Anda di halaman 1dari 20

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Sampah
Dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah,
sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang
berbentuk padat. Selanjutnya yang dimaksud dengan sampah spesifik adalah sampah
yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau volumenya memerlukan pengelolaan khusus.
Sementara menurut Slamet (2002), sampah adalah sisa kegiatan sehari hari manusia
atau proses alam yang berbentuk padat atau semi padat berupa zat organik atau
anorganik bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak
berguna lagi dan dibuang ke lingkungan.
Tim Penulis Penebar Swadaya dalam (Salipadang, 2011:6) menyatakan bahwa
sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas
manusia maupun alam yang belum memiliki nilai ekonomis. Menurut Tandjung
dalam (Alex, 2012:3) sampah merupakan sesuatu yang tidak berguna lagi, dibuang
oleh pemiliknya atau pemakai semula. Alex (2012:4) menyimpulkan bahwa sampah
adalah barang yang tidak berharga, tidak memiliki nilai ekonomis, tidak berguna dan
barang yang sudah tidak diinginkan lagi.
Sampah dalam ilmu kesehatan lingkungan sebenarnya hanya sebagian dari benda
atau hal-hal yang dipandang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau
harus dibuang, sedemikian rupa sehingga tidak sampai mengganggu kelangsungan
hidup. Dari segi ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan sampah ialah
sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, disenangi atau sesuatu yang harus dibuang,
yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia (termasuk
kegiatan industri), tetapi yang bukan biologis (karena human waste tidak termasuk
didalamnya) dan umumnya bersifat padat (karena air bekas tidak termasuk
didalamnya).

2.1.1. Jenis dan Karakteristik Sampah


2.1.1.1. Jenis Sampah
Pada prinsipnya sampah dibagi menjadi sampah padat, sampah cair
dan sampah dalam bentuk gas (fume, smoke). Sampah padat dapat dibagi
menjadi beberapa jenis yaitu :
1.

Berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya

a. Sampah anorganik misalnya : logam-logam, pecahan gelas, dan plastik


b. Sampah organik misalnya : sisa makanan, sisa pembungkus dan sebagainya
2.

Berdasarkan dapat tidaknya dibakar

a. Mudah terbakar misalnya : kertas, plastik, kain, kayu


b. Tidak mudah terbakar misalnya : kaleng, besi, gelas
3.

Berdasarkan dapat tidaknya membusuk

a. Mudah membusuk misalnya : sisa makanan, potongan daging


b. Sukar membusuk misalnya : plastik, kaleng, kaca (Dainur, 1995)
2.1.1.2. Karakteristik Sampah
1.

Garbage yaitu jenis sampah yang terdiri dari sisa-sisa potongan hewan atau sayuran
dari hasil pengolahan yang sebagian besar terdiri dari zat-zat yang mudah membusuk,
lembab, dan mengandung sejumlah air bebas.

2.

Rubbish terdiri dari sampah yang dapat terbakar atau yang tidak dapat terbakar yang
berasal dari rumah-rumah, pusat-pusat perdagangan, kantor-kantor, tapi yang tidak
termasuk garbage.

3.

Ashes (Abu) yaitu sisa-sisa pembakaran dari zat-zat yang mudah terbakar baik
dirumah, dikantor, industri.

4.

Street Sweeping (Sampah Jalanan) berasal dari pembersihan jalan dan trotoar baik
dengan tenaga manusia maupun dengan tenaga mesin yang terdiri dari kertas-kertas,
daun-daunan.

5.

Dead Animal (Bangkai Binatang) yaitu bangkai-bangkai yang mati karena alam,
penyakit atau kecelakaan.

6.

Houshold Refuse yaitu sampah yang terdiri dari rubbish, garbage, ashes, yang berasal
dari perumahan.

7.

Abandonded Vehicles (Bangkai Kendaraan) yaitu bangkai- bangkai mobil, truk, kereta
api.

8.

Sampah Industri terdiri dari sampah padat yang berasal dari industri-industri,
pengolahan hasil bumi.

9.

Demolition Wastes yaitu sampah yang berasal dari pembongkaran gedung.

10. Construction Wastes yaitu sampah yang berasal dari sisa pembangunan, perbaikan an
pembaharuan gedung-gedung.
11. Sewage Solid terdiri dari benda-benda kasar yang umumnya zat organik hasil
saringan pada pintu masuk suatu pusat pengelolahan air buangan.
12. Sampah khusus yaitu sampah yang memerlukan penanganan khusus

misalnya

kaleng-kaleng cat, zat radiokatif. (Mukono, 2006)


2.1.2. Sumber-Sumber Sampah
Sampah yang ada di permukaan bumi ini dapat berasal dari beberapa sumber
berikut :
1.

Pemukiman penduduk
Sampah di suatu pemukiman biasanya dihasilkan oleh satu atau beberapa
keluarga yang tinggal dalam suatu bangunan atau asrama yang terdapat di desa
atau di kota. Jenis sampah yang dihasilkan biasanya sisa makanan dan bahan sisa
proses pengolahan makanan atau sampah basah (garbage), sampah kering
(rubbsih), perabotan rumah tangga, abu atau sisa tumbuhan kebun. (Dainur,
1995)

2.

