(UBP 42745)
PERUMAHAN SAFIRA RESIDENT KOTA JAMBI
Disusun oleh :
Aditya Duska Nova Alhaq (1900825201011)
Dosen :
Daftar ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Air limbah domestik merupakan air yang berasal dari usaha atau kegiatan
permukiman, rumah makan, perkantoran, perniagaan, apartemen, dan perumahan
(Mubin, 2016). Air limbah domestik dihasilkan dari skala rumah tangga yang dapat
dibagi menjadi dua jenis yaitu black water terdiri dari hasil limbah tinja, air kencing
dan grey water berasal dari penggunaan air mandi, air limbah dapur, air cucian (Said,
2017). Air Limbah domestik yang merupakan air buangan rumah tangga yang
dibuang ke badan air dapat berpotensi menjadi salah satu sumber air baku untuk air
bersih. Pengolahan ulang air limbah domestik dimaksudkan supaya air limbah
domestik dapat dimanfaatkan menjadi air bersih dan memenuhi baku mutu air bersih
(Afiyah, 2018).
1
Pada studi kasus ini, dipilih perumahan Safira Resident Kelurahan Talang
Bakung Kota Jambi sebagai lokasi perencanaan.Karena Perumahan Safira Resident
merupakan salah satu perumahan yang didalamnya terjadi berbagai aktivitas.Dalam
melakukan kegiatannya, perumahan tentunya menghasilkan air limbah domestik.Air
limbah yang tidak diolah dan langsung dibuang ke badan air akan berdampak negatif
baik terhadap lingkungan maupun kesehatan masyarakat disekitarnya. Polutan yang
terakumulasi akan menyebabkan kemampuan self-purification badan air terlampaui.
Pada gilirannya, hal ini dapat menyebabkan kelangkaan sumber air bersih dan
terjadinya eutrofikasi.Eutrofikasi menyebabkan kandungan oksigen terlarut dalam air
berkunrang sehingga membahayakan makhluk hidup di dalamnya (Siswanto dkk,
2014).
2
1.3 Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup dalam tugas besar Perencanaan Bangunan
Pengolahan Air Buangan adalah :
3
BAB ll
TINJAUAN PUSTAKA
4
2.1.2 Sumber air limbah
Menurut Sugiharto (1978) sesuai dengan sumber asalnya, air limbah memiliki
komposisi yang bervariasi dari setiap tempat dan setiap saat. Secara garis besar, zat-
zat yang terdapat dalam air limbah dapat dilihat dari gambar 2.1 dibawah ini.
Air
Organik Anorganik
Butiran
Protein (65%) Garam
Karbonhidrat (25%) Metal
Gambar 2.1 Skema pengelompokan bahan yang terkandung dalam air limbah
(Waste water)
5
2.1.4 Baku Mutu Limbah Domestik
Baku mutu air buangan atau air limbah domestik berdasarkan Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No:P.68/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016
tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik dapat dilihat pada tabel 2.1
pH - 6-9
BOD Mg/L 30
TSS Mg/L 30
Amoniak Mg/L 10
Sedangkan kriteria mutu air dari masing-masing kelas dijabarkan dalam Tabel
2.2 Pembagian kelas ini didasarkan pada peringkat (gradasi) tingkatan
baiknya mutu air, dan kemungkinan kegunaannya. Secara relatif, tingkatan
mutu air Kelas Satu lebih baik dari Kelas Dua, dan selanjutnya.
Tingkatan mutu air dari setiap kelas disusun berdasarkan kemungkinan
kegunaannya bagi suatu peruntukan air. Air baku air minum adalah air
yang dapat diolah menjadi air yang layak sebagai air minum dengan
6
mengolah secara sederhana dengan cara difiltrasi, disinfeksi, dan dididihkan.
Klasifikasi mutu air merupakan pendekatan untuk menetapkan kriteria mutu
air dari tiap kelas, yang akan menjadi dasar untuk penetapan baku mutu
air.
Tabel 2.2 Baku Mutu Air atau Status Mutu Air Permukaan Berdasarkan PP 82
tahun 2001
7
Tabel 2. 2 Kriteria Mutu Air Berdasarkan PP 82 tahun 2001 (Lanjutan)
8
Tabel 2.3 Baku Mutu Air Limbah Industri Sesuai KepMenLH 112 tahun 2003
No.
Parameter Satuan Konsentrasi
9
No Parameter Satuan Konsentrasi
7 pH - 4,92 – 8,99
12 Warna - 31 – 150
Kualitas air adalah kondisi kualitatif air yang diukur dan atau diuji
berdasarkan parameter-parameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kualitas air dapat dinyatakan
dengan parameter kualitas air. Parameter ini meliputi parameter fisik, kimia, dan
mikrobiologis.
10
PH
Tidak semua mahluk bisa bertahan terhadap perubahan nilai pH, untuk
itu alam telah menyediakan mekanisme yang unik agar perubahan tidak
terjadi atau terjadi tetapi dengan cara perlahan (Sary, 2006).Tingkat pH lebih
kecil dari 4,8 dan lebih besar dari 9,2 sudah dapat dianggap tercemar.
Disamping itu larutan penyangga merupakan larutan yang dibentuk oleh
reaksi suatu asam lemah dengan basa konjugatnya ataupun oleh basa lemah
dengan asam konjugatnya.Reaksi ini disebut sebagai reaksi asam-basa
konjugasi,yaitu Larutan ini mempertahankan pH pada daerah asam (pH < 7).
11
apakah air tersebut sesuai atau tidak untuk menunjang kehidupan mereka.
