Anda di halaman 1dari 10

Perencanaan Pengolahan Air Limbah (IPAL) di Kawasan Berbah, Kabupaten Sleman,

Daerah Istimewa Yogyakarta

Waste Water Treatment Plant (WWTP) Plan Design in Berbah District, Sleman Regency,
Daerah Istimewa Yogyakarta
Imam Reza Nurcahya (125 13 129)
Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Islam Indonesia, Sleman, Yogyakarta (55584)

Email : Rezaimam94@yahoo.co.id

ABSTRAK
Kecamatan Berbah berada di Kabupaten Sleman dimana memiliki posisi yang strategis karena
secara geografis,kabupaten ini berada pada daerah yang berfungsi sebagai penyangga Ibu Kota DIY.
Sebagai wilayah penyangga Ibu Kota DIY, sudah barang tentu pembangunan di wilayah Kabupaten
Sleman juga akan terpicu dengan adanya pembangunan ibu kota DIY yang cukup pesat, dengan
pesatnya pembangunan, maka peningkatan jumlah penduduk akan meningkat. Semakin meningkatnya
jumlah penduduk dan meningkatnya laju perkembangan pembangunan serta adanya tuntutan
lingkungan hidup yang semakin meningkat, maka permasalahan penanganan Air Limbah menjadi
semakin kompleks. Tujuan dari Perencanaan IPAL Komunal adalah memperoleh Detail Engineering
Desain (DED) yang komprehensif, efektif serta merencanakan alternatif teknologi pengolahan IPAL
yang cocok pada Kawasan Berbah. Perencanaan IPAL Kawasan berbah direnacankan selama 20
tahun. Analisa kualitas dan kuantitas air limbah dilakukan untuk mengetahui unit pengolahan air
limbah yang direncanakan sesuuai dengan kriteria desain. Lahan yang digunakan merupakan lahan
milik kas desa Kadisono (lokasi 3) agar mempermudah perijinan pembangunan dan sesuai dengan
skoring lahan IPAL. Sementara itu, teknologi yang digunakan dalam pembangunan IPAL ini adalah
settler, ABR (Anaerobic Baffle Reactor) dan Wetland. Anggaran biaya yang dikeluarkan untuk
membangun unit IPAL dan kelengkapannya Rp 5.036.243.014,26 atau terbilang lima miliar tiga
puluh enam juta dua ratus empat puluh tiga ribu rupiah

Kata Kunci: Air limbah, IPAL Komunal, Perencanaan, Kecamatan berbah

ABSTRACT

Subdistrict Berbah is located in Sleman district which has a strategic position because
geographically, the district is located in the area that serves as a buffer Capitalof DIY. has a DIY
buffer areas, of course development in Sleman also be triggered with the development of DIY town
quite rapidly, with the rapid development, the increase in the population will increase. The increasing
population and pace of development of construction and the demands of the environment increases,
the problem of waste water treatment is becoming increasingly complex. The purpose of Planning
Communal WWTP to discover Detail Engineering design (DED) like a comprehensive, effective and
also planning of alternative technology WWTP Communal is suitable in subdistrict berbah.. Berbah
WWTP is Planned for 20 years. Analysis of the quality and quantity of waste water was conducted to
determine the wastewater treatment unit planned suitable with design criteria. Land use is land
belonging to the village treasury in order to facilitate the licensing of development. Land use is land
belonging to the village treasury Kadisono (locations of 3) in order to facilitate the development and
licensing in accordance with the scoring WWTP area. Meanwhile, the technology will be used in the
construction of the WWTP are settlers, ABR (Anaerobic Baffle Reactor) and Wetland. The Budget
plan costs incurred to build units WWTP and completeness Rp 5.036.243.014,26 that means five
billions thirty six million two hundred fourty three thousand rupiahs
Keywords: District Berbah, , Planning, Sewage, WWTP Communal

