PENDAHULUAN
“sebenere aku sama suamiku milih gak tinggal bareng itu karena sama-
sama gak pengen nyusahin satu sama lain. kalo aku egois ikut dia pindah-
pindah kan tambah ribet pindahane.” (R,39)
berinisial R dan sedang menjalani pernikahan jarak jauh dengan suaminya sejak
dirinya dan suaminya lebih memilih untuk tidak tinggal serumah. Suaminya bekerja
sebagai kontraktor di sebuah perusahaan dan hampir setiap dua bulan sekali
bahwa ia merasa sedih dan tidak ingin berpisah dengan suaminya. R berpikir
kembali jika tidak semua yang menikah harus tinggal bersama terlebih untuk masa
menurut R dengan suaminya, sebab ia takut ketika ada suatu hal yang mendesak
dan membutuhkan sosok seorang suami. R juga tidak mau bersikap egois untuk
melarang sang suami bekerja di luar pulau, ia juga berpikir kedepan demi anak-
anaknya serta keluarganya. Jadi, R merasa bahwa ia harus memiliki rasa berani dan
1
“aku sebenernya nggak pengen tinggal jauh-jauhan sama suami, tapi ya
mau gimana lagi ayahku nggak ada yang ngurus wesan disini (Kediri). Jadi
ya mau ngga mau kita harus gak bareng, kalo aku egois nyuruh suamiku
tinggal ndek sini yo sopo sing kerjo terusan?” (T,42)
T juga tidak mau membebani suaminya untuk harus terus tinggal dengan
pernikahan jarak jauh dikarenakan ayah T sedang mengidap penyakit sejak 3 tahun
lalu dan ibu dari T sudah meninggal. Saudara-saudara T tidak ada yang bertempat
tinggal di daerah Jawa Timur jadi mau tidak mau T harus mengurus ayahnya dan
yang mengunjungi ayahnya, T pergi ke Surabaya untuk beberapa hari karena ia juga
harus mengurus rumah yang mereka miliki berdua walaupun sudah jarang ditempati
sudah menjadi hal yang lumrah pada masyarakat saat ini. Beberapa pasangan suami
istri memilih untuk menjalani hal tersebut karena alasan pekerjaan, orang tua sakit
yang tidak bisa ditinggal di rumah asal, ataupun karena urusan sekolah yang harus
dilanjutkan oleh sang suami maupun sang istri untuk mendapatkan gelar yang
yang sangat dibanggakan dan digambarkan oleh cinta, serta perannya digambarkan
dengan sangat jelas sebagai seorang suami dan seorang istri (Maria J. Kefalas,
2011).
2
Pernikahan dapat diartikan sebagai komitmen yang telah dimiliki dan
disepakati oleh dua orang untuk saling berbagi kebahagiaan, emosi, serta
2006). Pasangan yang sudah menikah pastinya memiliki harapan untuk membentuk
pasangan suami maupun istri yang harus bekerja hingga keluar pulau dan tidak
hidup serumah dengan keluarganya. Dalam urusan seperti ini selain komitmen yang
mempengaruhi karena mereka bisa berkabar satu sama lain lewat pesan singkat,
telepon, atau video chat. Arditti dan Kauffman (2004) menyatakan bahwa pasangan
yang berhubungan jarak jauh menganggap dirinya sebagai sahabat dekat untuk
“aku kalo pagi biasane pasti nge-whatsapp dee, ngmong Assalamualaikum, wes
tangi? Semoga kerjanya lancar ga ada halangan, aku doa biar kita sama-sama
diberi kesehatan sama Allah. Wes gitu ae biasanya aku ngewa pagi-pagi sebelum
nganter anak-anak ke sekolah.”(R,39)
3
R melakukan kebiasaan tersebut karena merasa mengabari suami pada
pagi hari merupakan suatu kewajiban terutama bagi orang yang menjalani
menjaga komitmen yang telah mereka bangun serta ingat jika R dan keluarganya
biasanya berjalan hingga pukul 09.00 WIB, karena setelah itu suaminya sudah
mulai melakukan pekerjaannya. R juga merasa rindu ketika terbangun dari tidurnya
dan teringat akan suaminya yang tidak tinggal bersamanya di Surabaya. Rindu yang
menerima kabar serta merasa tidak ingin jauh dari suami. R juga terkadang gelisah
ketika suaminya tidak memberi kabar di pagi hari, ia juga terkadang memiliki
pikiran yang negatif mengenai suaminya jika terkadang ia tidak berkabar pada satu
hari.
