Disusun Oleh :
Kelompok VI
Arnisa Fitriyana
Dewi Sholihah
Fatimah
Nopalia Resti
Siti Fatimah
Vivi Andriani
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadiran ALLAH SWT, karena atas berkat rahmat dan karuniaNya, penulis dapat menyelesaikan laporan Administrasi dan Manajemen Kesehatan
Lingkungan mengenai Pengawasan Kesehatan Lingkungan (Inspeksi Sanitasi) di Rumah
Sakit Umum Daerah Sultan Syarief Mohammad Alkadrie Kota Pontianak Tahun 2013 .
Dalam kesempatan kali ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.Adapun pihak pihak tersebut
adalah :
1. Bapak M. Adib, selaku dosen pengampu Mata Kuliah Administrasi dan
Manajemen Kesehatan Lingkungan
2. Ibu Salbiah, selaku dosen pengampu Mata Kuliah Administrasi dan Manajemen
Kesehatan Lingkungan
3. Bapak Robby Ramlan dan Bapak Okta selaku Petugas Sanitarian Rumah Sakit
Umum Daerah Syarif Mohammad Al-Kadrie Kota Pontianak.
4. Teman-teman kelompok 6 yang banyak membantu membuat laporan ini.
Penulis menyadari bahwa sebagai manusia yang memiliki keterbatasan, tentu hasil
pelaporan ini tak lepas dari kesalahan atau kekurangan. Dengan semangat amar makruf dan
upaya peningkatan ilmu pengetahuan, kami senantiasa mengharapkan kontribusi pemikiran
anda sehingga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
B.
Tujuan............................................................................................................................ 2
C.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
B.
C.
Koordinator ................................................................................................................. 27
D.
Peralatan ...................................................................................................................... 27
E.
Pembiayaan ................................................................................................................. 28
F.
G.
H.
I.
J.
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan
maksud mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan
berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan
kesehatan manusia.
Bahaya ini mungkin bisa terjadi secara fisik, mikrobiologi dan agen-agen kimia
atau biologis dari penyakit terkait. Bahan buangan yang dapat menyebabkan masalah
kesehatan terdiri dari tinja manusia atau binatang, sisa bahan buangan padat, air bahan
buangan domestik (cucian, air seni, bahan buangan mandi atau cucian), bahan
buangan industri dan bahan buangan pertanian. Cara pencegahan bersih dapat
dilakukan dengan menggunakan solusi teknis (contohnya perawatan cucian dan sisa
cairan buangan), teknologi sederhana (contohnya kakus, tangki septik), atau praktik
kebersihan pribadi (contohnya membasuh tangan dengan sabun).
Pembangunan sarana pelayanan kesehatan akhir-akhir ini berkembang sangat
pesat, sehingga kedepan dapat memberikan konstribusi positif dalam program
peningkatan kesehatan masyarakat. Namun pada sisi lain, limbah yang dihasilkan
merupakan ancaman tersendiri bagi kelestarian lingkungan hidup dan bagi kesehatan
masyarakat. Adanya kecenderungan pengelola sarana pelayanan kesehatan tidak
peduli untuk mengolah limbah tersebut mendorong perlu dikeluarkannya kewajiban
penerapan regulasi pengelolaan limbah, sehingga kedepan merupakan modal awal
dalam mewujudkan pembangunan sarana pelayanan kesehatan yang berkelanjutan
(sustaineble development).
Kondisi diatas mendorong pula perlu adanya kewajiban pentaatan (compliance)
terhadap ketentuan peraturan maupun persyaratan perijinan yang berkaitan dengan
masalah pengelolaan limbah khususnya limbah medis. Pada dasarnya penaatan
terhadap ketentuan dalam perundangan lingkungan hidup harus dilakukan secara
sukarela (voluntary) oleh pengelola sarana pelayanan kesehatan, namun data
dilapangan menunjukkan masih banyaknya pengelola sarana pelayanan kesehatan
1
masih belum memiliki rasa kemauan dan kemampuan untuk memenuhi kewajiban
penataan, sehingga dibutuhkan program penataan oleh Pemerintah Daerah, bahkan
pada kondisi tertentu program ini perlu dilakukan dengan upaya paksa dalam bentuk
penegakkan hukum.
Salah satu cara untuk mengetahui tingkat penataan suatu sarana pelayanan
kesehatan adalah dengan melakukan pengawasan dan pemantauan (inspeksi).
Pengawasan dan pemantauan ini merupakan suatu kegiatan pengawasan agar
pengelola sarana pelayanan kesehatan mentaati semua ketentuan perundangan
lingkungan hidup dan kesehatan serta persyaratan (baku mutu, ambang batas). Setelah
dilakukan pengawasan dan pemantauan di Rumah Sakit ,maka pengidentifikasian
masalah pun dilakukan. Penentuan prioritas masalah, penyebab masalah, analisis
untuk memilih alternatif kegiatan yang terbaik dan pemecahan masalah yang paling
mungkin dibuat sebagai tindak lanjut dari pengawasan dan pemantauan.
B. Tujuan
1. Agar mahasiswa mampu melakukan identifikasi masalah kesehatan lingkungan di
Rumah Sakit Umum Daerah Sultan Syarief Mohammad Alkadrie.
2. Agar mahasiswa mampu memprioritaskan masalah dari identifikasi masalah
kesehatan lingkungan di Rumah Sakit Umum Daerah Sultan Syarief Mohammad
Alkadrie.
3. Agar mahasiswa mampu mencari penyebab masalah kesehatan lingkungan di
Rumah Sakit Umum Daerah Sultan Syarief Mohammad Alkadrie.
4. Agar mahasiswa dapat memilih alternatif dan pemecahan masalah yang paling
mungkin untuk kegiatan kesehatan lingkungan di Rumah Sakit Umum Daerah
Sultan Syarief Mohammad Alkadrie.
C. Ruang Lingkup
1. Kesehatan lingkungan rumah sakit
Bangunan rumah sakit harus direncanakan sesuai dengan persyaratan ruang
bangun yang bertujuan menciptakan pengaturan yang nyaman, bersih dan sehat
sehingga tidak memberikan dampak negatif kepada pasien, pengunjung, dan tenaga
kerja rumah sakit.
Kondisi ruangan sangat dipengaruhi oleh kualitas udara, situasi bangunan dan
penggunaan ruangan. Lantai harus kedap air, tidak licin, dan mudah di bersihkan.
Pembersihan harus menghindarkan beterbangannya debu dengan cara pembersihan
basah menggunakan kain pel dan antiseptik. Kain pel harus disediakan khusus, mana
yang untuk ruang aseptik dan mana yang untuk ruangan umum.
Angka kuman kebersihan lantai yang masih bisa diterima adalah 0-5
mikroorganisme per cm untuk lantai kamar operasi dan 5-10 mikroorganisme per cm
untuk lantai bangsal.
Untuk menjaga kualitas udara ruangan digunakan aerosol gliserin atau
penyinaran dengan sinar ultra violet. Angka kuman di udara yang masih bisa
diterima di kamar operasi adalah 5-10 mikroorganisme per feet3 dan tidak boleh ada
stafilococcus hemolitikus, sedangkan untuk udara ruangan bangsal angka kuman
yang masih bisa diterima adalah 10-20 mikroorganisme per feet3.
Jumlah tempat tidur jangan lebih dari empat bed per bangsal. Basinet bayi
memerlukan luas lantai 24-30 feet, sedangkan untuk isolasi diperlukan luas lantai 40
feet per basinet. Suhu dan kelembaban ruangan harus di usahakan sedemikian
sehingga terasa nyaman.