1
PENDAHULUAN

Kelangkaan dan polusi air meningkat, maka permasalahan


merupakan isu penting di dunia saat ini. penanganan Air Limbah menjadi semakin
Salah satu cara untuk mengurangi dampak kompleks.
dari kelangkaan air dan polusi adalah Wilayah Kawasan Perkotaan Berbah
pengunaan kembali (reuse) air melalui memiliki kepadatan penduduk relatif
proses pengolahan. Dalam konteks tren tinggi, kedalaman muka air tanah lebih
dalam pengembangan perkotaan, air dari 2 (dua) meter, topografi wilayah
limbah memiliki masalah tersendiri. relatif datar (tidak berbukit), permeabilitas
Dengan demikian, penggunaan air limbah tanah sedang, dan sistem penyediaan air
sekarang menerima perhatian yang lebih minum baik, maka sistem pengelolaan air
besar dari Bank Dunia dan pemerintah limbah domestik terdiri dari sistem
serta lembaga-lembaga yang terkait setempat (individu) dan sistem terpusat
(Jhansi, C.S and Mishra K.S. ,2013) skala kawasan serta sistem terpusat skala
kota dengan lokasi IPAL di Kecamatan
Dalam sepuluh tahun terakhir, Berbah. Pada kegiatan ini dimaksudkan
pembangunan sanitasi di Indonesia untuk merencanakan DED Instalasi
mengalami kemajuan signifikan. Akses air Pengolahan Air Limbah (IPAL) Kabupaten
limbah layak naik dari 51,2% di 2009, Sleman. IPAL merupakan bangunan
menjadi 60,2% di 2014, atau setara dengan pengolahan air limbah secara terpusat
penambahan akses untuk 20 juta (baik black water maupun grey water)
penduduk. Gambaran untuk sanitasi adalah sebelum dibuang ke lingkungan atau badan
85% capaian SPM yang meliputi akses air. Pengolahan limbah ini bertujuan untuk
penanganan air limbah (85% onsite system mengurangi dampak pencemaran terhadap
dan 15% off-site system) dan persampahan lingkungan.
di perkotaan (20% fasilitas reduksi sampah
dan 80% penanganan sampah). Sisa 15% METODE PERENCANAAN
adalah kebutuhan dasar yang menyasar
pada perilaku dan layanan sanitasi dasar Perencanaan instalasi pengelolaan air
untuk kawasan dengan tingkat kerawanan limbah ini beracuan pada Peraturan
sanitasi rendah dan kawasan berkepadatan Menteri Pekerjaan Umum No. 16 Tahun
rendah (Mitra Hijau Indonesia. 2016) 2008 tentang Kebijakan dan Strategi
Kabupaten Sleman memiliki posisi Nasional Pengembangan Sistem
yang strategis karena secara Pengelolaan Air limbah. Dalam pemilihan
geografis,kabupaten ini berada pada teknologi pengelolaan air limbah harus
daerah yang berfungsi sebagai penyangga mempertimbangkan beberapa parameter
Ibu Kota DIY.Sebagai wilayah penyangga antara lain :
Ibu Kota DIY, sudah barang tentu
pembangunan di wilayah Kabupaten a. Kepadatan penduduk
Sleman juga akan terpicu dengan adanya b. Sumber air bersih
pembangunan ibu kota DIY yang cukup c. Permeabilitas tanah
pesat, dengan pesatnya pembangunan, d. Kedalaman air tanah
maka peningkatan jumlah penduduk akan e. Kemiringan tanah
meningkat. Semakin meningkatnya jumlah f. Ketersediaan lahan
penduduk dan meningkatnya laju
perkembangan pembangunan serta adanya Besarnya kebutuan air bersih
tuntutan lingkungan hidup yang semakin perorang yaitu 120 liter/hari dengan
asumsi air limbah yang dihasilkan