“kebiasaanku pagi-pagi ya telfonan sama suami, pokoke tiap hari nek aku wes tau
kabare dia gimana tenang aku. Seneng ae aku telfonan pagi-pagi, tau keadaane,
terus mbuat dia tetep inget aku masio jauh.” (T,42)
bertelepon. Tidak peduli hari kerja maupun hari libur T tetap melakukan kegiatan
4
itu karena menurutnya menanyakan keadaan suaminya setiap pagi membuat dirinya
tenang karena tahu bahwa suaminya dalam keadaan baik-baik saja. Terkadang juga
suaminya yang menghubungi dirinya terlebih dahulu ketika pagi jika ia lupa karena
pagi hari karena takut terjadi hal yang tidak diinginkan kepada suaminya.
Percakapan yang mereka lakukan biasanya berlangsung sekitar pukul 06.00 WIB
atau pukul 07.00 WIB karena pukul 07.30 suaminya harus sudah berangkat ke
tempat bekerja.
“aku ya sebenernya capek jauh-jauhan tinggal sama suamiku dan jarang ada buat
aku sama anak-anak. Aku jadi cepet marah kalo lagi males dan ngerasa kalo apa-
apa harus aku aja yang ngerjain tanpa ada keterlibatan suamiku di rumah. Mau
gimana lagi namanya juga kewajiban jadi harus dijalani aja sih.” (R,39)
jauh selama 16 tahun ini membuatnya kadang merasa lelah karena ia harus
lelah karena beraktifitas selama seharian ia akan cenderung cepat marah dan
kepada suaminya karena menurutnya itu tidak terlalu penting dan akan menambah
beban suaminya.
anaknya agar tidak mengganggunya dan memilih istirahat pada saat itu karena ia
5
menelepon, R juga tidak mau mengangkat karena tidak ingin melampiaskan
“udah 3 tahun menjalani pernikahan jarak jauh sama suamiku, sebenernya sih aku
nggak pengen kejadian kayak gini. Kadang kalo aku lagi inget-inget pas kita
bareng dulu aku pasti sedih. Biar nggak keinget aku ya ngajak temen-temenku SMA
ketemu biar gak galau.” (T,42).
bersamanya 3 tahun yang lalu sebelum ayahnya mengidap penyakit seperti saat ini.
Perasaan sedih dan kadang hampir menangis juga sering T rasakan, untuk
sekedar jalan-jalan atau “nongkrong” agar ia tidak mengingat suaminya yang jauh
di Bandung.
Ketika T merasa sedih, ia lebih memilih keluar agar tidak merasa sumpek
dan meninggalkan ayahnya ketika sedang tidur agar ia merasa tenang. Menurutnya,
hal tersebut T lebih memilih mengajak teman-temannya keluar dan pulang dalam
keadaan yang sudah gembira serta tidak memikirkan hal yang sama lagi.
dan tinggal di satu rumah yang sama dan melakukan aktivitas apapun bersama di
rumah, yang artinya mereka tidak mengalami commuter marriage. Seiring dengan
untuk tinggal berjauhan demi kehidupan yang lebih baik dan memenuhi kebutuhan
keluarganya agar jauh dari kata kekurangan. Meskipun harus merasa kesepian dan
6
keharusan yang harus dijalani. Walaupun sudah memiliki teknologi yang bisa
menghubungkan mereka satu sama lain, kedekatan mereka terbatas karena hanya
“kangen sih aku kadang sama suamiku pas aku ngerasa lagi banyak beban terus
ngerasa capek. Kalo udah kaya gitu pasti dee tak chat ngomong “yah aku kangen,
kapan bisa pulang?” mek kayak gitu tok sih, trus biasane ya aku ngirimi kata-kata
romantis biar dee ngerasa kangen juga sama aku.” (R,39)
dengan suaminya dalam hal keintiman. R tidak selalu mendapatkan apa yang ia
inginkan ketika suaminya sedang tidak di rumah dalam urusan kedekatan mereka.