Fluktuasi pH air sangat di tentukan oleh alkalinitas air tersebut. Apabila
alkalinitasnya tinggi maka air tersebut akan mudah mengembalikan pH-nya
ke nilai semula dari setiap "gangguan" terhadap pengubahan pH. Oleh
karenanya, dalam rangka penurunan pH difokuskan pada penanganan
alkalinitas dan tingkat kesadahan air.
o Laut
12
o Danau
o Sungai
13
ukuran maupun beratnya lebih kecil dari sedimen, misalnya tanah liat,
bahan-bahan organik tertentu, sel-sel mikroorganisme, dan sebagainya
(Nasution, 2008).
14
Amonia
Ammonia adalah senyawa kimia dengan rumus NH3. Gas
ammonia(NH3) memiliki bau yang sangat menyengat,tidak sedap dan dapat
dibuat dengan merekasikan NH4Cl dengan larutan NaOH kedalam tabung
reaksi kemudian dipanaskan dengan lampu bunsen sampai menimbulkan
bau/aroma yang menyengat. Adanya gas NH3 merupakan senyawa kaustik
dan dapat merusak kesehatan.Kontak dengan ammonia dengan konsentrasi
tinggi dapat menyebabkan kerusakan paru-paru bahkan kematian.
(Hardjati,2007).
Ammonia merupakan suatu nukleofil, dapat menyerang karbon dari
gugus karbonil baik dari aldehide / keton. Sementara ini tahap pertama
dalam rekasi tersebut dapat dipandang sebagai adisi sederhana ammonia
kepada gugus karbonil. Hasil adisi yang tidak stabil dan melepaskan air
membentuk suatu senyawa Yang mengandung gugus C ==N .(Fessenden,1984).
Amonia adalah gas tajam yang tidak berwarna (titik didih -33,50C).
Cairannya mempunyai panas penguapan yang besar (1,37 kJ g -1pada titik
didihnya) dan dapat ditangani dengan peralatan laboratorium yang biasa.
Cairan NH3 mirip dengan air dalam prilaku fisiknya. Amonia juga sangat
larut dalam air.26Amonia mempunyai sifat fisik lain yaitu berbau
tajam(pesing), bersifat racun dan mempunyai titik lebur : -78 0C.27. Amonia
juga digunakan sebagai pelarut pada reaksi-reaksi bebas air. Sifat kimia lain
amonia adalah mudah larutdalam air dengan membentuk larutan yang
mengandung NH4OH dan sebagian kecil berupa berupa ion dan ion OH
sehingga larutan bersifat basa, tetapi basa NH4OH tidak dapat diisolasi dan
bersifat tidak stabil.
Amoniak ( NH3 ) merupakan senyawa nitrogen yang menjadi
ammonium ( NH4 ) pada kondisi asam ( pH rendah ),sehingga dapat
dikatakan bahwa NH4 dalam keadaan basa adalah amoniak ( NH3 ).Amoniak
15
dari air permukaan berasal dari air limbah dan tinja, juga dari oksidasi zat
organik secara mikrobiologis yang berasal dari air alam atau buangan
( industri dan Non industri).
Kandungan ammonia dalam persyaratan kualitas air minum tidak
diperbolehkan ada. Hal ini dikarenakan amonia dalam air dapat
menyebabkan timbulnya bau yang tidak sedap. Air yang mempunyai
kandungan ammonia yang melebihi batas persyaratan biasanya menunjukan
pencemaran oleh buangan rumah tangga. Hal ini disebabkan karena kerja
mikroba dan adanya siklus nitrogen didalam air. Nitrogen didalam cairan
buangan dibedakan menjadi 4 bentuk, yaitu nitrogen organik, nitrogen
ammonia, nitrogen nitrit, dan nitrogen ammonia.
Biasanya dalam cairan buangan dalam rumah tangga mempunyai
kandungan nitrogen antara 20-85 mg/ L dan lebih kurang 60% merupakan
nitrogen ammonia, sisanya nitrogen organik. Adanya siklus nitrogen dalam
air, nitrogen organik dan nitrogen ammonia pertama kali akan dirubah
menjadi nitrit kemudian nitrat. Dalam hal ini dikenal adanya istilah
nitrifikasi. Nitrifikasi adalah oksidasi ammonia menjadi nitrit oleh bakteri
nitrosumonas dan nitrit menjadi nitrat oleh bakteri nitrobacter, dimana
keduanya merupakan bakteri autrotop.
Kadar amoniak yang tinggi pada air sungai selalu menunjukkan
adanya pencemaran. Rasa NH3 kurang enak sehingga kadar NH3 harus
rendah. Pada air minum kadarnya harus nol dan pada air sungai harus
dibawah 0,5 mg/l N ( syarat mutu air sungai di Indonesia ). NH3 ini dapat
dihilangkan sebagai gas melalui aerasi atau reaksi dengan asam hipoklorit
atau kaporit. Hingga menjadi kloramin yang tidak berbahaya atau sampel
menjadi N2. Pada air buangan NH3 dapat diolah secara mikrobiologik
melalui proses nitrifikasi hingga menjadi nitrit( NO2 ) dan nitrat ( NO3- )
16
Biochemical Oxygen Demand (BOD)
BOD atau Biochemical Oxygen Demand adalah suatu karakteristik
yang menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh
mikroorganisme (biasanya bakteri) untuk mengurai atau mendekomposisi
bahan organik dalam kondisi aerobik (Umaly dan Cuvin, 1988; Metcalf &
Eddy, 1991). Ditegaskan lagi oleh Boyd (1990), bahwa bahan organik yang
terdekomposisi dalam BOD adalah bahan organik yang siap terdekomposisi
(readily decomposable organic matter). Mays (1996) mengartikan BOD
sebagai suatu ukuran jumlah oksigen yang digunakan oleh populasi mikroba
yang terkandung dalam perairan sebagai respon terhadap masuknya bahan
organik yang dapat diurai. Dari pengertian-pengertian ini dapat dikatakan
bahwa walaupun nilai BOD menyatakan jumlah oksigen, tetapi untuk
mudahnya dapat juga diartikan sebagai gambaran jumlah bahan organik
mudah terurai (biodegradable organics) yang ada di perairan.