2
sebanyak 80% dari kebutuhan air bersih. Sumber: Olah data Sekunder,2016
Beberapa bentuk dari air limbah ini berupa
Air limbah domestik yang disalurkan
tinja, air seni, limbah kamar mandi, dan
melalui perpipaan menuju IPAL
juga sisa kegiatan dapur rumah
dikumpulkan dan ditampung di bak
tangga.(Mubin F. et al, 2016). Pada
ekualisasi. Bak ekualisasi ditempatkan
umumnya, tahapan proses pengolahan air
pada awal proses pengolahan karena di
limbah dapat dilihat pada Gambar 1.1
dalam bak ini akan terjadi proses
pengendapan partikel diskrit sehingga
dapat menurunkan kekeruhan air limbah.
Pengolahan selanjutnya yaitu ABR. ABR
merupakan salah satu dari proses
Gambar 1.1 Tahapan Proses Pengolahan Air
Limbah
pengolahan biologis secara anaerobik
dengan penggunaan tangki septik yang
Sumber: Olah data Sekunder,2016 dimodifikasi dengan menambahkan
beberapa kompartemen. Pengolahan
Pengolahan secara fisika termasuk terakhir yaitu dengan menggunakan
dalam pengolahan primer (primary wetland. Wetland merupakan suatu rawa
treatment). Tujuan dari pengolahan fisik buatan yang dibangun untuk mengolah zat
adalah untuk menghilangkan zat padat pencemar yang mash terkandung dalam air
tercampur melalui pengendapan atau limbah hasil olahan unit ABR.
pengapungan. Pengolahan secara biologis
termasuk dalam pengolahan sekunder Alternatif selanjutnya menggunakan
(secondary treatment). Pada dasarnya unit Aerobic biofiilter sebagai pengolahan
pengolahan biologis dibagi menjadi 2 jenis air limbah dan pengolahan trakhir
yaitu proses aerobik dan anaerobik, menggunakan Wetland. Berbeda dengan
Pengolahan biologis secara anaerobik Alternatif 1, pengolahan sekunder dalam
merupakan pengolahan limbah yang dalam Alternatif 2 ini menggunakan unit aerobic
prosesnya tidak membutuhkan oksigen biofilter. Unit ini menggunakan media
sebagai syarat hidupnya mikroorganisme, untuk menyaring air limbah. Media
sehingga bakteri yang bekerja disebut tersebut dapat berupa pecahan genteng,
bakteri anaerob. Pengolahan biologis batu apung, kerikil, atau plastik.
secara aerobik merupakan pengolahan Pengolahan air limbah dibantu oleh
limbah yang dalam prosesnya mikroorganisme yang tumbuh melekat
membutuhkan oksigen sebagai syarat pada media tersebut.
hidupnya mikroorganisme, sehingga
bakteri yang bekerja disebut bakteri aerob. Alternatif selanjutnya menggunakan
Pengolahan tersier sering juga disebut unit UASB (Upflow Anaerobic Sludge
pengolahan lanjutan (advanced treatment). Blanket) sebagai pengolahan air limbah,
Pengolahan ini meliputi berbagai berbeda dengan Alternatif 1 dan 2, unit
rangkaian proses kimia dan fisika. pengolahan biologis pada Alternatif 3 ini
adalah menggunakan unit UASB. UASB
Alternatif pemilihan teknologi IPAL adalah proses pengolahan air limbah
yang direncanakan terbagi menjadi 3, dengan menggunakan bantuan
teknologi pertama dapat dilihat pada mikroorganisme anaerobik. Air limbah
Gambar 1.2 masuk dari bawah reaktor lalu dialirkan
secara vertikal ke atas. Selanjutnya air
limbah akan melewati lapisan yang disebut
sludge bed. Sludge bed tersusun dari
Gambar 1.2 Alternatif Teknologi IPAL 1 mikroba anaerob yang berbentuk granula.
Dalam proses ini akan dihasilkan biogas

