Anda di halaman 1dari 14

APLIKASI REDOKS DALAM INDUSTRI DAN KEHIDUPAN SEHARI-

HARI

A. Pengertian Reduksi Oksidasi

Redoks merupakan salah satu jenis reaksi kimia yang melibatkan


perubahan bilangan oksidasi. Yang dimaksud dengan bilangan oksidasi ialah
banyaknya muatan negatif atau positif dalam suatu atom, yang menandakan
jumlah elektron yang telah diterima atau dilepas (Dogra, 2005).

Senyawa-senyawa yang memiliki kemampuan untuk mereduksi senyawa-


senyawa lain sering disebut sebagai reduktor atau agen reduksi. Reduktor ini
melepaskan elektronnya ke atom atau senyawa lain sehingga ia sendiri mengalami
oksidasi. Oleh karena ia “mendonorkan” elektronnya, ia juga disebut sebagai
penderma elekron. Senyawa-senyawa yang berupa reduktor sangat bervariasi.
Unsur-unsur logam seperti Li, Na, Mg, Fe, Zn, dan Al dapat digunakan sebagai
reduktor.
Sedangkan senyawa-senyawa yang dapat mengoksidasi senyawa lain
disebut sebagai oksidator atau agen oksidasi. Oksidator melepaskan elektron dari
senyawa lain, sehingga dirinya sendiri tereduksi. Oksidator biasanya adalah
senyawa-senyawa yang memiliki unsur-unsur dengan bilangan oksidasi yang
tinggi seperti H2O2, MnO4−, CrO3, Cr2O72−, OsO4 atau senyawa-senyawa yang
sangat elektronegatif, sehingga dapat mendapatkan satu atau dua elektron yang
lebih dengan mengoksidasi sebuah senyawa.
Pasangan oksidator dan reduktor terlibat dalam sebuah reaksi yang disebut
sebagai rekasi redoks (Petrucci, 1999)
Contoh :

2Cl- + MnO2 + 4H+ → Cl2 + Mn2+ + 2H2O

Pada reaksi di atas Cl- (bermuatan -1) mengalami kenaikan bilangan oksidasi
menjadi Cl2 (bermuatan 0) maka dapat dikatan Cl mengalami reaksi oksidasi.
Sedangkan MnO2 menjadi Mn2+ mengalami penurunan bilangan oksidasi
(mengalami reaksi reduksi).
Elektrokimia adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari hubungan
antara energi listrik dengan reaksi kimia. Semua proses elektrokimia melibatkan
reaksi redoks. Proses elektrokimia terjadi di dalam sel elektrokimia. (Petrucci,
1999).

Sel elektrokimia adalah tempat terjadinya reaksi redoks. Sel elektrokimia


terdiri dari : (Achmad, 2001)
1. Elektroda
Elektroda merupakan suatu konduktor yang digunakan untuk bersentuhan
dengan sebuah bagian non logam. Anoda merupakan elektroda tempat
terjadinya reaksi oksidasi dan katoda merupakan tempat trjadinya reaksi
reduksi.
2. Elektrolit
Elektrolit ialah zat yang menghantarkan listrik di dalam sel. Muatan listrik
diangkut oleh ion yang bergerak.

Ada dua macam sel elektrokimia, ialah :


a. Sel Galvani (Sel Volta)
Sel volta merupakan sel yang mengubah energi kimia menjadi energi
listrik. Reaksi redoks spontan digunakan untuk menghasilkan listrik.

Gambar 1. Rangkaian alat Sel Galvani

b. Sel elektrolisis
Sel elektroklisis ialah sel yang mengubah energi listrik menjadi energi
kimia. Arus listrik digunakan untuk melangsungkan reaksi redoks tak
spontan (Chang, 2005).

