Anda di halaman 1dari 41

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas rahmat Allah SWT karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya-lah penulis dapat menyelesaikan laporan proposal ADKL
(Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan) yang berjudul ANALISIS DAMPAK
LIMBAH INDUSTRI KARET DI PT. SUMBER DJATIN KELURAHAN
SIANTAN TENGAH KECAMATAN PONTIANAK UTARA.
Dalam menyelesaikan laporan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Pengelola PT. Sumber Djatin beserta staf.
2. Dosen matakuliah ADKL Aryanto Purnomo, SKM, MKM yang telah
membimbing untuk menyelesaikan laporan ini.
3. Pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan dan
kekurangannya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
sangat diharapkan. Semoga laporan

ini dapat memberikan

pengetahuan kepada pembaca.

Pontianak, Februari 2014

Penulis

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR TABEL

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Limbah merupakan hasil sisa dari sebuah proses yang tidak dapat
digunakan kembali, apabila limbah ini terlalu banyak dilingkungan maka akan
berdampak pada pencemaran lingkungan dan berdampak pada kesehatan
masyarakat sekitar. Limbah dibagi menjadi dua bagian sumber yaitu limbah yang
bersumber domestik (limbah rumah tangga) dan limbah yang berasal dari nondomestik (pabrik, industri dan limbah pertanian). Bahan-bahan yang termasuk dari
limbah harus memiliki karakteristik diantaranya adalah mudah meledak, mudah
terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, bersifat korosif dan lainlain.
Sebelum air limbah dibuang ke pembuangan akhir hendaknya harus
menjalani pengolahan terlebih dahulu, sehingga dibutuhkan rencana pengelolaan
air limbah yang baik. Tujuan dari pengelolaan air limbah antara lain untuk
mencegah pencemaran pada sumber air rumah tangga, melindungi organisme
yang hidup di dalam air, menghindari pencemaran permukaan tanah, dan
menghilangkan tempat berkembangbiaknya bibit dan vektor penyakit (Al-Kdasi,
2004).
Berdasarkan peraturan pemerintah, menyebutkan bahwa setiap organisasi
ataupun perusahaan yang menghasilkan air limbah dengan konsentrasi dan
volume (debit) melebihi baku mutu air limbah yang telah ditetapkan diwajibkan
untuk melakukan pengolahan air limbah sebelum air limbah tersebut dibuang ke

sungai. Selain itu peraturan pemerintah juga menyebutkan bahwa peraturanperaturan terkait seperti Peraturan Pemerintah tentang pengelolaan lingkungan
hidup, Peraturan Menteri Lingkungan hidup tentang AMDAL dan UKL-UPL,
limbah B3 serta Peraturan Gubernur tentang Baku Mutu Air Limbah dan praturan
lainnya sebagai acuan (Sumada, 2012).
Berdasarkan peraturan terbut sehingga semua kegiatan ataupun usaha yang
menghasilkan limbah diwajibkan untuk melalukan pengelolaan terlebih dahulu
supaya limbah yang dikeluarkan ke saluran pembuangan bersifat aman bagi
semua makhluk hidup (Sumada, 2012).
Masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi kuantitas air
yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas
air untuk keperluan domestik yang semakin menurun. Kegiatan industri,
domestik, dan kegiatan lain berdampak negatif terhadap sumber daya air yaitu
dapat menurunkan kualitas air. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan,
kerusakan, dan bahaya bagi makhluk hidup yang bergantung pada sumber daya
air. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan dan perlindungan sumber daya air
secara seksama.
Limbah mempunayi efek yang berbahaya terhadap kesehatan manusia
karena sifat toksik bahan yang dikandung dalam limbah tersebut. Berbagai jenis
penyakit yang dapat terjadi karena limbah berbahaya adalah penyakit
pneumoniosis, silicosis, byssinosis, siderosis, talkosis dan berbagai jenis
keracunan lainnya. Penyakit-penyakit yang ditimbulkan dari limbah berbahaya

dapat bersifat akut dan kronis. Terutama limbah berbahaya toksis, dimana proses
reaksinya sangat kompleks.
Dalam pembuangan limbah domestik maupun non-domestik di daerah
pemukiman sebaiknya dilakukan penataan ulang lokasi pembuangan limbah, agar
aliran limbah dari masing-masing pemukiman penduduk dapat terkoordinasi
dengan baik, dan tidak menimbulkan penyakit yang meresahkan kehidupan
penduduk sekitar.
Salah satu industri yang erat hubungannya dengan masalah lingkungan
adalah industri karet. Kebutuhan bahan baku karet tersebut dipenuhi oleh petani
karet berupa bahan olah karet berbentuk kepingan atau batangan balok, dari
proses pengolahan karet tersebut menghasilkan limbah cair yang banyak
mengandung senyawa organik. Pengendalian pencemaran yang ditimbulkan oleh
limbah karet perlu mendapat perhatian yang serius untuk dipelajari dan diteliti
agar tingkat pencemaran limbah yang dibuang keperairan berada dibawah baku
mutu lingkungan (BML) yang telah ditetapkan. Hal ini memerlukan penanganan
yang terpadu antara pihak pemerintah, industri dan masyarakat, dan juga
diperlukan teknologi pengolahan limbah karet yang murah dan mudah dalam
penanganannya, seperti melalui proses aerasi dan koagulasi.
Berdasarkan uraian diatas penulis merasa tertarik untuk melakukan
kunjungan ke salah satu industri karet yaitu PT. Sumber Djatin

kelurahan

Siantan Tengah kecamatan Pontianak Utara untuk melihat dan menilai apakah
hasil pengolahan limbah hasil industri karet tersebut memenuhi syarat Baku Mutu
Lingkungan untuk di buang keperairan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, pokok permasalahan yang dapat
dirumuskan yaitu apakah hasil pengolahan limbah industri karet telah memenuhi
persyaratan Baku Mutu Lingkungan untuk dibuang keperairan.
1.3 Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk menganalisis limbah industri karet di PT. Sumber Djatin
kelurahan Siantan Tengah kecamatan Pontianak Utara.
2. Tujuan khusus
1. Untuk menganalisis kegiatan produksi, bahan baku, keluaran limbah
dan karakteristik limbah industri karet PT. Sumber Djatin kelurahan
Siantan Tengah kecamatan Pontianak Utara .
2. Untuk menganalisis BOD/COD limbah industri karet PT. Sumber
Djatin kelurahan Siantan Tengah

kecamatan

Pontianak Utara

sebelum diolah, sesudah diolah dan sesudah masuk ke badan air.