Jenis bakteri yang mampu mengoksidasi zat organis yang berasal dari
sisa-sisa tanaman dan air buangan penduduk, berada pada umumnya di
setiap air alam. Jumlah bakteri ini tidak banyak di air jernihdan di air
buangan industri yang mengandung zat organis. Pada kasus ini pasti perlu
ditambahkan benih bakteri. Untuk oksidasi/penguraian zat organis yang
17
khas, terutama di beberapa jenis air buangan industri yang mengandung
misalnya fenol, detergen, minyak dan sebagainya bakteri harus diberikan
adaptasi beberapa hari melalui kontak dengan air buangan tersebut, sebelum
dapat digunakan sebagai benih pada analisa BOD air tersebut.Sebaliknya
beberapa zat organis maupun inorganic dapat bersifat racun terhadap bakteri
dan harus dikurangi sampai batas yang diinginkan. Derajat keracunan ini
juga dapat diperkirakan melalui analisa BOD.
(1) BOD penting untuk mengetahui perkiraan jumlah oksigen yang akan
diperlukan untuk menstabilkan bahan organik yang ada secara biologi;
(2) untuk mengetahui ukuran fasilitas unit pengolahan limbah;
(3) untuk mengukur efisiensi suatu proses perlakuan dalam pengolahan
limbah; dan
(4) untuk mengetahui kesesuaiannya dengan batasan yang diperbolehkan
bagi pembuangan air limbah.
18
mengakibatkan kematian ikan-ikan dalam air dan keadaan menjadi aerobic
dan dapat menimbulkan bau busuk dalam air.
19
Berbeda dengan BOD, pada COD tidak perlu dibedakan apakah zat
organik tersebut dapat didegradasi secara biologis atau tidak. Di lapangan,
banyak operator yang lebih memilih menggunakan parameter COD.Hal ini
karena pengukuran COD tidak melibatkan mikroorganisme sehingga tidak
terpengaruh oleh material yang bersifat toksik. Selain itu analisis COD
membutuhkan waktu yang jauh lebih singkat dibanding BOD.
Definisi COD juga dapat diartikan sebagai ukuran kapasitas air untuk
mengkonsumsi oksigen selama dekomposisi organik materi dan oksidasi
kimia anorganik, seperti amonia dan nitrit. Pengukuran COD biasanya
dilakukan pada sampel air limbah atau perairan alami terkontaminasi oleh
limbah industri atau industri. Kebutuhan oksigen kimia diukur sebagai uji
standar laboratorium di mana air ditutup sampel yang diinkubasi dengan
oksidan kimia yang kuat dalam kondisi spesifik suhu dan untuk jangka
waktu tertentu waktu. Oksidan yang digunakan umumnya dalam tes COD
kalium dikromat (K2Cr2O7) yang digunakan dalam kombinasi dengan didih
asam sulfat (H2SO4). Karena oksidan kimia ini tidak spesifik untuk memakan
bahan kimia oksigen yang organik atau anorganik, kedua sumber kebutuhan
oksigen diukur dalam uji COD.
20
dapat troksidasi ikut dalam reaksi. Sebagian besar zat organis melalui tes
COD ini dioksidasi oleh larutan K2Cr2O7 dalam keadaan asam yang
mendidih. COD menunjukkan senyawa organik yang tidak dapat didegradasi
secara biologis.
Lemak dan minyak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada
golongan lipid , yaitu senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut
dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non-polar,misalnya dietil eter,
kloroform, benzena dan hidrokarbon lainnya. Lemak dan minyak dapat larut
dalam pelarut yang disebutkan di atas karena lemak dan minyak mempunyai
polaritas yang sama dengan pelarut tersebut. Bahan-bahan dan senyawa
kimia akan mudah larut dalam pelarut yang sama polaritasnya dengan zat
terlarut . Tetapi polaritas bahan dapat berubah karena adanya proses
kimiawi. Misalnya asam lemak dalam larutan KOH berada dalam keadaan
terionisasi dan menjadi lebih polar dari aslinya sehingga mudah larut serta
dapat diekstraksi dengan air. (Rismaka, 2009).
21
Lemak dan minyak adalah trigliserida, atau triasilgliserol. Kedua
istilah ini berarti “trimester (dari) gliserol”. Perbedaan antara suatu lemak
dan suatu minyak bersifa sebarang: pada temperatur kamar lemak berbentuk
padat dan minyak bersifat cair. Sebagian besar gliserida pada hewan adalah
berupa lemak, sedangkan gliserda dalam tumbuhan cenderung berupa
minyak; karena itu biasa terdengar ungkapan lemak hewani (lemak babi,
lemak sapi) dan minyak nabati (minyak jagung, minyak bunga matahari).
22
2. Bobot jenis dari lemak dan minyak biasanya ditentukan pada
temperatur kamar
3. Indeks bias dari lemak dan minyak dipakai pada pengenalan unsur
kimia dan untuk pengujian kemurnian minyak.
4. Minyak/lemak tidak larut dalam air kecuali minyak jarak, sedikit larut
dalam alkohol dan larut sempurna dalam dietil eter,karbon disulfida
dan pelarut halogen.