Gambar 2. Rangkaian alat sel elektrolisis

B. Aplikasi reaksi redoks dalam industri dan kehidupan sehari-hari


1. Baterai Karbon-Seng
Baterai ini adalah baterai yang sering digunakan, dan sering disebut
sebagai baterai kering karena tidak terdapat larutan elektrolit. Yang
menggantikan larutan tersebut ialah pasta semi padat.
Baterai kering ini pertama ditemukan oleh Leclanche yang mendapatkan
hak patent atas penemuan itu pada tahun 1866. Sel Laclanche ini terdiri atas
suatu silinder yang terbuat dari logam zink yang berisi pasta yang terbuat dari
campuran batu kawi (MnO2), salmaiak (NH4Cl), serbuk karbon dan sedikit air.
Logam zink berfungsi sebagai anode sedangkan katode berupa grafit yang
merupakan elektode inert, yang ditempatkan di tengah-tengah pasta,
sedangkan pasta itu sendiri berfungsi sebagai oksidator.
Gambar 3. Rangkaian baterai kering

Reaksi yang terjadi, sbb :


Anoda : Zn → Zn2+ + 2e
Katoda : 2MnO2 + H2O + 2e → Mn2O3 + 2OH-
Sehingga reaksi yang terjadi ialah
Zn + 2MnO2 + H2O → Zn2+ + Mn2O3 + 2OH-

Potensial satu sel kering ini = 1,5 Volt, sel ini banyak dipakai karena dapat
dibuat pada berbagai ukuran dan bentuk baik kotak atau silinder, di pasaran
biasanya dalam bentuk silinder dibuat dalam 3 ukuran dengan potensial sama
sebesar 1,5 volt. Sedangkan yang berbentuk kotak dibuat dengan beberapa
ukuran dengan potensial bervariasi dari 6 Volt sampai 12 volt, dalam baterai
berbentuk kotak tersebut berisi beberapa sel yang tersusun secara seri. Baterai
ini biasa digunakan untuk menyalakan senter, radio, jam, mainan, remot, dll.

Sel ini mempunyai beberapa kelemahan antara lain tidak dapat diisi ulang,
energi yang dihasilkan relatif kecil dan tidak dapat disimpan terlalu lama
sebab pasta elektrolitnya dapat saling bereaksi walaupun sel ini tidak
digunakan.

2. Baterai Alkali
Baterai alkali mirip dengan baterai karbon-seng, namun menghasilkan
energi yang lebih besar dan mampu menyediakan arus listrik yang lebih stabil
dalam waktu yang lebih lama, dengan potensial yang tetap walaupun bahan
pereaksinya telah berkurang.
Elektrolit yang digunakan pada baterai alkali ialah KOH atau NaOH dalam
bentuk pasta, karena elektrolitnya berupa basa (alkali) mala sel ini disebut
sebagai baterai alkali.

Gambar 4. Bateari alkaline

Reaksi yang terjadi, sbb :


Anoda : Zn → Zn2+ + 2e
Katoda : 2MnO2 + H2O + 2e → Mn2O3 + 2OH-
Sehingga reaksi yang terjadi ialah
Zn + 2MnO2 + H2O → Zn2+ + Mn2O3 + 2OH-

Sel ini dapat menyediakan arus dan potensial yang lebih stabil serta
lebih lama sebab reaksi yang terjadi pada katode dihasilkan ion OH- dan
ion ini diperlukan sebagai pereaksi pada anode sehingga penyediaan
pereaksi relatif lebih cepat dengan demikian reaksinya berjalan dalam
kecepatan yang relatif stabil sampai bahan pereaksi mendekati habis.

Baterai ini sangat cocok digunakan untuk peralatan elektronik yang


memerlukan kestabilan arus dan tegangan, misalnya untuk walkman
sistem digital, lampu kilat pada kamera, ataupun peralatan yang lainnya.

3. Baterai Perak Oksida


Baterai ini berbentuk seperti kancing, ini biasanya dikemas dalam
kemasan logam yang sangat kecil, karena penggunaan baterai ini untuk
peralatan elektronik portabel dan kecil baterai arloji, kalkulator, dan alat
elektronik lain.
Baterai ini terdiri atas anode Zn dan Ag 2O sebagai katode, dengan
elektrolit KOH berbentuk pasta, dimana antara ruang katode dan anode
dipisahkan dengan separator.

Gambar 5. Baterai perak oksida

Reaksi yang terjadi :


Anoda : Zn + 2OH- → Zn(OH)2 + 2e
Katoda : Ag2O + H2O + 2e → 2Ag + 2OH-
Sehingga reaksi yang terjadi ialah
Zn (s) + Ag2O(s) + H2O(l) → Zn(OH)2 (s) + 2Ag (s)

Masa pakai baterai ini sangat lama dapat mencapai 1 tahun, hal ini
disebabkan selain karena penyediaan bahan pereaksi dalam baterai yang
cukup, juga efisiensi peralatan yang tinggi dalam penggunaan arus listrik.

