Anda di halaman 1dari 11

KUALITAS AIR DAN KELUHAN KESEHATAN MASYARAKAT DI

SEKITAR PABRIK GULA WATOETOELIS


Water Quality and Public Health Complaints in Surrounding Watoetoelis Sugar Mills

Yonar Trisna
Departemen Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga Surabaya
yonartrisna@yahoo.com

Abstrak: Industri sebagai bagian integral dari pembangunan negara, sedikit banyak berpengaruh terhadap lingkungan
sekitar. Pabrik gula sebagai industri juga turut mempengaruhi kualitas lingkungan di sekitarnya melalui buangan limbah cair
sehingga pengendalian pencemaran air diperlukan untuk mencapai taraf kesehatan lingkungan yang ideal. Pengendalian
pencemaran PG Watoetoelis dapat dilihat pada kualitas air di sekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi
kualitas air dan keluhan kesehatan masyarakat di sekitar PG Watoetoelis. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
yang bersifat observasional dengan rancang bangun cross sectional. Pengambilan data primer dilakukan pada bulan April
hingga Agustus 2014, berupa: wawancara dengan menggunakan kuesioner, observasi lingkungan, pemeriksaan parameter
sampel badan air dan air sumur baik upstream dan downstream dalam radius 100 meter dari titik outlet pembuangan air
limbah Pabrik Gula Watoetoelis. Hasil penelitian menunjukkan: pada pemeriksaan badan air ditemukan tingginya kadar
BOD5 yaitu sebesar: 24,34 mg/L (upstream) dan 24,15 mg/L (downstream), seluruh sampel air sumur tidak ditemukan
adanya tanda pencemaran fisik dan kimia air, responden masyarakat di sekitar PG Watoetoelis yang dengan keluhan
kesehatan (9 dari 17 orang) mengalami keluhan kesehatan berupa batuk sebanyak 7 orang, dan mengeluhkan bau tidak
sedap dari pencemaran pabrik gula sebanyak 15 dari 17 orang. Kesimpulan penelitian ini adalah kualitas sampel badan air
bernilai buruk, kualitas fisika dan kimia pada sampel air sumur memenuhi syarat, terdapat keluhan kesehatan oleh
responden masyarakat namun keluhan kesehatan ini dapat disebabkan variabel selain parameter fisika dan kimia pada air
sumur, seperti; faktor mikrobiologi, higiene dan sanitasi, ataupun buruknya kualitas lingkungan khususnya udara di lokasi
tempat tinggal responden.

Kata Kunci: kualitas air, pencemaran air, keluhan kesehatan, pabrik gula

Abstract: Industry as an integral part of the development of the country, more less having effect on the surrounding
environment. Sugar factory as a part the industry also affects the quality of the surrounding environment through
wastewater discharge at which water pollution control is required to achieve an ideal level of environmental health.
PG Watoetoelis pollution control can be assessed from the water quality of its surrounding. This study aims to identify
water quality and health complaints around PG Watoetoelis. This study is a descriptive observational study with cross
sectional design. Primary data collection was conducted in July and August 2014, in the form of: interviews with
questionnaires, environmental observation, inspection parameters of water samples of water bodies and wells in both
upstream and downstream within 100 meters of the point of waste water discharge outlet Watoetoelis Sugar Factory.
The results showed: the examination of water body samples found high levels of BOD5 in the amount of: 24.34 mg/L
(upstream) and 24.15 mg/L (downstream), all wells water samples did not reveal any signs of physical and chemical
pollution of water, respondents around PG Watoetoelis who with health complaints (9 of 17) experienced health
complaints such as coughs of 7 people, and complained about the odor of the sugar factory pollution as many as 15
of 17 people. The conclusion of this study are bad water bodies quality, physical and chemical quality of the water
samples of wells qualified, there are health complaints by respondents, but this can be due to other variables than
physical and chemical parameters of the well water, such as; microbiology, hygiene and sanitation, or poor quality of
the air in the environment, especially the residence location of the respondents.

Keywords: water quality, water pollution, health complaints, sugar mills

PENDAHULUAN proses dalam industri juga berisiko merusak


Industri sebagai motor pembangunan di bidang lingkungan.
ekonomi suatu negara menjadi bagian penting bagi Hal ini dikarenakan dalam melakukan
kehidupan masyarakat di berbagai negara. Industri produksinya, industri menghasilkan hasil
membantu pemenuhan kebutuhan masyarakat sampingan berupa limbah baik itu berbentuk
luas melalui kemampuannya untuk melakukan padat, cair, maupun gas. Umumnya jumlah
produksi secara massal. Ibarat koin yang bersisi limbah yang dihasilkan oleh industri linear atau
dua, selain memudahkan kehidupan masyarakat, berbanding lurus dengan jumlah produksinya.
220
221 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 10, No. 2 April 2018: 220–232