R mengaku selalu berkata bahwa ia kangen dengan suaminya agar ada keinginan
“masalah kangen sih pasti tiap hari, cuma aku ngechat dia nanya kapan bisa nyari
cuti? Aku kangen, gak seneng di rumah nek gak ada kamu. Aku alasan ae ngomong
nek ayah nyariin padahal ya aku sing kangen.” (T,42).
menyatakan bahwa sangat tidak mengeenakkan ketika rindu dan tidak bisa
mendapatkan apa yang ia inginkan dari suaminya. Jadi T mencari alasan bahwa
dengan suaminya.
(atau dengan kata lain bahwa intimacy mengandung pengertian sebagai elemen
7
Pasangan yang memiliki rasa keintiman yang kuat akan sangat
menghargai satu sama lain, dan memiliki perasaan saling mengerti. Pasangan
tersebut juga saling berbagi dan merasa saling memiliki, saling memberi dan
terbuka, saling mendukung, dan merasa bisa berbicara mengenai apapun juga tanpa
merasa takut ditolak. Pasangan tersebut juga akan berusaha menyelaraskan nilai
dan keyakinan tentang hidup, meskipun tentu saja ada perbedaan pendapat dalam
beberapa hal. Mampu untuk saling memaafkan dan menerima, khususnya ketika
“selama aku pisah sama suamiku sih aku nggak pernah ngeluh masalah dia nggak
tinggal bareng sama keluarga. Aku mek berusaha menjalani aja, toh juga dia
masih bisa pulang. Kita sama-sama puas aja sih menjalani pernikahan jarak jauh.
Selama ini walaupun jarang bareng, yang penting masih bisa telfonan ae.” (R,39).
karena masih bisa berkomunikasi. Walaupun R bertemu setiap bulan atau kadang
bisa dua bulan sekali, itu bukan masalah baginya karena R dan suaminya sama-
terpaksa ketika harus menerima nasibnya untuk tidak tinggal bersama dengan
suaminya namun, R harus kuat menjalaninya karena ia tidak ingin menjadi istri
8
Menurut R menunggu kepulangan suaminya membuatnya kadang merasa
tidak sabar, R merasa rindu ketika ingin berpelukan dengan suaminya namun hanya
bisa berjumpa lewat video call. Selain itu, anak-anaknya juga merasa kangen
dengan keberadaan ayahnya di rumah. R juga terkadang merasa sendiri ketika anak-
“aku nggak pernah mempermasalahkan sih kita jauh-jauhan gini kan sek bisa
telfonan. Mau gimana lagi nek aku maksa suamiku melok aku di Kediri kan aku
juga mikir dapet duit darimana aku. Belum lagi harus biayain ayah kan ya tambah
akeh pengeluarane. Jadi wes pasrah aku masio gak seneng. Intine kan sek isa
telfonan, video call tenang aku.” (T,42)
T tidak terlalu mempermasalahkan keadaannya dengan suaminya karena
ia tidak ingin membebani suaminya juga. T juga tidak tega meninggalkan ayahnya
di Kediri sendirian, terkadang ia juga berpikir tidak mau egois agar suaminya tetap
bertambah karena harus mengajak ayahnya kontrol setiap bulan ke rumah sakit. Jadi
telepon.
berciuman dan berpelukan layaknya seorang suami-istri yang tinggal pada rumah
yang sama. Permasalahannya pada saat mereka melakukan video chat, mereka
hanya bisa mencium area di bagian laptop atau bagian kamera untuk
melakukan hal itu karena merasa ingin berada dekat pasangannya. Keinginan atau
9
dapat disebut dengan desire merupakan rasa ingin didukung atau diberikan motivasi
agar merasa dihargai. Dalam pernikahan jarak jauh, keinginan yang dimaksudkan
hubungan jarak jauh (Firmin, Firmin, & Merical, 2013). Teknologi yang dimaksud
ialah ponsel yang dapat membuat komunikasi interpersonal terasa lebih dekat serta
memiliki peran penting saat seseorang menjalani hubungan jarak jauh, komunikasi
sebuah hubungan.