3. Untuk menganalisis perilaku pekerja industri karet PT. Sumber
Djatin kelurahan Siantan Tengah kecamatan Pontianak Utara .
4. Untuk menganalisis dampak yang ditimbulkan dari limbah industri
karet PT. Sumber Djatin kelurahan Siantan Tengah
Pontianak Utara .

kecamatan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sumber Limbah Industri Karet
Apabila dilihat dari tahapan poduksi baik dari bahan baku berasal dari lateks
dan bahan olahan karet rakyat (bokar), maka limbah yang terbentuk pada industri
karet dapat berupa limbah padat, limbah cair, dan limbah gas. Kualitas bahan baku
berpengaruh terhadap tingkat kuantitas dan kualitas limbah yang akan terjadi
dengan rincian sebagai berikut :
1. Makin kotor bahan karet olahan akan makin banyak air yang diperlukan
untuk proses pembersihannya, sehingga debit limbah cairpun meningkat.
2. Makin kotor dan makin tinggi kadar air dari bahan baku karet olahan, akan
makinmudah terjadinya pembusukan, sehingga kuantitas limbah gas/bau
pun meningkat.
3. Bahan baku karet olahan yang kotor menyebabkan kuantitas lumpur, tatal
dan pasir relatif tinggi. Pembersihan dilakukan melalui pengecilan ukuran,
proses ini juga bertujuan untuk memperbesar luas pemukaan karet agar
waktu pengeringan relatif singkat. Dengan demikian, limbah yang
terbentuk dominan berbentuk limbah cair.
Bahan baku olahan karet rakyat bahan baku karet rakyat berbentuk
koagulum (bongkahan) yang telah dibubuhi asam semut dan banyak mengandung

air dan unsur pengotor dari karet baik disengaja maupun tidak disegaja oleh kebun
rakyat. Sumber limbahnya antara lain:
a. Penyimpanan koagulum
b. Sebelum produksi terlebih dulu karet disempot air sehingga menghasilkan
limbah
c. Pencacahan koagulum lalu di cuci dengan air lagid. Proses peremahan
dengan hammer mill juga menghasilkan limbah cair, walaupun jumlahnya
relatif sedikit. Bahan baku berasal dari lateks kebun dalam proses produksi
untuk meghasilkan karet digunakan air lebih sedikit, tetapi mempunyai
bahan kimia didalam air limbahnya. Sumber limbahnya adalah dari proses
pencacahan dan peremahan. Pengaruh tiap parameter terhadap lingkungan
dapat dijelaskan sebagai berikut:
BOD
BOD merupakan salah satu parameter limbah yang memberi gambaran
terhadap tingkat polusi air. Semakin tinggi nilai BOD menunjukkan makin
besar oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk merubah
organik. Makin tinggi kandungan bahan organik akan menyebabkan makin
berkurangnya konsentrasi oksigen terlarut di dalam air yang akhirnya
berakibat kematian berbagai biota air. Pengurangan konsentrasi oksigen
terlarut menyebabkan kondisi aerob bergeser ke kondisi anaerob.
COD
COD mirip dengan BOD, bedanya osigen yang diperlukan merupakan
oksigen kimiawi seperti O2 atau oksidator lainnya untuk mengoksidasi

secara kimia bahanorganik menjadi senyawa lain seperti gas metan,


amoniak, dan karbon dioksida. Nilai COD selalu lebih tinggi daripada nilai
BOD karena hampir seluruh jenis bahan organik dapat teroksidasi secara
kimia termasuk bahan organik yang teroksidasi secara biologis.
Padatan Terendap
Padatan terendap menunjukkan jenis padatan yang terkandung di dalam
cairan limbah yang mampu mengendap di dasar cairan secara gravitasi
dalam waktu paling lama sekitar 1 jam.
Padatan Tersuspensi
Padatan tersuspensi adalah padatan yang membentuk suspensi atau
koloid. Secarakasat mata padatan ini terlihat mengapung atau mengambang
serta mengeruhkan air karena berat jenisnya relatif rendah.
Padatan Terlarut
Padatan ini bersama-sama dengan suspensi koloid tidak dapat
dipisahkan secara penyaringan. Pemisahannya hanya dapat dilakukan
dengan proses oksidasi biologis atau koagulasi kimia.
Kandungan Nitrogen
Bentuk senyawa nitrogen yang paling umum adalah protein amonia,
nitrit dan nitrat. Ketiga jenis terakhir ini dihasilkan dari perombakan protein,
sisa tanaman dan pupuk yang tersisa di dalam cairan limbah. Derajat
Keasaman (pH) suatu cairan dikatan bersifat normal bila pH = 7, makin

rendah nilai pH artinya air makin bersifat asam, sebaliknya makin tinggi
bersifat basa.
2.2 Limbah yang Dihasilkan
1. Limbah Cair
Limbah cair karet merupakan air sisa produksi dari pengolahan karet
menjadi benang karet dan air dari pembersihan alat/area. Limbah karet
mengandung amoniak dan nitrogen total yang berbahaya apabila melewati
batas standar yang telah ditetapkan sehingga dapat mencemari air sungai
dan lingkungan sekitarnya. Pengolahan limbah cair tersebut dilakukan
dengan menampungnya pada bak penampungan limbah untuk kemudian
diendapkan, disaring dan sisanya dialirkan ke lingkungan
2. Limbah Padat
Limbah padat yang dihasilkan berupa busa lateks dan sisa slab.
Limbah padat hasil pengolahan dari IPAL berasal dari proses koagulasi
kimia dengan ferosulfat dikeringkan di drying bed ditampung di bak
penampung.
2.3 Pengolahan Air Limbah
1. Collecting Reservoir
Air buangan yang berasal dari pengolahan benang karet dialirkan
melalui saluran parit ke bak collecting reservoir. Didalam bak collecting
reservoir terdapat 3 sekat atau sisi dimana pada tiap-tiap pintu/ sekat
tersebut ada terdapat saringan. Bak ini berguna sebagai bak pengontrol

sludge atau residu asam asetat dan karet sehingga diharapkan waste water
yang akan mengalir keproses selanjutnya terbebas dari sludge dan karet
tersebut.
2.