3
yang akan bergerak ke atas dan  Kritera Desain Unit Aerobic
mengakibatkan terjadinya proses vertical Biofilter
mixing sehingga tidak diperlukan
pengadukan mekanik. Dari ketiga a) Beban BOD per satuan permukaan
alternatif teknologi pengolahan tersebut media (LA) = 5 – 30 g BOD /m2.
dipilih Alternatif Pengolahan 1 yaitu Hari.
menggunakan ABR dan Wetland b) Beban BOD 0,5 - 4 kg BOD per
m3 media.
karena alternatif tersebut sedikit c) Waktu tinggal total rata-rata = 6 - 8
menggunakan pompa dan minim jam
penggunaan mekanikal dan elektrikal d) Tinggi ruang lumpur = 0,5 m
sehingga mempermudah operasional dan e) Tinggi Bed media pembiakan
pemeliharaan. Untuk meminimalkan mikroba = 1,2 m
penggunaan elektrikal dan mekanikal, dan f) Tinggi air di atas bed media = 20
untuk meningkatkan kualitas effluen maka cm
penggunaan bak ekualisasi diubah menjadi (Sumber: Kementrian
Bak Settler. Dalam merencanakan Kesehatan,2011)
perhitungan unit pengolahan diperlukan
kriteria desain. Kriteria desain merupakan  Kritera Desain Unit Wetland (Sub-
keterangan umum untuk merencanakan Surface Flow System) :
IPAL komunal. Berikut ini merupakan
kriteria desain masing-masing unit
pengolahan a) Slope = 1-3%
b) Permeabilitas tanah = < 10-6
 Kritera Desain Unit Anaerobic cm/detik
Baffle Reactor (ABR) : c) Ketebalan lapisan tanah dasar = 3-4
inchi
a) Waktu retensi, td : (6-20) jam d) Diameter media = 8 – 16 cm
b) Organic Loading Rate (OLR) : e) Beda tinggi pipa inlet dengan muka
(0,1-8) kg BOD/m3.hari air = 1 – 2 feet
c) Laju aliran ke atas, vup : <2,0 f) Jarak penanaman tanaman = 0,3 –
m/jam 1m
d) Penyisihian BOD : 70-95% (Sumber: US EPA, 1994)
(Sumber : Rancangan Peraturan
Menteri PU tahun 2014 tentang
KONDISI EKSISTING WILAYAH
Penyelenggaraan Pengembangan
Sistem Pengelolaan Air Limbah)
PERENCANAAN
Kondisi eksisting merupakan kondisi
 Kritera Desain Unit UASB : sanitasi real di daerah perencanaan di Desa
TegalTirto, Kecamatan Berbah, Kabupaten
a)Efisiensi removal TSS (%) = 90-95 Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
b)Tinggi reaktor = 6-10 Kondisi air pada sumur warga jernih
c)Upflow velocity (m/jam) = 1-3 dengan kedalaman muka air tanah
d)Td (jam) = 4-8 mencapai 3 hingga 4 meter dari permukaan
e)Volumetric loading (kg tanah pada musim penghujan, sedangkan
COD/m3.hari) = 15-24 pada musim kemarau mukaair turun
f) SRT = >10 sebanyak 0,5 hingga 1 meter dan hingga
(Sumber: Metcalf & Eddy, 2003) saat ini tidak pernah mengalami
kekeringan.

4
Analisa kondisi air limbah dilakukan
dengan menyebarkan kuisioner ke tiap
warga yang berada di desa Tegaltirto.
Pembagian kuisioner dilakukan secara
acak di rumah – rumah yang jauh dari
lokasi IPAL dan rumah yang dekat dengan
lokasi IPAL, sehingga total ada 300
kuisioner

G
ambar 1.3 Rencana Lokasi IPAL

Sumber : Olah Data Sekunder,2016

yang dibagikan di desa tegaltirto.  Kelebihan


Dari wawancara kuisioner diketahui bahwa 1) Tanah merupakan tanah kas desa
sebanyak 97% responden memiliki tangki (Luas tanah ±1,01 ha).
septik. Selain itu kita dapat mengetahui 2) Muka tanah lahan rencana IPAL
bahwa mayoritas tidak pernah melakukan lebih rendah dari daerah pelayanan,
pengurasan tangki septik. sehingga memungkinkan
menggunakan sistem gravitasi.
Pemilihan lokasi (lahan) yang akan 3) Ada tempat pembuangan effluen
direncanakan IPAL memiliki kriteria yaitu Kali Kuning.
penilaian lokasi meliputi, kepadatan 4) Lahan cukup luas dan akses jalan
penduduk, kemiringan lahan, ketersedian mudah.
lahan IPAL, badan air penerima, kondisi  Kekurangan
sosial masyarakat 1) Perpipaan limbah melintasi
crossing drainase
Lokasi terpilih untuk lahan IPAL
berbah berada pada lokasi 3 Berikut ini Untuk mengetahui Rencana lokasi
merupakan kelebihan dan kekurangan dari
dapat dilihat pada Gambar 1.3
lahan 3.

5
tahun 2015 tahun 2026 tahun 2036
kapasitas kapasitas kapasitas
No Pedukuhan Dusun Jumlah jumlah jumlah jumlah
limbah limbah limbah
KK jiwa jiwa jiwa
(m³/hari) (m³/hari) (m³/hari)
berbah
1 berbah 328 993 95 1238 119 1513 145
sanggrahan
2 krikilan krikilan 221 727 70 906 87 1108 106
kadisono
3 kadisono 391 955 92 1191 114 1455 140
sonosari
Total yang dilayani 940 2675 256,8 3335 320 4076 391
sebagai metode proyeksi penduduk pada
HASIL DAN PEMBAHASAN Forward Projection.
Berdasarkan hasil uji laboratorium
didapatkan konsentrasi air limbah
berdasarkan parameter yang diuji pada
Tabel 1.1

Tabel 1.2 Perhitungan Debit Air Limbah


Tabel 1.1 Konsentrasi Air Limbah Sumber : Olah data primer,2016
Hasil perhitungan mundur proyeksi
Kadar penduduk dengan metode Geometri
Parameter Unit
Rendah Sedang Tinggi menunjukan nilai standar deviasi terkecil,
BOD 34,8 69,8 140 dengan demikian metode Geometri
COD mg/l 25 128 227 digunakan untuk memproyeksikan
TSS 29 78 263 penduduk 20 tahun mendatang. Berikut
Sumber : Olah data Sekunder,2016 merupakan contoh perhitungan forward
projection menggunakan metode
Analisis yang dilakukan terhadap Geomteri.
karakteristik air limbah dengan baku mutu
juga bertujuan untuk mendapatkan Contoh - Proyeksi penduduk dusun berbah
persentase removal dari tiap-tiap unit tahun 2026
pengolahan IPAL yang direncanakan.
- 𝑟 = 2%
Pada penyusunan DED IPAL
Kawasan Berbah Kabupaten Sleman ini 𝑃𝑛 = 𝑃𝑜(1 + 𝑟)𝑛
periode perencanaan yang digunakan 𝑃𝑛
adalah 20 tahun terhitung mulai tahun 𝑃𝑜 =
(1 + 𝑟)𝑛
2016 hingga tahun 2036. Terdapat tiga
metode yang digunakan dalam proyeksi 𝑃0
penduduk dengan mengacu pada 𝑃𝑛 =
(1 + 2)(−𝑛)
Peraturan Mentri Pekerjaan Umum No 993
: 18/PRT/M/ 2007 tentang = = 1013
(1 + 2)(2015−2016)
Penyelenggaraan Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum, yaitu metode Perhitungan debit air limbah
Aritmatik, Geometrik,dan Last Square. dihitung berdasarkan jumlah KK,
Metode yang menghasilkan nilai standar persentase layanan dan kebutuhan air
deviasi terkecil (mendekati nol) pada bersih. Jumlah total KK yang dilayani
Backward Projection akan digunakan

6
IPAL Kawasan Berbah dapat dilihat pada
Tabel 1.2
Hasil Perencanaan :
Perhitungan Unit merupakan
perhitungan detail yang dibutuhkan dalam Qpeak = 2 x Q
suatu perencanaan DED. Berikut
= 780 m3/hari = 32,5 m3/jam
merupakan Perhitungan Unit DED IPAL
berbah OL = BOD x Qpeak / 1000
= (126 mg/l) x (780 m3/hari) / 1000
= 98,28 kg BOD/hari
Td = 17 jam sehingga BOD removal 90%
 Detail Perencanaan Settler V ABR = Td x Qpeak
Data Perencanaan :
= 17 jam x (32,5 m3/jam)
3
Q air limbah = 390 m /hari
= 552,5 m3
= 16,25 m3/jam
Cek OLR = Organic Load/Volume
BOD = 140 mg/l
= ( 98,28 kg BOD/hari) / 552,5 m3
Hasil Perencanaan :
= 0,17 kg BOD/hari (kriteria 0,1 –
V = Td x Q 8 kg BOD/hari) → memenuhi
= 4 jam x 16,25 m3/jam vup = 2 m/jam
= 65 m3 As = Qpeak/vup
As = Volume/kedalaman = (32,5 m3/jam) / (2 m/jam)
= 65 m3 / 2 m
= 32,5 m2 = 16,25 m2

P x L = 32,5 m2 P = 1,5 m

L = √32,5/2) L =8m

= 4,03 m ≈ 4 m Kedalaman =2m

P = 2 x lebar Vol. Kompartemen

=2x4m = Panjang x lebar x kedalaman

=8m = (1.5 x 8 x 2) m3

 Detail Perencanaan Unit ABR = 24 m3


Data Perencanaan :
Jumlah Kompartemen
Q air limbah = 390 m3/hari
= V ABR / Vol.Kompartemen
3
= 16,25 m /jam
= 552,5 m3 / 24 m3
BOD = 126 mg/l
= 23 kompartemen

7
Freeboard = 0,3 m
390
Ac = 500 ×0,01 = 78 m2
Kedalaman total = 2,3 m

 Detail Perencanaan Unit Wetland  Panjang Bak (L)


𝑄×𝑇𝑑
Data Perencanaan : L =
𝑊 ×𝑑 ×𝛼
390×0,54
Q air limbah = 390 m3/hari 2L = 3𝐿 ×0,7 ×0,35

= 16,25 m3/jam = 12 m
BOD influen = 12,6 mg/l P = 18 m
BOD Effluen = 4,6 mg/l  Total luas permukaan yang
dibutuhkan
Temperatur = 28°C
As = L×W
Pemilihan kedalaman media disesuaikan As = 216 m2
dengan panjang akar tanaman, sehingga :
Volume =PxTxL
Kedalaman media = 0,7 m
= (18 x 0,7 x 12) m3
Slope (s) = 0,01
= 151,2 m3
Tipe = Pasir Gravel
Kedalaman = 0,7 m
α = 0,35
Lebar = 12 m
Ks = 500 m/hari
Panjang = 18 m
KsS =5
Rencana anggaran biaya pembangunan
K20 = 0,86 IPAL Kawasan Berbah sebesar Rp
5.036.243.014,26 atau terbilang lima
Hasil Perencanaan : miliar tiga puluh enam juta dua ratus
empat puluh tiga ribu rupiah. Rincian
 Konstanta untuk orde pertama Pekerjaan dapat dilihat di Tabel 1.3
tergantung suhu laju konstan (KT)
KT = K20 (1.1)^T-20 Tabel 1.3 RAB IPAL Berbah
KT = 0,86 (1.1)^28-20
= 1,84

 Waktu Detensi (td)


𝐶𝑒
− ln( )
𝐶𝑜
Td = 𝐾𝑡
4,6
− ln( )
12,6
Td = 1.84

= 0,54 hari
= 13 jam

 Luas Permukaaan Bak (Ac)


𝑄
Ac =
𝐾𝑠 ×𝑆

8
KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA

 Kesimpulan
Terkait dengan perencanaan IPAL Badan Pusat Statistik. 2015, “Kecamatan
Kawasan Berbah Sleman didapat Berbah dalam angka 2015”, BPS,
kesimpulan berkaitan dengan hal – hal Sleman
tersebut adalah :
Bose, S., Jain A., Rai V., Ramanathan
1. Pada perencanaan telah dilakukan A.L. 2008. Chemical Fractionation
pemetaan kondisi daerah (desa) yang and Translocation of Heavy
diindikasi sebagai daerah perencanaan Metals in Canna indica L. Grown
pengelolaan air limbah on Industrial Waste Amended
Soil. Journal of Hazardous
2. Proyeksi Penduduk yang dilakukan Materials 160, 187-193
merupakan proyeksi penduduk 20 tahun
dengan menggunakan metode geometri Departemen PU, Dirjen Cipta Karya. 1996.
Pedoman Teknis Pelaksanaan
3. Parameter air limbah yang di uji dan Pembangunan Komponen
dibandingkan dengan baku mutu adalah Prasarana dan Sarana Dasar
BOD, COD dan TSS. (PSD). Jakarta
4. Unit Pengolahan air limbah yang Departemen PU, 2014. Rancangan
digunakan adalah Anaerobic Baffled Peraturan Menteri PU tentang
Reactor dan Wetland Penyelenggaraan Pengembangan
Sistem Pengelolaan Air Limbah.
5. Luas Lahan yang digunakan ± 1,01 ha
Dinas Pekerjaan Umum, Jakarta
yang merupakan tanah kas desa
Kadisono, Tegaltiro, Kec.Berbah Dhir, A and Ram, C. (2012) Design of an
Anarobic Digester for Wastewater
6. Perencanaan meliputi pemilihan dan
Treatment. India: International
perhitungan unit pengolahan dan
Journal of Advanced Research in
fasilitas penunjang (taman, gazebo,
Engineering and Applied Sciences
kantor dll) untuk masyarakat Kawasan
Vol. 1 | No. 5
IPAL Berbah Sleman
7. Rencana anggaran biaya pembangunan Fraenkel, J. & Wallen, N. (1993). How to
IPAL Kawasan Berbah sebesar Rp Design and evaluate research in
5.036.243.014,26 atau terbilang lima education. (2nd ed). New York:
miliar tiga puluh enam juta dua ratus McGraw-Hill Inc.
empat puluh tiga ribu rupiah
Jhansi, C.S and Mishra K.S. (2013).
 Saran Wastewater Treatment and Reuse
Untuk perencanaan ataupun penelitian : Sustainability Options.India : The
berikutnya hal – hal yang disarankan Journal of Sustainable Development
adalah Dr. Madhuri Shah Campus.
1. Perlu adanya Evaluasi Terhadap IPAL Kementrian Kesehatan RI. (2011),
Kawasan Berbah . Pedoman Teknis Instalasi
2. Apabila rencana ini jadi dibangun, maka Pengolahan Air Limbah dengan
perlu adanya kajian mengenai DED dari Sistem Biofilter Anaerob Aerob
rencana pengolahan IPAL Komunal ini. pada Fasilitas Pelayanan