Survey yang telah dilakukan menyatakan bahwa salah satu dari pasangan
tersebut harus mempunyai keterampilan komukasi yang baik dalam hubungan jarak
ajuh agar tidak terjadi kesalahan dalam berbicara, pasangan tersebut juga harus
kondisi yang sedang dialami pada saat itu. Partisipan juga mengatakan bahwa sulit
sehingga perlu menyesuaikan satu sama lain, dan yang terpenting merupakan harus
memiliki komitmen untuk menjalin komunikasi yang baik agar tidak menimbulkan
“sebenere ngertikno nada bahasa orang kan susah ya, aku mek ngira-ngira ae dee
iku mood e lagi baik atau engga. Jadi aku ya harus belajar ngerti juga sama nada
bahasa suami, susah sih sebenere. Kadang kan kita bermasalah cuma gara-gara
10
itu dan buat aku pusing dan bete kalo udah dapet masalah gara-gara dee keliatan
marah-marah disana.” (R,39)
yang kurang enak terdengar dari nada bahasanya, dan ia seketika mengerti jika
suaminya sedang sibuk atau sedang bekerja. R lebih memilih untuk menutup
bisa menghubunginya lagi karena kesal dibentak seperti itu. Akhirnya R membuka
“kalo masalah ngertiin keadaane dee jujur aku sek belum terlalu bisa. Soale kayak
nggak tentu gitu dia kerjane maksudku jam jam berapa aja dee sibuk pas ada
pelanggan aku kurang tau. Jadi misale pas dia sibuk sama kerjaane aku nelfon
pasti kadang dee ngomonge gak jelas tiba-tiba nutup telfon aja. La kan aku nggak
seneng, tak telfon lagi trus tak seneni akhire dee marah ngomong lagi banyak
pelanggan. Aku baru paham” (T,42)
marah. Setelah menghadapi beberapa kali masalah yang sama, akhirnya T belajar
dari pengalaman jika telepon sudah tersambung namun tidak ada jawaban ia akan
11
langsung mematikan teleponnya karena tahu bahwa suaminya sedang sibuk dan
perasaan ataupun masalah yang sedang dihadapi. Hal ini dilakukan bisa saja untuk
seseorang seperti rasa ingin selalu dekat dan bersama dengan pasangan (Devito,
2007).
“aku sama suamiku lebih sering video call, soalnya dia kan sibuk ya disana sama
pekerjaane. Jadi kalo misale aku nge-wa dee pas kita ada timbal balik
komunikasinya, pas aku nge-wa dan dee sibuk dee langsung video call ngeliatin
pekerjaane. Lagi sibuk biar aku tau keadaannya..” (R,39)
bagi orang yang menjalani pernikahan jarak jauh. Menurut R komunikasi yang
merupakan hal yang sangat mudah dilakukan karena tidak perlu mengetik secara
panjang lebar untuk menyampaikan sesuatu. R memilih video call dengan alasan
agar bisa melihat wajah pasangannya, salah satu partisipan mengatakan bahwa ia
selalu ingin melihat wajah suaminya, ingin melihat apa yang sedang dirasakan dan
terjadi di sekelilingnya.
“kalo aku sama suamiku sih tergantung ya, kalo lagi pengen video call ya video
call kalo lagi pengen telfonan biasa ya telfonan biasa aja. Jadi gak nentu
tergantung keinginan masing-masing sih. Aku yo gak maksa dee biar gini gitu
males ada pertengkaran. Jadi melok dee aku pokoke telfonan.” (T,42)
12
Komunikasi interpersonal antara suami istri yang efektif merupakan
komunikasi yang membutuhkan proses dan usaha dari pengirim maupun penerima.
Menjadi pengirim yang baik dengan cara menjelaskan hal yang ingin disampaikan
secara rinci tanpa membuat kesalahpahaman, dan menjadi penerima yang bisa
(Lunenburg, 2010).
merupakan hal yang penting agar saling mengerti satu sama lain dan mengurangi
Relationship dalam (Firmin, Firmin, & Merical, 2013) menjelaskan bahwa hal yang
susah dilakukan dalam berkomunikasi pada pasangan jarak jauh biasanya adalah
merasa lelah dan jika waktunya menelepon mereka seperti mengeluarkan nada
jengkel, kesal, dan tidak ingin diganggu. Padahal mereka hanya merasa lelah, jadi
terkadang para wanita merasa pasangannya tidak ingin diganggu jika memang
yang menjalani jarak jauh harus saling membagi waktu untuk bekerja, beristirahat,
serta mengajak pasangannya untuk sekedar telepon atau melakukan video call.
Pasangan yang mengalami pernikahan jarak jauh biasanya akan membicarakan hal
13
tersebut sehari sebelum bekerja karena untuk menghindari kesalahpahaman karena
Walaupun merasa berat untuk tidak berkomunikasi (telepon) dalam waktu yang
cukup lama karena bekerja, salah satu diantara pasangan tersebut merasa kecewa
karena merasa ingin berbagi banyal hal tentang pekerjaannya namun tidak dapat
tersampaikan pada hari itu juga karena alasan padatnya jadwal bekerja.
“gara-gara jarang bisa komunikasi lancar itu ya biasane aku iku sering mikir hal
yang enggak-enggak. Dia juga nggak tau keadaan rumah ambek anak-anake
yaapa, cuma tau beres ae. Pengen tak telfon tapi dee pasti sibuk di Kupang iku
soale lagi banyak proyek katane. Terus jarang komunikasi itu dia itu jadi nggak tau
kebutuhan di rumah itu apa ae, tiba-tiba marah ae pas aku minta transferan duit
padahal emang lagi perlu-perlune buat bayari sekolah anak-anak.” (R,39)
“aku juga kadang ngerasa sedih, kecewa, pokoke campur aduk seakan-akan dee
iku gak pernah inget orang di rumah. Aku ngerasa jadi kurang ada perhatian dari
suamiku buat aku ambek anak-anak gara-gara dee jarang nge-chat atau nelfonin.
Tapi nek biasane aku wes mangkel, pasti aku mulai duluan. Dee tak kirimi kata-
kata romantis, terus tak inget-ingetin jaman-jaman pacaran dulu ben dee agak
pedulian dan komunikasine agak sering. Ya intine harus sabar ae ngadepi orang
sibuk.” (R,39)
cenderung akan marah dan berkata bahwa R dan anak-anaknya sangat boros tetapi
14
seperti mengirimi foto-foto saat mereka bersama dulu, mengirimi kata-kata
dengan cara itu suaminya akan merasa luluh dan akan mencoba untuk membangun
komunikasi kembali.
“kalo lagi jarang komunikasi biasane aku mikir hal yang enggak-enggak kejadian
sama dia. Ya amit-amit sih cuma ya namae manusia pasti punya pikiran buruklah,
tapi yo aku nggak berharap terjadi. Mangkane aku kadang yo mangkel nek dia gak
ada kabar ngerasa kayak kok aku sendirian ya kayak gini disini, ngurus ayah ae
suami kok ya kayake gak begitu peduli sama keadaanku disini, wes pokoke jelek-
jelek pikiranku nek dee pas lagi jarang ngubungin aku.” (T,42)
ia akan sering memikirkan hal-hal yang tidak diinginkan. T merasa suaminya tidak
bahwa ia kurang kasih sayang dari suaminya karena tinggal berjauhan serta ketika
jarang dikabari oleh suaminya. Namun untuk membangun komunikasi kembali agar
lebih baik, T biasanya sholat dan menenangkan dirinya lalu ia akan mencoba
normal kembali.
jauh karena masalah apapun bisa diatas dengan cara berkomunikasi secara baik-
pasangan dapat mengekspresikan keinginan serta apa yang sedang ia rasakan secara
15
1.2 Pertanyaan Penelitian
jarak jauh?
menjalani pernikahan jarak jauh serta apa saja yang menyebabkan dan dampak yang
ditimbulkan dari pernikahan jarak jauh terhadap istri dan keluarganya. Untuk
agar terciptanya pernikahan yang ideal, maka peneliti merasa perlu untuk meneliti
seorang ibu rumah tangga yang tinggal berjauhan karena masalah pekerjaan atau
harus menjaga keluarga yang sedang sakit demi tercapainya tujuan yang memberi
keluarganya.