Pasokan (supply) udara untuk kamar exhausternya diletakkan 8 feet dari
permukaan tanah. Dari atas 3 huruf feet dari atap. Untuk ruang operasi pasokan udara
dari atas dan exhauster di dekat lantai 3 inci dari lantai. Pasokan udara menggunakan
udara dari ruangan bebas jangan dari koridor.
a. Penerangan
Semua ruangan harus diberi penerangan. Ruangan perawatan harus ada
penerangan umum dan penerangan khusus untuk individu. Sakelar untuk
penerangan umum diletakkan didekat pintu masuk sedangkan sakelar untuk
individu di letakkan didekat tempat tidur pasien dan mudah dijangkau.
b. Kebisingan
Kebisingan diruang perawatan tidak boleh melebihi 45 dBA, diruang
poliklinik maksimum 80 dBA, laboratorium maksimum 68 dBA, ruang cuci
dapur maksimum 78 dBA.
2. Ruang Bangunan
Penataan ruang bangunan dan penggunaannya harus sesuai dengan fungsi
serta memenuhi persyaratan kesehatan yaitu dengan mengelompokkan ruangan
3
ruang
perpustakaan,
ruang
resepsionis,
dan
ruang
pendidikan/pelatihan.
b. Zona dengan Risiko Sedang
Zona risiko sedang meliputi : ruang rawat inap bukan penyakit menular, rawat
jalan, ruang ganti pakaian, dan ruang tunggu pasien. Persyaratan bangunan
pada zona dengan risiko sedang sama dengan persyaratan pada zona risiko
rendah.
c. Zona dengan Risiko Tinggi
Zona risiko tinggi meliputi : ruang isolasi, ruang perawatan intensif,
laboratorium, ruang penginderaan medis (medical imaging), ruang bedah
mayat (autopsy), dan ruang jenazah dengan ketentuan sebagai berikut :
d. Zona dengan Risiko Sangat Tinggi
Zona risiko tinggi meliputi : ruang operasi, ruang bedah mulut, ruang
perawatan gigi, ruang gawat darurat, ruang bersalin, dan ruang patologi
3. Penyehatan makanan dan minuman
a. Angka kuman E.Coli pada makanan harus 0/gr sampel makanan dan pada
minuman angka kuman E.Coli harus 0/100 ml sampel minuman.
b. Kebersihan peralatan ditentukan dengan angka total kuman sebanyakbanyaknya 100/cm2 permukaan dan tidak ada kuman E. Coli.
c. Makanan ayng mudah membususk disimpan dalam suhu panas lebih dari
65,5oC atau dalam suhu dingin kurang dari 4o C. Untuk makanan yang
disajikan lebih dari 6 jam disimpan suhu 5o C sampai -1o C.
d. Maknaan kemasan tertutup sebaiknya disimpan dalam suhu 10 o C.
e. Kelembaban penyimpanan dalam ruangan 80 -90 %.
f. Cara penyimpanan bahan makanan tidak menempel pada lantai, dinding, atau
langit-langit dengan ketentuan sebagai berikut :
4. Penyehatan Air
a. Penyediaan Air Bersih
Kegiatan pelayanan kesehatan di rumah sakit memerlukan air bersih. Air ini
bisa didapat daria air PAM. Apabila PDAM tidak dapat memasok air cukup
untuk rumah sakit maka bisa diambil dari air tanah. Air tanah lebih mudah
mengolahnya menjadi air yang memenuhi persyaratan dibandingkan dengan
apabila rumah sakit harus menggunakan air permukaan.
Kualitas dan kuantitas air yang dibutuhkan rumah sakit harus terjamin
sesuai dengan persyaratan Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 tahun 1990.
Kadang-kadang rumah sakit masih harus melakukan pengolahan tambahan
terhadap air bersih yang tersedia untuk keperluan khusus, misalnya untuk mesin
hemodialisa. Menurut perhitungan rumah sakit setiap harinya membutuhkan
minimal 500 liter per tempat tidur. Semakin besar jumlah tempat tidur,semakin
rendah proporsi kebutuhan air per tempat tidur. Menurut perhitungan dirumah
sakit setiap harinya membutuhkan air sebanyak 220-300 liter per tempat
tidur,untuk rumah sakit tertentu bisa mencapai 500 liter per tempat tidur.
b. Pengawasan Kualitas Air Dirumah Sakit
Kualitas air dirumah sakit harus selalu dipantau secara terus menerus agar
persediaan air bersih tetap aman. Penurunan kualitas air akan mengganggu dan
membahayakan kesehatan.
Harus dilakukan perlindungan terhadap air mulai dari masuknya air PDAM
ke recervoir sampai ke tempat keluarnya air di kran dimana air diambil.
Kegiatan pokok pengawasan kualitas air adalah sebagai berikut :
Inspeksi sanitasi, dimulai dengan pembuatan peta jaringan distribusi air,
melakukan pengamatan dimana kira-kira tempat rawan yang mungkin akan
terjadi kontaminasi, menentukan ditempat mana saja akan dilakukan
pengambilan sampel dan berapa kali frekuensi pengambilan sampel.
Pemeriksaan sampel air, bisa dilakuakan di laboratorium rumah sakit atau di
BLK (Balai Laboratorium Kesehatan).
5. Pengelolaan Limbah
a. Limbah Rumah Sakit
Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 1994 tentang pengolahan limbah
bahan berbahaya dan beracun menetapkan bahwa limbah hasil kegiatan rumah
5
sakit dan laboratoriumnya termasuk dalam daftar limah B3 dari sumber yang
spesifik dengan kode limbah D227. Uraian limbahnya adalah antibiotik
kadaluarsa, peralatan medik yang terkontaminasi, limbah infeksi dan kemasan
obat-obatan.
b. Limbah Medik
Limbah medis atau libah klinis dalah limbah yang berasal dari pelayanan
medis, perawatan, farmasi, laboratorium, radiografi, dan penelitian. Limbah ini
bersifat membahayakan dan perlu dilakukan pengamanan terhadapnya. Limbah ini
dapat digolong-golongkan menjadi :
Limbah farmasi berupa obat atau bahan-bahan yang telah kadaluarsa, obat
yang terkontaminasi, obat yang dikembalikan oleh pasien atau tidak
digunakan.
Kantong kuning dengan strip hitam untuk jenis limbah yang dibakar atau
ditanam.
Kantong biru muda dengan strip biru tua untuk limbah yang akan diotoklaf
sebelum dibuang.
Untuk sampah yang berbahaya digunakan kantong dan container standar,
yaitu untuk :
Sampah sitotosik berupa kantong berwarna ungu dengan simbol berbentuk sel
sedang dalam telofase.
f.Penampungan Sampah
Sampah untuk sementara (beberapa jam) ditampung di tempat sampah.
Tempat sampah ini harus tidak mudah berkarat, kedap air, bertutup, mudah
diangkut, mudah dikosongkan, mudah dibersihkan. Untuk memudahkan
pengosongan akan lebih baik bila digunakan kantong plastik dalam tempat
sampah. Sebaiknya sampah berupa benda tajam dipisahkan agar tidak melukai
plastik. Setiap radius 20 meter harus tersedia satu tempat sampah.
g. Pengangkutan Sampah
Sampah diangkut dari tempat sampah sementara ke penampungan atau ke
tempat pemusnahan sampah. Yang perlu diingat dalam pengangkutan sampah
adalah adanya kemungkinan tercecer. Harus diusahakan agar bahan-bahan yang
barbahaya tidak mencemari jalan yang ditempuh ke pembuangan.
h. Perlakuan Sebelum Sampah Dibuang
Ada sampah yang bisa didaur ulang, misalnya perak nitrat pembuangan cairan
pencuci film bisa diambil peraknya. Limbah infeksius sering disterilkan dengan
otoklaf. Untuk indikator pemanasan bisa dengan pita otoklaf yang berubah
warnanya bila panas yang dimaksudkan tercapai. Diberikannya desinfektan.
7
i. Insinerator
Insinerator adalah alat untuk membakar sampah padat kering maupun yang
basah. Gas yang dipancarkan oleh sproeier bisa mencapai suhu 700C. Bahan
(sampah) yang dibakar menghasilkan panas yang ikut mempertahankan panas
yang ada.
