digunakan.
Selama penggunaan baterai sebagai sumber energi listrik bagi berbagai alat elektronik,
baterai NiCd melakukan reaksi kimia. Adapun prinsip Elektrokimia yang bekerja adalah bahwa
pada baterai terjadi reaksi oksidasi dan reduksi yang menyebabkan pergerakan elektron, sehingga
dihasilkan arus listrik. Berikut ini adalah reaksi kimia yang terjadi selama penggunaan baterai
(discharge) :
Positif (reduksi) : 2NiOOH + 2H2O + 2e-  2Ni(OH)2 + 2OH-

Negatif (oksidasi) : Cd + 2OH-  Cd(OH)2 + 2e-

reaksi net ion : 2NiOOH + 2H2O + Cd  2Ni(OH)2 + Cd(OH)2


Salah satu karakteristik baterai NiCd adalah bahwa zat elektrolit tidak berperan secara
langsung, tapi berperan dalam transportasi OH-. Sementara itu, apabila seluruh NiOOH telah
diubah menjadi Ni(OH)2 dan atau seluruh Cd telah menjadi Cd(OH)2 maka diperlukan 'pengisian
ulang' baterai agar ia dapat digunakan kembali. Hal tersebut dilakukan dengan membalik reaksi
melalui pemberian arus listrik (sesuai prinsip elektrolisis, mengubah energi listrik menjadi energi
kimia). Ketika arus listrik diberikan, maka elektron akan bergerak menuju kutub baterai yang lebih
positif dan menyebabkan reaksi kimia kebalikan sebagai berikut :
Negatif (reduksi) : Cd(OH)2 + 2e-  Cd + 2OH-
Positif (oksidasi) : 2Ni(OH)2 + 2OH-  2NiOOH + 2H2O + 2e-
reaksi net ion : 2Ni(OH)2 + Cd(OH)2 2NiOOH + 2H2O + Cd
Pengaliran arus listrik memaksa terjadinya oksidasi-reduksi di dalam baterai, sehingga
kondisi kembali seperti sebelum digunakan. Tetapi, apabila terjadi overcharge (seluruh Ni(OH)2
dan atau Cd(OH)2 telah diubah menjadi NiOOH dan Cd tetapi arus listrik masih tetap dialirkan),
maka arus listrik akan tetap memaksa terjadinya oksidasi dan reduksi, dan reaksi tersebut
dilakukan pada air sesuai persamaan berikut :
Positif : 4OH-  O2 + 2H2O + 4e-
Negatif : 2H2O + 4e-  2OH- + H2
net ion reaction : 2OH-  H2 + O2
Tetapi, reaksi antara oksigen dan hidrogen dapat menyebabkan ledakan dalam proses
pembentukan air dengan ∆E = -285.8 kJ/mol (∆E = perubahan entalpi, tabel entalpi pembentukan
beberapa zat terlampir). Oleh karena itu, gas harus dialirkan secara tepat, atau pembentukan salah
satu gas harus dicegah. Hal kedualah yang dilakukan para pembuat baterai NiCd, yakni mencegah
pembentukan gas Hidrogen. Untuk melakukan hal tersebut, kapasitas elektroda negatif dibuat lebih
besar dibandingkan elektroda positif sehingga, elektroda positif akan 'terisi penuh' lebih dahlu dari
elektroda negatif.
Adapun reaksi kimia yang terjadi saat overcharging terjadi pada baterai NiCd sesuai
dengan penjelasan sebelunya adalah sebagai berikut :
Positif : 4OH-  O2 + 2H2O + 4e-
Negatif: 2Cd + O2 + 2H2O  2Cd(OH)2 + 4e-  2Cd + 2OH-