5. Titik didih asam lemak semakin meningkat dengan bertambahnya
panjang rantai karbon
6. Rasa pada lemak dan minyak selain terdapat secara alami ,juga terjadi
karena asam-asam yang berantai sangat pendek sebaggai hasil
penguraian pada kerusakan minyak atau lemak.
7. Titik kekeruhan ditetapkan dengan cara mendinginkan campuran
lemak atau minyak dengan pelarut lemak.
2.4 Unit Pengolahan Limbah
Secara garis besar pengolahan air buangan terdiri dari beberapa tahapan yaitu :
23
tahun 2011 Umumnya bak ini difungsikan untuk memisahkan lemak atau
minyak serta padatan sisa serta mengendapkan kotoran pasir atau tanah atau
senyawa padatan yang tidak dapat terurai pada pengolahan biologis.
Berdasarkan prinsipnya lemak memiliki massa jenis lebih ringan apabila
dibandingkan dengan air. Massa jenis lemak bernilai mg/L sedangkan air
memiliki massa jenis 1000 kg/cm3. Akibat perbedaan massa jenis tersebut
lemak akan berada diatas permukaan dan dapat dengan mudah dipisahkan
dengan air.
o Bak Ekualisasi
Bak ini berfungsi mengatur debit air limbah yang akan diolah serta
untuk menyeragamkan konsentrasi zat pencemarnya agar homogen dan
proses pengolahan berjalan dengan stabil.Waktu tinggal pada bak ini
berkisar 4-8 Jam. Bak ini dilengkapi dengan pompa celup guna
mendistribusikan air limbah ke pengolahan selanjutnya yaitu bak
pengendapan awal.
Pengoperasian unit ini dilakukan dengan mengalirkan air limbah
melalui bar screen untuk meyisihkan sampah atau materi yang mengapung.
Penyisihan bertujuan agar mencegah kerusakan dan penyumbatan pipa dan
pompa. Materi yang tersisihkan, dibuang secara manual.
o Stasiun Pompa
Sebelum masuk ke unit pengolahan, air buangan ditampung terlebih dahulu
di sumur pengumpul. Dari sumur pengumpul dilakukan pemompaan untuk
menaikkan air buangan dari sumur pengumpul agar konstruksi pengolahan
selanjutnya dapat dilakukan di atas permukaan tanah dan pengaliran
selanjutnya dapat dilakukan secara gravitasi.
o Comminutor
Communitor adalah alat untuk menghancurkan atau memotong benda-benda
kasar yang mempunyai ukuran tertentu yang ikut terbawa atau terapung dan
24
lolos dari grit chamber menjadi ukuran kecil tertentu atau hancur sama sekali
sehingga mempermudah proses pengolahan selanjutnya.
o Grit Chamber
Grit Chamber berfungsi untuk memisahkan pasir, kerikil atau partikel kasar
lainnya yang mempunyai kecepatan mengendap lebih besar dari zat organik
dalam air buangan sehingga dapat mencegah kerusakan pada peralatan
mekanis, penyumbatan pipa, pengendapan pada saluran, dan mengurangi
akumulasi inert material pada unit pengolahan berikutnya.
25
Tabel 2.6 Kelebihan dan Kekurangan Metode Trickling Filter
Kelebihan Kekurangan
1. Tidak memerlukan lahan yang terlalu 1. Tidak bisa diisi dengan beban
luas serta mudah pengoperasiannya volume yang tinggi mengingat masa
2. Sangat ekonomis dan praktis biologi pada filter
3. Tidak membutuhkan pengawasan akan bertambah banyak sehingga
yang ketat bisa menimbulkan penyumbatan
4. Suplai oksigen dapat diperoleh secara filter.
alamiah melalui permukaan paling
atas 2. Timbulnya bau yang tidak sedap
3. Prosesnya sering terganggu oleh
media. lalat-lalat yang datang menghampiri.
Sumber: Indra, 2013
26
Pengolahan tersier dilakukan jika setelah pengolahan primer dan sekunder
masih terdapat zat tertentu dalam limbah cair yang dapat berbahaya bagi
lingkungan atau masyarakat. Pengolahan tersier bersifat khusus, artinya
pengolahan ini disesuaikan dengan kandungan zat yang tersisa dalam limbah
cair/air limbah. Umunya zat yang tidak dapat dihilangkan sepenuhnya melalui
proses pengolahan primer maupun sekunder adalah zat-zat anorganik terlarut,
seperti nitrat, fosfat, dan garam- garaman.
Pengolahan tersier sering disebut juga pengolahan lanjutan (advanced
treatment). Pengolahan ini meliputi berbagai rangkaian proses kimia dan
fisika. Contoh metode pengolahan tersier yang dapat digunakan adalah metode
saringan pasir,saringan multimedia, precoal filter, microstaining, vacum filter,
penyerapan dengan karbon aktif, pengurangan besi dan mangan, dan osmosis
bolak-balik.
Metode pengolahan tersier jarang diaplikasikan pada fasilitas pengolahan
limbah. Hal ini disebabkan biaya yang diperlukan untuk melakukan proses
pengolahan tersier cenderung tinggi sehingga tidak ekonomis.
27
digunakan dalam pengolahan lumpur yaitu Sludge Thickener, Slugde Digester,
Slugde Drying Bed atau filter press dan sebagainya.