Adanya proses dan peralatan yang sama Terdapat risiko adanya pencemaran sumber
dapat dikatakan semakin besar angka daya air dengan mempertimbangkan adanya
produksinya, semakin banyak pula limbah yang pabrik gula dekat lokasi tersebut.
dihasilkan. Menghasilkan limbah cair bervolume besar
Penelitian yang dilakukan di sekitar daerah yang dibuang ke sungai tersebut terdapat kualitas
industri gula tebu di daerah aliran sungai Chhoti yang tidak biasa dari air tanahnya (groundwater).
Gandak, Dataran Gangga, India menunjukkan Hal tersebut adalah sebagai akibat langsung dari
bahwa konsentrasi dari kebanyakan logam banyak proses fisik dan kimia akibat perpindahan
dipengaruhi oleh kegiatan industri dan praktek- massal antara massa air dan batu yang berada di
praktek pertanian sekitarnya. Hal ini dibuktikan sungai selama periode yang sangat lama.
dengan peningkatan konsentrasi logam berat di Ehless dan Steel dalam Chandra (2007)
tanah maupun di akuifer. Logam seperti Pb, Cu, menyebutkan secara khusus bahwa air limbah
dan Zn dalam tanah di sekitar set industri adalah cairan buangan yang berasal dari rumah
ditemukan signifikan lebih tinggi daripada nilai tangga, industri, dan tempat-tempat umum
normal mereka di dalam tanah (Bhardwaj dkk., lainnya dan biasanya mengandung bahan-bahan
2009). Ditambahkan Baruah dkk. (1993) limbah atau zat yang dapat membahayakan kehidupan
pabrik gula, ketika dibuang ke lingkungan, manusia serta mengganggu kelestarian
menimbulkan bahaya kesehatan yang serius bagi lingkungan Limbah diklasifikasikan menurut
penduduk pedesaan dan semi-perkotaan yang cirinya, secara umum limbah terbagi menjadi 3
menggunakan aliran sungai dan air untuk tujuan kategori berdasarkan wujud-nya: padat, cair, dan
pertanian dan domestik. gas. Sedangkan menurut asalnya limbah terbagi
PG Watoetoelis diapit oleh dua buah sungai: menjadi 2 kategori: limbah organik, limbah
di sebelah utara Sungai Purboyo, dan di sebelah anorganik (Mukono, 2007).
selatan Sungai Kedunguling. Kedua sungai Karakteristik limbah cair industri gula,
tersebut mengalir melalui pemukiman tergantung dari minimisasi dan reuse airnya, dapat
masyarakat dan menjadi bagian dari kehidupan dilihat dari limbah cair yang umumnya diproduksi:
masyarakat sehari-hari. Pabrik gula membuang air bekas pencucian tebu, air bekas gilingan, air
hasil olahan limbah cairnya ke badan air limbah kondensor, air bekas boiler (boiler
terdekat, Sungai Kedunguling, untuk efisiensi blowdown), tumpahan nira, air abu, limbah yang
biaya. Diketahui, jumlah penduduk Sidoarjo pada bersifat asam dan korosif, air bekas pencucian
tahun 2013 mencapai 2,05 juta jiwa. Dengan luas lantai dan air limbah yang lain. Polutan utama
714,24 km2, Sidoarjo merupakan daerah terpadat dalam limbah tersebut adalah BOD5, COD, pH,
penduduk di Jawa Timur untuk level kabupaten TSS dan air dengan suhu yang relatif tinggi (Water
(selain kota). Environment Federation, 2008).
Tahun 2013, kepadatan penduduk di wilayah Dalam pasal 1 ayat 14, UU Nomor 32 Tahun
ini mencapai 2.869 jiwa/km2 (BPS, 2015). Hal 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup,
inilah yang menjadikan potensi risiko bahaya dari pencemaran lingkungan hidup didefinisikan
pencemaran limbah cair PG Watoetoelis menjadi sebagai masuk atau dimasukkannya makhluk
sangat tinggi, karena apabila terjadi akan hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke
tersebar cepat dan berdampak kepada dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia
masyarakat yang pada umumnya tinggal di lokasi sehingga melampaui baku mutu lingkungan
yang konsentris terhadap pabrik gula. hidup yang telah ditetapkan. Secara umum
Dalam wawancara pendahuluan dengan hubungan kesehatan manusia dengan
salah satu tokoh masyarakat diketahui bahwa lingkungan dijelaskan dengan teori simpul
mayoritas warga di sekitar PG Watoetoelis menggunakan skema pada Gambar 1.
(khususnya warga Desa Temu dan Desa
Bendotretek) tidak mendapat layanan PDAM
sehingga banyak yang menggunakan air sungai
dan air sumur dalam beraktivitas.
Y. Trisna, Kualitas Air dan Keluhan Kesehatan Masyarakat di Sekitar Pabrik Gula Watoetoelis 222

Skema 1.
Teori Simpul (Sumber: Achmadi, 2012)

Dengan mengacu pada gambaran skematik Sumber penyakit dapat dikelompokkan menjadi
(Skema 1) tersebut di atas, maka patogenesis dua kelompok besar, yakni: sumber penyakit
atau proses kejadian penyakit dapat diuraikan ke alamiah, misalnya; gunung berapi yang
dalam 5 simpul, yakni simpul 1, kita sebut mengeluarkan gas-gas dan debu beracun, proses
sebagai sumber penyakit; simpul 2, komponen pembusukan yang terjadi karena proses ilmiah; dan
lingkungan yang merupakan media transmisi hasil kegiatan manusia, seperti; industri, rumah
penyakit; simpul 3, penduduk dengan berbagai tangga, knalpot kendaraan bermotor, atau penderita
variabel kependudukan seperti pendidikan, penyakit menular.
perilaku, kepadatan, gender, sedangkan simpul Mengacu kepada gambaran skematik tersebut,
4, penduduk yang dalam keadaan sehat atau komponen lingkungan yang dapat memindahkan
sakit setelah mengalami interaksi atau exposure agent penyakit pada hakikatnya hanya ada lima
dengan komponen lingkungan yang mengandung komponen lingkungan yang lazim kita kenal sebagai
bibit penyakit atau agent penyakit. Simpul 5 media transmisi penyakit, yakni: udara, air,
merupakan sekumpulan variabel suprasistem, tanah/pangan, binatang/serangga, dan
atau variabel yang dapat mempengaruhi manusia/langsung. Media transmisi tidak akan
keseluruhan simpul, misalnya topografi, iklim, memiliki potensi penyakit kalau di dalamnya tidak
atau bahkan kebijakan suprasistem seperti mengandung penyakit atau agent penyakit.
politik, kebijakan yang bisa mempengaruhi Air (komponen lingkungan) dikatakan memiliki
simpul 1, 2, 3, dan 4 (Achmadi, 2012). potensi menimbulkan penyakit kalau di dalamnya
Sumber penyakit adalah titik yang secara terdapat bakteri Salmonella typhi, bakteri Vibrio
konstan mengeluarkan atau mengemisikan agent cholera, atau air tersebut mengandung bahan kimia
penyakit. Agent penyakit adalah komponen beracun seperti pestisida, logam berat, dan lainnya.
lingkungan yang dapat menimbulkan gangguan Demikian pula, udara dikatakan berbahaya kalau
penyakit melalui kontak secara langsung atau mengandung racun, atau jamur. Udara dikatakan
melalui media perantara (yang juga komponen sehat atau air dikatakan bersih kalau di dalamnya
lingkungan). Berbagai agent penyakit yang baru tidak mengandung satu atau lebih agent penyakit.
maupun lama dapat dikelompokkan ke dalam tiga Selain itu, agent juga dapat berpindah-pindah
kelompok besar, yaitu: mikroorganisme, seperti; dari satu media ke media lainnya.
virus, amoeba, jamur, bakteri, parasit dan lain-lain; Agent penyakit, dengan atau tanpa
Kelompok fisik, misalnya: kekuatan radiasi, energi menumpang komponen lingkungan lain, masuk
kebisingan, dan kekuatan cahaya; Kelompok bahan ke dalam tubuh melalui satu proses yang kita
kimia toksik, misalnya; pestisida, merkuri, cadmium,
kenal sebagai proses hubungan interatif.
CO, H2S, dan lain-lain.
223 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 10, No. 2 April 2018: 220–232