Equalisation Basin
Air buangan dari collecting reservoir dialirkan kedalam bak
Equalisation Basin. Proses ini bertujuan untuk mengurangi atau
mengembalikan variasivariasi karakteristik air limbah agar segera
tercapai kondisi yang optimum pada proses pengolahan selanjutnya.
Dengan adanya bak equalisasi ini diharapkan debit aliran dan beban
pencemaran yang bervariasi dapat diubah menjadi konstan atau mendekati
konstan.
Fungsi bak equalisasi adalah :
a.

Meredam bahan akibat adanya fluktasi bahan organis yang dapat


mengganggu proses biologis aerob.

b.

Mengendalikan pH air limbah.

c.

Mengurangi fluktasi debit air, sehingga bahan homogeny secara


merata atau teratur diatur pengalirannya menuju proses selanjutnya.

d.

Mencegah terjadinya konsentrasi bahanbahan homogen beracun yang


tinggi memasuki unit pengolahan biologis yang aerobik.
Pada bak equalisasi ini dilakukan aerasi agar terjadinya homogenitas

air limbah serta dapat terjadinya pencapaian Biochemical Oxygen Demand


(BOD) yang diinginkan.

3. Alkalization Basin
Setelah dari bak equalisasi, air kemudian dipompakan kedalam bak
alkalization basin. Proses alkalisasi ini dilakukan untuk memisahkan
logam berat dari air limbah dengan menaikkan pH asam menjadi basa.
Dimana dalam hal ini air limbah mengandung kadar zink yang tinggi, dan
zink merupakan salah satu jenis logam yang mudah terikat dengan zat
zat lainnya.
Pada bak alkalization ini dilakukan pengadukan larutan caustic soda
(penambahan NaOH 30%) dan penambahan polielektrolit yang secara
otomatis akan membentuk endapan. Dan yang berupa sludge cair akan
dialirkan ke bak sedimentasi basin.
4. Sedimentasi Basin
Air buangan yang berasal dari bak alkalization akan dialirkan kedalam
bak sedimentasi. Proses sedimentasi ini bertujuan untuk mengendapkan
fase lumpur yang terdapat pada air limbah sebagai hasil dari proses
alkalisasi. Partikel air harus cukup besar agar dapat diendapkan dalam
jangka waktu tertentu. Kecepatan pengendapan akan berbanding langsung
dengan kuadrat diameter partikelpartikelnya. Jika partikel membentuk
aglomerat maka kecepatan akan bertambah besar.
Bak sedimentasi ini berbentuk spiral atau dapat dikatakan berbentuk
lingkaran yang mempunyai 3 lapisan. Air limbah yang akan diolah akan
masuk kebagian tengah pada bak pengendapan, kemudian dialirkan

kebagian bawah dan kesamping. Pada waktu air mengalir kepermukaan


sludge akan jatuh ke dasar bak secara gravitasi, kemudian air keluar
melalui saluran yang dipasang secara radial.
5. Lifhting Pump Station
Air limbah dari bak sedimentasi akan dialirkan ke Lifhting pump
station, dimana lifhting pump station ini berfungsi sebagai post sementara
untuk pengumpulan phase cair. Kemudian air akan dimasukkan kedalam
neutralisasi basin.
6. Neutralisasi Basin
Bak netralisai dilakukan untuk menetralkan air limbah dari pH 10
menjadi pH 7 (netral). Pada proses ini dilakukan pengadukan dengan
menambahkan asam sulfat 30%. Proses netralisasi ini bermanfaatuntuk
proses biologi, dimana diperlukan pH air limbah antara 6 - 8 sehingga
tercapainya kondisi yang optimum.
7. Bak Aerasi Lagon
Air limbah kemudian dimasukkan ke dalam Bak Aerasi Lagon. Fungsi
dari bak aerasi lagon ini adalah untuk menurunkan kadar COD dan BOD
pada air limbah. Bak aerasi inni terdiri dari 5 lagon, dimana setiap lagon
dilengkapi dengan aerator dengan jumlah yang berbeda.
Adapun jumlah aerator pada tiap tiap lagon yaitu :
a. Lagon I terdapat 105 pcs aerator.
b. Lagon II terdapat 98 pcs aerator.

c. Lagon III terdapat 56 pcs aerator.


d. Lagon IV terdapat 56 pcs aerator.
e. Lagon V terdapat 56 pcs aerator.
Dalam bak aerasi ini terjadi reaksi penguraian zat organik yang
terkandung di dalam air buangan secara biokimia oleh mikroba yang
menjadi

gas

mikroorganisme

karbin
dalam

monoksida
lagon

dan

akan

sela

yang

bertambah

baru.

Jumlah

banyak

dengan

dihasilkannya selsel yang baru.