Tempat umum dan tempat perdagangan


Tempat umum adalah tempat yang memungkinkan banyak orang berkumpul dan
melakukan kegiatan termasuk juga tempat perdagangan. Jenis sampah yang
dihasilkan dari tempat semacam itu dapat berupa sisa-sisa makanan (garbage),
sampah kering, abu, sisa bangunan, sampah khusus, dan terkadang sampah
berbahaya.

3.

Sarana layanan masyarakat milik pemerintah


Sarana layanan masyarakat yang dimaksud disini, antara lain, tempat hiburan dan
umum, jalan umum, tempat parkir, tempat layanan kesehatan (misalnya rumah

sakit dan puskesmas), kompleks militer, gedung pertemuan, pantai empat


berlibur, dan sarana pemerintah lain. Tempat tersebut biasanya menghasilkan
sampah khusus dan sampah kering.
4.

Industri berat dan ringan


Dalam pengertian ini termasuk industri makanan dan minuman, industri kayu,
industri kimia, industri logam dan tempat pengolahan air kotor dan air
minum,dan kegiatan industri lainnya, baik yang sifatnya distributif atau
memproses bahan mentah saja. Sampah yang dihasilkan dari tempat ini biasanya
sampah basah, sampah kering, sisa-sisa bangunan, sampah khusus dan sampah
berbahaya.

5.

Pertanian
Sampah dihasilkan dari tanaman dan binatang. Lokasi pertanian seperti kebun,
ladang ataupun sawah menghasilkan sampah berupa bahan-bahan makanan yang
telah membusuk, sampah pertanian, pupuk, maupun bahan pembasmi serangga
tanaman.
2.1.3. Pengelolaan Sampah Padat
Ada beberapa tahapan di dalam pengelolaan sampah padat yang baik, diantaranya :

1.

Tahap pengumpulan dan penyimpanan di tempat sumber


Sampah yang ada dilokasi sumber (kantor, rumah tangga, hotel dan sebagainya)
ditempatkan dalam tempat penyimpanan sementara, dalam hal ini tempat
sampah. Sampah basah dan sampah kering sebaiknya dikumpulkan dalam tempat
yang terpisah untuk memudahkan pemusnahannya. Adapun tempat penyimpanan
sementara (tempat sampah) yang digunakan harus memenuhi persyaratan berikut
berikut ini :

a. Konstruksi harus kuat dan tidak mudah bocor


b. Memiliki tutup dan mudah dibuka tanpa mengotori tangan
c. Ukuran sesuai sehingga mudah diangkut oleh satu orang.
Dari tempat penyimpanan ini, sampah dikumpulkan kemudian dimasukkan ke
dalam dipo (rumah sampah). Dipo ini berbentuk bak besar yang digunakan
untuk menampung sampah rumah tangga. Pengelolaanya dapat diserahkan pada

pihak pemerintah. Untuk membangun suatu dipo, ada bebarapa persyaratan yang
harus dipenuhi, diantaranya :
1. Dibangun di atas permukaan tanah dengan ketinggian bangunan setinggi kendaraan
pengangkut sampah.
2. Memiliki dua pintu, pintu masuk dan pintu untuk mengambil sampah.
3. Memiliki lubang ventilasi yang tertutup kawat halus untuk mencegah lalat dan
binatang lain masuk ke dalam dipo.
4. Ada kran air untuk membersihkan
5. Tidak menjadi tempat tinggal atau sarang lalat atau tikus.
6. Mudah dijangkau masyarakat
Pengumpulan sampah dapat dilakukan dengan dua metode :
a. Sistem duet : tempat sampah kering dan tempat sampah basah
b. Sistem trio : tempat sampah basah, sampah kering dan tidak mudah terbakar.
2.

Tahap pengangkutan
Dari dipo sampah diangkut ke tempat pembuangan akhir atau pemusnahan
sampah dengan mempergunakan truk pengangkut sampah yang disediakan oleh
Dinas Kebersihan Kota. (Chandra, 2007)

3.