Hubungan interaktif antara komponen Beberapa penyakit menular yang


lingkungan dengan penduk berikut perilakunya, diakibatkan oleh pencemaran air adalah:
dapat diukur dalam konsep yang disebut sebagai Hepatitis A, Poliomyelitis, Cholera, Typus
perilaku pemajanan atau behavioral exposure. Abdominalis, Dysentri Amoeba, Ascariasis,
Perilaku pemajanan adalah jumlah kontak antara Trachoma, dan Scabies.
manusia dengan komponen lingkungan yang Chandra (2007) mendefinisikan ilmu
mengandung potensi bahaya penyakit (agen kesehatan lingkungan sebagai ilmu multidisipliner
penyakit). Masing-masing agent penyakit yang
yang mempelajari dinamika hubungan interaktif
masuk ke dalam tubuh dengan cara-cara yang
antara sekelompok manusia atau masyarakat
khas. Ada tiga jalan masuk atau route of the
dengan berbagai perubahan komponen
entry, yakni: sistem pernapasan, sistem
lingkungan hidup manusia yang diduga dapat
pencernaan, dan masuk melalui permukaan kulit.
menimbulkan keluhan kesehatan pada
Pencemaran lingkungan berdasarkan media
penyalurannya dibedakan dalam tiga dimensi, masyarakat dan mempelajari upaya untuk
yaitu: pencemaran udara, pencemaran air, dan penanggulangan dan pencegahannya.
pencemaran darat. Sedangkan Slamet (2007) mendefinisikan ilmu
Air di bumi tidak bertambah maupun kesehatan lingkungan ditujukan sebagai usaha-
berkurang hanya kualitasnya yang bisa berubah usaha yang ditujukan untuk meningkatkan daya
oleh karena itu diperlukan berbagai tindakan guna faktor yang dapat menguntungkan manusia
untuk mengendalikan pencemaran air. Slamet (eugenik) dan mengurangi peran atau
(2007) menyebutkan tiga aspek yang perlu mengendalikan faktor yang merugikan manusia
diperhatikan dalam mengelola hidrosfir: (disgenik).
penghematan dan konservasi, minimisasi Tujuan dari penelitian ini adalah
pengotoran dan pencemaran, dan maksimisasi mengidentifikasi kualitas air dan keluhan
daur ulang dan pemanfaatan kembali. Selain hal- kesehatan masyarakat di sekitar PG Watoetoelis.
hal di atas Slamet (2007) juga berpendapat
bahwa dalam melaksanakan aspek tersebut
METODE PENELITIAN
diperlukan iklim kerja yang memungkinkan, hal
tersebut bisa mungkin apabila ada perundangan Pada penelitian ini metode yang digunakan
yang berisi tujuan dan maksud yang jelas adalah observasional, menggunakan analisis
sehingga dapat ditentukan pula mekanisme deskriptif sebab penulisan berdasarkan
bagaimana tujuan itu dapat dicapai. gambaran lengkap kondisi yang terjadi di
Perundangan yang dimaksud mencakup: bentuk lingkungan sekitar PG Watoetoelis tanpa
petunjuk, penjelasan perundangan, ketentuan melakukan intervensi. Sedangkan jika dilihat dari
jawatan pengelola serta struktur, pelaksanaan waktunya, penelitian ini termasuk penelitian
yang rinci, prosedur pelaksanaan, teknik yang cross-sectional karena dilakukan pada satu
digunakan serta penentuan standar yang dibuat waktu. Populasi penelitian untuk mengetahui
seakurat mungkin. kualitas lingkungan adalah badan air downstream
Ditambahkan oleh dalam Wardhana (2004) dan air sumur di lokasi upstream dan
air yang tercemar oleh limbah organik, terutama downstream relatif terhadap titik outlet.
limbah yang berasal dari industri olahan bahan Sampel badan air diambil lokasi badan air
makanan, merupakan tempat yang subur untuk yang menjadi titik pembuangan hasil olahan
berkembang-biaknya mikroorganisme, termasuk limbah cair pabrik gula, ditentukan dengan
mikroba patogen. kriteria sebagai berikut: Air sungai downstream,
Mikroba patogen yang berkembang biak Bagian badan air yang sudah tercemar oleh
buangan air limbah pabrik gula/pada titik lokasi 5
dalam air tercemar yang menyebabkan timbulnya
meter aliran air setelah titik outlet (pembuangan
berbagai penyakit sangat banyak dan semuanya
limbah cair) PG Watoetoelis.
merupakan penyakit yang dapat menular dengan
mudah.
Y. Trisna, Kualitas Air dan Keluhan Kesehatan Masyarakat di Sekitar Pabrik Gula Watoetoelis 224