6. Tempat Pencucian Linen
a. Suhu air panas untuk pencucian 70o C dalam waktu 25 menit atau 95o C dalam
waktu 10 menit
b.Penggunaan jenis deterjen dan disinfektan untuk proses pencucian yang
ramah lingkungan agar limbah cair yang dihasilkan mudah terurai oleh
lingkungan
c. Standar kuman bagi linen bersih setelah keluar dari proses tidak
mengandung 6 x 103 spora spesies Bacilus per inci persegi
7. Pengendalian Serangga dan Vektor
a. Serangga
Manajemen rumah sakit harus mengusahakan agar di sekitar rumah sakit
tidak ada tempat perindukan untuk segala macam serangga baik untuk nyamuk,
lalat, maupun kecoa.
Untuk mengatasi lalat dari luar, untuk pintu dapur bisa digunakan tabir
angin atau wind screen, bisa juga dengan mempergunakan pintu kawat kasa.
Untuk mengurangi datangnya kecoa hindari adanya ceceran makanan, kalaupun
masih ada kecoa bisa disemprot dengan insektisida malathion, fenitrothion,
lorsban dilarutkan dalam air dengan konsentrasi 0.5-1%.
Pembasmian nyamuk dengan fogging malathion, fenitrothion, lorsban
dengan konsentrasi 2.0-2.5%.
b. Tikus
Agar diusahakan tidak ada tempat untuk bersarangnya tikus dirumah sakit.
Tempat yang disukai tikus untuk bersarang adalah lubang di dinding atau di
lantai, tumpukan sampah dan barang bekas. Tikus tidak suka berkeliaran di
tempat yang bersih oleh karena tidak ada makanan yang dicarinya. Jangan sampai
ada penumpukan sisa makanan oleh karena ini akan menjadi tempat tikus
berkumpul. Pestisida yang disarankan adalah pestisida jenis anti koagulan seperti
warfarin, fumarin, dan pivol. Bisa juga digunakan perangkap tikus dan lem tikus.
8
Untuk mengusir tikus bisa juga digunakan alat listrik penimbul bunyi dengan
frekuensi tinggi.
c. Kucing
Kucing sering berdatangan ke rumah sakit, berkembang biak hingga
menyebabkan bau kotoran kucing dan sering mencuri makanan untuk pasien.
Tempat sampah yang tidak ada tutupnya sering diporak-porandakan kucing. Cara
mengatasinya dengan membuangnya jauh-jauh dari rumah sakit.
8. Dekontaminasi melalui desinfeksi dan sterilisasi
a. Suhu pada disinfeksi secara fisik dengan air panas untuk peralatan sanitasi
80o C dalam waktu 45-60 detik, sedangkan untuk peralatan memasak 80oC
dalam waktu 1 menit.
b. Disinfektan harus memenuhi kriteria tidak merusak peralatan maupun orang,
disinfektan mempunyai efek sebagai deterjen dan efektif dalam waktu yang
relatif singkat, tidak terpengaruh oleh kesadahan air atau keberadaan sabun dan
protein yang mungkin ada.
c. Penggunaan disinfektan harus mengikuti petunjuk pabrik.
d. Pada akhir proses disinfeksi terhadap ruang pelayanan medis (ruang operasi
dan ruang isolasi) tingkat kepadatan kuman pada lantai dan dnding 0-5
CFU/cm2, bebas mikroorganisme patogen dan gas gangren. Untuk ruang
penunjang medis (ruang rawat inap, ruang ICU/ICCU, kamar bayi, kamar
bersalin, ruang perawatan luka bakar, dan laundry) sebesar 5-10 CFU/cm2.
e. Sterilisasi peralatan yang berkaitan dengan perawatan pasien secara fisik
C selam 13 menit dan harus mengacu pada petunjuk penggunaan alat sterilisasi
yang digunakan.
f. Sterilisasi harus menggunakan disinfektan yang ramah lingkungan.
g. Petugas sterilisasi harus menggunakan alat pelindung diri dan menguasai
prosedur sterilisasi yang aman.
h. Hasil akhir proses sterilisasi untuk ruang operasi dan ruang isolasi harus bebas
dari mikroorganisme hidup
9. Pengaman Radiasi
10. Penyuluhan Kesehatan Lingkungan
11. Unit Sanitasi Rumah Sakit
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
10
sakit
sebagai
salah
satu
subsistem
pelayanan
kesehatan
13
D. Identifikasi Masalah
1. Pengertian masalah
Masalah adalah perbedaan antara kondisi sekarang dan kondisi yg
diharapkan. Sebuah masalah bisa muncul berkat adanya pengetahuan atau
pemikiran baru. Ketika seseorang tahu di mana posisi sekarang dan ke mana
hendak menuju maka orang tersebut sudah punya sebuah masalah terkait
bagaimana agar bisa sampai pada tujuan yg diharapkan.
E. Prioritas Masalah
Tabel 2.1 : Penentuan Prioritas Masalah
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Indikator
Berat ringan
Dampak
Kecenderungan
Kebutuhan
Keuntungan masyarakat
Kemudahan
Keprihatinan
Sumber daya
Skor
14
9.
Dukungan politik
Jumlah
Keterangan:
Skor 1 = Tidak penting;
Skor 2 = Kurang penting;
Skor 3 = Penting;
Skor 4 = Sangat penting;
Dengan skor tertinggi maka itulah masalah yang menjadi prioritas cara ini disebut
dengan prioritas masalah dengan cara indikator. Jadi, beberapa masalah dihitung satu
per satu dengan cara ini sehingga dapat diurutkan skor tertinggi sampai terendah.
F. Penyebab Masalah
Penyebab masalah dapat dianalisis dengan menggunakan diagram sebab
akibat/diagram tulang ikan/diagram ishikawa. Diagram ini menunjukan hubungan
sebab dan akibat. 5 faktor utama dalam diagram isikhawa, yaitu:
1. Manusia;
2. Metode kerja
3. Lingkungan
4. Mesin/alat
5. Material/Bahan
Langkah-langkah pembuatan diagram ishikawa/diagram tulang ikan/diagram
sebab akibat adalah sebagai berikut :
1. Menentukan persoalan
2. Mencari faktor-faktor utama yang mempengaruhi atau berakibat pada
persoalan
Gam
bar 2.1 Contoh Pembuatan Diagram Tulang Ikan/Sebab Akibat/Ishikawa
G. Alternatif Masalah
1. Dengan akal sehat
15
Memecahkan masalah dengan akal sehat agar keputusannya baik, maka minimal
kita harus memenuhi 3 syarat:
a. Keputusan diambil dalam waktu relatif singkat
b. Keputusan yang diambil dalam waktu yang relatif tepat
c. Keputusan yang diambil harus relevan, artinya keputusan yang diambil harus
ada hubungannya dengan masalah yang dihadapi.
2. Dengan metode ilmiah (sistematis)
Metode ilmiah ini adalah murni rasional dan dalam cara pemecahan masalah
ditempuh tata urutan dengan Guide line sebagai berikut:
a. Dikumpulkan sebanyak mungkin data yang ada hubungannya dengan masalah
yang sedang dihadapi (koleksi data)
b. Kemudian data itu diolah, diklasifikasikan (klasifikasi data)
c. Setelah data itu diolah, kemudian diadakan analisa data
d. Kemudian dengan interprestasi hasil analisa data itu, kita mencari alternatifalternatif pemecahan masalah
e. Akhirnya kita mengambil kesimpulan / keputusan alternatif pemecahan masalah
yang relatif paling tepat.
3. Alternatif lain menurut Osbom adalah sebagai berikut:
a. Bila masalah banyak seginya, hendaklah dipecah menjadi persoalan - persoalan
yang lebih kecil. Untuk memecahkan urutan tersebut harus berdasar:
1) Menurut urutan waktu dan hal dalam masalah tersebut
2) Menurut urutan pentingnya sesuatu hal
3) Menurut urutan bergantungnya sesuatu hal pada hal lainnya.
b. Dalam mempelajari masalah jangan hanya memperhatikan hal-hal yang tampak
penting saja.
c. Jangan menyampingkan cara-cara pemecahan yang tidak masuk akal yang
muncul dalam pikiran kita.
d. Bacalah buku-buku untuk mendapatkan bahan-bahan pemikiran atau cara-cara
pemecahan masalah.
e. Diskusikanlah masalah itu dengan orang-orang lain, misalnya kepada teman
sejawat atau kepada bawahan.
f. Apabila semua ajalan tersebut sudah ditempuh tetapi belum memberikan hasil,
mintalah petunjuk kepada Tuhan Yang Maha Esa yang Maha Mengetahui.