4. Baterai Nikel Kadmium


Baterai nikel-kadmium adalah baterai kering yang dapat diisi kembali,
baterai ini terdiri atas anode logam kadmium dan sebagai katode nikel oksida
(NiO2) dan ion OH- merupakan elektrolit berupa pasta.

Gambar 6. Baterai nikel cadmium


Gambar 7. Rangkaian baterai nikel kadmium

Reaksi yang terjadi :


Anoda : Cd (s) + 2OH- (aq) → Cd(OH)2 (s) + 2e
Katoda : NiO (s) + 2H2O(l) + 2e → Ni(OH)2 (s) + 2OH- (aq)
Sehingga reaksi yang terjadi ialah
Cd (s) + NiO2 (s) + 2H2O(l) → Cd(OH)2 (s) + Ni(OH)2 (s)

Baterai ini dapat diisi kembali karena hasil-hasil reaksinya berupa zat
padat yang menempel pada masing-masing elektodenya sehingga dapat
memberikan aliran listrik searah dan dengan arah aliran elektronnya dibalik
baterai tersebut dapat diubah menjadi seperti semula (sebelum digunakan
sebagai sumber listrik) dengan kata lain dapat diisi ulang.

5. Aki
Sel aki tersusun dari anode timbel (Pb) dan katode PbO2. Setiap pasang Pb
dan PbO2 menghasilkan tegangan 2 volt. Jadi, suatu aki 12 volt mengandung
enam pasang Pb dan PbO2 yang tersusun secara seri. Keping-keping Pb dan
PbO2 dibenamkan ke dalam elektrolit H2SO4 30%.
Gambar 8. Struktur aki

Reaksi yang terjadi :


Anoda : Pb + SO42- → PbSO4 + 2e
Katoda : PbO2 + 4H+ + SO42- + 2e → PbSO4 + 2H2O
Sehingga reaksinya ialah
Pb(s) + PbO2(s) + 2SO42- (aq) + 4H+ (aq) → 2PbSO4(s) + 2H2O

Dengan bantuan arus listrik, reaksi di atas dapat dikembalikan ke kiri.


PbSO4 diuraikan lagi menjadi Pb dan PbO 2. Jadi sel aki yang energinya
melemah dapat kita isi (charged) kembali, sehingga baru seperti semula.
Baterai ini menyediakan listrik pada kendaraan. Banyak digunakan pada
mobil, dan motor. Asam sulfat bersifat korosif. Jadi harus berhati-hati jika
bekerja dengan aki.

6. Penyepuhan
Penyepuhan (electroplating) yaitu melapisi permukaan suatu logam
dengan logam lain. Pelapisan logam dilakukan untuk mendapatkan suatu sifat
khusus pada permukaan logam agar diperoleh hasil yang lebih baik, seperti
agar terlihat lebih menarik dan tahan terhadap korosi.
Contoh proses pelapisan logam ialah sendok yang dilapisi perak. Sendok
yang akan dilapisi berperan sebagai katoda dan perak sebai anoda. Suatu
larutan garam perak, misalnya larutan AgNO3, dipakai sebagai elektrolit.
Perak (anode) akan teroksidasi menjadi ion Ag+ yang larut. Kemudian, ion
Ag+ ini mengalami reduksi menjadi logam perak kembali, yang kini
diendapkan pada permukaan sendok (katode).
7. Pemurnian Logam
Contoh dari pemurnian logam ialah pemurnian logam tembaga. Untuk
membuat kabel-kabel listrik diperlukan logam tembaga yang betul betul
murni, sebab pengotoran sekecil apapun dapat mengurangi konduktivitas
kabel tersebut. Logam tembaga yang didapat dari bijih tembaga biasanya
mengandung zat pengotor. Pada pemurnian ini logam tembaga yang masih
bersama zat pengotor berperan sebagai anoda dan tembaga murni sebagai
katoda, dengan elektrolit CuSO4 (Chang, 2005).