Perumahan
Safira
28
Gambar 2.2 lokasi perumahan Safira Resident
BAB III
DASAR-DASAR PERENCANAAN
Sumber air limbah pada Kawasan Perumahan Safira Resident berasal dari
kawasan perumahan tersebut yang berasal dari aktivitas rumah tangga sehari-hari
seperti mencuci,mandi,memasak serta kegiatan lainnya,serta dari fasilitas perumahan
tersebut seperti Musholla yang dialirkan langsung ke saluran drainase tanpa dikelola
terlebih dahulu.
29
Estimasi kuantitas air limbah ditetapkan dari 60-80% dari air bersih, disini
penulis menetapkan memakai 80% dari air bersih. Dengan perhitungan sebagai
berikut :
Diketahui:
Musholla = 1 unit x 2000 l/hari(menurut peraturan Ditjen Cipta Karya Dinas PU,
1996). = 2000 l/hari
= 2 m3/hari
30
Kebutuhan air bersih = 306 m3/hari + 2 m3/hari
= 308 m3/hari
1. Q air buangan
Q air buangan(Perumahan) = 80% x kebutuhan air bersih
= 80% x 306 m3/hari
= 244,8 m3/hari
Q air buangan(Musholla) = 80% x kebutuhan air bersih
= 80% x 2 m3/hari
= 1,6 m3/hari
Q air buangan Total = Q air buangan Perumahan + Q air buangan
Musholla
= 244,8 + 1,6
31
= 246,4 m3/hari
2. Q grey water(perumahan) = 80% x Qair buangan(perumahan)
= 80% x 48,96 m3/hari
= 195,84 m3/hari
Q grey water(Musholla) = 80% x Qair buangan(Musholla)
= 80% x 1,6 m3/hari
= 1,28 m3/hari
Q grey water(Total) = Q Grey water perumahan + Q Grey water
musholla
= 195,84 + 1,28
= 197,12 m3/hari
3. Q black water(Perumahan) = 20% x Qair buangan(Perumahan)
= 20% x 244,8 m3/hari
= 48,96 m3/hari
Q black water(Musholla) = 20% x Qair buangan(Musholla)
= 20% x 1,6 m3/hari
= 0,32 m3/hari
Q black water (Total) = Q black water(Perumahan) + Q black
water(Musholla)
= 48,96 + 0,32
= 49,28 m3/hari
0,5
18+ p 0,5 18+425
5. Fpeak = 0,5 = = 1,5 m3/hari
4+ p 4+(425)0,5
6. Qpeak air buangan = Qave x Fpeak
= 244,8 m3/hari x 1,5 m3/hari
= 367,2 m3/hari
Qpeak(grey water) = Qave x f peak
= 195,84 m3/hari x 1,5 m3/hari
= 293,76 m3/hari
32
7. Q min = 0,2 x ( p 0,5
1000 )
x Qave
Black Water
49,28 m3/hari
Domestik
Septic
(perumahan)
PDAM tank
306 m3/hari
49,28
Air
m3/hari
Buangan
308 m /hari
3
Total
246,4 IPAL
Air Tanah m3/hari
Non domestik 197,12
(Musholla) m3/hari
2 m3/hari
Grey Water
197,12
m3/hari
Badan air
33
Gambar 3.1 neraca penggunaan air
Estimasi data uji kualitas air buangan di perumahan Safira Resident Kota
Jambi adalah sebagai berikut :
34
c) Aspek ekonomis Aspek ekonomis meliputi pembiayaan dalam hal konstruksi,
operasi maupun pemeliharaan dari instalasi bangunan pengolahan air
buangan.
d) Aspek Lingkungan Aspek lingkungan meliputi kemungkinan adanya
gangguan terhadap penduduk dan lingkungan, yaitu yang berhubungan
dengan keseimbangan ekologis, serta penggunaan lahan. Flow diagram yang
menjadi alternative pengolahan adalah sebagai berikut:
35
3. Di dalm unit IPAL tersebut, pertama air limbah dialirkan masuk ke
bak pengendap awal, untuk mengendapkan partikel lumpur, pasir dan
kotoran organik tersuspesi. Selain sebagai bak pengendapan, juga
berfungasi sebagai bak pengurai senyawa organik yang berbentuk
padatan, sludge digestion (pengurai lumpur) dan penampung lumpur.
4. Air limpasan dari bak pengendap awal selanjutnya dialirkan ke bak
anaerob (biofilter Anaerob). Di dalam bak kontaktor anaerob tersebut
diisi dengan media khusus dari bahan plastik tipe sarang tawon. Di
dalam reaktor Biofilter Anaerob, penguraian zat-zat organik yang ada
dalam air limbah dilakukan oleh bakteri anaerobik atau fakultatif
aerobik. Disini zat organik akan terurai menjadi gas metan dan karbon
dioksida tanpa pemberian udara. Air limpasan dari reaktor biofilter
anerob dialirkan ke reaktor biofilter aerob.
5. Didalam reaktor biofilter aerob diisi dengan media sambil dihembus
dengan udara.Setelah beberapa hari operasi, pada permukaan media
filter akan tumbuh lapisan film mikroorganisme.Mikro-organisme
inilah yang akan menguraikan zat organik yang belum sempat terurai
pada bak pengendap awal.
6. Dari reaktor biofilter aerob air limbah dialirkan ke bak pengendapan
akhir dan air limpasannya dialirkan ke bak khlorinator untuk proses
disinfeksi.Sebagian air di dalam bak pengendap akhir disirkulasikan
kembali ke bak pengendapan awal.
7. Air menuju ke bak indikator yang berfungsi sebagai indikasi bahwa air
dapat dibuang ke badan air penerima.
36
1. Aspek Effisiensi
Efisiensi Pengolahan Ditujukan agar dapat dihasilkan efluen yang
memenuhi persyaratan yang telah ditentukan untuk dikembalikan ke
badan air atau dimanfaatkan kembali.