16
17
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
2.
3.
KOMPONEN
YANG
KRITERIA
DINILAI
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
Lantai
a. Kuat dan utuh
b. Bersih
c. Konus
d. Kedap air
e. Rata
f. Tidak licin
g. Mudah dibersihkan
Dinding
a. Rata
b. Bersih
c. Berwarna terang
d. Mudah dibersihkan
Ventilasi
Ventilasi gabungan
4.
5.
Atap
Langit-langit
6.
7.
Pintu
8.
Pagar
BOBOT
8
2
SKOR
NILAI
40
40
0
30
20
20
0
30
30
20
20
20
20
0
15
10
10
0
30
30
20
20
50
50
50
50
25
50
5
5
15
25
10
10
30
50
15
5
5
15
20
15
30
10
10
30
40
30
30
60
20
20
30
40
40
60
18
9.
10.
11.
Jaringan instalasi
a. Bersih
0,5
b. Mampu
menampung
kendaraan karyawan dan
pengunjung
c. Tidak berdebu/becek
d. Ada tempat sampah yang
cukup
15
10
30
20
0
10
0
20
a. Aman
(bebas
connection)
b. Terlindung
30
60
20
40
50
50
50
50
a. Tertutup
b. Saluran air lancar
cross 0,5
Jumlah
B. RUANG BANGUNAN
1.
Ruang perawatan
2.
3.
Ruang operasi
785
10
30
15
30
15
30
15
30
15
20
10
20
10
10
20
10
10
10
0
20
5
0
20
25
25
25
30
30
25
15
15
19
20
10
20
10
10
10
20
10
10
10
5
5
10
10
0
5
0
30
30
20
20
10
10
10
10
50
30
20
15
30
15
30
10
20
10
20
50
50
40
10
40
10
25
25
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
4.
5.
6.
7.
8.
Ruang laboratorium
Ruang sterilisasi
Ruang radiologi
Ruang pendingin
Ruang mayat
keadaan tertutup
Langit-langit
tidak
bercelah
Ventilasi dengan AC
tersendiri dilengkapi filter
bakteri
Suhu 19-25 oC
Kelembaban 45-60 %
Pencahayaan ruang 300500 lux
Pencahayaan meja operasi
10.000-20.000 lux
Tinggi langit-langit 2,7 m
3,3 m dari lantai
a. Dinding terbuat
dari 1
porselein/keramik
setinggi 1,5 m dari lantai
b. Lantai dan meja kerja
tahan terhadap bahan
kimia dan getaran
c. Dilengkapu kamar mandi,
dapur, dan toilet
d. Tinggi langit-langit 2,7 m
-3,3 m dari lantai
e. Kebisingan <65 dBA
20
c.
d.
e.
f.
g.
9.
C
1.
laboratorium
Jauh dari klinik/ ruang
pemeriksaan
Mudah dicapai dari ruang
perawatan, UGD, ruang
operasi
Dilengkapi
dengan
saluran pembuangan air
limbah
Dilengkapi ruang ganti
pakaian petugas dan toilet
Dilengkapi
dengan
perlengkapan dan bahan
pemilisan
jenazah
termasuk
meja
memandikan mayat
20
20
20
20
10
10
10
10
30
30
20
20
20
20
10
10
10
10
10
930
10
50
50
21
2.
3.
4.
5.
6.
Penyajian makanan
a. Menggunakan
kereta 2
dorong tertutup
b. Tidak
menyajikan
makanan jadi yang sudah
menginap
c. Lalu lintas makanan jadi
dengan jalur khusus
a. Lantai dapur sebelum dan 4
sesudah
kegiatan
dibersihkan
dengan
antiseptic
b. Dilengkapi sungkup dan
cerobong asap
c. Pencahayaan >200 lux
40
40
a. Sebelum
digunakan, 2
dalam kondisi bersih
b. Tahan karat dan tidak
mengandung
bahan
beracun
c. Utuh dan tidak retak
d. Dicuci
dengan
desinfektan
atau
dikeringkan dengan sinar
matahari
/
pemanas
buatan
dan
tidak
dibersihkan dengan kain
15
Penjamah makanan
Peralatan
30
10
10
10
10
40
20
50
25
25
30
10
10
10
15
15
15
22
D
1.
Jumlah
PENYEHATAN AIR
Kuantitas
2.
Kualitas
3.
Sarana
E
1.
Jumlah
PENGELOLAAN LIMBAH
Pengeolaan limbah padat
535
10
a. Tersedia air bersih > 500 8
lt/tt/hr dan tersedia air
minum sesuai dengan
kebutuhan
b. Air minum tersedia pada
setiap tempat kegiatan
a. Bakteriologis
5
b. Fisik
c. Kimia
a. Sumber PDAM, air tanah 3
yang diolah
b. Distribusi tidak bocor
c. Penampungan tertutup
560
70
240
30
400
75
25
80
15
5
150
50
90
60
30
20
1600
a.
b.
c.
d.
e.
f.
16
Pemusnaan limbah padat 10
infeksius, sitotoksis, dan
farmasi dengan incinerator
(>1000 C)atau khusus
untuk sampah infeksius
dapat disterilkan dengan
auto clave atau radiasi
microwave
sebelum
dibuang ke landfill
Bagi yang tidak punya
incinerator, ada MOU
antara RS dan pihak yang
melakukan pemusnahan
limbah medis
Tempat limbah padat kuat,
tahan karat, kedap air,
dengan
penutup
dan
kantong plastic dengan
warna dan lambang sesuai
pedoman. Minimal 1
(satu) buah tiap radius 20
pada
ruang
tunggu/terbuka.
Tempat pengumpulan dan
penampungan
limbah
sementara
segera
didisinfeksi
setelah
dikosongkan .
Diangkut ke TPS >2
kali/hari dan ke TPA 1
kali/hari.
Limbah domestik dibuang
ke TPA yang ditetapkan
PEMDA.
250
25
200
20
200
20
150
15
50
50
50
10
23
2.
3.
g. Sampah
radioaktif
ditangani sesuai peraturan
yang berlaku.
Pengelolaan limbah cair
a. Dilakukan
pengelolaan 4
melalui
instalasi
pengolahan limbah
b. Disalurkan
melalui
saluran yang kedap air,
tertutup, dan lancar.