Tahap pemusnahan
Di dalam tahap pemusnahan sampah ini, terdapat beberapa metode yang dapat
digunakan, antara lain :
a. Sanitary Landfill
Sanitary landfill adalah sistem pemusnahan yang paling baik. Dalam metode
ini, pemusnahan sampah dilakukan dengan cara menimbun sampah dengan
cara menimbun sampah dengan tanah yang dilakukan selapis demi selapis.
Dengan demikian, sampah tidak berada di ruang terbuka dan tentunya tidak
menimbulkan bau atau menjadi sarang binatang pengerat. Sanitary landfill
yang baik harus memenuhi persyatatan yaitu tersedia tempat yang luas,
tersedia tanah untuk menimbunnya, tersedia alat-alat besar. Semua jenis
sampah diangkut dan dibuang ke suatu tempat yang jauh dari lokasi

pemukiman. Ada 3 metode yang dapat digunakan dalam menerapkan teknik


sanitary landfill ini, yaitu:
1. Metode galian parit (trench method)
Sampah dibuang ke dalam galian parit yang memanjang. Tanah bekas
galian digunakan untuk menutup parit tersebut. Sampah yang ditimbun
dan tanah penutup dipadatkan dan diratakan kembali. Setelah satu parit
terisi penuh, dibuat parit baru di sebelah parit terdahulu.
2. Metode area
Sampah yang dibuang di atas tanah seperti pada tanah rendah, rawa-rawa,
atau pada lereng bukit kemudian ditutup dengan lapisan tanah yang
diperoleh dari tempat tersebut.
3. Metode ramp
Metode ramp merupakan teknik gabungan dari kedua metode di atas.
Prinsipnya adalah bahwa penaburan lapisan tanah dilakukan setiap hari
dengan tebal lapisan sekitar 15 cm di atas tumpukan sampah.
Setelah lokasi sanitary landfill

yang terdahulu stabil, lokasi tersebut dapat

dimanfaatkan sebagai sarana jalur hijau (pertamanan), lapangan olahraga, tempat


rekreasi, tempat parkir, dan sebagainya.
b. Incenaration
Incenaration atau insinerasi merupakan suatu metode pemusnahan sampah
dengan cara membakar sampah secara besar-besaran dengn menggunakan
fasilitas pabrik. Manfaat sistem ini, antara lain :
1. Volume sampah dapat diperkecil sampai sepertiganya.
2. Tidak memerlukan ruang yang luas.
3. Panas yang dihasilkan dapat dipakai sebagai sumber uap.
4. Pengelolaan dapat dilakukan secara terpusat dengan jadwal jam kerja yang dapat
diatur sesuai dengan kebutuhan.
Adapun kerugian yang ditimbulkan akibat penerapan metode ini : biaya besar,
lokalisasi pembuangan pabrik sukar didapat karena keberatan penduduk.
Peralatan yang digunakan dalam insenarasi, antara lain :

1. Charging apparatus
Charging apparatus adalah tempat penampungan sampah yang berasal
dari kendaraan pengangkut sampah. Di tempat ini sampah yang terkumpul
ditumpuk dan diaduk.
2. Furnace
Furnace atau tungku merupakan alat pembakar yang dilengkapi dengan
jeruji besi yang berguna untuk mengatur jumlah masuk sampah dan untuk
memisahkan abu dengan sampah yang belum terbakar. Dengan demikian
tungku tidak terlalu penuh.
3. Combustion
Combustion atau tungku pembakar kedua, memiliki nyala api yang lebih
panas dan berfungsi untuk membakar benda-benda yang tidak terbakar
pada tungku pertama.
4. Chimmey atau stalk
Chimmey atau stalk adalah cerobong asap untuk mengalirkan asap keluar
dan mengalirkan udara ke dalam
5. Miscellaneous features
Miscellaneous features adalah tempat penampungan sementara dari debu
yang terbentuk, yang kemudian diambil dan dibuang (Chandra, 2007).
c. Composting
Pemusnahan sampah dengan cara proses dekomposisi zat organik oleh
kuman-kuman pembusuk pada kondisi tertentu. Proses ini menghasilkan
bahan berupa kompos atau pupuk hijau (Dainur, 1995). Berikut tahap-tahap
di dalam pembuatan kompos:
1. Pemisahan benda-benda yang tidak dipakai sebagai pupuk seperti gelas, kaleng, besi
dan sebagainya.
2. Penghancuran sampah menjadi partikel-partikel yang lebih kecil
(minimal berukuran 5 cm)
3. Penyampuran sampah dengan memperhatikan kadar karbon dan nitrogen yang paling
baik (C:N=1:30)

4. Penempatan sampah dalam galian tanah yang tidak begitu dalam. Sampah dibiarkan
terbuka agar terjadi proses aerobik.
5. Pembolak-balikan sampah 4-5 kali selama 15-21 hari agar pupuk dapat terbentuk
dengan baik.
d. Hog Feeding
Pemberian sejenis garbage kepada hewan ternak (misalnya: babi). Perlu
diingat bahwa sampah basah harus diolah lebih dahulu (dimasak atau direbus)
untuk mencegah penularan penyakit cacing dan trichinosis.
e. Discharge to sewers
Sampah dihaluskan kemudian dimasukkan ke dalam sistem pembuangan air
limbah. Metode ini dapat efektif asalkan sistem pembuangan air limbah
memang baik.
f. Dumping
Sampah dibuang atau diletakkan begitu saja di tanah lapangan, jurang atau
tempat sampah.
g. Dumping in water
Sampah dibuang ke dalam air sungai atau laut. Akibatnya, terjadi pencemaran
pada air dan pendangkalan yang dapat menimbulkan bahaya banjir. (Mukono,
2006)
h. Individual Incenaration
Pembakaran sampah secara perorangan ini biasa dilakukan oleh penduduk
terutama di daerah pedesaaan.
i. Recycling
Pengolahan kembali bagian-bagian dari sampah yang masih dapat dipakai
atau di daur ulang. Contoh bagian sampah yang dapat di daur ulang, antara
lain plastik, kaleng, gelas, besi, dan sebagainya.
j. Reduction
Metode ini digunakan dengan cara menghancurkan sampah (biasanya dari
jenis garbage) sampai ke bentuk yang lebih kecil, kemudian di olah untuk
menghasilkan lemak.