Sampel sumur warga diambil pada lokasi Untuk mengukur kualitas sampel air diambil
dengan radius tertentu yang dekat dengan titik volume dengan kriteria sebagai berikut: sampel
pembuangan hasil olahan limbah cair pabrik gula, badan air baik upstream maupun downstream
ditentukan dengan kriteria sebagai berikut: sumur di diambil sendiri oleh peneliti sebanyak 1500 mL
lokasi upstream; sumur yang berlokasi pada aliran menggunakan botol bekas minuman yang bersih
sungai yang belum tercemar oleh buangan yang tidak dipakai sebanyak masing-masing 1x
air limbah pabrik gula/pada lokasi (altitude) yang botol ukuran 1500 mL, sampel air sumur upstream
lebih tinggi dan dalam radius 100 meter dari titik dan downstream diambil oleh peneliti sendiri
outlet (pembuangan limbah cair) PG Watoetoelis; sebanyak masing-masing 1500 mL menggunakan
sumur di lokasi downstream; sumur yang botol bekas minuman yang bersih yang tidak
berlokasi pada aliran sungai yang sudah dipakai sebanyak 4x botol ukuran 1500 mL dengan
tercemar oleh buangan air limbah pabrik ketentuan 2x sampling pada sumur upstream dan
gula/pada lokasi (altitude) yang lebih rendah dan 2x pada sumur downstream. Semua kontainer
dalam radius 100 meter dari titik outlet sampel air tersebut kemudian dimasukkan ke dalam
(pembuangan limbah cair) PG Watoetoelis. wadah yang aman dan kedap cahaya lalu dibawa
Dalam mengukur kualitas lingkungan pabrik ke laboratorium untuk diperiksa.
digunakan total 6 kontainer sebesar ± 1500 mL Sampel badan air upstream diambil pada titik
untuk menampung cairan: sampel badan air 5 meter dari titik outlet spray pond sedangkan
diambil sebanyak 2 sampel, yaitu sebanyak 1 kali untuk badan air downstream diambil sendiri oleh
untuk masing-masing sampel upstream dan peneliti pada titik 5 meter dari outlet (titik
downstream sedangkan sampel sumur warga pembuangan) IPAL PG Watoetoelis
diambil sebanyak 4 sampel, yaitu sebanyak 2 kali menggunakan ember dan diambil di permukaan
untuk masing-masing sampel upstream dan yang terlihat aliran airnya pada Sungai
downstream. Kedunguling. Sampel air sumur upstream dan
downstream diambil sendiri oleh peneliti dengan
ijin dari responden masyarakat.
Analisis dilakukan di laboratorium dan
pemukiman di sekitar PG Watoetoelis.
Pengambilan data dilakukan pada bulan April
hingga akhir Agustus tahun 2014.
Data yang dipakai dalam penelitian adalah
data primer. Teknik pengumpulan data primer
dijelaskan sebagai berikut: Kuesioner Peneliti
mendatangi dan mewawancarai responden
berdasarkan instrumen-instrumen yang terdapat
pada kuesioner yang telah dibuat sebelumnya
dengan tatap muka. Lembar observasi; peneliti
mengobservasi kondisi lingkungan dan
pengelolaan limbah cair pabrik berdasarkan
instrumen yang telah dibuat sebelumnya.
Uji laboratorium; Peneliti melakukan uji
laboratorium untuk melakukan pengukuran
terhadap BOD5, COD, TSS dan pH dari badan
Gambar 1. air serta parameter bau, warna, TDS, kekeruhan,
Lokasi Pengambilan Sampel
dan rasa pada sumur warga baik yang terletak di
titik upstream maupun downstream relatif dari
Permukaan air tempat mengambil sampel air
titik outlet, bekerja sama dengan balai besar
adalah permukaan yang dianggap memiliki
laboratorium kesehatan (BBLK) Surabaya. Data
derajat terbesar homogenitas secara cross-
yang sudah dikumpulkan, berupa hasil observasi
sectional yaitu permukaan yang terlihat aliran
serta kuesioner disajikan secara deskriptif,
airnya (Zhang, 2007). Teknik sampling yang
naratif, digambarkan dalam bentuk tabel dan
digunakan adalah teknik sampel sesaat (grab
diagram serta dianalisis berdasarkan konsep
sampling). Waktu pengambilan berdasarkan titik dalam tinjauan pustaka. Sedangkan untuk data-
fluktuasi tertinggi pada jam operasional pabrik data hasil uji laboratorium juga dianalisi dan
yaitu pukul 12.00 WIB. dibandingkan dengan nilai baku mutu lingkungan
225 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 10, No. 2 April 2018: 220–232

dan disajikan secara deskriptif, tanpa menggunakan Berdasarkan wawancara diketahui mayoritas
alat bantu rumus statistik. Penelitian ini sebelumnya responden sekitar PG Watoetoelis masih
telah mendapatkan persetujuan dari Komisi Etik menggunakan air sumur untuk beraktivitas (mandi,
Penelitian Kesehatan Fakultas Kesehatan mencuci, memasak, dan minum) dikarenakan
Masyarakat Universitas Airlangga dengan bukti belum ada layanan PDAM dan dengan sadar tidak
Surat Keterangan Lolos Kaji Etik Nomor 273-KEPK. memilih menggunakan air sungai karena merasa
jijik dengan mempertimbangkan titik buang limbah
cair PG Watoetoelis berada di sungai tersebut.
HASIL DAN PEMBAHASAN Dengan pertimbangan masih vitalnya sumber air
Hasil perbandingan kualitas parameter badan bagi masyarakat di sekitar PG Watoetoelis yang
air dengan baku mutu Peraturan Daerah Provinsi mungkin bisa tercemar secara tidak langsung
Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2008 tentang dikarenakan kadar BOD5 ini, maka perlu dilakukan
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian upaya tindak lanjut yang tepat.
Pencemaran Air di Provinsi Jawa Timur, pada Tabel Hasil pengukuran air sumur masyarakat sekitar
1 menunjukkan bahwa hanya parameter BOD5 pada PG Watoetoelis pada Tabel 2. menunjukkan bahwa
kualitas badan air baik upstream maupun perbedaan mencolok terlihat pada parameter TDS
downstream yang tidak memenuhi syarat baku air sumur, pada parameter TDS air sumur upstream
mutu untuk badan air kelas satu yaitu sebesar dan downstream memiliki perbedaan sebesar 280
24,34 mg/L dan 24,15 mg/L melebihi dari nilai mg/L mg/L hingga 186 mg/L. Sedangkan untuk parameter
yang dipersyaratkan untuk baku mutu badan air yang lain-lain tidak terlihat adanya perbedaan
baik untuk kelas 1, 2, 3 maupun 4. Badan air kelas deviasi dari parameter-parameter terperiksa yang
satu adalah badan air yang diperuntukkannya dapat terlalu banyak. Perbandingan parameter air sumur
digunakan untuk air minum dan atau peruntukkan masyarakat sekitar PG Watoetoelis dengan
lain yang mempersyaratkan mutu yang sama. persyaratan air minum berdasarkan Peraturan
Berdasarkan hasil wawancara tokoh Menteri Kesehatan nomor 416 Tahun 1990 tentang
masyarakat, pada Desa Temu dan Bendotretek Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air
tidak memiliki akses terhadap layanan PDAM, menunjukkan bahwa keseluruhan sampel air sumur
sehingga badan air sebagai sumber air yang juga baik upstream dan downstream telah memenuhi
dapat berpengaruh bagi sumber air yang lain, nilai yang berlaku, khususnya untuk parameter
sangat penting untuk dimonitoring. Nilai BOD5 tinggi fisika dan kimia. Dengan nilai parameter fisik dan
bagi badan air tidak berarti langsung menyebabkan kimia dari air sumur yang memenuhi syarat.
ancaman terhadap kehidupan ekologis sungai.