Peneliti membatasi masalah pada gambaran pernikahan jarak jauh ini mulai
dari pola komunikasi nterpersonal yang dilakukan oleh istri terhadap suami suami
selama menjalani pernikahan jarak jauh, kemudian dinamika keintiman seperti apa
yang biasaya muncul. Usia informan yang peneliti gunakan ialah 30-50 tahun, dan
sedang menjalani pernikahan jarak jauh (commuter marriage) lebih dari 1 tahun.
16
Paradigma yang digunakan oleh peneliti merupakan fenomenologis karena
marriage, apa yang dirasakan subjek selama menjalani commuter marriage, serta
apa saja yang membuat komunikasi subjek dengan suaminya terganggu dan
terhambat.
serta masalah apa saja yang muncul pada suatu komunikasi agar tetap bisa
mengetahui keadaan satu sama lain, serta kondisi psikologis apa yang dimunculkan
1. Manfaat Teoritis
marriage).
2. praktis
sehat secara fisik maupun mental. Tidak difokuskan terhadap satu orang saja
17
Untuk menambah wawasan mengenai pernikahan jarak jauh serta hal
apa saja yang bisa dilakukan untuk mempertahankan pernikahan jarak jauh
pernikahan jarak jauh (commuter marriage) serta bisa mengatasi masalah yang
BAB II
LANDASAN TEORI
18
Komunikasi interpersonal menurut Goffman (1967) (dalam DeVito,
yanng dilakukan oleh dua orang dan dapat saling memberikan masukan satu
sama lain agar hubungan yang dijalin mengarah ke arah yang lebih baik
serta dapat mengubah perilaku sesuai dengan situasi yang sedang dihadapi
komunikasi yang dilakukan oleh dua orang yang memiliki hubungan dan
hubungan.
disampaikan.
19
b. Motivasi, mendorong seseorang untuk bergerak serta melakukan
a. Learn
20
Memberikan respon yang tidak membuat lawan bicara
b. Relate
c. Influence
baik.
d. Help
21
tubuh komunikasi juga dapat tersampaikan dengan baik walaupun tidak
sejelas komunikasi verbal. Kita juga dapat melihat reaksi atau respon yang
yang akan terjadi dalam sebuah komunikasi (Dewi, 2006). Agar dapat saling
serta tujuan yang sama. Hambatan komunikasi yang biasanya terjadi yaitu
sebagai berikut:
22
Menjadi pendengar yang baik bukanlah hal yang mudah, ketika
keinginan.
c. Gangguan emosional
berkomunikasi.
d. Perbedaan budaya
e. Gangguan fisik
23
Terjadinya hambatan dalam komunikasi interpersonal sangat
jika terdapat masalah dalam hal emosional. Hal tersebut sangat berpengaruh
seperti seharusnya.
sebagai rasa percaya terhadap satu sama lain serta memiliki rasa
lain, menghormati dan menghargai satu sama lain, dan memiliki perasaan
saling mengerti. Pasangan tersebut juga saling berbagi dan merasa saling
mendukung, dan merasa bisa berbicara mengenai apapun juga tanpa merasa
24
takut ditolak. Pasangan tersebut juga akan berusaha menyelaraskan nilai dan
(Santrock, 2012).
mempererat atau hal yang membuat seseorang merasa dekat dalam suatu
Hubungan
suatu hubungan dan membuat rasa intim tersebut semakin terasa. Berikut
25
mempengaruhi perilaku kita dalam menjalin sebuah hubungan
b. Kelekatan (attachment)
satu sama lain dalam berbagai hal yang sedang mereka hadapi.