k. Salvaging
Pemanfaatan sampah yang dipakai kembali misalnya kertas bekas. Bahayanya
adalah bahwa metode ini dapat menularkan penyakit (Chandra, 2007).

2.1.4. Hubungan Pengelolaan Sampah terhadap Masyarakat dan Lingkungan


Pengelolaan sampah di suatu daerah akan membawa pengaruh bagi masyarakat
maupun lingkungan daerah itu sendiri. Pengaruhnya tentu saja ada yang positif dan
ada juga yang negatif.
2.1.4.1. Pengaruh Positif
Pengelolaan sampah yang baik akan memberikan pengaruh yang positif terhadap
masyarakat maupun lingkungannya, seperti berikut :
1.

Sampah dapat dimanfaatkan untuk menimbun lahan semacam rawa-rawa dan dataran
rendah.

2.

Sampah dapat dimanfaatkan sebagai pupuk.

3.

Sampah dapat diberikan untuk makanan ternak setelah menjalani proses pengelolaan
yang telah ditentukan lebih dahulu untuk mencegah pengaruh buruk sampah tersebut
terhadap ternak.

4.

Pengelolaan sampah menyebabkan berkurangnya tempat untuk berkembang biak


serangga dan binatang pengerat.

5.

Menurunkan insidensi kasus penyakit menular yang erat hubungannya dengan


sampah.

6.

Keadaan estetika lingkungan yang bersih menimbulkan kegairahan hidup masyarakat.

7.

Keadaan lingkungan yang baik mencerminkan kemajuaan budaya masyarakat.

8.

Keadaan lingkungan yang baik akan menghemat pengeluaran dana kesehatan suatu
negara sehingga dana itu dapat digunakan untuk keperluan lain (Chandra, 2007)

2.1.4.2. Pengaruh Negatif


Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat memberikan pengaruh negatif bagi
kesehatan, lingkungan, maupun bagi kehidupan sosial ekonomi dan budaya
masyarakat, seperti berikut.
1.

Pengaruh terhadap kesehatan

a. Pengelolaan sampah yang kurang baik akan menjadikan sampah sebagai tempat
perkembangbiakan vektor penyakit, seperti lalat, tikus, serangga, jamur.
b. Penyakit demam berdarah meningkatkan incidencenya disebabkan vektor Aedes
Aegypty yang hidup berkembang biak di lingkungan, pengelolaan sampahnya kurang
baik (banyak kaleng, ban bekas dan plastik dengan genangan air).
c. Penyakit sesak nafas dan penyakit mata disebabkan bau sampah yang menyengat
yang mengandung Amonia Hydrogen, Solfide dan Metylmercaptan.
d. Penyakit saluran pencernaan (diare, kolera dan typus) disebabkan banyaknya lalat
yang hidup berkembang biak di sekitar lingkungan tempat penumpukan sampah.
e. Insidensi penyakit kulit meningkat karena penyebab penyakitnya hidup dan
berkembang biak di tempat pembuangan dan pengumpulan sampah yang kurang baik.
Penularan penyakit ini dapat melalui kontak langsung ataupun melalui udara.
f. Penyakit kecacingan
g. Terjadi kecelakaan akibat pembuangan sampah secara sembarangan misalnya luka
akibat benda tajam seperti kaca, besi, dan sebagainya
h. Gangguan psikomatis, misalnya insomnia, stress, dan lain-lain (Mukono, 2006)
2.

Pengaruh terhadap lingkungan

a. Pengelolaan sampah yang kurang baik menyebabkan estetika lingkungan menjadi


kurang sedap dipandang mata misalnya banyaknya tebaran-tebaran sampah sehingga
mengganggu kesegaran udara lingkungan masyarakat.
b. Pembuangan sampah ke dalam saluran pembuangan air akan menyebabkan aliran air
akan terganggu dan saluran air akan menjadi dangkal (Mukono, 2006).
c. Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme akan menghasilkan gas-gas tertentu
yang menimbulkan bau busuk.