Gambar 3. Perbandingan kapasitas Elektroda Positif dan negatif (sumber : Harding Battery Handbook For Quest®
Rechargeable Cells and Battery Packs )
Seperti yang ditunjukkan persamaan sebelumnya, gas oksigen yang dihasilkan elektroda
positif kemudian diserap melalui reaksi dengan bagian elektroda negatif yang belum terubah
menjadi Cd(OH)2. Sehingga, ledakan yang identik dengan api dan kerusakan dapat dihindari.
Selama waktu tertentu, overcharging dapat diatasi melalui cara tersebut, tetapi produksi gas
Oksigen di elektroda positif menghasilkan panas yang juga dapat merusak baterai. Jadi, salah satu
ciri-ciri overcharging adalah baterai yang sudah memanas, apabila telah parah maka baterai bisa
menggelembung. Baterai NiCd sendiri digunakan di berbagai alat elektronik seperti peralatan yang
dikontrol remote, serta beberapa peralatan tanpa kabel yang lain. Kemampuan untuk 'diisi ulang'
dan didaur ulang, menjadi salah satu kelebihan baterai NiCd. Apabila dibandingkan dengan baterai
Lead-acid, NiCd menghasilkan arus lebih tinggi dan bertahan lebih lama. Tetapi, NiCd
menghasilkan arus yang lebih rendah dan memiliki masa pakai yang lebih singkat dibandingkan
dengan baterai Ni-Metal hydride dan Li-ion yang kini telah tersedia secara komersial dengan harga
lebih rendah. Terlebih lagi, dua baterai tersebut lebih aman, karena diketahui Cadmium merupakan
logam berat beracun. Meski demikian, NiCd masih menjadi pilihan untuk menyediakan arus stabil,
sebab tidak seperti beberapa baterai lain, arus dari baterai NiCd relatif stabil.
Perkembangan baterai NiCd terjadi secara bertahap. Sejak ditemukan pada tahun 1989 oleh
Waldemar Jugner, baterai NiCd mengalami beberapa perkembangan, di antaranya adalah
penyegelan baterai secara sempurna, dan pembentukan struktur ‘jelly-roll’ atau ‘sweden-roll’ pada
baterai. Perkembangan tersebut menunjukkan bahwa peran baterai NiCd cukup diperhitungkan
untuk memenuhi berbagai kebutuhan energi listrik manusia.
Tetapi, elektroda Cd telah diketahui menyebabkan memory effect, di mana baterai
kehilangan daya lebih cepat dari yang diperkirakan. Pengamatan melalui scanning electron
microscope (SEM) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan struktur elektroda negatif pada baterai
sebelum pemakaian dan setelah penggunaan dalam jangka panjang (gambar terlampir). Hal
tersebut terjadi karena terbentuknya kristal Cd dengan ukuran yang lebih besar pada elektroda
baterai setelah pengunaan, dibandingkan dengan elektroda pada baterai ketika belum digunakan.
Oleh karena itu, luas kontak elektroda dan zat elektrolit menurun, sehingga total tegangan yang
dihasilkan menurun pula.
Efek tersebut diakibatkan beberapa hal, tiga di antaranya adalah ‘presentasi pengisian
ulang baterai’ yang rendah, elektroda negatif kekurangan zat pengembang (expander, sejenis
massa besi) yang dapat membantu mempertahankan struktur elektroda, serta fase yang dialami
elektroda negatif, yakni mengalami transisi sebagai logam Cd dan sebagai Cd(OH)2. Transisi
tersebut dapat memicu pembentukan kristal apabila tidak terdapat expander. Tetapi, hal utama
yang menyebabkan pembentukan kristal adalah bahwa Cadmium ternyata dapat membentuk
senyawa intermetallic dengan Ni yang banyak terdapat pada baterai NiCd jenis sintered plate
(jenis baterai yang elektroda negatif maupun positifnya dibuat dengan menuangkan gabungan
partikel serbuk Ni, bukan lelehan, ke atas lembaran material aktif yang kemudian secara kimiawi
diresapi, sehingga dihasilkan matriks dengan porositas lebih dari 80%). Senyawa tersebut di
antaranya adalah Ni2Cd5 dan Ni5Cd21. Baterai NiCd jenis lain tidak membentuk senyawa tersebut.
Karakteristik Batere NICD Pada Saat Di
Charge
Friday, February 15th, 2019 - Charger