2012).
26
Faktor-faktor tersebut sangat mempengaruhi keintiman
27
2.3. Pernikahan Jarak Jauh (Commuter Marriage)
tempat tinggal atau karena keadaan keluarga yang mendesak yang membuat
suami yang memiliki satu ikatan, saling memberikan dukungan sosial dalam
yang diketahui oleh publik serta bersifat abadi. Dalam hubungan pernikahan
keturunan selanjutnya dan itu merupakan salah satu tujuan dari pada
pernikahan yang dijalani oleh seorang suami istri namun tidak tinggal
karena adanya krisis ekonomi atau penempatan kerja yang harus dilakukan
28
antara perempuan dengan laki-laki yang bersifat abadi dan terikat dalam
dengan Baik
Menurut Otto (1962) ada beberapa faktor yang harus terpenuhi dalam
menelepon atau video call merupakan salah satu cara yang ampuh
29
telepon merupakan salah satu cara yang baik karena akan membuat
dengan lancar.
Pernikahan jarak jauh dapat berjalan lancar ketika suami dengan istri
serta memiliki komunikasi yang intens tanpa ada sesuatu yang ditutup-
Beberapa dari pasangan suami istri memiliki ayah atau ibu yang
30
orang tuanya. Maka dari itu tidak mudah untuk meninggalkan orang
terjadi karena faktor pemenuhan kebutuhan ekonomi yang jauh dari kata
jauh, karena tidak bisa ditinggal dalam keadaan sakit atau ada hal yang
perubahan dari anak-anak dan remaja yang ditandai dengan perubahan umur
yang harus ditanggung serta sudah legal untuk menikah dan memiliki anak.
depan yang akan dijalai serta memilih karir yang sesuai dengan kebutuhan
seseorang yang harus menerima tanggung jawab terhadap diri sendiri serta
kebutuhan finansial yang harus dipenuhi secara mandiri tanpa bantuan dari
orang tua. Dewasa juga berarti dapat menjalin hubungan dengan seseorang
31
dan melanjutkannya ke jenjang pernikahan menurut Arnett (2007) dan
dimana seseorang mulai fokus terhadap masa depannya serta mulai fokus
sebuah pertemanan.
b. Teman Kelompok
32
Pertemanan kelompok dibagi menjadi dua, yaitu cliques dan
c. Pertemanan Romantis
(1993).
mereka sudah mencari teman yang mengarah pada hubungan romantis serta
33
Berikut dijelaskan bahwa pengaruh sosial dapat memicu
a. Memilih Pendidikan
akan lebih mementingkan karir daripada keluarga karena mereka tidak ingin
34
adanya kekurangan dalam kebutuhan keluarga yang membuat mereka harus
gkhcbhjnzsxdcfvbhnjmxdcfvbhn
35
BAB III
METODE PENELITIAN
bagaimana seorang ibu rumah tangga yang menjalani pernikahan jarak jauh
pernikahan jarak jauh. Peneliti ingin menggali lebih dalam lagi mengenai
cara informan mengatasi masalah tersebut selama tidak tinggal satu rumah
dengan suaminya.
36
data yang telah didapatkan kemudian akan mengambil kesimpulan dari data
Pertanyaan harus bersifat netral, tidak diwarnai nilai-nilai tertentu dan tidak
mengarahkan.
informan:
37
Pengertian dari masing-masing dimensi :
a. Learn
b. Relate
baik.
c. Help
38
Dimensi ini menjelaskan mengenai bagaimana interaksi antara
39
Pedoman umum tersebut hanya untuk mengingatkan peneliti
pengumpulan data.
yakni wanita dewasa awal berusia sekitar 30-40 tahun yang saat ini sedang
menjalani pernikahan jarak jauh atau long distance marriage dan bekerja
40
Peneliti tidak memilih partisipan yang memiliki kelekatan atau
informan dan identitas ini hanya diketahui oleh orang-orang yang telah
baru secara mendalam. Dalam penelitian ini subjek yang telah dipilih oleh
41
3.6. Kredibilitas Penelitian
c. Uji Dependability/Reliabilitas
d. Uji Conformability/Objektivitas
42
Uji conformability dilakukan bersamaan dengan uji dependability,
yang didapatkan konsisten atau tidak konsisten, atau bisa jadi berlawanan
a. Reduksi Data
data agar data menjadi lebih rinci dan fokus pada topik yang
telah ditentukan.
b. Penyajian Data
43
Penyajian data merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
c. Penarikan Kesimpulan
atau teori.
44
PUSTAKA ACUAN
Adler, R. B., & Elmhorst, J. M. (1996). Communicating At Work Fifth Edition. United
States of America: The McGraw-Hill Companies, Inc.
Ali Faraji-Rad, S. M. (2016). Customer Desire For Control As a Barrier To New Product
Adoption. Journal of Consumer Psychology.
Blanco, F. R. (2017). Dimensions of Interpersonal Relationships: Corpus and
Experiments.
Choi, A. W. (2012). The Relationship between Family Cohesion and Intimacy Dating
Relationship: A Study Based on Attachment and Exchange Theories. Discovery-
SS Student E-Journal.
DeVito, J. A. (2007). The Interpersonal Communication Book Eleventh Edition. United
States of America: Pearson Education,Inc.
Dewi, S. (2006). Komunikasi Bisnis. Denpasar: ANDI Yogyakarta.
Firmin, M. W., Firmin, R. L., & Merical, K. L. (2013). Extended Communication Efforts
Involved. Contemporary Issues In Education Research.
G. Riva, M. A. (2006). From Communication to Presence: Cognition, Emotions and
Culture towards the. Presence as a Dimension of Communicatin : Context of Use
and the Person.
Glotzer, R., & Federlein, A. C. (2007). Miles That Bind: Commuter Marriage and
Family. Michigan Family Review.
Kessler, M. (2015). The Importance of Commitment in Intimate Realtionships and How
To Strengthen it.
Khatib, S. A. (2011). Exploring the Relationship among Loneliness, Self-esteem, Self-
efficacy and Gender in United Arab Emirates College Students. Europe’s Journal
of Psychology.
Lunenburg, F. C. (2010). Communication: The Process, Barriers, And Improving
Effectiveness. Journal Of Schooling Vol. 1.
Maria J. Kefalas, F. F. (2011). "Marriage Is More Than Being Together": The Meaning of
Marriage for Young Adults. Journal of Family Issues.
Neustaedter, C., & Greenberg, S. (2011). Intimacy in Long-Distance Relationship over
Video Chat.
Olson, D. D. (2006). Marriage & Families; Intimacy, Diversity, And Strengths. New
York.
45
Rathus, S. A. (2008). Childhood and Adolescence Voyages in Development Third Edition.
New York: Thomson Learning, Inc.
Santrock, J. W. (2012). Life-span development: Perkembangan masa-hidup edisi
ketigabelas jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Wimalasena, D. N. (2016). An Analytical Study of Definitions of the Term “Marriage".
International Journal of Humanities and Social Science.
46
47
48
LAMPIRAN
49
50
c. Apakah anda
mengeluh terhadap
peran anda menjadi
seorang ibu serta ayah
untuk anak-anak?
Mengapa?
7. Tahap Perkembangan a. Apa anda sudah
merasa
mempersiapkan
kebutuhan anak-anak
anda dalam hal
finansial untuk
kedepannya?
b. Apakah anda pernah
memikirkankan untuk
bekerja dalam hal
pemenuhan kebutuhan
ekonomi? Mengapa?
c. Apakah anda bisa
mengatur emosi anda
ketika merasa lelah?
Seperti apa misalnya?
8. Pernikahan Jarak Jauh a. Apa hal yang membuat
anda dan suami
memilih pernikahan
jarak jauh?
b. Apakah tanggapan
anak-anak setuju atau
tidak? Bisa dijelaskan?
c. Apa yang anda rasakan
pertama kali menjalani
pernikahan jarak jauh?
d. Apakah anda pernah
membujuk suami agar
tidak bekerja di luar
pulau jawa timur?