10

d. Adanya asam organic dalam air serta kemungkinan terjadinya banjir maka akan cepat
terjadinya pengerusakan fasilitas pelayanan masyarakat antara lain jalan, jembatan,
saluran air, fasilitas jaringan dan lain-lain.
e. Pembakaran sampah dapat menimbulkan pencemaran udara dan bahaya kebakaran
lebih luas.
f. Apabila musim hujan datang, sampah yeng menumpuk dapat menyebabkan banjir
dan mengakibatkan pencemaran pada sumber air permukaan atau sumur dangkal.
g. Air banjir dapat mengakibatkan kerusakan pada fasilitas masyarakat, seperti jalan,
jembatan, dan saluran air (Chandra, 2007).
3.

Pengaruh terhadap sosial ekonomi dan budaya masyarakat

a. Pengelolaan sampah yang kurang baik mencerminkan keadaan sosial-budaya


masyarakat setempat.
b. Keadaan lingkungan yang kurang baik dan jorok, akan menurunkan minat dan hasrat
orang lain (turis) untuk datang berkunjung ke daerah tersebut
(Mukono, 2006)
c. Dapat menyebabkan terjadinya perselisihan antara penduduk setempat dan pihak
pengelola
d. Angka kesakitan meningkat dan mengurangi hari kerja sehigga produktifitas
masyarakat menurun.
e. Kegiatan perbaikan lingkungan yang rusak memerlukan dana yang besar sehingga
dana untuk sektor lain berkurang.
f. Penurunan pemasukan daerah (devisa) akibat penurunan jumlah wisatawan yang
diikuti dengan penurunan penghasilan masyarakat setempat.
g. Penurunan mutu dan sumber daya alam sehingga mutu produksi menurun dan tidak
memiliki nilai ekonomis.
h. Penumpukan sampah di pinggir jalan menyebabkan kemacetan lalu lintas yang dapat
menghambat kegiatan transportasi barang dan jasa (Chandra, 2007).
2.2. Petugas Pengelola Sampah
Petugas pengelola sampah adalah orang yang melakukan pekerjaan pengumpulan,
pengangkutan, pemrosesan, pendaur-ulangan, atau pembuangan dari material

11

sampah. Material sampah yang dihasilkan dari kegiatan manusia, dan biasanya
dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan atau
keindahan. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk memulihkan sumber daya
alam. Pengelolaan sampah bisa melibatkan zat padat, cair, gas, atau radioaktif dengan
metoda dan keahlian khusus untuk masing masing jenis zat.
2.3. Pengertian Kulit
2.3.1 Anatomi Kulit
Kulit merupakan pembungkus yang elastik yang melindungi tubuh dari pengaruh
lingkungan. Kulit juga merupakan alat tubuh yang terberat dan terluas ukurannya,
yaitu 15% dari berat tubuh dan luasnya 1,50-1,75 m 2 Rata-rata tebal kulit 1-2mm.
Paling tebal (6 mm) ada ditelapak tangan dan kaki dan paling tipis (0,5 mm) ada di
penis. Kulit terbagi atas tiga lapisan pokok yaitu epidermis, dermis atau korium, dan
jaringan subkutan atau subkutis (Harahap, 2000).
Kulit terbagi atas tiga lapisan pokok yaitu :
1. Epidermis, terbagi atas empat lapisan yaitu basal atau stratum germinativum, lapisan
malphigi atau stratum spinosum, lapisan granular atau stratum granulosum, lapisan
tanduk atau stratum korneum.
2. Dermis atau korium merupakan lapisan di bawah epidermis dan di atas jaringan
subkutan.
3. Jaringan subkutan (Subkutis atau hipodermis) merupakan lapisan yang langsung
dibawah dermis.
2.3.2. Fungsi Kulit
Kulit mempunyai fungsi yang bermacam-macam untuk menyesuaikan
tubuh dengan lingkungan. Fungsi kulit adalah :
a. Pelindung
Jaringan tanduk sel-sel epidermis paling luar membatasi masuknya
bendabenda dari luar dan keluarnya cairan berlebihan dari tubuh. Melamin
yang memberi warna pada kulit untuk melindungi kulit dari akibat sinar ultra
violet (Harahap, 2000).
b. Pengatur suhu

12

Penguapan keringat, sehingga suhu tubuh dapat dijaga tidak terlalu panas
(Harahap, 2000).
c. Penyerap
Kulit dapat menyerap bahan-bahan tertentu seperti gas dan zat yang larut
dalam lemak, tetapi air dan elektrolit sukar masuk melalui kulit. Zat-zat yang
larut dalam lebih mudah masuk ke dalam kulit dan masuk peredaran darah,
karena dapat bercampur dengan lemak yang menutupi permukaan kulit
(Harahap, 2000).
d. Indera perasa
Indera perasa di kulit terjadi karena rangsangan terhadap saraf sensoris dalam
kulit. Fungsi indera perasa yang pokok adalah merasakan nyeri, perabaan,
panas, dan dingin (Harahap, 2000).
e. Sintesis vitamin D (Graham, 2005).
f. Berperan penting dalam daya tarik seksual dan interaksi sosial (Graham, 2005).
2.3.3. Penyebab Penyakit Kulit
Menurut Fregert (1988), jumlah agen yang menjadi penyebab penyakit kulit
sangat banyak antara lain :
1.