Batere Nicad atau sering disebut batere NICD adalah jenis batere yang dapat di-isi kemabli
muatan listriknya apabila muatan listrik batere tersebut telah habis. Kelebihan dari baterai NICD
adalah dapat di isi ulang dan bentuk fisik sama dengan baterai biasa sehingga tidak perlu
memodifikasi casing-nya. Selain itu jika Baterai Nicad dibandingkan dengan baterai biasa, baterai
nickel cadmium atau yang lebih dikenal sebagai Baterai NICD ini, mempunyai daya tahan di atas
baterai biasa (dengan catatan kondisi baterai NICD ini masih baik). Baterai NICD yang ada
dipasaran saat ini ada beberapa pilihan untuk ukuran dayanya, antara lain Baterai Nicad 700mAH
atau 1500 mAH. Maksudnya adalah baterai NiCad tersebut dapat mensuplai arus ke peralatan
elektronika dengan arus 700mA selama 1 jam (untuk baterai 700mAH). Sehingga jika kita
menggunakan baterai NICD 700mAH tersebut untuk peralatan elektronika yang menarik arus
sebesar 1 A maka baterai NICD tersebut hanya dapat bertahan selama kurang dari 1 jam. Suhu
dari baterai NICD juga mempengaruhi daya tahan baterai. Jika baterai terlalu panas maka baterai
akan cepat habis karena sebagaian arus yang dihasilkan oleh baterai tersebut diubah menjadi panas

Gambar Karakteristik Pengisian Baterai NICD

Karakteristik Baterai NICD

 Baterai NICD harus diisi dengan besar arus yang konstan.


 Baterai akan penuh terisi jika mencapai 140% pengisian dari pengisian maksimum baterai
tersebut.
 Tegangan batere akan berangsur-angsur turun setelah pengisian mencapai 140% walaupun tetap
dicharge.
 Variasi perubahan tegangan baterai tergantung dari fungsi pengisian dan juga tergantung dari
suhu baterai tersebut.
 Pada saat pengisian telah selesai maka suhu akan naik dengan cepat (panas meningkat dengan
cepat) sehingga chager perlu dimatikan. Karena jika tidak dimatikan akan dapat menyebabkan
suhu baterai akan naik terus dan pada akhirnya akan meledak.

Karakteristik Pengisian Baterai NiCad

Sebuah pengisi baterai NiCad yang baik harus mempunyai spesifikasi antara lain :

1. Autoshut-off, merupakan kemampuan charger untuk menghentikan arus pengisian ke sebuah


baterai NiCad jika kapasitas baterai NiCad sudah terisi penuh.
2. Polarity Protection, dengan adanya kemampuan ini maka jika terdapat pemasangan baterai yan
terbalik pada charger dapat diketahui.
3. Tegangan output konstan
4. Arus output cukup untuk mengisi beberapa baterai NiCad sekaligus secara paralel.
5. Short Circuit Protection, dengan adanya rangkaian proteksi ini maka jika terjadi hubungan singkat
yang ditimbulkan oleh baterai maupun rangkaian charger sendiri tidak akan merusak bagian yang
lain yang tidak rusak.

Sebuah chager paling tidak harus mempunyai tegangan output diatas 1.5 volt dan mampu
memberikan arus charge paling tidak 1/10 arus output baterai. Jika tiap baterai NiCad dapat
mensuplai arus sebesar 700mAH maka baterai NiCad ini harus diisi dengan arus dibawah 70mA.
Rating arus pengisian ini, 1/10 arus output baterai merupakan batasan maksium untuk sebuah
baterai NiCad. Semakin besar arus pengisiannya maka baterai akan semakin cepat terisi namun
suhu baterai akan dengan cepat pula naik. Suhu baterai yang terlalu tinggi dapat menyebabkan
baterai NiCad ini rusak atau bahkan meledak.

Dari gambar pertama dapat dilihat bahwa tegangan pengisian akan berpengaruh pada suhu
baterai. Baterai NiCad yang terus-menerus diisi namun muatannya belum habis akan
memperpendek umur dari baterai itu sendiri. Inilah yang disebut dengan efek memory. Apabila
baterai NiCad sudah mengalami efek memory maka baterai tersebut masih dapat diisi penuh
namun lebih cepat habis jika dibandingkan dengan baterai NiCad yang masih baru. Kondisi ini
tidak dapat diperbaiki karena menyangkut rekasi kimiawi di dalam baterai NiCad tersebut. Oleh
karena itu sebuah charger yang baik harus dilengkapi dengan kemampuan autoshut off jika baterai
NiCad yang diisi sudah penuh.

Anda mungkin juga menyukai