Tabel 1.
Parameter Badan Air Upstream dan Downstream Dibandingkan Dengan Baku Mutu Badan Air Kelas 1, 2, 3 dan 4

Badan Baku Baku Baku Baku


Badan Air
Parameter Satuan Air Mutu Mutu Mutu Mutu Kesimpulan
Downstream
Upstream Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3 Kelas 4

BOD5 mg/L 24,34 24,15 2,00 3 6 12 Semua sampel


tidak memenuhi
COD mg/L < 10,0 < 10,0 10,00 25 50 100 Semua sampel
memenuhi
TSS mg/L 10,0 9,00 50,00 50 400 400 Semua sampel
memenuhi
Minyak dan ug/L 0,00 0,00 1000 1000 1000 (–) Semua sampel
Lemak (F) memenuhi
Sulfida mg/L 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 (–) Semua sampel
memenuhi
pH – 7,35 7,42 6,0–9,0 6,0–9,0 6,0–9,0 5,0–9,0 Semua sampel
memenuhi
Y. Trisna, Kualitas Air dan Keluhan Kesehatan Masyarakat di Sekitar Pabrik Gula Watoetoelis 226

Tabel 2.
Parameter Air Sumur Upstream Dan Downstream Dibandingkan Dengan Baku Mutu Air Minum

Air Sumur
Air Sumur Upstream
Parameter Satuan Downstream Baku mutu Kesimpulan
Sampel 1 Sampel 2 Sampel 1 Sampel 2
Bau – Normal Normal Normal Normal – Seluruh sampel
memenuhi
Warna – 0,00 0,00 0,00 0,00 50,00 Seluruh sampel
memenuhi
Rasa – Normal Normal Normal Normal – Seluruh sampel
memenuhi
TDS mg/L 646,00 734,00 460,00 454,00 1500,00 Seluruh sampel
memenuhi
Kekeruhan Skala 0,24 0,28 0,23 0,20 25,00 Seluruh sampel
NTU memenuhi
Suhu °C 27,90 28,10 28,20 28,20 Suhu udara Seluruh sampel
± 3°C memenuhi
pH – 7,39 7,20 7,15 7,03 6,5–9,0 Seluruh sampel
memenuhi

Dapat disimpulkan responden masyarakat Dapat disimpulkan dari hasil perhitungan


pengguna air sumur terhindar dari adanya tersebut bahwa responden masyarakat yang
paparan zat pencemar fisika dan kimia pada air menggunakan air sumur untuk mandi, mencuci
sumur. dan memasak pada lokasi upstream lebih banyak
Hasil pada Tabel 3. Menunjukkan bahwa menderita keluhan kesehatan sedangkan untuk
responden masyarakat di lokasi upstream yaitu 4 penggunaan air yang sama pada responden
orang (57%) yang menggunakan air sumur untuk masyarakat downstream yang menderita keluhan
mandi, mencuci dan memasak mengalami keluhan kesehatan sama banyaknya dengan yang tidak.
kesehatan. Sedangkan 3 orang lain (43%) tidak
mengalami keluhan kesehatan. Sedangkan pada Tabel 4.
lokasi downstream ditunjukkan bahwa responden Distribusi Frekuensi Penggunaan Air Untuk Minum
masyarakat di lokasi downstream yaitu 5 orang Pada Masyarakat Lokasi Upstream dan Downstream
(50%) yang menggunakan air sumur untuk mandi, Keluhan Kesehatan
mencuci dan memasak mengalami keluhan Kategori
Ada Tidak Total
kesehatan. Dan setengahnya lagi tidak. Sumber Air
n % n % N %
Tabel 3. Air Sumur 3 60% 2 40% 5 100%
Distribusi Frekuensi Penggunaan Air Untuk Mandi, Upstream
Mencuci, Dan Memasak Lokasi Upstream dan Air Sumur 2 100% 0 0% 2 100%
Downstream Downstream
Air Galon 1 50% 1 50% 2 100%
Upstream
Air Galon 3 37,5% 5 62,5% 8 100%
Keluhan Kesehatan
Downstream
Kategori
Sumber Air Ada Tidak Total
Diketahui berdasarkan wawancara bahwa
n % n % N % masyarakat Desa Temu dan Bendotretek tidak
Air Sumur 4 57% 3 43% 7 100% memiliki akses terhadap layanan air minum
Upstream (PDAM) sehingga untuk mengatasi hal tersebut
Air Sumur 5 50% 5 50% 10 100% masyarakat berinisiatif untuk membuat sumur bor
Downstream secara swadaya atau membeli air galon.
227 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 10, No. 2 April 2018: 220–232