Agen-agen fisik, antara lain disebabkan oleh tekanan atau gesekan, kondisi cuaca,
panas, radiasi dan serat-serat mineral. Agen-agen fisik menyebabkan trauma mekanik,
termal atau radiasi langsung pada kulit. Kebanyakan iritan kulit langsung merusak
kulit dengan jalan :
a. Mengubah pHnya

b. Bereaksi dengan protein-proteinnya (denaturasi)


c. Mengekstrasi lemak dari lapisan luarnya
d. Merendahkan daya tahan kulit.
2.

Agen-agen kimia, terbagi menjadi 4 kategori yaitu :

a. Iritan primer berupa asam, basa, pelarut lemak, deterjen, garam-garam logam.
b. Sensitizer berupa logam dan garam-garamnya, senyawa-senyawa yang berasal dari
anilin, derivat nitro aromatik, resin, bahan-bahan kimia karet, obatobatan,
antibiotik,kosmetik, tanam-tanaman, dll.

13

c. Agen-agen aknegenik berupa nafialen dan bifenil klor, minyak mineral, dll
d. Photosensitizer berupa antrasen, pitch, derivat asam amni benzoat, hidrokarbon
aromatik klor, pewarna akrrridin, dll.
3.

Agen-agen biologis, seperti mikroorganisme, parasit kulit dan produkproduknya.


Jenis agen biologis ini umumnya merupakan zat pemicu terjadinya penyakit kulit.
Macam-macam gangguan kulit adalah kudis (gudig, scabies), tuma (kutu
rambut atau kutu kepala), kutu dan tungau, luka kulit yang bernanah, cacar monyet
(impetigo), bisul dan abses, gelegata, bilur atau ruam yang gatal akibat alergi, herpes,
infeksi jamur, panu, belulang (kapalan), kanker kulit, dan borok pada kulit (Harahap,
2000).
Keluhan gangguan pada kulit adalah rasa gatal-gatal (saat pagi, siang, malam,
ataupun sepanjang hari), muncul bintik-bintik merah/ bentol-bentol/ bula-bula yang
berisi cairan bening ataupun nanah pada kulit permukaan tubuh timbul ruam-ruam.
Pada infeksi jamur superfisial, yang terinfeksi adalah kulit (epidermis), selaput
lendir mulut dan genitalia, kuku, dan rambut. Seseorang mendapat penyakit ini
mungkin disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :

a. Predisposisi
b. Pekerjaan
c. Perubahan pH kulit atau metabolisme kulit
d. Daya tahan tubuh seseorang yang menurun
e. Menderita penyakit kronik atau tumor ganas
f. Kebersihan perorangan yang kurang baik
g. Gangguan hormonal
Sumber penularan bisa dari tanah (geophilic), hewan (zoophilic), atau manusia
(antrophilic) (Harahap, 2000).
Infeksi jamur kulit cukup banyak ditemukan di Indonesia, yang merupakan
negara tropis beriklim panas dan lembab yang memungkinkan bertambah suburnya
pertumbuhan jamur, apalagi bila kebersihan perorangan yang kurang baik, dan faktor
sosio-ekonomi yang kurang memadai (Harahap, 2000).

14

Secara klinis, dampak sampah adalah penyakit kulit yang diakibatkan karena
jamur. Gangguan kulit dibagi atas infeksi superficial yang paling sering ditemukan
adalah pitirias versikolor (panu), infeksi kutan adalah dermatofitosis dan kandidiasis
kutis, infeksi subkutan yang kadang-kadang ditemukan sporotrikosis, fikomikosis
subkutan, aktimomikosis, dan kromomikosis (Harahap, 2000).
Penyebab Pitariasis Versikolor (panu) adalah Malazessia furfur ini akan
terlihat sebagai spora yang bundar dengan dinding yang tebal atau dua lapis dinding,
ditemukan dalam kelompok bersama pseudohifa yang biasanya pendek seperti
gambaran spaghetti dan meatballs. Pitariasis Versikolor (panu) terjadi bila terdapat
perubahan keseimbangan hubungan antara hospes dengan ragi sebagai flora normal
kulit. Keadaan yang mempengaruhi keseimbangan antara hospes dengan ragi tersebut
diduga adalah faktor lingkungan atau faktor suseptibilitas individual. Faktor
lingkungan di antaranya adalah lingkungan mikro pada kulit misalnya kelembaban
kulit. Sedangkan faktor individual antara lain adanya kecenderungan genetik, atau
adanya penyakit yang mendasari misalnya sindrom chusing atau malnutrisi.
Lesi Pitariasis Versikolor dijumpai di bagian atas dada dan meluas ke lengan
atas, leher dan perut atau tungkai atas/bawah. Lesi khususnya dijumpai pada bagian
yang tertutup atau mendapat tekanan pakaian, misalnya pada bagian yang tertutup
pakaian dalam. Keluhan Pitariasis Versikolor yang di alami penderita adalah adanya
bercak/ macula berwarna putih (hipopigmentasi) atau kecoklatan (hiperpigmentasi)
dengan rasa gatal ringan yang munculnya saat berkeringat. Pada kulit hitam atau
coklat umumnya berwarna putih sedang pada kulit putih atau terang cenderung
berwarna coklat atau kemerahan.
Dermatofitosis (kurap) yang terdiri atas tinea kapitis menyerang kulit kepala,
tinea korporis pada permukaan kulit, tinea kruris pada lipatan kulit, tinea pedis pada
sela jari kaki (athlete's foot), tinea manus pada kulit telapak tangan, tinea imbrikata
berupa sisik pada kulit di daerah tertentu, dan Tinea Ungium (pada kuku).
Umumnya berbentuk sisik kemerahan pada kulit atau sisik putih. Pada kuku,
terjadi peradangan di sekitar kuku, dan bisa menyebabkan bentuk kuku tak rata
permukaannya, berwarna kusam, atau membiru. Keluhan yang dialami penderita