Air buangan yang berasal dari lagon yang terakhir yaitu lagon V yang
akan dialirkan ke dalam bak clarifier, dimana pada bak ini terdapat 3
lingkaran. Prinsip kerja dari bak clarifier ini yaitu dengan menggunakan
sistem spuy. Di dalam clarifier terjadi proses pengendapan, yang dilakukan
untuk memisahkan padatan tepung atau kotorankotoran yang mempunyai
berat jenis yang lebih rendah dari sludge akan di kembalikan ke bak
equalisasi.
Kemudian air di masukkan ke Post Aeration I dan Post Aeration
II. Dimana pada bak ini terjadi penguraian yang berlangsung dalam
kondisi cukup O2 yang berguna untuk kelangsungan kehidupan
mikroorganisme. Dari Post Aeration air buangan dapat dibuang langsung
kebadan sungai, yang tentunya terlebih dahulu dianalisa di dalam
laboratorium.

8.

Thickening Basin
Selanjutnya Sludge phase limbah yang berasal dari bak sedimentasi
akan dimasukkan ke dalam bak thickening.

9. Diagfragma Pump Station (DPS) dan Filter Press


Phase sludge kemudian akan di tarik ke dalam Diagfragma Pump
Station, selanjutnya akan dimasukkan ke dalam Filter Press. Filter press
berfungsi untuk mengepress kadar air dalam phase sludge, dan phase
sludge dapat dibuang secara langsung ke lingkungan.
10. Incenerator
Phase sludge juga dapat dibakar di Incenerator dengan suhu 800C.
Dimana dari 100 kg phase sludge setelah dibakar di incinerator akan
berukuran menjadi 30 kg, dengan kata lain mengurangi phase sludge
sebanyak 70%.
2.4 PERATURAN dan AMDAL
1. UULH Nomor 4 Tahun 1982 itu dapatdiuraikan sebagai berikut :
a. Bahwa lingkungan hidup sebagai konsep kewilayahan.
b. Wawasan tentang hubungan manusia dengan lingkungan hidup. Kedua
hal ini menimbulkan implikasi dan konsekuensi yang dijabarkan dalam
azas-azas yang dianut yaitu :

Hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.

Pelestarian kemampuan lingkungan hidup.

Penguasaan sumber daya alam oleh negara.

Keterpaduan dalam penyelenggaraan pengelolaan lingkungan


hidup.

2.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan


Hidup, menyatakan bahwa lingkungan hidup merupakan kesatuan ruang
dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk
manusia

dan

perilakunya

yang

mempengaruhi

kelangsungan

perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.


3.

Pasal 6 ayat (1) Undang-undang No.23 tahun 1997.


Setiap kegiatan industri harus berupaya untuk secara konsisten
melaksanakan setiap kewajibannya dalam pengelolaan lingkungan hidup
sebagaimana dipersyaratkan dalam setiap izin yang dimilikinya, maupun
persyaratan lainnya yang ditentukan dalam peraturan perundangundangan yang berlaku.Sebagai bentuk upaya pengelolaan lingkungan
sebelum melakukan kegiatan usaha setiap industri wajib untuk
mambuat AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup) atau
UKL-UPL (Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan
Lingkungan) berdasarkan Pasal 3 ayat (1) Peraturan Pemerintah No.27
tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup dan
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.17 thn 2001 ttg Jenis Rencana
Usaha Dan Atau Kegiatan yg Wajib Dilengkapi AMDAL, jo. PP No.27
tahun 1999 dan Kepmen LH No.12/MENLH/3/1994 ttg Pedoman Umum
Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan.

BAB III
KERANGKA KONSEPSIONAL
3.1 Kerangka Konsep
Simpul A :

Simpul B :

Sumber limbah industri


karet berasal dari :

Media
berupa :

a. Kegiatan produksi
b. Bahan baku
c. Keluaran limbah

Air (BOD)

Simpul C :

Simpul D :

Perilaku
pekerja
industri karet
dalam bekerja
menggunakan
alat pelindung
diri (APD)

Dampak/gang
guan
kesehatan
yang
ditimbulkan
dari limbah
industri :
iritasi kulit,
sesak nafas,
penyakit kulit
(jamur) dll.

Gambar 3. 1 Skema Kerangka Konsep


1. Simpul A
Pada simpul ini dilakukan pengamatan pada sumber yang ada di industri
karet yang berasal dari kegiatan produksi, bahan baku, dan keluaran limbah .
2. Simpul B
Pengukuran limbah pada media air, yaitu dengan mengukur BOD untuk
mengetahui tingkat pencemaran air dengan melihat kandungan oksigen
didalamnnya. BOD (biological oxygen demand) adalah suatu karakteristik
yang menunjukkan

jumlah

oksigen

terlarut

yang

diperlukan

oleh

mikroorganisme (biasanya bakteri) untuk mengurai atau mendekomposisi


bahan organik dalam kondisi aerobik.

3. Simpul C
Pekerja industri karet merupakan salah satu kelompok orang yang
berpotensi terhadap paparan limbah industri karet. Hal ini terkait dengan
perilaku pekerja dalam penggunaan APD yang sangat mempengaruhi orang
tersebut terpapar oleh hasil limbah industri. APD yang digunakan seperti
sepatu karet, sarung tangan, masker (respirator), jas hujan (rain coat), kaca
mata pengaman (safety glasses).
4. Simpul D
Menganalisis terjadinya gangguan kesehatan terkait dengan terpaparnya
oleh limbah industri baik dalam waktu pendek maupun panjang. Adapun
dampak kesehatan yang dapat terjadi yaitu iritasi kulit, sesak nafas, penyakit
kulit seperti jamur dll.
3.2 Definisi Operasional
Tabel 3. 1
Definisi Operasional
No

Variabel

Definisi

Cara

Operasional

Ukur

Observasi

Kegiatan

Proses

produksi

peengolahan
bahan baku karet
menjadi

bahan

jadi yang siap di


pasarkan.
2

Bahan Baku

Bahan yang akan Observasi


dilakukan

Alat Ukur

Hasil Ukur

Skala
Ukur

pengolahan
menjadi

produk

yang

akan

dipasarkan.
3

Keluaran

Hasil

olahan Observasi

Checklist

Limbah

limbah yang telah

b. Cair

melalui

c. Gas

proses

a. Padat

Nominal

pengolahan
4.