Kualitas effluent yang dibuang a. Memenuhi
persyaratan 2
ke dalam lingkungan
Kepmen LH Nomor 58
Tahun 1995 atau Perda
setempat meliputi :
- Suhu 30 C dengan
termometer
PH antara 6-9 diukur
demgan PH meter
Jumlah
TEMPAT PENCUCIAN LINEN
5
a. Terdapat keran air bersih
dengan
kapasitas,
kuantitas, dan tekanan
yang
memadai
serta
disediakan keran air panas
untuk desinfeksi awal
b. Dilakukan
pemilahan
antara linen infeksius dan
non-infeksius
c. Tersedia ruang pemisah
antara barang bersih dan
kotor
d. Lokasi mudah dijangkau
oleh
kegiatan
yang
memerlukan dan jauh dari
pasien serta tidak berada
di jalan
e. Lantai terbuat dari beton
/plester yang kuat, rata,
tidak licin
f. Terdapat sarana pengering
untuk alat-alat sehabis
dicuci
g. Terdapat sarana pengering
untuk alat-alat sehabis
dicuci
Jumlah
PENGENDALIAN SERANGGA DAN TIKUS
4
a. Fisik
Konstruksi
bangunan,
tempat penampungan air,
penampungan
sampah,
tidak
memungkinkan
sebagai
tempat
240
80
80
20
200
100
1470
150
30
75
15
75
15
75
15
50
10
50
10
25
500
320
80
24
berkembang
biaknya
serangga dan tikus
b. Kimia
Insektisida yang dipakai
memiliki toksisitas rendah
terhadap manusia dan tidak
bersifat persisten
DEKONTAMINASI
DESINFEKSI
MELALUI
STEILISASI
DAN 10
a. Menggunakan
peralatan
sterilisasi uap (auto clave)
gas dengan suhu sekitar
134C
atau
peralatan
radiasi
gelombang
microwave atau dengan
cara lain yg memenuhi
syarat
b. Alat dan perlengkapan
medis
yang
sudah
distrerilkan disimpan pada
tempat khusus yang steril
pula
c. Alat dan perlengkapan
medis
yang
sudah
disterilkan
atau
didesinfeksi
terlebih
dahulu dibersihkan dari
darah, jaringan tubuh, dan
sisa bahan lain
d. Peralatan sterilisasi di
kalibrasi minimal sekali/
tahun
e. Ruang operasi yang telah
dipakai harus dilakukan
desinfeksi
sebelum
digunakan kembali
Jumlah
I
20
400
Jumlah
H
80
PENGAMANAN RADIASI
400
40
200
20
200
20
100
10
100
10
1000
2
a. Ada izin pengoperasian peralatan yang 40
memancarkan radiasi
b. Dosis radiasi pengion terhadap pekerja 30
dan masyarakat tidak boleh melebihi
NBD
c. Ada
system
managemen
dan 30
keselamatan kesehatan kerja pada
pekerja dan masyarakat terhadap
radiasi pengion , organisasi, peralatan
proteksi radiasi, pemantauan dosis
20
15
15
25
perorangan
d. Instalasi dan gudang peralatan radiasi 20
ditempatkan pada lokasi yang jauh dari
tempat yang rawan kebakaran, tempat
berkumpul orang banyak.
e. Tebal bahan perlindungan pada
masing-masing ruangan berdasarkan 80
jenis dan energy radiasi, aktivitas, dan
dimensi sumber radiasi serta sifat
bahan pelindung sesuai dengan
peraturan berlaku
Jumlah
200
PENYULUHAN KESEHATAN LINGKUNGAN
6
Dilakukan
penyuluhan
kesehatan secara langsung
maupun
tidak
langsung
kepada :
a. Karyawan medis/ non
medis
b. Pasien
c. Pedagang makanan dalam
lingkungan RS
d. Pengunjung
Jumlah
UNIT/INSTANSI SANITASI RS
8
Pilih salah satu
a. Dipimpin oleh tenaga
teknis
yang
sudah
mengikuti
pelatihan
sanitasi RS
b. Dipimpin oleh tenaga
teknis
yang
belum
mengikuti
pelatihan
sanitasi RS
c. Dipimpin oleh tenaga
non-teknis yang sudah
mengikuti
pelatihan
sanitasi RS
400
40
40
40
20
20
20
50
30
20
400
Jumlah
10.000
Keterangan:
Warna Biru = Tidak diperiksa
Warna Merah = Tidak memenuhi persyaratan
Tabel 3.2 Hasil Pemeriksaan RSUD Sultan Syarief Mohammad Al-Kadrie
Kota Pontianak 2013
Skor Komponen
tidak diperiksa
2095
Skor maksimal
(10.000-skor
tidak diperiksa)
10.000-2.095=
Hasil
(Skor/skor maks x 100%)
Keterangan
Memenuhi syarat
26
7.905
4. Tahun Berdiri
: 2012
: 160 buah
6. Jumlah Sanitarian
: 2 orang
7. Kode RS
: 6171138S
8. Direktur
9. Kode Pos
:78113
10. Email
: rsudssma@yahoo.com
C. Koordinator
1. Direktur Rumah Sakit : dr. Handanu Widoyono, M.Kes
2. Sanitarian
D. Peralatan
Tabel 3.3 Peralatan yang digunakan untuk inspeksi sanitasi Rumah Sakit Umum
Daerah Sultan Syarif Mohammad Alkadrie Kota Pontianak
No.
1.
2.
3.
4.
Peralatan
Kuesioner
Alat tulis
LVS (Low Air Sample)
4 in 1 Multifunction
1
v
v
2
v
v
v
v
3 4 5 6 7 8 9
v v v v v v v
v v v v v v v
v v
10
v
v
11
v
v
v
27
5.
6.
7.
8.
9.
v v
v
v
v
v
Keterangan:
1. Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
2. Penyehatan Ruang Bangunan
3. Penyehatan Makanan dan Minuman
4. Penyehatan Air
5. Pengeloaan Limbah
6. Tempat Pencucian Linen
7. Pengendalian Serangga dan Tikus
8. Dekontaminasi
9. Pengendalian Radiasi
10. Penyuluhan Kesehatan Lingkungan
11. Unit/Instansi Rumah Sakit
E. Pembiayaan
1. Dana Pemerintah Pusat
a. Dana Kementerian (Dana Program Kemenkes)
b.Dana Dekonsentrasi (Ke Propinsi) dan Tugas Pembantuan (Ke Kab/Kota)
c. Bantuan Operasional Kesehatan
d. JAMKESMAS dan JAMPERSAL
2.Dana Pemerintah Propinsi
a.Dana APBD Propinsi (DAU Propinsi)
b.Bantuan Gubernur
3.Dana Pemerintah Kabupaten Kota
a.Dana APBD Kabupaten/Kota (PAD)
b.Dana Perimbangan (DAU, DAK, Dana Bagi Hasil)
No
Jenis Kegiatan
Jumlah
Admisi
Rp 15.000.000,00
UGD
Rp 30.000.000,00
Poliklinik
Rp 40.000.000,00
Pelayanan dokter
spesialis
Pelayanan Dokter
Subspesialis
Rp 50.000.000,00
Rp 62.500.000,00
28
Tabel
Rumah
Umum
Sultan
Rp 60.000.000,00
3.4
Rp 59.000.000,00
Anggaran
Rp 58.000.000,00
Sakit
Rp 57.000.000,00
10
Rp 56.000.000,00
11
Rp 55.000.000,00
12
ICU
Rp 40.000.000,00
13
NICU
Rp 41.000.000,00
14
PICU
Rp 42.000.000,00
15
Kamar Operasi
Rp 62.500.000,00
16
Rp 35.000.000,00
18
19
Klinik Farmasi
Rp 70.000.000,00
20
Unit Radiologi
Rp 60.000.000,00
21
Dapur
Rp 200.000.000,00
22
Taman
Rp 5.000.000,00
23
Ruang tunggu
Rp 2.000.000,00
24
Rp 2.000.000,00
25
Rp 4.000.000,00
26
Ruang Sterilisasi
Rp 500.000.000,00
27
Ruang Mekanik
Rp 15.000.000,00
28
Ruang Laundry
Rp 30.000.000,00
29
Rp 30.000.000,00
30
Tempat Ibadah
Rp 50.000.000,00
31
Rp 200.000.000,00
32
Tempat Pengolahan
Limbah
Kantor Administrasi
33
Lapangan Parkir
Rp 300.000.000,00
Jumlah
Rp2.346.000.000,00
17
Daerah
Syarif
Rp 40.000.000,00
Rp 45.000.000,00
Rp 30.000.000,00
F. Identifikasi Masalah
Tabel 3.5 Hasil penilaian inspeksi sanitasi Rumah Sakit Umum Daerah Sultan Syarif
Mohammad Alkadrie Kota Pontianak
No
1.
Komponen Variabel
Kesehatan lingkungan
rumah sakit
Skor Variabel
Tidak
Diperiksa
Skor
Maksimal
(Skor MaxSkor tdk
diperiksa)
Ketentuan
Memenuhi
Syarat (%)
Hasil
Penilaian (%)
850
75
92,35
29
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Ruang Bangunan
Penyehatan makanan
dan minuman
Penyehatan air
Pengeloaan limbah
Tempat pencucian linen
Pengendalian serangga
dan tikus
Dekontaminasi melalui
desinfeksi dan
sterilisasi
Pengamanan radiasi
Penyuluhan kesehatan
lingkungan
Unit/instansi rumah
sakit
200
810
75
88,89
1345
90
0
0
0
1600
1470
500
80
80
55
100
100
100
400
20
100
1000
70
100
200
50
100
600
60
400
60
100
30
G. Penyebab Masalah
1. Diagram Ishikawa Kontruksi Bangunan
Kontraktor
menggunakan alat
transportasi pribadi
untuk memantau
Alat transportasi
terbatas
31
32
33
.