15

tinea kapitis, tinea korporis, tinea imbrikata, tinea pedis dan tinea kruris adalah rasa
gatal. Keluhan yang dialami penderita kandidiasis adalah rasa gatal yang hebat,
kadang-kadang disertai rasa panas seperti terbakar. Gangguan kulit karena infeksi
bakteri pada kulit yang paling sering adalah pioderma (Harahap, 2000).
2.4. Pengertian Hygiene
Yang dimaksud dengan hygiene ialah usaha kesehatan masyarakat yang mempelajari
kondisi lingkungan terhadap kesehatan manusia, upaya mencegah timbulnya penyakit
karena pengaruh lingkungan kesehatan tersebut, serta membuat kondisi lingkungan
sedemikian rupa sehingga terjamin pemeliharaan kesehatan. Dalam pengertian ini
termasuk pula melindungi, memelihara dan mempertinggi derajat kesehatan manusia
(perorangan ataupun masyarakat), sedemikian rupa sehingga pelbagai faktor
lingkungan yang tidak menguntungkan tersebut, tidak sampai menimbulkan
gangguan terhadap kesehatan.
2.4.1. Kebersihan Perorangan
Kebersihan perorangan adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara
kesehatan mereka. Kebersihan perorangan sangat penting untuk diperhatikan.
Pemeliharaan kebersihan peorangan diperlukan untuk kenyamanan individu,
keamanan dan kesehatan (Potter, 2005). Kebersihan peorangan meliputi:
a. Kebersihan Kulit
Kebersihan kulit merupakan cerminan kesehatan yang paling pertama memberi
kesan. Oleh karena itu perlu memelihara kulit sebaik-baiknya. Pemeliharaan
kesehatan kulit tidak dapat terlepas dari kebersihan lingkungan, makanan yang
dimakan serta kebiasaan hidup sehari-hari.
Untuk selalu memelihara kebersihan kulit kebiasaan-kebiasaan yang sehat harus
selalu memperhatikan seperti :
1. menggunakan barang-barang keperluan sehari-hari milik sendiri
2. mandi minimal 2x sehari
3. mandi memakai sabun
4. menjaga kebersihan pakaian
5. makan yang bergizi terutama banyak sayur dan buah

16

6. menjaga kebersihan lingkungan.


b. Kebersihan Rambut
Rambut yang terpelihara dengan baik akan membuat terpelihara dengan subur dan
indah sehingga akan menimbulkan kesan cantik dan tidak berbau apek. Dengan selalu
memelihara kebersihan rambut dan kulit kepala, maka perlu diperhatikan sebagai
berikut :
1. memperhatikan kebersihan rambut dengan mencuci rambut sekurangkurangnya 2x
seminggu
2. mencuci rambut memakai samphoo/bahan pencuci rambut lainnya
3. sebaiknya menggunakan alat-alat pemeliharaan rambut sendiri.
c. Kebersihan Gigi
Menggosok gigi dengan teratur dan baik akan menguatkan dan membersihkan gigi
sehingga terlihat cemerlang. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga
kesehatan gigi adalah :
1. menggosok gigi secara benar dan teratur dianjurkan setiap sehabis makan
2. memakai sikat gigi sendiri
3. menghindari makan-makanan yang merusak gigi
4. membiasakan makan buah-buahan yang menyehatkan gigi
5. memeriksa gigi secara teratur.
d. Kebersihan Mata
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga kesehatan mata adalah :
1. membaca di tempat yang terang
2. makan makanan yang bergizi
3. istirahat yang cukup dan teratur
4. memakai peralatan sendiri dan bersih (seperti handuk dan sapu tangan)
5. memelihara kebersihan lingkungan.
e. Kebersihan Telinga
Hal yang diperhatikan dalam kebersihan telinga adalah :
1. membersihkan telinga secara teratur
2. jangan mengorek-ngorek telinga dengan benda tajam.