2. Aspek Teknis
a. Segi konstruksi Menyangkut teknis pelaksanaan, ketersediaan
tenaga ahli, kemudahan material konstruksi, dan instalasi
bangunan.
b. Segi Operasi dan Pemeliharaan.
3. Aspek Ekonomi
Menyangkut masalah financial atau pembiayaan dalam hal
konstruksi,operasi dan pemeliharaan IPAL.
4. Aspek Lingkungan kemungkinan terjadinya gangguan yang dirasakan
akibat keidakseimbangan factor ekologis.
37
(TSS) = 60 mg/L = 0,00006 kg/l
TSSm = (TSS) x Qp = 0,00006 kg/l x 367.200 l/hari = 22,032 kg/hari
38
BODo = 11,7504 kg/hari x (100-35)% = 7,63 kg/hari
CODo = 23,5008 kg/hari x (100-35)% = 15,27 kg/hari
TSSo = 17,6256 kg/hari x (100-30)% = 12,33 kg/hari
Yang menjadi sludge
Air Buangan Total
BODm = 14,688 - 9,54 = 5,14 kg/hari
CODm = 29,376 - 19,09 = 10,286 kg/hari
TSSm = 22,032 - 15,42 = 6,612 kg/hari
Grey Water
BODm = 11,7504 – 7,63 = 4,12 kg/hari
CODm = 23,5008 – 15,27 = 8,23 kg/hari
TSSm = 17,6256 – 12,33 = 5,29 kg/hari
100 100
Massa Lumpur Grey Water = TSSm x = 5,29 x =
6 6
88,17kg/hari
39
= 293,677 m3/hari
- Effluent Bak Pengendap awal (Air Buangan Total) :
BODo 9,54
(BOD) = x 1000 = x 1000 = 25,98 mg/L
QEffluent 367,096
CODo 19,09
(COD) = x 1000 = x 1000 = 52,00 mg/L
QEffluent 367,096
TSSo 15,42
(TSS) = x 1000 = x 1000 = 42,00 mg/L
QEffluent 367,096
- Effluent Bak Pengendap awal Grey Water :
BODo 7,63
(BOD) = x 1000 = x 1000 = 25,98 mg/L
QEffluent 293,677 3
CODo 15,27
(COD) = x 1000 = x 1000 = 51,99 mg/L
QEffluent 293,677
TSSo 12,33
(TSS) = x 1000 = x 1000 = 41,98 mg/L
QEffluent 293,677
b. Biofilter (Anaerobik dan aerobik)
Kemampuan meremoval : BOD = 80% ; COD =85 % ; TSS =90%
Yang masuk ke bak Biofilter(in) sama dengan yang keluar bak pengendap
awal (out).
(Air Buangan Total)
BODm = 9,54 kg/hari
CODm = 19,09 kg/hari
TSSm = 15,42kg/hari
Grey Water
BODm = 7,63 kg/hari
CODm = 15,27 kg/hari
TSSm = 12,33 kg/hari
Yang keluar dari bak Biofilter (Out)
(Air Buangan Total)
BODo = 9,54 kg/hari x (100-80)% = 1,908 kg/hari
40
CODo = 19,09 kg/hari x (100-85)% = 2,863 kg/hari
TSSo = 15,42 kg/hari x (100-90)% = 1,542 kg/hari
Grey Water
BODo = 7,63 kg/hari x (100-80)% = 1,526 kg/hari
CODo = 15,27 kg/hari x (100-85)% = 2,29 kg/hari
TSSo = 12,33 kg/hari x (100-90)% = 1,233 kg/hari
Yang menjadi sludge
(Air Buangan Total)
BODm = 9,54 – 1,908 = 7,632 kg/hari
CODm = 19,09 – 2,863 = 16,227 kg/hari
TSSm = 15,42 – 1,542 = 13,878 kg/hari
Grey Water
BODm = 7,63 – 1,526 = 6,104 kg/hari
CODm = 15,27 – 2,29 = 12,98 kg/hari
TSSm = 12,33 – 1,233 = 11,097 kg/hari
Q waste : Berat solid = 6 % dari lumpur
100 100
Massa Lumpur(Air Buangan total)= TSSm x = 13,878 x =
6 6
231,3kg/hari
100 100
Massa Lumpur Grey Water = TSSm x = 11,097 x =
6 6
184,95kg/hari
41
Q effluent (Air Buangan Total ) = Qinfluen – Q lumpur
= 367,096 – 0,220
= 366,876 m3/hari
Q effluent Grey water = Qinfluen – Q lumpur
= 293,677 – 0,176 m3/hari
= 293,501 m3/hari
- Effluent Bak Biofilter (Air Buangan Total ) :
BODo 1,908
(BOD) = x 1000 = x 1000 = 5,20 mg/L
QEffluent 366,876
CODo 2,863
(COD) = x 1000 = x 1000 = 7,80 mg/L
QEffluent 366,876
TSSo 1,542
(TSS) = x 1000 = x 1000 = 4,20 mg/L
QEffluent 366,876
- Effluent Bak Biofilter (Air Buangan Total ) :
BODo 1,526
(BOD) = x 1000 = x 1000 = 5,19 mg/L
QEffluent 293,501
CODo 2,29
(COD) = x 1000 = x 1000 = 7,80 mg/L
QEffluent 293,501
TSSo 1,233
(TSS) = x 1000 = x 1000 = 4,20 mg/L
QEffluent 293,501
BAB IV
42
Primary treatment merupakan pengolahan pertama yang bertujuan
untuk memisahkan zat padat dan zat cair dengan menggunakan filter
(saringan) dan bak sedimentasi. Pada pengolahan pertama terdapat beberapa
tahap treatment seperti pre-treatment yang bertujuan untuk menghilangkan
padatan tersuspensi dan minyak dalam aliran air limbah. Kemudian
tahap primary treatment dengan menghilangkan partikel padat melalui proses
fisika sehingga partikel padat akan mengendap (disebut sludge) sedangkan
partikel lemak dan minyak akan berada di atas / permukaan (disebut grease).