9
Kesehatan. Direktorat Jenderal Bina Sasse, L. (1998). DEWATS
Upaya Kesehatan: Jakarta Decentralised Wastewater
Treatment in Developing
Mitra Hijau Indonesia. 2016. Laporan Countries. Bremen Overseas
Antara Penyusunan DED IPAL Research and Development
Kawasan Berbah Kabupaten Association (BORDA), Germany
Sleman DIY. Surabaya
Standar Nasional Indonesia 06-6989.3-
Mitra Hijau Indonesia. 2016. Laporan 2004 Air dan air limbah – Bagian
Akhir Penyusunan DED IPAL 3 : Cara uji padatan tersuspensi
Kawasan Berbah Kabupaten total (Total Suspended Solid, TSS)
Sleman DIY. Surabaya secara gravimetric
Mubin F, et al, (2016). Perencanaan Standar Nasional Indonesia 6989.2:2009
Instalasi Pengolahan Air limbah di Air dan air limbah – Bagian 2 :
Kelurahan Istiqlal Kota Manado. Cara uji Kebutuhan Oksigen
Manado: Jurnal Sipil Statik Vol.4 Kimiawi (Chemical Oxygen
No.3 Maret ISSN: 2337-6732 Deman/COD) dengan refluks
Metcalf dan Eddy. 1991. “Wastewater tertutup secara spektrofotometri
Engineering Treatment, Disposal, Standar Nasional Indonesia 6989.72:2009
Reuse”. New Delhi: McGraw-Hill Air dan air limbah – Bagian 72 :
Book Company Cara uji Kebutuhan Oksigen
Metcalf dan Eddy. 2003. “Wastewater Biokimia (Biochemical Oxygen
Demand/BOD)
Engineering : Treatment and
Reuse (4th Edition)”. New Delhi; United States Environmental Protection
McGraw-Hill Book Company. Agency. 1994.Water Quality
Standards Handbook Second
Ornella, C dan Mangkoedihardjo,S. 2013
Edition. New York
Fitoremediasi tanah tercemar
logam berat Timbal (Pb) dengan Yulianto, A dan Siswoyo, E (2015)
menggunakan Bunga Kana Materi Kuliah Perencanaan
(Canna indica) di Kelurahan instalasi Pengolahan Air Limbah.
Tambak Wedi, Kecamatan Topik 6 IPAL Komunal, Jurusan
Kenjeran, Surabaya. ITS Surabaya. Teknik Lingkungan, Universitas
Surabaya Islam Indonesia, Yogyakarta

Peraturan daerah DIY No 06 Tahun 2009


Tentang Pengelolaan Air Limbah.
Yogyakarta
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 16
Tahun 2008 tentang Kebijakan dan
Strategi Nasional Pengembangan
Sistem Pengelolaan Air limbah
Peraturan Mentri Pekerjaan Umum No :
18/PRT/M/ 2007 tentang
Penyelenggaraan Pengembanga
Sistem Penyediaan Air Minum

10

Anda mungkin juga menyukai