Gambar 9. Proses pemurnian logam

Reaksi yang terjadi


Anoda : Cu(s) → Cu2+(aq) + 2e
Katoda : Cu2+(aq) + 2e → Cu(s)
Reaksi keseluruhan
Cu(s) + Cu2+(aq) → Cu2+(aq) + Cu(s)

8. Pembuatan Natrium Hidroksida


Natrium hidroksida dapat dibuat dengan mengelektrolisis larutan NaCl.
Reakasi yang terjadi :
2NaCl (aq) → 2Na+ (aq) + 2Cl- (aq)
2H2O + 2e → 2OH- (aq) + H2 (g)
2Cl- (aq) → Cl2 (g) + 2e
Sehingga reaksi keseluruhannya ialah
2NaCl(s) + 2H2O (l) → H2 (g) + Cl(s) + 2NaOH(aq)

9. Pembuatan Aluminium dan Magnesium


Dengan cara mengelektrolisis biji aluminium dengan mineral kreolit
nantinya dapat diperoleh aluminium murni. Fungsi mineral kreolit ialah untuk
menurunkan titik cair campuran dari 2000°C menjadi 1000°C, campuran
dielektrolisis dalam keadaan panas. Senyawa Al2O3 dalam mineral kreolit
terion menjadi :
Al2O3 → 2Al3+ + 3O2-
Reaksi yang terjadi
Anoda : 3O2- → 3/2 O2 + 6e
Katoda : 2Al3+ + 6e → 2Al(l)
Reaksi keseluruhan
2Al3+ + 3O2- → 2Al + 3/2 O2
Logam magnesium dibuat dengan mengelektolisis lelehan
senyawanya. Misalnya pada MgCl2. Hasil elektrolisisinya pada katoda
dihasilkan logam Mg, pada anoda gas Cl2. Reaksi elektrolisis
keseluruhannya, sbb:
MgCl2. → Mg + Cl2

10. Pengolahan Air Limbah dengan Proses Lumpur Aktif


Salah satu penerapan konsep reaksi redoks dalam kehidupan sehari-hari
adalah dalam bidang pengolahan limbah. Prinsip dasar yang dipergunakan
adalah teroksidasinya bahan-bahan organik maupun anorganik, sehingga lebih
mudah diolah lebih lanjut.
Metode lumpur aktif memanfaatkan mikroorganisme (terdiri ± 95%
bakteri dan sisanya protozoa, rotifer, dan jamur) sebagai katalis untuk
menguraikan material yang terkandung di dalam air limbah. Proses lumpur
aktif merupakan proses aerasi (membutuhkan oksigen). Pada proses ini
mikroba tumbuh dalam flok (lumpur) yang terdispersi sehingga terjadi proses
degradasi.
Proses ini berlangsung dalam reactor yang dilengkapi recycle/umpan balik
lumpur dan cairannya. Lumpur secara aktif mereduksi substrat yang
terkandung di dalam air limbah.
Salah satu jenis limbah dalam air kotor adalah limbah organik, yaitu
limbah yang merupakan sisa-sisa makhluk hidup. Limbah seperti itu dapat
berasal dari rumah tangga maupun industri. Limbah organik dapat diolah
dengan memanfaatkan aksi bakteri pengurai yang disebut bakteri aerob. Air
kotor (sewage) mengandung berbagai macam limbah, seperti bahan organik,
lumpur minyak, oli, bakteri pathogen, virus, garam-garaman,  pestisida,
detergen, logam berat, dan berbagai macam limbah plastik. Oleh karena itu,
air kotor harus diproses untuk mengurangi sebanyak mungkin limbah-limbah
tersebut.
Proses lumpur aktif (activated sludge) merupakan sistem yang banyak
dipakai untuk penanganan limbah cair secara aerobik. Lumpur aktif
merupakan metode yang paling efektif untuk menyingkirkan bahan-bahan
tersuspensi maupun terlarut dari air limbah. Lumpur aktif mengandung
mikroorganisme aerobik yang dapat mencerna limbah mentah. Setelah limbah
cair didiamkan di dalam tangki sedimentasi, limbah dialirkan ke tangki aerasi.
Di dalam tangki aerasi, bakteri heterotrofik berkembang dengan
pesatnya. Bakteri tersebut diaktifkan dengan adanya aliran udara (oksigen)
untuk melakukan oksidasi bahan-bahan organik. Bakteri yang aktif dalam
tangki aerasi adalah Escherichia coli, Enterobacter, Sphaerotilus natans,
Beggatoa, Achromobacter, Flavobacterium,dan Pseudomonas. Bakter-bakteri
tersebut membentuk gumpalan- gumpalan atau flocs. Gumpalan tersebut
melayang yang kemudian mengapung di permukaaan limbah.