17

f. Kebersihan Tangan, Kaki, dan Kuku


Seperti halnya kulit, tangan kaki, dan kuku harus dipelihara dan ini tidak
terlepas dari kebersihan lingkungan sekitar dan kebiasaan hidup sehari-hari. Selain
indah dipandang mata, tangan, kaki, dan kuku yang bersih juga menghindarkan kita
dari berbagai penyakit. Kuku dan tangan yang kotor dapat menyebabkan bahaya
kontaminasi dan menimbulkan penyakit-penyakit tertentu.
Untuk menghindari hal tersebut maka perlu diperhatikan sebagai berikut :
1. Membersihkan tangan sebelum makan
2. Memotong kuku secara teratur
3. Membersihkan lingkungan
4. Mencuci kaki sebelum tidur.
Faktor hygiene yang mempengaruhi gangguan kulit adalah :
a. Kebersihan kulit
b. Kebersihan kuku
c. Kebersihan rambut dan kulit kepala
2.5. Alat pelindung diri
Alat pelindung diri adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja
sesuai kebutuhan untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di
sekeliling. Dalam menyediakan perlindungan terhadap bahaya, prioritas pertama
seorang majikan adalah melindungi pekerjanya secara keseluruhan ketimbang secara
individu. Penggunaan alat pelindung diri hanya dipandang perlu jika metode-metode
perlindungan yang lebih luas ternyata tidak praktis dan tidak terjangkau (Ridley,
2009).
Dengan seluruh jenis alat pelindung diri yang tersedia, pemasok akan
menyarankan jenis yang paling sesuai untuk kebutuhan perlindungan pekerja dan
dapat menawarkan beberapa pilihan berdasarkan material, desain, warna, dan
sebagainya. Akan tetapi, ada beberapa prinsip umum harus diikuti. Alat pelindung diri
yang efektif harus sesuai dengan bahaya yang dihadapi, terbuat dari material yang
akan tahan terhadap bahaya tersebut, cocok bagi orang yang akan menggunakannya,
tidak mengganggu kerja operator yang sedang bertugas, memiliki konstruksi yang

18

sangat kuat, tidak mengganggu alat pelindung diri lain yang sedang dipakai secara
bersamaan, dan tidak meningkatkan risiko terhadap pemakainya (Ridley, 2009).
Penggunaan alat pelindung diri yang sesuai akan mengurangi kemungkinan
kecelakaan ataupun penyakit akibat kerja. Jenis-jenis alat pelindung diri yang aman
bagi pekerja adalah :
a. Pakaian kerja
Pakaian kerja jenis celana ; hindarkan bagian kaki yang terlalu panjang, bagian
bawah yang terlalu lebar atau terlipat keluar akan mengurangi pergerakan dan
mudah terkait atau jatuh. Pakaian kerja jenis baju sedapat mungkin tidak boleh
terlalu longgar.
b. Pemakaian sarung tangan
Sarung tangan sangat membantu pada pengerjaan agar terhindar dari kecelakaan
maupun penyakit akibat kerja.
c. Pemakaian sepatu kerja
Pemakaian sepatu kerja sebagai pengaman kaki harus diperhatikan terutama
pemilihan bahan sepatu di daerah kerja yang cocok dengan kondisi kerja, sepatu
bengkel dengan pengaman, sepatu laboratorium ataupun sepatu untuk kerja di
lapangan. Semua hal tersebut di atas terutama mengamankan kaki dari benda
jatuh atau tergelincir pada waktu kerja.
d. Pemakaian masker

DAFTAR PUSTAKA
Alex S. 2012. Sukses Mengolah Sampah Organik Menjadi Pupuk Organik.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Chandra, Andy.2000. Daur Ulang dan Pemanfaatan Sampah. Yogyakarta: Aditya
Media
Daniur. 1995. Pokok Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC Emergency Arcan
Buku Kedokteran

19

Fregert, Sigfrid. 1988. Kontak Dermatitis. Yogyakarta: Yayasan Essentia Medica


Graham, Robin.dkk. 2005. Dermatologi. Erlangga
Harahap, Marlawi. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates
Mukono. 2006. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Surabaya: AUP
Potter, Patricia A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC
Ridley, John. 2009. Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Erlangga
Salipadang, Joseph Crhistian. 2011. Analisis Sistem Pengangkutan Sampah Kota
Makassar Dengan Metode Penyelesaian Vehicle Routing Problem (VRP) (Studi
Kasus: Kecamatan Mamajang). Makassar: Skripsi pada Universitas Hasanuddin.
Slamet, J. S. 2002. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada Universty
Press.
Wikipedia.2013.Sampah.http://id.wikipedia.org/wiki/Sampah (diakses 14 Januari
2014)

20

Anda mungkin juga menyukai