Selanjutnya adalah tahap aerasi, dimana tahap ini biasanya untuk proses
pengolahan secara biologi. Beberapa alat yang digunakan pada proses ini
adalah saringan pasir lambat, saringan pasir cepat, saringan multimedia,
percoal filter, mikrostaining, dan vacum filter.
Berdasarkan karakteristik dan air limbah kebutuhan untuk peruntukan
perumahan Safira Resident maka unit pengolahan yang direncanakan tahap 1
adalah :
43
lemak akan berada diatas permukaan dan dapat dengan mudah dipisahkan
dengan air.
44
Bak pengendapan pertama berfungsi untuk mengendapkan atau
menghilangkan kotoran yang ada dalam air limbah. Kotoran yang terdapat
dalam air limbah berupa padatan tersuspensi misalnya lumpur organik akan
mengendap di dasar bak. Pada bak ini aliran dibuat untuk sangat tenang
untuk memberi kesempatan padatan/ suspensi mengendap. Bak
pengendapan awal terbuat dari pasangan batu bata dan tertutup yang
dilengkapi dengan lubang kontrol, bak berbentuk persegi panjang, air
limbah masuk melalui pipa inlet secara gravitasi,pemeliharaan dengan cara
pengurasan manual.
Kriteria perencanaan menurut standart JWWA dalam Said (2006) adalah :
3. Waktu tinggal (Retention time) rata-rata = 3-5 jam
4. Beban permukaan (surface loading)=20-50 m3 /m2 /hari.
4.3.2 Bak Biofilter Anaerobik
Pengolahan bahan organik selanjutnya diproses pada bak anaerob.
Pada unit ini penyisihan bahan organik memiliki nilai yang cukup tinggi
yaitu mencapai 80%.Penyisihan pada bak ini tidak menggunakan oksigen
(kedap udara), sehingga bakteri yang berperan ialah bakteri anaerobik. Bak
biofilter anaerob akan mengolah air limpasan yang berasal dari bak
pengendapan pertama secara anaerobik. Pada bak ini direncanakan menjadi
dua ruang guna memaksimalkan degradasi bahan organik. Bak ini juga
dilengkapi dengan media filter sarang tawon yang memiliki luas permukaan
yang cukup besar dan sangat baik untuk proses pengolahan.
4.3.3 Bak Biofilter Aerobik
Air limpasan dari bak biofilter anaerob kemudian diolah pada bak
biofilter aerob. Pada bak ini diisi dengan media sarang tawon untuk
mendegradasi bahan organik yang masih terdapat dalam air limbah.
Penambahan udara (aerasi) dilakukan guna mendukung pertumbuhan
mikroorganisme dalam media filter. Air limbah akan berkontak dengan
mikroorganisme yang tersuspensi maupun yang menempel pada permukaan
45
media menyebabkan peningkatan efisiensi pengolahan zat organik, deterjen
serta mempercepat proses nitrifikasi sehingga penghilangan amonia lebih
besar. Proses ini biasa disebut aerasi kontak (contact aeration) (Arina,
2012).
4.3.4 Bak Sedimentasi II (Pengendapan akhir)
Bak pengendap akhir atau sering disebut final clarifier merupakan unit
pengolahan bahan organik secara fisika. Pengolahan ini prinsipnya mirip
dengan prinsip pengendapan pertama dimana perbedaan hanya terdapat pada
letak pengolahan dan kualitas influent yang diolah. Pada bak pengendap
pertama kualitas effluent tiap parameter cenderung tinggi bahkan sangat
tinggi, karena masih belum dilakukan pengolahan secara biologis.
Sedangkan pada bak pengendapan terakhir kualitas influent cenderung
sudah turun karena telah terjadi pengolahan pada bak sebelumnya.
4.3.5 Bak Disinfeksi
Klorinasi direncanakan dengan alat dosing pump/infuse chlorinator,
dimana larutan klorin pada konsentrasi yang terukur dialirkan ke dalam air
limpasan IPAL melalui saluran selang yang dilengkapi pengatur aliran kran
(Said, 2006).
46
4.4 Diagram Alir
Sumber Air
Limbah
Gambar 4.1 Diagram Alir Proses IPAL terpilih (Biofilter Anaerobik Aerobik)
47
BAB V
PERHITUNGAN
Desain Perencanaan :
Q Peak = 60,66 m3/hari → 0,0007 m3/detik
V = 0,5 m/detik
Perhitungan :
1. Luas Penampang
Q peak
A =
v
0,0007
=
0,5 m/detik
= 0,0014 m2/detik
48
2. Diameter pipa hitung
( )
1
A
dh = 4x 2
3,14
= (4 x
3,14 )
1
0,0014 2
= 0,1 → 100 mm
3. Tinggi renang
D/dh = 0,5 x dh
= 0,5 x 100 mm
= 50 mm
4. Diameter rencana
Dr = dh + D/dh
= 100 mm + 50 mm
= 150 mm
Jenis pipa yang digunakan pada inlet dan outlet IPAL adalah pipa
PVC.Pipa PVC dipasaran dengan diameter rencana yaitu 150 mm tersebut
tidak tersedia.Maka direncanakan diamter diatas 150 mm yaitu 165 mm
atau 6 inc.
49
Perhitungan :
Panjang Bak (P) = 2,75
Lebar bak (L) =1,25
Removal minyak dan lemak = 90 %
Minyak dan lemak(out) = 5 mg/l x (100-90%)
= 0,5 mg/l
Asumsi air limbah dapur = 5% x Q Peak
= 5% x 60,66 m3/hari
= 3,033 m3/hari → 3033 l/hari
Massa minyak = 5 mg/l x 3033 l/hari x 7 hari
= 106.155 mg → 106,155 gr
Volume minyak = Massa minyak / ρ minyak
= 106,155 gr / 0,5 g/cm3
=
212,31 cm3 → 0,00021 m3
H minyak = Volume minyak / (P x L)
= 0,00021 / (2,75 x 1,25)
= 6,109 x 10-5 m
Volume air = Q x waktu detensi
= 3,033 m3/hari x 0,02429 hari
= 0,0736 m3
H air = Volume air / (P x L)
= 0,0736 / (2,75 x 1,25)
= 0,0214 m
H bak = H minyak + H air
= 6,109 x 10-5 m + 0,0214 m
= 0,0214 m
Volume bak = P x L x H bak
50
= 2,5 m x 1,25 m x 1,2 m = 4,125 m3
5.1.3 Bak Ekualisasi
Desain perencanaan :
Qpeak Kapasitas Pengolahan =60,66 m3/hari
HRT = 4 – 8 Jam = 6 jam
6
Volume bak yang diperlukan = ( ) hari x 60,66 m3/hari
24
= 15,165 m3
Ditetapkan dimensi bak :
Panjang = 3,5 m
Lebar = 3,5 m
Kedalaman air =1m
Freeboard (ruang bebas) = 0,5 m
Volume efektif = 16,16 m3
Konstruksi = Beton K300
Tebal dinding = 20 cm
Cek :
3
16,16 m
Waktu tinggal HRT = x 24 = 6 jam
60,66 m3
51
= 7,58 m3
Volume Efektif = 8,5 m3
Konstruksi = Beton K300
Tebal Dinding = 20 cm
Chek :
❑
Waktu tinggal HRT = ❑ x 24
= 6 jam
52
(Sumber : Al-Layla “Water Supply Engineering”)
Direncanakan :
Jumlah bak = 1 bak
Debit Air Limbah = 0,0007 m3/detik
A. Zona Inlet
1. Saluran Pembawa
Q Peak = 0,0007 m3/detik
Kecepatan Aliran (v) = 1 m/detik
P:L =2:1
Tinggi saluran = 0,5
Waktu detensi = 1,5 jam
Q 0,0007 m 3 /detik
A = =
v 1 m/detik
= 0,0007 m3/detik
A =pxl
0,0007 m3/detik =2xl
2. Dimensi Bak
Q
A = =
2,33 x 10−4
0,0007 m3 /detik
2,33 x 10−4 m/detik
= 3,004
Volume = Q x Waktu detensi
53
= 0,0007 m3/detik x 5.400 detik
= 3,78 m3
A =PxL
A = 2L x L
3,004 m2 = 2L2
L =
√ 3,004
2
= 1,22 m
P =2xL
= 2 x 1,22 = 2,44
H air = Volume/luas
= 3,78 m3/1,22 m2 = 3,09 m
Ruang Bebas (Freeboard) = 0,5 m
H = 3,09 + 0,5 = 3,59 m
Dimensi bak sedimentasi = Panjang = 2,44 m
Lebar = 1,22 m
Tinggi = 3,59 m
Kecepatan Horizontal (Vh) = Panjang / Waktu detensi
= 2,44 m / 5400 detik
= 0,000451 m/detik
Kontrol Nre aliran
T air = 30 ﹾC
Viskositas (v) = 0,803.10-6.m2/detik
g = 9,81 m/detik
(1 x h) ( 1,2 x 3,09 )
R = = = 0,50
( 1+ 2h ) ( 1,2+ 2 x 3,09 )
m
54
Vh x R
Nre aliran = =
v
m
0,000451 x 0,43 m
detik
−6 2
0,803.10 . m /detik
= 241,50 …. < 2000 !OK
Aliran Laminer
Kontrol Nfr
( 0,000451m/detik )2
( Vh )2
Nfr = = m
g x R 9,81 x 0,50 m
detik
= 4,14 x 10-8 > 10-5 !OK
B. Zona Pengendapan
Direncanakan :
Q peak = 0,0007 m3/detik
Efisiensi Removal = 30 %
Konsentrasi TSS = 42 mg/l
Diskret dan grit = 90% x konsentrasi TSS
= 90 % x 42 mg/l = 37,8 mg/l
Berat jenis sludge = 1,02 kg/l
Partikel terendapkan = 60 % x 37,8 mg/l
= 22,68 mg/l → 0,02268 kg/m3
Berat Solid (Ms) = Q peak x partikel terendapkan
= 0,0007 m3/detik x0,02268 kg/m3
= 0,000015 kg/detik → 1,296
kg/hari
Volume sludge = volume solid + volume air
55
=
M solid m air
x
massa jenis solid massa jenis air
= ;Ms:Ma =129 : 5 Ma = 26 Ms
=
Ms
massa jenis air
x
1
ss (
+26 )
=
1,296
1000
x( 1
42
+26 )
= 0,033 m3/hari
Direncanakan :
Periode Pengurasan
Volume ruang lumpur
Dimensi Ruang Lumpur :
Luas bawah (A1) direncanakan b =
56
57
58
59