4. Diagram Ishikawa Promkes Kesling
34
H. Prioritas Masalah
Tabel 3.6 Menentukan prioritas masalah Rumah Sakit Umum Daerah Sultan Syarif
Mohammad Alkadrie Kota Pontianak
Skor
No
Indikator
Kontruksi
Ruang
Instansi
Bangunan
Sterilisasi
Gizi
Promkes
Kesling
RS
1.
Berat ringan
2.
Dampak
3.
Kecenderungan
4.
Kebutuhan
5.
Keuntungan masyarakat
6.
Kemudahan
7.
Keprihatinan
8.
Sumber daya
9.
Dukungan politik
Jumlah
17
25
25
30
Prioritas
IV
II/III
II/III
Keterangan:
Skor 1 = Tidak penting;
Skor 2 = Kurang penting;
Skor 3 = Penting;
Skor 4 = Sangat penting;
Penentuan prioritas masalah adalah dengan memberi skor 1-4 pada kolom
indikator kemudian dijumlahkan sehingga hasil pun didapatkan. Prioritas masalah
Rumah Sakit Umum Daerah Sultan Syarif Mohammad Alkadrie yang paling utama
adalah promkes kesling, prioritas kedua dan ketiga ruang sterilisasi/instansi gizi.
Prioritas terakhir adalah pembetulan kontruksi bengunan.
rumah sakit, bukan saja melalui informasi atau nasihat-nasihat dari para petugas
rumah sakit, tetapi juga dari apa yang dialami, didengar, dan dilihat di rumah sakit.
Penampilan rumah sakit yang bersih, nyaman, aman, dan teduh, serta penampilan
para petugas rumah sakit, terutama dokter dan perawat, yang bersih dan rapi,
ramah, murah senyum, dan sebagainya, rumah sakit yang membelajarkan pasien
atau keluarga pasien tentang kesehatan.
Pada waktu pasien akan menjalani perawatan di rumah sakit atau pasien yang
akan berobat jalan di rumah sakit, sudah tentu pasien akan melewati serangkaian
prosedur yang telah ditentukan oleh rumah sakit tersebut. Misalnya, untuk pasien
rawat jalan prosedur yang dilalui sekurang-kurangnya adalah:
a. Pendaftaran
b. Masuk ke ruang tunggu
c. Masuk ke ruang pemeriksaan
d. Ke apotek atau tempat pengambilan obat
e. Pembayaran di kasir, dan seterusnya.
Di tempat-tempat atau bagian-bagian tersebut idealnya merupakan tempattempat untuk dilaksanakan promosi atau penyuluhan kesehatan, terkait dengan
pelayanan yang diberikan. Namun demikian tidak semua titik pelayanan tersebut
efektif untuk dilakukan promosi kesehatan. Tempat-tempat atau bagian-bagian
pelayanan rumah sakit yang potensial dilakukan promosi kesehatan, antara lain
sebagai berikut:
a. Di ruang tunggu
Di ruang tunggu adalah tempat yang baik untuk melakukan promosi dan
penyuluhan kesehatan. Karena pada umumnya, di ruang itulah pasien atau para
pengantar berkumpul dalam waktu yang ralatif lama untuk menunggu giliran
pemeriksaan atau memperoleh obat. Di ruang ini dapat dilakukan penyuluhan
kesehatan langsung atau ceramah kesehatan, ataupun penyuluhan kesehatan
tidak langsung misalnya menggunakan rekaman radio kaset atau video kaset.
Pasien atau para pengantar pasien umumnya merasa jenuh pada saat menunggu
giliran, sehingga waktu tersebut sangat baik bila digunakan untuk memberikan
informasi-informasi atau pesan-pesan kesehatan agar mencegah kegelisahan dan
kejenuhan pasien atau keluarga pasien.
36
penyakitnya,
cara
penularannya,
cara
pencegahannya,
dan
pengobatan yang diberikan. Pasien dalam kondisi sakit dan ingin segera sembuh
dari penyakitnya, apabila diberikan pesan-pesan, informasi-informasi, atau
anjuran-anjuran yang berkaitan dengan penyakitnya, akan lebih mudah
mematuhi atau menjalankannya dibanding mereka yang dalam keadaan sehat.
Untuk menunjang promosi dan penyuluhan kesehatan pada kesempatankesempatan tersebut, seyogyanya ruang periksa dilengkapi dengan alat-alat
peraga atau gambar-gambar terkait dengan penyakit tertentu. Misalnya:
kerangka manusia, pantom, gambar-gambar anatomi tubuh, gambar jenis-jenis
makanan bergizi, skema perjalanan suatu penyakit, dan sebagainya.
c. Di ruang perawatan
Di ruang perawatan peran perawat sangat penting karena di tempat ini,
perawat mempunyai waktu yang relatif banyak untuk berkomunikasi dengan
pasien, dibanding dengan petugas yang lain. Perawat di ruang rawat
berkewajiban untuk memberikan obat, melayani kebutuhan pasien yang lain
seperti makan, minum, membantu ke kamar mandi, dan sebagainya. Pada
kesempatan-kesempatan itulah, perawat dapat menyampaikan pesan-pesan dan
atau anjuran-anjuran yang harus dipatuhi oleh pasien dalam rangka
penyembuhannya.
Seorang perawat pada waktu mengambil sampel darah, pada waktu
mengukur tekanan darah pasien, dan sebagainya, dapat sekaligus memberikan
penyuluhan kesehatan terkait dengan yang dihadapi oleh pasien tersebut.
37
Materi atau isi promosi kesehatan di rumah sakit adalah mencakup pesanpesan dan informasi-informasi kesehatan yang disampaikan kepada pasien atau
keluarga pasien. Materi promosi kesehatan di rumah sakit ini dapat dikelompokkan
menjadi 3 yakni:
a. Pesan kesehatan yang terkait dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan:
Pesan-pesan kesehatan yang terkait dengan pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan ini mencakup perilaku hidup sehat (healthy behavior), antara lain:
1) Makan dengan menu atau susunan makanan dengan gizi seimbang.
2) Aktivitas fisik secara rutin, termasuk olahraga dan kegiatan-kegiatan lainnya
seperti tugas dan pekerjaan sehari-hari yang mengeluarkan tenaga.
3) Tidak merokok atau minum minuman keras seperti alkohol.
4) Mengelola dan mengendalikan stres untuk memelihara kesehatan.
5) Istirahat cukup karena istirahat dapat mengendorkan ketegangan-ketegangan
yang dialami oleh seseorang.
b. Pesan-pesan kesehatan yang terkait dengan pencegahan serangan penyakit:
Pasien yang sudah sembuh dari penyakit, bias saja terserang penyakit yang sama
(kambuh). Di samping itu, apabila penyakit itu menular maka kemungkinan
penyakit itu tertularkan kepada orang lain. Oleh sebab itu pesan-pesan tentang
pencegahan berbagai macam penyakit perlu dikemas dalam media leaflet atau
poster. Pesan-pesan tersebut sekurang-kurangnya mencakup:
1) Gejala atau tanda-tanda penyakit.
2) Penyebab penyakit.
3) Cara penularan penyakit.
4) Cara pencegahan penyakit.
c. Pesan-pesan kesehatan yang terkait dengan proses penyembuhan dan pemulihan:
Pasien yang datang ke rumah sakit, baik untuk rawat jalan atau rawat inap,
tujuan akhirnya adalah agar sembuh dari sakit dan pulih kesehatannya. Masingmasing penyakit mempunyai proses penyembuhan yang berbeda-beda. Oleh
sebab itu, informasi atau pesan-pesan kesehatan yang terkait dengan proses
penyembuhan dan pemulihan itu adalah merupakan isi promosi kesehatan di
rumah sakit.
Istilah atau nama rumah sakit di Indonesia memang tidak menggantungkan
diri dari segi promosi kesehatan. Karena rumah sakit yang merupakan terjemahan
38
kebersihan dan cara berpakaian petugas rumah sakit, terutama dokter dan
perawat yang secara langsung berkontak dengan pasien adalah perlu dijaga
dan dipertahankan supaya tetap bersih dan rapi.
b. Penggunaan Media
Media promosi atau penyuluhan kesehatan di rumah sakit merupakan alat
bantu dalam menyampaikan pesan-pesan kesehatan kepada para pasien dan
pengunjung rumah sakit lainnya. Media promosi yang layak digunakan di rumah
sakit diantaranya dalam bentuk cetakan: leaflet, flyer, selebaran, poster, dan
spanduk, serta dalam bentuk media elektronik, yakni radio kaset dan video kaset.
Leaflet dan selebaran didistribusikan atau disediakan di ruang-ruang tunggu,
atau di lobi rumah sakit, agar mudah dijangkau oleh para pengunjung rumah
sakit.
Media elektronik, baik radio kaset maupun video kaset yang berisi pesan
kesehatan bagi pasien dan keluarga pasien dapat digunakan di ruang-ruang
tunggu atau ruang rawat inap. Khusus media elektronik yang digunakan di
ruang-ruang rawat antara lain penggunaan sound system yang dikendalikandari
ruang tertentu dapat menyampaikan pesan-pesan dalam rangka proses
penyembuhan pasien di ruang rawat. Di samping itu, melalui media elektronik
ini juga dapat digunakan untuk program musik, dan siraman rohani untuk
menghibur dan memperkuat iman para penderita atau pasien.
c. Promosi dan Penyuluhan Langsung
Penyuluhan langsung dapat dilakukan secara terstruktur atau terprogram,
tetapi juga dapat dilakukan secara tidak terstruktur atau terprogram. Penyuluhan
langsung secara terprogram harus direncanakan secara baik, dan ditangani oleh
petugas yang khusus mempunyai kemampuan bidang promosi kesehatan,
khususnya media. Bentuk program promosi langsung tidak terprogram dapat
dilakukan oleh para petugas medis dan paramedis yang langsung berhadapan
dengan pasien.
Berdasarkan sasaran promosi kesehatan, bentuk promosi kesehatan dapat
dilaksanakan pada:
1) Individual
Penyuluhan atau promosi kesehatan secara individual dilakukan dalam
bentuk konseling. Konseling dilakukan oleh dokter, perawat, atau petugas
40
a. Lokasi
(1) Kemudahan akses ke lif, dumbwaiter, dan tangga sangat penting dalam
menentukan lokasi instalasi sterilisasi sentral. Juga harus dekat dengan
instalasi yang banyak membutuhkan layanan. Biasanya pengguna terbesar
adalah instalasi bedah, termasuk ruang pemulihan, dan unit perawatan.
(2) Instalasi sterilisasi sentral secara ideal diletakkan pada area pusat layanan
dari instalasi yang berdekatan, yang menerima bahan seperti penyimpanan
umum, penyimpanan linen, dan laundri.
(3) Rumah sakit secara terus menerus mencari ide-ide baru untuk menjaga
urutan tertinggi kondisi aseptik, khususnya dalam ruang bedah. Di negaranegara maju instalasi sterilisasi sentral diletakkan dibawah lantai langsung
dari ruang bedah.
(4) Ruang bedah dan instalasi sterilisasi sentral dihubungkan dengan dua buah
dumbwaiter atau lif kecil. Satu dumbwaiter membawa barang-barang steril
menggunaan nampan (tray), obat-obatan dan lain-lain, sedangkan satu
dumbwaiter lainnya membawa barang-barang kotor.
(5) Dumbwaiter steril diletakkan dalam area steril dari instalasi sterilisasi
sentral, membuka ke dalam area steril dari ruang bedah dan mengangkut
semua barang-barang steril tanpa terjadi kontaminasi dalam perjalanan.
(6) Dumbwaiter kotor pada sisi lain diletakkan dalam area bukan steril dari
ruang bedah dan bahan-bahan kotornya dibawa turun ke area kotor dari
instalasi sterilisasi sentral untuk diproses kembali.
b. Perancangan.
(1) Pola aliran kerja harus direncanakan dimana lalu lintas petugas dan
pergerakan dari persediaan dan peralatan dicapai dengan cara yang effisien.
(2) Pergerakan di ruang instalasi sterilisasi sentral merupakan pergerakan satu
arah dimana pergerakannya maju. Pergerakan satu arah dimaksud untuk
mencegah terjadinya kontaminasi dan mencegah adanya instrumen yang
hilang.
(3) Aliran kerja harus dirancang untuk memungkinkan pemisahan pintu masuk
untuk penerimaan bahan-bahan kotor dan terkontaminasi, dan lainnya, serta
mengeluarkan persediaan dan instrumen bersih dan steril .
(4) Bila perlu, biasanya ada tiga pintu masuk, ke penerimaan bahan dari
42
G
ambar 3.5 Zona area sterilisasi sentral
(6) Barang-barang kotor dari berbagai instalasi di rumah sakit diterima di area
penerimaan, menggunakan troli yang berisi keranjang atau wadah
nampan/baki instrumen.
(7) Kebanyakan barang-barang tersebut dimuat langsung melalui pencucian
disinfektor (Washer disinfector).
(8) Troli dan beberapa instrumen dibersihkan dan didisinfeksi secara manual
atau otomatis.
(9) Uap dan air panas adalah zat disinfeksi yang paling umum digunakan di
rumah sakit.
(10) Dalam area bersih, bahan yang telah didisinfeksi disortir, diperiksa dan
dikemas.
(11) Sangat menarik untuk dicatat bahwa dalam sistem yang canggih,
instrumen yang keluar dari nampan dapat beberapa kali selama
pemeriksaan di meja pengemasan.
(12) Setelah dikemas, nampan instrumen dimasukkan ke dalam keranjang
43
3. Instansi gizi
Instalasi gizi perlu dibangun di Rumah Sakit Umum Daerah Sultan Syarif
Mohammad Alkadrie untuk mencegah infeksi nosokomial, karena jika masih
menggunakan katering maka kemungkinan infeksi nosokomial lebih berpotensi.
Salah satu pelayanan kesehatan dalam rantai sistem rujukan adalah rumah sakit
yang didirikan dan diselenggarakan dengan tujuan utama memberikan pelayanan
kesehatan dalam bentuk asuhan keperawatan, tindakan medis, asuhan nutrisi, dan
diagnostik serta upaya rehabilitasi untuk memenuhi kebutuhan pasien.
Usaha pelayanan kesehatan di rumah sakit bertujuan agar tercapai
kesembuhan penderita dalam kurun waktu sesingkat mungkin. Untuk itu perlu
dilakukan kegiatan pengembangan pelayanan gizi yang diberikan di rumah sakit
bagi pasien dirawat dan berobat jalan.
Instalasi Gizi merupakan sarana penunjang kegiatan unit pelaksana
fungsional, yaitu :
1. Pelayanan Gizi rumah sakit
Pelayanan gizi di selenggarakan secara terintegrasi dengan unit pelayanan
kesehatan di rumah sakit, agar di capai pelayanan gizi yang optimal dan
penyelenggaraan makanan yang bermutu tinggi. Kriterianya :
a. Adanya tujuan tertulis, serta petunjuk yang obyektif dalam kegiatan pelayanan
gizi.
b. Sasaran pelayanan gizi adalah pasien rawat inap, pasien, rawat jalan yang
memerlukan pelayanan gawat darurat, karyawan serta masyarakat.
c. Lingkungan kegiatan meliputi produksi dan distribusi makanan, pelayanan
gizi ruang rawat inap, penyuluhan dan konsultasi diet, penelitian dan
pengembangan gizi terapan, penentuan anggaran serta semua aspek pelayanan
gizi.
d. Standar pelayanan gizi dinilai setiap tiga tahun.
2. Administrasi dan Pengelolaan
PGRS harus mempunyai bagan organisasi dan uraian tugas yang jelas bagi
semua personil. Kriteria :
a. PGRS dikelola dan diorganisir oleh Dietesien / Coordinator.
45
b. Pola kegiatan gizi rumah sakit harus mencakup kegiatan yang telah ditetapkan
Depkes RI sesuai dengan kelas rumah sakit.
c. Adanya bagan organisasi yang menggambarkan secara jelas garis komando
yang menunjukkan tanggung jawab kewenangan dan hubungan kerja dalam
pelayanan gizi dengan unit lain.
d. Ada uraian tertulis untuk setiap petugas yang mencakup :
-
Garis komando.
Pertemuan berkala staf instalasi gizi diadakan paling sedikit setiap bulan,
yang dibuktikan dengan notulen pasien.
e. Standar makanan untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien dalam kualitas dan
kuantitas.
f.
4. Kontruksi bangunan
46
a. Lantai yang tidak konus sulit dibersihkan sehingga diperlukan alat khusus
untuk menjangkau area tersebut.
b. Tempat parkir yang berdebu karena masih dalam tahap pembanguan maka
warga rumah sakit dapat menggunakan masker (penutup mulut).
c. Ruang operasi yang dindingnya tidak terbuat dari porselin memiliki ruangan
yang luas sehingga dokter dapat melakukan operasi agak jauh dari dinding.
Jika melakukan operasi dekat-dekat dinding kemudian darah terpercik dan
menempel ke dinding maka akan menjadi infeksi nosokomial
d. Ruang laboratorium yang tinggi dinding porselin > 1,5 m, akan berakibat pada
infeksi nosokomial.
e. Ruang mayat yang tidak mudah dicapai dari ruang perawatan, UGD dan ruang
operasi dapat disiapkan jalur khusus.
rumah sakit akan menimbulkan kesan yang sejuk, sehat, senyum, dan
ramah.
5) Petugas atau karyawan rumah sakit sangat penting untuk menimbulkan
kesan kesehatan, kebersihan, dan kesan keramahtamahan. Oleh sebab itu,
kebersihan dan cara berpakaian petugas rumah sakit, terutama dokter dan
perawat yang secara langsung berkontak dengan pasien adalah perlu dijaga
dan dipertahankan supaya tetap bersih dan rapi.
b. Penggunaan Media
Media promosi atau penyuluhan kesehatan di rumah sakit merupakan alat
bantu dalam menyampaikan pesan-pesan kesehatan kepada para pasien dan
pengunjung rumah sakit lainnya. Media promosi yang layak digunakan di rumah
sakit diantaranya dalam bentuk cetakan: leaflet, flyer, selebaran, poster, dan
spanduk, serta dalam bentuk media elektronik, yakni radio kaset dan video kaset.
Leaflet dan selebaran didistribusikan atau disediakan di ruang-ruang tunggu,
atau di lobi rumah sakit, agar mudah dijangkau oleh para pengunjung rumah
sakit.
Media elektronik, baik radio kaset maupun video kaset yang berisi pesan
kesehatan bagi pasien dan keluarga pasien dapat digunakan di ruang-ruang
tunggu atau ruang rawat inap. Khusus media elektronik yang digunakan di
ruang-ruang rawat antara lain penggunaan sound system yang dikendalikandari
ruang tertentu dapat menyampaikan pesan-pesan dalam rangka proses
penyembuhan pasien di ruang rawat. Di samping itu, melalui media elektronik
ini juga dapat digunakan untuk program musik, dan siraman rohani untuk
menghibur dan memperkuat iman para penderita atau pasien.
c. Promosi dan Penyuluhan Langsung
Penyuluhan langsung dapat dilakukan secara terstruktur atau terprogram,
tetapi juga dapat dilakukan secara tidak terstruktur atau terprogram. Penyuluhan
langsung secara terprogram harus direncanakan secara baik, dan ditangani oleh
petugas yang khusus mempunyai kemampuan bidang promosi kesehatan,
khususnya media. Bentuk program promosi langsung tidak terprogram dapat
dilakukan oleh para petugas medis dan paramedis yang langsung berhadapan
dengan pasien.
48
pasien atau keluarga pasien sebagai clients. Oleh sebab itu, maka metode
promosi secara tidak langsung ini selalu menggunakan media atau alat bantu
pendidikan atau promosi, misalnya: leaflet, booklet, selebaran, poster, radio
kaset, video kaset, dan sebagainya.
2. Ruang sterilisasi
Pergerakan di ruang instalasi sterilisasi sentral merupakan pergerakan satu arah
dimana pergerakannya maju. Pergerakan satu arah dimaksud untuk mencegah
terjadinya kontaminasi dan mencegah adanya instrumen yang hilang. Aliran kerja
ruang sterilisasi di Rumah Sakit Umum Daerah Sultan Syarif Mohammad Alkadrie
harus dirancang untuk memungkinkan pemisahan pintu masuk untuk penerimaan
bahan-bahan kotor dan terkontaminasi, dan lainnya, serta mengeluarkan persediaan
dan instrumen bersih dan steril.
G
amba
r 3.7
Tata
ruang
sterili
sasi
sentra
l
denga
n
autoklaf 2 pintu
3. Instansi gizi/Dapur
Pembuatan instalasi gizi bertujuan untuk mengurangi infeksi nosokomial. Untuk
mengurangi infeksi nosokomial maka Rumah Sakit Umum Daerah Sultan Syarif
Mohammad Alkadrie harus membangunan instalasi gizi/dapur dengan persyaratan
minimal sebagai berikut:
a. Umum
- Pencahayaan minimal 200 lux.
50
4. Kontruksi bangunan
a. Pembelian vacum cleaner yang fleksibel untuk pembersihan lantai dengan
sudut mati..
b. Pembagian masker secara gratis di pintu masuk rumah sakit.
c.
Ruang operasi yang dindingnya tidak terbuat dari porselin memiliki ruangan
yang luas sehingga dokter dapat melakukan operasi agak jauh dari dinding.
Sambil menunggu anggaran perbaikan untuk ruang operasi, perlu adanya
kehati-hatian bagi para dokter dalam melakukan operasi agar darah tidak
terpercik ke dinding.
52
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Masalah kesehatan lingkungan di Rumah Sakit Umum Daerah Sultan Syarif
Mohammad Alkadrie adalah kontruksi bangunan yang belum sempurna, belum
adanya ruang sterilisasi dan dapur/instansi gizi dan promkes kesling.
2. Prioritas utama pemecahan masalah adalah promkes kesling.
3. Penyebab promkes kesling menjadi masalah adalah karena :
a.
4. Pemecahan masalah dapat dilakukan dengan :
b. Pemberian contoh
c. Penggunaan Media
d. Promosi dan penyuluhan langsung
B.Saran
Penambahan jumlah sanitarian diperlukan agar memaksimalkan pengawasan dan
pemantauan inspeksi sanitasi di Rumah Sakit Umum Daerah Sultan Syarif Mohammad
Alkadrie
53
DAFTAR PUSTAKA
Azwar. S. 2007. Sikap Manusia. Teori dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar. Jakarta.
BPS. 2006. Susenas (Survei Ekonomi Nasional). Jakarta.
Hasibuan, M. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia, edisi 2, Jakarta
Koentjoroningrat. 1997. Metode Penelitian Masyarakat, Gramedia, Jakarta
Libra, Tian.Rencana Pengembangan Unit Gizi
http://tianlibra.blogspot.com/2013/06/rencana-pengembangan-unit-gizi.html
diakses 20 November 2014
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.
Sabarguna, Boy.S. 2008.Pengendalian Internal Rumah Sakit.CV Sagung Seto: Jakarta
.2009.Buku Pegangan Mahasiswa Manajemen Rumah Sakit. CV Sagung
Seto: Jakarta
54