Anda di halaman 1dari 5

3.

1 Baterai Nikel-Kadmium (Ni-Cd) Menurut cara pemakaiannya, baterai terbagi menjadi dua yakni disposable (satu kali pakai) dan rechargeable (dapat digunakan berulang kali). Accumulator/Accu merupakan salah satu contoh dari sumber daya rechargeable, dan salah satu contoh rechargeable battery adalah Baterai NiCd atau NiCad Battery. Baterai jenis ini merupakan generasi pertama. Berkapasitas besar, baterai ini cocok untuk ponsel lama yang bertenaga besar. Sesuai dengan ukuran dan kapasitasnya. Proses pengisian ulang pun cukup merepotkan, misalnya pengisian ulang harus dilakukan pada saat daya baterai benar-benar habis. Karena baterai NiCD memiliki memory effect, semakin lama kapasitasnya akan menurun jika pengisian belum benar-benar kosong.Singkatan NiCad adalah merek dagang terdaftar dari SAFT Corporation, meski produk ini umumnya digunakan untuk menjelaskan seluruh baterai nikel-kadmium. Baterai Nickel Cadmium (NiCad) yang diproduksi pertama kali tahun 1946, merupakan baterai yang dibuat dari campuran Nikel dan Cadmium. Keunggulannya adalah ringan, lebih awet, charging efisien, dan hambatan internal yang kecil sehingga tegangannya stabil. Tegangan baterai NiCad adalah 1,2 Volt, dengan kecepatan penurunan energi 10% per bulan. Dalam penggunaan sehari-hari, baterai NiCad ini bisa diadu dengan baterai alkalin. Kekurangan baterai NiCad adalah biaya pembuatannya mahal, kapasitas berkurang jika tidak baterai dikosongkan (memory effect), dan tidak ramah lingkungan (beracun).

Gambar 1. Penampang Membujur Baterai NiCd

Sebelum beranjak lebih lanjut pada mekanisme reaksi kimia dalam baterai NiCd, perlu dipahami terlebih dahulu struktur dan komponen pada baterai NiCd. Berikut ini adalah penampang membujur baterai NiCd. Seperti yang terlihat pada Gambar 1, Komponen penyusun baterai NiCd adalah elektroda positif (Nikel hidrat (NiOOH)), elektroda negatif (Cadmium), separator (berserat-serat/fibrous), case (sebagai pelindung baterai), sealing plate (menjaga sistem dari interferensi zat lain seperti CO2, yang dapat bereaksi dengan

2KOH membentuk K2CO3, dan menyebabkan terbentuknya CdCO3, yang keduanya dapat mengganggu siklus dalam baterai),insulation ring, dan insulation gasket. Masih sesuai dengan ilustrasi pada Gambar 1, kedua elektroda dalam baterai NiCd dipisahkan oleh separator yang berserat dan memungkinkan gas untuk melaluinya. Menurut pengamatan Anna Cyganowski pada baterai Sanyo Cadnica KR-1300 SC (1.2 V, 1300 mAh) berusia 10 tahun dengan menggunakan mikroskop optis Leitz perbesaran 3 hingga 25 kali, bahan penyusun separator adalah polypropylene/polyamine, seperti nylon. Berikut adalah gambar baterai NiCd yang telah dibongkar.

Gambar 2. Baterai NiCd yang dibongkar: 1. Case, 2. Separator, 3. Elektroda Positif (Nikel hidrat), 4. Elektroda Negatif (Cadmium)

3.1.1 Material Baterai Nikel-Kadmium Baterai tersebut diberi nama NiCd karena menggunakan elektroda Nikel dalam bentuk Nikel hidrat (NiOOH) dan Cadmium (Cd). Nikel sendiri merupakan logam berwarna putihabu, dapat ditempa, elastis, serta memiliki tingkat kekuatan dan resistansi terhadap korosi yang tinggi. Resistansi tersebut sekaligus mengimplikasikan bahwa Nikel memiliki kecenderungan yang relatif rendah untuk mengalami reduksi. Nikel juga merupakan penghantar panas dan listrik yang cukup baik, serta memiliki sifat kemagnetan pada suhu di bawah 345oC. Pada bentuk logam, Nikel tidak reaktif, tidak larut dalam air panas maupun air dingin, ammonia, tidak terpengaruh oleh asam nitrit yang terkonsentrasi, dan basa yang terkonsentrasi. Walau demikian, Nikel larut dalam asam nitrit encer, sedikit larut dalam asam klorida encer, serta asam sulfat encer. Sementara itu, logam Cadmium memilki warna putih-abu, dapat ditempa, elastis, dan permukaannya memiliki rona kebiruan. Cadmium cukup lunak untuk dipotong dengan menggunakan pisau, dapat larut dalam zat asam, tapi tidak dalam zat basa. Cadmium memiliki banyak kesamaan dengan seng, tapi membentuk lebih banyak senyawa kompleks. 3.1.2 Mekanisme Kerja Baterai Nikel-Kadmium Baterai NiCd menerapkan prinsip elektrokimia, di mana keberadaan zat elektrolit (zat yang mampu menghantarkan listrik, umumnya zat ionik) dan dua elektroda, yang salah satunya berperan sebagai kutub negatif sementara elektroda lain berperan sebagai kutub positif, menyebabkan terjadinya siklus ionik yang menghasilkan arus listrik. Cadmium memiliki energi potensial reduksi standar (Eored) sebesar -0.40 V, sedangkan Eored Nikel sebesar -0.25 V (Daftar Eored beberapa zat terlampir). Oleh karena Eored Nikel