Hasil pada Tabel 4 menunjukkan bahwa di lokasi upstream dan 10 orang (67%) di lokasi
responden masyarakat di lokasi upstream yaitu 3 downstream. Sedangkan di lokasi upstream
orang (60%) yang menggunakan air sumur untuk keluhan kebisingan masih di alami oleh 1 orang
minum mengalami keluhan kesehatan. Sedangkan responden, dan juga keluhan abu oleh seorang
2 orang (40%), dengan sumber air yang sama tidak responden yang lain.
mengalami keluhan kesehatan. Sedangkan pada
responden masyarakat di lokasi downstream yaitu 2 Tabel 5.
orang (100%) yang menggunakan air sumur untuk Distribusi Frekuensi Keluhan Lingkungan Responden
minum mengalami keluhan kesehatan. Dapat menurut Letak Tempat Tinggalnya Relatif dari Titik
disimpulkan dari hasil perhitungan tersebut bahwa Outlet
responden masyarakat yang menggunakan air
sumur untuk minum pada lokasi upstream lebih Lokasi Lokasi
Kategori Upstream Downstream Total
banyak melaporkan keluhan kesehatan. Sedangkan Keluhan
pada lokasi downstream seluruhnya yang n % n % N %
menggunakan air sumur untuk minum melaporkan Bau tidak 5 33% 67% 59% 15 100%
adanya keluhan kesehatan. sedap
Untuk penggunaan air galon untuk minum Kebisingan 1 100% 0 0% 1 100%
pada lokasi upstream, terdapat 1 orang (50%)
Abu 1 100% 0 0% 1 100%
responden yang melaporkan keluhan kesehatan,
sedangkan 1 orang (50%) responden lain tidak.
Distribusi frekuensi keluhan kesehatan
Sedangkan pada lokasi downstream, 3 responden
masyarakat dalam 2 bulan terakhir adalah
masyarakat (37,5%) dengan air galon sebagai air
keluhan kesehatan yang paling dirasakan
sumber minum melaporkan keluhan kesehatan,
kesakitannya oleh tiap responden masyarakat.
sedangkan 5 orang (62,5%) lain tidak mengalami
Hasil pada Tabel 6. menunjukkan bahwa dari 9
keluhan kesehatan. Dapat disimpulkan dari hasil
responden masyarakat (53% dari total responden
perhitungan tersebut bahwa jumlah laporan keluhan
yang berjumlah 17 orang) yang mengalami
kesehatan responden masyarakat yang
keluhan kesehatan, mayoritas penyakit yang
menggunakan air sumur untuk minum pada lokasi
dialami adalah penyakit batuk, yaitu sebanyak 7
upstream lebih banyak (3 orang) daripada
orang (78%), kemudian pilek sebanyak 1 orang
pengguna air galon (1 orang).
(11%), dan diare sebanyak 1 orang (11%).
Sedangkan persentase laporan keluhan
Mayoritas responden masyarakat, yaitu
kesehatan responden masyarakat yang
sebanyak 5 orang (56%) berada di lokasi
menggunakan air sumur untuk minum pada
downstream, dibandingkan dengan 4 orang
lokasi downstream lebih sedikit (2 orang)
(44%) yang berada di lokasi upstream.
daripada pengguna air galon (3 orang). Namun
persentase menunjukkan bahwa angka 2 Tabel 6.
responden pengguna air sumur untuk minum Distribusi Frekuensi Keluhan Kesehatan Masyarakat
yang melaporkan keluhan kesehatan itu adalah dalam 2 Bulan Terakhir Terhadap Lokasi Titik Outlet
100% jumlah dari penggunaan air sumur.
Sedangkan angka 3 responden yang melaporkan Lokasi Lokasi
Kategori Upstream Downstream Total
adanya keluhan kesehatan adalah sebagian sakit
37,5% dari pengguna air galon untuk minum. n % n % N %
Jadi, persentase penggunaan air galon untuk Batuk 2 22% 5 56% 7 78%
minum terhadap adanya keluhan kesehatan lebih Pilek 1 11% 0 0% 1 11%
kecil daripada penggunaan air sumur.
Demam 0 0% 0 0% 0 0%
Keluhan yang dilaporkan responden adalah
keluhan yang paling dirasakan mengganggu Sesak Nafas 0 0% 0 0% 0 0%
terhadap lingkungan sekitarnya (berhubungan Diare 1 11% 0 0% 1 11%
dengan pabrik gula). Hasil pada Tabel 5. (mencret)
menunjukkan mayoritas responden yaitu sebanyak Penyakit 0 0% 0 0% 0 0%
15 orang (88% dari total responden) mengeluhkan kulit
bau tidak sedap. Responden yang mengeluhkan Lain-lain 0 0% 0 0% 0 0%
bau tidak sedap ini terbagi dengan 5 orang (33%)
Y. Trisna, Kualitas Air dan Keluhan Kesehatan Masyarakat di Sekitar Pabrik Gula Watoetoelis 228