BOD

Suatu karakteristik

Dokumen

Hasil Lab a. > NAB

yang menunjukkan

tasi hasil

b. NAB

jumlah

oksigen

laboratori

terlarut

yang

diperlukan

oleh

um

mikroorganisme (bi
asanya
untuk

bakteri)
mengurai

atau
mendekomposisi
bahan

organik

dalam kondisi
aerobik.
5.

Alat

yang Observasi

Alat

Pelindung

digunakan dalam

Diri (APD)

bekerja

Checklist

a. Sepatu
karet,

untuk

b. Sarung

melindungi tubuh

tangan,

dari ancaman atau


gangguan
dapat terjadi.

yang

c. Masker
(respirator)
d. Jas hujan
(rain coat)
e. Kaca mata
pengaman
(safety

Rasio

glasses)
6.

Iritasi kulit

Terjadinya alergi,

Wawanca

gatal-gatal akibat

ra

Checklist

a. Ya

Nominal

b. Tidak

reaksi kulit yang


sensitive.
7.

Sesak nafas

Wawanca

Kesulitan
bernafas

yang

disebabkan

oleh

kondisi

Checklist

ra

a. Ya

Nominal

b. Tidak

respirasi

(saluran

nafas

dan

paru-paru)

atau

sirkulasi

(jantung

dan

pembuluh darah).
8.

Penyakit
jamur kulit

Penyakit

yang

Wawanca
ra

disebabkan
karena

adanya

infeksi

jamur.

Penyakit

jamur

kulit dapat berupa


kadas dan kurap

Checklist

a. Ya
b. Tidak

Nominal

BAB IV
METODELOGI SURVEILANS
4.1 Desain Penelitian
Penelitian ini bersifat observasional, dimana dilakukan studi observasi dan
pengukuran pada masing-masing simpul yaitu simpul A,B,C dan D.
4.2 Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu
Waktu penelitian dilaksanakan pada14 Februari 2014.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di pabrik karet PT. Sumber Djatin kelurahan Siantan
Tengah kecamatan Pontianak Utara.
4.3 Objek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah sumber
limbah karet, media (BOD/COD), perilaku pekerja industri karet, dan dampak
limbah industri karet.
4.4 Populasi dan sampel
4.4.1 Populasi penelitian
Populasi yang di ambil dalam penelitian adalah pekerja industri
karet PT. Sumber Djatin
Pontianak Utara.

kelurahan

Siantan Tengah kecamatan

4.4.2 Sampel penelitian


Sedangkan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah
limbah industri karet dan pekerja di PT. Sumber Djatin kelurahan
Siantan Tengah kecamatan

Pontianak Utara. Pengambilan sampel

dalam penelitian ini dilakukan secara proporsional area random


sampling. Jumlah sampel ditentukan dengan rumus sebagai berikut
(Lemeshow, 1997) :

Dimana :
n

= besar minimal sampel

Z1-/2

= nilai tingkat kepercayaan pada kemaknaan = 5% (1,96)

= estimasi proporsi 0,5

= simpangan mutlak 10%

= nilai maksimal probabilitas

= populasi

Perhitungan :

n=

n=

n=

n=

n = 56,188264
n = 56 orang
4.5 Teknik dan Instrumen Pengambilan Data
4.5.1 Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa:
a. Data Primer
Data primer yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini adalah
data yang diperoleh secara langsung melalui kuesioner dan
wawancara

yang

dipandu

pengisiannya

mengenai

identitas

responden, umur, riwayat kesehatan, perilaku responden serta


observasi tempat penelitian dan data hasil pengukuran kualitas
limbah industri karet.
b. Data Sekunder
Adalah data yang diperoleh dari informasi mengenai jumlah industri
karet yang berada di Pontianak.
4.5.2 Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan langkah
sebagai berikut :

1. Editing, yaitu pemeriksaan kuesioner untuk mengetahui kelengkapan


dan konsistensi jawaban.
2. Coding, yaitu memberikan kode pada jawaban responden untuk
memudahkan pengolahan data.
3. Skoring, yaitu memberikan nilai pada jawaban responden untuk
memudahkan pengolahan data.
4. Entry, yaitu memasukan data yang telah dilakukan coding dalam
program aplikasi pengolahan data berbasis computer.
5. Tabulating, yaitu pengelompokan data ke dalam tabel yang di buat
sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian.
6. Analiting, yaitu menganalisa data dalam tabel sesuai dengan maksud
dan tujuan penelitian.
4.6

Teknik Penyajian Data


Data dalam penelitian ini disajikan dalam beberapa bentuk yaitu :
1.

Bentuk Tabel
Penyajian data dalam bentuk tabel dipilih untuk memudahkan

pembacaan data sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian.


2.

Bentuk Teks atau Narasi


Penyajian

data

dalam

bentuk

teks

dilakukan

untuk

mendeskripsikan atau penjelesan dari data yang telah disajikan dalam


bentuk tabel.

4.7

Teknik Analisis Data


Teknik analisa data dalam penelitian ini adalah :
Data

yang

terkumpul

dilakukan

pemeriksaan

validasi

data,

pengkodean, rekapitulasi dan tabulasi kemudian dilakukan analisis


statistik (Sugiyono, 2007),

kemudian dilakukan analisis univariat.

Deskriftif variabel penelitian disajikan dengan frekuensi dari variabelvariabel penelitian yang diteliti dan disajikan dalam bentuk tabel.

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Survey
5.1.1 Sumber Pencemaran (Simpul A)
Tabel 5. 1
Karakteristik Limbah yang Dihasilkan di Pabrik Karet PT. Sumber Djatin
kelurahan Siantan Tengah kecamatan Pontianak Utara Tahun 2014
No
1.
2.

Bentuk Limbah yang


Dihasilkan
Proses produksi
Karakteristik limbah
a. Padat
b. Cair
c. Gas

Jumlah

Porsentase (%)

83,34

1
2
5

16,67
33,34
83,34

Sumber : Data primer, 2014.


Pada tabel 5.1 diatas dapat diketahui bahwa dari 5 proses produksi
yang menghasilkan limbah, sebagian besar (83,34%) limbah yang
dihasilkan yaitu berupa gas.
5.1.2 BOD dan DO (Simpul B)
Tabel 5. 2
Hasil Pemeriksaan BOD dan DO di Pabrik Karet PT. Sumber Djatin
kelurahan Siantan Tengah kecamatan Pontianak Utara Tahun 2014
No Parameter
1.
2.

DO
BOD

Kadar
6,048 mg/L
Tidak terdeteksi

Kesimpulan
Tingkat pencemaran tinggi
Tidak terdeteksi

Sumber : Data primer, 2014.


Pada tabel 5.2 diatas dapat diketahui jumlah DO adalah 6,048 mg/L
(tingkat pencemaran tinggi) sedangkan BOD tidak terdeteksi.

5.1.3 Pengetahuan dan Perilaku (Simpul C)


1. Pengetahuan Pekerja Industri Karet PT. Sumber Djatin
Tabel 5. 3
Pengetahuan Pekerja Industri Karet di Pabrik Karet PT. Sumber
Djatin kelurahan Siantan Tengah kecamatan
Pontianak Utara Tahun 2014
No
1.
2.

Pengetahuan

Jumlah
(orang)
25
31
56

Tahu
Tidak tahu
Jumlah

Porsentase (%)
44,64
55,36
100

Sumber : Data primer, 2014.


Pada tabel 5.3 diatas pengetahuan pekerja industri karet di PT.
Sumber Djatin sebagian besar pengetahuannya

yaitu kurang

(55,36%).
2. Perilaku pekerja industri karet PT. Sumber Djatin
Tabel 5. 4
Perilaku Pekerja Industri Karet di Pabrik Karet PT. Sumber Djatin
kelurahan Siantan Tengah kecamatan Pontianak Utara
Tahun 2014
No
1.
2.

Perilaku

Jumlah (orang)

Porsentase (%)

15
41
56

26,79
73,21
100

Ya
Tidak
Jumlah

Sumber : Data primer, 2014.


Pada tabel 5.4 diatas perilaku pekerja industri karet di PT.
Sumber Djatin sebagian besar perilakunya yaitu kurang (73,21%).

5.1.4 Gangguan kesehatan (Simpul D)


Tabel 5. 5
Gangguan Kesehatan Pekerja Industri Karet di Pabrik Karet
PT. Sumber Djatin kelurahan Siantan Tengah kecamatan Pontianak
Utara Tahun 2014
No

Gangguan Kesehatan

1.
2.
3.
4.

Iritasi kulit
Sesak nafas
Penyakit jamur
Tidak mengalami
gangguan kesehatan
Jumlah
Sumber : Data primer, 2014.

Jumlah
(orang)
22
4
6
24
56

Porsentase (%)
39,29
7,15
10,71
42,85
100

Pada tabel 5.5 diatas gangguan kesehatan pada pekerja industri


karet di PT. Sumber Djatin yaitu sebagian besar tidak mengalami
gangguan kesehatan (42,85%).
5.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil studi observasi dan pengukuran pada masing-masing
simpul di PT. Sumber Djatin didapatkan hasil pengetahuan dan perilaku
pekerja yaitu termasuk dalam kategori kurang. Sedangkan hasil pengukuran
kandungan DO yaitu 6,048 mg/L termasuk dalam pencemaran tinggi. Dimana
hal tersebut akan menimbulkan penyakit yang dapat mengganggu kesehatan
pekerja seperti iritasi kulit, sesak nafas, dan jamur. Adapun simpul-simpul
yang belum memenuhi syarat di pabrik karet PT. Sumber Djatin yaitu :
5.2.1 Sumber Pencemaran (Simpul A)
Sebagian besar limbah yang dihasilkan di pabrik karet PT.
Sumber Djatin yaitu berupa gas yang dikeluarkan oleh mesin

produksi dan limbah gas yang dihasilkan dari proses pembuatan


karet (83,34%). Limbah gas merupakan limbah yang terdapat di
udara. Kategori limbah ini lebih banyak dihasilkan oleh industri dan
pabrik besar, sehingga kemungkinan terjadinya penyakit pada
pekerja yang disebabkan oleh limbah gas yaitu relatif lebih besar.
Proses pembuatan karet menghasilkan amonia dalam bentuk gas
dan apabila sementara unit pengolahan limbah yang ada tidak lagi
berfungsi dengan baik, maka terjadilah pencemaran udara. Apabila
limbah ini dibuang langsung ke udara ambien dan langsung
dimanfaatkan oleh manusia untuk bernafas maka hal ini akan
mempengaruhi kualitas udara ambien dan mengurangi derajat
kesehatan manusia, tidak hanya akan memberikan potensi bahaya
terhadap para pekerja, melainkan juga terhadap masyarakat yang
tinggal di sekitar pabrik. Selain menimbulkan bau yang sangat kuat,
gas amonia juga berdampak negatif pada kesehatan. Gas ammonia
dapat mengakibatkan iritasi yang kuat terhadap sistem pernapasan
dan merangsang proses peradangan pada saluran pernapasan bagian
atas serta menyebabkan gangguan pada fungsi paru-paru dan
sensitivitas indera penciuman (Noorita, 2012).
Untuk mengatasi hal tersebut, pencemaran dapat dikurangi
dengan membuat ventilasi yang sesuai dan memasang filter untuk
menangkap polutan dari sumber dan polutan dari udara luar ruangan.
Selain itu, bagi pekerja, yang berisiko tinggi terpapar gas amonia

khususnya, diwajibkan untuk menggunakan masker, baik itu masker


with canister ataupun masker with catridges. Hal ini dikarenakan
untuk melindungi pernapasan pekerja dari berbagai polutan,
khususnya gas ammonia yang terhirup di lokasi (Indah, 2011) .
Selain limbah gas, limbah yang menduduki urutan kedua
terbanyak yaitu limbah cair (33,34%) yang dihasilkan dari proses
pencucian bahan baku karet. Limbah cair adalah limbah yang berupa
cairan dan biasanya jenis limbah cair ini sangat riskan mencemari
lingkungan sehingga dikenal sebagai entitas pencemar air dan tanah.
Dampak kesehatan yang terjadi akibat limbah cair yang tidak
memenuhi syarat pengolahan dapat menimbulkan penyakit pada
pekerja yaitu seperti iritasi kulit dan penyakit jamur (Chandra, 2006).
Selain itu, tercemarnya air akan mengakibatkan kadar oksigen yang
ada pada kandungan air tersebut akan berkurang. Hal ini
mengganggu kehidupan berbagai spesies makhluk hidup yang ada di
air. Bakteri yang mati membuat penjernihan air secara alami
mengalami perlambatan (Albarra, 2013).
Untuk menghindari atau menurunkan risiko terjadinya penyakit
akibat limbah cair industri maka solusi yang dapat dilakukan yaitu
sebelum limbah dibuang ke tempat pembuangan, dialirkan ke sungai
atau selokan hendaknya dikumpulkan di suatu tempat yang
disediakan, kemudian diolah, apabila terpaksa harus dibuang ke
sungai maka tidak menyebabkan terjadinya pencemaran air. Bahkan

sebaiknya setelah diolah tidak dibuang ke sungai melainkan dapat


digunakan lagi untuk keperluan industri sendiri.
Limbah padat yang dihasilkan pabrik karet tersebut yaitu
sebesar 16,67% dari total limbah yang dihasilkan dari proses
produksi. Limbah padat apabila tidak dilakukan proses pengolahan
akan merusak badan air dan kualitas tanah.
Ketika

suatu

zat

berbahaya/beracun

telah

mencemari

permukaan tanah, maka bahan tersebut akan menguap, tersapu air


hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke
dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah.
Zat beracun di tanah tersebut dapat berdampak langsung kepada
manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan
udara di atasnya (Wikipedia, 2013).
Pengolahan limbah padat dapat dilakukan dengan berbagai cara
yang tentunya dapat menjadikan limbah tersebut tidak berdampak
buruk bagi lingkungan ataupun kesehatan. Menurut sifatnya
pengolahan limbah padat dapat dibagi menjadi dua cara yaitu
pengolahan limbah padat tanpa pengolahan dan pengolahan limbah
padat dengan pengolahan (Daryanto, 1995).
Limbah padat tanpa pengolahan : Limbah padat yang tidak
mengandung unsur kimia yang beracun dan berbahaya dapat
langsung dibuang ke tempat tertentu sebagai TPA (Tempat
Pembuangan Akhir). Limbah padat dengan pengolahan : Limbah

padat yang mengandung unsur kimia beracun dan berbahaya harus


diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke tempat-tempat tertentu
(Daryanto, 1995).
5.2.2 BOD dan DO (Simpul B)
Berdasarkan hasil pengukuran pada air limbah hasil olahan industri
karet PT. Sumber Djatin, kadar DO sebesar 6,048 mg/L yang berarti air
tersebut termasuk dalam kategori tingkat pencemaran tinggi. Sedangkan
hasil pengukuran BOD yaitu tidak dapat ditentukan, hal ini dikarenakan
kadar BOD terlalu tinggi sehingga tidak terdeteksi oleh indikator kanji.
Kadar BOD dan DO yang melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) akan
mengakibatkan penurunan kualitas air bersih. Apabila air hasil olahan
tersebut digunakan maka gangguan kesehatan seperti iritasi kulit dan
penyakit jamur akan berdampak pada pekerja industri dan masyarakat
sekitar.
Pengolahan limbah cair secara biologis dengan aerasi menggunakan
seeding merupakan salah satu alternatif pengolahan limbah yang dapat
dilakukan untuk menurunkan kadar BOD dan DO sampai batas baku mutu
yang dianjurkan (Albarra, 2013).
5.2.3 Pengetahuan dan Perilaku (Simpul C)
Berdasarkan hasil observasi di pabrik karet PT. Sumber Djatin,
pengetahuan dan perilaku pekerja mengenai pentingnya penggunaan APD
dan bahaya dari limbah industri yaitu sebagian besar pengetahuan dan

perilaku pekerja yaitu kurang. Dimana porsentase pengetahuan dan


perilaku pekerja tersebut yaitu 55,36% dan 73,21% dari 56 sampel pekerja
yang diperiksa. Hal ini dikarenakan

pendidikan yang rendah

dan

minimnya pengetahuan pekerja tersebut.


Pengetahuan dan perilaku pekerja yang buruk dapat menyebabkan
kecelakaan kerja dan menimbulkan penyakit yang bersifat akut maupun
kronis yang dapat mengancam kesehatan pekerja.
Bahaya akibat kurangnya pengetahuan dan perilaku karyawan dapat
dicapai dengan meningkatkan pengetahuan karyawan, keahlian karyawan,
dan sikap karyawan terhadap tugas-tugasnya. Dengan adanya peningkatan
pengetahuan, keahlian dan sikap terhadap tugas maka diharapkan akan
mengubah perilaku guna mendapatkan produktivitas yang tinggi dan
mencegah penyakit akibat kerja (Nasution, 2000).
5.2.4 Gangguan kesehatan (Simpul D)
Sebagian besar pekerja di PT. Sumber Djatin mengalami gangguan
kesehatan seperti iritasi kulit, sesak nafas dan penyakit jamur dengan
porsentase 57,15%. Dimana porsentase iritasi kulit yaitu 39,29%, penyakit
jamur 10,71% dan sesak nafas 7,15%.
Iritasi kulit dapat mengakibatkan kulit berwarna kemerahan, gatal,
kering, bersisik atau meradang. Gejala lain dari iritasi kulit seperti
benjolan, lepuh-lepuh kecil, nyeri, sensasi terbakar, menyengat, ruam dan
kulit pecah-pecah (Mubarok, 2013). Sedangkan penyakit jamur dapat

mengakibatkan

gatal-gatal,

kadas,

kurap

dan

lain-lain.

Untuk

mencegahnya maka dapat dilakukan pengendalian perorangan (Personal


Control Measures) seperti penggunaan alat pelindung diri (safety shoes
dan sarung tangan). Namun, penggunaan alat pelindung diri harus diganti
dalam jangka waktu tertentu dan penggunaannya tidak boleh digunakan
secara bergantian agar terhindar dari penularan penyakit (Buchari, 2007).
Selain itu, penyakit sesak nafas merupakan gangguan yang terjadi
pada sistem pernafasan yang dikarenakan fungsi paru-paru dan organ
pernafasan melemah. Untuk menghindari sesak nafas yang ditimbulkan
oleh proses pengolahan karet dapat dilakukan dengan penggunaan masker
yang didalamnya terdapat filter ammonia dan asam asetat. Selain itu,
pengendalian lingkungan ( Environment Control Measures), desain, tata
letak bangunan yang memenuhi persyaratan dan penghijauan di
lingkungan pabrik juga dapat membantu suplay oksigen sehingga dapat
mengurangi dampak sesak nafas (Buchari, 2007).

BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum ADKL
Lingkungan) mengenai

(Analisis Dampak Kesehatan

Analisis Dampak Limbah Industri Karet Di PT.

Sumber Djatin maka dapat disimpulkan bahwa :


1. Berdasarkan simpul A, sumber pencemaran

di pabrik karet tersebut

berasal dari limbah padat, cair, dan gas. Dimana sebagian besar limbah
yang dihasilkan yaitu berupa limbah gas (83,34%).
2. Berdasarkan simpul B, kadar DO 6,048 mg/L sedangkan kadar BOD tidak
dapat terdeteksi karena terlalu tinggi.
3. Berdasarkan simpul C, sebagian besar pengetahuan dan perilaku pekerja
kurang baik yaitu 55,36% dan 73,21% dari 56 responden.
4. Berdasarkan simpul D, sebagian besar pekerja industri karet tersebut tidak
mengalami gangguan kesehatan (57,15%).
6.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan di PT. Sumber Djatin yaitu :
1. Sumber pencemaran (simpul A) sebaiknya dilakukan upaya untuk
mengurangi buangan limbah atau dilakukan pengolahan limbah sebelum
dibuang ke lingkungan dengan cara sebagai berikut :

Agar limbah gas yang dibuang ke lingkungaan dalam kondisi aman,


maka sebaiknya perusahaan memasang filter untuk menangkap dan
menyaring polutan tersebut. Alat yang dapat digunakan untuk
menangani hal tersebut yaitu settling chamber (ruang pengendapan) dan
siklon.
Agar limbah cair hasil olahan memenuhi persyaratan dibuang ke
lingkungan maka dilakukan pengolahan dengan instalasi pengolahan air
limbah, yang dioperasikan dan dipelihara baik, sehingga mampu
menghilangkan substansi beracun dari air yang tercemar.
Agar limbah padat tidak mencemari air tanah, maka dapat dilakukan
pengolahan limbah padat sehingga dapat digunakan kembali (reuse).
2. Berdasarkan hasil pengukuran kandungan BOD dan DO (simpul B) yang
tinggi dalam air limbah hasil olahan, maka perusahaan harus lebih efektif
dalam mengelola limbah cairnya dan memantau kualitas limbah cair
sebelum dilepaskan keperairan dengan membuat kolam bioindikator dan
melakukan pengelolaan limbah cair bekerjasama dengan instansi terkait.
3. Efisiensi dan efektivitas pekerja dapat dicapai dengan meningkatkan
pengetahuan dan perilaku pekerja (simpul C), dengan adanya peningkatan
pengetahuan, keahlian dan sikap terhadap tugas maka diharapkan pekerja
akan mengubah perilaku guna mendapatkan produktivitas yang tinggi.

4. Untuk menghindari gangguan kesehatan atau penyakit akibat kerja (simpul


D) yang ditimbulkan oleh proses pengolahan karet dapat dilakukan dengan
menggunakan alat pelindung kerja dan pelindung diri serta minimalisir
keadaan dimana pekerja dapat terpapar limbah industri.

DAFTAR PUSTAKA
--------------. Www.gmitoxics.com. your total toxic gas detection solution.
Diakses tanggal 20 Februari 2011, pukul 20.00 wib.
Anonim. Www.cdc.gov. karet produk industri manufaktur. Diakses tanggal 14
Februari 2014, pukul 08.00 wib.
Anonymous. 2009. Gambaran sekilas industri karet. Www.depperin.go.id/
Anonymous. 2009. Karet http://ditjenbun.deptan.go.id/images/stories/testing/
Anonymous. 2009. Karet. Http://www.wikipedia.org/wiki/karet. Tanggal akses :
12 Januari 2014, pukul 17.00 wib.
Artikel kesehatan99.com. 2013. Diakses tanggal 14 Februari 2014, pukul 08.00
wib.
Austin, t. George. Shreves chemical industries. Frankfurt: mc graw hill book
company. 1985
Harahap, Albarra. 2013. Penanggulangan Dampak Pencemaran Lingkungan.
Diakses tanggal 14 Februari 2014, pukul 08.00 wib.
Hendra. pengendalian bahaya dan hazard and risk. Slide mata kuliah k3 dasar.
Fakultas kesehatan masyarakat universitas indonesia, 2010
Karet.pdf tanggal akses : 14 Februari 2014, pukul 17.00 wib.
Paketinformasi/karet.pdf. Tanggal akses : 12 Januari 2014, pukul 17.00 wib.
Repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18572/3/chapter%20ii.pdf.
tanggal 14 Februari 2014, pukul 20.00 wib.

Diakses

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai