Puji syukur penulis panjatkan atas rahmat Allah SWT karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya-lah penulis dapat menyelesaikan laporan proposal ADKL
(Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan) yang berjudul ANALISIS DAMPAK
LIMBAH INDUSTRI KARET DI PT. SUMBER DJATIN KELURAHAN
SIANTAN TENGAH KECAMATAN PONTIANAK UTARA.
Dalam menyelesaikan laporan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Pengelola PT. Sumber Djatin beserta staf.
2. Dosen matakuliah ADKL Aryanto Purnomo, SKM, MKM yang telah
membimbing untuk menyelesaikan laporan ini.
3. Pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan dan
kekurangannya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
sangat diharapkan. Semoga laporan
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Limbah merupakan hasil sisa dari sebuah proses yang tidak dapat
digunakan kembali, apabila limbah ini terlalu banyak dilingkungan maka akan
berdampak pada pencemaran lingkungan dan berdampak pada kesehatan
masyarakat sekitar. Limbah dibagi menjadi dua bagian sumber yaitu limbah yang
bersumber domestik (limbah rumah tangga) dan limbah yang berasal dari nondomestik (pabrik, industri dan limbah pertanian). Bahan-bahan yang termasuk dari
limbah harus memiliki karakteristik diantaranya adalah mudah meledak, mudah
terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, bersifat korosif dan lainlain.
Sebelum air limbah dibuang ke pembuangan akhir hendaknya harus
menjalani pengolahan terlebih dahulu, sehingga dibutuhkan rencana pengelolaan
air limbah yang baik. Tujuan dari pengelolaan air limbah antara lain untuk
mencegah pencemaran pada sumber air rumah tangga, melindungi organisme
yang hidup di dalam air, menghindari pencemaran permukaan tanah, dan
menghilangkan tempat berkembangbiaknya bibit dan vektor penyakit (Al-Kdasi,
2004).
Berdasarkan peraturan pemerintah, menyebutkan bahwa setiap organisasi
ataupun perusahaan yang menghasilkan air limbah dengan konsentrasi dan
volume (debit) melebihi baku mutu air limbah yang telah ditetapkan diwajibkan
untuk melakukan pengolahan air limbah sebelum air limbah tersebut dibuang ke
sungai. Selain itu peraturan pemerintah juga menyebutkan bahwa peraturanperaturan terkait seperti Peraturan Pemerintah tentang pengelolaan lingkungan
hidup, Peraturan Menteri Lingkungan hidup tentang AMDAL dan UKL-UPL,
limbah B3 serta Peraturan Gubernur tentang Baku Mutu Air Limbah dan praturan
lainnya sebagai acuan (Sumada, 2012).
Berdasarkan peraturan terbut sehingga semua kegiatan ataupun usaha yang
menghasilkan limbah diwajibkan untuk melalukan pengelolaan terlebih dahulu
supaya limbah yang dikeluarkan ke saluran pembuangan bersifat aman bagi
semua makhluk hidup (Sumada, 2012).
Masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi kuantitas air
yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas
air untuk keperluan domestik yang semakin menurun. Kegiatan industri,
domestik, dan kegiatan lain berdampak negatif terhadap sumber daya air yaitu
dapat menurunkan kualitas air. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan,
kerusakan, dan bahaya bagi makhluk hidup yang bergantung pada sumber daya
air. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan dan perlindungan sumber daya air
secara seksama.
Limbah mempunayi efek yang berbahaya terhadap kesehatan manusia
karena sifat toksik bahan yang dikandung dalam limbah tersebut. Berbagai jenis
penyakit yang dapat terjadi karena limbah berbahaya adalah penyakit
pneumoniosis, silicosis, byssinosis, siderosis, talkosis dan berbagai jenis
keracunan lainnya. Penyakit-penyakit yang ditimbulkan dari limbah berbahaya
dapat bersifat akut dan kronis. Terutama limbah berbahaya toksis, dimana proses
reaksinya sangat kompleks.
Dalam pembuangan limbah domestik maupun non-domestik di daerah
pemukiman sebaiknya dilakukan penataan ulang lokasi pembuangan limbah, agar
aliran limbah dari masing-masing pemukiman penduduk dapat terkoordinasi
dengan baik, dan tidak menimbulkan penyakit yang meresahkan kehidupan
penduduk sekitar.
Salah satu industri yang erat hubungannya dengan masalah lingkungan
adalah industri karet. Kebutuhan bahan baku karet tersebut dipenuhi oleh petani
karet berupa bahan olah karet berbentuk kepingan atau batangan balok, dari
proses pengolahan karet tersebut menghasilkan limbah cair yang banyak
mengandung senyawa organik. Pengendalian pencemaran yang ditimbulkan oleh
limbah karet perlu mendapat perhatian yang serius untuk dipelajari dan diteliti
agar tingkat pencemaran limbah yang dibuang keperairan berada dibawah baku
mutu lingkungan (BML) yang telah ditetapkan. Hal ini memerlukan penanganan
yang terpadu antara pihak pemerintah, industri dan masyarakat, dan juga
diperlukan teknologi pengolahan limbah karet yang murah dan mudah dalam
penanganannya, seperti melalui proses aerasi dan koagulasi.
Berdasarkan uraian diatas penulis merasa tertarik untuk melakukan
kunjungan ke salah satu industri karet yaitu PT. Sumber Djatin
kelurahan
Siantan Tengah kecamatan Pontianak Utara untuk melihat dan menilai apakah
hasil pengolahan limbah hasil industri karet tersebut memenuhi syarat Baku Mutu
Lingkungan untuk di buang keperairan.
kecamatan
Pontianak Utara
kecamatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sumber Limbah Industri Karet
Apabila dilihat dari tahapan poduksi baik dari bahan baku berasal dari lateks
dan bahan olahan karet rakyat (bokar), maka limbah yang terbentuk pada industri
karet dapat berupa limbah padat, limbah cair, dan limbah gas. Kualitas bahan baku
berpengaruh terhadap tingkat kuantitas dan kualitas limbah yang akan terjadi
dengan rincian sebagai berikut :
1. Makin kotor bahan karet olahan akan makin banyak air yang diperlukan
untuk proses pembersihannya, sehingga debit limbah cairpun meningkat.
2. Makin kotor dan makin tinggi kadar air dari bahan baku karet olahan, akan
makinmudah terjadinya pembusukan, sehingga kuantitas limbah gas/bau
pun meningkat.
3. Bahan baku karet olahan yang kotor menyebabkan kuantitas lumpur, tatal
dan pasir relatif tinggi. Pembersihan dilakukan melalui pengecilan ukuran,
proses ini juga bertujuan untuk memperbesar luas pemukaan karet agar
waktu pengeringan relatif singkat. Dengan demikian, limbah yang
terbentuk dominan berbentuk limbah cair.
Bahan baku olahan karet rakyat bahan baku karet rakyat berbentuk
koagulum (bongkahan) yang telah dibubuhi asam semut dan banyak mengandung
air dan unsur pengotor dari karet baik disengaja maupun tidak disegaja oleh kebun
rakyat. Sumber limbahnya antara lain:
a. Penyimpanan koagulum
b. Sebelum produksi terlebih dulu karet disempot air sehingga menghasilkan
limbah
c. Pencacahan koagulum lalu di cuci dengan air lagid. Proses peremahan
dengan hammer mill juga menghasilkan limbah cair, walaupun jumlahnya
relatif sedikit. Bahan baku berasal dari lateks kebun dalam proses produksi
untuk meghasilkan karet digunakan air lebih sedikit, tetapi mempunyai
bahan kimia didalam air limbahnya. Sumber limbahnya adalah dari proses
pencacahan dan peremahan. Pengaruh tiap parameter terhadap lingkungan
dapat dijelaskan sebagai berikut:
BOD
BOD merupakan salah satu parameter limbah yang memberi gambaran
terhadap tingkat polusi air. Semakin tinggi nilai BOD menunjukkan makin
besar oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk merubah
organik. Makin tinggi kandungan bahan organik akan menyebabkan makin
berkurangnya konsentrasi oksigen terlarut di dalam air yang akhirnya
berakibat kematian berbagai biota air. Pengurangan konsentrasi oksigen
terlarut menyebabkan kondisi aerob bergeser ke kondisi anaerob.
COD
COD mirip dengan BOD, bedanya osigen yang diperlukan merupakan
oksigen kimiawi seperti O2 atau oksidator lainnya untuk mengoksidasi
rendah nilai pH artinya air makin bersifat asam, sebaliknya makin tinggi
bersifat basa.
2.2 Limbah yang Dihasilkan
1. Limbah Cair
Limbah cair karet merupakan air sisa produksi dari pengolahan karet
menjadi benang karet dan air dari pembersihan alat/area. Limbah karet
mengandung amoniak dan nitrogen total yang berbahaya apabila melewati
batas standar yang telah ditetapkan sehingga dapat mencemari air sungai
dan lingkungan sekitarnya. Pengolahan limbah cair tersebut dilakukan
dengan menampungnya pada bak penampungan limbah untuk kemudian
diendapkan, disaring dan sisanya dialirkan ke lingkungan
2. Limbah Padat
Limbah padat yang dihasilkan berupa busa lateks dan sisa slab.
Limbah padat hasil pengolahan dari IPAL berasal dari proses koagulasi
kimia dengan ferosulfat dikeringkan di drying bed ditampung di bak
penampung.
2.3 Pengolahan Air Limbah
1. Collecting Reservoir
Air buangan yang berasal dari pengolahan benang karet dialirkan
melalui saluran parit ke bak collecting reservoir. Didalam bak collecting
reservoir terdapat 3 sekat atau sisi dimana pada tiap-tiap pintu/ sekat
tersebut ada terdapat saringan. Bak ini berguna sebagai bak pengontrol
sludge atau residu asam asetat dan karet sehingga diharapkan waste water
yang akan mengalir keproses selanjutnya terbebas dari sludge dan karet
tersebut.
2.
Equalisation Basin
Air buangan dari collecting reservoir dialirkan kedalam bak
Equalisation Basin. Proses ini bertujuan untuk mengurangi atau
mengembalikan variasivariasi karakteristik air limbah agar segera
tercapai kondisi yang optimum pada proses pengolahan selanjutnya.
Dengan adanya bak equalisasi ini diharapkan debit aliran dan beban
pencemaran yang bervariasi dapat diubah menjadi konstan atau mendekati
konstan.
Fungsi bak equalisasi adalah :
a.
b.
c.
d.
3. Alkalization Basin
Setelah dari bak equalisasi, air kemudian dipompakan kedalam bak
alkalization basin. Proses alkalisasi ini dilakukan untuk memisahkan
logam berat dari air limbah dengan menaikkan pH asam menjadi basa.
Dimana dalam hal ini air limbah mengandung kadar zink yang tinggi, dan
zink merupakan salah satu jenis logam yang mudah terikat dengan zat
zat lainnya.
Pada bak alkalization ini dilakukan pengadukan larutan caustic soda
(penambahan NaOH 30%) dan penambahan polielektrolit yang secara
otomatis akan membentuk endapan. Dan yang berupa sludge cair akan
dialirkan ke bak sedimentasi basin.
4. Sedimentasi Basin
Air buangan yang berasal dari bak alkalization akan dialirkan kedalam
bak sedimentasi. Proses sedimentasi ini bertujuan untuk mengendapkan
fase lumpur yang terdapat pada air limbah sebagai hasil dari proses
alkalisasi. Partikel air harus cukup besar agar dapat diendapkan dalam
jangka waktu tertentu. Kecepatan pengendapan akan berbanding langsung
dengan kuadrat diameter partikelpartikelnya. Jika partikel membentuk
aglomerat maka kecepatan akan bertambah besar.
Bak sedimentasi ini berbentuk spiral atau dapat dikatakan berbentuk
lingkaran yang mempunyai 3 lapisan. Air limbah yang akan diolah akan
masuk kebagian tengah pada bak pengendapan, kemudian dialirkan
gas
mikroorganisme
karbin
dalam
monoksida
lagon
dan
akan
sela
yang
bertambah
baru.
Jumlah
banyak
dengan
8.
Thickening Basin
Selanjutnya Sludge phase limbah yang berasal dari bak sedimentasi
akan dimasukkan ke dalam bak thickening.
2.
dan
perilakunya
yang
mempengaruhi
kelangsungan
BAB III
KERANGKA KONSEPSIONAL
3.1 Kerangka Konsep
Simpul A :
Simpul B :
Media
berupa :
a. Kegiatan produksi
b. Bahan baku
c. Keluaran limbah
Air (BOD)
Simpul C :
Simpul D :
Perilaku
pekerja
industri karet
dalam bekerja
menggunakan
alat pelindung
diri (APD)
Dampak/gang
guan
kesehatan
yang
ditimbulkan
dari limbah
industri :
iritasi kulit,
sesak nafas,
penyakit kulit
(jamur) dll.
jumlah
oksigen
terlarut
yang
diperlukan
oleh
3. Simpul C
Pekerja industri karet merupakan salah satu kelompok orang yang
berpotensi terhadap paparan limbah industri karet. Hal ini terkait dengan
perilaku pekerja dalam penggunaan APD yang sangat mempengaruhi orang
tersebut terpapar oleh hasil limbah industri. APD yang digunakan seperti
sepatu karet, sarung tangan, masker (respirator), jas hujan (rain coat), kaca
mata pengaman (safety glasses).
4. Simpul D
Menganalisis terjadinya gangguan kesehatan terkait dengan terpaparnya
oleh limbah industri baik dalam waktu pendek maupun panjang. Adapun
dampak kesehatan yang dapat terjadi yaitu iritasi kulit, sesak nafas, penyakit
kulit seperti jamur dll.
3.2 Definisi Operasional
Tabel 3. 1
Definisi Operasional
No
Variabel
Definisi
Cara
Operasional
Ukur
Observasi
Kegiatan
Proses
produksi
peengolahan
bahan baku karet
menjadi
bahan
Bahan Baku
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala
Ukur
pengolahan
menjadi
produk
yang
akan
dipasarkan.
3
Keluaran
Hasil
olahan Observasi
Checklist
Limbah
b. Cair
melalui
c. Gas
proses
a. Padat
Nominal
pengolahan
4.
BOD
Suatu karakteristik
Dokumen
yang menunjukkan
tasi hasil
b. NAB
jumlah
oksigen
laboratori
terlarut
yang
diperlukan
oleh
um
mikroorganisme (bi
asanya
untuk
bakteri)
mengurai
atau
mendekomposisi
bahan
organik
dalam kondisi
aerobik.
5.
Alat
yang Observasi
Alat
Pelindung
digunakan dalam
Diri (APD)
bekerja
Checklist
a. Sepatu
karet,
untuk
b. Sarung
melindungi tubuh
tangan,
yang
c. Masker
(respirator)
d. Jas hujan
(rain coat)
e. Kaca mata
pengaman
(safety
Rasio
glasses)
6.
Iritasi kulit
Terjadinya alergi,
Wawanca
gatal-gatal akibat
ra
Checklist
a. Ya
Nominal
b. Tidak
Sesak nafas
Wawanca
Kesulitan
bernafas
yang
disebabkan
oleh
kondisi
Checklist
ra
a. Ya
Nominal
b. Tidak
respirasi
(saluran
nafas
dan
paru-paru)
atau
sirkulasi
(jantung
dan
pembuluh darah).
8.
Penyakit
jamur kulit
Penyakit
yang
Wawanca
ra
disebabkan
karena
adanya
infeksi
jamur.
Penyakit
jamur
Checklist
a. Ya
b. Tidak
Nominal
BAB IV
METODELOGI SURVEILANS
4.1 Desain Penelitian
Penelitian ini bersifat observasional, dimana dilakukan studi observasi dan
pengukuran pada masing-masing simpul yaitu simpul A,B,C dan D.
4.2 Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu
Waktu penelitian dilaksanakan pada14 Februari 2014.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di pabrik karet PT. Sumber Djatin kelurahan Siantan
Tengah kecamatan Pontianak Utara.
4.3 Objek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah sumber
limbah karet, media (BOD/COD), perilaku pekerja industri karet, dan dampak
limbah industri karet.
4.4 Populasi dan sampel
4.4.1 Populasi penelitian
Populasi yang di ambil dalam penelitian adalah pekerja industri
karet PT. Sumber Djatin
Pontianak Utara.
kelurahan
Dimana :
n
Z1-/2
= populasi
Perhitungan :
n=
n=
n=
n=
n = 56,188264
n = 56 orang
4.5 Teknik dan Instrumen Pengambilan Data
4.5.1 Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa:
a. Data Primer
Data primer yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini adalah
data yang diperoleh secara langsung melalui kuesioner dan
wawancara
yang
dipandu
pengisiannya
mengenai
identitas
Bentuk Tabel
Penyajian data dalam bentuk tabel dipilih untuk memudahkan
data
dalam
bentuk
teks
dilakukan
untuk
4.7
yang
terkumpul
dilakukan
pemeriksaan
validasi
data,
Deskriftif variabel penelitian disajikan dengan frekuensi dari variabelvariabel penelitian yang diteliti dan disajikan dalam bentuk tabel.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Survey
5.1.1 Sumber Pencemaran (Simpul A)
Tabel 5. 1
Karakteristik Limbah yang Dihasilkan di Pabrik Karet PT. Sumber Djatin
kelurahan Siantan Tengah kecamatan Pontianak Utara Tahun 2014
No
1.
2.
Jumlah
Porsentase (%)
83,34
1
2
5
16,67
33,34
83,34
DO
BOD
Kadar
6,048 mg/L
Tidak terdeteksi
Kesimpulan
Tingkat pencemaran tinggi
Tidak terdeteksi
Pengetahuan
Jumlah
(orang)
25
31
56
Tahu
Tidak tahu
Jumlah
Porsentase (%)
44,64
55,36
100
yaitu kurang
(55,36%).
2. Perilaku pekerja industri karet PT. Sumber Djatin
Tabel 5. 4
Perilaku Pekerja Industri Karet di Pabrik Karet PT. Sumber Djatin
kelurahan Siantan Tengah kecamatan Pontianak Utara
Tahun 2014
No
1.
2.
Perilaku
Jumlah (orang)
Porsentase (%)
15
41
56
26,79
73,21
100
Ya
Tidak
Jumlah
Gangguan Kesehatan
1.
2.
3.
4.
Iritasi kulit
Sesak nafas
Penyakit jamur
Tidak mengalami
gangguan kesehatan
Jumlah
Sumber : Data primer, 2014.
Jumlah
(orang)
22
4
6
24
56
Porsentase (%)
39,29
7,15
10,71
42,85
100
suatu
zat
berbahaya/beracun
telah
mencemari
dan
mengakibatkan
gatal-gatal,
kadas,
kurap
dan
lain-lain.
Untuk
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum ADKL
Lingkungan) mengenai
berasal dari limbah padat, cair, dan gas. Dimana sebagian besar limbah
yang dihasilkan yaitu berupa limbah gas (83,34%).
2. Berdasarkan simpul B, kadar DO 6,048 mg/L sedangkan kadar BOD tidak
dapat terdeteksi karena terlalu tinggi.
3. Berdasarkan simpul C, sebagian besar pengetahuan dan perilaku pekerja
kurang baik yaitu 55,36% dan 73,21% dari 56 responden.
4. Berdasarkan simpul D, sebagian besar pekerja industri karet tersebut tidak
mengalami gangguan kesehatan (57,15%).
6.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan di PT. Sumber Djatin yaitu :
1. Sumber pencemaran (simpul A) sebaiknya dilakukan upaya untuk
mengurangi buangan limbah atau dilakukan pengolahan limbah sebelum
dibuang ke lingkungan dengan cara sebagai berikut :
DAFTAR PUSTAKA
--------------. Www.gmitoxics.com. your total toxic gas detection solution.
Diakses tanggal 20 Februari 2011, pukul 20.00 wib.
Anonim. Www.cdc.gov. karet produk industri manufaktur. Diakses tanggal 14
Februari 2014, pukul 08.00 wib.
Anonymous. 2009. Gambaran sekilas industri karet. Www.depperin.go.id/
Anonymous. 2009. Karet http://ditjenbun.deptan.go.id/images/stories/testing/
Anonymous. 2009. Karet. Http://www.wikipedia.org/wiki/karet. Tanggal akses :
12 Januari 2014, pukul 17.00 wib.
Artikel kesehatan99.com. 2013. Diakses tanggal 14 Februari 2014, pukul 08.00
wib.
Austin, t. George. Shreves chemical industries. Frankfurt: mc graw hill book
company. 1985
Harahap, Albarra. 2013. Penanggulangan Dampak Pencemaran Lingkungan.
Diakses tanggal 14 Februari 2014, pukul 08.00 wib.
Hendra. pengendalian bahaya dan hazard and risk. Slide mata kuliah k3 dasar.
Fakultas kesehatan masyarakat universitas indonesia, 2010
Karet.pdf tanggal akses : 14 Februari 2014, pukul 17.00 wib.
Paketinformasi/karet.pdf. Tanggal akses : 12 Januari 2014, pukul 17.00 wib.
Repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18572/3/chapter%20ii.pdf.
tanggal 14 Februari 2014, pukul 20.00 wib.
Diakses
LAMPIRAN