Alaminya, air pada aliran sungai bisa penting karena berfungsi untuk berbagai
langsung diminum dan tidak menyebabkan sakit kegunaan, seperti: memompa air untuk kegiatan
pada manusia. Namun semakin berkembang dan domestik, agrikultur, atau untuk industri (supply
bervariasinya aktivitas-aktivitas manusia dalam wells), memompa air yang terkontaminasi untuk
memanfaatkan alam terkadang menghasilkan pembersihan (recovery well), injeksi air atau
banyak polusi sehingga kualitas air menjadi pembuangan zat kimia (injection wells), atau
berkurang. Berkurangnya kualitas air dapat untuk pengukuran level dan sampling air (sumur
menyebabkan kelangkaan sumber air bersih monitoring dan observasi) (Zhang, 2007).
yang berakibat pada minimnya aktivitas yang Pada Tabel 2 ditunjukkan bahwa keseluruhan
dapat dilakukan dengan badan air terkait. Tidak sampel air sumur baik upstream maupun
adanya perubahan parameter BOD5 pada badan downstream memenuhi baku mutu Permenkes No.
air upstream ke downstream menunjukkan 416 Tahun 1990, sehingga dapat disimpulkan air
bahwa ada kemungkinan limbah cair PG sumur baik upstream maupun downstream secara
Watoetoelis tidak berkontribusi terhadap kualitas tidak dipengaruhi oleh badan air baik
tercemarnya sungai tersebut. Karena apabila upstream maupun downstream.
terjadi tambahan zat pencemar dari pabrik gula, Air tanah dangkal dan air permukaan dapat
maka jumlah BOD5 pada lokasi downstream berkualitas baik andaikata tanah sekitarnya tidak
akan bertambah jumlahnya. tercemar, oleh karenanya air permukaan dan air
Ditambahkan oleh Afroz dkk. (2014) masalah tanah dangkal sangat bervariasi kualitasnya Air
pencemaran air di Malaysia sekarang menjadi tanah dalam pada umumnya tergolong bersih
lebih serius dengan laporan yang menunjukkan dilihat dari segi mikrobiologis karena sewaktu
tren penurunan dari tahun ke tahun. Berdasarkan pengaliran ia mengalami penyaringan alamiah
hasil penelitian ditemukan bahwa ada tiga dan dengan demikian kebanyakan mikroba
sumber utama pencemaran sungai di Malaysia sudah tidak lagi terdapat di dalamnya. Namun
seperti limbah domestik, pertanian dan industri. demikian, kadar kimia air tanah dalam ataupun
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, yang artetis tergantung dari formasi litosfir yang
mayoritas penduduk sekitar PG Watoetoelis dilaluinya (Slamet, 2007).
memiliki sumur sendiri sehingga aktivitas dengan Berdasarkan Tabel 3 di atas dapat
badan air jarang sekali dilakukan. Saluran disimpulkan bahwa masyarakat di sekitar PG
pembuangan air limbah masyarakat bermuara Watoetoelis menggunakan air sumur untuk
langsung ke Sungai Kedunguling. Selain air limbah, beraktivitas sehari-hari. Sumur yang digunakan
sungai juga menjadi lokasi pembuangan limbah warga berjarak ± 15 meter dari bibir sungai. Jenis
padat oleh masyarakat. Masyarakat di sekitar PG sumur yang digunakan warga mayoritas adalah
Watoetoelis hanya menggunakan sungai sumur bor dikarenakan sumur gali tidak memiliki
Kedunguling pada lokasi pada umumnya untuk kualitas air sebaik sumur bor. Namun begitu,
mandi air hangat di sana. berdasarkan wawancara sumur bor masih belum
Selain itu, tidak ada warga yang memancing mampu mengatasi kendala warga terhadap jenis
ikan di sekitar PG Watoetoelis, hal ini mungkin air di kecamatan tersebut yang mengandung
terjadi karena warga terganggu dengan bau sangat kapur. Sehingga warga harus mendiamkan air
menyengat yang berasal dari pabrik. Umumnya sebelum bisa dipakai untuk dapat
kegiatan memancing dilakukan warga pada sungai memisahkannya dengan kapur.
dataran yang lebih tinggi (badan air upstream) Berdasarkan Tabel 4 di atas dapat
karena dianggap lebih bersih. Dengan demikian disimpulkan, penggunaan air sumur di sekitar PG
dapat disimpulkan sedikit sekali persentase Watoetoelis sebagai sumber air minum lebih
kemungkinan masyarakat di sekitar PG Watoetoelis
menyebabkan keluhan kesehatan dibandingkan
untuk menderita keluhan kesehatan yang
penggunaan air galon. Namun apabila hasil ini
disebabkan secara khusus oleh aktivitasnya dengan
dibandingkan dengan sampel air sumur yang
badan air.
memiliki kualitas yang baik secara fisika dan kimia,
Sumur adalah lubang vertikal yang
maka ada kemungkinan air yang digunakan
memanjang hingga mencapai akuifier yang
berada pada kedalaman tertentu. Sumur sangat
229 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 10, No. 2 April 2018: 220–232

untuk minum memiliki pencemar lain seperti Wardhana (2004) menyebutkan bahwa limbah
adanya kandungan mikrobiologis. Wardhana padat organik yang didegradasi oleh
(2004) menyebutkan air yang tercemar oleh mikroorganisme akan menimbulkan bau yang tidak
limbah organik, terutama limbah yang berasal sedap. Selain itu, pencemaran darat menimbulkan
dari industri olahan bahan makanan, merupakan dampak tidak langsung, sebagai contohnya: tempat
tempat yang subur untuk berkembang-biaknya berkembang-biaknya tikus dan serangga yang
mikroorganisme, termasuk mikroba patogen. merugikan manusia. Penyakit menular yang
Pada Tabel 5 ditunjukkan 15 orang (88% dari ditimbulkan dengan perantaraan tikus, lalat dan
total sampel) responden masyarakat mengeluhkan nyamuk adalah penyakit, pest, kaki gajah (filariasis),
adanya bau sangat menyengat dan tidak sedap malaria dan demam berdarah.
yang berasal dari pabrik gula. Bau ini diidentifikasi Evans dkk. (2004) menyebutkan peningkatan
masyarakat dengan nama ‘bau anyir’. Bau ini mirip sanitasi, kebersihan dan air memberikan kontribusi
dengan bau gula namun sedikit busuk yang berasal untuk peningkatan kesehatan, menghasilkan
dari proses pengolahan tetes dalam pabrik. Menurut penghematan bagi rumah tangga dan anggaran
responden bau ini mengalami puncaknya pada kesehatan nasional, dan peningkatan ekonomi
pukul 01.00 dini hari. Masyarakat menganggap rumah tangga miskin melalui penurunan biaya dan
bahwa bau anyir ini mengurangi kenyamanan hidup kerugian waktu. Bartram dkk. (2010) juga
mereka karena tidak bisa membau berbagai macam berpendapat bahwa air bersih, sanitasi dan higiene
masakan dengan puas. Apabila melihat kembali merupakan landasan kesehatan masyarakat. bukti
distribusi kesakitan pada Tabel 6, terutama pada menunjukkan bahwa keterlibatan aktif dari sistem
responden yang berlokasi pada downstream, ada kesehatan dalam kegiatan WASH (Water,
kemungkinan batuk yang dialami oleh 5 dari 9 atau Sanitation and Hygiene) menghasilkan pencapaian
59% responden dengan keluhan kesehatan taraf kesehatan yang substantif, tahan lama dengan
disebabkan oleh berhubungan dengan bau yang biaya yang efektif. Dengan pertimbangan hal-hal
menyengat ini. Berdasarkan hasil observasi, peneliti tersebut ada kemungkinan faktor-faktor lain seperti
juga merasakan bahwa intensitas bau anyir pada penerapan sanitasi dan higiene pada masyarakat
lokasi responden masyarakat bagian downstream untuk menjadi penyebab terjadinya keluhan
lebih pekat daripada upstream. Gao (2014) kesehatan. Karena kedua faktor tersebut sebagai
mengkonfirmasi efek samping tertentu pada faktor risiko kesehatan tidak diteliti sebagai variabel
kesehatan pernapasan anak-anak dari paparan pembanding, maka perlu ada penelitian lebih lanjut
jangka panjang untuk polusi udara ambien. untuk mengkonfirmasi hal tersebut.
Penelitian ini termasuk sympthom yang dirasakan
selama 12 bulan, seperti: bunyi berdecit (sesak
dada) dengan nafas pendek, bunyi berdecit (sesak KESIMPULAN DAN SARAN
dada) dengan pengobatan, segala bunyi berdecit Perbandingan parameter badan air
(sesak dada), batuk di malam hari, batuk kronis, downstream Sungai Kedunguling pada tahun
batuk berlendir dengan atau tanpa demam, dan 2014 terhadap baku mutu badan air Perda Jatim
bersin dengan mata gatal berair. Nomor 2 Tahun 2008 menunjukkan bahwa hanya
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, untuk parameter BOD5 yang tidak memenuhi
Sungai Kedunguling (baik upstream maupun dengan kriteria baku mutu baik untuk badan air
downstream) berwarna keruh, tidak nampak ada kelas 1, 2, 3 maupun 4.
sampah maupun gulma pada alirannya dan Perbandingan parameter air sumur baik di
beraliran cukup deras. Sungai ini adalah hilir bagi lokasi upstream maupun downstream pada tahun
sungai-sungai kecil di Kecamatan Prambon. Sungai 2014 terhadap baku mutu Permenkes No. 416
ini memang tidak digunakan warga sebagai tempat Tahun 1990 menunjukkan bahwa air sumur
untuk mandi, mencuci, memasak dan minum, sudah memenuhi persyaratan fisika dan kimia
namun sungai masih digunakan warga sebagai kualitas air.
tempat pembuangan sampah padat. Lokasi Masyarakat di sekitar PG Watoetoelis
pinggiran sungai cenderung berbau dan terdapat merasakan keluhan kesehatan namun karena
banyak vektor lalat yang nampak di sekitarnya. Ada berdasarkan pemeriksaan sampel air sumur tidak
kemungkinan keluhan kesehatan yang dialami ditemukan adanya tanda pencemaran air serta
warga juga berasal dari kebersihan sungai itu minimnya aktivitas masyarakat menggunakan
sendiri. badan air maka dapat disimpulkan keluhan
Y. Trisna, Kualitas Air dan Keluhan Kesehatan Masyarakat di Sekitar Pabrik Gula Watoetoelis 230

kesehatan masyarakat kemungkinan disebabkan Evans, B., Hutton, G., & Haller, L. (2004). Closing the
faktor selain parameter fisika dan kimia air, yaitu: Sanitation Gap: The Case for Better Public Funding
of Sanitation and Hygiene Behaviour Change. aris:
faktor mikrobiologi, higiene, sanitasi atau
Organization for Economic Cooperation and
pencemaran udara dari PG Watoetoelis. Development Roundtable on Sustainable
Perlu diadakan pelayanan air minum oleh Development.
negara kepada responden khususnya Gao, Yang, E.Y. (2014). Chronic effects of ambient air
masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar pollution on respiratory morbidities among Chinese
pabrik untuk menjamin kesehatan masyarakat children: a cross-sectional study in Hong Kong.
BMC Public Health Vol. 14.
terhadap besarnya risiko khususnya pencemaran Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 2 Tahun
air dari pabrik gula. 2008 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air di Provinsi Jawa
Timur.
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 72 Tahun
Achmadi, U.F. (2012). Manajemen Penyakit Berbasis 2013 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Industri
Wilayah: Edisi Revisi. Jakarta: PT Raja Grafindo dan/atau Kegiatan Usaha Lainnya.
Persada. PTPN X. (2015). Angka Produksi Unit Usaha Gula.
Al-Salim, T.H. (2008). Contamination Risk of Water Retrieved from www.ptpn10.co.id: http://www.
Quality On Fisheries and Aquatic Life of Tigris ptpn10.co.id/page/informasi-dan-kebijakan#anual-
River Reach In Mosul City/North Iraq. Nutrition and report.
Health, 2008, Vol. 19, 299–306. Slamet, J. S. (2007). Kesehatan Lingkungan.
Baruah, A.K., Sharma, R.N., & Borah, G.C. (1993). Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Impact of sugar mill and distillery effluent on water SNI 6989.57:2008 – Air dan air limbah – Bagian 57:
quality of river Galabil, Assam. Indian J Environ Metoda pengambilan contoh air permukaan. (n.d.).
Health, 35: 288–293. Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor
Bhardwaj, V., Singh, D.S., & Singh, A.K. (2009). 273 Tahun 2012 Tentang Peringkat PROPER
Environmental repercussions of cane-sugar Tahun 2012.
industries on the Chhoti Gandak river basin, Ganga Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun
Plain, India. Environ Monit Assess (2010), 171: 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
321–344. Wardhana, W.A. (2004). Dampak Pencemaran
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sidarjo. (2015). Lingkungan. Yogyakarta: ANDI.
Retrieved from Statistik Daerah Kabupaten Water Environment Federation. (2008). Industrial
Sidoarjo 2014: Wastewater Management, Treatment, and
http://sidoarjokab.bps.go.id/?hal=publikasi_ Disposal. Alexandria: Water Environment
detil&id=30. Federation.
Chandra, B. (2007). Pengantar Kesehatan Lingkungan. Zhang, C. (2007). Fundamentals of Environmental
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Sampling and Analysis. New Jersey: John Wiley &
Dwiyatno B.K. (2007). Pencemaran Lingkungan dan Sons, Inc.
Penanganannya. Klaten: PT Intan Sejati.

Anda mungkin juga menyukai