lebih besar (lebih mendekati positif, yang berarti kecenderungan mengalami reduksi lebih besar), maka dalam sistem baterai NiCd, yang menggunakan Nikel dan Cadmium sebagai elektroda, elektroda Nikel akan mengalami reduksi (di sebut sebagai katoda), sedangkan elektroda Cadmium mengalami oksidasi (disebut sebagai anoda), selama reaksi spontan yang menghasilkan listrik (discharge). Selanjutnya, elektroda Nikel akan disebut sebagai elektroda positif, sementara elektroda Cadmium disebut sebagai elektroda negatif. Reaksi kimia yang berlangsung di dalam baterai NiCd melibatkan air dan zat elektrolit KOH, serta bersifat dapat balik (reversible). Oleh karena itu, baterai dapat diisi ulang atau rechargeable, dengan membalik reaksi yang semula mengubah energi kimia menjadi energi listrik, kepada reaksi balikan yakni, mengubah energi listrik menjadi energi kimia. Pada reaksi balikan, elektroda yang semula mengalami reduksi akan mengalami oksidasi, begitupun sebaliknya untuk elektroda yang semua mengalami oksidasi akan mengalami reduksi. Sehingga, katoda dan anoda berubah pada reaksi kebalikan. Oleh karena itu, penggunaan istilah elektroda positif dan negatif akan memudahkan pemahaman konsep, dari pada menggunakan istilah katoda dan anoda pada mekanisme kerja baterai NiCd. Menurut literatur dari Handbook of Secondary Storage Batteries and Charge Regulators in Photovoltaic Systems, zat elektrolit yang digunakan pada baterai NiCd adalah aqueous KOH dengan konsentrasi 20-34% berat murni KOH. Tetapi, masih berdasarkan pengamatan Anna Cyganowski pada baterai yang sama dengan alat yang sama, zat elektrolit yang ada pada baterai teramati sebagai serbuk padat. Selama penggunaan baterai sebagai sumber energi listrik bagi berbagai alat elektronik, baterai NiCd melakukan reaksi kimia. Adapun prinsip Elektrokimia yang bekerja adalah bahwa pada baterai terjadi reaksi oksidasi dan reduksi yang menyebabkan pergerakan elektron, sehingga dihasilkan arus listrik. Berikut ini adalah reaksi kimia yang terjadi selama penggunaan baterai (discharge). Positif (reduksi) Negatif (oksidasi) reaksi net ion : 2NiOOH + 2H2O + 2e: Cd + 2OH2Ni(OH)2 + 2OH-

Cd(OH)2 + 2e

: 2NiOOH + 2H2O + Cd

2Ni(OH)2 + Cd(OH)2

Salah satu karakteristik baterai NiCd adalah bahwa zat elektrolit tidak berperan secara langsung, tapi berperan dalam transportasi OH-. Sementara itu, apabila seluruh NiOOH telah diubah menjadi Ni(OH)2 dan atau seluruh Cd telah menjadi Cd(OH)2 maka diperlukan 'pengisian ulang' baterai agar ia dapat digunakan kembali. Hal tersebut dilakukan dengan membalik reaksi melalui pemberian arus listrik (sesuai prinsip elektrolisis, mengubah energi listrik menjadi energi kimia). Ketika arus listrik diberikan, maka elektron akan bergerak menuju kutub baterai yang lebih positif dan menyebabkan reaksi kimia kebalikan sebagai berikut : Negatif (reduksi) : Cd(OH)2 + 2eCd + 2OHPositif (oksidasi) reaksi net ion : 2Ni(OH)2 + 2OH

2NiOOH + 2H2O + 2e2NiOOH + 2H2O + Cd

: 2Ni(OH)2 + Cd(OH)2

Pengaliran arus listrik memaksa terjadinya oksidasi-reduksi di dalam baterai, sehingga kondisi kembali seperti sebelum digunakan. Tetapi, apabila terjadi overcharge (seluruh Ni(OH)2 dan atau Cd(OH)2 telah diubah menjadi NiOOH dan Cd tetapi arus listrik masih tetap dialirkan), maka arus listrik akan tetap memaksa terjadinya oksidasi dan reduksi, dan reaksi tersebut dilakukan pada air sesuai persamaan berikut : Positif : 4OHO2 + 2H2O + 4eNegatif Reaksi net ion : 2H2O + 4e: 2OH

2OH- + H2

H2 + O2

Tetapi, reaksi antara oksigen dan hidrogen dapat menyebabkan ledakan dalam proses pembentukan air dengan E = -285.8 kJ/mol (E = perubahan entalpi, tabel entalpi pembentukan beberapa zat terlampir). Oleh karena itu, gas harus dialirkan secara tepat, atau pembentukan salah satu gas harus dicegah. Hal kedualah yang dilakukan para pembuat baterai NiCd, yakni mencegah pembentukan gas Hidrogen. Untuk melakukan hal tersebut, kapasitas elektroda negatif dibuat lebih besar dibandingkan elektroda positif sehingga, elektroda positif akan 'terisi penuh' lebih dahlu dari elektroda negatif. Adapun reaksi kimia yang terjadi saat overcharging terjadi pada baterai NiCd sesuai dengan penjelasan sebelunya adalah sebagai berikut : Positif : 4OHO2 + 2H2O + 4eNegatif : 2Cd + O2 + 2H2O

2Cd(OH)2 + 4e-

2Cd + 2OH-

Gambar 3. Perbandingan kapasitas Elektroda Positif dan negatif

Seperti yang ditunjukkan persamaan sebelumnya, gas oksigen yang dihasilkan elektroda positif kemudian diserap melalui reaksi dengan bagian elektroda negatif yang belum terubah menjadi Cd(OH)2. Sehingga, ledakan yang identik dengan api dan kerusakan dapat dihindari. Selama waktu tertentu, overcharging dapat diatasi melalui cara tersebut, tetapiproduksi gas Oksigen di elektroda positif menghasilkan panas yang juga dapat merusak baterai. Jadi, salah satu ciri-ciri overcharging adalah baterai yang sudah memanas, apabila telah parah maka baterai bisa menggelembung. Baterai NiCd sendiri digunakan di berbagai alat elektronik seperti peralatan yang dikontrol remote, serta beberapa peralatan tanpa kabel yang lain. Kemampuan untuk 'diisi ulang' dan didaur ulang, menjadi salah satu kelebihan

baterai NiCd. Apabila dibandingkan dengan baterai Lead-acid, NiCd menghasilkan arus lebih tinggi dan bertahan lebih lama. Tetapi, NiCd menghasilkan arus yang lebih rendah dan memiliki masa pakai yang lebih singkat dibandingkan dengan baterai Ni-Metal hydride dan Li-ion yang kini telah tersedia secara komersial dengan harga lebih rendah. Terlebih lagi, dua baterai tersebut lebih aman, karena diketahui Cadmium merupakan logam berat beracun. Meski demikian, NiCd masih menjadi pilihan untuk menyediakan arus stabil, sebab tidak seperti beberapa baterai lain, arus dari baterai NiCd relatif stabil. 3.1.3 Sintesa Material Baterai Nikel-Kadmium 3.1.4 Analisa Performa Baterai Nikel-Kadmium Penggunaan baterai Ni-Cd banyak digunakan pada aplikasi yang memerlukan tingkat debit (discharge) yang sangat tinggi karena dapat bertahan tanpa mengalami kerusakan atau kehilangan kapasitas. Tetapi dengan kehadiran dari jenis baterai Ni-Mh dan Li-ion penggunaan Ni-Cd dianggap kurang menguntungkan. Bila dibandingkan dengan bentuk baterai isi ulang yang lain, baterai Ni-Cd memiliki sejumlah keuntungan seperti: Baterai Ni-Cd lebih sulit untuk rusak ketika dilakukan charging dalam waktu yang lama. Baterai Ni-Cd memiliki penyimpanan untuk waktu yang lama, jika dibandingkan dengan baterai Li-ion yang kurang stabil dan memiliki dampak kerusakan permanen ketika dilakukan charging pada tegangan minimum Baterai Ni-Cd memiliki ketahanan lebih lama dibanding baterai isi ulang lain Dibandingkan dengan baterai lead-acid. Ni-Cd memiliki energi yang jauh lebih tinggi. Selain itu baterai Ni-Cd memiliki ukuran lebih kecil dan lebih ringan dibandingkan dengan baterai lead-acid. Baterai Ni-Cd juga memiliki harga yang lebih murah. Dalam aplikasi konsumen, baterai Ni-Cd bersaing dengan baterai alkaline. Sebuah sel Ni-Cd memiliki kapastias lebih rendah dari sel alkali. Namum karena reaksi kimia baterai alkaline tidak reversibel, baterai Ni-Cd dapat digunakan kembali (charge) hingga masa pakainya habis. Kapasitas dari baterai Ni-Cd tidak berpengaruh signifikan terhadap arus discharge yang sangat tinggi. Meskipun dilakukan discharge pada 50 C baterai Ni-Cd mampu mencapai kapasitas maksimalnya. Sedangkan baterai lead-acid hanya mampu mencapai setengan kapastiasnya ketika dilakukan discharge pada 1,5 C.

Anda mungkin juga menyukai