Tahapan-tahapan pengolahan air limbah dengan metode lumpur aktif secara


garis besar adalah sebagai berikut:
a) Tahap awal
Pada tahap ini dilakukan pemisahan benda-benda asing seperti kayu,
bangkai binatang, pasir, kerikil, dll. Sisa-sisa partikel digiling agar tidak
merusak alat dalam sistem dan limbah dicampur agar laju aliran dan
konsentrasi partikel konsisten.
b) Tahap primer
Tahap ini disebut tahap pengendapan. Partikel-partikel berukuran suspensi
dan partikel-partikel ringan dipisahkan, partikel-partikel berukuran koloid
digumpalkan dengan penambahan elektrolit.
c) Tahap sekunder
Tahap sekunder meliputi dua tahap yaitu tahap aerasi (metode lumpur
aktif) dan pengendapan. Pada tahap aerasi oksigen ditambahkan ke dalam
air limbah yang sudah dicampur lumpur aktif untuk pertumbuhan dan
berkembang biak mikroorganisme dalam lumpur. Dengan agitasi yang
baik, mikroorganisme dapat melakukan kontak dengan materi organik dan
anorganik kemudian diuraikan menjadi senyawa yang mudah menguap
sehingga mengurangi bau air limbah. Tahap selanjutnya dilakukan
pengendapan. Lumpur aktif akan mengendap kemudian dimasukkan ke
tangki aerasi, sisanya dibuang. Lumpur yang mengendap inilah yang
disebut lumpur bulki.
d) Tahap tersier
Tahap ini disebut tahap pilihan. Tahap ini biasanya untuk memisahkan
kandungan zat-zat yang tidak ramah lingkungan seperti senyawa nitrat,
fosfat, materi organik yang sukar terurai, dan padatan anorganik.
Contohnya :
 Nitrifikasi/denitrifikasi
Nitrifikasi adalah pengubahan amonia (NH3 dalam air atau NH4+)
menjadi nitrat (NO3-) dengan bantuan bakteri aerobik.
Reaksi:
2 NH4+(aq) + 3 O2(g) → 2 NO2 (aq) + 2 H2O(l) + 4 H+(aq)
2 NO2- (aq) +O2(g) → 2 NO3- (aq)
Denitrifikasi adalah reduksi nitrat menjadi gas nitrogen bebas
seperti N2, NO, dan NO2.
 Pemisahan fosfor
Fosfor dapat dipisahkan dengan cara koagulasi/penggumpalan
dengan garam Al dan Ca, kemudian disaring. 
Reaksi:
Al2(SO4)3+14H2O(s) + 2 PO43-(aq) → 2 AIPO4(s) + 3 SO42-(aq) +
14 H2O(l)
5 Ca(OH)2(s) + 3 HPO42-(aq) → Ca5OH(PO4)3(s) + 6 OH-(aq) + 3
H2O(l)
e) Disinfektan
Disinfektan ditambahkan pada tahap ini untuk menghilangkan
mikroorganisme seperti virus dan materi organik penyebab bau dan warna.
Air yang keluar dari tahap ini dapat digunakan untuk irigasi atau keperluan
industri
f) Pengolahan padatan lumpur
Padatan lumpur dari pengolahan ini dapat diuraikan bakteri aerobik atau
anaerobik menghasilkan gas CH4 untuk bahan bakar dan biosolid untuk
pupuk. Akan tetapi dalam pelaksanaannya metode lumpur aktif  menemui
kendala-kendala seperti :
 Diperlukan areal instalasi pengolahan limbah yang luas, karena
prosesnya   berlangsung lama.
 Menimbulkan limbah baru yakni lumpur bulki akibat pertumbuhan
mikroba berfilamen yang berlebihan.
 Proses operasinya rumit karena membutuhkan pengawasan yang
cukup ketat.
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, H. 2001. Kimia Larutan. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti.

Chang, R. 2005. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2.


Jakarta : Erlangga.

Dogra. 2005. Kimia Fisika. Jakarta : UI Press.

Petrucci, Ralph H. 1999. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan. Jakarta :


Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai